SK Planet Disebutkan Keluar dari Elevenia, Jual Sahamnya ke Salim Group

Menurut informasi yang diperoleh dari media Korea Selatan Pulse, SK Planet saat ini dalam proses reposisi bisnis-bisnisnya di luar negeri yang diawali dengan penjualan seluruh sahamnya di Elevenia ke Salim Group. Salim Group sendiri, dalam usaha terpisah, sedang mengembangkan layanan marketplace bersama Lotte Group.

Elevenia adalah joint venture 50-50 SK Planet dan XL Axiata, dengan total suntikan dana hingga kini mencapai hampir 2 triliun Rupiah. Meskipun Elevenia dianggap sukses secara volume transaksi, karena diklaim berada di posisi tiga besar, tetapi hasil tersebut tidak bisa diterjemahkan sebagai pemasukan bagi perusahaan.

Indonesia disebut sebagai exit pertama SK Planet di Asia Tenggara. Setelah Elevenia, SK Planet disebutkan bakal menjual bisnisnya di Malaysia, Thailand, dan Turki.

Keluarnya SK Planet dari Elevenia adalah pukulan telak bagi XL Axiata yang juga telah memberikan “rambu kuning” untuk bisnis digitalnya. Disebutkan SK Planet sendiri di negara asalnya sedang dalam proses penjualan saham ke Lotte Group. Bisa saja nantinya iLotte, yang baru saja memasuki tahap beta, dan Elevenia menjadi entitas gabungan jika keduanya benar-benar dikuasai Salim Group dan Lotte Group.

Application Information Will Show Up Here

Persiapan Tiga Operator Telekomunikasi Indonesia Hadirkan Teknologi 5G

Operator telekomunikasi merupakan pihak yang paling menentukan arah dari pengembangan teknologi 5G di Indonesia. Kecepatan akses data yang tinggi teknologi 5G memungkinkan operator telekomunikasi untuk menciptakan inovasi dan layanan baru. Tak hanya di Indonesia, operator-operator di negara lain juga tengah berbenah untuk mengimplementasikan teknologi 5G.

“Verizon dan T-Mobile saat ini sudah melakukan uji coba teknologi 5G, mulai dari akan men-deploy layanan fixed network di 11 kota di AS hingga membangun jaringan 5G di seluruh kota di AS hingga tahun 2020 nanti,” kata VP Technology & System Telkomsel Ivan C Permana dalam sesi diskusi yang diselenggarakan MASTEL hari ini (15/8) di Jakarta.

Di Indonesia sendiri dukungan pemerintah untuk memperlancar pengembangan teknologi 5G sudah mulai diberikan. Di antaranya adalah uji coba di lokasi strategis untuk melihat kinerja dan potensi jaringan 5G di Indonesia hingga infrastruktur.

“Kerja sama dan dukungan dari pemerintah adalah menyediakan 5G outdoor trial, setelah dicoba bisa terukur potensinya. Dari situ bisa dicari teknologi apa yang bisa sesuai digunakan oleh operator, apakah uplink dan downlink dipisah semua bisa dilihat dari outdoor trial,” kata General Manager Network & IT Planning XL Axiata Hasanudin Farid.

Namun demikian yang perlu dipertimbangkan sebelum pemerintah Indonesia menerapkan teknologi 5G pada tahun 2019, apakah infrastruktur hingga faktor lainnya sudah siap, sehingga teknologi yang ada di 5G tidak akan terbuang percuma manfaatnya.

“Saya melihat 5G akan menawarkan sesuatu hal yang baru dan tentunya menjadi tantangan untuk operator menentukan bisnis model seperti apa yang di antisipasi,” kata Group Head Regulatory dan Government Relations Indosat Ooredoo Fajar Aji Suryawan.

Penambahan spektrum mempercepat pertumbuhan

Meskipun sempat mengalami proses yang cukup lama untuk teknologi 3G mulai diperkenalkan operator, tidak demikian halnya dengan 4G. Masyarakat mengadopsi teknologi 4G dalam waktu relatif cepat. Diperkirakan proses tersebut akan lebih mudah diterima untuk teknologi 5G.

“Saya melihat adopsi 5G lebih cepat sesuai dengan device yang dimiliki. Dari sisi use case, 5G memilik 3 anchor, yaitu extended mobile broadbandfixed wireless access dan industri critical application,” kata Hasanudin.

Tidak mudah bagi operator telekomunikasi untuk bisa menghadirkan konektivitas yang cepat menggunakan teknologi 5G. Untuk itu perluasan spektrum bakal menentukan kesuksesan implementasi teknologi ini di Indonesia.

“Untuk itu pemerintah harus mulai memperhatikan spektrum. Salah satu biaya yang dikeluarkan oleh operator adalah spectrum fee yang terbilang besar jumlahnya,” kata Fajar.

