Horizon Zero Dawn Versi PC Meluncur 7 Agustus 2020

Kabar bahwa Horizon Zero Dawn bakal dirilis di PC sempat mencuri perhatian Maret lalu. Bagaimana tidak, game open-world karya Guerrilla Games itu sebelumnya merupakan judul eksklusif buat PlayStation 4, dan selama tiga tahun sejak perilisannya, ia sudah tercatat sebagai salah satu game PS4 terlaris.

Sekarang, jadwal rilis pastinya sudah ada: 7 Agustus 2020, bisa melalui Steam atau Epic Games Store. Yang menarik, harganya tergolong cukup terjangkau untuk sebuah judul AAA, terlepas dari umurnya yang sudah sekitar tiga tahun. Di Steam, gamer PC sudah bisa melakukan pre-order dengan membayar Rp 210 ribu saja. Bandingkan dengan game AAA lain yang harga awalnya kerap dipatok antara Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu.

Banderolnya bahkan lebih murah sekitar Rp 100 ribu ketimbang di PlayStation Store. Padahal versi yang didapatkan sama persis, yakni Horizon Zero Dawn Complete Edition yang mencakup sejumlah konten ekstra, termasuk halnya expansion pack The Frozen Wilds.

Selain mengungkap tanggal peluncurannya, Guerrilla turut memamerkan trailer baru untuk Horizon Zero Dawn versi PC, dan dari video tersebut kita bisa melihat sejumlah penyempurnaan teknis yang developer berikan untuk versi PC-nya. Yang paling utama tentu saja adalah dukungan terhadap monitor ultra-wide serta frame rate tanpa batas, memungkinkan pemain untuk menikmatinya di 144 fps atau lebih pada PC berspesifikasi sultan.

Pengaturan grafisnya mungkin tidak seekstensif game lain yang bukan hasil porting, tapi setidaknya pemain masih bisa mengatur kualitas dari parameter-parameter seperti tekstur, bayangan, bahkan tampilan awannya. Guerrilla bahkan juga melengkapinya dengan benchmark tool bawaan sehingga pemain bisa lebih mudah mendapatkan pengalaman yang seimbang antara performa dan kualitas grafik.

Cuplikan benchmark tool-nya di trailer menunjukkan bahwa game ini tidak menuntut spesifikasi PC yang terlalu tinggi. Berbekal prosesor quad-core AMD Ryzen 5 1500x dan GPU Radeon RX 580 8 GB saja, average FPS yang tercatat sudah mencapai 60 fps di resolusi 1080p. Spesifikasi itu sama persis seperti yang direkomendasikan di laman Steam-nya.

Sekali lagi ini tidak mengejutkan mengingat game-nya merupakan hasil porting dari PS4. Tebakan saya bahwa spesifikasi yang dianjurkan bakal mirip seperti Death Stranding juga benar, sebab keduanya digarap menggunakan engine yang sama (Decima), yang di titik ini bisa kita simpulkan cukup efisien.

Via: Rock Paper Shotgun.

Review Gears Tactics: Visualisasi Grafis yang Fantastis dengan Gameplay Bombastis

Di penghujung bulan April 2020 lalu, saya cukup terkejut melihat game yang satu ini dirilis. Pasalnya, Gears Tactics adalah bentuk iterasi Turn-Based Tactics dari franchise Gears (of Wars) yang biasanya bergenre 3rd Person Shooter. Gears Tactics ini juga dibanderol dengan harga yang cukup murah, Rp250 ribu. Namun apakah pertanyaannya game ini layak dibeli meski harganya lebih murah ketimbang harga game-game AAA?

Seperti biasanya, sebelum kita masuk ke review Gears Tactics kali ini, saya harus menjabarkan beberapa hal terlebih dahulu. Pertama, bagaimanapun juga review game itu sepenuhnya subjektif alias bergantung pengalaman, selera, pengetahuan sang reviewer-nya. Kedua, karena alasan tadi, saya harus menjelaskan sedikit latar belakang saya. Saya pribadi memang lebih menyukai game-game singleplayer AAA. Karena itu, sampai hari ini, setidaknya sudah ada 2000 judul game PC yang saya selesaikan Singleplayer Campaign-nya sepanjang saya bermain game di PC sejak tahun 2003 — sebelum itu, saya menganut ‘agama’ gamer console.

Ketiga, terakhir, saya membeli Gears Tactics dari Steam (karena game ini bisa dibeli dari Steam, Microsoft Store, dan Epic Game Store) dan memainkannya di PC saya dengan spek sebagai berikut:

CPU: AMD Ryzen 5 3600
Motherboard: GIGABYTE AB-350 Gaming 3
Kartu Grafis: Palit GeForce RTX 2070 Super JS
Memory: G Skill 16GB 3200MHz.
Storage: ADATA SX8200 PCIe SSD 1TB
Monitor: ASUS VG258QR (@144Hz)

 

Visualisasi Grafis dan Performa: 87/100

Screenshot: Gears Tactics
Screenshot: Gears Tactics. Via: PC Gamer

Satu hal yang sangat menarik, Gears Tactics (dirilis tanggal 28 April 2020) dirilis dalam waktu yang berdekatan dengan XCOM: Chimera Squad (rilis tanggal 24 April 2020). Keduanya juga sama-sama bergenre Turn-Based Tactics/Strategy. Dengan begitu, Gears of Tactics memang mau tidak mau akan dibandingkan dengan Chimera Squad. Apalagi mengingat seri XCOM memang boleh dibilang game Turn-Based Tactics yang paling populer akhir-akhir ini.

