Imajin Resmikan Pusat Manufaktur di BSD, Dorong Pengembangan Teknologi Biomedical Lokal

Imajin, startup yang berfokus pada transformasi digital di sektor manufaktur, meresmikan Imajin Advanced Manufacturing Center (IAMC) di Biomedical Campus, BSD City. Pusat manufaktur ini diharapkan mampu menjadi pendorong inovasi lokal, khususnya dalam pengembangan teknologi biomedical dan produk-produk massal di Indonesia.

Menurut Chendy Jaya, CEO dan Co-Founder Imajin, kehadiran IAMC memungkinkan pelaku industri di Indonesia untuk mengakses teknologi manufaktur canggih, termasuk CNC 5-Axis Machines yang dapat memproduksi produk berpresisi tinggi.

“Ini adalah langkah penting untuk membantu UMKM dan startup lokal agar lebih kompetitif di pasar global melalui teknologi dan dukungan R&D yang kuat,” ujarnya.

Selain itu, IAMC juga dirancang sebagai wadah kolaborasi antara perusahaan, institusi pendidikan, dan pemerintah, yang bertujuan memperkuat ekosistem inovasi di Indonesia. Irawan Harahap, CEO Digital Tech Ecosystem & Development Sinar Mas Land, menambahkan bahwa fasilitas ini tidak hanya mendukung transformasi digital di bidang manufaktur, tetapi juga berpotensi membawa dampak positif pada perkembangan ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan.

Imajin melalui IAMC berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan industri manufaktur lokal, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global. Ini sejalan dengan visi Imajin untuk membangun ekosistem manufaktur kreatif berbasis digital di Indonesia.

Imajin adalah platform yang memfasilitasi kolaborasi antara pelaku industri dan UMKM dalam menciptakan solusi manufaktur inovatif. Imajin menyediakan layanan pembuatan mold & dies, produksi massal part logam dan plastik, serta pengembangan produk dari prototipe hingga siap produksi. Dengan lebih dari 750 UMKM yang bergabung, Imajin terus memperluas akses teknologi dan menciptakan peluang kerja melalui platform digitalnya.

Imajin telah didukung sejumlah investor dalam pendanaan awal mereka. Para investor tersebut meliputi East Ventures, 500 Southeast Asia, Init-6, dan sejumlah angel investor.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Pengembang eSIM “Truely” Raih Pendanaan dari 1982 Ventures, Beenext, Kopital Ventures, dan Sejumlah Angels

Truely, penyedia layanan eSIM untuk pelancong, hari ini mengumumkan berhasil meraih pendanaan sebesar $3.5 juta atau setara Rp53,7 miliar dipimpin oleh 1982 Ventures. Pendanaan ini juga melibatkan partisipasi dari Beenext, Kopital Ventures, serta beberapa investor strategis, termasuk JJ Chai (ex-AirbnB), Kum Hong Siew (ex-Airbnb), HY Sia (Founder of Tranglo), Mohammad Gharaybeh, Qin En Looi, Eric Dadoun, dan Gilbert Relou.

Didirikan pada Juli 2023, Truely lahir sebagai spin-off dari Bikago Mobile, sebuah layanan eSIM yang sukses di Bali untuk para wisatawan internasional. Dengan memanfaatkan kesuksesan dalam menyediakan konektivitas tanpa hambatan bagi pengunjung di Bali, Truely kini berkembang menjadi pemain global dalam pasar eSIM.

Meskipun berkantor pusat di Singapura, Truely tetap terhubung dengan akarnya di Indonesia melalui pusat layanan pelanggan dan operasi 24/7 yang berlokasi di Bali, dengan tim beranggotakan 20 profesional Indonesia di bidang layanan pelanggan, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia. Pusat ini memainkan peran penting dalam mendukung operasional global Truely.

Truely hadir dengan teknologi Switchless™ eSIM yang memungkinkan pelancong mengakses paket data lokal di lebih dari 200 negara tanpa perlu mengganti kartu SIM fisik atau menghadapi biaya roaming yang mahal. Teknologi ini menawarkan pemasangan eSIM yang mudah, harga bersaing, dan dukungan 24/7 untuk memberikan pengalaman konektivitas yang mulus.

Dengan layanan yang kompatibel dengan sebagian besar smartphone modern, pengguna Truely dapat memasang eSIM tanpa perlu mengganti SIM asli mereka, serta memanfaatkan dual SIM untuk fleksibilitas tambahan. Aplikasi Truely kini tersedia di App Store dan Google Play, sehingga pengguna bisa langsung mendaftar melalui situs web atau aplikasi dan terhubung ke internet di mana pun mereka berada.

