Grab Luncurkan Layanan Multi-stop Ride, Ekspansi GrabBike ke Yogyakarta dan Semarang

Setelah sebelumnya baru menghadirkan layanan transportasi on-demand untuk kendaraan roda empat di Yogyakarta, kini Grab juga meluncurkan layanan moda transportasi sepeda motor, yakni GrabBike (untuk berkendara) dan GrabExpress (untuk pengiriman barang). Selain di Kota Yogyakarta, dalam waktu yang sama layanan GrabBike juga berekspansi ke Kota Semarang.

Ekspansi layanan tersebut makin memperkuat manuver Grab di sebelas kota di Indonesia. Sebelumnya layanan ojek online dari kedua pesaingnya, Go-Jek dan Uber, telah terlebih dulu masuk ke wilayah tersebut.

Dalam kesempatan yang sama Grab juga meluncurkan fitur terbarunya untuk pengguna di Indonesia, yakni Multi-stop Rides. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menambahkan jalur rute tujuan saat menggunakan GrabCar, GrabBike dan GrabTaxi tanpa harus memesan ulang layanan. Sebagai catatan, penumpang hanya diperbolehkan berhenti selama maksimal 5 menit saat transit. Jika waktu transitnya lebih lama, disarankan untuk memesan trip yang terpisah.

 

Cara penggunaan fitur Multi-stop Rides / Grab
Cara penggunaan fitur Multi-stop Rides / Grab
Application Information Will Show Up Here

Startup Unik di Gelaran Jogja Geek Fair 2017

Jogja Geek Fair 2017 telah selesai diselenggarakan. Acara tahunan di kota Gudeg tersebut tahun ini diramaikan oleh banyak perusahaan digital dan startup, juga beberapa komunitas. Total kurang lebih 3018 geek dan tech enthusiast hadir meramaikan acara ini.

Dari 50 startup yang melakukan showcase berikut enam di antaranya yang tergolong unik dan berbeda.

Wemary

Sesuai namanya Wemary merupakan sebuah portal one stop service khusus untuk pernikahan.  Konsep dari Wemary adalah menyediakan layanan end-to-end dari proses pre-wedding hingga post-wedding, mulai untuk mempersiapkan acara, konsep dan vendor mereka.

Selain itu, Wemary juga memiliki layanan menayangkan secara langsung acara pernikahan di situs web yang dibuat khusus untuk pengantin. Jadi, teman atau keluarga yang tidak hadir bisa melihat langsung acaranya. Wemary sendiri juga sering terlibat dalam kegiatan sosial di Yogyakarta, yaitu “golek garwo” dan nikah masal yang bekerja sama dengan komunitas dan pemerintah setempat.

JuruParkir

Startup berikutnya adalah JuruParkir, aplikasi yang bisa membantu pengelolaan tempat parkir di sebuah lokasi. Dengan aplikasi ini pengelola tempat parkir bisa mengetahui siapa juru parkir yang bertugas dan beberapa transaksi yang terjadi. Setiap tukang parkir yang menggunakan layanan JuruParkir akan mendapatkan printer yang dapat dioperasikan melalui smartphone sehingga mempermudah mereka mencatat kendaraan dan pendapatan mereka.

JuruParkir dikembangkan oleh Tlab, sebuah software house di Yogyakarta. Dan saat ini, mereka fokus bekerja sama dengan pemerintah daerah. JuruParkir juga merupakan finalis dari The Next Dev 2016, besutan program Telkomsel.

Gablind

Startup ketiga yang menarik perhatian adalah Gablind. Startup ini menyediakan layanan Internet of Things (IoT) untuk mempermudah para tuna netra untuk menentukan arah ketika berjalan. Gablind merupakan nama perangkat bantu yang terdiri atas sebuah kacamata dan sepatu canggih yang dipasangi sensor dan terintegrasi dengan board Arduino yang dilengkapi dengan sensor tajam. Saat ini, Gablind masuk dalam inkubasi bisnis Amikom Business Park.

Blumbangreksa (ATNIC)

Startup IoT lainnya yang menarik perhatian adalah Blumbangreksa. Sebuah perangkat pintar yang bisa membantu para peternak udang untuk memonitor keadaan tambang udang 24 jam sehari sehingga mampu mengurangi risiko gagal panen yang merugikan.

Konsep Blumbangreksa ini adalah dengan memasukkan perangkat yang memiliki sensor untuk mengetahui kondisi air di tempat udang berada, dan menghubungkan dengan ponsel pintar. Sensor akan membaca kondisi kolam secara real-time, dan melaporkannya melalui notifikasi aplikasi ponsel dan SMS. Blumbangreksa ini juga merupakan kontestan The ASME Innovation Showcase di India.

JogjaRunning

Jika Anda memiliki hobi berlari maka JogjaRunning mungkin bisa membuat Anda tertarik. JogjaRunning merupakan sebuah portal layanan yang menyediakan rute menarik untuk berlari di wilayah Yogyakarta. Anda bisa memilih area lari seperti kota, alam terbuka, bahkan pegunungan. Selain itu pengguna juga bisa memilih jarak lari, seperti 5 km, 10 km atau marathon.