Tidak hanya kebebasan untuk memperluas masing-masing spektrum, ketersediaan juga harus diperhatikan pemerintah dan pihak operator telekomunikasi di Indonesia. Demikian juga dengan izin penempatan antena di berbagai titik strategis di Indonesia. Hal senada juga disampaikan perwakilan XL Axiata.

“Lebih ke arah regulasi izin spektrum dan lisensi mulai disiapkan. Sekarang saya lihat sudah antisipatif terutama dengan adanya forum 5G Indonesia. Agar nantinya engineer di operator bisa mencari tahu lebih banyak teknologi 5G ini,” kata Fajar.

Jika nantinya pengembangan dan proses adopsi mulai diimplementasikan operator, teknologi 5G dipercaya bakal meningkatkan inovasi Artificial intelligence, pengolahan big data analytics, Augmented reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Internet of Things (IoT).

Elevenia Gaet Go-Send Hadirkan Layanan “Same Day Delivery”

Demi memenuhi peningkatan layanan konsumen akan ketersediaan barang dalam waktu cepat, Elevenia resmi umumkan kerja sama dengan salah satu layanan dari Go-Jek yakni Go-Send. Go-Send akan menjadi mitra kurir Elevenia untuk menyediakan layanan pengiriman dalam satu hari (same day delivery service).

Pada tahap awal peluncuran, untuk sementara layanan ini baru bisa dinikmati konsumen Elevenia yang berlokasi di Jabodetabek. Mengingat dari total konsumen Elevenia, sebanyak 53% di antaranya berlokasi di sana.

Untuk mendapatkan layanan tersebut, persyaratannya konsumen harus berada dalam titik lokasi penjual dengan maksimal jarak antar 40 km. Sedangkan jam operasional untuk pick up barang dari mitra pengemudi ke penjual antara jam 8.00-15.30 WIB. Apabila pembeli melakukan pembayaran di luar jam operasional, maka barang akan dikirimkan esok harinya.

Produk yang dapat di bawa maksimal memiliki berat 7 kg, dimensi panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 17 cm. Biaya pengirimannya adalah Rp15 ribu dan dibayarkan bersamaan dengan pembelian produk. Sehingga ketika paket datang, konsumen tidak perlu lagi melakukan pembayaran ke mitra pengemudi.

“Layanan ini diselenggarakan karena semakin banyak permintaan pembeli untuk bisa mendapatkan barang dalam waktu cepat. Seiring berkembangnya industri bisnis digital, kami melihat durasi pengiriman barang bisa dilakukan lebih cepat dibandingkan sebelumnya,” ucap GM Customer Service Elevenia Juan Almer dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Jumat (7/7).

Sebelum kerja sama ini dilakukan, durasi pengiriman barang sampai ke tangan konsumen membutuhkan waktu rerata sekitar 2,96 hari. Jumlah rerata ini meningkat dibandingkan waktu pengiriman di tahun lalu sekitar 3,22 hari.

Perusahaan sendiri pernah melakukan survei kepuasan pelanggan pada akhir tahun lalu. Hasilnya disebut sebanyak 14% responden mengharapkan pengiriman cepat dan gratis ketika berbelanja di situs online. Mereka juga lebih senang ketika mendapat notifikasi status pemesanan dan pengiriman secara akurat lewat SMS maupun email.

“Untuk itu, kami terus berusaha meningkatkan kualitas pengiriman dan memenuhi ekspektasi pelanggan. Salah satunya dengan memberikan same day delivery service ini,” pungkas dia.

Sebelum Elevenia, sudah banyak layanan e-commerce lainnya yang menggunakan jasa kurir online seperti Go-Send untuk meringkas durasi pengiriman barang. Sebut saja di antaranya, Bukalapak, Tokopedia, Lazada, Mataharimall, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

XL Axiata Pasang “Rambu Kuning” untuk Bisnis Digital

Bisnis digital yang kini sudah dijalani selama beberapa tahun oleh tiga perusahaan operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, kini mulai menunjukkan pertanda nafas yang mulai terengah-engah.

Bila Indosat Ooredoo sudah terang-terangan berhenti di lampu merah, Telkomsel justru tunjukkan posisi ada di lampu hijau. Misalnya, berencana ingin menyuntikkan tambahan modal untuk Blanja sebesar Rp500 miliar. XL Axiata, di sisi lain, menunjukkan posisi di lampu kuning.

Saat ini, XL Axiata (XL) tengah melakukan peninjauan ulang untuk seluruh bisnis digital yang sudah digeluti perseroan sejak pertama kali terjun pada 2013 silam. Nantinya akan ada beberapa produk yang dipertahankan atau dihentikan.

