HP EliteOne 800 G8 AiO Adalah PC yang Dirancang Secara Spesifik untuk Era WFH

Saat membicarakan tentang PC all-in-one (AiO), normalnya kita tidak akan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membahas aspek-aspek pelengkap macam webcam atau mikrofon. Namun berhubung pandemi masih belum kunjung berakhir, hal-hal semacam itu justru jadi penting untuk disoroti karena berpengaruh langsung terhadap kelancaran aktivitas WFH.

Singkat cerita, webcam dan mikrofon yang bagus merupakan nilai plus tersendiri bagi suatu PC AiO yang diluncurkan di masa pandemi. Contohnya adalah AiO terbaru besutan HP berikut ini. Dijuluki HP EliteOne 800 G8 All-in-One, salah satu fitur unggulannya adalah webcam berteknologi face tracking, tidak ketinggalan pula sistem noise reduction berbasis AI.

Modul webcam-nya terdiri dari sepasang kamera 5 megapixel, kamera infra-merah, dan sensor time-of-flight untuk mengukur jarak. Dipadukan dengan field of view yang lebih luas dari biasanya, webcam-nya pun bisa mengatur supaya wajah pengguna selalu berada tepat di tengah frame secara otomatis. Lalu ketika sedang tidak digunakan, modul webcam-nya tinggal disembunyikan demi memberikan jaminan ekstra seputar privasi.

Terkait sistem noise reduction-nya, HP mengklaim bahwa sistem ini mampu mendeteksi dan mengeliminasi lebih dari 350 juta jenis suara. Selain mendeteksi output suara, sistemnya juga dapat mendeteksi input suara, yang berarti Anda masih bisa merasakan manfaatnya ketika sedang berbicara dengan orang lain yang mikrofonnya kurang bisa diandalkan.

Lebih lanjut, HP turut menyertakan fitur Dynamic Voice Leveling untuk mengatur volume suara pengguna secara otomatis, memastikan volumenya tetap konsisten meski pengguna bergerak mendekat atau menjauh dari perangkat.

Dari segi spesifikasi, konfigurasi termahalnya mencakup prosesor Intel Core i9 generasi ke-11, lengkap beserta RAM 64 GB dan SSD NVMe berkapasitas 6 TB, cukup untuk memenuhi kebutuhan harian target pasar utamanya, yakni kalangan pebisnis. Untuk layarnya, HP menyediakan dua pilihan: 24 inci atau 27 inci, dengan resolusi maksimum 2560 x 1440 pixel.

Secara keseluruhan, fisik EliteOne 800 G8 AiO tergolong ringkas, meski memang tidak sampai setipis iMac generasi baru. Positifnya, perangkat ini jadi bisa mengemas lebih banyak port: tiga USB-A, dua USB-C, HDMI, DisplayPort, dan Ethernet. HP rencananya bakal mulai memasarkan EliteOne 800 G8 AiO di bulan Mei ini juga, tapi sayang sejauh ini mereka belum punya informasi harganya sama sekali.

Sumber: SlashGear.

Anker Luncurkan Webcam Pintar dan Portable Conference Speaker

Pandemi yang tak kunjung berakhir menjadi alasan kuat untuk meluncurkan produk yang dapat menunjang kegiatan WFH (work from home). Bahkan pabrikan seperti Anker pun juga tidak mau kehilangan momentum.

Perusahaan yang dikenal lewat portofolio produk power bank dan charger-nya itu baru saja memperkenalkan AnkerWork, lini produk baru yang berfokus di kategori home office equipment. Dua produk pertama dari lini tersebut adalah webcam Anker PowerConf C300 dan portable conference speaker Anker PowerConf S500.

Untuk webcam-nya, Anker menandemkan kamera 1080p dengan chipset AI untuk memaksimalkan akurasi warna yang dihasilkan sekaligus kualitas gambar di kondisi low-light. Autofocus juga merupakan fitur standar di webcam ini, dan AI yang tertanam juga menawarkan fitur smart framing.