Angon

Startup ke enam yang unik adalah angon. Angon merupakan kata dari bahasa Jawa yang berarti menggembala. Sesuai dengan namanya aplikasi ini memiliki konsep crowdfunding yang memungkinkan para peternak kambing, domba dan sapi mendapatkan modal dari investor, baik dalam bentuk finansial maupun kandang ternak. Dua hal yang dinilai menjadi salah satu masalah utama peternak di Indonesia. Angon sendiri merupakan hasil inkubasi dari Indigo Creative Nation.

Selain showcase startup, terselenggara juga acara talkshow bersama Larry Chua (Caption Hospitality), Karina Akib (Google Indonesia), dan Erry Punta (Direktur Telkom Indigo Creative Nation) tentang Yogyakarta dan Perkembangan Digital Startup di Indonesia yang dipandu langsung oleh CEO DailySocial Rama Mamuaya.

Di sesi lainnya juga terdapat talkshow dengan tema yang berbeda yang menghadirkan Lanny Wijaya (Linkedin), Teresa (UC News Alibaba Group), Panji Gautama (KUDO Indonesia), Alexander Lukman (Ralali), Syafri Yuzal (AINO), Ghufron Mustaqim (Salestock Indonesia), Rahmad Purwanto (Bank Indonesia), dan Johnathan Tarigan (Balai Sertifikasi Negara).

Disclosure: DailySocial merupakan media partner dari Jogja Geek Fair 2017.

 

Hadirkan Direktori Tempat Makan, “Mangan” Siap Bersaing

Solo sebagai kota wisata menyediakan banyak sekali pilihan tempat makan untuk para wisatawan atau pendatang. Salah satu kesulitan yang lazim ditemui adalah susahnya mendapatkan tempat makan yang memuaskan, baik dari segi rasa maupun harga. Untuk mengatasi masalah ini hadirlah aplikasi Mangan (Mobile Pangan, tapi juga berarti makan dalam bahasa Jawa), sebuah aplikasi yang menyediakan informasi kuliner kota Solo, lengkap dengan ulasannya.

Apa yang diusung aplikasi Mangan sebenarnya mirip dengan konsep yang diusung Zomato atau Qraved. Hanya saja Mangan fokus pada bisnis makanan UMKM, sehingga Mangan selain menjadi solusi mencari tempat makan berkualitas juga bisa menjadi sarana promosi yang terjangkau bagi bisnis kuliner UMKM yang ada di Solo.

Hamzah, pendiri Mangan, mengungkapkan dirinya secara sadar melihat aplikasi Mangan akan bersaing langsung dengan pesaing besar dan sudah lebih dulu masuk dalam kancah bisnis direktori tempat makan. Meski demikian, Hamzah masih optimis aplikasi yang dikembangkan bersama dengan timnya akan diterima oleh masyarakat.

Kehadiran layanan serupa tidak begitu dianggap beban oleh Hamzah dalam mengembangkan aplikasi Mangan. Ia malah merasa lebih terbantu karena pasar dan masyarakat sudah teredukasi berkat hadirnya layanan sejenis dan lebih dulu hadir.

“Kami percaya bahwa hanya di Mangan yang dapat mengangkat konten Nusantara dengan menyasar sektor ekonomi kerakyatan yaitu UMKM. Saat ini MANGAN juga masih banyak berbenah baik dari segi aplikasi, layanan dan juga menyiapkan nilai pembeda dari kompetitor. Namun satu yang cukup membuat kami terbantu dengan adanya kompetitor adalah market Indonesia yang sudah teredukasi oleh mereka, sehingga boleh dibilang kita perlu menghadirkan apa yang dibutuhkan market namun belum mampu dipenuhi kompetitor,” terang Hamzah.

Diterima di Solo, melangkah ke Yogyakarta

Sebagai direktori tempat makan, aplikasi Mangan memiliki sejumlah fitur khas aplikasi sejenis, seperti daftar tempat makan, review, dan beberapa tampilan menu-menu andalan. Untuk memberikan informasi yang akurat, para reviewer untuk aplikasi Mangan mencoba setiap menu yang akan ditampilkan di Mangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari penilaian yang tidak sesuai, apa lagi untuk tempat makan yang baru buka.

Setelah hampir satu tahun beroperasi di Solo, aplikasi Mangan akhirnya membuka diri untuk merambah Yogyakarta, menyediakan informasi kuliner dan bersiap menggandeng UMKM kuliner untuk menjadi mitra aplikasi Mangan.

“tim reviewer MANGAN memang harus mencicipi suatu makanan untuk nantinya membagikan cerita tersebut ke pengguna. Karena biasanya, untuk tempat makan baru atau tempat makan yang belum pernah dicoba, pengguna bakal mikir2 kira2 rasanya enak gak ya, jangan-jangan zonk, ga tau harganya jangan-jangan mahal, dan sebagainya pertanyaan tersebut yang menghalangi mereka untuk mencicipi makanan baru tersebut. Jadi ya di akhir kami seperti bertindak sebagai host kuliner,” terang Hamzah.

Saat ini dari data internal pihak Mangan mereka sudah mengumpulkan sekitar 6000 download dengan pengguna aktif mencapai 1000 pengguna per bulan. Selain aplikasi, pihak Mangan juga memiliki channel chatbot Line yang memiliki kurang lebih 10.000 audience. Total mitra UMKM kuliner Mangan mencapai 400 tempat dan diharapkan akan terus bertambah.