Layanan digital XL mencakup tujuh segmen, yaitu digital entertainment (Yonder dan Tribe), business innovation, digital payment (XL Tunai), mobile advertising (m-Ads), komputasi awan (XCloud), internet of things (XL IoT), dan bisnis e-commerce (Elevenia).

“Waktu awal kami masuk [bisnis digital] di 2013, kami placing bets dengan banyak bermain di semua segmen digital. Sekarang kami lagi scanning mana yang mau ditransfer, mana yang matikan,” ujar Presiden Direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini, Jumat pekan lalu.

Sejauh ini, Dian enggan membeberkan lebih detil sampai kapan perseroan menuntaskan proses peninjauan dilakukan dan segmen produk mana saja yang berpotensi akan dihentikan atau dilanjutkan.

Hanya saja ada kemungkinan XL akan mempertahankan Elevenia. Pasalnya, Dian mengklaim pertumbuhan bisnis Elevenia tiap tahunnya tercatat lebih dari 50%. Saat ini kondisi Elevenia masih merugi dan belum memberikan dampak yang signifikan bagi perseroan.

Untuk mendukung bisnis Elevenia agar lebih pesat, pihaknya sedang mencari investor baru untuk menyuntikkan dana segar. Ditargetkan pada Agustus 2017 mendatang proses tersebut selesai dilakukan. Informasi detil mengenai aksi korporasi tersebut masih belum dibeberkan Dian.

“Elevenia sekarang lagi proses fundraising, sudah berjalan sekitar tiga bulan lalu. Animonya [calon investor] bagus-bagus, sekarang lagi pilih-pilih. Apakah kami akan lepas? Jawabannya belum ditentukan, masih dalam analisa. Sebab Elevenia itu bagus dari sisi transaksi dan unique visitor-nya.”

Selain Elevenia, Dian bilang kemungkinan besar bisnis digital XL yang akan dipertahankan adalah internet of things (IoT).

Sementara untuk layanan uang elektronik XL Tunai, pihaknya masih menimbang-nimbang apakah bakal mengikuti jejak Dompetku atau tidak. Menurut Dian, penggunaan XL Tunai berdampak pada peningkatan loyalitas pengguna XL karena nomor ponselnya yang dapat dipakai untuk transaksi online.

“Sementara kalau spin off, lisensi e-money itu kan tidak bisa dipindahtangankan. Untuk pengembangan payment ke depannya, kami yakin payment di masa depan ada di smartphone. Tapi masalahnya, e-money itu adalah salah satu sumber dana uang, sedangkan payment sumber dananya bisa dari mana saja. Kami sedang pertimbangkan hal itu.”

Butuh sokongan dana besar

Senada dengan pernyataan CEO Indosat Alexander Rusli sebelumnya, Dian mengungkapkan, bisnis digital memiliki metrik yang berbeda dengan bisnis operator telekomunikasi. Pada tahun pertama beroperasi, bisa dipastikan belum menciptakan pendapatan. Penilaian ukuran kinerjanya pun berbeda, biasanya dilihat dari transaksi, jumlah visitor, pengguna aktif, dan lainnya.

“Sehingga untuk bisnis digital bila ingin menumbuhkan transaksi yang besar maka dibutuhkan suntikan modal yang makin besar pula.”

Sebagai gambaran dalam rangka mendukung bisnis Elevenia, XL sudah dua kali menyuntikkan modal ke Elevenia sejak pertama kali berdiri di 2013. Secara total, kucuran dana yang diberikan XL Axiata ke anak perusahaan e-commerce-nya ini mencapai $68,3 juta (lebih dari 900 miliar Rupiah).

Empat Strategi Besar Fave Group Kembangkan Bisnis E-Voucher di Indonesia

Platform penjualan e-voucher diskon Groupon Indonesia, yang kini re-branding menjadi Fave, mengumumkan empat strategi besar yang akan dilakukan pada tahun ini demi meningkatkan transaksi sekaligus jumlah pengguna. Fave juga berencana kembali melakukan pencarian dana segar sebagai dukungan strategi perusahaan.

Kepada DailySocial, General Manager Fave Group Yew Wai Kong menjelaskan keempat strategi besar tersebut. Pertama bermitra dengan mitrastrategis demi meningkatkan nilai tambah bagi pengguna existing maupun calon pengguna. Fave kini mendorong transaksi lewat penggunaan aplikasi, diklaim dari total transaksi sekitar 70% datang dari sana.

Sementara ini, bentuk kerja sama strategis yang baru bisa diumumkan yakni dengan XL Axiata. Pengguna XL yang berlangganan paket XL Xtra Combo dapat menukarkan kode promo unik dengan tambahan diskon untuk semua penawaran di Fave. Kode promo dapat ditukar dengan kuota utama paket data mereka.

“Paling tidak sampai akhir tahun ini bakal ada sekitar dua tambahan kemitraan lainnya yang diumumkan. Kemitraan strategis ini jadi langkah kami dalam memperkuat kehadiran Fave di kota besar di Indonesia. Banyak kemitraan yang bisa dilakukan, misalnya operator telko, bank, e-commerce, atau lainnya,” katanya, Selasa (23/5).

Tampilan aplikasi Fave
Tampilan aplikasi Fave

Strategi kedua, sambungnya, meningkatkan transaksi dengan menghadirkan berbagai kampanye khusus. Misalnya saat ini pihaknya menghadirkan penawaran yang khusus berlaku selama bulan Ramadan saja.

Ketiga, menambah jumlah listing merchant dengan ekspansi ke berbagai kota besar di Indonesia. Beberapa kota yang sudah disasar Fave setelah Jabodetabek adalah Bali, Bandung, dan Surabaya. Kota lainnya yang siap disasar dalam tahun ini, seperti Manado dan Medan.

“Kami sudah memiliki tim khusus untuk Bali, Bandung, dan Surabaya. Mereka akan melengkapi jumlah listing merchant di Fave, sebab saat ini dari 1.200 listing hampir 70%-nya berada di Jabodetabek.”

Terakhir, kerja sama eksklusif dengan berbagai pemilik merek untuk menjawab tantangan Fave dalam menghadapi kompetitor dengan segmen bisnis yang serupa, sekaligus dari marketplace yang kini mulai berjualan e-voucher diskon.

“Pemain yang menyediakan e-voucher kini sudah dirambah oleh layanan marketplace, untuk menjawab tantangan tersebut kami ingin perbanyak kerja sama eksklusif dengan pemilik merek. Ada beberapa merek yang hanya bisa ditemukan dalam Fave.”

Hanya saja, Yew enggan membeberkan target pengguna Fave pada tahun ini. Dia hanya bilang dari strategi tersebut diharapkan dapat menggaet lebih banyak pengguna baru. Yew mengklaim saat ini Fave memiliki lebih dari 1,5 juta pengguna aktif dengan total 1.200 merchant. Disebutkan lebih dari 1 juta voucher terjual setiap bulannya.

Adapun kategori voucher yang tersedia, 70% berupa kategori food and beverages (F&B), kecantikan, aktivitas, jasa, dan liburan.

“Komitmen kami untuk perbesar eksistensi Fave di Indonesia cukup besar, ada tim engineer di Kuala Lumpur yang akan membantu tim Indonesia,” lanjutnya.

Cari dana segar

Untuk mendukung seluruh rencana bisnis Fave di Indonesia, sebagai pasar Fave terbesar setelah Malaysia dan Singapura, Yew mengungkapkan rencana untuk mencari dana segar.

“Ya kami ada rencana untuk raise funding tahun ini. Kami ingin ada integrasi antara bisnis kami dengan perusahaan dari calon investor. Tujuannya untuk meningkatkan transaksi kami dan memberi nilai lebih bagi pengguna.”

Induk Fave, yakni KFit yang berdiri sejak Februari 2015 di Malaysia, sebelumnya sudah tiga kali mendapat dana segar. Terakhir, KFit mendapat pendanaan seri A sebesar US$12 juta dari Venturra, SIG, ADIF, dan lainnya.

“Sebelumnya kami mendapat pendanaan dari Sequoia yang merupakan investor dari Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan lainnya. Kami ingin [investor] yang seperti itu bisa mengintegrasikan bisnis kami ke perusahaan portofolionya,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Kemitraan Axiata dan Thaicom Perluas Jangkauan Sinyal XL Axiata

Axiata Group Berhad (Axiata) hari ini menandatangani kerja sama multi-transponder dengan IPSTAR Internasional Pte Limited (IPSTAR), anak perusahaan Thaicom Public Company Limited (Thaicom) untuk layanan sewa guna usaha dan teleport berdurasi empat tahun. Perjanjian tersebut meliputi pembelian sisa kapasitas milik IPSTAR yang berada di seluruh Indonesia, yang kemudian akan diberikan kepada PT XL Axiata Tbk (XL Axiata), dengan kapasitas 1Mbps High Throughput Satellite (HTS) untuk penyediaan layanan broadband di Indonesia.

Axiata Business Services akan menggunakan kapasitas hingga tujuh blok KU-band dan spot pada satelit broadband IPSTAR-1 yang terletak di 119,5 ° BT untuk penyediaan layanan broadband di Indonesia, termasuk akses broadband langsung ke kawasan pemukiman dan industri, dan backhaul jaringan seluler.

