XL Axiata dan Smartfren Dilaporkan Menuju Kesepakatan Merger

Sinyal merger antara PT XL Axiata Tbk dan PT Smartfren Telecom Tbk mulai menuju titik terang. Berdasarkan laporan Bloomberg, Axiata Group Bhd dan PT Sinar Mas Group, tengah melakukan non-binding agreement untuk mencapai kesepakatan senilai $3,5 miliar (sekitar Rp56,6 triliun).

Menurut sumber internal, kedua induk usaha operator mobile ini sedang berdiskusi lebih lanjut terkait struktur dan transaksi yang mencakup kombinasi tunai dan saham. Apabila dikonsolidasikan menjadi satu badan usaha, aksi korporasi ini bakal menggabungkan pelanggan dengan total akumulasi sebesar 100 juta.

“Klausul perjanjian tak mengikat ini diperkirakan mencapai titik temu kesepakatan pada bulan berikutnya. Dengan begitu, kedua belah pihak bisa lanjut bernegosiasi dan melanjutkan due diligence,” ujar sumber tersebut.

Adapun, perwakilan XL Axiata mengungkap bahwa konsolidasi ini akan menguntungkan industri, dan pihaknya terbuka untuk mengeksplorasi berbagai opsi. Sementara, Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys, juga enggan berkomentar saat dimintai tanggapan.

Rumor merger XL dan Smartfren sebetulnya telah lama beredar. Dalam laporan awal Bloomberg pada September 2023, diskusi keduanya berjalan alot dan tidak mencapai kesepakatan. Adapun, diskusi tersebut mencakup konsolidasi jaringan dan kemitraan.

Apabila aksi korporasi tersebut terealisasi, ini akan menjadi merger XL Axiata untuk kedua kalinya. Sebelumnya, XL Axiata mencaplok operator PT Axis Telekom (Axis) senilai $865 juta atau sekitar Rp10 triliun pada 2014 silam.

Sejak lama, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mendorong industri telekomunikasi untuk berkonsolidasi. Selain karena saat itu terlalu banyak operator di dalam negeri, konsolidasi ini akan membuat industri menjadi lebih efisien di tengah gempuran OTT asing dan beban biaya jaringan yang tinggi.

Diolah kembali oleh DailySocial

Kominfo menyebut bahwa idealnya jumlah operator seluler cukup empat pemain saja. Ini berarti menyisakan Telkomsel yang saat ini menguasai lebih dari 50% pangsa pasar mobile di Indonesia, diikuti Indosat Ooredoo yang sudah melebur dengan Hutchison 3 Indonesia (Tri) pada 2022, XL Axiata, dan Smartfren.

Operator diketahui telah melakukan restrukturisasi portofolio bisnisnya seperti melepas aset menara dan data center, agar dapat fokus ke bisnis inti dan mencari sumber pendapatan baru. Salah satunya masuk ke bisnis digital.

Tjufoo dan Sinbad Tengah Rampungkan Merger

Startup brand aggregator Tjufoo tengah melakukan finalisasi merger dengan B2B commerce Sinbad. Kabar ini pertama kali diterbitkan oleh DealStreetAsia. Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Tjufoo TJ Tham membenarkan adanya aksi korporasi ini. Setelah sepakat melakukan konsolidasi, tim tengah bekerja untuk merampungkan kesepakatan ini. Ditargetkan proses merger akan rampung pada Juni 2024 mendatang.

Bagi TJ, pihaknya sangat beruntung menemukan dan bisa bermitra dengan Sinbad, karena ada banyak sinergi bisnis yang bisa diupayakan keduanya untuk menghasilkan potensi bisnis yang lebih besar.

Diketahui Sinbad memiliki kapabilitas layanan supply chain untuk mendistribusikan produk dari brand principal ke lebih dari 4400 toko di 1000 lebih kabupaten/kota di Indonesia. Sementara fokus Tjufo adalah menginkubasi dan menghasilkan produk konsumer yang dipasarkan di berbagai kalangan. Sehingga secara model bisnis keduanya bisa diintegrasikan dengan baik.