Hamzah menuturkan perlahan tapi pasti Mangan akan mulai membuka layanan di beberapa kota lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Magelang, dan Lampung. Selain itu untuk mengembangkan Mangan secara bisnis mereka juga tengah mengembangkan sebuah platform manajemen dan operasional UMKM.

Application Information Will Show Up Here

UberX Hadir di Kota Yogyakarta dan Medan

Setelah sebelumnya baru menghadirkan layanan UberMOTOR di wilayah kota Yogyakarta dan Medan, kemarin Uber mengumumkan bahwa layanan UberX kini turut ditambahkan di dua wilayah tersebut. Artinya kini pengguna Uber di kedua wilayah tersebut dapat memesan layanan transportasi mobil dengan aplikasinya.

Bagi pengguna yang sebelumnya telah memanfaatkan ojek online dengan aplikasi Uber, untuk mencoba layanan UberX hanya cukup memilih opsi UberX di aplikasi yang kini telah diaktifkan di dua Yogyakarta dan Medan.

Selain menggunakan aplikasi Uber secara langsung, pilihan berkendara menggunakan UberX di wilayah Yogyakarta dan Medan kini juga sudah bisa diakses melalui Google Maps. Improvisasi ini sejalan dengan pembaruan yang dilakukan Uber beberapa waktu lalu, yakni mengintegrasikan sistem pemesanan secara penuh di aplikasi Google Maps.

Pemesanan layanan UberX melalui Google Maps
Pemesanan layanan UberX melalui Google Maps

Layanan UberX sendiri telah hadir terlebih dulu di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Improvisasi di kota utama sasaran Uber tersebut bahkan sudah lebih kencang, contohnya tiga bulan lalu UberXL diluncurkan di Jakarta, yakni pemesanan mobil dengan ukuran yang lebih besar. Ini melengkapi pilihan yag sudah ada sebelumnya di Jakarta yakni UberBlack, UberX, dan UberPool.

Sebelumnya bulan lalu banyak diberitakan tentang penolakan layanan transportasi on-demand, termasuk yang paling keras di dua wilayah tersebut. Khususnya di Yogyakarta bahwa regulator setempat tengah merencanakan untuk membuat aturan yang lebih ketat terkait transportasi berbasis aplikasi, khususnya taksi online seperti yang diluncurkan Uber ini.

Application Information Will Show Up Here

Tepas Tandha Yekti sebagai Tiang Teknologi Informasi dan Komunikasi Keraton Yogyakarta

Ketika mendengar kata Keraton, apa yang ada di benak Anda? Ya, pada umumnya akan mendefinisikan sebagai unsur budaya yang masih kental mempertahankan nilai-nilai leluhur. Lalu ketika membayangkan, apakah pendekatan digital modern mungkin untuk dielaborasi? Mungkin banyak orang akan berpikiran, baiknya jangan karena akan merusak tatanan budaya atau malah berpikiran keras bahwa pendekatan modern dan budaya harus benar-benar dipisahkan.

Namun dilahirkannya Tepas Tandha Yekti berhasil mengubah perspektif kami tentang akulturasi budaya luhur dan digitalisasi. Informasi ini mungkin akan memberikan insight baru juga untuk Anda yang skeptis tentang percampuran dua dunia ini.

Kami berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, putri ke-4 Sri Sultan Hamengku Buwono X dari Keraton Yogyakarta Hadiningrat, sebagai Penghageng (Kepala Divisi) Tepas Tandha Yekti.

Dalam wawancara ini, DailySocial mencoba menggali tentang apa itu Tepas Tandha Yekti dan inovasi digital yang coba digalakkan Keraton Yogyakarta.  Berikut hasil wawancara kami dengan GKR Hayu.

Apa itu Tepas Tandha Yekti?

Tepas Tandha Yekti (selanjutnya disebut dengan TTY) merupakan sebuah divisi di dalam struktur organisasi Keraton Yogyakarta yang bertanggung jawab atas IT dan dokumentasi. Dibentuk atas Dawuh Dalem (perintah Sultan) pada akhir tahun 2012, TTY adalah salah satu divisi termuda. Sebelum adanya TTY, tidak ada divisi khusus yang bertanggung jawab atas dokumentasi. Secara struktural, TTY ada di ruang lingkup Keraton, di bawah Kawedanan Hageng Punokawan Panitrapura (bertanggung jawab atas administrasi Keraton).

Menurut GKR Hayu, zaman dulu fotografer istana justru kebanyakan orang asing atau orang Jawa di bawah didikan Belanda seperti Kassian Cephas. Setelah itu, foto-foto Keraton diabadikan oleh para pangeran yang hobi fotografi. Hanya saja semakin ke sini, hasil karya ini tersebar di banyak tempat. Misalnya foto dari seorang Pangeran biasanya disimpan di rumahnya, ketika beliau meninggal, keturunannya sudah tidak tahu lagi di mana dokumentasi tersebut berata.