Chief Operating Officer Axiata Group Asri Hassan Sabri mengungkapkan bahwa pihaknya akan memenfaatkan kemampuan Thaicom di Asia untuk mengembangkan bisnis perusahaan secara fleksibel dan cepat sembari memberikan layanan broadband berkualitas ke semua calon pelanggan terlepas dari faktor lokasi tempat mereka berada.

“Di mana konektivitas berbasis terestrial sangat terbatas atau bahkan tidak tersedia, konektivitas HTS berfungsi sebagai enabler untuk membuka ekosistem digital dan meraih peluang pasar baru. Sebagai satelit Throughput High Throughput pertama di dunia yang diluncurkan pada tahun 2005, IPSTAR Thaicom akan membantu kami menjangkau pengguna di berbagai daerah terpencil di Indonesia dengan biaya terjangkau. Kami yakin bahwa kemitraan ini akan memungkinkan kami untuk terus mengembangkan bisnis secara lebih cepat tanpa keterbatasan infrastruktur,” ungkapnya.

Hal senada disampaikan CEO XL Axiata Dian Siswarini. Ia menjelaskan bahwa sebagai kepulauan terbesar di dunia ada banyak sekali wilayah dan kepulauan di Indonesia yang belum terlayani oleh layanan internet. Ia pun yakin dengan tersedianya HTS ini akan membantu pihaknya menutupi area-area yang Belu terjangkau layanan internet sekaligus mengangkat potensi ekonomi yang cukup besar di sana.

“Selain itu, penyediaan koneksi ini akan memungkinkan kami untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal sesuai dengan visi pemerintah untuk mempercepat perkembangan ekonomi digital di seluruh Indonesia,” terangnya.

Sementara itu pihak Thaicom Public Company Limited, yang diwakili Chief Commercial Officer Patompob Suwansiri mengutarakan komitmennya untuk memfasilitasi pertumbuhan broadband nirkabel dan layanan digital lainnya di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau.

Satelit IPSTAR-1 telah diluncurkan pada tahun 2005 dan merupakan HTS pertama yang diluncurkan ke orbit. IPSTAR cellular backhaul and direct ditujukan untuk menyediakan konektivitas broadband bagi operator telekomunikasi dengan kemampuan dapat memperluas jaringan mereka, meluncurkan layanan broadband baru dan secara cepat menjangkau area yang kurang terlayani dengan biaya yang efektif.

Ericsson Tuntaskan Penyelenggaraan Demo Teknologi 5G Pertama di Indonesia

Meski secara nyata implementasi teknologi 4G belum merata di Indonesia. Namun, vendor perusahaan teknologi dari Swedia, Ericsson telah mempersiapkan teknologi generasi kelima atau 5G di Indonesia.

Secara historis, Ericsson memang telah mengantongi paten dari teknologi jaringan, termasuk salah satunya pengembangan teknologi 5G.

Ericsson telah menuntaskan demo 5G pertama di Indonesia, termasuk 5G test bed, 5G New Radio (NR) dan penggunaan lainnya seperti tangan robot sensor gerak dan video streaming 4K secara langsung.

Test bed 5G mencapai kecepatan puncak downlink sebesar 5,74 Gbps dan latensi serendah 3ms. Konsep test bed dirancang untuk mendukung uji coba penuh yang sudah menjadi fitur penting 5G, seperti beam forming dan tracking, multi-user MIMO, transmisi multi-situs, rancangan super ramping dan dynamic TDD.

Selain itu juga mencakup kebutuhan saat uji coba pre-komersial, seperti sinyal referensi dan laporan feedback. Dengan demikian, 5G siap diuji coba dengan pelanggan dan partner dari seluruh dunia.

Latensi rendah dan reliabilitas tinggi 5G, ditambah kecerdasan dalam cloud, akan memungkinkan komunikasi manusia ke mesin yang lebih baik. Contohnya terlihat dari demonstrasi tangan robot motion-sensing yang bisa dikendalikan pengguna lewat gerakan tangan atau jari.

Aplikasi seperti ini bisa digunakan untuk berbagai tugas, termasuk operasi jarak jauh, penanganan kecelakaan di jalan atau skenario lainnya yang tidak memungkinkan kehadiran manusia.

“Yang menjadi perbedaan fundamental dari teknologi 5G, dia didesain untuk memenuhi semua kebutuhan yang sebelumnya belum mampu dipenuhi teknologi sebelumnya,” terang Presiden Direktur Ericsson Indonesia dan Timor Leste Thomas Jul, Senin (3/4).

Hasil riset Ericsson memprediksi teknologi teranyar ini akan berkembang pesat dengan total pengguna lebih dari setengah miliar secara global pada 2020. Selain itu, bagi perusahaan operator teknologi 5G berpotensi untuk mendorong pertumbuhan pemasukan sebanyak 34% di 2026, jika dibandingkan pada 2016.

