Startup Pengembang Teknologi Ekstraksi Nikel dan Laterit BANIQL Umumkan Pendanaan Awal

Startup pengembang teknologi ekstraksi nikel dan kobalt dari laterit, BANIQL, mengumumkan penutupan pendanaan awal senilai $1,4 juta atau setara Rp22,4 miliar dipimpin BENEEXT. Sejumlah investor turut berpartisipasi, di antaranya Seedstars International Ventures, A2D Ventures, XA Network, dan sejumlah angel investor dari Amerika Serikat, Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Salah satu produk keluaran BANIQL menjadi komponen penting dalam baterai kendaraan listrik dan teknologi penyimpanan energi ramah lingkungan lainnya. Perusahaan juga mengaku telah mengantongi paten di AS atas teknologi yang dikembangkan. Dengan 25% cadangan nikel dunia, Indonesia akan menjadi pasar awal dan target utama perusahaan — selanjutnya mereka juga berencana masuk ke negara lain seperti Korea Selatan, Australia, dan Filipina.

Teknologi BANIQL menawarkan pendekatan ekstraksi alternatif yang berkelanjutan dan efisien dibandingkan metode tradisional, yang sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Proses yang dikembangkan memiliki potensi untuk mengurangi konsumsi air dan energi, meminimalkan penggunaan bahan kimia, dan mengurangi jejak ekologis.

“Kami sangat senang mendapat dukungan dari investor yang percaya pada teknologi dan misi kami. Pendanaan ini akan memungkinkan kami membawa BANIQL ke tingkat berikutnya dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan untuk industri,” ujar Co-Founder & CEO BANIQL Willy Halim.

Potensi pasar dari transisi ke teknologi terbarukan

Seiring peralihan menuju energi bersih, permintaan mineral penting ini melonjak. Pasar bahan baku baterai diperkirakan mencapai $60 miliar pada tahun 2030. Integrasi vertikal di industri ini membuka peluang pasar tambahan sebesar $62 miliar. Dengan potensi pasar gabungan sebesar $120 miliar, BANIQL ingin menangkap pangsa pasar dengan potensi meraup pendapatan $1-3 miliar.

BANIQL telah juga telah menjalin kemitraan strategis dengan pemain kunci di industri ini, seperti salah satu perusahaan pertambangan Indonesia dan distributor ROV. Co. Ltd di Korea. Kemitraan ini akan memberikan mereka akses berharga ke sumber daya, keahlian, dan jaringan pasar saat perusahaan menuju komersialisasi.

“Kami sangat senang mendukung BANIQL dalam misi mereka untuk merevolusi ruang mineral penting. Teknologi inovatif mereka memiliki potensi untuk mengatasi permintaan nikel dan kobalt yang terus meningkat secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kami percaya BANIQL memiliki visi yang kuat dan menarik, dan kami berharap dapat mendukung mereka dalam perjalanan mereka,” ujar Partner BEENEXT Faiz Rahman.

Jajaran tim pendiri yang kuat

Tim BANIQL menggabungkan keahlian yang beragam dari teknik kimia, ilmu material, teknologi baterai, logistik, dan manajemen fasilitas. CEO dan Co-founder Willy Halim, lulusan UC Berkeley dan Cornell asal Indonesia, mengkhususkan diri dalam penelitian baterai kendaraan listrik. COO dan Co-founder Eric Januar, juga dari Indonesia, membawa 12 tahun pengalaman dalam R&D elektronik, baterai, dan semikonduktor, dengan keberhasilan exit di startup sebelumnya.

Co-founder Seung Wan Kim memberikan kontribusi 15 tahun pengalaman industri baterai dan jaringan yang kuat dalam produsen baterai Korea Samsung, Hyundai, dan LG. Co-founder Aristotle Vergara menawarkan lebih dari 20 tahun pengalaman logistik dan fasilitas, memainkan peran penting dalam menemukan ruang yang cocok untuk bukti konsep perusahaan dan berkontribusi pada eksperimen, pembuatan prototipe, dan pengembangan infrastruktur.

Lewat dana segar yang didapat, perusahaan akan membangun fasilitas pra-percontohan, memperluas tim R&D dan teknik, serta mendukung operasi umum, termasuk pengembangan paten, kolaborasi, dan pengembangan produk.

“Tim kami telah bekerja keras untuk mengembangkan teknologi yang tidak hanya mengatasi permintaan nikel dan kobalt yang terus meningkat, tetapi juga memprioritaskan keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan,” kata Co-founder & COO BANIQL Eric Januar. “Putaran pendanaan ini adalah tonggak penting bagi kami, karena memungkinkan kami untuk mempercepat upaya kami dan memberikan dampak yang langgeng pada masa depan produksi baterai dan praktik penambangan berkelanjutan.”