Aspek pertama yang ingin saya  bahas adalah soal grafis dan performa dari Gears Tactics. Jika dibandingkan dengan Chimera Squad, yang kebetulan juga saya review bulan Juni 2020 kemarin, Gears Tactics menang telak dalam hal visualisasi grafis. Bahkan, menurut saya, Gears Tactics bisa dibilang sebagai salah satu game Turn-Based Tactics dengan visualisasi paling cantik yang pernah saya mainkan.

Ketika Anda melakukan Execute atau beberapa Skill (seperti Chainsaw Attack atau Bayonet Charge), kamera pun bergerak untuk mendekati karakter Anda untuk memperlihatkan animasi yang buas dan terasa begitu memuaskan. Meski saya berkali-kali melihatnya, saya belum bosan dengan animasi Skill tersebut karena ada beberapa variasinya.

Efek-efek ledakan, tembakan, atau apapun yang ada di sini juga jauh lebih fantastis dibanding yang saya lihat di Chimera Squad ataupun semua seri XCOM modern (mulai dari XCOM: Enemy Unknown, XCOM 2, ataupun Chimera Squad). Sungguh, saya sangat mengagumi jerih payah The Coalition dan Splash Damage (developer Gears Tactics) dalam usahanya menerjemahkan visualisasi fantastis dari Gears 5 ke Gears Tactics ini.

Biasanya, game-game Turn-Based Tactics memang tidak menyuguhkan visualisasi yang secantik genre Action, RPG, ataupun FPS. Namun, berhubung saya juga sudah menamatkan Gears 5, saya bisa merasakan atmosfir dan visualisasi fantastis yang tak jauh berbeda saat bermain Gears Tactics.

Lalu bagaimana dengan performanya? Meski grafisnya fantastis, Gears Tactics bisa dimainkan di PC murah meriah sekalipun. Berikut ini adalah System Requirements yang saya ambil dari Steam.

Sumber: Steam
Spesifikasi yang dibutuhkan Gears Tactics. Sumber: Steam

Bandingkan spek di atas dengan spek yang dibutuhkan untuk Gears 5 yang juga saya ambil dari Steam di gambar berikut ini.

Sumber: Steam
Spesifikasi yang dibutuhkan Gears 5. Sumber: Steam

Dengan spek PC saya, berikut ini adalah hasil benchmark (built-in) yang saya dapatkan:

Screenshot: Gears Tactics
Screenshot: Gears Tactics

Jika hanya melihat dari sisi grafis dan performa, saya percaya Gears Tactics harusnya bisa jadi standar baru untuk game-game Turn-Based lainnya di masa mendatang.

 

Gameplay: 81/100

Jika di aspek grafis Gears Tactics mungkin bisa dibilang revolusioner, saya tidak bisa mengatakan hal yang sama untuk aspek gameplay-nya.

Banyak mekanisme gameplay yang ada di sini mengambil komponen-komponen yang sudah ada di seri XCOM modern. Meski begitu Gears Tactics mengimplementasikan semua komponen-komponen tadi dengan sangat baik dan menambahkan beberapa komponen baru di dalamnya.

Tiga komponen gameplay yang diimplementasikan dengan baik di Gears Tactics adalah soal Loot System, Skill Tree, dan Action Point (AP).

Berbicara soal Loot System, Gears Tactics mengizinkan karakter-karakter Anda menggunakan Equipment yang bisa didapatkan dari pertempuran. Equipment yang ada di sini memiliki tingkat Rarity (dari Common sampai Legendary) dan didapatkan secara acak alias random.

Simulasi Skill Tree Gears Tactics. Sumber: Gears of War
Simulasi Skill Tree Gears Tactics. Sumber: Gears Tactics

Di Gears Tactics, ada juga 5 class berbeda (Support, Vanguard, Heavy, Scout, dan Sniper) untuk karakter-karakter Anda. Skill Tree dari masing-masing class di sini cukup menarik dan kompleks. Oh iya, asyiknya lagi, Anda bisa mengakses simulasi Skill Tree yang bisa digunakan dari situs resmi Gears Tactics (Anda juga bisa membukanya untuk melihat bagaimana Skill Tree yang ada di game ini).

Komponen gameplay terakhir yang membuat Gears Tactics jadi lebih menarik, setidaknya dibanding Chimera Squad, adalah sistem Action Point yang lebih fleksibel. Action Point ini digunakan untuk melakukan pergerakan ataupun aksi. Namun, setiap class memiliki satu skill atau lebih untuk menambahkan Action Point saat giliran mereka. Dengan begitu, jika Anda bermain cukup cerdik dan memanfaatkan skill-skill tadi, Anda bisa mendapatkan sejumlah AP untuk melakukan begitu banyak hal dalam satu kali giliran.

Misalnya saja jika kita melihat dari class yang paling saya sukai di sini, Sniper. Sniper memiliki Skill bernama Chain Shot. Di level 2, jika Chain Shot Anda mengenai lawan, Anda akan mendapatkan 2 AP. Sniper juga punya Skill bernama Fast Fingers. Fast Fingers level 2 akan membuat karakter Anda mendapatkan 1 AP sekaligus Reload gratis jika Skill tersebut berhasil membuat musuh Downed atau mati. Ada lagi Skill yang bernama Ultimate Shot (Max AP saat membunuh musuh dengan Skill ini) dan Spree (25% kesempatan untuk mendapatkan 2 AP jika membunuh musuh dengan Critical Hit).

Screenshot: Gears Tactics
Screenshot: Gears Tactics.

Itu tadi baru Skill dari satu class saja. Jika digabungkan dengan Skill yang dimiliki Support, Sniper bisa jadi menggila di medan pertempuran dan menghabisi banyak musuh hanya dalam satu turn.

Sistem AP yang fleksibel itu jadi mengubah mindset bermain Anda. Jika di Chimera Squad, mindset-nya adalah bagaimana memanfaatkan kesempatan Anda yang sangat terbatas. Mindset bermain di Gears Tactics adalah bagaimana memperpanjang turn dengan berbagai skillset yang Anda miliki.

Sayangnya, meski didukung oleh beberapa komponen gameplay yang solid tadi, Gears Tactics tidak memiliki ragam misi ataupun musuh yang membuatnya tidak membosankan untuk dimainkan berkali-kali.

 

Plot Cerita dan Karakter: 63/100

Berhubung franchise Gears of War memang sudah cukup berumur karena pertama kali dirilis tahun 2006 dan dibuat untuk 3rd Person Shooter, lore-nya memang sudah cukup panjang. Advantage ini tidak dimiliki oleh seri XCOM modern. Setidaknya, saya tak terlalu tertarik untuk mempelajari lore seri XCOM modern seperti saya mempelajari lore Gears of Wars.

Dengan begitu, Gears Tactics sebenarnya memiliki banyak materi yang bisa dikembangkan dalam aspek plot cerita dan karakter-karakternya. Di Gears Tactics, tokoh utamanya adalah Gabe Diaz — bapaknya (atau ayahanda tercinta, kalau mau flamboyan) Kate Diaz yang jadi karakter utama di Gears 5. Buat Anda yang mengikuti cerita Gears of War, tema perjuangan (sekaligus korupnya) COG melawan monster (Swarm, Locust, dkk.) juga masih kental Anda temukan di sini.

Sayangnya, mungkin karena memang dianggap sebagai spin-off, tidak banyak hal-hal baru dari cerita besar lore Gears of War yang bisa Anda temukan di sini. Karakter dan percakapan yang ada di sini juga tidak begitu menarik untuk diperhatikan. Setidaknya beberapa karakter dan percakapan dari Chimera Squad beberapa kali berhasil membuat saya tersenyum sendirian di depan layar monitor.

Sumber:
Sumber: Microsoft

Jika dibandingkan dengan Chimera Squad, satu-satunya keunggulan Gears Tactics dari aspek ini adalah soal penyajian ceritanya. Setidaknya Gears Tactics menyuguhkan ceritanya lewat cutscenes, tidak seperti Chimera Squad yang menggunakan slideshow gambar semata. Meski memang hal ini juga bisa dimasukkan dalam kategori penilaian visualisasi grafis. Namun, saya sungguh bingung mencari apa kelebihannya dari aspek ini — apalagi mengingat Gears Tactics tidak berhasil memanfaatkan lore panjang dari seri Gears of War dengan baik.

 

Fitur Tambahan dan Durasi Permainan: 30/100

Seperti yang saya tuliskan tadi di bagian gameplay, variasi misi dan musuh yang ada di sini membuat saya tidak betah berlama-lama memainkannya.

Setelah saya menyelesaikan playthrough satu kali, saya sebenarnya sempat mencoba memainkannya kembali di tingkat kesulitan tertinggi dan Ironman Mode. Sayangnya, saya mati dan gagal menyelesaikan campaign tersebut di Act 1 Chapter 5 (Gears Tactics memiliki 3 Act dengan total 22 Chapters).

Jika dibandingkan dengan Chimera Squad yang saya mainkan selama 49 jam, saya hanya mencatatkan waktu bermain selama 24 jam di Gears Tactics.

Sebenarnya, Chimera Squad juga tidak sebagus itu namun game tersebut memiliki akses modding yang sangat baik. Anda bahkan bisa mengunduh SDK nya gratis dari Steam jika Anda membeli game-nya.

Salah satu mod yang tak bisa saya gunakan. Sumber: Nexus Gears Tactics
Salah satu mod yang tak bisa saya gunakan. Sumber: NexusMods

Sebaliknya, akses modding Gears Tactics terbilang aneh… Kita memang bisa memodifikasi beberapa file game dengan mudah. Hanya dengan menggunakan Notepad, Anda bisa mengedit file .csv untuk memodifikasi Gears Tactics. Sayangnya, cara ini sangat tidak konsisten.

Pasalnya, ada beberapa file yang sebenarnya bisa diedit dan memodifikasi game-nya namun ada juga yang akan di-overwrite begitu Anda menjalankan game tersebut. Hal ini menyebabkan modifikasi Gears Tactics jadi sangat terbatas. Di Nexus, Gears Tactics memiliki 12 mods namun parahnya kebanyakan mod tersebut tidak bisa berjalan jika Anda membeli game tersebut.

Sebagian besar mod juga hanya bisa aktif saat Anda memulai campaign baru. Hal ini semakin menyebalkan mengingat Anda tidak bisa skip tutorial mission layaknya Chimera Squad.

Tidak bisa skip tutorial ini sungguh menyebalkan di game yang menawarkan fitur Ironman Mode. Itu sebabnya juga saya malas menyelesaikan game ini untuk yang kedua kalinya. Chimera Squad mengizinkan Anda melewatkan misi tutorial setelah sekali menjalankannya.

 

Average Score: 65.25

Sumber: Microsoft
Sumber: Microsoft

Dengan harga Rp250 ribu, Gears Tactics sebenarnya sangat layak untuk dimainkan. Apalagi jika Anda ingin merasakan game Turn-Based Tactics dengan grafis yang menawan dan gameplay yang cukup solid. Sayangnya, meski seharusnya mereka bisa memanfaatkan lore Gears of War, Gears Tactics tak mampu menggunakannya dengan baik. Jika Anda tidak tertarik dengan hal-hal berbau modding, Gears Tactics juga sebenarnya akan memberikan pengalaman bermain yang sangat berkesan — asal jangan memilih Ironman Mode sebelum mereka mengimplementasi skipping tutorial mission.

Esports Indonesia Sepekan Terakhir: Sans tinggalkan Bigetron, Indonesia Gaming Championship, dan Lainnya

Ilham “SANSS” Santosa tinggalkan Bigetron

BTR SANSS | via: Facebook
BTR SANSS | via: Facebook

Kabar mengejutkan datang dari tim Bigetron. BTR SANSS, pemain yang mendukung performa Bigetron Red Aliens sebagai analyst, dikabarkan meninggalkan tim Bigetron. SANSS mengawali perjalanan bersama Bigetron sejak 2018 dan pernah menjadi streamer PUBG Mobile. Sebelum meninggalkan Bigetron, SANSS sendiri berperan penting dalam mengembangkan skuad terbaru Bigetron, BTR ION.

 

Alter Ego Esports menjadi Juara Nimo TV Mobile Legends Arena

Alter Ego Esports | via: Nimo TV
Alter Ego Esports | via: Nimo TV

Nimo TV mengadakan turnamen terbuka bagi komunitas Mobile Legends di Indonesia. Dari total 16 tim yang lolo ke babak playoff, Alter Ego Esports keluar sebagai jawara dan memenangkan hadiah sebesar US$1000. Di turnamen yang sama juga muncul talenta baru, Kings Esports yang bisa menahan laju dari beberapa tim kenamaan lainnya dan finis di tempat ketiga.

 

Tim esports Indonesia dominasi turnamen MPL Invitational

match result | via: Instagram
match result | via: Instagram

Di minggu berjalan tim-tim dari Indonesia lolo ke babak playoff MPL Invitational. Menyusul tempat RRQ Hoshi dan EVOS Legends, masing-masing dari grup A, B, dan C Onic Esports, Alter Ego Esports, dan Genflix Aerowolf melenggang ke babak berikutnya.

Dari total 8 slot di upper dan lower bracket lebih dari separuhnya diisi oleh tim dari Indonesia. Di final upper bracket akan mempertemukan RRQ Hoshi dan tim asla Singapura, Resurgence sedangkan di lower bracket, masih ada 2 tim Indonesia masih memperebutkan tiket ke tahap selanjutnya.

 

Indonesia Gamers Championship 2020

Di tahun 2020 Telkomsel kembali menggelar turnamen esports Indonesia Gamers Championship. Melalui Dunia Games dan bekerja sama dengan Garena turnamen IGC 2020 digelar secara inklusif bagi gamers laki-laki maupun perempuan.Berikut adalah sekilas update dari week pertama. Dimulai dari divisi AOV, EVOS Esports dan M8HEXA memimpin grup masing-masing dengan 3 dan 2 kemenangan.

Dari divisi CODM, peta kekuatan terbagi cukup merata dengan raihan tim teratas berhasil mengumpulkan 3 kemenangan. Hal yang menarik dari turnamen IGC 2020 adalah, pro player League of Legends Indonesia kembali berlaga. Tim Profesional Vi merajai klasemen terakhir dengan mengumpulkan 2 kemenangan.

 

EVOS Esports duduki Posisi Puncak PINC Playoff 2

EVOS Esports | via: Instagram
EVOS Esports | via: Instagram

Gelaran kedua PINC playoff sudah usai. Dengan akumulasi 177 point EVOS Esports tampil lebih baik daripada tim lainnya. Sekalipun hanya mendapatkan 2 kali chicken dinner, akumulasi kill point memberikan keunggulan untuk EVOS Esports.

Pekan sebelumnya BTR ION tampil sangat mendominasi dan menduduki peringkat pertama. Sebelum melaju ke babak berikutnya masih berlangsung 2 pekan lagi untuk kualifikasi solo di tingkat provinsi. Pemenangnya akan mendapatkan 4 slot yang masih tersisa di babak Grand Final.

Melirik “Urban Farming” Sebagai Peluang Bisnis Baru Agritech

Pandemi memunculkan inisiatif baru dari ruang-ruang individu terkecil hingga bisnis berskala besar. Urban farming adalah satu dari sedikit kegiatan yang mengemuka di masyarakat Indonesia selama wabah Covid-19 ini. Untuk membunuh rasa bosan atau mencari bahan pangan alternatif yang lebih sehat, berkebun tak bisa ditampik sebagai aktivitas pilihan yang makin digemari.

Maraknya peminat urban farming juga dicermati oleh agritech dalam negeri. Berkembangnya kebun-kebun mandiri di perkotaan menjadi celah bisnis baru bagi mereka. Bahkan belum lama e-commerce Tokopedia menyebut alat-alat berkebun menjadi salah satu produk yang paling banyak terjual selama Ramadan kemarin.

Di Jakarta setidaknya sudah ada 900 titik urban farming. Sekitar 600 di antaranya dikelola warga dan sisanya diurus oleh karang taruna. Pertanian urban ini mayoritas tersebar di Jakarta Selatan, Timur, dan Barat.

“Jadi begini itu terbukti banget selama PSBB, permintaan benih meningkat sekali dan begitu saya ke lapangan awalnya mereka ada yang lahan kosong atau hidroponik dan sebagainya ada peningkatan. Benar untuk kebutuhan mereka sehari-hari mereka tidak perlu ke pasar,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP) DKI Jakarta, Darjamuni seperti dikutip dari Media Indonesia.

Peluang bisnis baru

Beberapa platform agritech merespons dengan cepat pertumbuhan pertanian urban ini. TaniHub dan Neurafarm adalah dua di antaranya. Meski sama-sama mulai melirik peluang baru ini, keduanya memilih pendekatan yang berbeda.

Neurafarm, yang sebelumnya lebih dikenal dengan teknologi AI untuk membantu petani tradisional mengidentifikasi penyakit tanaman, menawarkan starter kit untuk mereka yang berminat memulai berkebun sendiri. Perlengkapan yang masuk dalam paket Neurafarm ini termasuk 16 jenis bibit yang bisa dipilih, pupuk, polybag, dan media tanam.

Neurafarm membanderol paket tersebut mulai dari harga Rp85.000. Mereka juga menyertakan panduan menanam, akses bertanya ke agronom, dan referensi bertanam lain yang tertuang dalam fitur premium aplikasi mereka, Dr. Tania. Neurafarm percaya kebutuhan akan urban farming dan pertanian tradisional di akan berjalan beriringan dan menjadi masa depan agrikultur di Indonesia.

“Akan ada beberapa lineup produk lainnya yang akan dirilis dalam waktu dekat, termasuk herbs,” jelas CEO Neurafarm Febi Agil Ifdillah.

TaniHub mengambil jalan yang agak berbeda. Perusahaan membuka diri untuk menyerap hasil panen petani urban dan bersedia mendanai mereka yang membutuhkan modal lebih untuk bercocok tanam di rumah.

Meski memberi dukungan terhadap kegiatan ini, TaniHub belum benar-benar menganggap pertanian urban sebagai lahan bisnis yang menjanjikan. Head of Trade Procurement TaniSupply Abednego Gunawan mengatakan, petani urban yang sudah bermitra masih belum sampai 1% dari total mitra mereka yang berjumlah 30.000 petani. Bagi TaniHub, angka tersebut masih tergolong minor. Begitu pula dengan jenis tanaman yang mereka tampung dari petani urban yang umumnya masih dari jenis sayuran hidroponik.

“Dalam hal penyerapan hasil panen dari pertanian perkotaan, saat ini masih tergolong sangat kecil di TaniHub Group,” cetus Abednego.

Tantangan dan potensi

Kecilnya jenis panen yang diserap dan mitra petani urban di TaniHub mencerminkan masih banyak tantangan bagi layanan agritech jika benar-benar ingin menjadikan hasil pertanian kota sebagai komoditas mereka. Abednego menjelaskan, tantangan itu ada di soal volume pasokan yang seringkali tonasenya tidak mencukupi permintaan pasar. Selain itu kesadaran masyarakat akan ketelusuran produk (product traceability) yang masih cukup rendah.

Dua hal teknis ini yang menurut Abednego merupakan tantangan utama bagi perusahaan untuk benar-benar menjadikan pertanian kota sebagai ceruk bisnis baru di TaniHub Group.

Gibran Tagari, yang merintis Sendalu Permaculture di Depok, Jawa Barat, menilai, semakin banyak masyarakat urban berminat mengolah lahannya dengan tanaman produktif, maka semakin baik kesejahteraan diri dan kelestarian lingkungan. Itu termasuk agritech yang melirik pertanian kota.

Namun Gibran mengingatkan bahwa urban farming sejatinya berangkat dari keresehan akan opsi sumber pangan yang lebih baik dan kesadaran atas lingkungan yang berkelanjutan. Apabila pada akhirnya pertanian kota ini menjadi lahan bisnis baru bagi agritech, ia berharap mereka dapat menjalankannya dengan semangat tersebut.

“Menurut saya, urban farming punya prospek dan potensi yang besar, tetapi bukan untuk menghasilkan komoditas seperti pertanian dengan sistem yang sudah ada sekarang. Saya melihat kota tidak memiliki iklim yang serupa dengan rural atau pedesaan. Mungkin kita perlu melihat kota sebagai ruang dengan beragam peluang menuju sistem pangan alternatif, sehingga tidak memberatkan beban desa untuk memproduksi pangan,” ujarnya.

Pandemi memang bukan satu-satunya yang mengangkat pamor pertanian kota. Laporan IndustryARC Analysis menunjukkan, tren tersebut sudah terjadi beberapa tahun terakhir dengan nilai bisnis pertanian kota yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Laporan tersebut menyebut pertanian kota sudah menyumbang 20% dari total produksi pangan dunia. Pada 2017 saja, pendapatan dari bisnis ini menyentuh $210 miliar dan diperkirakan terus tumbuh mencapai $236,4 miliar. Alasan kesehatan, kualitas pangan, edukasi, ketahanan kota, dan tumbuhnya permintaan bahan pangan lokal diperkirakan akan menjadi pendorong utama kian populernya urban farming sebagai lahan bisnis baru.

Vitality European Open Lanjutkan IGNITION Series di Region Eropa

Perilisan VALORANT yang terbilang masih baru, menunjukkan antusiamenya seakan meningkat seiring waktu. Hal itu dapat terlihat dari berlangsungnya beberapa turnamen VALORANT di beberapa region di dunia.

Masih dalam rangkaian IGNITION Series, kembali akan ada turnamen yang diselenggarakan oleh Team Vitality. Turnamen yang digagas Team Vitality bersama Corsair akan menjadi turnamen kedua di region Eropa setelah gelaran perdana IGNITION Series dimulai oleh organisasi G2 Esports dan Red Bull.

Agent Jett | via: Riot Games
Agent Jett | via: Riot Games

Dalam turnamen bertajuk Vitality European Open, kolaborasi Team Vitality bersama Corsair, telah disiapkan hadiah sebesar 15.000 Euro. Turnamen akan berlangsung di tanggal 5-13 Juli 2020. Bersamaan dengan bermunculannya turnamen VALORANT secara rutin, akan mendukung munculnya lebih banyak lagi talenta esports VALORANT yang baru.

Terlepas dari belum hadirnya sirkuit resmi VALORANT, yang dijalankan langsung oleh Riot Games, banyak tim esports sudah bersiap dan membentuk tim. Meskipun demikian, bukan berarti sepenuhnya Riot Games tidak mendukung lahirnya skena kompetitif VALORANT. Melalui VALORANT IGNITION Series Riot Games membuka diri untuk penyelenggaran rangkaian turnamen dari komunitas dan penggemar VALORANT.

Lebih jauh mengenai IGNITION Series, baik organisasi esports maupun komunitas dapat mengajukan turnamennya kepada Riot Games untuk mendapatkan lisensi IGNITION Series. Dengan adanya sistem lisensi, akan mendukung dan menjamin berjalannya skena kompetitif yang terorganisir.

image-3-1024x546 plevalo
via: Riot Games

Berikut adalah detail informasi untuk turnamen Vitality European Open mendatang. Turnamen akan dibagi ke dalam 3 fase. Di fase pertama, sebanyak 128 slot dibuka dan akan bermain dengan format single elimination. Setelahnya akan diambil 8 tim teratas yang berlanjut ke fase kedua.

Di fase kedua, 8 tim akan dibagi kembali ke dalam 2 grup dan mencari 2 tim terbaik dari masing-masing grup. Fase yang terakhir adalah playoff dengan format double elimination dan babak final best of 5.

Menurut Fabien ‘Neo’ Devide, president and co-founder Team Vitality, dalam peryataannya, “sejak VALORANT dirilis, sangat jelas bahwa VALORANT akan mengguncang skena kompetitif esports.”

Adapun demikian, Indonesia juga tidak terlepas dari rangkaian IGNITION Series. Dalam waktu yang juga dekat akan berlangsung rangkaian turnamen SEA Invitational dan Pacific Open. Keberadaan dua turnamen ini seolah menjadi sinyal baik bagi perkembangan skena VALORANT di Indonesia.

Honor X10 Max 5G dan Honor 30 Lite Resmi Diumumkan, Dengan Chipset MediaTek Dimensity 800 5G

Honor telah meluncurkan dua smartphone 5G teranyar mereka, Honor X10 Max 5G yang punya layar seukuran tablet yaitu 7,09 inci dan Honor 30 Lite. Keduanya ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 800 5G, menjalankan OS Android 10 tanpa Google (menggunakan Huawei Mobile Services) dengan sentuhan Magic UI 3.1, dan punya kamera utama beresolusi 4MP.

Honor X10 Max 5G

Honor X10 Max 5G 1

Layar seluas 7,09 inci tersebut beresolusi 1080×2280 piksel dalam rasio 19:9 dan dikemas dalam desain waterdrop notch guna menampung kamera depan 8MP. Mengandalkan panel IPS dengan RGBW matrix sehingga menyuguhkan tingkat kecerahan 780 nits dan sudah mendukung HDR10.

Ukuran layar yang besar tentu membuat dimensinya juga bongsor, 174.4×84.9×8.3 mm dan punya bobot 232 gram. Menurut Honor, smartphone ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai sistem infotainment portabel di mobil. Sudah dilengkapi dual speaker di depan dengan desain simetris di bagian atas dan bawah layar.

Honor X10 Max 5G 2

Soal fotografi, pengguna nantinya harus puas dengan dua unit kamera belakang. Meski kamera utamanya cukup istimewa karena sudah beresolusi 48MP f/1.8 dan ditemani 2MP sebagai depth sensor.

Dapur pacunya mengandalkan chipset MediaTek Dimensity 800 5G, disokong besaran RAM 6GB atau 8GB dan penyimpanan internal 64GB atau 128GB. Kapasitas baterainya 5.000 mAh dengan fast charging 22,5W.

Honor X10 Max tersedia di pasar Tiongkok, dalam warna biru, perak dan hitam. Harganya untuk konfigurasi dasar RAM 6GB/64GB dibanderol CNY 1.899 (Rp ​3,9 juta), versi 6GB/128GB CNY 2.099 (Rp4,3 juta), dan varian 8GB/128GB seharga CNY 2.499 (Rp5,1 juta).

Honor 30 Lite

Honor 30 Lite 2

Beralih ke Honor 30 Lite, smartphone 5G ini juga ditenagai chipset MediaTek Dimensity 800 5G. SoC ini dibangun pada proses fabrikasi 7nm dengan CPU octa-core yang terdiri dari Cortex-A76 dan Cortex-A55 (semuanya 2.0GHz), dengan GPU Mali-G57 MC4.

Performanya ditunjang RAM 6GB dengan penyimpanan internal 64GB, konfigurasi ini dibanderol CNY 1.700 atau sekitar Rp3,4 jutaan. Sementara, RAM 8GB dengan dengan memori 128GB dijual seharga CNY 2.200 atau Rp4,5 juta. Kapasitas baterainya 4.000 mAh dengan fast charging 22,5W yang akan terisi 53 persen dalam 30 menit.

Honor 30 Lite 1

Panel IPS yang digunakan cukup menarik, karena sudah mendukung refresh rate 90Hz dan touch sampling rate 180Hz yang nyaman bila digunakan untuk bermain game. Ukurannya 6,5 inci dengan resolusi 1080×2400 piksel dalam aspek rasio kekinian 20:9.

Terkait fotografi, pengguna Honor 30 Lite bisa mendalkan kamera depan 16MP untuk selfie dan face unlock. Sementara, kamera belakangnya ada empat unit, dengan kamera utama 48MP f/1.8, bersama kamera 8MP dengan lensa ultra wide, dan 2MP sebagai depth sensor. Khusus kamera utamanya, dapat merekam video 4K dengan EIS dan mendukung Super Night Mode.

Sumber: GSMArena

Liga Sepak Bola Malaysia Adakan Turnamen FIFA, eMFL

Malaysia Football League bekerja sama dengan EA Sports untuk menyelenggarakan eMFL. Turnamen FIFA tersebut akan diikuti oleh para pemain esports yang mewakili klub-klub yang berlaga di Malaysia Super League. Turnamen ini diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan ekosistem esports di Malaysia.

“Turnamen eMFL merupakan platform untuk mengembangkan talenta para generasi muda,” kata CEO Malaysia Football League, Dato’ Ab Ghani Hassan, seperti dikutip dari Esports Insider. “Sekarang, Malaysian League telah berevolusi ke channel digital. Saya percaya, generasi muda kini tidak hanya punya kesempatan untuk meniti karir sebagai pemain sepak bola, tapi juga sebagai pemain esports profesional.”

turnamen fifa malaysia
Turnamen FIFA di Malaysia, eMFL akan diikuti semua klub Malaysian Super League.

Turnamen eMFL dimulai pada 1 Juli 2020 dan akan berlangsung selama 10 hari. Kompetisi itu akan menggunakan Sony PlayStation 4 secara eksklusif. Semua pertandingan dari turnamen FIFA itu akan disiarkan melalui page Facebook resmi dari eMFL. Semua klub yang berlaga di MFL CIMB Super League harus mengirimkan perwakilan untuk bertanding dalam turnamen eMFL.

“Saya harap, setiap pemain akan berjuang keras dalam kompetisi ini karena mereka akan bertanding melawan para pemain FIFA terbaik di Malaysia. Saya juga berharap, semua pemain akan bermain dengan serius sebagai perwakilan klub Malaysian Super League,” kata Hassan. Musim pertama dari eMFL ini akan disponsori oleh penyedia internet TM dan perusahaan monitor gaming BenQ. Selain itu, turnamen tersebut juga didukung oleh organisasi esports lokal, Esports Kuala Lumpur (ESKLA).

Malaysia Football League bukanlah liga sepak bola pertama yang tertarik untuk mengadakan turnamen esports. Pada Februari 2020, liga Italia Serie A juga mengungkap bahwa mereka akan menyelenggarakan turnamen FIFA 20. Hanya saja, turnamen tersebut bersifat terbuka. Jadi, semua pemain PlayStation 4 yang telah berumur setidaknya 16 tahun boleh ikut serta dalam turnamen tersebut. Selama pandemi, semakin banyak turnamen FIFA 20 yang diadakan. Pasalnya, turnamen esports bisa menjadi pelipur lara bagi para fans sepak bola yang kecewa karena banyak liga sepak bola yang harus dibatalkan di tengah pandemi.

Mengenal TapTalk.io, Mudahkan UKM Kelola Pesan dari Berbagai Aplikasi

TapTalk.io mulai peruntungan di industri SaaS di Indonesia dengan mengusung dua produk andalan mereka, yakni PowerTalk sebagai sebuah Chat SDK dan OneTalk sebagai platform OmniChannel Customer Engagement. Mereka secara spesifik menyasar para bisnis dan UKM yang membutuhkan sebuah alat untuk meningkatkan pengalaman pengguna, terutama dalam hal layanan pelanggan.

TapTalk.io sendiri mulai dikembangkan sejak tahun 2017 oleh Ritchie Nathaniel, salah satu developer yang sudah 10 tahun berkecimpung di dunia startup. Ia juga pernah bergabung dengan Traveloka, Weekend Inc, Moselo, dan pada akhirnya memutuskan untuk mengembangkan TapTalk.io.

Kepada DailySocial Founder & CEO TapTalk.io Ritchie Nathaniel menceritakan bahwa sejauh ini platform OneTalk sudah bisa mengintegrasikan beberapa aplikasi chat seperti WhatsApp, Telegram, LINE, Facebook Massenger, dan Twitter DM ke dalam dasbor terpusat.