Menurut riset Kaleido Intelligence, pasar ritel eSIM diprediksi akan mencapai US$3.3 miliar pada 2025, dengan pertumbuhan tahunan hampir 50%. Truely melihat peluang ini dan menawarkan paket fleksibel untuk berbagai jenis pelancong—mulai dari pekerja nomaden digital hingga keluarga yang berlibur—dengan tarif lokal yang kompetitif tanpa biaya roaming tambahan.

Dengan pendanaan baru ini, Truely berencana mengembangkan layanan B2B2C untuk operator perjalanan besar, maskapai, bandara, serta penyedia layanan lainnya. Mereka juga akan meluncurkan lebih banyak produk untuk memastikan pelancong tetap terhubung dengan tempat kerja dan keluarga mereka.

Founder & CEO Truely Simon Landsheer menyatakan, “Kami menciptakan Truely dengan fokus pada pengalaman pengguna. Teknologi eSIM kami yang fleksibel dan terjangkau menawarkan cakupan terbaik dengan kemudahan penggunaan yang tak tertandingi.”

Perjalanan Truely dari layanan lokal di Bali hingga menjadi pemimpin global menyoroti komitmen mereka dalam menyediakan konektivitas yang andal, terjangkau, dan mudah bagi pelancong di seluruh dunia. Pendanaan ini menempatkan Truely dalam posisi strategis untuk mendominasi pasar eSIM yang sedang berkembang pesat, terutama di tengah pemulihan perjalanan global pasca-pandemi.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Broom Raih Pendanaan Rp380 Miliar Dipimpin Openspace Ventures

Broom, startup yang bergerak di bidang marketplace mobil bekas di Indonesia, telah berhasil mengamankan pendanaan Seri A+ sebesar $25 juta atau setara Rp380 miliar. Dana ini akan digunakan untuk mempercepat digitalisasi sektor otomotif tradisional di Indonesia, salah satu industri terbesar di Asia Tenggara.

Pendanaan ini dipimpin oleh Openspace, dengan partisipasi dari AC Ventures, Quona Capital, MUFG Innovation Partners, dan PKSHA Capital.

Seblumnya Broom mengumumkan pendanaan pra-seri A pada Maret 2023 lalu senilai $10 juta. Berdasarkan data yang dilaporkan ke regulator, AC Ventures dan Quona Capital (keduanya adalah investor terdahulu), serta MUFG Innovation Partners dan BRI Ventures turut berpartisipasi pada putaran ini. Di pendanaan awalnya, Broom juga telah mengantongi dana senilai $3 dipimpin oleh AC Ventures, serta partisipasi dari Quona Capital dan beberapa angel investor, termasuk pendiri Kopi Kenangan dan Lummo.

Pendanaan ini datang setelah Broom mencatat pertumbuhan bisnis yang signifikan sepanjang tahun lalu. Pada paruh pertama 2024, berbagai lini bisnis utama dan baru Broom menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Dengan investasi ini, Broom berencana memperluas pasar, melanjutkan kemitraan strategis, dan membangun tim yang solid untuk mendorong kesuksesan jangka panjang.

“Kami senang dapat terus mendukung Broom dalam proses digitalisasi sektor otomotif tradisional, dengan fokus pada penyediaan solusi pembiayaan yang lebih baik untuk dealer, yang merupakan tulang punggung industri ini,” ujar Direktur Eksekutif Openspace  Ayu Tanoesoedibjo.

Misi transformasi sektor otomotif

Co-Founder & CEO Broom Pandu Adi Laras menegaskan bahwa pendanaan ini adalah bukti kepercayaan investor terhadap misi perusahaan untuk mengubah industri otomotif. Ia menyebutkan bahwa tantangan seperti opsi pembiayaan yang ketinggalan zaman dan kurangnya integrasi digital telah menghambat perkembangan dealer dan konsumen.

“Dengan menyediakan solusi menyeluruh, termasuk pembiayaan yang lebih inovatif dan inklusif untuk dealer di seluruh Indonesia, kami berharap dapat mentransformasi industri ini dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Pandu.

Pertumbuhan Broom terlihat dari pencapaian finansial yang signifikan. Pada paruh pertama 2024, Broom mencatat peningkatan penyaluran dana dari produk Buyback—solusi bagi dealer mobil untuk menjual sementara stok kendaraan mereka guna mendapatkan modal kerja—dengan kenaikan 144,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai Rp1,1 triliun (US$72,5 juta).

Lebih dari 7.000 dealer otomotif UMKM telah terbantu melalui produk ini. Selain itu, layanan baru Broom Leasing Channeling (BLC), yang diluncurkan pada kuartal keempat 2023, telah menghasilkan 2.300 transaksi dengan pendapatan lebih dari US$17 juta dan meraih pangsa pasar sebesar 25 persen pada paruh pertama 2024.