Kalau melihat video promosinya, fitur smart framing ini memiliki cara kerja yang mirip seperti fitur auto crop, yang berfungsi untuk memastikan subjek selalu berada di tengah bingkai. Lensanya sendiri memiliki sudut pandang seluas 115°, namun ketika memerlukan tampilan yang lebih terfokus, pengguna juga bisa memilih dua opsi lain, yakni 90° atau 78°.

Sepasang mikrofon yang tertanam dirancang untuk menangkap suara subjek secara jelas. Alternatifnya, pengguna tentu juga bisa meminang PowerConf S500 sekaligus demi meng-upgrade kualitas audionya. Speaker ini dibekali empat buah mikrofon, tidak ketinggalan pula teknologi beam-forming dan DSP (digital signal processing) yang telah di-tune agar dapat menangkap suara subjek yang berbicara selagi mengabaikan suara-suara di sekitar yang tidak relevan.

Anker PowerConf S500

Guna mendukung skenario penggunaan yang berbeda, pickup pattern mikrofonnya juga dapat disesuaikan melalui aplikasi pendamping AnkerWork di Android maupun iOS. Untuk ruangan berukuran besar, pengguna juga bisa menyambungkan dua unit PowerConf S500 sebagai setup stereo.

Di Amerika Serikat, Anker PowerConf C300 saat ini telah dipasarkan dengan harga $130, sedangkan PowerConf S500 masih belum punya informasi harga maupun jadwal rilis. Kehadiran AnkerWork secara langsung melengkap tiga sub-brand lain Anker yang selama ini berfokus di kategori perangkat yang berbeda: Eufy (smart home), Nebula (proyektor), dan Soundcore (audio).

Sumber: PR Newswire.

Samsung Luncurkan Lini Smart Monitor untuk Memfasilitasi Kebutuhan Bekerja, Belajar dan Hiburan Sekaligus

Pandemi yang tak kunjung berakhir dan tren work from home (WFH) yang berkepanjangan memaksa sebagian konsumen untuk menerapkan sejumlah upgrade pada kantor dadakannya di rumah. Mulai dari yang sepele seperti membeli perlengkapan lighting baru guna menyempurnakan mood selama jam produktif, sampai yang lebih esensial seperti meng-upgrade PC, semuanya dilakukan demi memperlancar aktivitas selama pandemi.

Melihat tren kerja dari rumah dan pembelajaran jarak jauh yang kini sudah bergeser menjadi kebiasaan baru, Samsung ingin menawarkan inovasi yang memberikan fleksibilitas untuk melakukan beragam aktivitas di rumah, melalui satu perangkat: Samsung Smart Monitor. Sesuai namanya, Samsung Smart Monitor bukan sembarang monitor, melainkan yang dibekali sistem operasi Tizen, sehingga dapat mendukung kegiatan bekerja atau hiburan secara mandiri.

Samsung menggunakan istilah “do-it-all screen” dalam mendeskripsikan perangkat ini. Memang benar, karena selain bisa disambungkan ke PC atau laptop seperti biasa, ia juga dapat menjalankan berbagai aplikasi Microsoft Office 365 maupun memutar tayangan-tayangan terbaru di Netflix hanya dengan terhubung ke jaringan Wi-Fi. Dukungan Samsung DeX pun tentu juga tersedia, sehingga pengguna smartphone Samsung dapat memperlakukannya sebagai extension dari smartphone.

Singkat cerita, Samsung menciptakan satu perangkat ini untuk berbagai kebutuhan, mulai dari bekerja, belajar, sampai menikmati konten hiburan terfavorit, yang di titik ini hampir semuanya kita lakukan di dalam kediaman masing-masing. Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, apa yang membedakan Smart Monitor dari Smart TV? Sederhana saja, lini Samsung Smart Monitor ini tidak dibekali TV tuner terintegrasi, sehingga ia tidak dapat dipakai untuk memutar saluran TV tradisional.