Terkait ke depan apakah kedua perusahaan akan melebur atau tetap menjadi entitas terpisah, TJ mengatakan bahwa eksekutif dari kedua perusahaan tengah memikirkan hal tersebut. Cepat atau lambat –setelah fundraising selesai– keputusan tersebut akan segera diambil.

Tjufoo tengah rampungkan pendanaan

Sejak awal tahun, Tjufoo memang dikabarkan tengah menggalang pendanaan baru. Menurut data yang dilaporkan ke regulator, seperti dikutip Alternative.pe, ada sejumlah investor yang telah masuk putaran baru ini salah satunya Binus Investama, PT Tri Mulia Agung, dan sejumlah angel investor. Sebelumnya perusahaan juga telah mendapatkan pendanaan awal dari TNB Aura.

Sebelumnya pada pertengahan 2023, Tjufoo mengklaim telah mencapai profitabilitas dengan operasional yang efisien. Sebagai “house of brand“, mereka memilih langkah ekstra selektif dalam mengakuisisi brand, untuk memastikan setiap binaannya dapat mendapatkan optimasi bisnis. Saat ini ada 6 merek bisnis yang ada alam manajemennya, meliputi ACMIC, Granova, Cypruz, Dew It, Muscle First, dan Dapur Cokelat.

Konsolidasi ini juga bisa dinilai sebagai langkah positif. Pasalnya secara industri, lini brand aggregator tengah mengalami tantangan yang cukup berarti. Sejumlah pemain telah terdampak, termasuk salah satu yang terbesar yakni Thrasio. Tahun lalu rival mereka Hypefast juga baru melakukan efisiensi lewat PHK 30% karyawan demi kejar target profitabilitas.

Sekilas tentang Sinbad

Sinbad didirikan sejak tahun 2018 oleh Emilio Wibisono dan Jabert Hachchouch dengan misi untuk menyederhanakan rantai pasok dalam proses perdagangan dan pengadaan di Indonesia. Diklaim pemesanan produk melalui Sinbad akan langsung terhubung ke distributor utama dengan tarif terendah yang ada di pasaran, dengan FMCG sebagai kategori utamanya.

Akhir 2022 lalu, Sinbad dikabarkan tengah menggalang pendanaan seri A. Menurut data dari regulator, Centauri Fund dari MDI Ventures memimpin putaran ini diikuti Genesia Ventures, Central Capital Ventura, dan sejumlah investor.

Application Information Will Show Up Here

Viruma Garap Teknologi Metaverse, Bantu Pengembang Pasarkan Properti

Dunia virtual metaverse mungkin adopsinya masih populer untuk games atau aktivitas hiburan lainnya. Namun, teknologi virtual ini juga sudah mulai digunakan untuk pendidikan, kesehatan, sampai pemasaran.

Viruma yang baru saja memperoleh pendanaan dari CyberAgent Capital, mengembangkan solusi Virtual-as-a-Service yang memungkinkan pengembang properti untuk memperkenalkan produknya kepada calon pembeli secara interaktif.

Produk ini dipamerkan lewat solusi 3D Virtual Maquette yang memungkinkan customer untuk memvisualisasi bentuk properti dan sekitarnya sebelum melakukan pembelian; juga Virtual Show Unit dengan teknologi Virtual Reality (VR) 360 untuk membantu customer merasakan pengalaman dan berinteraksi dengan properti secara langsung.

Kepada DailySocial.id, Director of Indonesia Office CyberAgent Capital Kevin Wijaya mengungkap selama ini pengembang properti biasanya mengandalkan media tradisional, seperti brosur dan pamflet, untuk memperkenalkan proyek terbarunya. Atau, mereka menggunakan media sosial, seperti YouTube, untuk menunjukkan proyeknya lewat konten video 2D/3D.

Cara-cara ini, ujarnya, membatasi kemampuan pengembang properti untuk memperkenalkan proyek mereka kepada calon pembeli potensial. Memang, konsep virtual pertama kali digunakan di sektor properti, dan butuh upaya lebih untuk meyakinkan pengembang properti menggunakan solusi Viruma.