Di sisi konsumen, mereka akan menikmati aplikasi baru seperti augmented reality dan video streaming 4K. Sedangkan bagi industri, akan dimudahkan lewat aplikasi IoT inovatif seperti transportasi pintar dan layanan kesehatan jarak jauh, serta lainnya.

Secara global, teknologi ini belum dipakai secara komersial. Targetnya baru akan hadir pada 2020. Sebelum waktu itu tiba, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mendorong perusahaan operator untuk mempersiapkan model bisnisnya. Sebab teknologi ini tidak hanya untuk akses internet saja, namun juga untuk kebutuhan bisnis.

Adopsi dari teknologi tersebut akan berdampak pada bisnis operator. Menurutnya 5G membutuhkan spektrum yang lebih luas dan biaya yang besar. Maka dari itu pihaknya mendorong operator untuk melakukan konsolidasi bisnis.

“Harapannya di 2020 nanti hanya akan ada 3-4 operator saja. Dengan demikian industri telekomunikasi akan lebih efisien sejalan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga skala ekonominya bisa meningkat,” kata Rudiantara.

Untuk mendukung teknologi 5G, pemerintah akan menyediakan frekuensi khusus 28Ghz yang akan terbagi untuk tiga sampai empat operator.

Ekosistem harus siap

Sebelum Indonesia resmi meluncurkan teknologi 5G, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengatakan bahwa semua pihak harus berpartisipasi dalam menciptakan ekosistem pendukungnya. Mulai dari spektrum frekuensi yang diberikan pemerintah, kesiapan perangkat, kesiapan pasar apakah ada contoh use case yang nyata, dan lainnya.

Menurutnya, sementara ini use case dari pemanfaatan 5G di Indonesia lebih cocok bila diimplementasikan untuk mendukung kebutuhan industri, misalnya untuk pabrik, manufaktur, kesehatan, dan lainnya.

Dia mempredikasi untuk pemakaian 5G secara komersial, kemungkinannya baru akan terealisasi empat tahun dari sekarang, atau sekitar 2021.

“Sebetulnya 5G ini titik beratnya ke arah industri, untuk pabrik besar, IoT, M2M. Kalau personal jaringan LTE sudah jauh dari cukup. Sekarang use case yang sudah teridentifikasi bisa pakai 5G itu lebih mengarah untuk industri.”

Terkait pemanfaatan teknologi baru, XL saat ini sudah meluncurkan jaringan LTE sejak tahun lalu. Pengguna XL yang sudah memanfaatkan teknologi tersebut diklaim mencapai 25% dari total pengguna, adapun traffic-nya mencapai 25% dari seluruh pasar XL. Dia menargetkan adopsi pengguna untuk beralih ke LTE diharapkan bisa naik dua kali lipat pada tahun ini.

Rayakan Hut Pertama, Layanan Video On Demand Tribe Fokus Kepada Akuisisi Pelanggan

Konsisten dengan tayangan film, tv hingga reality show, layanan video on demand dan tv streaming berbasis aplikasi besutan XL Axiata “Tribe” hingga kini mengklaim telah diunduh sebanyak 850 ribu pengguna di Indonesia, dengan jumlah pelanggan aktif per bulannya berada di kisaran 250 ribu penonton. Jumlah tersebut menurut Tribe merupakan prestasi tersendiri sebagai layanan video on demand di Indonesia.

“Persaingan di pasar video on demand dan tv streaming di Indonesia sangat sengit, banyak pemain yang saat ini ada di industri ini, sehingga kami sangat bersyukur dengan apa yang sudah kami capai dalam waktu yang singkat ini,” ungkap Country Head of Tribe Indonesia Rasyefki Sultani.

Salah satu keunggulan Tribe saat ini adalah layanan tv streaming, dengan channel premium yang biasanya hanya bisa ditonton di tv kabel atau berlangganan seperti Fox Sports, KBS, TvN, Thrill hingga Kix. Kerja sama yang dilakukan secara langsung kepada stasiun televisi tersebut sengaja dilakukan, agar bukan hanya mendapatkan konten segar secara eksklusif namun juga tayangan televisi langsung untuk pelanggan Tribe.

“Kerja sama linear tersebut sengaja kami lakukan untuk memastikan hanya konten yang terbaru saja yang tersedia di Tribe, sekaligus acara televisi langsung dari negara tersebut,” kata Rasyefki.