Samsung Smart Monitor hadir dalam dua tipa yang berbeda, yakni M7 dan M5. Tipe M7 hadir mengemas panel seluas 32 inci dengan resolusi 3840 x 2160 pixel, sedangkan tipe M5 dengan panel seluas 27 atau 32 inci beresolusi 1920 x 1080 pixel. Perbedaan selanjutnya terletak pada konektivitasnya; tipe M7 punya port USB-C yang memungkinkan transfer data sekaligus daya hingga 65 W hanya dengan menggunakan satu kabel saja.

Selebihnya, kedua tipe Samsung Smart Monitor ini sama-sama dilengkapi sepasang port HDMI 2.0, tiga port USB 2.0, Wi-Fi 5, dan Bluetooth 4.2. Dukungan format HDR10 turut tersedia, demikian pula sepasang speaker berdaya total 10 W dan remote control yang mendukung perintah suara. Aspek kenyamanannya pun kian disempurnakan berkat adanya fitur Adaptive Picture yang dapat menyesuaikan tingkat kecerahan dan temperatur warna layar secara otomatis berdasarkan kondisi pencahayaan ruangan.

Samsung saat ini telah membuka pre-order untuk Smart Monitor tipe M7 di Samsung.com/id, Blibli, JD.id, Bhinneka.com, dan Shopee. Harganya dipatok Rp5.999.000, dan bagi yang memesannya selama periode pre-order berlangsung (8 – 24 Januari 2021), mereka berhak mendapatkan bonus eksklusif berupa bundling Microsoft 365 Personal selama satu tahun dan keyboard plus mouse Microsoft Wireless Desktop 900 senilai Rp1.600.000.

Smart Monitor tipe M5 kabarnya baru akan menyusul pada bulan Februari 2021 dengan harga yang lebih terjangkau.

Cara Membuat Soal di Google Classroom, Langkah Paling Mudah

Bagi para tenaga pengajar, kehadiran Google Classroom akan sangat membantu. Sebab, dari berbagai platform belajar online yang ada, Google Classroom adalah yang paling sederhana dan yang terpenting, gratis.

Continue reading Cara Membuat Soal di Google Classroom, Langkah Paling Mudah

Software Cascable Pro Webcam Siap Ubah Lebih dari 100 Model Kamera Menjadi Webcam

Tren menggunakan kamera biasa sebagai webcam sedang naik daun belakangan ini, apalagi mengingat satu per satu pabrikan – mulai dari Canon, Fujifilm, Panasonic, Olympus, sampai GoPro sekalipun – telah merilis software pendukung supaya masing-masing konsumennya bisa mengikuti tren tersebut tanpa perlu mengandalkan hardware tambahan macam Elgato Cam Link.

Sayangnya inisiatif dari tiap-tiap pabrikan itu masih belum bisa mengakomodasi semua pengguna, terutama mereka yang masih memakai model kamera yang sudah berumur. Saya adalah salah satu yang kurang beruntung. Kamera Fujifilm X-E2 milik saya yang sudah berusia hampir tujuh tahun rupanya sama sekali tidak didukung oleh software webcam yang ditawarkan Fujifilm.

Beruntung ada developer pihak ketiga yang mengembangkan solusi serupa macam Cascable. Mereka baru saja merilis software anyar bernama Cascable Pro Webcam. Fungsinya? Mengubah banyak kamera menjadi webcam tanpa bantuan capture card maupun hardware tambahan lainnya.

Kuncinya ada di kata “banyak” itu tadi. Tercatat ada lebih dari 100 kamera yang kompatibel dengan software ini (dan kamera saya pun termasuk). Entah itu kamera buatan Canon, Nikon, Fujifilm, Sony, Panasonic atau Olympus, asalkan ada tanda centang pada kolom “Control & Automation” di tabel kompatibilitasnya, berarti kamera tersebut bisa dialihfungsikan menjadi webcam menggunakan Cascable Pro Webcam.

Cascable Pro Webcam

Seperti yang bisa kita lihat dari begitu banyaknya kamera yang kompatibel, kelebihan Cascable Pro Webcam terletak pada fleksibilitasnya. Selain via kabel USB, pengguna juga dapat menyambungkan kameranya via Wi-Fi. Pada sejumlah kamera, pengaturan exposure-nya bahkan bisa disesuaikan selagi sesi video call atau streaming sedang berlangsung.