Mendokmentasikan ragam kekayaan budaya budi luhur dengan cara modern / Dok. Keraton Yogyakarta
Mendokmentasikan ragam kekayaan budaya budi luhur dengan cara modern / Dok. Keraton Yogyakarta

Bukan hanya foto, tapi begitu pula dengan buku catatan yang tidak termasuk kitab sehingga tidak tersimpan di perpustakaan Keraton, Widya Budaya. Jadi sudah perlu adanya satu divisi khusus yang bertanggung jawab atas dokumentasi.

Sebelum 2012, semua workflow di Keraton masih sangat paper-based. Sehingga informasi antar Kawedanan Hageng atau semacam kementerian sangat terkotak-kotak dan tidak efisien. Atas dasar ini, Sultan merasa perlunya sebuah divisi IT yang bisa membawa Keraton ke proses computer-based sehingga cara kerjanya bisa jauh lebih efisien.

Apakah yang mengerjakan tugas di dalamnya merupakan Abdi Dalem Keraton?

Pada saat dibentuk, TTY hanya memiliki 5 Abdi Dalem, paling kecil di antara yang lain. Terdapat struktur organisasi di dalamnya, mulai dari Penghageng (kepala divisi, dijabat oleh GKR Hayu), Wakil Penghageng, Carik (sekretaris), Hartakan (bendahara) dan Lumaksono (umum). Abdi Dalem ada beberapa jenis, Abdi Dalem Tepas diharuskan sowan (masuk kerja) 4-5 kali dalam seminggu,  sementara Abdi Dalem Caos hanya beberapa kali dalam sebulan, atau saat ada acara Hajad Dalem (upacara Keraton). Jadi meski kecil, Abdi Dalem TTY termasuk yang paling dedicated karena selalu ada setiap hari.

Hanya saja, menjadi Abdi Dalem adalah sebuah niatan mengabdi dan meluangkan waktu untuk Keraton. Permasalahan yang sering ditemui, tak jarang GKR Hayu kesulitan mendapatkan Abdi Dalem dengan skills yang dibutuhkan. Ditambah dengan workload TTY yang jauh lebih intensif dibanding Tepas lainnya, akhirnya GKR Hayu memutuskan untuk mengambil beberapa tenaga lepas untuk membantu kerja TTY.

“Kami belum pernah ada open recruitment tapi kami minta rekomendasi dari orang yang sudah bergabung di TTY. Pertimbangan saya, tim TTY tetap harus kecil karena mereka harus keluar-masuk Keraton sementara statusnya bukan Abdi Dalem. Saya harus bisa mempertanggungjawabkan semua yang diperbuat mereka. Jadi tiap anggota tim harus bisa menjalani tata krama yang ada di Keraton, dan punya niatan tulus untuk membantu Keraton. Sekarang ada sekitar 20-an non Abdi Dalem yang membantu TTY,” ujar GKR Hayu.

Sebagai Penghageng, peran GKR Hayu di TTY mulai dari konsep, mencari dana, eksekusi dan monitoring. Karena divisi ini sangat berbeda kerjanya dengan yang lain di Keraton, menurut GKR Hayu tidak banyak yang bisa jadi bahan studi banding.

Apa yang menjadi fokus inovasi di TTY?

Yang menjadi prioritas di TTY adalah mengumpulkan berbagai pengetahuan tentang Keraton yang tersebar dan diarsipkan dengan baik. Karena TTY harus riset untuk memproduksi konten, kolaborasi dengan Tepas dan Kawedanan lain sangat diperlukan untuk melakukan pendataan. Misalnya mendata semua Masjid Kagungan Dalem atau masjid-masjid milik Keraton yang jumlahnya ada 40 lebih.

Dari sisi IT, transformasi dari paper-based ke computer-based juga tengah terus dijalankan. Saat ini tim TTY sedang bekerja sama dengan beberapa Kawedanan lain untuk meneliti existing workflow dan mencari cara untuk memindahkan itu ke sebuah aplikasi.

Tepas Tandha Yekti memiliki visi untuk membuat akses ke dokumentasi Keraton menjadi semudah mungkin / Dok. Keraton Yogyakarta
Tepas Tandha Yekti memiliki visi untuk membuat akses ke dokumentasi Keraton menjadi semudah mungkin / Dok. Keraton Yogyakarta

Pada tahun 2013, TTY mengembangkan talkshow tentang budaya dalam Keraton yang disiarkan di TVRI Yogyakarta. Namun untuk sementara ini program tersebut dihentikan karena TTY akan mengubah formatnya dari talkshow menjadi feature. TTY sedang mengubah proses produksinya secara internal sembari meningkatkan skill masing-masing anggota.

Yang sudah berjalan stabil adalah optimalisasi penggunaan media sosial di Twitter, Facebook dan Instagram. Website kratonjogja.id juga sudah diluncurkan secara resmi oleh Sultan pada tanggal 7 Maret lalu bertepatan dengan 28 tahun Sultan bertahta.

“Saya sedang mengembangkan tim riset di dalam TTY, yang baru berjalan sekarang ini riset tentang pengageman atau busana di dalam Keraton,” ujar GKR Hayu.

Tentang GKR Hayu, kegemarannya di dunia digital

Kegemarannya dengan dunia digital menurutnya sudah diawali sejak kecil. Kegemarannya bermain dengan sesuatu yang berbau problem solving, seperti puzzle, lego hingga model kit. Pada saat SMP sempat beralih ingin menjadi politisi seperti ayah dan ibunya, tapi beralih lagi ketika masuk jenjang SMA.

