Marshall Luncurkan TWS Pertamanya, Marshall Mode II

Percaya atau tidak, di tahun 2021 ini rupanya masih ada produsen headphone yang belum punya TWS sama sekali. Bukan, yang saya maksud bukan brand kelas audiophile macam Abyss Headphones, melainkan yang masih berada di segmen mainstream, yakni Marshall Headphones (Zound Industries).

Well, setidaknya pernyataan tersebut sudah tidak lagi berlaku per 5 Maret ini. Pasalnya, mereka baru saja memperkenalkan Marshall Mode II, penerus langsung dari Marshall Mode yang dirilis di tahun 2015. Pendahulunya itu memang sudah wireless, tapi masih model lama yang melibatkan seutas kabel pendek untuk menyambungkan earpiece sebelah kiri dan kanannya.

Mode II di sisi lain sudah sepenuhnya menempuh jalur true wireless. Seperti biasa, desainnya banyak terinspirasi oleh gaya khas amplifieramplifier bikinan Marshall. Kedua earpiece-nya terlihat begitu simpel dengan hanya logo huruf “M” di sisi luarnya, sedangkan charging case-nya memiliki tekstur ala kulit jeruk yang benar-benar khas.

Marshall Mode II

Secara keseluruhan, konstruksi Mode II diklaim tahan air dengan sertifikasi IPX4. Berdasarkan keterangan di situsnya, Mode II tercatat mempunyai dimensi 21 x 22 x 21 mm, dengan bobot di kisaran 9,5 gram. Paket penjualannya mencakup tiga pasang eartip ekstra dengan ukuran yang berbeda-beda (S, M, L, XL).

Masing-masing earpiece-nya dibekali driver tipe dynamic berdiameter 6 mm dengan rentang frekuensi 20 – 20.000 Hz. Memang bukan yang paling besar untuk ukuran TWS, tapi setidaknya pengguna bisa mengubah karakteristik suara yang dihasilkan secara leluasa menggunakan equalizer yang terdapat di aplikasi pendampingnya.

Satu hal yang mungkin terdengar agak mengecewakan adalah absennya fitur ANC alias active noise cancellation. Pun begitu, Mode II masih memiliki mode transparan supaya penggunanya tak perlu melepas perangkat ketika perlu mendengarkan suara di sekitar. Pengoperasiannya sendiri mengandalkan panel sentuh yang tertanam di sisi luar masing-masing earpiece.

Marshall Mode II

Mode II menggunakan Bluetooth 5.1 sebagai konektivitasnya. Dalam sekali pengecasan, baterainya diklaim tahan sampai sekitar 5 jam penggunaan. Charging case-nya di sisi lain mampu mengisi ulang Mode II sampai empat kali berturut-turut (total daya tahan baterai 25 jam).

Di Amerika Serikat, Marshall Mode II rencananya akan dijual mulai 18 Maret 2021 dengan harga $200. Di rentang harga tersebut, ia punya cukup banyak kompetitor dari brand yang tidak kalah besar. Beberapa bahkan juga sudah dilengkapi ANC, seperti misalnya Sennheiser CX-400BT.

Sumber: What Hi-Fi.

Headphone Wireless Marshall Major IV Dapat Beroperasi Sampai 80 Jam Per Charge

Seberapa lama headphone wireless kesayangan Anda bisa beroperasi sebelum akhirnya baterainya kehabisan daya? 20 jam? 40 jam? Kalau boleh menebak, kemungkinan besar tidak selama headphone terbaru dari Marshall berikut ini.

Dijuluki Marshall Major IV, ia merupakan penerus langsung dari Marshall Major III yang dirilis lebih dari dua tahun silam. Daya tarik utamanya, seperti yang saya bilang, adalah baterai yang sangat awet; sampai 80 jam nonstop dalam sekali pengisian. Anggap saja Anda mendengarkan musik selama 5 jam setiap harinya, maka baterai headphone ini masih belum habis meski sudah Anda pakai selama dua minggu.

Sepintas mungkin headphone ini terkesan mengemas modul baterai yang sangat besar sehingga bobotnya jadi lumayan. Namun kenyataannya tidak demikian. Berat Major IV cuma 165 gram, dan yang lebih berperan penting terhadap efisiensi dayanya menurut saya adalah penggunaan konektivitas Bluetooth 5.0.