Aplikasi video call maupun streaming yang bisa menerima input gambar dari Cascable juga banyak, mulai dari Google Chrome, Microsoft Edge, Skype (minimal versi 8.59), Zoom (minimal versi 5.0.5), Microsoft Teams, OBS Studio, sampai Twitch Studio. Kekurangannya? Cascable Pro Webcam cuma tersedia di macOS saja.

Lebih menyebalkan lagi, software ini hanya bisa berjalan di macOS versi 10.14.4 (Catalina), sedangkan MacBook Air tua saya masih nyaman menjalankan OS X Yosemite dan saya sama sekali tidak punya niat untuk meng-update-nya demi menghindari absennya dukungan aplikasi 32-bit. Kamera dan software-nya sudah cocok, tapi sekarang giliran laptop-nya yang kelewat jadul.

Bagi yang tertarik mencoba, Cascable Pro Webcam juga menawarkan versi free trial dengan fitur-fitur yang dibatasi. Versi penuhnya bisa dibeli seharga $40, atau $30 kalau membelinya sebelum 24 Juli.

Sumber: DPReview.

GoPro Hero8 Black Kini Bisa Dipakai Sebagai Webcam Tanpa Bantuan Perangkat Tambahan

Pandemi memaksa produsen kamera untuk lebih kreatif memperlakukan konsumennya. Kita memang dianjurkan untuk sebisa mungkin tidak keluar rumah, tapi itu bukan berarti kamera yang kita miliki harus terbengkalai begitu saja. Kalau menurut sejumlah brand, kenapa kameranya tidak dialihfungsikan saja, menjadi webcam misalnya.

Semuanya bermula ketika Canon merilis software untuk EOS Webcam Utility, yang meskipun masih berstatus beta, sudah bisa mengubah peran asli kamera DSLR maupun mirrorless menjadi webcam tanpa bantuan perangkat tambahan seperti capture card. Lalu dalam kurun waktu yang singkat, satu demi satu brand lain ikut menyusul, mulai dari Fujifilm, Panasonic, dan bahkan sampai Olympus.

Bahkan GoPro pun akhirnya juga ikut latah. Mereka baru saja merilis aplikasi GoPro Webcam, yang cukup disayangkan baru tersedia buat platform macOS sejauh ini, dengan versi Windows yang masih dalam tahap pengembangan. Kamera yang kompatibel hanyalah Hero8 Black, dan itu pun harus dengan mengunduh dan meng-install firmware update terlebih dulu.

Usai meng-install firmware baru dan aplikasi GoPro Webcam, pengguna cukup menyambungkan Hero8 Black ke komputer menggunakan kabel USB-C, maka kamera pun siap dipilih sebagai input video beresolusi 1080p atau 720p pada aplikasi-aplikasi video call seperti Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya. Panduan lengkap langkah-langkahnya bisa dilihat langsung di situs GoPro.

Satu catatan penting yang perlu diingat, berhubung fitur webcam ini memerlukan firmware baru, otomatis pengguna tidak bisa memakainya bersamaan dengan firmware GoPro Labs. Pastikan juga baterai kamera sedang dalam kondisi penuh, sebab perangkat tidak bisa di-charge selama digunakan sebagai webcam.

Untuk pengguna GoPro Hero7 atau yang lebih tua lagi, sayangnya tidak ada solusi yang semudah dan semurah ini. Anda tetap butuh bantuan perangkat tambahan seperti Elgato Cam Link kalau mau menggunakan action cam kesayangan sebagai webcam.

Sumber: PR Newswire dan GoPro.

Kamera Mirrorless Fujifilm Sekarang Bisa Dipakai Sebagai Webcam

Bulan lalu, Canon merilis software yang dapat menyulap kamera buatannya menjadi webcam. Jika Anda bukan pengguna kamera Canon seperti saya, reaksi paling wajar saat mendengar kabar tersebut adalah berharap supaya pabrikan-pabrikan kamera lain segera mengikuti jejak Canon.