“Namun, seluruh klien kami yang memakainya mengaku telah mendapat feedback positif dari calon pembeli. Dari expo yang mereka buat dengan solusi Viruma, mereka mengalami kenaikan peminat sebesar 10%, pertumbuhan pengunjung sebesar 300%, dan 100% conversion rate dari pembeli prospektif,” ujar Kevin dihubungi DailySocial.id, Kamis (23/4).

Di samping itu, penetrasi digital di sektor real estat belum cukup, terutama aspek penjualan yang menjadi ujung tombak dari pelaku usaha pengembang properti.

Viruma dan CyberAgent Capital akan mengembangkan teknologi virtual / Sumber: Viruma

Kevin menyebut, saat ini Viruma menangani 14 proyek properti dari enam pengembang, belum termasuk sejumlah proyek tertunda lainnya yang ada di pipeline. Klien Viruma adalah pengembang properti besar, seperti Sinarmas Land, Agung Podomoro, dan Ciputra.

“Kami sudah menerima banyak sekali permintaan dari pengembang properti dari kecil sampai besar untuk mengeksplorasi teknologi Viruma,” tambahnya.

Adapun, pendanaan baru dari CyberAgent Capital akan dipakai untuk meningkatkan R&D, juga pengembangan bisnis/marketing Viruma. Dikutip dari situs resminya, Viruma tengah mengembangkan solusi lain, seperti Virtual Environment, Virtual Facility, dan Viruma Micro Gallery.

Sekadar informasi, ekosistem digital di sektor properti saat ini banyak diisi oleh layanan untuk jual-beli/sewa/kelola properti, property listing, hingga pengajuan KPR.

Venture Builder “Starventure” Mengumumkan Kehadiran

Perusahaan venture builder Starventure mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Starventure didirikan oleh pendiri Ideosource Edward Chamdani dan Jeremy Michael Sutandy.

Dalam keterangan resmi, Starventure fokus pada penciptaan dan peluncuran bisnis atau startup baru secara sistematis. Caranya melalui memberikan dukungan bagi pelaku bisnis yang baru mulai atau startup yang berada di tahap awal. Starventure menyediakan sumber daya dan keahlian untuk mereka menuju kesuksesan dan menjadi pemain global.

Co-founder Starventure Jeremia Michael Sutandy menuturkan, pihaknya ingin terlibat lebih awal karena untuk mengidentifikasi ide bisnis yang memiliki potensi untuk menghasilkan pertumbuhan yang tinggi dan dampak yang besar, sehingga memiliki peluang investasi. Perusahaan secara proaktif mengakselerasi pengembangan ide-ide bisnis yang inovatif, untuk kemudian divalidasi.

Pada tahapan ini, validasi ide bisnis merupakan langkah yang sangat penting sebelum dieksekusi menjadi produk dan jasa. Untuk melakukan analisa dan verifikasi, Starventure melibatkan pelaku bisnis yang sudah mapan dari industri yang sejenis dengan startup tersebut sebagai mentor.

“Starventure mempertemukan para pelaku bisnis, investor, dan mentor berpengalaman dalam sebuah ekosistem yang sehat dan saling mendukung. Ekosistem ini menyediakan kerangka terstruktur dan sumber daya bersama sehingga Starventure dapat mengakselerasi perkembangan ide menjadi produk atau jasa, lalu meluncurkannya ke pasar dengan lebih cepat,” terang Jeremy.

Kehadiran Starventure di Indonesia tak hanya untuk membuka jalan para pelaku bisnis bisa naik kelas dan meraih kesuksesan. Lebih dari itu, Starventure juga memiliki misi untuk mengembangkan ekosistem startup dan semangat kewirausahaan di Indonesia dengan membina talenta baru, mendorong inovasi, dan menarik lebih banyak investasi.

“Kami percaya bahwa dukungan dan bimbingan sejak awal dapat membuat bisnis menjadi lebih kuat dengan pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga bisnis menjadi scalable dan investable,” ucapnya.

Diklaim, dengan bimbingan yang komprehensif ini, ditargetkan setidaknya bisnis atau startup dapat mengalami pertumbuhan antara 5%-20% setiap bulannya.