Langkah strategis di tengah tantangan pendanaan

Di tengah kondisi sektor pendanaan yang menantang, di mana data Asia menunjukkan pembiayaan berada pada level terendah sejak 2015, kesuksesan Broom dalam mendapatkan pendanaan ini semakin menegaskan posisi perusahaan di jalur pertumbuhan yang kuat.

Dengan total investasi yang telah diterima hingga saat ini, Broom berada dalam posisi yang kuat untuk mengeksekusi rencana pertumbuhannya. Pada paruh kedua 2024, Broom akan fokus pada ekspansi operasi ke Indonesia bagian barat dan timur, bekerja sama dengan 23 perusahaan multifinance untuk mempermudah proses transaksi melalui integrasi API, serta memperkuat kapabilitas organisasi dengan mempertahankan dan merekrut talenta terbaik.

“Pendekatan inovatif Broom terhadap pembiayaan otomotif tidak hanya mengubah industri konvensional, tetapi juga meningkatkan nilai bagi mitra dan pelanggan kami, dengan solusi yang lebih cepat, mudah, dan efisien,” tutup Pandu.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Insurtech Rey Umumkan Pendanaan Tambahan Rp53 Miliar

Startup insurtech Rey mengumumkan tambahan pendanaan sebesar $3,5 juta atau setara Rp53 miliar. Pendanaan ini dipimpin CyberAgent Capital, Arthazen Capital, dan PT Gametraco Tunggal, serta didukung investor sebelumnya, termasuk Trans Pacific Technology Fund (TPTF), Genesia Ventures, dan Reycom Document Solusi (RDS).

Dengan dana segar ini, Rey ingin memperkuat visinya untuk mentransformasi proteksi kesehatan melalui layanan yang holistik, terjangkau, dan sepenuhnya digital. Hingga saat ini, Rey telah melayani lebih dari 50.000 pengguna dan 100 organisasi.

Selain menawarkan layanan kesehatan individu dan organisasi, Rey mencatat keberhasilan dengan rasio klaim produk asuransi yang terintegrasi hanya sekitar 50%, jauh lebih rendah dibandingkan asuransi kesehatan konvensional yang mencapai 105,7% pada semester pertama 2024. Rey juga tidak pernah menaikkan premi sejak 2022, menjadikannya solusi yang kompetitif.

Inovasi Rey

Rey juga terpilih sebagai salah satu penyelenggara Inovasi Digital Kesehatan (IDK) di Regulatory Sandbox Kementerian Kesehatan pada tahun 2024. Sebelumnya, Rey menyelesaikan Regulatory Sandbox Inovasi Keuangan Digital dari OJK, menegaskan perannya sebagai pionir dalam integrasi layanan kesehatan dan keuangan.

Rey menawarkan solusi baru untuk sistem administrasi pihak ketiga (TPA) yang selama ini cenderung administratif. Melalui teknologi dan ekosistemnya, Rey memperkenalkan active health management, yang mengedepankan keterlibatan kesehatan berkelanjutan, baik preventif maupun kuratif. Langkah ini menjadi solusi bagi tantangan industri asuransi kesehatan yang menghadapi peningkatan klaim.

Sebagai pionir di industri ini, Rey juga mengembangkan sistem berbasis generative AI dan rekam medis elektronik untuk klaim dan underwriting. Teknologi ini telah dipaparkan dalam Indonesia Underwriting Summit 2024 dan diklaim mendapat respons positif dari berbagai perusahaan asuransi di Indonesia.

Tahun 2024 menjadi tahun yang sibuk bagi Rey, dengan pendanaan baru, partisipasi dalam program IDK Kemenkes, penyelesaian Regulatory Sandbox OJK, serta prestasi internasional dengan masuk sebagai Top 4 di ajang Fintech Elevator Pitch Competition di Hong Kong.

“Kami bangga dengan pencapaian tahun ini dan akan terus berinovasi untuk menghadirkan solusi proteksi kesehatan yang berkelanjutan,” ujar Co-Founder & CEO Rey Evan Tanotogono.

Sebelumnya Rey terakhir kali mengumumkan pendanaan pada Juli 2022 lalu. Kala itu perusahaan mengumumkan pendanaan baru sebesar $4,2 juta (lebih dari 63 miliar Rupiah) dipimpin oleh Trans-Pacific Technology Fund (TPTF), Genesia Ventures, dan PT Reycom Document Solusi (RDS).

TPTF merupakan investor pra-awal Rey yang menyuntik dana sebesar $1 juta pada September 2021. Bersamaan dengan itu, perusahaan juga merilis fitur pendukung untuk kartu keanggotaan dinamai ReyCare, ReyCard, dan ReyFit.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Fintech-Enabler Pallav Terima Pendanaan Awal, Bantu Lembaga Kredit Lakukan Digitalisasi

Startup fintech-enabler Pallav mengumumkan perolehan pendanaan awal dengan nominal dirahasiakan dari sejumlah investor termasuk M Venture Partners, Kadan Capital, dan Monk’s Hill Ventures. Selain itu beberapa eksekutif senior di bidang keuangan, seperti Jefferson Chen (pendiri Advance Intelligence Group) dan Arun Pai (mantan eksekutif Flow/AsiaCollect), juga berpartisipasi dalam investasi ini. Dana ini akan digunakan Pallav untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan memperluas tim guna memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Pallav bertujuan untuk membangun sistem operasi kredit yang membantu lembaga keuangan tradisional di Indonesia dan sekitarnya. Co-founder & CEO Pallav Nathan Gunawan, menyatakan bahwa fokus utama mereka adalah memperkuat akses keuangan bagi masyarakat luas yang memerlukan kredit, dengan memberdayakan bank dan lembaga keuangan lainnya agar lebih efisien dan menguntungkan.

Selain Pallav, sejumlah startup lokal juga hadir sebagai fintech-enabler membantu lembaga keuangan tradisional lakukan digitalisasi. Misalnya Finfra, mereka memungkinkan bisnis untuk menambahkan fitur lending ke dalam model bisnisnya, misalnya untuk skenario invoice financing atau solusi pembiayaan purchasing. Selain itu ada juga Komunal yang fokus membantu proses digitalisasi BPR.

Transformasi digital untuk lembaga keuangan tradisional

Salah satu tantangan utama yang diidentifikasi Pallav dalam operasional lembaga keuangan tradisional adalah praktik penagihan yang masih manual dan tidak efisien. Metode ini tidak hanya mempersulit lembaga untuk melayani nasabah dengan risiko lebih tinggi, tetapi juga meningkatkan biaya operasional. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pallav memperkenalkan modul layanan pinjaman yang mendukung peminjaman berisiko tinggi dan mengoptimalkan proses penagihan melalui teknologi canggih.

Platform Pallav yang telah bersertifikasi ISO-27001 ini dilengkapi dengan template perilaku berbasis kecerdasan buatan (AI), proses penagihan digital, serta dasbor pemantauan yang memastikan kepatuhan terhadap regulasi ketat Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Solusi ini membantu bank meningkatkan upaya pemulihan pinjaman mereka dengan lebih efektif.

Diluncurkan pada April 2024, Pallav kini telah bermitra dengan hampir 20 lembaga keuangan di Indonesia. Modul layanan pinjamannya membantu meningkatkan pemulihan pinjaman hingga 30% lebih tinggi dibandingkan metode konvensional yang digunakan oleh lembaga keuangan sebelumnya.

Dipimpin oleh Nathan Gunawan, Jason Rusli, Vikram Jain, dan Sajan Pruthi, tim Pallav memiliki pengalaman luas di industri keuangan dan teknologi. Mereka sebelumnya terlibat dalam proyek-proyek inovatif di perusahaan seperti Bain & Company, TravelokaPayLater, dan MoneyView di India.

Dengan pendanaan baru ini, Pallav berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi yang mampu mentransformasi layanan keuangan di Indonesia, khususnya dalam ruang pinjaman, demi memberikan solusi yang lebih aman dan efisien bagi masyarakat luas.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Fuse Tunjuk Ivan Sunandar sebagai CEO, Fokus Perluasan di Asia Tenggara dan Tiongkok

Startup insurtech Fuse resmi menunjuk Ivan Sunandar sebagai Chief Executive Officer (CEO) baru. Sebelumnya, Ivan menjabat sebagai Chief Operation Officer (COO) perusahaan ini. Sementara itu, CEO sebelumnya, Andy Yeung, kini mengambil peran sebagai Ketua Dewan Direksi untuk memimpin arah strategis perusahaan.

Sejak bergabung pada 2018, Ivan dan Andy telah bekerja sama dalam mengembangkan platform mobile Fuse yang inovatif, yang mengubah cara agen asuransi menjual produk serta memperkenalkan asuransi mikro yang terjangkau melalui e-commerce. Kolaborasi ini diklaom berhasil menjadikan Fuse sebagai pemimpin insurtech di kawasan Asia Tenggara.

“Saya merasa terhormat untuk memimpin Fuse di saat penting ini. Bersama tim manajemen, kami akan terus menjalankan misi kami dalam memanfaatkan teknologi mutakhir untuk mendemokratisasi akses asuransi di Asia Tenggara,” ungkap Ivan dalam keterangan resminya pada Senin (23/9).

Andy, yang kini fokus pada peran strategis sebagai Ketua Dewan Direksi, menyatakan kepercayaannya pada Ivan. “Dengan kondisi kesehatan saya, saya memutuskan untuk mundur dari operasional harian. Saya yakin Ivan akan mampu membawa Fuse tumbuh lebih besar dan merevolusi ekosistem asuransi di Asia Tenggara,” ujarnya.

Vincent Chan bergabung sebagai direktur noneksekutif

Fuse juga mengumumkan penunjukan Vincent Chan sebagai Direktur Noneksekutif. Vincent memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang ekuitas swasta di Asia dan telah berinvestasi pada lebih dari 80 perusahaan teknologi di wilayah tersebut. Pengalamannya diharapkan akan membantu Fuse memperkuat posisinya di Asia Tenggara dan memperluas kehadirannya di Kawasan Teluk Besar Tiongkok.

“Saya sangat antusias bergabung dengan Dewan Direksi Fuse. Perusahaan ini telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dan saya berharap dapat berkontribusi dalam perjalanan sukses ini,” ujar Vincent.

Didirikan pada 2017, Fuse dikenal sebagai pionir dalam pengembangan platform teknologi mobile untuk mendistribusikan produk asuransi dengan lebih efisien. Dengan lebih dari 400 karyawan dan 24 kantor cabang di Indonesia, Vietnam, dan Tiongkok, Fuse terus berupaya mempermudah akses asuransi bagi masyarakat melalui kemitraan dengan perusahaan asuransi lokal serta platform e-commerce.

Penunjukan Ivan Sunandar dan bergabungnya Vincent Chan diharapkan akan memperkuat strategi perusahaan dalam memperluas jangkauan dan pengaruhnya di industri insurtech, baik di Asia Tenggara maupun di wilayah lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Kata.ai Jalin Kemitraan dengan Kanari AI, Siap Perluas Bisnis di Asia Tenggara dan Timur Tengah

Kata.ai, platform chatbot berbasis AI, mengumumkan kemitraan strategis dengan Kanari AI, pemimpin teknologi pengenalan suara di wilayah Timur Tengah. Kerja sama ini bertujuan untuk memperluas jangkauan dan memperkuat solusi AI percakapan di pasar Timur Tengah dan Asia Tenggara, sejalan dengan meningkatnya permintaan akan pengalaman interaktif berbasis AI.

Melalui kemitraan ini, teknologi pengenalan suara canggih dari Kanari AI akan diintegrasikan dengan platform chatbot Kata.ai, menciptakan pengalaman AI percakapan yang mulus dan multi-bahasa. Kerja sama ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan bisnis dalam meningkatkan interaksi dengan pelanggan, baik melalui suara maupun teks.

Co-Founder & CEO Kata.ai Irzan Raditya menyatakan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini. “Dengan kemitraan ini, kami dapat menghadirkan solusi AI percakapan yang holistik bagi pengguna kami, memperkuat kemampuan bisnis untuk berinteraksi secara lebih efektif dengan pelanggan, terutama dalam bahasa lokal.”

Fitur yang dihadirkan

Secara umum, berikut fitur baru yang akan ditawarkan berkat kerja sama ini:

  1. Pengenalan Suara Lanjutan
    Kanari AI dikenal karena teknologi pengenalan suara dialek Arab yang mutakhir. Kini, jangkauannya diperluas untuk mencakup bahasa lain seperti Urdu, Hindi, Inggris, dan dalam waktu dekat, Bahasa Indonesia. Hal ini memungkinkan akurasi pengenalan suara yang lebih baik di berbagai konteks budaya.
  2. Integrasi Chatbot yang Mudah
    Platform chatbot Kata.ai menawarkan antarmuka yang ramah pengguna, yang mendukung interaksi yang lebih efektif melalui berbagai saluran, termasuk WhatsApp, Instagram DM, dan Facebook Messenger.
  3. Meningkatkan Keterlibatan Pelanggan
    Dengan menggabungkan pengenalan suara yang canggih dan antarmuka chatbot yang intuitif, kemitraan ini memungkinkan bisnis untuk menciptakan interaksi yang lebih dinamis dan personal dengan pelanggan.

Menghadirkan inovasi AI di pasar yang berkembang pesat

Industri AI yang terus berkembang membuka peluang bagi kedua perusahaan untuk berada di garis depan inovasi, khususnya di pasar Timur Tengah dan Asia Tenggara. Dengan memanfaatkan LLM dan teknologi AI percakapan terbaru, Kanari AI dan Kata.ai fokus untuk memberikan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan linguistik dan budaya di wilayah tersebut.

Co-Founder & CEO Kanari AI Ryan Carmichael mengatakan kemitraan dengan Kata.ai adalah langkah strategis yang penting untuk memperluas pilihan keterlibatan pelanggan di Timur Tengah. “Kami melihat permintaan yang semakin meningkat akan solusi AI percakapan multimodal, dan platform chatbot Kata.ai melengkapi teknologi pengenalan suara kami dengan sempurna,” ujarnya.

Peluang ekspansi di Asia Tenggara

Bagi Kata.ai, kemitraan ini merupakan langkah strategis untuk memperluas jangkauan di Asia Tenggara, terutama dalam menyediakan pengalaman interaksi berbasis suara dalam Bahasa Indonesia. Dengan keahlian Kanari AI di bidang pengenalan suara, platform chatbot Kata.ai akan menjadi lebih komprehensif, menawarkan pengalaman yang lebih baik bagi pelanggan di berbagai industri.

Kerja sama ini juga menunjukkan potensi besar bagi bisnis di Asia Tenggara untuk meningkatkan layanan pelanggan mereka melalui solusi AI yang lebih dinamis dan personal. Dengan pasar AI yang berkembang pesat, khususnya di Asia Tenggara, ekspansi Kata.ai melalui kemitraan ini akan semakin memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam teknologi AI percakapan di kawasan tersebut.

Sejauh ini Kata.ai telah melayani lebih dari 200 pelanggan perusahaan di Asia Tenggara, bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan melalui solusi chatbot yang cerdas dan mudah digunakan.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

YouTube Gandeng Shopee Hadirkan Program Afiliasi “YouTube Shopping” di Indonesia

YouTube secara resmi meluncurkan Program Afiliasi YouTube Shopping di Indonesia dengan menggandeng Shopee sebagai mitra perdana. Melalui kerja sama ini, kreator konten di YouTube dapat memperoleh komisi dengan merekomendasikan produk dalam video mereka. Inisiatif ini memungkinkan penonton untuk lebih mudah menemukan dan membeli produk yang diminati, sekaligus membuka peluang tambahan bagi kreator untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Program ini merupakan langkah strategis YouTube dalam memperluas fitur belanja di Asia Tenggara, dimulai dari Indonesia dan diikuti oleh Thailand serta Vietnam dalam beberapa minggu mendatang. Kreator yang memenuhi syarat dapat menandai produk yang dijual di Shopee dalam konten mereka, baik di video yang sudah ada maupun video baru, serta di saat live streaming.

Kolaborasi dengan Shopee, dukung UMKM dan ekosistem digital

Kemitraan dengan Shopee diharapkan dapat memberdayakan para kreator konten sekaligus mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia. Menurut Travis Katz, General Manager dan Vice President Shopping YouTube, peluncuran YouTube Shopping di Indonesia mengikuti kesuksesan program serupa di Amerika Serikat dan Korea. “Kami yakin kreator Indonesia akan memanfaatkan fitur ini secara kreatif untuk menyajikan konten belanja yang menarik,” ujar Katz.

Monica Vionna, Senior Director of Marketing Growth Shopee Indonesia, juga menegaskan optimisme Shopee terhadap kerja sama ini. Menurutnya, integrasi antara konten kreator dan produk di Shopee akan membantu pelaku usaha, termasuk UMKM, menjangkau lebih banyak pembeli potensial melalui konten menarik di YouTube.

Dengan fitur YouTube Shopping, penonton dapat langsung melihat produk yang direkomendasikan dalam deskripsi video atau melalui tombol khusus. Mereka akan diarahkan langsung ke halaman penjualan di Shopee, yang memudahkan proses pembelian tanpa harus meninggalkan platform YouTube. Langkah ini diharapkan tidak hanya meningkatkan pengalaman belanja online bagi pengguna, tetapi juga memberikan peluang bagi brand lokal untuk lebih dikenal oleh khalayak yang lebih luas.

Sebagai platform video yang kerap menjadi sumber inspirasi, YouTube mencatat bahwa pada tahun 2023, pengguna global menonton lebih dari 30 miliar jam video terkait belanja. Di Indonesia sendiri, survei Kantar menunjukkan 96% pengguna mencari informasi tentang produk melalui video online sebelum melakukan pembelian, menjadikan YouTube salah satu sumber utama dalam membangun kepercayaan konsumen.

Peluang baru bagi kreator konten

Program Afiliasi YouTube Shopping memberikan kreator kesempatan untuk mendapatkan komisi dengan menandai produk yang dijual di Shopee, membuka sumber penghasilan baru yang sebelumnya tidak ada. Bagi kreator seperti Wisnu Trijaya, program ini memberikan kemudahan untuk merekomendasikan produk favorit kepada audiens, sambil mendapatkan komisi dari penjualan yang dihasilkan.

Selain itu, YouTube juga berencana untuk mengundang lebih banyak mitra e-commerce dalam program afiliasi ini, guna memberikan lebih banyak pilihan produk bagi kreator dan penonton.

Dengan adanya kolaborasi ini, YouTube dan Shopee tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, tetapi juga membuka jalan bagi para kreator konten dan pelaku UMKM untuk berkembang di era belanja online yang semakin dinamis.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Enam Startup AI Tahap Awal Unjuk Gigi di Demo Day DSLaunchpad AI 2024

DSLaunchpad AI merupakan program inkubator startup tahap awal yang fokus mengembangkan solusi dengan kecerdasan buatan (AI) sebagai salah salah satu fondasinya. Program ini terdiri dari akvitias pembelajaran, penugasan, hingga mentoring yang berlangsung intensif selama 4 minggu; dan ditutup dengan Demo Day sebagai sesi presentasi lulusan terbaik dari program ini.

DSLaunchpad AI diinisiasi oleh firma konsultan Discovery/Shift dan modal ventura DS/X Ventures yang merupakan bagian dari DailySocial Group.

Sejak pendaftaran dibuka pada awal Juli 2024 s/d pertengahan Agustus 2024, DSLaunchpad AI mendapatkan 159 startup pendaftar. Dari jumlah tersebut lalu tim DS/X Ventures melakukan kurasi menjadi TOP22 Startup yang mendapatkan pembinaan 1-on-1 dengan para supermentors. Hingga mengerucutkannya menjadi TOP6 untuk mengikuti Demo Day di hadapan puluhan investor (VCs, CVCs, Angels) dan korporasi.

“Tahun ini benar-benar luar biasa! Melihat para talenta AI Indonesia melampaui ekspektasi dengan ide-ide brilian dan inovasi yang berani membuat kami semakin bersemangat. Terima kasih tak terhingga kepada para mitra dan mentor yang luar biasa – dukungan kalian telah membuka jalan bagi masa depan AI yang penuh potensi di Indonesia. Kita baru saja memulai, dan perjalanan ini akan semakin menginspirasi!” ujar Managing Partner Discovery/Shift, Rama Mamuaya.

Mentor dan Benefit

Selama 4 minggu, para startup mendapatkan sesi mentoring secara intensif. Demi meningkatkan fleksibilitas, di tengah kesibukan para founder dalam menggarap startupnya, sesi ini dilakukan secara online di malam hari. Para founder terpilih disuguhkan materi dan pembinaan langsung dari pada mentor meliputi:

Nama Perusahaan Materi
On Lee CTO GDP Venture, CEO & CTO GDP Labs AI Fundamental
Andrias Ekoyuono Chief of AI & Corporate Strategy Kumparan Ideation and Problem Identification
Risman Adnan Director of Digital Techology Kalbe Digital Lab Market Research & Validation
Hokiman Kurniawan Co-Founder & CEO Meeting.ai Product Development Planning
Irzan Raditya Co-Founder & CEO Kata.ai Business Model Development
Gani Putra Lie Head of Investment MDI Ventures Financial Planning and Fundraising
Ananda Budi Sr. Architect Solution Alibaba Cloud Indonesia AI Technical Workshop
Michael Cleavant Head of Investment DS/X Ventures Pitching Preparation for Early-Stage Startup

Selain itu, para peserta juga mendapatkan perks tambahan atas keterlibatan Alibaba Cloud Indonesia dalam mendukung program DSLaunchpad AI. Yakni para peserta mendapatkan akses eksklusif ke program Alibaba Cloud Catalyst, yang memungkinkan setiap startup mendapatkan benefit cloud credit senilai $1000 (atau setara Rp15,5 juta) untuk kebutuhan pengembangan dan R&D, juga akses ke ekosistem startup Alibaba Cloud.

Untuk peserta terbaik, Alibaba Cloud juga akan memberikan credit cloud tambahan senilai $20.000 atau setara dengan kredit senilai Rp231 juta.

 TOP6 Startup

Setelah tahapan inkubasi, dipilih 6 startup terbaik yang akan mempresentasikan startup mereka di hadapan investor dan korporasi. Demo Day ini bertujuan untuk membuka potensi kolaborasi dan sinergi antara startup terpilih dengan para stakeholder di jaringan DailySocial.