Harapan itu akhirnya terkabul, terutama apabila Anda punya kamera bikinan Fujifilm. Ya, pengguna kamera Fuji kini bisa mengunduh software bernama Fujifilm X Webcam Support pada perangkat Windows 10-nya, lalu menyambungkan kamera mirrorless kesayangannya via USB untuk dijadikan webcam di kala mengikuti webinar atau video conference via Zoom, Google Meet, maupun berbagai layanan lainnya.

Sangat disayangkan kamera yang didukung tergolong amat sedikit: X-T2, X-T3, X-T4, X-Pro2, X-Pro3, X-H1, GFX 50S, GFX 50R, dan GFX100. Seri X100 tidak ada sama sekali, demikian pula seri X-E. Sebagai pengguna X-E2, saya turut bersedih, dan bagi para pengguna X-E3, saya maklum kalau Anda heran mengapa kamera tersebut tidak didukung meski usianya lebih muda daripada X-T2.

Terlepas dari itu, instalasi dan cara penggunaan software ini cukup mudah, meski menurut saya agak sedikit lebih ribet daripada penawaran Canon. Silakan ikuti panduan langsung dari Fujifilm, atau tonton video tutorial dari Fuji Guys berikut ini.

Satu hal yang menarik adalah, fitur khas Film Simulation rupanya tetap bisa dipakai selama kamera berfungsi sebagai webcam. Ingin mengikuti video conference dengan tampilan hitam-putih? Silakan saja.

Semoga ke depannya jumlah kamera yang kompatibel bisa bertambah. Juga belum tersedia sejauh ini adalah software webcam versi macOS.

Via: PetaPixel.

Tiga Cara Menjaga Produktivitas Tim Startup selama WFH

Masa pandemi yang mendorong banyak perusahaan untuk melakukan work from home (WFH) tidak hanya memberikan keuntungan, tetapi juga memberikan tantangan yang harus dihadapi oleh para pekerja. Di satu sisi, pekerja mungkin diuntungkan dengan fleksibilitas kerja, penghematan biaya, dan yang pasti dapat terhindar dari penyebaran virus COVID-19. Di sisi lain, tantangan seperti komunikasi dan koordinasi yang terhambat, kegiatan supervisi yang tidak dapat berjalan dengan baik, serta sulitnya menjaga spirit tim untuk tetap menjaga produktivitas selama WFH menanti untuk diatasi tiap harinya.

Tantangan-tantangan tersebut seringkali menjadi perhatian lebih oleh para CEO ataupun pemimpin perusahaan lainnya. Bila tidak, produktivitas kerja dan kondisi mental para pekerja dapat terus menurun yang nantinya justru akan berdampak banyak kepada perkembangan usaha. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut kami hadirkan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para CEO, Founder, ataupun para pemimpin lainnya dalam perusahaan untuk mengatasi tantangan tersebut.

Maksimalkan Platform Kolaborasi

Salah satu cara untuk tetap menjaga produktivitas karyawan meski tidak dapat bertemu secara langsung adalah dengan memaksimalkan penggunaan platform kolaborasi. Anda dapat memanfaatkan platform seperti Slack, Microsoft Teams, Trello, Astana, hingga platform berbagi file seperti Google Drive ataupun Dropbox. Dengan begitu, sebagai seorang pemimpin atau manajer Anda dapat lebih mampu membantu tim untuk memiliki sistem project management baru yang memudahkan koordinasi dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan banyak kolaborasi antar karyawan serta menjaga linimasa proyek yang sedang berjalan tetap sesuai dengan deadline. Selain itu, menggunakan platform kolaborasi ini juga dapat mempermudah tim melihat pekerjaan apa yang harus diprioritaskan dan memperlihatkan kesulitan yang dihadapi kepada rekan kerja lainnya secara langsung.

