Microsoft Perbarui Aplikasi Your Phone dengan Fitur Transfer File Secara Wireless

Di era serba wireless seperti sekarang, memindahkan file dari smartphone ke komputer (atau sebaliknya) seharusnya juga bisa dilakukan dengan mudah. Definisi “mudah” sendiri pada umumnya mencakup dua hal: 1) bisa dilakukan secara wireless, dan 2) bisa menggunakan navigasi drag-and-drop.

Kabar baiknya, Microsoft dan Samsung bakal segera mewujudkan dua hal tersebut. Pada versi beta terbaru Windows 10 (yang bisa didapatkan jika sudah tergabung dalam program Windows Insider), aplikasi Your Phone telah diperbarui dengan fitur drag-and-drop file secara wireless.

Fitur ini kompatibel dengan sejumlah perangkat mobile Samsung yang dibekali fitur Link to Windows versi 1.5 (atau lebih tinggi), macam Galaxy S10, Note 10, atau S20 Series. Selama smartphone dan laptop-nya tersambung ke jaringan Wi-Fi yang sama, keduanya bisa langsung saling mentransfer foto atau file lain.

Tentunya ada beberapa batasan yang harus dicatat. Yang pertama, batas ukuran file terbesar yang bisa dipindahkan lewat metode ini adalah 512 MB. Kedua, satu sesi transfer tidak bisa meliputi lebih dari 100 file. Jadi seandainya pengguna hendak memindah ratusan foto, siap-siap saja untuk mengulangi langkahnya beberapa kali.

Semoga saja Microsoft bisa segera merilis versi anyar aplikasi Your Phone ini pada update Windows 10 selanjutnya.

Sumber: SamMobile dan Microsoft via Engadget.

Versi Baru Xbox Game Bar Dapat Dikustomisasi dengan Widget Aplikasi Pihak Ketiga

Sejak diperkenalkan bersama Windows 10, fitur Xbox Game Bar sudah berevolusi beberapa kali. Fitur yang dapat diakses dengan menekan tombol “Win + G” ini menawarkan banyak fungsi, namun saya pribadi lebih sering menggunakannya untuk merekam sesi gaming atau mengambil screenshot.

Tahun lalu, Microsoft memperbarui Xbox Game Bar dengan satu aspek yang cukup penting, yaitu kustomisasi. Selain dibebaskan mengubah tampilan atau layout Xbox Game Bar, pengguna juga dipersilakan menambahkan integrasi Spotify, sehingga layanan streaming musik itu dapat diakses tanpa perlu meninggalkan game (Alt + Tab).

Xbox Game Bar

Integrasi Spotify itu hadir dalam bentuk sebuah widget khusus, dan ternyata ini baru awal dari rencana besar Microsoft. Baru-baru ini, Microsoft mengumumkan versi anyar Xbox Game Bar yang bahkan dilengkapi Widget Store-nya sendiri.

Widget Store ini bisa diakses langsung melalui menu Xbox Game Bar. Dari situ pengguna bisa meng-install widget milik berbagai aplikasi pihak ketiga macam Spotify itu tadi. Beberapa yang sudah tersedia di antaranya adalah XSplit GameCaster Widget, yang mempersilakan pengguna mengatur fungsi live streaming XSplit langsung dari Game Bar.

Xbox Game Bar

Selanjutnya, ada widget Razer Cortex yang menawarkan fitur optimasi performa, serta info-info menarik seputar cryptocurrency yang dimiliki Razer. Terakhir, ada widget Intel Graphics Command Center untuk mengatur sejumlah parameter display maupun fungsi streaming.

Berbekal Game Bar SDK yang Microsoft sediakan, developer mana pun bebas mengembangkan widget-nya untuk Xbox Game Bar. Untuk sekarang, Xbox Game Bar versi anyar yang mendukung widget pihak ketiga ini masih berstatus beta. Perilisan finalnya pasti menunggu lebih banyak developer menciptakan widget-nya masing-masing.

Sumber: Windows Central dan Microsoft.

Microsoft Mulai Menguji Fitur Game Stream xCloud di PC

Sebagai upaya menyediakan akses konten dari lebih banyak platform, Microsoft memulai sesi uji coba Project xCloud di bulan Oktober 2019. Tak lama, developer turut mengadirkan tak kurang dari 50 permainan serta memperkenankan tester untuk menggunakan controller Sony DualShock. Lalu di tanggal 12 Februari kemarin, tes akhirnya diekspansi ke iOS – dengan sejumlah keterbatasan fitur.