Berikut daftar 6 startup AI yang terpilih masuk ke sesi Demo Day:

Startup Deskripsi
InLive Inlive adalah SaaS telekonferensi yang membantu pengembang atau perusahaan mengembangkan aplikasi telekonferensi kustom mereka dalam hitungan minggu, bukan bulan, dengan menggunakan API cloud yang mereka miliki.
Ternakin Ternakin adalah operator peternakan ikan yang bermitra dengan petani, memanfaatkan IoT dan AI untuk mengoptimalkan operasional peternakan dan meningkatkan transparansi. Pendekatan Ternakin memberdayakan petani untuk meningkatkan produktivitas sambil memastikan praktik budidaya perikanan yang berkelanjutan.
Mulai.com Mulai.com adalah Platform Anti Kejahatan Keuangan terpusat tanpa kode (no-code) untuk fintech dan bank dalam memerangi kejahatan keuangan seperti Pencucian Uang dan Penipuan di ruang Fiat & Kripto.
TalentMarket Talent Market adalah mesin pencari berbasis AI untuk menemukan talenta global yang telah diverifikasi serta peluang kerja.
Diva Diva, sebuah platform automasi proses bisnis tanpa kode (no-code), bertujuan untuk mengakhiri tugas-tugas berulang bagi operator, agen, dan proses manual lainnya. Platform ini akan membuka peluang untuk fokus pada hal-hal yang penting dan meningkatkan produktivitas serta profitabilitas guna mendorong pendapatan sambil mengurangi biaya.
Paperless Hospital PaperlessHospital adalah startup yang berfokus pada solusi juru tulis medis bertenaga AI untuk rumah sakit. Teknologi mereka mengotomatiskan proses dokumentasi, memungkinkan dokter untuk lebih banyak menghabiskan waktu merawat pasien sambil memastikan catatan medis yang akurat dan efisien. Startup ini membantu penyedia layanan kesehatan mengurangi beban administratif dan meningkatkan alur kerja secara keseluruhan.

DSLaunchpad AI berharap dengan adanya rangkaian program ini dapat meluluskan startup AI tahap awal yang siap terap di pasar, di tengah kebutuhan pasar AI yang terus meningkat di Indonesia maupun dunia.

CarbonEthics Raih Pendanaan Awal Rp32,2 Miliar Dipimpin Intudo Ventures

CarbonEthics mengumumkan keberhasilan meraih pendanaan sebesar $2,1 juta atau setara Rp32,2 miliar dalam putaran pendanaan awal (seed) yang dipimpin oleh Intudo Ventures. Beberapa angel investor strategis lainnya turut serta dalam pendanaan ini.

Didirikan pada Mei 2019, CarbonEthics awalnya fokus pada pengembangan ekosistem blue carbon, sebelum memperluas cakupannya ke ekosistem gambut dan hijau. Dengan solusi iklim berbasis alam, perusahaan ini memadukan dampak lingkungan dan komersial, mengembalikan ekosistem alami yang rusak untuk mendukung bisnis dalam perjalanan dekarbonisasi mereka serta menciptakan sumber pendapatan baru.

CarbonEthics menawarkan tiga layanan inti, yaitu:

  1. Proyek Karbon Berbasis Alam: Melindungi ekosistem untuk menyerap karbon, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga keanekaragaman hayati.
  2. Penanaman Pohon: Mendukung rehabilitasi ekosistem, khususnya ekosistem blue carbon.
  3. Konsultasi Karbon: Menyediakan layanan konsultasi ESG (Environmental, Social, and Governance) untuk membantu klien mencapai target pengurangan karbon dan mematuhi regulasi terkait.

Co-Founder & CEO CarbonEthics Bimo Soewadji, menyatakan bahwa pencapaian emisi nol bersih (net-zero) tidak hanya penting untuk melindungi bumi dari risiko perubahan iklim, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan yang menguntungkan. “Kami mengundang lebih banyak mitra untuk bergabung dalam mengembangkan inisiatif iklim yang berdampak besar dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang menguntungkan manusia dan planet,” ujar Bimo.

CarbonEthics juga bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan swasta, BUMN, lembaga pemerintah, dan organisasi non-pemerintah. Beberapa klien ternama mereka antara lain Allianz, Ernst & Young, dan Danone. Hingga saat ini, CarbonEthics telah menyelesaikan studi kelayakan untuk proyek karbon di lahan seluas lebih dari 4,2 juta hektare dengan potensi proyek karbon lebih dari 1 juta ton CO2e per tahun, serta menanam sekitar 288.000 biota, termasuk mangrove, lamun, rumput laut, dan terumbu karang.

Melalui pendanaan ini, CarbonEthics akan memperkuat portofolionya dengan mengamankan proyek karbon tambahan dan merekrut ahli teknis terbaik untuk melayani kebutuhan klien. Pada tahun 2030, CarbonEthics menargetkan untuk melindungi dan memulihkan 8 juta hektare lahan serta menciptakan dampak CO2e lebih dari 160 juta ton, sembari membangun ekonomi berkelanjutan bagi lebih dari 50.000 masyarakat lokal.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten