[Review] Xiaomi RedmiBook 15: Laptop untuk WFH dan SFH dengan Layar 15 inci

Xiaomi saat ini tidak hanya mengeluarkan produk smartphone saja. Ternyata, Xiaomi juga mengeluarkan sebuah laptop PC dengan sistem operasi Windows 10. Laptop yang bernama Xiaomi RedmiBook 15 ini merupakan notebook pertama yang diluncurkan secara resmi di Indonesia. Walaupun begitu, Xiaomi sendiri sudah banyak mengeluarkan produk laptopnya di luar Indonesia.

RedmiBook 15 datang dengan spesifikasi yang cukup menarik. Pada saat peluncurannya, laptop ini langsung diperkenalkan dengan menggunakan prosesor Intel Core i3 1115G4. Selain itu, RAM 8 GB dan sebuah SSD M.2 SATA juga sudah terpasang pada perangkat yang satu ini. Walaupun memiliki spesifikasi yang mumpuni, RedmiBook 15 menyasar pada mereka yang bekerja dan sekolah di rumah pada masa pandemi.

Laptop yang satu ini sempat mendapatkan diskon perkenalan hingga 1 juta rupiah. Walaupun tanpa diskon, laptop ini ternyata juga masih memiliki harga yang cukup terjangkau. Dengan menggunakan prosesor Intel generasi ke 11, RAM 8 GB, dan sudah menggunakan Windows 10 resmi, RedmiBook 15 masih belum menyentuh harga 7 juta. Hal ini tentu saja menarik bagi mereka yang selalu menanyakan “laptop apa yang bisa dibeli dengan budget maksimum 7 juta rupiah?”.

Xiaomi RedmiBook 15 memiliki spesifikasi sebagai berikut

Prosesor Intel Core i5 1115G4 (2C4T) 3 GHz, Turbo 4,1 GHz
GPU Intel UHD Graphics
RAM 8 GB DDR4 3200 MHz Single Channel
Storage Foresee M.2 SATA 256 GB
Layar TN 15,6 inci 1920 x 1080 NTSC 45%
WiFi 802.11 ac atau WiFi 5
Bobot 1,8 kg
Sistem operasi Windows 10 64 Bit Home Single Language
Dimensi 363.8 x 243.5 x 19.9 mm
Baterai 46 Wh / 3090 mAh

Spesifikasi dari CPU-Z dan GPU-Z bisa dilihat dari gambar berikut ini:

Jika dilihat dari spesifikasi yang ada, memang laptop ini utamanya ditujukan untuk menggunakan software seperti Office, Zoom, dan lainnya yang mendukung pekerjaan dan belajar. Selain untuk para pekerja kantoran, pelajar, dan mahasiswa, laptop ini juga cukup mumpuni untuk digunakan oleh mereka yang bergerak di bidang UMKM. Lalu seperti apa kinerja dari laptop yang satu ini?

Unboxing: Charger bukan USB-C

Selain kartu garansi, laptop ini hanya dibekali dengan kabel power serta charger. Xiaomi kali ini menggunakan standar colokan charger untuk laptop pada umumnya dan bukan USB-C. Charger-nya sendiri buatan LiteOn.

Desain

RedmiBook 15 yang datang ke rumah saya memiliki warna hitam, seperti kebanyakan laptop pada umumnya. Untuk bahan yang dipakai pada badannya, Xiaomi sepenuhnya menggunakan plastik. Bahan plastik ini memiliki finishing matte, sehingga tidak terlalu licin saat dipegang. Namun, minyak masih menjadi musuh bagi laptop ini karena mudah untuk meninggalkan jejak.

RedmiBook 15 menggunakan layar dengan jenis panel TN yang memiliki resolusi 1920 x 1080. Dengan menggunakan panel TN, tentu saja sudut penglihatan yang diberikan tidak sebaik IPS. Xiaomi sendiri mengklaim bahwa akurasi warna pada laptop ini ada pada 45% NTSC, yang memang membuatnya kurang cocok untuk para editor video dan gambar. Walaupun begitu, panel ini masih cukup banyak digunakan pada laptop direntang harganya.

Keyboard yang ada pada laptop ini memiliki ruang yang cukup luas dan nyaman digunakan oleh mereka yang bertangan besar. Sayangnya, Xiaomi tidak menyediakan LED backlit sehingga akan cukup sulit untuk bekerja ditempat yang kurang pencahayaan. Touchpad yang ada di bawah keyboard juga memiliki dimensi yang besar. Touchpad ini juga cukup licin dan nyaman digunakan sebagai mouse serta bisa digunakan untuk semua gesture dari Windows 10.

Pada bagian kanan dapat ditemukan port audio 3,5 mm, SDCard reader, USB 2.0, LAN, serta Kensington Lock. Untuk bagian kirinya dapat ditemukan dua buah port USB 3.2 Gen 1, HDMI 1.4, dan port untuk mengisi daya. Sayang memang, sekali lagi, laptop ini tidak dilengkapi dengan port USB-C yang saat ini sudah mudah ditemukan pada beberapa laptop. Walaupun begitu, penggunaan USB-A memang masih sangat umum digunakan untuk bertukar data ke perangkat lainnya.

RedmiBook 15 datang dengan menggunakan sistem operasi Windows 10 Home Edition. Tentunya hal ini cukup baik karena beberapa laptop yang memiliki spesifikasi yang mirip kerap tidak memberikan sistem operasi Windows 10 yang harganya bisa lebih dari 1 juta rupiah. Xiaomi pun mengatakan bahwa nantinya perangkat ini juga bisa di-upgrade ke Windows 11.

Sistem operasi Windows 10 yang diberikan memang benar-benar bersih. Anda tidak akan menemukan software bawaan Xiaomi pada RedmiBook 15. Walaupun hal tersebut berarti bahwa software Office juga tidak akan ditemukan, namun saya masih bisa menggunakan alternatif gratisnya seperti Office Online, WPS, atau Libre Office. Untuk urusan suara, DTS Surround sudah terpasang pada laptop yang satu ini.

Pengujian: Bukan tanpa masalah

RedmiBook 15 menggunakan prosesor Core i3-1115G4 atau sering dikenal dengan Tiger Lake dan memiliki kartu grafis terintegrasi yang bernama Intel UHD Graphics. Intel UHD Graphics adalah grafis Iris Xe yang memiliki 48 Execution Unit. Prosesornya sendiri memiliki 2 core dengan 4 threads dengan kecepatan 3 GHz dan memiliki Turbo hingga 4.1 GHz yang beroperasi pada TDP 12 watt hingga 28 watt. Tiger Lake sendiri sudah menggunakan litografi 10 nm SuperFin.

RAM yang terpasang pada laptop ini memiliki kapasitas 8 GB yang sayangnya tidak dapat di-upgrade. Selain itu, Xiaomi juga tidak menggunakan mode dual channel yang membuat kinerjanya menjadi tidak optimal. Media penyimpanan yang digunakan adalah SSD SATA M.2 dengan merek Foresee. Foresee sendiri merupakan merek milik Longsys dari Shenzhen yang saat ini juga memiliki merek Lexar.

Problem: Heating dan Freezing

Setelah melihat spesifikasi dari RedmiBook 15 yang saya gunakan semenjak 3 minggu yang lalu, sepertinya laptop tersebut mampu menjalankan game yang saat ini masih naik daun, yaitu Valorant. Game yang satu ini sendiri hanya membutuhkan spesifikasi yang cukup minim untuk menjalankannya pada framerate 60 fps. Dan benar saja, dengan setting low, RedmiBook 15 dapat menjalankannya di 60 fps pada resolusi rendah hingga menengah. Sayangnya, saya menemukan kendala yang sangat mengganggu.

Pada saat bermain Valorant, setelah beberapa menit game akan freezing sekitar 3-5 detik. Hal ini akan berulang-ulang terjadi selama kita menggunakan laptop hingga melakukan restart PC. Saya pikir, masalah itu hanya terjadi pada saat bermain game saja. Hal tersebut membuat saya sangat curiga dengan mode RAM single channel yang digunakan.