“Jadi kurang tertarik karena kok rasanya politik hanya antara mbohongin orang atau dibohongin.”

Ketika kuliah S1 di Inggris, jurusan yang diambil adalah Computer Science. Tapi waktu itu GKR Hayu merasa kesulitan untuk mendalami pemrograman. Sempat hampir putus asa, karena pada perjalanan 2 tahun masa kuliah ia mendapatkan tawaran beasiswa jurusan Kimia di Inggris. Namun pada akhirnya ia tetap memutuskan untuk melanjutkan kuliah di jurusan IT, dengan mengambil konsentrasi pada Information System. Spesialisasi yang diambil saat itu Network Design dan Project Management.

Selepas lulus S1, GKR Hayu bekerja sebagai Assistant Project Manager pada sebuah software house di Jakarta untuk mengembangkan internet banking untuk korporasi. Setelah melalui pergelutan dengan pengembangan sistem internet banking di perusahaan BUMN, setahun kemudian ia dipercaya sebagai Project Manager di tempat tersebut.

“Selama 3 tahun saya bekerja di Jakarta, saya bertanggung jawab atas proyek di 8 bank (BUMN maupun bank asing), pengembangan produk internal, dan weekly knowledge sharing untuk sesama Project Managers maupun divisi lain seperti developers, analysts dan QA.”

Tak lama kemudian ia mengudurkan diri dari pekerjaannya di Jakarta, karena sudah mulai disibukkan dengan TTY dan rencana melanjutkan studi S2. Kembali ke Yogyakarta, sembari mengelola TTY, GKR Hayu bekerja di Gameloft sebagai HD Game Producer. Kala itu Windows 8 baru saja dirilis dan ia bertanggung jawab untuk memimpin salah satu tim pengembangan game di platform tersebut.

Bertahan satu tahun, GKR Hayu kemudian mengundurkan diri dari Gameloft karena alasan kesehatan dan dinyatakan lolos seleksi LPDP. Ketika lulus S2, ia full time mendedikasikan waktu untuk Keraton dan TTY.

Saat ini di Yogyakarta GKR Hayu juga menjadi advisor untuk Asosiasi Digital Kreatif (ADITIF) yang fokus pada startup teknologi dan Jogja Creative Association (JCA) yang fokus pada industri kreatif digital, seperti animasi, komik, dan game.

Tanggapan Sultan dengan kegemaran GKR Hayu di bidang digital

Sri Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hayu dalam persemian website resmi Keraton / Dok. Keraton Yogyakarta
Sri Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hayu dalam persemian website resmi Keraton / Dok. Keraton Yogyakarta

Dengan tegas GKR Hayu menjawab, “sangat mendukung”. Tidak pernah sekalipun ayahanda mengatakan “ini bukan kerjaan perempuan” yang justru sering ia dengar dari orang lain. Beliau selalu mengatakan “di masa depan IT akan jadi sangat penting”.

“Waktu saya telepon sambil nangis-nangis karena merasa gagal di jurusan Computer Science, Bapak hanya bilang ‘yang penting kamu sudah berusaha’ dan fokus membantu memikirkan next step-nya apa.”

Setelah semua itu berjalan, setidaknya kini GKR Hayu akan fokus penuh ke Tepas Tandha Yekti membawakan visi:

  • TTY sebagai divisi IT bisa membantu divisi lain dalam transformasi cara kerja yang lebih efektif dan efisien.
  • Menghadirkan budaya Jawa yang di Keraton ke publik dengan lebih baik, terutama untuk para diaspora Jawa yang sudah tak pernah kembali tapi masih memegang teguh identitas budayanya melalui internet.
  • Keraton yang sudah lebih efisien dan efektif cara kerjanya, bisa melayani publik dengan lebih baik lagi.
  • Semua arsip dan dokumentasi Keraton punya backup digital, dan punya kerja sama dengan institusi luar negeri yang punya arsip dan naskah kuno Keraton seperti di Inggris dan Belanda.

Tanggapan masyarakat Yogyakarta mengenai terobosan Tepas Tandha Yekti

Hadirnya Tepas TandhaYekti di lingkungan Keraton semakin menandaskan posisi Yogyakarta sebagai kota budaya, kreativitas, dan kota yang akrab dengan teknologi. Salah satu penggiat teknologi informasi dan warga Yogyakarta, Rony Agung Rahmanto, atau akrab disapa Rony Lantip, menyatakan bahwa transformasi Keraton Yogyakarta dengan Tepas Tandha Yekti merupakan salah satu harapan warga Yogyakarta yang menginginkan kemudahan akses. Bagi Rony, kemudahan yang diharapkan adalah akses ke naskah-naskah kuno di Keraton sebagai sumber sejarah valid.

Yogyakarta yang memiliki citra sebagai salah satu kota dengan warisan budaya yang kaya di Indonesia. Modernisasi di Yogyakarta melalui TTY juga membuktikan Keraton Yogyakarta tidak menutup diri terhadap inovasi teknologi dan semacamnya.