Lakukan Meeting Reguler

Selain menjaga produktivitas, sebagai pemimpin Anda juga perlu memperhatikan kondisi internal tim ataupun individu dengan melakukan check-in yang reguler dilakukan baik harian maupun mingguan. Selain dapat saling update tentang pekerjaan yang sedang berjalan, melalui meeting ini masing-masing anggota juga dapat membicarakan hal lain di luar pekerjaan selayaknya seperti saat di kantor. Upaya ini setidaknya dapat sedikit membantu menjaga konektivitas antar anggota tim melalui interaksi yang dilakukan. Dengan melakukan hal ini, Anda juga dapat memiliki kesempatan untuk mendengar atau mengetahui apa kesulitan yang dialami karyawan baik terkait produktivitas ataupun tantangan lainnya yang dialami selama WFH.

Ikuti Program Pelatihan Pengembangan Leadership

Bila upaya-upaya yang telah Anda lakukan untuk menjaga produktivitas dan konektivitas tim menemui jalan buntu atau justru ini adalah kesempatan pertama Anda dalam menghadapi situasi memimpin tim secara remote sehingga banyak kesulitan yang ditemukan saat menjalaninya, mungkin ini saat yang tepat bagi Anda untuk mengembangkan kemampuan leadership selama work from home ini. Dengan mengembangkan kemampuan kepemimpinan, Anda mungkin dapat lebih terlatih dalam menghadapi berbagai jenis kesulitan yang dialami tim serta dapat lebih peka untuk menemukan permasalahan di situasi new normal yang mendorong Anda untuk memimpin dan mengkoordinasikan tim dengan lebih baik saat bekerja dari rumah.

Salah satu program pelatihan yang dapat Anda ikuti dengan gratis namun tetap berkualitas adalah program pelatihan yang bertajuk “Reinvigorating Your WFH Teams” oleh Daniel Tumiwa. Program pelatihan ini akan diadakan selama 6-10 pekan melalui Zoom call. Melalui program ini, para peserta akan dibantu untuk melihat permasalahan-permasalahan yang dapat diperbaiki dalam menjalankan usaha selama WFH. Program pelatihan ini juga dapat melibatkan secara langsung tim Anda sehingga ilmu yang didapatkan dapat langsung dipraktekkan serta diberi masukan langsung oleh Daniel Tumiwa.

Di tengah situasi yang sulit seperti ini, kemampuan memimpin seorang CEO atau manajer sangat diandalkan untuk terus menjaga kelangsungan perusahaan. Pelatihan seperti program tersebut mungkin bisa menjadi salah satu cara Anda untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi selama masa pandemi ini. Bila tertarik untuk mengikuti program pelatihan tersebut, silahkan daftarkan diri Anda dengan mengunjungi link berikut ini.

Menjaga Produktivitas Bisnis selama WFH melalui Bantuan Teknologi

Masa pandemi yang telah berlangsung sejak awal bulan Maret lalu membuat perusahaan harus terus beradaptasi dalam melakukan sistem kerja work from home (WFH). Sistem kerja ini menuntut setiap perusahaan untuk tetap dapat menjalankan operasionalnya dengan baik meski harus saling berkoordinasi secara jarak jauh. Tak ayal hal ini membuat adaptasi terhadap solusi teknologi terus digencarkan untuk membantu efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan serta sekaligus membantu penekanan laju penyebaran virus COVID-19.

Hal tersebut juga dibahas melalui webinar “Behind The Wheel” seri kedua pada Rabu (6/5) lalu. Pada seri sebelumnya, webinar ini telah membahas tentang peluang kontribusi startup selama masa pandemi. Di seri keduanya, webinar yang juga diselenggarakan oleh MDI Ventures dan Telkom Group ini mengambil tema “How Technology can Support WFH (Work from Home)”. Seri ini juga turut menghadirkan empat orang pembicara antara lain Evan Purnama (CTO Qiscus), Marshall Pribadi (CEO PrivyID), Edmon Makarim (Pakar Hukum Telematika), Kuncoro Wastuwibowo (AVP Synergy Telkom Group), dan dimoderatori oleh Aditia Henri Narendra (GM Corporate Secretary & Legal Counsel MDI Ventures). Melalui tema ini, tiap pembicara membahas tentang bagaimana startup dapat menyediakan produk teknologi yang dapat mendukung produktivitas selama WFH serta turut melihat aspek legalitas dan keamanan data dari penggunaannya.

Memudahkan Koordinasi Internal Perusahaan

Bila berbicara mengenai produktivitas operasional perusahaan, salah satu hal yang mengalami hambatan selama masa pandemi ini adalah koordinasi internal. Koordinasi fisik yang biasanya dilakukan saat ini telah berubah menjadi koordinasi virtual agar operasional perusahaan tetap berjalan di tengah pandemi. Hal ini membuat kebutuhan terhadap platform penyedia layanan koordinasi virtual baik dalam bentuk video, audio, maupun pesan singkat meningkat pesat. Platform-platform yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan untuk sering digunakan, justru saat ini sedang mengalami peningkatan penggunaan. Hal ini juga diamini oleh CTO Qiscus, Evan Purnama yang mengatakan adanya peningkatan penggunaan platform mereka belakangan ini.

“Bila di quantify, ada sekitar 60-70% kenaikan traffic dari sebelum ada trend work from home ini.” terang Evan.

Meski begitu, kenaikan penggunaan tersebut juga masih diikuti oleh keterbatasan aplikasi yang dapat menghambat seperti pembatasan penggunaan, kualitas sinyal, hingga isu keamanan data saat menggunakannya.

Proses Pengesahan Dokumen yang Lebih Efisien

Selain koordinasi internal, salah satu kebutuhan bisnis yang juga terhalang dan terhambat saat WFH adalah pengesahan dokumen. Di satu sisi, perusahaan mau tidak mau tetap membutuhkan pengesahan dokumen melalui tanda tangan agar operasional bisnis tetap dapat terus berjalan selama masa pandemi. Di sisi lain, interaksi fisik yang dibutuhkan pada proses tersebut justru harus dihindari untuk menekan laju penyebaran virus. Hal ini yang membuat akhirnya banyak kegiatan usaha mulai beralih menggunakan layanan tanda tangan digital.

Layanan tanda tangan digital ini dapat membantu masyarakat yang membutuhkan pengesahan dokumen seperti pembukaan rekening atau dokumen kerja sama perusahaan, namun tetap ingin meminimalisir terjadinya kontak fisik selama pandemi. Dengan begitu, proses pengesahan dokumen dapat tetap berjalan dengan efisien. Akan tetapi, hal yang juga harus diperhatikan dalam penggunaan layanan tersebut adalah aspek legalitas dan keamanannya. Penting bagi pengguna layanan untuk memastikan penyedia layanan tersebut memiliki sertifikasi resmi dan bukan hanya sekadar membuat tanda tangan melalui smartphone.

“Bukan hanya sekadar menggoreskan lewat layar gadget, orang harus mendaftarkan diri dulu ke lembaga yang sudah memiliki sertifikasi dari Kominfo.” tambah CEO PrivyID, Marshall Pribadi.

Meninjau Tantangan Aspek Keamanan Data dan Legalitas

Meski mendatangkan keuntungan terhadap terjaganya produktivitas perusahaan, tentunya tetap akan muncul kekhawatiran tentang kelemahan dari produk-produk tersebut. Sehingga, penyedia jasa juga harus memikirkan bagaimana produknya tidak membawa kerugian besar bagi penggunanya di masa depan, contohnya dari segi keamanan data dan legalitas. Penyedia jasa harus mampu menyediakan solusi dari keamanan data internal sehingga platform dapat digunakan secara aman.

Dari segi legalitas hukum penggunaan tanda tangan digital, Pakar Hukum Telematika, Edmon Makarim juga menambahkan bahwa di Undang-Undang sendiri sudah ada dasar dalam penggunaan tanda tangan elektronik serta bila tanda tangan elektronik tersebut telah terdaftar dan berinduk di Indonesia, maka penggunaannya juga dapat setara dengan akta otentik.

“Kalau ditanya hukumnya, sudah, sejak 2008 sudah ada” tambah Edmon.

Adaptasi solusi teknologi dalam operasional memang dapat membantu menjaga produktivitas bisnis. Akan tetapi, sebagai pelaku usaha wajib bagi kita untuk selalu melihat reliabilitas platform produk tersebut agar terhindar dari kebocoran keamanan data dan lemahnya legalitas hukum. Di sisi lain, solusi teknologi untuk membantu pelaksanaan WFH ini juga harus dilihat sebagai peluang startup untuk bekerja lebih cepat dan adaptif. Menurut AVP Synergy Telkom Group, Kuncoro Wastuwibowo, startup harus bisa melihat kebutuhan selama masa pandemi serta harus bisa bekerja secara kreatif dan adaptif.

“Harus bisa menunjukan kalo kita perusahan yang kreatif dan adaptif, serta harus visioner” terang Kuncoro.

Selain pembahasan mengenai manfaat-manfaat produk teknologi tersebut, masih banyak lagi pembahasan mengenai peran startup selama masa pandemi ini melalui rangkaian seri webinar Behind The Wheel yang masih memiliki dua seri lagi.

Pada pembahasan minggu depan, tema yang diangkat adalah “Tech Startups Role During COVID-19 Pandemic”. Melalui tema ini akan dibahas bagaimana startup dapat berperan dalam menekan laju penyebaran virus. Pembicara yang akan hadir pada seri ketiga nanti adalah Suci Arumsari (Co Founder & Director Alodokter), Edward Jusuf (CEO Opsigo), dr. Alni Magdalena (Head of Medical Community-Operations), dan Tomy Hendrajati (President of Human Initiative). Bagi kalian yang tertarik untuk mengikuti seri webinar minggu depan, silahkan mendaftarkan diri secara gratis melalui link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini merupakan bagian dari publikasi seri webinar Behind The Wheel yang diselenggarakan oleh MDI Ventures.

Canon Luncurkan Software untuk Mengubah Kamera Bikinannya Menjadi Webcam

Apa gadget terpenting selama bekerja dari rumah alias WFH? Bagi yang melangsungkan video conference setiap hari bersama para koleganya, jawabannya mungkin adalah webcam. Begitu esensialnya webcam selama WFH, stoknya sampai menipis di Amerika Serikat, dan kalaupun ada, harganya naik berkali lipat.

Kabar baiknya, kamera DSLR atau mirrorless yang kita punya sebenarnya juga bisa dijadikan webcam, dengan catatan mereknya adalah Canon. Yang dibutuhkan hanyalah kabel USB untuk menyambungkan kamera ke PC (Windows 10 64-bit), serta sebuah software anyar bernama EOS Webcam Utility Beta.

Solusi plug-and-play ini kompatibel dengan sejumlah kamera DSLR, mirrorless maupun seri PowerShot. Daftar lengkap perangkat yang kompatibel bisa dilihat pada gambar di bawah.

Canon EOS Webcam Utility Beta

Untuk seri EOS Rebel (nama yang dipakai Canon di Amerika Serikat dan Kanada), nama modelnya yang tersedia di Indonesia adalah sebagai berikut:

  • EOS Rebel SL2 = EOS 200D
  • EOS Rebel SL3 = EOS 200D II
  • EOS Rebel T6 = EOS 1300D
  • EOS Rebel T6i = EOS 750D
  • EOS Rebel T7 = EOS 1500D
  • EOS Rebel T7i = EOS 800D
  • EOS Rebel T100 = EOS 3000D

Sebelum menyambungkan kamera ke PC, pastikan terlebih dulu kameranya sudah menyala dan dalam mode perekaman video, lalu atur parameter exposure-nya jika perlu. Usai kamera tersambung ke PC, jangan lupa pilih “EOS Webcam Utility Beta” pada opsi kamera di aplikasi video conference yang digunakan.

Semoga saja pabrikan-pabrikan kamera lain bisa segera mengikuti jejak Canon dan merilis software serupa.

Sumber: DPReview. Gambar header: James McKinven via Unsplash.