Nyatanya, saat menggunakan perangkat ini untuk melakukan editing gambar masalah tersebut muncul lagi. Hal tersebut tentu saja membuat anggapan RAM bermasalah menjadi sirna. Saya menjadi cukup yakin bahwa laptop ini memiliki panas yang berlebih. Hal tersebut pun terbukti pada saat saya melakukan benchmark, suhu dapat mencapai 97 derajat celcius dan bahkan bisa menyentuh suhu 120 derajat celcius walau hanya sebentar saja.

Kipas external pun saya gunakan untuk mendinginkan laptop RedmiBook 15. Tentunya, hal ini berujung pada turunnya panas pada saat melakukan benchmarking sampai ke 85 derajat celcius. Saya pun berhasil mencoba beberapa benchmarking tanpa adanya kendala freezing. Namun, bermain game Valorant membuat perangkat ini kembali freezing.

Untungnya, freezing ini juga terjadi pada saat saya sedang mengatur file yang ada di RedmiBook 15. Saya pun melihat aktivitas media penyimpanan (SSD) di laptop ini yang cukup aneh. Windows 10 tidak menggunakan media penyimpanan ini lebih dari 1 MB/s, namun load SSD bisa mencapai 100% selama 1-5 detik yang menyebabkan komputer berhenti bekerja selama waktu tersebut.

Hal tersebut berarti bahwa program di Windows 10 bukanlah penyebab load dari SSD tinggi. Kecurigaan saya langsung tertuju pada masalah klasik yang pernah ada pada SSD jaman dahulu: Write-Cache Buffer Flushing. Saya langsung mematikan fitur ini pada Device Manager dengan men-tick pilihannya. Dan ‘voila’, masalah freezing pun sirna. Laptop pun dapat bermain game Valorant dengan lancar hingga berjam-jam.

Bagi Anda yang memiliki masalah ini pada laptop RedmiBook 15, Anda bisa mencoba tips yang saya berikan di atas. Saya juga merekomendasikan para pemilik laptop ini untuk membeli cooler eksternal agar bisa menurunkan suhu yang dihasilkan. Hal ini tentu menjadi PR bagi Xiaomi agar meningkatkan sistem pendingin pada setiap laptopnya agar tidak membuat prosesornya throttling.

Benchmarking

Pada kesempatan kali ini, saya membawa kembali laptop dengan Intel Core i7 1185G7 dan Core i5 1135G7. Tentunya hal tersebut untuk membandingkan kinerja sesungguhnya dari prosesor yang digunakan pada Xiaomi RedmiBook 15. Kinerja yang dihasilkan dari prosesor Intel Generasi ke 11 ini memang sudah kencang. Berikut adalah hasilnya

Prosesor yang digunakan oleh RedmiBook 15, yaitu Core i3 1115G4 memang dibawah “kakak-kakak”nya. Walaupun begitu, hal tersebut memang wajar mengingat Core i3 merupakan kelas paling rendah dari jajaran Intel Core i. Hal tersebut tentu saja dikarenakan jumlah core yang lebih sedikit serta grafis terintegrasi yang digunakan. Akan tetapi, dengan kinerja yang ada sudah sangat mumpuni untuk mengerjakan tugas kantoran dan sekolah sehari-hari.

Saya menggunakan laptop RedmiBook 15 untuk menulis artikel ini. Semenjak membenahi masalah yang ada, saya tidak menemukan masalah yang berarti. Menggunakan segala macam software seperti WPS dan Photoshop tidak membuat laptop ini menjadi pelan. Justru, saya bisa menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dari biasanya.

Uji Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p dengan container file MP4. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop.

Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata bisa bertahan selama 9 jam 54 menit. Hasilnya memang sedikit sekali berbeda dengan yang dijanjikan, yaitu 10 jam. Setelah baterai habis total, saya langsung mengisi kembali baterainya. Xiaomi RedmiBook 15 akan penuh dari kosong hingga 100% dalam waktu sekitar 1.5 jam.

Verdict

Xiaomi akhirnya mengeluarkan perangkat laptopnya secara resmi di Indonesia. Hal tersebut dimulai dengan mengeluarkan RedmiBook 15 yang memiliki penyimpanan internal 256 GB. Produk ini oleh Xiaomi ditargetkan untuk dipakai oleh mereka yang sedang bekerja dan sekolah di rumah pada masa pandemi Covid 19.

Kinerja yang ditawarkan oleh RedmiBook 15 yang menggunakan Intel Core i3 1115G4 memang cukup baik. Saat permasalahan yang ada sudah diatasi, laptop ini mampu mengerjakan semua hal dengan cukup baik. Walaupun begitu, panas yang dihasilkan memang cukup mengganggu. Ada baiknya pengguna RedmiBook 15 untuk membeli sebuah cooler tambahan agar membuat laptop ini menjadi lebih awet.

Daya tahan baterai yang dimiliki oleh laptop ini juga sangat baik. Pada pengujian yang saya lakukan, waktunya bisa mencapai hampir 10 jam, sedikit di bawah janji Xiaomi. Hal ini tentu saja bisa menjamin pengguna untuk tidak membawa charger ke mana-mana saat sedang bekerja di sebuah kafe. Selain itu, desain keyboard-nya juga nyaman sehingga mengetik akan menjadi lebih mudah.

Xiaomi menjual RedmiBook 15 dengan penyimpanan SSD 256 GB seperti yang saya dapatkan dengan harga Rp. 6.999.000. Xiaomi juga telah mengeluarkan versi SSD 512 GB-nya dengan harga Rp. 7.999.000. Harga ini memang sangat bersaing dengan pemain-pemain lama di Indonesia, namun terbukti nilainya masih terjangkau. Dengan harga yang dimiliki dan kelengkapan yang diberikan, menjadikan Xiaomi RedmiBook 15 sebuah alternatif untuk memiliki sebuah laptop yang cukup terjangkau.

Sparks

  • Kinerja yang baik dengan Core i3 1115G4
  • Harga yang cukup terjangkau
  • Multifungsi: bisa untuk bekerja dan bermain game
  • Tanpa bloatware
  • Desain minimalis
  • Daya tahan baterai yang cukup panjang

Slacks

  • Suhu prosesor yang dapat mencapai 120 derajat
  • Freezing, walau akhirnya bisa dibenahi
  • Tanpa kehadiran port USB-C
  • RAM single channel dan tidak bisa di-upgrade

[Review] Xiaomi Mi 11 Lite: Versi Ringan, Fitur Tetap Berbobot

Smartphone flagship Xiaomi terbaru, Mi 11 series memiliki banyak model. Tiga yang masuk Indonesia diantaranya versi original Mi 11, model paling top Mi 11 Ultra, dan Mi 11 Lite yang merupakan versi ekonomis dari anggota keluarganya.

DailySocial Gadget telah kedatangan Mi 11 Lite versi 4G, kalau saya bandingkan spesifikasinya dengan Mi 11, perbedaannya memang sangat jauh dan harganya hingga 63% lebih murah. Apakah Mi 11 Lite tetap dapat menyuguhkan pengalaman premium? Langsung saja, berikut review Xiaomi Mi 11 Lite selengkapnya.

Desain & Build Quality

unboxing-xiaomi-mi-11-lite

Xiaomi Mi 11 Lite tersedia dalam tiga konfigurasi memori, Xiaomi menjualnya dengan harga Rp3.699.000 (6GB+64GB), Rp3.799.000 (6GB+128GB), dan Rp3.999.000 (8GB+128GB). Sebagai pembanding, Mi 11 (8GB+256GB) dibanderol Rp9.999.000 di Indonesia.

Unit review Xiaomi Mi 11 Lite yang saya uji merupakan varian tertinggi, dengan RAM 8GB dan penyimpanan internal 128GB. Kesan pertama saya saat unboxing sangat baik, ia memiliki desain halo ring yang melingkari kamera utama seperti milik Mi 11 dan warna peach pink-nya tampil sangat mempesona.

Setelah menjajalnya selama beberapa waktu, saya akhirnya mengerti maksud lain dari label ‘Lite‘. Hal ini mengacu pada profil bentuknya yang ramping, ketebalannya di angka 6,81 mm dan bobotnya hanya 157 gram sehingga nyaman digenggam dan mudah ditangani dalam aktivitas sehari-hari.

build-quality-xiaomi-mi-11-lite

Build quality-nya cukup premium, baik bagian depan dan belakang terbuat dari material kaca, tetapi bingkainya dari plastik. Permukaan belakangnya memiliki finishing buram yang sudah smudge-resistant sehingga kebal terhadap noda yang ditimbulkan oleh bekas sidik jari.

Mari kita lihat sekeliling bodinya, di sebelah kanan terdapat tombol volume dan power yang terintegrasi dengan sensor sidik jari yang selalu aktif, cepat, dan akurat. Fitur face unlock juga cepat, tetapi tidak lebih aman dari sidik jari.

Sebelah kirinya polos, sisi atas terdapat mikrofon dan IR blaster yang memungkinkan Mi 11 Lite menjadi remote kontrol cadangan untuk perangkat elektronik seperti TV, AC, dan lainnya. Sementara, SIM tray yang berbentuk hybrid, mikrofon utama, port USB-C, dan speaker tersemat di sisi bawah.

Layar AMOLED HDR10

layar-xiaomi-mi-11-lite

Bagian muka mengemas layar 6,55 inci DotDisplay dengan lubang kamera depan 16MP f/2.5 di pojok kiri atas. Model layarnya datar, tidak melengkung di bagian sisinya seperti Mi 11. Bezel samping dan bagian atas simetris dengan ketebalan hanya 1,88 mm, meski begitu Xiaomi berhasil menyematkan gril untuk earpiece di atas layar yang juga dapat berfungsi sebagai speaker stereo.

Selain itu, panel yang digunakan sudah berjenis AMOLED, ditopang resolusi klasik FHD+ dalam rasio 20:9 dan diproteksi Corning Gorilla Glass 5. Dengan refresh rate 90 Hz dan touch sampling rate 240 Hz, membuatnya cukup ideal untuk bermain game kompetitif yang butuh respon cepat.

Xiaomi Mi 11 Lite juga dipastikan dapat memanjakan para penikmat film, sebab layarnya mendukung 10-bit yang berarti dapat menampilkan hingga 1 miliar warna, bersertifikasi HDR10, punya color gamut lebar DCI-P3, dan rasio kontras 5.000.000:1. Di pengaturan layar bisa dijumpai fitur color scheme, di mana pengguna bisa memilih satu dari tiga preset warna termasuk auto, saturated, dan original yang masing-masing mewakili color space tertentu.

Kamera Utama 64MP

kamera-xiaomi-mi-11-lite

Untuk mengabadikan momen dalam kehidupan sehari-hari, Mi 11 Lite mengandalkan tiga unit kamera di belakang. Kamera utamanya menggunakan menggunakan sensor Samsung ISOCELL GW3 beresolusi tinggi 64MP dengan piksel 0,7 µm. Sensor gambar berukuran 1/1.97 inci ini berada di belakang lensa wide 26mm f/1.8.

Pada praktiknya dengan teknologi Tetrapixel 2×2, secara default hasil fotonya menjadi 16MP dengan ukuran per piksel lebih besar 1,7 µm yang mampu menyerap lebih banyak cahaya. Dengan mode night, asalkan memegang kamera dengan stabil saat memotret, hasil foto malam atau di kondisi minim cahaya masih dapat diterima dengan noise minimal.

kamera-xiaomi-mi-11-lite-2

Sebagai pelengkap, ada kamera 8MP menggunakan menggunakan sensor Sony IMX355 dengan lensa ultrawide 16mm f/2.2 yang memberikan bidikan lebar 119 derajat. Bersama kamera 5MP f/2.4 untuk bidikan macro pada jarak sekitar 3 – 7 cm. Berikut beberapa contoh bidikan kamera Mi 11 Lite.

Fitur kamera yang dibawa oleh Mi 11 Lite sangatlah lengkap. Selain mode utama seperti photo, portrait, video, dan pro, pada opsi ‘more‘ ada 12 mode ekstra, meliputi night, 64MP, short video, panorama, documents, vlog, slow motion, time-lapse, dual video, movie effects, long exposure, dan clone.

Bagi para content creator, rangkaian fitur kamera tersebut tentunya dapat membatu dalam pembuatan konten yang lebih bervariasi. Perekaman videonya sendiri mendukung hingga resolusi 4K pada 30fps dan 1080p dengan frame rate 30/60fps.

Yang menarik, mode kamera pro pada Mi 11 Lite bisa digunakan untuk foto dan video. Beberapa pengaturan dapat disesuaikan lebih lanjut, mulai dari ISO, shutter speed, exposure compensation, white balance, focus, tiga lensa meliputi wide, ultrawide, dan macro, log format, zoom, histogram, exposure verification, focus peaking, serta metering mode.

Untuk membantu membuat konten yang lebih kreatif, dengan warna dan gerakan yang tampak sinematik, pengguna bisa mencoba mode vlog dan movie effects. Pada vlog, mode video ini tersedia total 13 template dan ada lima efek dari mode movie effects, semuanya dilengkapi preview sehingga bisa dengan mudah diikuti.

Performa

spesifikasi-xiaomi-mi-11-lite

Sebagai smartphone kelas menengah yang dibanderol dengan harga mulai Rp3.699.000, chipset Qualcomm Snapdragon 732G yang menenagai Mi 11 Lite terbilang mumpuni di kelasnya. Ditambah dukungan RAM LPDDR4X hingga 8GB dan penyimpanan internal UFS 2.2 hingga 256GB.

Lebih detail, SoC ini dibuat pada proses fabrikasi 8nm dan didukung AI Engine generasi ke-4. Membawa CPU octa-core yang terdiri dari dua inti Kryo 470 Gold 2,3 GHz dan enam inti Kryo 470 Silver 1,8 GHz, serta GPU Adreno 618.

benchmark-xiaomi-mi-11-lite-2

Secara keseluruhan, performa dari smartphone yang menjalankan sistem operasi Android 11 dengan sentuhan MIUI 12.5.1 ini tak perlu dipertanyakan lagi. Dipastikan ia dapat menangani berbagai macam keperluan sehari-hari dan mampu menjalankan proses multitasking dengan lancar.

Begitu pula dengan gaming, Genshin Impact dan PUBG Mobile dapat berjalan lancar dengan pengaturan grafis tinggi. Semua kegiatan di perangkat ini mengandalkan baterai berkapasitas 4.250 mAh dan didukung pengisian cepat 33W.

Verdict

android-11-xiaomi-mi-11-lite

Membawa nama besar keluarga flagship Mi 11 series, fitur yang ditawarkan oleh Mi 11 Lite sama sekali tidak mengecewakan. Sebut saja, panel AMOLED FHD+ yang mana saat dipadukan dengan fitur dual speaker dapat menyuguhkan pengalaman premium saat menonton film. Di aplikasi Netflix, Mi 11 Lite dapat memutar film dalam kualitas HDR.

Sementara untuk gaming, kombinasi layar dengan refresh rate tinggi 90Hz dan chipset Qualcomm Snapdragon 732G, memastikan Mi 11 Lite dapat menangani berbagai game kompetitif dengan mulus. Tentu saja karena berada di kelas yang berbeda dengan Mi 11, maka wajar bila kemampuan kamera, performa, dan beberapa aspek lain mengalami penyesuaian.

Xiaomi Mi 11 Lite juga dapat bersaing ketat dengan kompetitor di kelas menengah, baik dari segi desain, fitur, dan spesifikasi. Justru ancamannya datang dari dalam, di mana ia harus berbagi tempat dengan Redmi Note 10 Pro dan Poco X3 Pro yang dijual dengan rentang harga yang tak jauh beda.

Sparks

  • Bodi tipis, build quality bagus dengan desain halo ring seperti Mi 11
  • Panel AMOLED FHD+ HDR10
  • Tiga kamera, kamera utama 64MP
  • Ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 732G yang powerful di kelasnya

Slacks

  • Sensor sidik jari di samping, belum di bawah layar
  • Bodi tanpa sertifikasi rating IP untuk ketahanan terhadap air dan debu
  • Kemampuan kamera dan performa disesuaikan dibanding Mi 11

Kenalan dengan Dolby Atmos dan Vision pada Xiaomi Pad 5

Xiaomi pada akhirnya meluncurkan lagi sebuah tablet dengan sistem operasi Android yang bernama Xiaomi Pad 5. Tablet yang satu ini cukup menjadi perhatian karena kebutuhan masyarakat di Indonesia yang sedang work from home dan school from home akibat pandemi Covid-19. Selain itu, tablet yang satu ini cukup berbeda dengan tablet lainnya karena menggunakan chipset kencang Snapdragon 860. Tentunya, masih banyak lagi yang disuguhkan Xiaomi pada tablet barunya tersebut.

Pada tanggal 24 September 2021, Xiaomi mengadakan pertemuan secara online untuk memperkenalkan tablet barunya kepada para media. Salah satu yang ditawarkan oleh Xiaomi pada tabletnya tersebut adalah hadirnya fitur dari Dolby. Pada kesempatan kali ini pula, Xiaomi juga menghadirkan representasi dari Dolby untuk membicarakan tentang teknologinya.

Hal pertama yang ada pada Xiaomi Pad 5 adalah suara yang didukung dengan Dolby Atmos. Dolby Atmos akan meningkatkan kualitas suara dari sebuah musik dan lagu, sehingga terdengar jauh lebih baik. Dolby Atmos sendiri sudah digunakan pada bioskop-bioskop yang ada di Indonesia dengan tujuan agar para penonton bisa merasa seperti didalam film yang sedang diputar tersebut.

Kanal suara memang saat ini sudah banyak diperkenalkan. Mulai dari stereo yang memiliki 2 kanal, yakni kiri dan kanan. Setelah itu, teknologi berkembang dengan memberikan suara dari tengah selain kiri dan kanan, yang dikenal dengan 2.1. Selanjutnya, teknologi berubah lagi dengan menambah speaker pada bagian belakang yang disebut dengan surround sound.

Sayangnya dengan teknologi berbasis kanal ini, suara tidak dapat dihadirkan dengan cara diurutkan dan terdengat bersamaan. Dengan Dolby Atmos, mereka menembus batas tersebut sehingga suara bisa dihadirkan dan diurutkan secara bebas dengan ruang 360 derajat. Dan seperti telinga manusia, kita bisa mendengarkan dari mana suara tersebut datang. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan kedalaman cerita dari sebuah film atau musik yang didengar.

Selain Dolby Atmos, teknologi lainnya yang dibenamkan pada Xiaomi Pad 5 adalah Dolby Vision. Teknologi Dolby Vision akan meningkatkan warna serta detail dari sebuah konten. Warna yang dihasilkan dari Dolby Vision akan menjadi akurat karena warna hitamnya benar-benar hitam serta kedalaman warnanya lebih baik dari teknologi lain yang ada saat ini.

Untuk dapat menghadirkan konten yang bisa memiliki warna akurat serta tingkat ketajaman yang lebih baik tersebut, sebuah konten harus sudah mendukung Dolby Vision. Dolby bekerja sama dengan studio film untuk menghadirkan teknologi ini agar bisa ditonton pada perangkat yang sudah mendukung Dolby Vision pula. Jika sebuah perangkat tidak mendukung Dolby Vision, tentu konten tersebut masih bisa dimainkan namun tanpa peningkatan yang dijanjikan oleh Dolby.

Tanpa Earphone, bagaimana kualitasnya?

Setelah sedikit menjelaskan mengenai teknologi dari Dolby Atmos dan Dolby Vision yang ada pada Xiaomi Pad 5, saya pun menanyakan satu hal kepada Ashim Mathur, Senior Regional Director, Emerging Markets, Dolby Laboratories. Pertanyaan tersebut mengenai bagaimana kualitas suara dari Dolby Atmos jika kita mendengarkan suaranya melalui speaker Xiaomi Pad 5 dan bukan earphone. Tentunya, selama ini kita hanya akan bisa mendengar perbedaan suaranya melalui sebuah earphone maupun headphone.

Ashim mengatakan bahwa teknologi Dolby Atmos ini sudah terintegrasi ke dalam Xiaomi Pad 5. Oleh karena itu jika kita ingin mendengarkan suara melalui headphone, baik itu yang murah maupun yang mahal, pengalaman Dolby Atmos tentu akan terasa. Teknologi ini tidak tergantung pada perangkat eksternal namun sudah ada pada Xiaomi Pad 5 tersebut. Jadi, pengalaman tersebut juga bisa didengarkan melalui speaker bawaannya.

Namun Asham mengatakan bahwa beliau pribadi lebih memilih menggunakan sebuah earphone. Hal tersebut akan membuat suaranya lebih baik karena kita akan mendengarkan pergerakan suaranya dan pengalaman merasakan kontennya akan lebih baik. Akan tetapi jika kita ingin mendengarkan tanpa headphone dan earphone, tentu saja bisa merasakannya pula namun pengalamannya akan lebih sedikit.

Xiaomi Umumkan Redmi G 2021, Laptop Gaming Murah dengan GPU RTX 30 Series

Pasar laptop tanah air belum lama ini dibuat geger oleh RedmiBook 15. Tipikal Xiaomi, perangkat tersebut menawarkan spesifikasi lebih tinggi ketimbang pesaing-pesaingnya di rentang harga yang sepadan. Di Tiongkok, Xiaomi bahkan sudah menerapkan strategi yang sama untuk segmen laptop gaming.

Yang terbaru, Xiaomi belum lama ini memperkenalkan Redmi G 2021. Laptop gaming ini hadir dalam dua versi; satu dengan prosesor Intel, satu dengan prosesor AMD. Versi Intel-nya ditenagai prosesor Core i5-11260H (6-core, 12-thread), sementara versi AMD-nya dibekali prosesor Ryzen 7 5800H (8-core, 16-thread).

Terkait kinerja grafisnya, Redmi G 2021 versi Intel mengandalkan GPU Nvidia GeForce RTX 3050, sedangkan versi AMD-nya lebih superior berkat RTX 3060 dengan TDP 130 W. Perbedaan selanjutnya terletak di sistem pendinginnya. Meski sama-sama mengusung sistem cooling generasi baru, cuma versi AMD-nya saja yang turut dilengkapi heat pipe tembaga.

Ini wajar mengingat versi AMD-nya memang menawarkan performa yang lebih gahar daripada versi Intel-nya. Bahkan charger yang Xiaomi sertakan pun berbeda: 180 W untuk versi Intel, 230 W untuk versi AMD.

Selebihnya, duo Redmi G 2021 ini cukup identik. Keduanya sama-sama dibekali RAM 16 GB dan SSD berkapasitas 512 GB. Layarnya pun sama persis, dengan panel 16,1 inci FHD 144 Hz. Melengkapi fitur-fiturnya adalah konektivitas Wi-Fi 6, sistem audio DTS: X Ultra 3D, serta backlit keyboard.

Di Tiongkok, Redmi G 2021 versi Intel dijual seharga 5.700 yuan (± 12,6 jutaan rupiah), sementara versi AMD-nya dibanderol 7.000 yuan (± 15,5 jutaan rupiah). Semoga saja Xiaomi punya rencana untuk mengusik pasar laptop gaming tanah air dengan mendatangkan setidaknya salah satu varian Redmi G 2021 ke sini. Semoga…

Sumber: GSM Arena dan GizmoChina.

[Review] Poco X3 GT: Smartphone 5G Kencang Berkat Dimensity 1100

Poco, sebuah merek independen yang masih di bawah naungan Xiaomi, baru-baru ini meluncurkan sebuah smartphone yang memiliki kinerja tinggi. Selain memiliki kinerja yang tinggi, perangkat yang satu ini juga sudah memiliki kapabilitas untuk terkoneksi dengan jaringan 5G. Poco sendiri juga tidak menjual perangkat ini dengan harga yang melambung tinggi. Smartphone tersebut bernama Poco X3 GT.

Poco X3 GT merupakan perangkat pertama di Indonesia yang menggunakan chipset terbaru dari Mediatek, yaitu Dimensity 1100. Dimensity 1100 sendiri dimasukkan ke dalam chipset flagship oleh sang pembuatnya. Oleh karena itu, Poco X3 GT seharusnya memiliki kinerja yang sama dengan perangkat-perangkat flagship lainnya.

Tidak hanya SoC saja, Poco mempersenjatai X3 GT dengan beberapa peripheral lainnya yang sering ditemukan pada sebuah perangkat flagship. Layar dari Poco X3 GT sudah memiliki kemampuan refresh rate 120 Hz. Selain itu, layar tersebut juga sudah dilindungi dengan Corning Gorilla Glass Victus yang saat ini merupakan yang paling kuat. Baterainya yang berkapasitas 5000 mAh dapat diisi dengan cepat berkat charger 67 watt bawaannya.

Poco X3 GT memiliki spesifikasi sebagai berikut

SoC Mediatek Dimensity 1100
CPU 4 x 2.6 GHz Cortex-A78 +  4x 2.0 GHz Cortex-A55
GPU ARM Mali-G77 MC9
RAM 8 GB LPDDR4x + 2 GB Memory Expansion
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 6,6 inci IPS 2400 x 1080 120Hz Gorilla Glass Victus
Dimensi 163.3 x 75.9 x 8.9 mm
Bobot 193 gram
Baterai 5000 mAh 67 watt charger
Kamera 64 MP / 16 MP utama, 2 MP Macro, 8 MP Ultrawide, 16 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12.5

Untuk hasil pemindaian CPU-Z dan GPU-Z bisa dilihat pada gambar berikut ini

Poco X3 GT juga merupakan yang pertama dari Xiaomi yang memiliki fungsi penambah RAM. Fitur tersebut bernama Memory Extension yang dapat memperluas kapasitas RAM untuk cache sebesar 2 GB. Poco X3 GT juga sudah dilengkapi dengan NFC yang bisa digunakan untuk mengisi kartu uang elektronik. Perangkat ini juga sudah memiliki Dolby Atmos.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan didalam kotak paket penjualannya. Xiaomi sudah memberikan charger 67 watt langsung didalam paket penjualannya. Hal ini tentunya bakal mempercepat pengisian daya baterai dari Poco X3 GT.

Desain

Jika Poco X3 NFC dan X3 Pro memiliki desain belakang yang sama, hal tersebut tidak pada Poco X3 GT. Desain kameranya kembali diletakkan di sebelah kiri atas. Selain itu, logo Poco juga memiliki posisi yang sama dengan Redmi, yaitu di kiri bawah. Untuk warna yang saya dapatkan memiliki nama warna Cloud White.

Layar Poco X3 GT memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,6 inci ini serta memiliki refresh rate 120 Hz. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass Victus terbaru dari Corning sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Hal tersebut menyebabkan Poco X3 GT memiliki kaca yang paling keras pada lini X3 untuk saat ini.

Pada sisi belakangnya, terdapat ruang kotak yang berisikan kamera dengan LED Flash. Kamera utama dengan 64 MP berada pada bagian atas dan LED berada persis di sebelah kanannya. Kamera ultrawide ada pada bagian tengah dari kotak ini. Kamera makro ada pada bawah.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker,  serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (slot hibrid) terletak pada bagian kirinya.

Poco X3 GT tidak memiliki port audio 3.5 mm, sehingga pengguna diharuskan memakai converter bawaan dari USB-C ke audio. Jika kabel tersebut hilang atau tertinggal, maka pengguna hanya bisa mengandalkan earphone bluetooth atau TWS. Untungnya, Poco X3 GT sudah menggunakan Dolby Atmos sehingga suara yang dikeluarkan dari earphone menjadi lebih lengkap.

Poco X3 GT yang saya uji sudah menggunakan MIUI versi 12.5.1 versi Poco. Versi Poco tidak memiliki pilihan untuk menghilangkan app drawer-nya. Sistem operasi yang digunakan sudah memakai Android 11. Versi 12.5 sendiri sudah memiliki beberapa peningkatan yang membuatnya lebih responsif dibandingkan dengan versi 12.0.x sebelumnya.

Poco X3 GT juga membawa sebuah fitur baru untuk melegakan RAM. Fitur tersebut bernama Memory ExtensionMemory Extension akan memberikan ruang tambahan pada RAM dengan membuat ruang memori virtual pada penyimpanan internal. Hal ini akan membuat sistem menaruh beberapa cache pada memori virtual sehingga RAM-nya menjadi tidak penuh.

Fitur ini kemungkinan besar tidak akan sering digunakan untuk pemakaian sehari-hari. Kecuali Anda membuka banyak aplikasi (yang tentunya akan memboroskan baterai), maka RAM tentu akan menaruh sebagian isinya pada penyimpanan internal. Namun berhati-hatilah, karena penyimpanan internal memiliki daur penulisan yang terbatas.

Jaringan

Poco X3 GT menggunakan chipset Dimensity 1100 yang memang ditujukan untuk perangkat flagship. Oleh karena itu, perangkat ini sudah menggunakan modem yang sudah mendukung teknologi terkini, seperti Carrier Aggregation untuk 4G maupun 5G. Modem yang digunakan oleh Dimensity 1100 juga sudah mendukung semua jaringan yang ada saat ini.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 18, 19, 26, 28, 38, 40, 41, dan 42 untuk jaringan 4G. Sedangkan untuk jaringan 5G, Poco X3 GT sudah mendukung bandwidth n1, n3, n28, n41, n77, n78. Sayang memang, perangkat ini belum mendukung jaringan n40 yang digunakan oleh provider seluler terbesar di Indonesia. Walaupun begitu, Poco yakin bahwa Telkomsel nantinya tidak hanya menggunakan n40 saja.

Dimensity 1100 mendukung fungsi Smart 5G Power Saving. Teknologi ini secara cerdas akan mengidentifikasi kekuatan sinyal di sekitarnya dan beralih antara 4G dan 5G tanpa jeda waktu peralihan. Hal tersebut akan menghasilkan konsumsi daya yang 30% lebih rendah dibandingkan dengan smartphone tanpa fitur Smart 5G.

Untuk konektivitas WiFi, Poco X3 GT sudah bisa terkoneksi dengan WiFi 6 atau yang dikenal dengan 802.11 AX. Hal ini menandakan bahwa perangkat ini mampu terhubung dengan jaringan 5 GHz dari sebuah router WiFi yang lebih kencang dari 802.11 AC. Kecepatannya sendiri tentunya juga lebih kencang dari WiFi pada jaringan 2.4 GHz.

Kamera: 64 MP buatan Omnivision

Kali ini, Xiaomi hanya membenamkan tiga buah kamera pada Poco X3 GT. Hal tersebut terdiri dari kamera 64 MP dengan sensor Omnivision OV64B yang memiliki filter quad bayer yang menghasilkan resolusi 16 MP. Kamera kedua adalah wideangle 8 MP yang menggunakan sensor Sony IMX 355. Terakhir adalah kamera makro dengan resolusi 2 MP.

Kamera utama yang dimiliki oleh Poco X3 GT ternyata tidak mengecewakan. Hal ini dapat dilihat pada pengambilan gambar di cahaya yang baik. Menurut saya, hasilnya akan lebih baik lagi saat AI dinyalakan, karena akan menambah sedikit kontras pada gambar. Sayangnya, saya tidak sempat menguji pada malam hari karena hujan.

Kamera ultrawide yang terpasang juga menghasilkan gambar yang cukup baik. Akan tetapi, bagian-bagian yang terkena pendaran cahaya akan menjadi cukup buram. Noise yang dihasilkan juga cukup minim di bagian-bagian yang gelap.

Untuk kamera makro, well, hanya memiliki resolusi 2 MP saja. Hasilnya juga tidak memukau. Walaupun begitu bagi mereka yang gemar mengambil gambar dengan jarak yang dekat, bisa menggunakan kamera ini.

Kamera selfie pada Poco X3 GT memiliki resolusi 16 MP yang juga menggunakan quad bayer. Pada beberapa kasus, hasilnya tidak terlalu tajam dan overexposure. Tingkat noise-nya juga cukup terlihat pada bagian-bagian yang gelap. Akan tetapi, warna yang dihasilkan cukup bagus.

Pengujian

Smartphone Android Poco X3 GT menggunakan chipset kelas flagship dari Mediatek dengan Dimensity 1100. Prosesor yang terpasang pada Dimensity 1100 terdiri dari 4 inti Cortex A78 berkecepatan 2,6 GHz pada cluster performa dan 4 inti Cortex A55 berkecepatan 2 GHz pada cluster efisien. GPU yang digunakan oleh Mediatek adalah ARM Mali-G77 MC9. Dengan spesifikasi seperti ini tentu saja akan memberikan tenaga yang kencang.

Lalu sekencang apa chipset Dimensity 1100 ini? Dua skenario tentu saja saya gunakan. Yang pertama sudah pasti untuk bermain game dan yang kedua dipakai untuk bekerja sehari-hari. Perangkat ini sendiri sudah saya gunakan selama dua minggu penuh.

Bermain: Tidak panas dan lancar

Seperti yang sudah dikatakan di atas, Dimensity 1100 menggunakan empat inti prosesor Cortex A78 yang baru di tambah GPU ARM Mali G77 MC9. Perpaduan ini tentu saja memberikan performa yang sangat baik untuk menjalankan game di lingkungan Android. Hal tersebut juga berarti bahwa pada beberapa game, akan lancar dijalankan dengan menggunakan setting yang tinggi.

Genshin Impact pada 60 fps sudah pasti menjadi benchmark saya. Poco X3 GT terbukti mampu menjalankan setting high dengan frame rate yang cukup baik. Setelah bermain selama sekitar 30 menit, saya tidak merasakan panas yang mengganggu pada tangan saya. Oleh karena itu, saya bisa katakan bahwa LiquidCool Tech 2.0 yang ada pada perangkat ini cukup berhasil.

Selanjutnya untuk PUBG Mobile, sayangnya, belum mendukung layar 120 Hz dan 90 fps pada smartphone ini. Oleh karena itu, game yang satu ini saya skip karena sudah pasti bisa dijalankan pada frame rate yang dibatasi oleh PUBG Mobile. Saya juga menjalankan game Marvel Future Revolution dan mendapatkan frame rate yang tinggi pada setting paling tinggi pula. Terakhir, saya menggunakan game 1945 AirForce untuk membuktikan bahwa layar ini bisa menjalankan game dengan frame rate 120 fps.

Dengan menggunakan aplikasi GameBench, berikut adalah hasilnya

Untuk Bekerja: Lancar

Poco X3 GT tidak hanya nyaman digunakan untuk bermain game. Akan tetapi, mereka yang menggunakan smartphone sebagai perangkat untuk memperlancar pekerjaannya juga akan merasa nyaman menggunakannya. Aplikasi Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Telegram, Facebook, Tiktok, serta Chrome yang menggunakan banyak tab akan berjalan tanpa lag. Apalagi, tambahan 2 GB pada memory Extension juga cukup membantu multitasking.

Menggunakan aplikasi Office seperti WPS juga tidak akan ditemukan masalah. Selain itu, melakukan editing video untuk keperluan tugas sekolah anak juga terasa lebih cepat. Saya juga masih belum merasakan panas yang sangat mengganggu saat melakukan rendering. Hal ini membuat saya cukup nyaman saat menggunakannya.

Benchmarking

Tidak pas rasanya jika keluarga Poco X3 tidak saya hadirkan para pengujian kali ini. Oleh karena itu, saya kembali memasukkan Poco X3 NFC serta Poco X3 Pro sebagai pembanding kali ini. Hal ini tentu saja bukan untuk menentukan siapa yang buruk atau lebih bagus karena setiap perangkat sudah memiliki sasaran pasarnya sendiri.

Berikut adalah hasilnya

Uji baterai: 5000 mAh

Menguji baterai, apalagi dengan kapasitas 5000 mAh, memang akan memakan banyak waktu. Sayangnya, aplikasi yang ada saat ini tidak merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian smartphone tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan seperti menonton video dan mendengarkan musik serta sosial media.

Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Poco X3 GT dapat bertahan hingga 15 jam 31 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 67 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang lebih 47 menit.

Verdict

Pilihan dalam membeli sebuah smartphone pada rentang harga 4 jutaan semakin banyak. Hal tersebut dipenuhi oleh Poco yang saat ini sudah melepas brand-nya dari Xiaomi dengan Poco X3 GT. Hal ini juga menjadikan pilihan untuk mereka yang suka dengan chipset Mediatek. Dan tentunya, perangkat ini sudah mendukung jaringan 5G.

Kinerja yang dihasilkan oleh Poco X3 GT memang sangat baik pada rentang harganya. Dengan Dimensity 1100, sepertinya tidak akan ada (kecuali terkena bug) aplikasi dan game yang bakal pelan atau lag. Oleh karenanya, selain nyaman digunakan untuk bermain, perangkat ini juga cocok untuk mereka yang bekerja dengan mengandalkan smartphone. Sehingga pengguna akan nyaman bekerja di mana pun.

Kamera yang digunakan pada Poco X3 GT juga cukup bisa diandalkan. Walaupun begitu, saya masih akan melakukan editing jika ingin mencetak hasil gambarnya. Baterai yang digunakan juga memiliki daya tahan yang cukup panjang. Selain itu, pengisian dayanya juga cepat dan kurang dari 50 menit.

Poco X3 GT dijual dengan harga Rp. 4.799.000 untuk varian yang saya dapatkan, 8/256 serta Rp. 4.399.000 untuk varian 8/128. Harga seperti ini memang tergolong terjangkau jika kita membandingkannya dengan kinerja yang dimiliki. Oleh karena itu, perangkat ini pantas menyandang smartphone terjangkau untuk para gamer serta mobile worker.

Sparks

  • Gorilla Glass Victus membuat kacanya lebih tahan terhadap benturan
  • Refresh rate 120 Hz yang nyaman di mata
  • Dimensity 1100 yang kencang membuat lebih responsif
  • Daya tahan baterai yang panjang serta pengisian daya yang cepat
  • Dual 5G dan WiFi 6
  • Speaker Stereo disertai dengan Dolby Atmos
  • Harga jual yang cukup terjangkau berbanding kinerja yang diberikan

Slacks

  • Walaupun memiliki storage hingga 256 GB, namun microSD masih sering digunakan oleh konsumen Indonesia
  • Kamera makro yang kurang tajam karena hanya 2 MP
  • Kamera utama tidak memiliki OIS
  • Tidak mendukung jaringan 5G Telkomsel di N40

Xiaomi Luncurkan Redmi 10 dan Mi Pad 5: 50 MP untuk Entry Level dan Snapdragon 860 untuk Tablet

Setelah lama menjual produknya di Indonesia, akhirnya pada kuartal ke 2 tahun 2021, Xiaomi berhasil menduduki peringkat 1 dari berbagai lembaga survey. Oleh karena itu, Xiaomi mengadakan sebuah acara yang dinamakan #“1 Fest by Xiaomi untuk merayakan keberhasilannya. Pada acara tersebut, ternyata Xiaomi juga meluncurkan 2 perangkat barunya. Keduanya adalah Redmi 10 dan Xiaomi Pad 5.

“Kami senang dapat menyelenggarakan acara hari ini yang kami hadirkan dalam bentuk festival. Xiaomi Festival terselenggara sebagai wujud persembahan kami pada Xiaomi Fans telah tiada henti mendukung selama ini sekaligus menjadi selebrasi atas pencapaian kami sebagai smartphone No.1 di Indonesia. Kami akan terus berinovasi dan menghadirkan produk menakjubkan dengan harga sebenarnya untuk mendukung gaya hidup para pengguna kami, diantaranya yang malam ini juga kami perkenalkan, yaitu Redmi 10, Jagoannya 50MP dan Xiaomi Pad 5 yang kami yakini akan menjadi tablet favorit semua orang,” ujar Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia.

Smartphone Redmi 10 merupakan perangkat entry level pertama di dunia yang menggunakan Mediatek Helio G88. Perangkat ini juga yang pertama menggunakan sensor 50 MP dari Samsung, yaitu ISOCELL JN1 pada sebuah perangkat entry level pula. Xiaomi juga akhirnya membawa layar dengan refresh rate 90 Hz pada kelas pemula tersebut. Selain itu, perangkat ini juga sudah dipersenjatai dengan speaker stereo.

Perangkat ke 2 yang diperkenalkan pada festival tersebut adalah Xiaomi Pad 5. Xiaomi Pad 5 merupakan sebuah tablet yang menggunakan chipset kencang Snapdragon 860. Tablet ini juga sudah menggunakan layar 11 inci dengan refresh rate 120 Hz serta baterai besar berkapasitas 8720 mAh. RAM 6 GB serta penyimpanan internal 256 GB adalah yang diluncurkan di Indonesia.

Spesifikasi keduanya adalah sebagai berikut

Redmi 10 Xiaomi Pad 5
SoC Mediatek Helio G88 Qualcomm Snapdragon 860
CPU 2×2.0 GHz Cortex-A75 + 6×1.8 GHz Cortex-A55 1×2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3×2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4×1.78 GHz Kryo 485 Silver
GPU Mali-G52 MC2 Adreno 640
RAM 4 GB dan 6 GB 6 GB
Internal 64 GB dan 128 GB 256 GB
Layar 6.5″ 2400×1080 90Hz Gorilla Glass 3 11″ 2560×1600 120 Hz
Dimensi 162 x 75.5 x 8.9 mm 254.7 x 166.3 x 6.9 mm
Bobot 181 gram 511 gram
Baterai 5000 mAh 8720 mAh
Kamera 50 MP / 12,5 MP main, 8 MP Ultrawide, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 8 MP Selfie 13 MP main, 8 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12.5

Perangkat selanjutnya yang diperkenalkan adalah Mi Smart Air Fryer 3.5L. Alat untuk memasak tanpa minyak dan api ini dapat menampung hingga 3,5 liter makanan. Selain itu, air fryer ini juga bisa diatur temperaturnya dari 40 hingga 200 derajat celcius.

Terakhir, Xiaomi memperkenalkan Mi WiFi Range Extender AC1200. Perangkat yang satu ini merupakan penerus dari Mi WiFi Range Extender yang sebelumnya hanya bisa di 2,4 GHz saja. Perangkat baru ini bisa memanjangkan sinyal 5 GHz dari sebuah router.

Xiaomi menjual Redmi 10 pada harga Rp. 2.099.000 untuk 4/64 GB dan Rp. 2.499.000 untuk 6/128 GB. Penjualannya akan dilaksanakan pada tanggal 22 September 2021. Untuk Xiaomi Pad 5, akan dijual pada harga Rp. 4.999.000. Tablet ini sendiri akan dijual pada tanggal 28 September 2021.

Xiaomi tanpa Mi

Jika Anda perhatikan, Xiaomi meluncurkan tablet terbarunya di Indonesia sudah tidak lagi menggunakan nama Mi. Hal tersebut juga bakal berlaku bagi semua perangkat Mi atau seri flagship dari Xiaomi. Saya cukup penasaran apa alasan dibalik menghilangkan nama Mi yang sudah melekat dari pertama kali perangkat Xiaomi diluncurkan.

Alvin Tse selaku Country Director Xiaomi Indonesia mengatakan bahwa memang semua seri Mi akan diubah namanya menjadi seri Xiaomi. Hal ini baru saja diubah oleh Xiaomi pusat semenjak 2 bulan yang lalu. Xiaomi juga sudah mengubah logo mereka menjadi lebih melengkung pada ujungnya. Logo tersebut membuat branding-nya lebih hidup.

Mereka juga ingin membuat orang untuk lebih mengingat merek Xiaomi dan membuat konsumen tidak bingung, sehingga membuat nama perusahaan menjadi nama seri smartphone. Hal ini juga untuk menyeragamkan merek Xiaomi. Oleh karena itu, ke depannya penamaan perangkat Mi akan menjadi seperti Xiaomi 12, Xiaomi 11T, dan seterusnya.

Memory Expansion, kapan untuk semua perangkat?

Saat ini, fitur memory expansion yang membuat sebuah perangkat memiliki virtual memory sudah hadir di Xiaomi. Namun, sepertinya fitur ini hanya untuk beberapa perangkat baru saja. Saya menanyakan kepada Alvin apakah fitur ini nantinya bakal hadir untuk semua perangkat Xiaomi?

Alvin menjawab bahwa fitur memory expansion pertama kali muncul pada Poco X3 GT. Perangkat ke 2 di Indonesia yang mengadopsi fitur ini adalah Redmi 10 yang baru saja diluncurkan. Tentunya, fitur ini nantinya bakal dimasukkan ke dalam MIUI baru yang akan diterima sampai 3 tahun semenjak perangkat itu diluncurkan. Walaupun begitu, ada keterbatasan beberapa chipset yang membuat fitur ini tidak tersedia untuk semua.

Seiring dengan waktu, perangkat yang menggunakan chipset yang mendukung fitur virtual RAM ini akan mendapatkannya. Tentunya fitur yang memanfaatkan  penyimpanan dengan model baru menjadi RAM akan membuat pengguna lebih nyaman. Hal ini juga akan berpengaruh pada saat perangkat sedang menjalankan multitasking.

Xiaomi 11T dan 11T Pro Hadir Tanpa Branding Mi, Suguhkan Perekaman Video Cinemagic

Kemarin Xiaomi mengadakan acara peluncuran produk terbarunya, mereka mengumumkan Xiaomi 11T dan 11T Pro tanpa branding Mi. Serta, tablet Xiaomi Pad 5 dan sejumlah produk AIoT baru termasuk Mi Smart Projector 2, Xiaomi Mesh System AX3000 (2-Pack), dan Mi Smart Band 6 NFC.

Untuk Xiaomi 11T series, Xiaomi menyorot kemampuan pengambilan video Cinemagic dan menawarkan serangkaian fitur baru seperti AI Cinema untuk membantu pembuatan film dengan efek sinematik. Xiaomi 11T dan 11T Pro mengusung konfigurasi triple camera, kamera utamanya 108MP wide-angle f/1.75, dengan ukuran piksel 0.7μm atau 2.1μm menggunakan 9-in-1 Super Pixel, dan dilengkapi fitur Dual Native ISO.

Bersama kamera sekunder 8MP dengan lensa ultra-wide angle f/2.2 yang menawarkan bidang pandang 120 derajat dan kamera telemacro 5MP f/2.4 untuk pengambilan gambar jarak dekat 3-7 cm. Sementara, untuk selfie, vlog, konferensi video, dan face unlock mengandalkan kamera depan 16MP f/2.45.

Kedua smartphone Android 11 dengan MIUI 12.5 ini menampilkan layar AMOLED flat DotDisplay berukuran 6,67 inci FHD+ dalam rasio 20:9. Panel tersebut sudah mendukung refresh rate 120Hz dengan touch sampling rate 480Hz. Bedanya khusus Xiaomi 11T Pro, layarnya mendapatkan grade tertinggi A+ dari DisplayMate.

Perbedaan lainnya terletak pada dapur pacu, Xiaomi 11T menggunakan chipset MediaTek Dimensity 1200-Ultra dan versi Pro-nya mengandalkan Qualcomm Snapdragon 888. Meski kapasitas baterainya sama-sama 5000 mAh, versi standarnya didukung wired turbo charging 67W, sedangkan Xiaomi 11T Pro sudah dibekali teknologi Xiaomi HyperCharge 120W.

Bicara harga, Xiaomi 11T tersedia dalam dua varian yaitu 8GB+128GB dan 8GB+256GB yang masing-masing dibanderol €499 dan €549. Sementara, Xiaomi 11T Pro tersedia dalam tiga konfigurasi meliputi 8GB+128GB, 8GB+256GB, dan 12GB+256GB dengan harga €649, €699, dan €749. Keduanya tiba dalam pilihan warna meteorite gray, moonlight white, dan celestial blue.

Pada acara tersebut, Xiaomi juga mengumumkan bahwa tablet Xiaomi Pad 5 yang belum lama ini diumumkan akan memulai debutnya di Eropa, semoga saja ke depannya Indonesia juga kebagian. Tablet ini dibanderol €349 dan €399 untuk konfigurasi 6GB/128GB dan 6GB/256GB dalam warna cosmic gray dan pearl white.

Sejak pandemi, permintaan tablet memang kembali meningkat. Pasalnya tablet merupakan alat yang serbaguna, selain menawarkan pengalaman hiburan premium, perangkat ini dinilai sangat cocok sebagai penunjang dalam bekerja dan belajar anak jarak jauh.

Sekilas untuk spesifikasinya, Xiaomi Pad 5 adalah tablet 11 inci yang ditopang resolusi WQHD+ (2560×1600 piksel). Layarnya memiliki refresh rate 120Hz, touch sampling rate 240Hz, serta mendukung color gamut DCI-P3 dan Dolby Vision.

Tablet ini juga didukung Xiaomi Smart Pen dengan sensitivitas tekanan 4096 level untuk mendongrak produktivitas dan kreativitas. Performanya tergolong powerful, Xiaomi mempercayakan chipset Qualcomm Snapdragon 860 dan didukung kapasitas baterai 8.720 mAh.

Sumber: Mi.com

Xiaomi Menjadi Top Maker di 22 Pasar Global Pada Kuartal Kedua 2021

Xiaomi telah berkembang pesat dalam dua belas bulan terakhir, mereka memanfaatkan dengan sangat baik kekosongan yang ditinggalkan oleh Huawei di dunia smartphone. Xiaomi mengungkap bahwa perusahaannya berhasil meningkatkan pendapatan, pengiriman smartphone, dan metrik penting lainnya.

Antara bulan April dan Juni 2021, Xiaomi mengirimkan 52,6 juta unit smartphone atau 86,6% dari kuartal kedua 2020. Menurut Canalys, Xiaomi menguasai pangsa pasar global 16,7% dan menjadikannya sebagai produsen smartphone terbesar ke dua di dunia untuk pertama kalinya pada kuartal kedua, di belakang Samsung dan di depan Apple.

Dari smartphone yang dikirimkan pada paruh pertama tahun ini, 12 juta unit diantaranya berada di segmen yang harganya lebih dari CNY 3.000 atau sekitar Rp6,6 jutaan ke atas. Di negara asalnya, pangsa pasar smartphone mereka naik menjadi 16,8% dari 10,3% dan menempati peringkat ketiga dengan peningkatan 35,1% dari tahun ke tahun.

Selain itu, pendapatan dari produk Internet of Things (IoT) dan lifestyle-nya juga tumbuh 35,9% dari tahun ke tahun. Sekarang ada 374,5 juta perangkat IoT yang terhubung ke platform Xiaomi, itu tidak termasuk smartphone dan laptop. Jumlah pengguna dengan lima atau lebih perangkat yang terhubung ke platform AIoT (tidak termasuk smartphone dan laptop) mencapai 7,4 juta, meningkat 44,5% dari tahun ke tahun.

Xiaomi terus meningkatkan keunggulan kompetitifnya di pasar-pasar utama. Menurut Canalys, pangsa pasar Xiaomi pada kuartal kedua 2021 berada di peringkat lima teratas di 65 pasar global dan nomor satu di 22 pasar, 10 di antaranya mencapai nomor 10 untuk pertama kalinya seperti di Italia dan Prancis. Xiaomi juga menempati peringkat satu di Asia Tenggara dengan pangsa pasar mencapai 28,2%.

Sumber: GSMArena, Blog.mi.com

Xiaomi Perlahan Tinggalkan Branding Mi pada Semua Lini Produknya

Ada yang janggal dari peluncuran Xiaomi Mi Mix 4 belum lama ini. Kalau kita perhatikan baik-baik di pengumuman resminya, kita sama sekali tidak akan menemukan kata “Mi” disebut. Nama resmi smartphone anyar tersebut cuma Xiaomi Mix 4, dan itu rupanya bukan saltik.

Pada kenyataannya, Xiaomi sedang dalam masa transisi untuk memensiunkan branding Mi yang mereka gunakan selama lebih dari satu dekade. Kepada XDA, perwakilan Xiaomi telah mengonfirmasi bahwa mulai kuartal ketiga 2021, seri produk “Mi” akan diubah namanya menjadi “Xiaomi”, dan ini berlaku untuk kategori smartphone maupun kategori produk IoT.

Xiaomi turut mengklarifikasi bahwa mereka kini punya dua seri produk yang berbeda: seri produk Xiaomi ditujukan untuk segmen premium, sementara seri Redmi ditargetkan untuk kelas harga yang lebih terjangkau, dan sekali lagi ini tidak hanya berlaku untuk kategori produk smartphone saja. Lalu bagaimana dengan Poco? Jujur saya sendiri bingung. Namun satu hal yang pasti, kita tidak akan lagi melihat branding “Mi” kecuali di logo perusahaan.

Xiaomi 12, Xiaomi 12 Ultra, Xiaomi Smart Band 7, Xiaomi TV, Xiaomi Gaming Monitor, Xiaomi Router, Xiaomi Smart Air Fryer, Xiaomi Electric Scooter 4, Xiaomi Security Camera, Xiaomi Screwdriver, (Xiaomi Car?); kira-kira begitulah penamaan produk-produk Xiaomi ke depannya.

Pergantian nama ini pada dasarnya Xiaomi lakukan untuk memperkuat brand presence mereka di kancah global. Pangsa pasar Xiaomi memang begitu kuat di Asia, akan tetapi belakangan ini mereka juga mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di negara-negara barat.

Juli lalu, Canalys melaporkan bahwa pengapalan smartphone Xiaomi di Eropa Barat naik hingga 50% pada kuartal kedua 2021. Masih di laporan yang sama, Xiaomi bahkan berhasil menyalip Apple menjadi brand smartphone terbesar kedua setelah Samsung di kancah global.

Kemudian di bulan Agustus, giliran Counterpoint yang memublikasikan hasil risetnya, dan mereka menempatkan Xiaomi sebagai brand smartphone nomor satu dalam hal penjualan global per bulannya. Kemungkinan inilah yang pada akhirnya menggerakkan Xiaomi untuk memperkuat identitas brand dengan cara memensiunkan branding “Mi”.

Oke, tidak sepenuhnya pensiun, sebab masih ada MIUI, yang tercatat dalam buku sejarah sebagai produk pertama Xiaomi, bahkan ketika mereka belum berjualan ponsel. Well, kecuali Xiaomi berniat menggantinya menjadi Xiaomi UI suatu saat nanti.

Sumber: XDA. Gambar header: Depositphotos.com.

Xiaomi Umumkan Redmi 10, Kini dengan Chipset Helio G88, Layar 90 Hz, dan Kamera 50 Megapixel

Xiaomi belum lama ini resmi memperkenalkan Redmi 10. Dibanding Redmi 9 yang dirilis tahun lalu, Redmi 10 membawa cukup banyak pembaruan yang signifikan, mulai dari desain, layar, performa, sampai kamera.

Kita mulai dari desainnya lebih dulu. Seperti yang bisa dilihat, wajah Redmi 10 tampak jauh lebih modern ketimbang pendahulunya yang masih berponi. Tampilan panel belakangnya juga berubah drastis, kini dengan modul kamera yang lebih lebar di ujung kiri atas ketimbang di tengah.

Redmi 10 datang membawa chipset MediaTek Helio G88. Kenapa harus spesifik Helio G88? Karena chipset ini pada dasarnya adalah Helio G85 yang telah di-upgrade agar mampu mengakomodasi layar FHD+ dengan refresh rate di atas normal.

Benar saja, layar 6,5 inci beresolusi 1080p milik Redmi 10 mendukung refresh rate maksimum 90 Hz. Saya bilang maksimum karena refresh rate-nya memang dapat berubah-ubah secara otomatis antara 45, 60, dan 90 Hz, tergantung jenis konten yang ditampilkan. Tujuannya tentu untuk mengoptimalkan daya tahan baterai.

Bicara soal baterai, Redmi 10 tergolong cukup mirip dengan pendahulunya, dengan kapasitas 5.000 mAh dan dukungan fast charging 18 W. Perangkat turut mendukung reverse wired charging 9 W, dan paket penjualannya turut mencakup kepala charger 22,5 W.

Lanjut ke kameranya, Redmi 10 hadir mengusung kamera utama 50 megapixel, pertama kalinya untuk lini Redmi seri angka. Menemani kamera utamanya adalah kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel. Di depan, ada kamera selfie 8 megapixel.

Semua itu dikemas dalam bodi yang sedikit lebih ringkas daripada sebelumnya, dengan tebal sekitar 8,9 mm dan bobot hanya 181 gram. Fitur-fitur seperti side fingerprint sensor, dual speaker, maupun jack audio 3,5 mm turut tersedia, tapi sayang Redmi 10 tidak punya slot kartu microSD.

Maka dari itu, konsumen harus lebih bijak dalam menentukan varian yang hendak dibeli. Total ada tiga varian Redmi 10 yang ditawarkan: 4 GB/64 GB, 4 GB/128 GB, dan 6 GB/128 GB. Masing-masing dihargai $179, $199, dan $219. Sejauh ini belum ada informasi kapan Xiaomi bakal memboyongnya ke tanah air.

Sumber: Xiaomi.