GKR Hayu, salah satu orang yang memiliki peran di belakang Tepas Tandha Yekti dipandang Rony sebagai salah seorang yang memiliki pandangan yang jauh ke depan. Pengalaman GKR Hayu di dunia teknologi informasi diharapkan bisa memberikan dampak yang signifikan dari adanya sentuhan digital di keraton Yogyakarta ini.

“Mengenai GKR Hayu dan Tepas Tandha Yekti saya mungkin tidak bisa berpendapat banyak. Pengetahuan saya soal Tepas Tandha Yekti amatlah terbatas. Tetapi pandangan-padangan GKR Hayu yang jauh ke depan, ditambah dengan bagaimana representasi Keraton dikemas Tepas Tandha Yekti (terutama di dunia media sosial), menurut saya bagus sekali.”

Inovasi yang berujung pada kebermanfaatan bagi masyarakat / Dok. Keraton Yogyakarta
Inovasi yang berujung pada kebermanfaatan bagi masyarakat / Dok. Keraton Yogyakarta

“Pengalaman GKR Hayu di dunia IT tentu yang memberikan warna itu, dan itu menarik sekali. Tinggal nanti harapannya, sentuhan itu akan meluas sehingga banyak dampaknya bisa dirasakan oleh seluruh warga secara langsung. Banyak komunitas digital di Yogya yang tampaknya akan menghasilkan sesuatu yang keren seandainya mendapatkan askes atau kesempatan berkontribusi dalam proses transformasi digital tadi,” papar Rony.


Amir Karimuddin dan Pragoyo Ryza berpartisipasi dalam penyusunan dan penulisan artikel ini.

Jogja Geek Fair 2017: Jawaban dari Berbagai Isu Teknologi Yogyakarta

Penutupan development office GO-JEK dan AGATE Studio di Yogyakarta menjadikan para pelaku bisnis startup yang akan membuka kantor pengembangan maupun ekspansi pasar menjadi khawatir. Tidak hanya startup lokal, beberapa startup kelas internasional seperti 123RF yang juga membuka kantor di Yogyakarta juga melakukan hal yang sama di pertengahan tahun 2016 lalu. Kemudian muncul pertanyaan, apakah benar kota ini tidak cocok untuk berbisnis dan talenta atau sumber daya manusia di Yogyakarta kurang memiliki daya saing?

Permasalahan tersebut ternyata menjadi fokus dari beberapa pihak, salah satunya Asosiasi Digital Kreatif Indonesia (ADITIF), yang berbasis di Yogyakarta. Saga Iqranegara, Ketua ADITIF mengemukakan bahwa memang di Yogyakarta pada saat ini sedang mengalami krisis kepercayaan, khususnya dalam hal sumber daya manusia. Berkaca dari penutupan GO-JEK beberapa waktu yang lalu, muncul menjadikan beberapa startup mengurungkan niat untuk membuka kantor di Yogyakarta. Padahal talenta teknologi (baik programmer maupun non-programmer) di Yogyakarta sangatlah banyak dan potensial.

Potensi mengenai talenta teknologi di Yogyakarta juga diakui oleh GKR Hayu, Penghageng Tepas Tandhayekti Kraton Yogyakarta. Menurutnya, setidaknya dalam satu startup besar atau korporat teknologi, khususnya di kancah nasional, pasti ada orang Yogyakarta. Tidak hanya itu, beberapa startup terkenal seperti SaleStock Indonesia dan HIPWEE, mereka juga dari Yogyakarta dan membuktikan bahwa orang-orang Yogyakarta itu potensial.

Jogja Geek Fair

Beberapa isu yang menjadi sorotan tersebut, dijadikan sebuah tantangan oleh teman-teman startup di Yogyakarta. Seperti halnya startup, jika permasalahan ini tidak di validasi, maka akan menjadi wacana sepanjang masa.

“Oleh karena itu, kita mencoba mengurai ketidakpastian tersebut melalui event Jogja Geek Fair,” ujar Akbar Faisal, Project Manager JOGJA GEEK FAIR.

Akbar melanjutkan “Pada awalnya, kami mengajak beberapa startup seperti Evenesia, StartUP Jobs Asia, Nusantarahub, Caption, Taxies, dan SaleStock yang memiliki basis di Yogyakarta untuk membahas agenda tersebut, namun apabila bisa mengundang beberapa startup lain, maka akan lebih menarik. Selain itu, kami juga menggandeng DailySocial sebagai official tech-media partner agar lebih greget.”

Jogja Geek Fair merupakan event tahunan yang menghubungkan para pelaku bisnis startup, korporasi digital, komunitas, dan talenta yang ada di Yogyakarta. Rencananya, acara ini akan diadakan di Hartono Mall pada Sabtu, 6 Mei 2017. Nantinya akan ada beberapa startup lokal maupun internasional akan membuka stand untuk showcase maupun hiring. Perusahaan yang berminat untuk bergabung, ditunggu hingga 15 April untuk join event ini.

Peserta yang akan datang, tentunya tidak hanya dari Yogyakarta saja, namun juga dari sekitar Yogyakarta seperti Semarang, Solo, Magelang, dan Purwokerto. Selain itu, acara ini juga diramaikan oleh beberapa komunitas, di antaranya ADITIF, SOLOCONVALLEY, PAIJO (Paguyuban Akun Info Jogja), Inovative Academy (IA), GAMELAN (Komunitas Pengembang Game Yogya) dan Komunitas Android Yogya.