Dilaporkan oleh The Verge, Microsoft kabarnya telah memperluas sesi uji coba layanan cloud gaming itu ke PC minggu lalu. Lewat versi preview, user dipersilakan untuk men-stream permainan Xbox ke perangkat ber-OS Windows 10. Buat sekarang, kapabilitas ini baru bisa dinikmati oleh staf Microsoft. Rencana Microsoft ke depan ialah menyajikan fitur tersebut melalui aplikasi Xbox Game Streaming yang dapat diunduh dari Windows Store.

Sama seperti di Android dan iOS, agar bisa menggunakan Xbox Game Streaming, Anda membutuhkan controller Xbox One dengan sambungan Bluetooth aktif, akun Microsoft, serta koneksi internet yang memadai. Aplikasi ini mendukung dua metode streaming konten, yaitu cloud lewat blade server xCloud (ala Stadia atau GeForce Now) serta secara lokal atau remote – itu artinya Anda perlu memiliki game dan console Xbox One.

IMG_23032020_124145_(1000_x_650_pixel)

Pengalaman penggunaan game stream di PC hampir serupa di platform lain. Ia menyuguhkan interface serta cara mengakses permainan yang sama. Namun tingkat resolusi streaming di periode preview internal masih dibatasi di 720p. Target minimalnya tentu saja adalah full-HD 1080p, dan ini yang akan didapatkan oleh konsumen nanti. Ada indikasi cukup kuat bahwa Microsoft sebentar lagi akan melangsungkan pengujian secara lebih luas, diprioritaskan pada pemilik Xbox One.

Di periode tes dan pengembangan ini, Microsoft sudah memperbarui blade server xCloud, kini ditopang oleh delapan Xbox One S (sebelumnya hanya ditunjang empat unit console). Developer juga tengah bersiap-siap melakukan transisi untuk menggunakan prosesor Xbox Series X. CPU next-gen ini sangat bertenaga, dan di atas kertas, ia mampu menjalankan empat permainan Xbox One S sekaligus. Chip tersebut turut dibekali video encoder versi baru dengan kecepatan hingga enam kali lipat dari encoder yang digunakan oleh server xCloud.

IMG_23032020_123852_(1000_x_650_pixel)

Microsoft berencana untuk melepas xCloud di tahun ini dan mengintegrasikannya ke layanan Xbox Game Pass sehingga memungkinkan pelanggan premium memanfaatkan fitur stream (baik remote/local atau cloud). Dan tak lama setelah itu, developer akan menghadirkan dukungan DualShock serta streaming ke Windows 10.

Gambar: The Verge.

[Review] ASUS ZenBook 13 UX334, Cocok Buat Mendongkrak Produktivitas

Body ringkas dengan performa powerful, ultrabook memang ideal dijadikan sebagai daily driver. Saya sendiri telah menggunakan ASUS ZenBook 13 UX334FLC sekitar satu setengah bulan dan ada kelebihan pasti ada kekurangannya juga.

Satu hal yang pasti laptop ini sangat cocok untuk para kalian yang ingin mendongkrak produktivitasnya kerjanya. Apalagi yang bermobilitas tinggi dan harus bekerja secara mobile kapan pun di mana pun.

Laptop premium keluarga ZenBook Classic series ini dibanderol dengan harga mulai Rp15.299.000 untuk varian dengan prosesor Intel Core i5-10210U (8G/512G PCIe), Rp19.299.000 dengan prosesor Intel Core i5-10210U (MX250/8G/1T PCIe), dan Rp 22.999.000 dengan prosesor Intel Core i7-10510U (MX250/16G/1T PCIe). Berikut review ASUS ZenBook 13 UX334FLC selengkapnya:

3D IR Camera

3D IR Camera | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
3D IR Camera | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sebelumnya saya selalu menggunakan metode password untuk mengunci laptop. Namun tak disangka fitur face unlock dengan 3D IR camera dan Windows Hello pada ZenBook 13 UX334FLC berakhir menjadi salah satu fitur favorit saya.

Satu setengah bulan lamanya dan entah sudah berapa banyak buka tutup laptop, proses masuk ke sistem Windows memang lebih cepat dan praktis. Kamera infra merah pada laptop ini mampu mengenali wajah penggunanya secara konsisten, bahkan dalam kondisi temaram sekalipun. Tetapi bukan berarti tak pernah gagal, beberapa kali saya harus mengetik PIN untuk login.

Dimensi Ringkas

Tampilan depan ASUS ZenBook UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Tampilan depan ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hadir dengan dimensi 30.2×18.9×1.83 cm dan bobot 1.27 kg, ukuran body-nya memang terbilang sangat ringkas. Meskipun dari aspek ketebalan bukan yang tertipis di kelasnya, tapi setidaknya baterai 50Wh yang tertanam cukup untuk menunjang kerja seharian.