Proses charging perangkat ini juga tidak perlu waktu lama. 15 menit charging saja sudah cukup untuk menenagainya selama 15 jam pemakaian. Selain via sambungan USB-C, Major IV rupanya juga dapat di-charge secara nirkabel dengan meletakkan sisi luar salah satu earcup-nya di atas Qi wireless charger. Kalaupun tidak sempat di-charge, Major IV tetap dapat digunakan bersama kabel 3,5 mm standar.

Secara fisik, Major IV tidak kelihatan terlalu berbeda dari pendahulunya dan masih mengadopsi bentuk on-ear. Kendati demikian, Marshall bilang wujud bantalan telinganya sudah dirombak agar lebih pas di telinga, dan material yang melapisinya pun juga sudah diganti dengan yang lebih lembut.

Di balik masing-masing earcup-nya, tersimpan driver 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Selebihnya, Major IV tergolong identik dengan versi sebelumnya; ia dapat dilipat ketika sedang tidak digunakan, dan salah satu earcup-nya juga dilengkapi kenop multifungsi berwarna emas yang sangat memudahkan pengoperasian.

Yang paling menarik, Marshall Major IV tetap dibanderol $150 seperti pendahulunya saat mulai dipasarkan pada tanggal 14 Oktober mendatang.

Sumber: Digital Trends.

Urbanears Luma dan Alby Ramaikan Segmen True Wireless Earphone Berharga Terjangkau

Cukup terlambat dibanding yang lain, brand audio asal Swedia, Urbanears, akhirnya meluncurkan true wireless earphone pertamanya. Bukan cuma satu, melainkan dua sekaligus, yakni Urbanears Luma dan Urbanears Alby.

Keduanya mengadopsi rancangan ala Apple AirPods dengan bagian tangkai yang memanjang, namun tentu dengan sentuhan desain Skandinavia yang minimalis khas Urbanears selama ini. Luma sebagai model yang lebih superior adalah yang paling mirip bentuknya dengan AirPods, sedangkan Alby sedikit berbeda berkat eartip silikon dalam tiga variasi ukuran.

Baik Luma dan Alby sama-sama tidak dilengkapi fitur active noise cancelling (ANC), tapi saya menduga Alby justru lebih unggul perihal isolasi suara secara pasif berkat eartip silikonnya tersebut. Sebagai referensi, AirPods Pro yang menawarkan ANC turut dibekali eartip silikon demi semakin menyempurnakan kemampuannya mengeliminasi suara luar.

Urbanears Luma

Lalu apa yang membuat Luma lebih mahal? Yang pertama adalah fitur auto-play dan auto-pause, yang mengandalkan sensor untuk mendeteksi apakah perangkat sedang dipasangkan ke telinga atau dilepas. Kedua, Luma punya mikrofon lebih banyak daripada Alby, sehingga suara yang ditangkap tentu akan terdengar lebih jernih oleh lawan bicara maupun asisten virtual.

Terakhir, baterai Luma lebih awet; 5 jam per charge, dengan case yang mampu mengisi ulang sampai empat kali (total 25 jam). Alby di sisi lain cuma tahan 3 jam per charge, dan case-nya pun hanya mampu menyuplai 12 jam daya ekstra (total 15 jam). Beruntung keduanya sama-sama sudah menggunakan sambungan USB-C.

Urbanears Alby

Selebihnya, Luma dan Alby cukup identik. Keduanya sama-sama tahan terhadap cipratan air dengan sertifikasi IPX4, dan keduanya juga sama-sama mengandalkan kontrol sentuh sekaligus konektivitas Bluetooth 5.0.

Urbanears berencana memasarkan kedua perangkat ini mulai musim panas mendatang dengan harga yang cukup terjangkau. Di Amerika Serikat, Luma dibanderol $99, sedangkan Alby dihargai $69. Keduanya sama-sama ditawarkan dalam empat pilihan warna.

Sumber: SlashGear.

Marshall Luncurkan Smart Speaker Uxbridge Voice dengan Integrasi Alexa

Zound Industries, produsen perangkat audio di balik brand Marshall Headphones, meluncurkan smart speaker baru bernama Uxbridge Voice. Layaknya Google Home atau Amazon Echo, Marshall Uxbridge punya dimensi yang ringkas, cuma 128 x 168 x 123 mm.

Desainnya tetap khas sang pabrikan amplifier gitar asal Inggris. Wujudnya tetap mirip dengan amplifier gitar, akan tetapi Uxbridge mengandalkan tombol-tombol konvensional ketimbang yang menyerupai kenop-kenop milik amplifier.