Tak hanya it, dasbor OneTalk juga memiliki beberapa fitur untuk mengelola agen customer service, lengkap dengan fitur rating bagi pengguna yang ingin memberikan penilaian terhadap kinerja customer service yang melayani mereka.

“TapTalk.io berkomitmen untuk membangun platform omni-channel terbaik yang terhubung dengan berbagai kanal sosial dan memiliki fitur integrasi dengan third party seperti CRM, chatbot, dan internet automation; juga mengembangkan Inbox yang sangat powerful untuk membantu bisnis dalam melayani customer,” terang Ritchie.

Solusi chat di Indonesia dan ambisi TapTalk.io

Di Indonesia saat ini sosial media menjadi salah satu tulang punggung kanal penjualan bagi social commerce, termasuk juga aplikasi pesan instan atau chat. Tak hanya untuk media promosi layanan, pesan instan juga mulai lazim digunakan sebagai kanal pelayanan pelanggan.

Inovasinya pun sudah semakin beragam. Ada yang mengombinasikan layanan pesan instan dengan teknologi NLP dan AI sehingga hadir chatbot. Ada juga yang membangun sebuah platform integrasi sehingga memudahkan pengelolaan seperti yang dilakukan TapTalk.io dengan OneTalk. Beberapa nama yang melakukan inovasi terkait dengan layanan pesan instan antara lain Kata.ai, Vutura, Botika, Qisqus, Halosis, Balesin, TokoTalk, dan lain-lainnya.

Sneakershoot Akomodasi Jasa Cuci Sepatu dan Tas Melalui Aplikasi

Memanfaatkan besarnya minat layanan on-demand, platform Sneakershoot dihadirkan. Mereka menyuguhkan jasa pembersihan sepatu plus antar-jemputnya memanfaatkan aplikasi. Startup ini didirikan pada tahun 2019 oleh Donni Irawan, Ikhsan Senja Anchan, Dedy Haryadi, dan Noffian Triyadi. Visi mereka menjadi pioneer untuk jasa cuci sepatu berbasis teknologi.

“Perkembangan tren sneakers di Indonesia kini tumbuh semakin cepat, bukan hanya brand internasional yang berdatangan kini brand lokal Indonesia hadir dan berlomba untuk menaikkan popularitasnya. Kami hadir sebagai penyedia jasa perawatan sepatu,” kata CEO Sneakershoot Donni Irawan kepada DailySocial.

Meskipun baru berjalan selama 1,5 tahun,  Sneakershoot telah melayani lebih dari 5 ribu pelanggan dan telah membersihkan lebih dari 30 ribu pasang sepatu.

“Kami menyediakan jasa free pick up dan delivery di kawasan Jabodetabek kepada pelanggan yang ingin mencuci sepatu dan tas mereka. Kami juga menawarkan jasa, repair, repaint, un-yellowing, dan re-coloring. Kepada pelanggan kami  berikan opsi berlangganan dan mendapatkan harga promosi,” kata Donni.

Meskipun saat ini masih fokus di kawasan Jabodetabek, namun beberapa kali juga menerima pelanggan yang bermukim di luar Jabodetabek. Biasanya mereka mengirim sepatu yang akan dibersihkan dan di re-paint melalui jasa ekspedisi.

“Saat ini kami belum berencana untuk melakukan fundraising. Akhir Februari 2020, perusahaan baru saja merampungkan penggalangan dana putaran pre-seed dari SALT Ventures,” kata Donni.

Penggunaan aplikasi

Saat ini Sneakershoot telah memiliki sekitar 15 tim internal dan beberapa tenaga paruh waktu (freelancer) untuk membantu operasional sehari-hari. Tenaga paruh waktu tersebut di antaranya adalah shoes technician dan tenaga kurir yang melakukan antar jemput sepatu.

Mereka yang menjadi tenaga freelance tersebut berhak mendapat komisi dari Sneakershoot, menyesuaikan perhitungan harian dan mendapatkan bonus jika telah mencapai target. Semua proses dilakukan di workshop milik mereka. Saat ini Sneakershoot baru memiliki satu workshop. Ke depannya perusahaan memiliki rencana untuk menambah jumlah workshop di kawasan lainnya.

Untuk memudahkan pelanggan melakukan pembayaran, Sneakershoot yang bisa diakses di Play Store dan App Store, menyediakan pilihan pembayaran beragam. Mulai dari dompet digital (Gopay, Dana, LinkAja, dan OVO), hingga transfer bank (Mandiri, BNI, Permata, dan BRI). Dalam waktu dekat juga berencana untuk menghadirkan pembayaran menggunakan kartu kredit.

Dalam melakukan treatment yang sepenuhnya memanfaatkan aplikasi, semua proses pengambilan sepatu kotor sampai proses pengantaran sepatu bersih itu semua dilakukan oleh pihak Sneakershoot. Pelanggan juga dapat mengatur jadwal yang diinginkan sehingga mereka tidak perlu repot datang membawa atau mengambil ke mall atau store laundry sepatu. Semua proses tersebut telah di asuransi-kan.

“Semua proses adalah penggunaan aplikasi menyeluruh. Ke depannya kami juga berencana untuk menghadirkan opsi akses di website,” kata Donni.

Application Information Will Show Up Here