Bentukan compact juga berarti tak makan ruang banyak saat disimpan di dalam tas, serta bobot yang cukup ringan tersebut tidak membebani pundak. Portable dan asik dibawa bepergian, meskipun perlu saya tekankan lagi bahwa laptop sedikit agak tebal.

Tampilan belakang ASUS ZenBook UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Tampilan belakang ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Unit yang saya review berwarna royal blue, yang tampil elegan dengan tutup terukir pola concentrik circle khas ZenBook. Layar dengan bezel samping tipis dan sasis dari logam membuat ZenBook 13 UX334 enak dipandang dan terasa premium di tangan. Laptop ini juga bisa dibuka dengan satu tangan, meskipun perlu tenaga ekstra untuk membukanya.

Sisi kanan ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Sisi kanan ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Kelengkapan konektivitasnya cukup memadai untuk ukuran laptop 13 inci, di sisi kanan terdapat jack audio combo 3.5mm, port USB 2.0, dan slot microSD card reader. Sementara, di sisi kiri ada port DC-in untuk pengisian daya, port HDMI, port USB 3.1 Gen 2, dan port USB-C 3.1 Gen 2.

Sisi kiri ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Sisi kiri ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sayangnya, ASUS masih belum memberikan port yang dilengkapi dengan teknologi Thunderbolt 3. Lalu, untuk dukungan konektivitas nirkabel ada Wi-Fi 6 (802.11 ax (2×2)) dan Bluetooth 5.0.

Keybard ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Keybard ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Seperti laptop anyar ASUS lainnya, ZenBook 13 UX334 ini juga menggunakan mekanisme engsel ErgoLift yang mengangkat posisi keyboard sehingga lebih nyaman untuk diketik. Keyboard-nya sendiri dilengkapi dengan full-size backlit dan punya key travel 1.4mm, mengetik cepat bisa ditangani dengan baik dan tuts-nya membal saat ditekan.

ScreenPad 2.0

ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Fitur ini menjadi salah satu pembeda dari pendahulunya, di mana ASUS menyempatkan ScreenPad versi 2.0 yang ukurannya sedikit lebih besar dan lebih multi fungsi. Ini adalah touchpad yang juga merupakan sebuah layar sekunder touchscreen berukuran 5.65 inci.

Singkatnya, layar sekunder ini bisa menampilkan konten untuk mendukung pekerjaan di layar utama. Beberapa fungsi default yang tersemat antara lain, number key, hardwriting, quick key, slide xpert, doc xpert, sheet xpert, appdeals, myASUS, dan Spotify. Tentu saja, Anda dapat menyeret shortcut aplikasi favorit atau konten yang sedang dibuka pada layar utama ke layar kedua.

ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Untuk mengaktifkan atau menonaktifkan fitur ScreenPad ini cukup dengan menekan tombol F6 atau Fn + F6. Di sana terdapat pilihan ScreenPad mode, traditional touchpad mode, dan toucpad is disabled. Lalu, untuk mengatur mode ScreenPad sebagai layar kedua cukup menekan tombol F8 atau Fn + F8. Pilih mode extend untuk memungkinkan menyeret konten utama ke layar kedua.

Layar 13.3 Inci

Layar 13,3 inci | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Layar 13,3 inci | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Layar NanoEdge 13.3 incinya ini punya bezel samping yang tipis; hanya 2.8mm. Dengan screen-to-body ratio mencapai 95 persen, menurut ASUS dibanding generasi sebelumnya (ZenBook 13 UX331), ZenBook UX334 ini 14 persen lebih kecil.

Panel LED-backlit 60Hz tersebut beresolusi FHD (1920×1080 piksel) dengan dukungan NTSC 72 persen, sRGB 100 persen, dan teknologi WideView 178 derajat. Meskipun resolusinya belum 4K, layar 13 inci FHD ini sudah menyuguhkan kualitas yang sangat baik.

Performa dengan Prosesor Intel Core Generasi Ke-10

Unit ASUS ZenBook 13 UX334FLC yang saya review merupakan varian tertinggi. Tiba dengan prosesor Intel generasi terbaru yakni Intel Core i7-8565U Comet Lake generasi ke-10, dengan prosesor 4 core 8 thread dan thermal design power 15 Watt.

Di samping unit integrated graphics Intel HD Graphics 620, ASUS juga membenamkan discrete graphics card NVIDIA GeForce MX250 dengan 2GB GDDR3. Kemudian besaran RAM-nya 16GB LPDDR3 menggunakan mode dual channel guna mengoptimalkan kinerja dari spesifikasi yang ada, serta tak lupa penyimpanan berbasis SSD PCIe dengan kapasitas 1TB.

Ya, berkat daftar spesifikasi tersebut performa yang disuguhkan ASUS ZenBook 13 UX334FLC ini sangat kencang. Tugas-tugas standar harian, bahkan software editing foto dan video bisa berjalan dengan mulus.

Beberapa kali saya juga mengedit video 1080p menggunakan software Adobe Premiere Pro di laptop ini dengan beberapa footage beresolusi 4K. Meski layar 13.3 incinya termasuk kekecilan untuk kebutuhan tersebut, tapi dengan beberapa trik – mengedit video di ZenBook 13 UX334FLC masih bisa dilakukan dengan baik.

Verdict

ASUS ZenBook 13 UX334 Royal Blue | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
ASUS ZenBook 13 UX334 Royal Blue | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Faktor bentukan ringkas dalam desain premium, layar bezel-less dengan opsi layar kedua (ScreenPad 2.0), serta daya tahan baterai lama dengan performa powerful. Laptop ini menawarkan apa yang dibutuhkan oleh penggunanya, utamanya bagi yang ingin meningkatkan produktivitas yang mungkin menjadi salah satu resolusi di tahun 2020 bagi beberapa orang atau mereka yang dituntut bekerja secara mobile.

Tentunya tak harus mengejar varian tertinggi, varian dasar dengan prosesor Intel Core i5-10210U (8G/512G PCIe) dengan harga Rp15.299.000 terbilang kompetitif dan performanya juga masih cukup powerful untuk menangani beragam tugas pekerjaan.

Sparks

  • Dimensinya ringkas dan build quality premium
  • ScreenPad 2.0 yang multi fungsi, layarknya punya monitor mini ekstrenal
  • Performanya terbilang powerful
  • Daya tahan baterai lama

Slacks

  • Profil body agak tebal
  • Perlu tenaga ekstra untuk membuka laptop

Teknologi Unik ScreenPad pada ASUS ZenBook Duo dan Pro Duo Hadir di Indonesia

Sepertinya sudah biasa bagi ASUS untuk menghadirkan desain dan teknologi baru pada laptop buatannya. Setelah sebelumnya sudah mengeluarkan Touchpad yang menggunakan layar berukuran kecil, kali ini mereka mengeluarkan layar yang lebih besar lagi. Layar tersebut dinamakan ScreenPad Plus dan ditempatkan di atas keyboard-nya.

ASUS Zenbook Pro Duo - Launch

Perhelatan yang diadakan pada tanggal 11 Desember 2019 lalu yang bertempat di Dian Ballroom hotel Raffles Jakarta menandakan bahwa perusahaan asal Taiwan ini resmi membawa ASUS Zenbook Duo dan ASUS Zenbook Pro Duo ke Indonesia. Dengan teknologi ini, pengguna tidak lagi harus bersusah payah membawa dua buah monitor ke mana saja. Apalagi pada saat membuat sebuah konten, satu layar saja tidak pernah cukup.

ScreenPad Plus pada dasarnya merupakan layar kedua dengan ukuran setengah dari layar utama. Dengan kata lain ukuran resolusi ScreenPad Plus di ZenBook Pro Duo UX581 dan ZenBook Duo UX481 juga sama seperti layar utamanya. ScreenPad Plus di ZenBook Pro Duo UX581 dan ZenBook Duo UX481 juga memakai panel yang sama dengan layar utamanya.

ASUS Zenbook Pro Duo

Kedua laptop ini ditenagai oleh prosesor Intel terbaru, yaitu prosesor 10th Gen Intel Core untuk ZenBook Duo UX481 dan prosesor 9th Gen Intel Core untuk ZenBook Pro Duo UX581. Pilihan RAM yang ada juga sampai 32 GB serta SSD NVMe sampai 1 TB.

Prosesor yang digunakan pada UX581 merupakan prosesor 8 inti 16 threads Core i9 9980HK Core atau prosesor 6 inti 12 threads i7 9750H yang saat ini masih digadang terkencang untuk digunakan di laptop. Selain itu, ASUS juga memasangkan kartu grafis GeForce RTX 2060 yang membuat kinerjanya lebih kencang lagi. Dengan layar 15,6 inci OLED yang memiliki color space DCI-P3 sebesar 100% dan sRGB sebesar 133% ini, resolusinya dapat mencapai 4K. Hal yang sama pun diraih oleh ScreenPad Plus-nya.

ASUS Zenbook Duo

Prosesor yang digunakan pada UX481 adalah prosesor 4 inti 8 threads Core i7 10510U atau prosesor 4 inti 8 threads Intel Core i5 10210U. Namun, pada versi non Pro ini, kartu grafis yang bisa menjadi pilihan adalah NVIDIA GeForce MX250. RAM yang terpasang adalah 8 GB untuk Core i5 dan 16 GB untuk Core i7. Layar yang digunakan berukuran 14 inci dengan resolusi 1080p dan menggunakan jenis IPS.

ASUS menjual Zenbook Pro Duo dengan harga Rp. 55.999.000 untuk Core i9 dan Rp. 45.999.000 untuk yang Core i7. Sedangkan Zenbook Duo dijual dengan harga Rp. 16.299.000 sampai Rp. 23.999.000, tergantung dari prosesor dan grafis yang dipilih.

ASUS Zenbook Pro Duo - Pevita

Tanpa Palm Rest?

Saat mencobanya pada acara peluncuran, ada satu hal yang membuat saya cukup kurang menikmati dalam menggunakan laptop ini. Saya terbiasa mengetik dengan merebahkan telapak tangan saya pada bagian palm rest. Pada saat mencoba Zenbook UX581, mengetik terasa kurang nyaman karena ujung telapak tangan saya ada pada meja.

Ternyata pada paket penjualannya, ASUS menyertakan palm rest tambahan. Hal tersebut setidaknya hadir pada UX581. Namun, palm rest tambahan yang ada terasa cukup lebar, sehingga pengguna membutuhkan meja yang lebih besar. Pengguna pun juga harus melakukan penyesuaian, yang saya pikir tidak akan lama, untuk membiasakan diri menggunakan keyboard tanpa sandaran telapak tangan ini.

ASUS Zenbook Pro Duo - Rich Bryan

Untuk ScreenPad Plus yang ada, sepertinya memang membuat pengoperasian Windows 10 yang sudah terpasang lebih baik lagi. Sayang memang, versi UX481 yang saya coba ternyata tidak memiliki layar sentuh, sehingga hanya ScreenPad nya saja yang bisa disentuh.

Oh iya, untuk membedakan secara fisik mana yang UX581 dan mana yang UX481, kalian bisa melihatnya pada touchpad yang dimiliki. UX581 tidak memiliki tombol klik kiri dan kanan pada touchpad-nya. Sedangkan UX481 menghadirkan kedua tombol tersebut.

Dell Perkenalkan Komputer Desktop Kecil untuk Bisnis: OptiFlex 7070 Ultra

Dengan berkembangnya jaman, ternyata dimensi dari sebuah komputer sangat diminati pada dunia enterprise. Oleh karena itu, semua vendor berlomba-lomba untuk mengeluarkan komputer dengan dimensi yang ringkas. Hal tersebut yang membuat PC seperti All-in-One, NUC, dan MiniPC semakin laku di pasar Indonesia dan dunia.

Dell OptiFlex 7070 - Launch

Namun, ternyata masih banyak konsumen yang menginginkan antara monitor dan desktop yang dipisahkan. Selain itu, banyaknya kabel komputer sering membuat orang menjadi pusing. Terakhir, luasnya ruang di meja saat hadirnya sebuah komputer pun menjadi impian sebagian besar orang.

Dell OptiFlex 7070 - Bongkar Pasang

Oleh karena itu, Dell menciptakan komputer baru yang ditujukan untuk para pebisnis, yaitu OptiFlex 7070 Ultra. Dell pun mengadakan acara peluncuran pada restoran De Luca Plaza Senayan pada tanggal 28 November 2019.

Jika dilihat setelah dirakit, OptiFlex 7070 Ultra terlihat seperti kebanyakan komputer All-in-One pada umumnya. Namun, OptiFlex 7070 Ultra terpisah antara modul desktop dengan monitornya. Untuk mesin komputernya sendiri, diletakkan pada penyangga monitor yang ada. Nantinya, hanya ada satu kabel yang menancap dari desktop ke monitornya, yaitu USB-C dengan Display Port 1.2.

Dell OptiFlex 7070

Spesifikasi dari Dell OptiFlex 7070 Ultra ada sebagai berikut

Prosesor Intel 8th Gen Whiskey Lake U Series
GPU Intel UHD sampai 3 monitor
RAM DDR 4 2400 MHz sampai 64 GB, default 4 GB
Storage SSD NVMe 1 TB atau 2 TB HDD
OS Windows 10
PSU 65 watt dengan dukungan USB-C Power Delivery

Dell OptiFlex 7070 - Compute

Jika spesifikasinya dilihat, Dell memang sengaja masih menggunakan Intel Whiskey Lake. Hal tersebut berkaitan dengan dimensi SoC yang mereka gunakan. Selain itu, penggunaan prosesor seri U juga berkaitan dengan pemakaian listrik yang hemat dari sebuah kantor.

Dell pun mengatakan bahwa OptiFlex 7070 Ultra ini sudah tersedia di Indonesia. Mereka mematok harga mulai dari Rp. 9.900.000, belum termasuk monitornya.

Age of Empires IV, Microsoft Flight Simulator dan Game-Game Baru di Inside Xbox X019

Hampir semua publisher dan pemilik platform kini punya acara gaming-nya sendiri; Blizzard, Nintendo, PlayStation – beberapa bahkan melangsungkan lebih dari satu event dalam setahun. Dan kemarin, Microsoft baru saja menggelar Inside Xbox X019 secara live dari kota London. Acara ini cukup istimewa karena dimeriahkan pula oleh game-game third-party serta merangkul ekosistem gaming Xbox dan juga Windows.

Menariknya, Microsoft malah memutuskan untuk tidak membahas Xbox Scarlett. Sang publisher lebih mencurahkan perhatian pada pengumuman permainan baru, update Xbox Game Pass serta Project xCloud. Di kesempatan ini, Microsoft mengungkap kreasi anyar studio first-party-nya (Obsidian, Ninja Theory dan Rare), lalu memamerkan trailer terkini Star Wars Jedi: Fallen Order dan Wasteland 3 kreasi tim inXile. Oh, gameplay trailer Age of Empires IV yang begitu dinanti-nanti turut disingkap di sana.

Ini dia seluruh trailer baru dari Inside Xbox X019:

 

Microsoft Flight Simulator

Di trailer anyar permainan simulasi penerbangan mutakhir ini, developer mencoba memperlihatkan tingkat realisme dunia permainan, pilihan-pilihan pesawat autentik, serta sistem cuaca real-time yang dinamis. Microsoft Flight Simulator dikerjakan secara kolaboratif oleh Xbox Game Studios dan Asobo Studio asal Perancis, memanfaatkan engine buatan Asobo, ditopang oleh data Bing Maps serta teknologi Azure AI.

 

Age of Empires IV

Setelah penantian selama satu dekade, Microsoft akhirnya resmi mengumumkan eksistensi dari sekuel salah satu seri permainan strategi paling legendaris, namun kita harus menunggu dua tahun lagi hingga bisa mengintip seperti apa gameplay Age of Empires IV. Menggantikan peran Ensemble Studios yang sudah tutup, game dikembangkan oleh tim veteran RTS pencipta seri Company of Heroes dan Dawn of War, Relic Entertainment.

 

Everwild

Sejauh ini belum banyak yang diketahui mengenai Everwild, yaitu IP orisinal buatan Rare. Developer mendeskripsikannya sebagai dunia baru tempat hal-hal unik dan pengalaman tak terlupakan terjadi. Berdasarkan trailer-nya, pemain akan bertualang di alam terbuka yang dipenuhi flora dan fauna magis. Eksplorasi dapat dilakukan bersama-sama dan stealth tampaknya menjadi elemen penting di sana.

 

Grounded

Setelah sukses dengan The Outer Worlds, maestro RPG Obsidian kali ini mencoba sesuatu yang berbeda. Grounded merupakan permainan survival kooperatif yang menempatkan Anda sebagai manusia liliput untuk bertualang di halaman belakang rumah ala film Honey, I Shrunk the Kids. Tapi mengingat Grounded ialah game Obsidian, developer tentu tidak melupakan aspek narasi serta role-playing.

 

Wasteland 3

Tak banyak gamer tahu, Wasteland adalah game yang mencetus rangkaian permainan post-apocalypse sekaligus ‘ayah’ dari seri Fallout. Wasteland 3 rencananya akan dirilis di 2020, 32 tahun setelah debut permainan pertamanya. Pengembangannya kembali dinahkodai oleh sang desainer Brian Fargo, kali ini di bawah studio miliknya, inXile. Game membawa Anda ke Kolorado di masa depan yang telah membeku dan terbengkalai.

 

Tell Me Why

Tell Me Why ialah kreasi selanjutnya dari talenta di belakang seri Life is Strange. Seperti pendahulunya itu, game menitikberatkan penyampaian cerita yang personal, membawa Anda ke Alaska, fokus pada upaya saudara kembar Alyson dan Tyler Ronan dalam menguak misteri masa lalu mereka. Game juga kembali disajikan secara episodik, dan developer Dontnod menjanjikan waktu rilis yang jelas serta terprediksi.

 

Bleeding Edge

Setelah dilangsungkannya masa pengujian hampir setengah tahun, Bleeding Edge siap untuk dirilis di bulan Maret tahun depan. Bleeding Edge adalah permainan multiplayer kompetitif berbasis kelas garapan studio pencipta Hellblade. Anda dapat memilih peran antara assassin, support atau tank. Bleeding Edge merupakan game pertama Ninja Theory setelah studio asal Inggris ini resmi berada di bawah payung Microsoft.

 

Halo: Reach – Halo: The Master Chief Collection

The Master Chief Collection adalah bundel seri game Halo yang diracik khusus untuk platform current-gen. Setelah tersedia di Xbox One, ia dipoles lagi agar siap meluncur di PC. Enam game yang ada di sana sengaja diintegrasikan agar menyuguhkan satu pengalaman utuh. Dan di awal Desember nanti, bagian ‘pertama’ The Master Chief Collection sudah bisa dinikmati, dimulai dengan prekuel Combat Evolved, Halo: Reach.

 

Minecraft Dungeons

Tak ada crafting, bangun-membangun dan kegiatan menghancurkan balok di spin-off Minecraft ini. Dungeons malah mencoba menyuguhkan pengalaman ala Diablo lewat gameplay action-RPG, mempersilakan Anda menjelajahi ruang-ruang dalam tanah, menjinakkan perangkap serta menemukan harga karun. Game bisa dimainkan bersama oleh empat pemain, rencananya akan meluncur pada bulan April 2020.

 

Star Wars Jedi: Fallen Order

Jedi: Fallen Order resmi dirilis beberapa saat lalu. Sebelum momen itu tiba, Microsoft memperkenankan Electronic Arts untuk memublikasikan trailer live action yang mengedepankan tema imajinasi. Saya rasa, iklan ini sengaja dirancang buat meluluhkan hati orang tua agar mereka menghadiahkan game pada buah hatinya. Tak ada yang salah dengan itu. Lagi pula, kita tahu hari Natal akan segera tiba…

Windows 10X Juga Akan Hadir di Laptop Konvensional?

Fleksibilitas ialah salah satu faktor andalan Windows 10. Sistem operasi current-gen Microsoft ini dirancang agar kompatibel ke seluruh jenis PC, baik desktop, laptop standar, hingga model-model convertible berengsel putar. Namun penyajian PC terus berevolusi, dan belakangan muncullah perangkat berlayar ganda – contohnya Surface Neo dan Surface Duo, yang rencananya akan disusul oleh produk-produk dari Asus, Dell, HP dan Lenovo.

Untuk mendukung pemakaian laptop dua layar, Microsoft menggarap Windows 10X. Lewat Windows 10X, perusahaan mencoba menyempurnakan pengalaman penggunaan berbasis elemen-elemen favorit di Windows 10. Menariknya, ada indikasi Windows 10X tak hanya bisa dinikmati oleh pemilik Surface Neo dan laptop-laptop dual screen. Informasi ini datang dari pengguna Twitter @h0x0d berdasarkan dokumen desain internal yang tak sengaja Microsoft publikasikan.

Sejauh ini, Microsoft baru mengonfirmasi bahwa Windows 10X sengaja disiapkan untuk perangkat foldable dan berlayar ganda. Dari sisi user interface, kabarnya Microsoft memodifikasi bagian taskbar dan menu Start. Menariknya, perusahaan tampaknya berambisi untuk menghidangkan Windows 10X ke lebih banyak produk, termasuk notebook berdesain clamshell tradisional (perangkat berengsel satu arah standar).

Dokumen tersebut menjelaskan, “Baik untuk model clamshell maupun foldable, taskbar tetap tersaji serupa. Bagian ini menyuguhkan rangkaian tuas yang dapat ditarik untuk menciptakan tampilan alternatif.”

Di Windows 10X, istilah menu Start digantikan oleh Launcher. Meski namanya berbeda, fungsi dasarnya tetap sama, namun dititikberatkan pada fitur pencarian. Fungsi search terintegrasi ke web, app yang tersedia, serta file-file spesifik di perangkat Anda. Selain itu, bagian rekomendasi akan selalu diperbarui secara dinamis berdasarkan aplikasi, file serta website yang paling sering Anda buka.

Lewat Windows 10X, Microsoft juga mencoba menyempurnakan fitur pengenal wajah Windows Hello. Ketika kita harus melewati bagian lock di Windows 10 agar Hello dapat melakukan prosses autentikasi, Windows 10X segera mengidentifikasi pengguna begitu layar dinyalakan. Ketika perangkat ‘dibangunkan’, Windows Hello di Windows 10 langsung melakukan pemindaian wajah. Jika user terverifikasi, sistem akan membawa Anda ke bagian desktop.

Dokumen juga membahas versi baru dari File Explorer. Microsoft memang udah lama mengembangkan versi lebih modern Universal Windows Apps dari File Explorer tradisional dan tampaknya kita akan menikmati hasilnya di Windows 10X (kemungkinan membuat akses via sentuhan jadi lebih mudah). Selanjutnya, developer berupaya menyederhanakan bagian notifikasi (Action Center) dan quick settings.

Saat artikel ini ditulis, Microsoft sudah menarik dokumen tersebut dari internet.

Sumber: The Verge.

[Panduan Pemula] Cara Mengaktifkan dan Mematikan Fitur Pengenal Suara di Windows 10

Berbagai fitur terus dikembangkan di Windows 10 untuk mempermudah segala urusan pengguna. Salah satu yang cukup inovatif adalah, fitur pengenal suara untuk mengakses perangkat.

Fitur ini bisa digunakan jika Anda telah memberikan izin pada Windows 10 untuk bisa mengakses mikrofon yang terdapat di berangkat. Pun demikian, fitur ini sejatinya bisa dimatikan dan dihidupkan sesuai keinginan.

  • Masuk ke menu setting yang terdapat pada tampilan Windows 10

Cara Mengaktifkan dan Mematikan Fitur Pengenal Suara di Windows 10_1

  • Masuk ke menu privacy. Kemudian pilih speech, inking & typing.

Cara Mengaktifkan dan Mematikan Fitur Pengenal Suara di Windows 10_2

  • Akan muncul halaman menu tersebut. Disana Anda bisa melakukan pengaturan untuk mematikan/mengaktifkan fitur pengenal suara.Cara Mengaktifkan dan Mematikan Fitur Pengenal Suara di Windows 10_3
  • Untuk mengaktifkan Anda bisa klik pada tombol turn on speech service and typing suggestions. Tunggu beberapa saat hingga proses selesai.

Cara Mengaktifkan dan Mematikan Fitur Pengenal Suara di Windows 10_4

  • Dengan otomatis maka fitur pengenal suara akan aktif. Untuk mematikannya Anda bisa menggunakan langkah yang sama.

Itulah cara mengaktifkan dan mematikan pengenal suara di Windows 10. Setelah mengetahui hal tersebut, maka Anda bisa menyesuaikan penggunaan fitur dengan kebutuhan.

Cara Mengubah Lokasi Penyimpanan Folder Temporary di Windows 10

Folder temporary merupakan rumah dari semua file-file sementara yang dibuat secara otomatis ketika ada file yang sedang diproses atau dibuat, misalnya ketika Anda mengetik sebuah dokumen baru tapi belum disimpan secara permanen ke dalam folder pilihan.

Karena prosesnya yang terjadi berulang kali, file di folder temporary sangat mungkin untuk terus bertambah dan bagi perangkat yang memiliki hard disk berkapasitas rendah, tentu ini berpotensi jadi masalah. Salah satunya, folder temporary itu bisa dipindah ke partisi lain, misalnya ke D.

  • Buka explorer, arahkan mouse ke direktori This PC dan klik kanan lalu klik Properties.

cara mengganti lokasi folder temporary di Windows 10_1

  • Sesampainya di jendela properties, klik Advanced system settings.

cara mengganti lokasi folder temporary di Windows 10_2

  • Lalu klik Environment Variables.

cara mengganti lokasi folder temporary di Windows 10_3

  • Nah, berikutnya Anda akan melihat dua bilah variable, untuk user dan untuk system.
  • Di masing-masing variable, ada dua folder TEMP dan TMP. Keempat folder inilah yang nanti akan dipindah ke D/TEMP.

cara mengganti lokasi folder temporary di Windows 10_4

  • Tandai salah satu variable user dulu, kemudian klik Edit.
  • Maka akan muncul sebuah popup panjang, klik Browser Directory untuk menampilkan popup baru lagi. Posisikan kursor di partisi D/TEMP, kemudian buat folder baru di bawah folder temp untuk empat TEMP System, TEMP account, TMP system dan TMP account. Ulangi memodifikasi masing-masing variable sehingga semua menempati folder-folder yang sudah ditentukan.

cara mengganti lokasi folder temporary di Windows 10_5

  • Terakhir klik OK dan Save untuk menyimpan perubahan.
  • Oya, Anda juga sebaiknya menyembunyikan folder TEMP agar ke depan menghindari kecelakaan terhapus tanpa sengaja.