Singkat cerita, Uxbridge tampak lebih modern daripada speakerspeaker Marshall sebelumnya, tapi di saat yang sama juga masih terkesan retro. Meski ringkas, bobotnya berkisar 1,39 kg, mengindikasikan performa audionya yang mumpuni.

Marshall Uxbridge Voice

Secara teknis, Uxbridge dibekali amplifier Class D 30 W yang menenagai woofer dan tweeter-nya. Respon frekuensinya berada di kisaran 54 – 20.000 Hz, bukan yang paling detail di frekuensi rendah, tapi setidaknya pengguna dapat mengatur intensitas bass-nya dengan mudah.

Sebagai sebuah smart speaker, Uxbridge ditawarkan dalam dua varian yang berbeda; satu dengan integrasi Amazon Alexa, satu lagi dengan Google Assistant. Mikrofon yang tertanam ada dua, dan produsen tak lupa melengkapinya dengan teknologi noise cancelling supaya suara pengguna bisa ditangkap dengan lebih jelas.

Dari segi konektivitas, Uxbridge mendukung AirPlay 2 dan Spotify Connect di samping mengemas sambungan Bluetooth 5.0. Seperti halnya speaker modern lain, Uxbridge juga bisa dilibatkan dalam setup multi-room.

Marshall Uxbridge Voice bakal dipasarkan mulai 8 April seharga $199, tapi baru varian Alexa saja. Varian Google Assistant-nya baru akan menyusul pada bulan Juni mendatang.

Sumber: New Atlas.

Marshall Luncurkan Dua Speaker Bluetooth Baru: Stockwell II dan Tufton

Saya yakin tidak banyak dari kita yang pernah mendengar pabrikan bernama Zound Industries. Lain halnya dengan Marshall; saya yakin cukup banyak yang tahu reputasi produsen amplifier gitar elektrik tersebut tanpa harus menjadi seorang gitaris.

Lalu mengapa saya membandingkan keduanya? Karena selama ini Zound Industries adalah sosok yang bertanggung jawab atas deretan headphone dan speaker milik Marshall, dan kolaborasi keduanya baru saja menelurkan sepasang speaker Bluetooth baru: Marshall Stockwell II dan Marshall Tufton.

Keduanya melengkapi Marshall Kilburn II yang telah hadir lebih dulu sejak tahun lalu. Yang paling membedakan, kalau Kilburn II memiliki wujud berorientasi horizontal, baik Stockwell II maupun Tufton sama-sama berorientasi vertikal. Kendati demikian, ketiganya sama-sama menganut gaya desain retro yang menyerupai amplifier rancangan Marshall.

Marshall Stockwell II

Stockwell II adalah yang paling kecil dari ketiganya. Kalau melihat dimensinya (180 x 161 x 70 mm), besarnya kurang lebih mirip iPad Mini, tapi tentu jauh lebih tebal, dan bobotnya pun mencapai angka 1,38 kg. Sertifikasi IPX4 berarti ia sanggup bertahan dari cipratan air saat dibawa ke pinggir kolam renang.

Di baliknya bernaung dua tweeter beroutput 5 W dan woofer 10 W. Bukan yang paling lantang memang, dan bass-nya juga bukan yang paling menendang mengingat respon frekuensinya berada di rentang 60 – 20.000 Hz.

Tufton di sisi lain punya ukuran jauh lebih bongsor, dengan bobot mencapai 4,9 kg, akan tetapi ketahanan airnya cuma IPX2. Di dalamnya tertanam tweeter 10 W, dua full range driver 15 W, dan woofer 40 W, sedangkan respon frekuensinya berkisar antara 40 – 20.000 Hz.

Marshall Tufton

Kedua speaker ini sama-sama sudah dilengkapi konektivitas Bluetooth 5.0, dan di bagian atasnya terdapat sejumlah kenop yang berfungsi untuk mengatur volume, maupun tingkatan bass dan treble. Daya tahan baterai keduanya sama-sama diklaim mampu mencapai angka 20 jam pemakaian.

Juga sangat modern adalah penggunaan USB-C sebagai port charging-nya, dan ini juga berarti keduanya sama-sama mendukung fast charging. Untuk Stockwell II, pengisian selama 20 menit sudah cukup untuk menyuplai daya baterai hingga 6 jam pemakaian, sedangkan untuk Tufton, 20 menit charging cukup untuk pemakaian selama 4 jam.

Di Amerika Serikat, Stockwell II dan Tufton saat ini sudah dipasarkan dengan harga masing-masing $249 dan $399.

Sumber: Zound Industries via TechCrunch.