Kampus-kampus berbasis IT dan kampus yang memiliki jurusan teknologi informasi dan manajemen juga mendukung acara ini, salah satunya dengan dipersilakannya bagi perusahaan untuk memperkenalkan startupnya ke kampus dalam serangkaian event Jogja Geek Fair.

Bagi startup atau perusahaan digital yang ingin turut serta dalam pameran Jogja Geek Fair dapat mendaftarkan diri melalui tautan: http://jogjageekfair.com/companies.

Disclaimer: Artikel ini ditulis oleh tim Jogja Geek Fair 2017. DailySocial merupakan media partner acara Jogja Geek Fair 2017.

Meluncur di Yogyakarta, Taxies Gandeng Organda dan Perusahaan Taksi

Hari Minggu (24/4), bertempat di Plaza Ambarukmo Yogyakarta, sebuah layanan aplikasi pemesanan taksi bernama Taxies App diluncurkan. Layanan Taxies App tidak hanya menyediakan basis aplikasi untuk pemesanan taksi, namun termasuk di dalamnya layanan end-to-end, mulai dari pelatihan penggunaan aplikasi untuk sopir taksi konvensional hingga sistem layanan pelanggan. Dalam peluncurannya, Taxies App didukung oleh DPD Organda DIY dan beberapa operator taksi di Yogyakarta (Pandawa Taksi, Setia Kawan Taksi, Sadewa Taksi, Indra Kelana Taksi).

Saat ini aplikasi Taxies sudah bisa diunduh di Google Play dan dapat digunakan untuk operasional di kawasan kota Yogyakarta. Versi beta layanan ini sendiri sebenarnya sudah mulai beroperasi sejak pertengahan bulan April lalu. Pihak Taxies Indonesia mengajak komunitas programmer di Yogyakarta untuk menguji keandalan aplikasi, termasuk untuk menemukan bugs yang ada dalam aplikasi.

Di awal bulan April, Taxies juga melakukan training terpadu untuk operator taksi yang menjadi mitra, termasuk memberikan edukasi kepada sopir terkait penggunaan aplikasi Taxies.

Bertindak sebagai mitra usaha perusahaan taksi lokal, Taxies mengikuti regulasi pembiayaan jasa angkutan taksi sesuai ketentuan Organda. Artinya biaya perjalanan tetap mematok argo taksi yang berjalan. Hal tersebut berlaku untuk biaya dasar argo, biaya perjalanan, dan biaya-biaya lainnya.

Berbeda dengan model Uber, GrabCar atau Go-Car, Taxies menempatkan dirinya sebagai mitra pengusaha taksi, artinya perusahan hanya menyediakan layanan aplikasi sebagai medium pemesanan saja. Terkait dengan regualsi monetisasi dan operasional sepenuhnya mengikuti standar operasional prosedur yang telah ditentukan oleh Dinas Perhubungan DIY. Dari sisi pemerintah kerja sama dengan Taxies ini juga sebagai langkah antisipasi dalam menanggulangi pengaruh masuknya taksi online di Yogyakarta.

Dalam sistem yang dijalankan, Taxies Indonesia menyediakan layanan berupa:

  • Taxi Company App berupa aplikasi untuk pengemudi dan perusahaan, yang terdiri dari Driver App, Company Back Office App, Life Tracking, Driver Emergency Button.
  • Customer App berupa aplikasi yang digunakan oleh pengguna.
  • Merchant Partnership untuk kebutuhan pemasaran dan penawaran.
  • Taxies for Corporate layanan yang akan dirilis untuk memudahkan perusahaan dalam mengelola manajemen monetisasi dari sistem pelayanan taksi dengan pendekatan digital.

Taxies sendiri kembangkan oleh OXX Technologies, perusahaan pengembang perangkat lunak untuk korporasi. Untuk sistem pembayaran berbasis mobile, layanan pesan taksi yang dikembangkan OXX dibubuhi produk Mobile Payment dari Dimo.

Application Information Will Show Up Here

Calljack, Layanan Pesan Ojek Berbasis Aplikasi Asal Jogja

Tak mau kalah dengan kehadiran layanan Go-Jek di Yogyakarta, layanan pesan ojek via SMS bernama O’Jack kini menghadirkan layanan terbarunya Calljack. Bekerja sama dengan PT Gamatechno Indonesia, Calljack kini telah resmi meluncur untuk pengguna perangkat Android. Sebelumnya layanan O’Jack di bawah naungan CV Hoki Project besutan Nanang Kuswoyo menjadi ojek bersistem argometer pertama di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan penghargaan oleh MURI di tahun 2011 sebagai “Taxi Motor Pertama dengan Sistem Argometer”.

Secara umum penggunaan aplikasi sama serperti layanan sejenis pada umumnya. Setelah pengguna mengunduh dan mendaftarkan diri pada aplikasi, pengguna dapat memesan layanan Calljack dan/atau O’Jack. Pengguna akan diminta memasukkan tujuan, kemudian sistem akan memberikan estimasi biaya serta mencarikan pengemudi yang tersedia di wilayah terdekat.