Pihaknya juga tidak memberi batasan hanya bisnis di bidang tertentu, karena yang diutamakan adalah skalabilitasnya. Fokus dari Starventure adalah bisnis yang dapat memberi manfaat dan memberi nilai tambah bagi bisnis lainnya. Dengan demikian akan terbentuk ekosistem yang berkelanjutan di mana para pelaku bisnis dapat saling menopang antar berbagai kepentingan bisnis.

Kehadiran Starventure meramaikan pemain venture builder yang sudah hadir di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Ecoxyztem, UMG IdeaLab, Terratai, Antler, WGSHub, dan Wright Partners.

Pendapatan Naik Tahun Lalu, Atome Financial Capai EBITDA Positif di Q1 2024

Platform keuangan digital Atome Financial mencatatkan pendapatan operasional di sepanjang 2023 sebesar $170 juta atau naik hampir 2x lipat dari tahun sebelumnya $88 juta. Induk layanan paylater Atome dan fintech lending Kredit Pintar ini juga telah membalikkan EBITDA menjadi positif pada Q1 2024.

Dalam keterangan resminya, pencapaian kinerja ini disebut terealisasi utamanya berkat bisnis Atome Buy-Now-Pay-Later (BNPL) yang beroperasi di sejumlah negara di Asia, antara lain Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Perusahaan mengakui ada tantangan makro dan rasionalisasi biaya yang signifikan dalam mencapai kinerja tersebut. Namun, Atome BNPL secara grup mampu meningkatkan GMV sebesar 40% (YoY) menjadi $1,5 miliar dari posisi tahun sebelumnya.

Menurut data Alternatives.pe seperti diberitakan TechinAsiaAtome sempat mengalami penurunan pendapatan sebesar 9% menjadi $166,7 juta. Atome Financial mengalami kerugian earnings before interest and taxes (EBIT) $153,6 juta yang dipicu kenaikan biaya, termasuk pemasaran, IT, hingga tunjangan karyawan.

Lebih lanjut, pihaknya menyebut efisiensi operasional, perluasan kerja sama, serta ekspansi dan diversifikasi layanan keuangan menjadi sejumlah faktor utama yang mendorong keberhasilan kinerjanya di sepanjang 2023.

“Kami fokus pelaksanaan operasional yang disiplin, efisien, dan fokus pada fundamental bisnis agar keuntungan perusahaan lebih maksimal,” demikian pernyataan resmi Atome Financial.

Kemitraan dengan sejumlah platform e-commerce terkemuka dan perusahaan asuransi Chubb memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan pendapatan dan pengguna. Atome juga menambah layanan baru kepada pengguna lewat Atome Card dan Atome Cash di Filipina.

Dalam wawancara sebelumnya dengan DailySocial.id, General Manager Atome Indonesia Winardi Wijaya mengungkap bahwa Atome mengadopsi pendekatan berbeda dengan penyedia layanan sejenis dalam mengakomodasi kebutuhan transaksi pengguna. Atome yang meluncur pada 2020 ini membidik strategi omnichannel, yakni masuk ke merchant offline dan online.

Pada 2022, Atome mencatat sebanyak 60% dari total transaksinya di Indonesia berasal dari merchant offline, sedangkan 40% berasal dari merchant online.

Saat ini, Atome Financial beroperasi di sembilan negara di Asia Tenggara dan Tiongkok. Atome juga telah bermitra dengan lebih dari 5.000 ritel online dan offline terkemuka.

Application Information Will Show Up Here

Brankas Sediakan Layanan Direct API Setelah Kantongi Izin Bank Indonesia

Startup fintech penyedia solusi open finance Brankas resmi memperkenalkan solusi teranyarnya, Brankas Direct API. Solusi ini hadir setelah Brankas mendapat restu dari Bank Indonesia untuk mengantongi lisensi PJP Kategori Izin 2 untuk Account Information Services (AInS) atau Layanan Penyediaan Informasi Sumber Dana.

“Kami sangat mengapresiasi kepercayaan yang telah diberikan Bank Indonesia kepada Brankas untuk menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang memiliki lisensi AInS. Memecahkan masalah pelanggan adalah prioritas utama kami, dan kami sangat senang bahwa API pembayaran kami membantu mempercepat rekonsiliasi, mengurangi kegagalan pembayaran, dan memungkinkan pengalaman embedded finance,” ujar Co-Founder & CEO Brankas Todd Schweitzer seperti dikutip dari blog perusahaan.

Brankas Direct API adalah solusi pay-by-bank, salah satu solusi pembayaran melalui rekening bank yang menawarkan proses penyelesaian real-time. Bagi pelanggan, mereka dapat menggunakan Brankas untuk membagikan informasi saldo rekening bank mereka secara aman untuk inisiasi pembayaran, memungkinkan verifikasi pembayaran real-time dan pemberitahuan otomatis jika dana tidak mencukupi.

Kelebihan dari solusi ini, memungkinkan dana dapat dipindahkan secara instan tanpa risiko fraud atau kehilangan yang biasa terjadi di metode escrow tradisional. Pelanggan juga dapat melakukan pembayaran digital dengan mudah tanpa perlu memiliki atau membawa kartu kredit/debit secara fisik.

Berkat lisensi AInS, perusahaan fintech, ritel, hingga perusahaan online dapat menggunakan Brankas Direct API untuk mengakses informasi rekening bank yang terhubung dari pelanggan mereka secara aman. Penambahan kemampuan read-only ini memungkinkan verifikasi transaksi real-time untuk pengembalian atau pembayaran.

“Ini memberikan jaminan ekstra kepada pelanggan untuk pengembalian dana dan pembayaran yang berhasil diproses, sembari mengurangi risiko fraud dari transaksi yang tidak sah. Bisnis dengan model pembayaran berlangganan (recurring payment) juga dapat memberitahu ke pelanggan sejak dini mengenai kondisi saldo rekening yang tidak mencukupi, sehingga mengurangi potensi gangguan layanan atau biaya tambahan dari pembayaran yang gagal dilakukan,” tambahnya.

Selain kantongi lisensi AInS, bank sentral juga memberi restu kepada Brankas untuk menyelenggarakan kegiatan Payment Initiation and/or Acquiring Services (PIAS) atau Layanan Inisiasi dan/atau Penerimaan Pembayaran. Dengan demikian, Brankas diizinkan untuk menyelenggarakan layanan penerusan transaksi pembayaran pelanggan dan penerimaan pembayaran untuk bisnis.

Pembayaran yang diakomodasi berupa premi asuransi, pembayaran pinjaman, transaksi e-commerce, pengisian ulang e-wallet, langganan online, hingga payment gateway virtual accounts, untuk memberikan pilihan pembayaran regular dan pembayaran tunggal berbasis digital kepada konsumen yang telah memberikan persetujuan. Pemain terdekat Brankas, Ayoconnect sudah mengantongi lisensi serupa sejak Juni 2023 sebagai PJP Kategori Izin 1.

Pengklasifikasian penyelenggara jasa sistem pembayaran telah disusun di dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 22/23/PBI/2020 tentang Sistem Pembayaran (PBI SP).

  1. Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) yang merupakan Bank atau Lembaga Selain Bank yang menyediakan jasa untuk memfasilitasi transaksi pembayaran kepada pengguna jasa. Aktivitasnya meliputi: penatausahaan Sumber Dana; penyediaan informasi Sumber Dana; payment initiation dan/atau acquiring services; dan layanan remitansi.
  2. Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran (PIP) merupakan pihak yang menyelenggarakan infrastruktur sebagai sarana yang dapat digunakan untuk melakukan pemindahan dana bagi kepentingan anggotanya. Aktivitasnya: kliring; dan/atau penyelesaian akhir.

Pemain PJP juga diwajibkan untuk memiliki setidaknya satu dari tiga kategori izin yang tersedia:

  1. PJP Kategori Izin 1: AIS, PIAS, AInS, dan layanan remitansi.
  2. PJP Kategori Izin 2: PIAS dan AInS.
  3. PJP Kategori Izin 3: layanan remitansi dan lainnya.