Startup Agritech “Semaai” Peroleh Pendanaan Lanjutan

Startup agritech Semaai mengumumkan pendanaan lanjutan yang dipimpin oleh Accion Venture Lab dan XA Network, serta partisipasi dari investor sebelumnya, Surge dan Beenext. Dengan putaran pendanaan ini, Semaai telah mengumpulkan total pendanaan senilai $2,9 juta ini (lebih dari 44 miliar Rupiah). Perolehan ini diraih selang setahun sejak perusahaan pertama kali mengumumkan pendanaan tahap awal sebesar $1,25 juta.

Semaai akan memanfaatkan dana tersebut untuk mendukung ekspansi produk, meliputi pembangunan layanan digital advisory untuk pengecer dan petani, serta aplikasi petani yang memungkinkan petani mengakses saprotan yang terjangkau dan lebih dekat.

Co-Founder dan CEO Semaai Muhammad Yoga Anindito menyampaikan, UMKM pertanian memiliki peranan penting sebagai support system dan agregator untuk para petani. Meskipun begitu, mereka belum cukup dibekali dengan alat yang membantu mereka melayani kebutuhan petani akan pengetahuan yang lebih baik, transparansi harga dan akses ke pasar.

“Kami percaya bahwa memberdayakan mereka dengan alat yang tepat akan membantu mereka melayani para petani lebih baik. Kami banga dan bersyukur atas dukungan Accion Venture Lab, XA Networks, dan para investor kami di mana semuanya memiliki kesamaan visi dan keyakinan dalam membawa dampak positif bagi masyarakat,” ucapnya dalam keterangan resmi, Senin (27/2).

Co-Managing Partner Accion Venture Lab Rahil Rangwala menuturkan, “ara petani memiliki peranan penting dalam sektor agrikultur Indonesia, dan kami melihat kesempatan besar untuk menyediakan peralatan digital dan kredit yang dibutuhkan untuk meningkatkan usaha dan penghidupan mereka. Kami sangat bangga bermitra dengan Semaai karena online marketplace mereka yang lengkap mempercepat transformasi digital peritel agribisnis kecil dan para petani di Indonesia yang mereka layani.”

Perkembangan Semaai

Semaai menawarkan ekosistem digital yang terintegrasi sebagai solusi mengatasi masalah rantai pasok dan meningkatkan kapasitas teknis bagi UMKM agribisnis Indonesia seperti kios/pengecer sarana produksi pertanian di pedesaan (toko tani), dan petani kecil yang mereka layani.

Rantai pasok pertanian di Indonesia sangat terfragmentasi dan kompleks; Toko tani maupun petani harus berhadapan dengan harga yang tidak jelas, kurangnya akses ke produk pertanian yang terjangkau, dan ketidakseimbangan yang semakin parah antara supply dan demand produk pertanian.

Solusi Semaai mencakup tiga layanan utama dalam mengatasi masalah sistemik industri pertanian Indonesia,yang besarnya mencapai $100 miliar. Perusahaan menyediakan marketplace digital B2B bagi toko tani dan petani untuk saprotan seperti benih dan pupuk, akses ke pasar untuk produk hasil panen, dan layanan agronomi untuk meningkatkan jumlah dan kualitas hasil pertanian.

Semaai Tani Centre / Semaai

Sejak peluncurannya di Agustus 2021, Semaai mengklaim telah membangun jaringan toko tani dan petani kecil di hampir 3.000 desa di Jawa Tengah, dengan jumlah toko tani aktif dan pengguna UMKM di marketplace Semaai yang saat ini melayani 2,6 juta petani di wilayah tersebut. Kemudian pada tahun lalu, transaksi bulanan di marketplace Semaai tumbuh 37 kali lipat, dan pendapatan bulanan Semaai meningkat 20 kali lipat.

Semaai juga membeli hasil panen dari jaringan petaninya dan mendistribusikannya ke beberapa supermarket, penggrosir dan perusahaan e-commerce besar di Indonesia. Keuntungan dari penjualan ini diputar kembali kedalam kegiatan usaha Semaai, memastikan siklus pertumbuhan yang berkelanjutan.

Tantangan rantai pasok pertanian

Solusi yang ditawarkan Semaai bukanlah barang baru, sebelumnya sudah ramai startup yang masuk menawarkan solusi efisiensi di rantai pasok pertanian. Dalam publikasi bertajuk “Yielding Next Gen. Agri Conglomerate Leveraging Tech Orchestration”, Arise menyoroti empat pain points utama dalam rantai pasok pertanian, yakni keterbatasan akses ke permodalan, rantai pasok yang terfragmentasi dan kurang efisien, minimnya akses ke teknologi, serta ketidakpastian harga akibat perubahan iklim.

Sumber: Arise

Sementara sektor ini memiliki potensi industri yang sangat besar, nilainya bisa melebihi $500 miliar terhadap GDP global di 2030 mendatang. Kontribusi dari negara Asia Pasifik ditaksir menyumbangkan 8,2% dari nilai total tersebut. Melihat tren tersebut, di kancah global investasi untuk startup argitech juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Di 2020, terdapat sekitar 834 kesepakatan pendanaan, membukukan lebih dari $6,7 miliar.

Kendati pemain agritech sudah banyak bermunculan, Arise masih melihat ada beberapa celah yang masih belum terisi oleh inovasi digital —sekaligus peluang investasi yang masih terbuka— salah satunya B2B marketplace yang memenuhi kebutuhan petani. Selanjutnya, Arise akan melirik layanan manajemen dan IoT yang bisa membantu petani melakukan tata kelola lahan garapannya.

Sampingan Announces Series A Funding of 71 Billion Rupiah

Sampingan announces the closing of $5 million Series A funding or equivalent to 71 billion Rupiah. This round was led by Altara Ventures, with the participation of Access Ventures, XA Network, iSeed SEA, and two investors in the previous round, Golden Gate Ventures and Antler. Currently, the startup founded by Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, and Dimas Pramudya has managed to raise up to $7.1 million in funds.

Fresh funds will be focused on strengthening the technology, product, and sales teams. Since their launch in 2019, they have served around 150 corporate clients with 850 thousand workers. Its services allow business partners to connect with blue-collar workers to perform various types of work, such as making sales, creating product reviews, conducting surveys, installing applications, etc.

In Indonesia, there are several platforms that specifically target blue-collar workers (informal workers). In general, it consists of two forms. First, there is a job marketplace that allows companies to recruit prospective workers with a more formal recruitment process. While agency services usually provide certain jobs on the platform, registered workers can take on and do the task directly, and get a commission after successful submission.

Platform Pekerja Kerah Biru di Indonesia

The presence of these services is based on a fairly large niche market. Based on BPS data in 2019, these workers dominate the informal sector with a rate of 57.27%. Sampingan’s internal data also recorded an increase during the pandemic. From March to December 2020, the number of Sampingan applications downloads exceeding 1 million, increased by 4 times. The number of partners also increased significantly during this period, without announcing a detailed number.

Previously, in an interview with DailySocial, the founders said that Sampingan was inspired by an outsourcing business model that applies daily or monthly targets to workers. In the process, Sampingan uses a similar approach to that model, providing pay based on performance results (pay per performance).

Sampingan was started as Antler startup generator’s first batch program in Singapore. In 2020, the program finally arrived in Indonesia to provide mentorship and investment programs to prospective founders. Apart from Sampingan, there are also local startups generated from this program, including Bubays and Cooklab.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Sampingan Umumkan Pendanaan Seri A 71 Miliar Rupiah

Sampingan mengumumkan telah menutup pendanaan seri A senilai $5 juta atau setara 71 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin Altara Ventures, dengan partisipasi Access Ventures, XA Network, iSeed SEA, serta dua investor di putaran sebelumnya yakni Golden Gate Ventures dan Antler. Sejauh ini, startup yang didirikan Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, dan Dimas Pramudya ini berhasil mengumpulkan dana hingga $7,1 juta.

Dana segar akan difokuskan untuk penguatan tim teknologi, produk, dan penjualan. Sejak diluncurkan pada 2019, mereka telah melayani sekitar 150 klien perusahaan dengan 850 ribu pekerja. Layanannya memungkinkan mitra bisnis terhubung dengan pekerja “blue collar” untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan, seperti melakukan penjualan, membuat ulasan produk, melakukan survei, pemasangan aplikasi, dll.

Di Indonesia, saat ini sudah ada beberapa platform yang khusus menyasar pekerja kerah biru (pekerja informal). Secara umum terdiri dari dua bentuk, pertama ada job marketplace memungkinkan perusahaan untuk memperoleh calon pekerja dengan proses perekrutan yang lebih formal. Sementara layanan keagenan bisanya menyuguhkan pekerjaan tertentu di platform, lalu pekerja terdaftar dapat mengambil dan mengerjakan tugas tersebut secara langsung, dan mendapatkan komisi setelah berhasil melakukan submisi.

Platform Pekerja Kerah Biru di Indonesia

Hadirnya layanan tersebut didasari adanya ceruk pasar yang cukup besar. Berdasarkan data BPS, per tahun 2019 kalangan pekerja tersebut mendominasi sektor informal dengan angka 57,27%. Data internal Sampingan bahkan mencatat adanya kenaikan di masa pandemi. Selama Maret s/d Desember 2020, jumlah unduhan aplikasi Sampingan naik 4x lipat, melebihi 1 juta unduhan. Jumlah mitra pun juga bertambah cukup signifikan di masa tersebut kendati tidak disebutkan angkanya.

Sebelumnya dalam wawancara bersama DailySocial, para founder mengatakan pengembangan Sampingan terinspirasi dari model bisnis outsourcing yang mengenakan target harian atau bulanan ke pekerja. Dalam proses kerjanya, Sampingan menggunakan pendekatan mirip dengan model tersebut, memberikan bayaran berdasarkan hasil kinerja (pay per performance).

Sampingan lahir dari program startup generator Antler batch pertama di Singapura. Tahun 2020 lalu, program tersebut akhirnya bersinggah di Indonesia untuk memberikan program mentorship dan investasi ke calon founder. Selain Sampingan, ada startup lokal yang lahir berkat program tersebut, di antaranya Bubays dan Cooklab.

Application Information Will Show Up Here