Selain film, acara televisi dari Korea, Tribe juga menghadirkan tayangan film dari Indonesia, animasi dari Jepang dan film bioskop lainnya dari Korea hingga Indonesia. Untuk menambah jenis tayangan, saat ini Tribe juga mulai aktif mencari partner atau pihak yang mau bekerja sama dalam membuat dan memproduksi konten-konten video yang menarik untuk bisa di tayangkan di Tribe.

“Dari sisi demografi kami banyak mendapatkan pelanggan perempuan usia 20-35 tahun. Masing-masing menyukai konten anime hingga drama tv dan film Korea yang tersedia di Tribe,” kata Rasyefki.

Peluang untuk berpromosi melalui Tribe

Sebagai layanan video on demand yang menyasar kalangan perempuan dan millennial, Tribe memiliki jumlah pelanggan yang cukup beragam dan tentunya sesuai dengan pemilik brand untuk memanfaatkan platform Tribe melakukan kegiatan pemasaran. Dengan konsep yang bisa disesuaikan, iklan tersebut nantinya bisa tampil dalam platform Tribe melalui iklan video pre-roll yang tayang sebelum pengguna menonton tayangan tertentu.

“Kami menyadari untuk menjalankan bisnis Tribe tidak bisa hanya mengandalkan biaya berlangganan saja dari pelanggan, dengan demikian iklan pre-roll dan bentuk iklan lainnya nantinya akan hadir di Tribe,” kata Rasyefki.

Masih terus fokus melakukan akuisisi pelanggan, diharapkan Tribe bisa lebih luas dikenal dengan terus melakukan promosi hingga kegiatan pemasaran melalui media sosial. Untuk konten sendiri untuk saat ini Tribe masih mengandalkan kemitraan strategis yang telah dilakukan dengan televisi asing, insan film Indonesia dan konten original yang secara khusus dibuat oleh Tribe.

“Meskipun jumlah unduhan Tribe hampir menginjak satu juta namun jumlah tersebut masih sedikit dibandingkan dengan kompetitor dan peluang yang ada, untuk itu sepanjang tahun 2017 diharapkan kami bisa menambah jumlah pelanggan,” tutup Rasyefki.

Application Information Will Show Up Here

Sisternet Hadirkan Pelatihan dan Workshop untuk Perempuan Indonesia

Bertujuan untuk ‘Empowering Woman’ Sisternet, web portal yang dibuat khusus untuk perempuan Indonesia yang telah diluncurkan XL Axiata sejak tahun 2015 lalu, hingga kini telah menghadirkan informasi seputar tren fashion, hobi, teknologi, kecantikan dan kesehatan, hiburan, pengembangan diri hingga parenting. Sisternet diiklaim sebagai Rumah Digital XL Axiata yang mencoba untuk memberikan informasi sekaligus platform digital yang lengkap untuk mengembangkan kemampuan perempuan Indonesia.

“Perempuan sangat berpengaruh di segala sisi baik di kehidupan keluarga, bahkan di lingkup usaha. Perempuan memang memiliki banyak keinginan dan kebutuhan yang lebih dari seorang pria. Mereka juga dinilai memiliki kemampuan multi-tasking. Untuk itulah Sisternet kami hadirkan sebagai Rumah Digital dan sekaligus ‘Asisten Pribadi’ kaum perempuan guna mendukung kegiatan sehari-hari,” kata Chief Digital Services Officer XL Axiata Joseph Lumban Gaol.

Dengan visi menggerakan ekonomi digital Indonesia, Sisternet menyasar kalangan perempuan muda usia 21-35 tahun, berpendidikan dan memiliki potensi ekonomi, memiliki kemampuan finansial serta sudah melek internet dan tech savvy.

Dari sisi kemampuan ekonomi, mereka termasuk dalam berbagai macam kategori, memiliki cukup waktu dan terus ingin belajar sehingga dapat memberikan manfaat antar perempuan Indonesia. Selanjutnya Sisternet akan diarahkan menjadi crowdsourcing dan sharing economy platform berbasis digital.

Mengadakan pelatihan, kompetisi dan quiz

Awal tahun 2017 ini, Sisternet memberikan beberapa pelatihan dan kompetisi yang bisa diikuti oleh perempuan Indonesia. Diantaranya adalah Sisternet Academy berupa workshop bersama mitra brand besar untuk memberdayakan para “sister” atau sebutan khusus untuk anggota Sisternet. Workshop yang sudah disiapkan meliputi fotografi, memasak, kecantikan, serta pengembangan diri. Para pembicara dan mentor workshop adalah sejumlah nama besar di bidangnya.

“Sebagai Rumah Digital, Sisternet menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan kaum perempuan. Selain itu, juga menjadi tempat yang bisa meng-empower agar hobi atau minat mereka atas sesuatu hal bisa menghasilkan uang melalui Digital Economy,” kata Joseph.

Penawaran lainnya yang dihadirkan oleh XL untuk perempuan Indonesia adalah berupa kartu SIM yang dilengkapi dengan kuota data, khusus untuk perempuan yang berperan aktif dalam pendidikan. Hal ini sejalan dengan program Sisternet sebagai Rumah Digital bagi perempuan Indonesia.

Dengan konsep seperti itu, diharapkan Sisternet bisa menjadi sarana bagi perempuan untuk mewujudkan cita-citanya. Untuk saat ini agenda kegiatan Sisternet masih lebih banyak dilancarkan di Jakarta. Secara bertahap akan dikembangkan ke kota-kota di daerah lain.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Yonder Music di Indonesia Tahun 2017

Sejak diluncurkan sejak bulan Mei 2016 lalu, Yonder Music mengklaim telah mengalami peningkatan yang cukup positif, baik dari sisi jumlah pengguna (hampir satu juta), pilihan lagu, hingga label dan musisi yang menjalin kerja sama. Sebagai layanan music streaming yang memiliki strategi berbeda dan mengedepankan konten lokal, Yonder juga secara masif memberikan rewards kepada pengguna setia Yonder Music.

“Sepanjang tahun 2016 ini kami masih dalam tahap pemanasan, artinya masih mencoba untuk menciptakan awareness sekaligus melakukan akuisisi pengguna di seluruh Indonesia,” kata Country Manager Yonder Music Zico Kemala Batin kepada DailySocial.

Hal menarik yang kemudian dicatat oleh Yonder sepanjang tahun 2016 adalah pengguna terbanyak terletak di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Bali. Kota yang memiliki koneksi 3G dan 4G terbaik untuk operator telekomunikasi XL Axiata (XL). Kontrak khusus yang dijalin dengan XL juga merupakan salah satu strategi yang kemudian dimanfaatkan XL untuk mengakuisisi lebih banyak pelanggan baru melalui Yonder Music.

“Karena Yonder Music memberikan pilihan streaming lagu secara gratis tanpa iklan dan batasan lainnya, pengguna XL tentunya mendapatkan keuntungan istimewa, disisi lain diharapkan Yonder bisa mendatangkan pengguna baru untuk XL,” kata Zico.

Sejak diluncurkan bulan Mei lalu aplikasi mobile Yonder Music belum mengalami penambahan fitur atau inovasi secara khusus. Yonder mencatat fungsi unduh secara langsung saat pengguna mendengarkan lagu, merupakan fitur favorit yang paling disukai oleh pengguna.

“Yonder memiliki fungsi play and download yang secara otomatis lagu yang didengarkan akan tersimpan secara offline. Fitur ini ternyata cukup disukai oleh pengguna Yonder,” kata Zico.

Kegiatan pemasaran dan rewards program untuk pengguna

Salah satu keunikan yang dimiliki oleh Yonder adalah fungsinya sebagai platform yang bisa dimanfaatkan pecinta musik untuk berinteraksi langsung dengan musisi favorit. Hal tersebut diwujudkan dengan menggelar beberapa kegiatan offline seperti tour dengan artis lokal di beberapa kota di Indonesia, hingga menerbangkan beberapa pengguna yang memenangkan hadiah untuk menikmati konser musik artis mancanegara ke luar negeri.

Sepanjang tahun 2016 ini kegiatan tersebut sudah secara masif dilancarkan dan rencananya tahun 2017 mendatang kegiatan pemasaran tersebut semakin dipertajam dengan berbagai aktivitas menarik lainnya.

“Sesuai dengan pesan yang ingin kami sampaikan yaitu ‘we can bring you closer to your idol‘, Yonder Music ingin menghadirkan platform streaming music yang memberikan beragam rewards kepada pengguna setia,” kata Zico.

Zico menambahkan unique selling lainnya yang dimiliki oleh Yonder Music adalah konten musik original dari artis lokal yang hanya bisa dinikmati di aplikasi Yonder Music. Strategi tersebut sengaja dilakukan agar Yonder bisa memberikan layanan yang berbeda dan original untuk pecinta musik.

Fitur terbaru Snap Karaoke di kuartal pertama 2017

Tahun 2017 mendatang Yonder Music akan merilis versi 2.0 untuk aplikasi mobile. Pembaruan yang akan dihadirkan tidak hanya akan merubah tampilan yang akan memberikan user experience terbaik untuk pengguna, tetapi juga fitur baru yang bakal menjadi favorit di aplikasi Yonder Music.

“Kuartal pertama 2017 mendatang Yonder akan merilis Snap Karaoke yang bisa digunakan oleh pengguna untuk merekam video saat bernyanyi dengan menggunakan streaming musik yang ada di playlist Yonder,” kata Zico.

Application Information Will Show Up Here