Bank Digital Afrika Selatan “TymeBank” akan Masuk Indonesia Akhir 2024

Bank digital asal Afrika Selatan, TymeBank, dilaporkan akan ekspansi ke Indonesia pada akhir 2024. Melansir DealStreetAsia, TymeBank tengah memperkuat basis pasarnya di kawasan Asia Tenggara setelah perusahaan mencapai keuntungan pada akhir tahun lalu.

TymeBank akan lebih dulu meresmikan kehadirannya di Vietnam dengan meluncurkan Merchant Cash Advance sebagai produk pertama. Adapun, layanan untuk nasabah ritel baru akan tersedia dalam 12-15 bulan ke depan. Demikian juga dengan pasar Indonesia, perusahaan akan masuk tahap awal lewat Merchant Cash Advance.

Merchant Cash Advance dapat dikatakan sebagai jenis pinjaman berdasarkan dari pendapatan pemilik usaha di masa depan. Pemilik usaha dapat menggunakannya untuk kebutuhan operasional atau menambah arus kas.

Co-Founder dan CEO Tyme Coenraad Jonker mengungkap bahwa model bisnisnya cocok untuk diadopsi di pasar Indonesia. Pihaknya juga menyebut telah berdiskusi dengan regulator dan menerima respons positif untuk mendemokratisasi akses keuangan.

“Kendati begitu, kami tetap akan memperhatikan aspek persaingan, dan fokus untuk menawarkan nilai unik kepada pelanggan,” ujar Jonker dikutip dari dari DealStreetAsia.

TymeBank kini telah memiliki basis operasional di Afrika Selatan dan Filipina. Nantinya di Indonesia dan Vietnam, pihaknya akan menerapkan pendekatan offline-to-online (O2O), serupa di Filipina karena dinilai punya karakteristik pasar yang sama.

“Kami memadukan model phsyical-digital. Kios digital ditempatkan di toko ritel offline, seperti warung, toko pakaian, atau lobi kantor,” tambahnya. Di kios digital ini, pelanggan dapat membuka akun rekening dalam 3-5 menit. Saat ini, TymeBank memiliki sekitar 500 kios di Filipina dengan merek GoTyme.

Menurut Jonker, pendekatan O2O memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya akuisisi pelanggan (CAC) yang mana selama ini menjadi hambatan besar bagi industri perbankan digital di Asia.

Menurut laporan APAC Digital Banking Landscape oleh Quinlan & Associates, CAC nasabah ritel di Filipina berkisar $4 per pelanggan, sedangkan CAC nasabah ritel di negara-negara berkembang Asia rerata $15-$50. Sebagai perbandingan, CAC nasabag ritel di negara maju seperti Hong Kong berkisar antara $65-$90.

Dalam lima terakhir, industri perbankan Indonesia agresif bertransformasi menjadi bank digital. Ekosistem pemainnya terus bertumbuh, dan didukung oleh oleh grup besar, seperti Bank Jago oleh Grup GoTo dan Bank Saqu oleh Astra. Tak hanya membidik segmen ritel, bank digital lainnya khusus membidik segmen UMKM yang dinilai masih terhambat akses permodalan, misalnya Superbank dan Hibank.

Menurut data Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), per 2020 lebih dari 50% dari total UMKM di Indonesia belum mendapat akses permodalan dari perbankan atau lembaga keuangan lain. Adapun, pada tahun 2023 pelaku usaha UMKM tercatat mencapai sekitar 66 juta.

1 Miliar Pertama dari Toko Online

Di era digital saat ini, memiliki toko online bukan hanya sekadar tren, melainkan sebuah keharusan bagi setiap pelaku usaha yang ingin berkembang dan bertahan dalam persaingan pasar. Namun, bagaimana cara memulai dan mengembangkan toko online agar bisa mencapai pendapatan fantastis, seperti Rp1 miliar pertama? Jawabannya terangkum dalam eBook “1 Miliar Pertama dari Toko Online”, sebuah panduan esensial yang menawarkan wawasan mendalam tentang pembuatan toko online dan pemasaran digital  yang sukses.

eBook ini disusun berdasarkan pengalaman nyata dan studi kasus dari pelaku UMKM yang telah mencapai target pendapatan Rp1 miliar pertama dari toko online mereka. Dengan menggabungkan tips praktis dan strategi teruji, buku ini menyajikan berbagai aspek penting seperti pemasaran digital, iklan berbayar, serta optimasi media sosial.

Setiap bab dirancang untuk memberikan Anda pengetahuan yang dapat langsung diterapkan, sehingga setiap langkah yang Anda ambil adalah langkah yang tepat menuju kesuksesan.

Lebih dari sekadar teori, “1 Miliar Pertama dari Toko Online” juga memperkaya pembaca dengan insight dari pakar dan pelaku bisnis online yang telah berhasil. Para pembaca akan mendapatkan pelajaran berharga mulai dari pengaturan awal toko hingga pengembangan strategi pemasaran yang efektif.

Unduh sekarang!

Alipay+ Direncanakan Segera Hadir di Indonesia

Perusahaan fintech bagian dari Alibaba, Ant International, berencana untuk memperluas layanan Alipay+ di Indonesia pada tahun ini. Ambisi ini merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk menggarap pasar Asia Tenggara.

Mengutip dari Kumparan, CEO Ant International Yang Peng mengungkapkan pihaknya aktif berdiskusi dengan mitra lokalnya, seperti Bank Mandiri dan DANA, untuk mewujudkan rencana tersebut.

“Dan kami juga sangat aktif berdiskusi dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan juga Bank Indonesia (BI) untuk melihat apakah kita bisa mendatangkan wisatawan asing, pengguna e-wallet, datang ke Indonesia,” ujar Peng saat berkunjung ke Kantor Menkominfo, pekan lalu (19/4).

Pihaknya juga berdiskusi dengan Menkominfo Budi Arie Setiadi terkait implementasi layanan pembayaran cross-border melalui fitur QR payment Alipay+ kepada wisatawan mancanegara, sekaligus pengguna Alipay+ yang berada di Indonesia. Selama ini banyak UMKM yang tidak mendapat potensi pembayaran dari turis asing karena biasanya turis melakukan pembayaran dengan kartu kredit.

“Jika layanan ini dapat diterapkan di Indonesia, saya rasa akan banyak UMKM yang mulai merangkul lebih banyak wisatawan untuk berbelanja di mereka,” tambahnya.

Perkembangan Alipay+

Mengutip dari situsnya, Alipay+ adalah platform gerbang pembayaran yang melayani merchant di seluruh dunia, dengan fokus khusus di kawasan Asia-Pasifik. Solusi yang dihadirkan adalah mengintegrasikan berbagai dompet elektronik dan opsi pembayaran, meningkatkan cakupan pembayaran lintas negara, dan menyederhanakan transaksi bagi pedagang dan pelanggan.

Apabila merchant sudah bermitra dengan Alipay+, konsumer cukup menggunakan dompet elektronik lokalnya sebagai metode pembayaran melalui memindai kode QR (seperti konsep QRIS).

Sejak diperkenalkan pada 2020, Alipay+ telah bekerja dengan sekitar 30 dompet elektronik terkemuka hingga tahun lalu. Beberapa di antaranya adalah mPay (Makau, Tiongkok), Hipay (Mongolia), Changi Pay (Singapura), OCBC (Singapura), Naver Pay (Korea Selatan), Toss Pay (Korea Selatan), Kakao Pay (Korea Selatan), TrueMoney (Thailand), dan Touch ’n Go eWallet (Malaysia).

Para pengguna dompet elektronik dari tiap negara tersebut bahkan dapat menggunakan aplikasinya saat berwisata dan berbelanja di merchant yang sudah bekerja sama dengan Alipay di Tiongkok. Diklaim Alipay+ telah menghubungkan puluhan juta pedagang di 56 negara dengan lebih dari 1,4 miliar akun pembayaran di Asia dan sekitarnya.

Sepanjang tahun lalu, dalam hal volume transaksi, AlipayHK, Kakao Pay, Touch ‘n Go eWallet, dan GCash masuk sebagai empat mitra e-wallet terpopuler yang digunakan oleh wisatawan lintas negara, selain Alipay itu sendiri. Sedangkan, Touch ‘n Go eWallet, mPay, dan TrueMoney berada di peringkat tiga teratas berdasarkan peningkatan volume transaksi bulan ke bulan (MoM) pada bulan November 2023.

Pencapaian ini memperlihatkan, merchant-merchant yang berada di Tiongkok, Makau, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura termasuk yang paling diuntungkan dari lonjakan pembayaran lintas negara.

Pluang Hadirkan Investasi ETF Saham Global

Startup wealthtech Pluang memperluas cakupan produk investasi, kali ini memperkenalkan kelas aset ETF (Exchange-Traded Funds). Terdapat 50 ETF global yang tersedia di aplikasi mereka.

Head of Investment Research Pluang Jason Gozali menuturkan, “Di kala nilai Dolar AS yang menguat dan sudah tersedianya akses informasi yang bisa mulai 1 Dolar saja, saya melihat investasi ETF pasar AS menjadi alternatif menguntungkan baik bagi investor pemula maupun lanjutan. Bahkan ada ETF dari awal tahun 2024 hingga pekan pertama April sudah menghasilkan return ~10%,” ujarnya, Senin (22/4).

Perlahan masyarakat mulai melek dengan produk investasi. Dari beberapa pilihan aset investasi, reksa dana menjadi aset yang cukup populer di kalangan investor pemula maupun lanjutan. Per Desember 2023, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), terjadi peningkatan jumlah investor reksa dana sebesar 18,87%, naik signifikan sejak 2020.

Pasalnya, kelas aset jenis ini mampu menghasilkan return yang menjanjikan bahkan bisa mengalahkan rata-rata inflasi dengan risiko yang minimum.

ETF adalah kumpulan aset (mirip reksa dana) yang diperdagangkan di bursa saham, mirip dengan saham, sehingga menawarkan kombinasi unik antara diversifikasi reksa dana dan fleksibilitas saham. Keistimewaan ETF terletak pada cara perdagangannya yang bisa dilakukan sepanjang jam bursa, memberikan fleksibilitas yang tidak ada di reksa dana tradisional, yang hanya diperdagangkan satu kali sehari pada akhir perdagangan.

Dengan ETF, investor dapat membeli atau menjual saham ETF kapan pun mereka mau selama pasar saham AS terbuka. Keunggulan lain dari ETF adalah kemampuannya menyediakan diversifikasi yang luas dalam satu paket investasi karena investor seolah-olah memiliki sebagian dari berbagai aset yang ada di dalam ETF tersebut, mulai dari saham, obligasi, hingga komoditas, tergantung pada jenis ETF yang dipilih.

Hal ini memungkinkan investor untuk mengurangi risiko dengan cara yang efisien dan praktis. Lantaran investor bisa mempertimbangkan berbagai faktor, seperti tujuan investasi, toleransi risiko, dan kebutuhan diversifikasi. Secara bersamaan, mereka juga memperoleh eksposur yang luas terhadap berbagai kelas aset tanpa harus membeli secara individual setiap aset tersebut.

Pluang menawarkan akses ke 50 top ETF yang berpotensi untuk dikulik. Beberapa di antaranya adalah SPDR S&P 500 ETF Trust (SPY), Invesco QQQ Trust (QQQ), Vanguard Total Stock Market ETF (VTI), Vanguard FTSE Developed Markets ETF (VEA), dan SPDR Dow Jones Industrial Average ETF Trust (DIA).

Diklaim, ETF juga memiliki biaya transaksi yang jauh lebih kompetitif. Di Pluang, biaya transaksi untuk ETF diatur sama dengan biaya transaksi saham AS, yaitu 0,3% untuk pengguna reguler dan 0,2% untuk Member Pluang Plus. Jika dibandingkan dengan reksa dana, biaya transaksi ini tergolong rendah dibandingkan dengan biaya manajer investasi reksa dana mulai dari 1% – 4% dari nilai investasi.

Kelas aset ini memperkaya rangkaian portofolio produk yang sebelumnya telah hadir di Pluang. Di antaranya: Emas Digital, Index Futures, Saham AS, Aset Kripto, dan Reksa Dana.

Application Information Will Show Up Here