Setelah menemukan pengemudi terdekat, pengguna dapat memilih pengemudi yang tersedia jika dibutuhkan, dengan informasi profil dan reputasi yang ada. Terkait dengan pembayaran pengguna dapat membayar secara cash atau menggunakan Calljack Credit yang bisa dibeli melalui aplikasi. Selain untuk pemesanan untuk kebutuhan saat ini, Calljack juga memungkinkan pengguna untuk memesan jasa ojek untuk waktu yang akan datang.

Dalam layanan tersebut terdapat dua pilihan ojek, yaitu pengemudi dari Calljack dan dari O’Jack. Saat pengguna memilih O’Jack maka akan disuguhkan dengan pengemudi layanan O’Jack dengan armada motor milik perusahaan. Sedangkan untuk Call-Jack maka akan disuguhkan dengan pengemudi dari masyarakat yang menjadi mitra, seperti yang ada pada layanan Go-Jek.

Pengguna akan dikenakan tarif Rp 10.000,- untuk 2 km pertama, Rp 500,- untuk tarif tunggu dan selanjutnya biaya Rp 2.000,- untuk km berikutnya di layanan O’Jack dan Rp 2.500,- di layanan Calljack. Argo akan disajikan secara online melalui aplikasi pengguna.

Pembelian Calljack Credit saat ini baru bisa dilakukan secara manual, dengan melakukan pembelian voucher minimal Rp 50.000,- melalui bank transfer dan melakukan konfirmasi via aplikasi.

Saat ini Calljack baru akan berfokus membangun ekosistem di Yogyakarta. Namun disampaikan bahwa tidak menutup kemungkinan bisnisnya akan merambah ke daerah lain di sekitar Yogyakarta, mengingat potensi jasa ojek ada di mana-mana.

Semakin Serius Sasar Konsumen Smartphone di Indonesia, ZTE Resmikan Gerai Pertamanya di Yogyakarta

Penetrasi penggunaan ponsel pintar yang terus bertumbuh di Indonesia menjadikan para vendor pengembang ponsel pintar kian agresif dalam memasarkan produknya. Dalam upaya lebih mendekatkan diri kepada konsumen, hari ini ZTE sebagai salah satu pemain global produk ponsel pintar meresmikan gerai pertamanya di Indonesia.

Continue reading Semakin Serius Sasar Konsumen Smartphone di Indonesia, ZTE Resmikan Gerai Pertamanya di Yogyakarta

XL Gandeng Pemkot Yogyakarta Wujudkan Smart City dengan Program XL Xmart City

PT. XL Axiata Tbk (XL) pada Kamis (18/12) lalu resmi menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk wujudkan smart city dengan menerapkan program XL Xmart City. Program XL Xmart City ini merupakan program solusi digital terintegrasi untuk memecahkan masalah-masalah perkotaan, seperti urbanisasi, transportasi, dan kesehatan. Penandatanganan kesepakatan kerja sama dilakukan oleh Plt. Direktur Digital Service Officer XL Yessie D Yosetya dan Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti di Balai Kota Yogyakarta.

VP Central Region XL Bambang Parikesit mengatakan, “Kami menyambut baik terwujudnya kerja sama dengan Pemkot Yogyakarta ini. Program XL Xmart City ini adalah wujud komitmen XL untuk turut membantu mengatasi berbagai permasalahan publik melalui teknologi digital untuk majukan Indonesia.”

Sejumlah layanan, seperti mobile wallet XL Tunai‎ untuk transaksi perbankan, aplikasi listrik pintar dua arah SIMPLY, pembayaran PBB melalui solusi VPN, marketplace belanja online Elevania, dan layanan berbasiscloud untuk mendukung perkembangan UKM (Usaha Kecil Menengah) dan IKM (Industri Kecil Menengah)‎ Usahawan akan diaplikasikan ke solusi digital ini.

Juga akan diterapkan Xcloud Solution yang merupakan solusi kesehatan berbasis komputasi awan dan jaringan CCTV melalui Video Xurveilance untuk membantu dalam mengawasi lalu lintas.

Yessie menjelaskan bahwa Yogya adalah kota pertama yang diajak untuk kerja sama dalam menerapkan program ini dan langkah pertama yang bisa diterapkan kemungkinan adalah pembayaran pajak secara online. Kerja sama ini akan segera direalisasikan pada tahun tahun depan untuk mewujudkan Yogya menjadi kota digital, dan meningkatkan transaksi non tunai.

Yessie menambahkan, “Dengan demikian, selain memecahkan masalah perkotaan secara terintegrasi, XL Xmart City juga akan berkontribusi menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu Kota Pintar di dunia.”

Dikutip dari Kedaulatan Rakyat Yogya Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti menyampaikan bahwa program semacam smart city ini penting untuk diterapkan di Kota Yogya mengingat predikat yang tersemat sebagai Kota Pariwisata dan Pendidikan yang menjadi tujuan kunjungan banyak orang. Pemberlakuan program ini diharapkan dapat mengurangi transaksi tunai di tengah masyarakat.

Selain Yogyakarta, pemerintah provinsi DKI Jakarta juga berinisiatif membangun smart city terdepan di Indonesia dengan menggandeng dua layanan global, Twitter dan Google.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada.