Jangan Asal Menetapkan Harga, Gunakan Metode Price Skimming untuk Tingkatkan Penjualan

Price atau harga merupakan salah satu unsur dalam marketing mix. Harga yang ditetapkan terhadap suatu produk atau layanan akan menentukan kesuksesan pendapatan perusahaan. Karenanya, proses penetapan harga suatu produk atau layanan menjadi salah satu poin penting dalam pemasaran.

Selain mempengaruhi pendapatan perusahaan, harga juga turut mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Hal itu yang membuat perusahaan tidak bisa sembarangan dalam melakukan penetapan harga. Tak heran jika perusahaan menetapkan harga sesuai karakteristik dan kemampuan dari target konsumennya.

Salah satu strategi penetapan harga yang bisa diaplikasikan adalah price skimming. Artikel ini akan membahas lengkap terkait pengertian, kelebihan, waktu yang tepat untuk menggunakan strategi price skimming, hingga tips dalam mengaplikasikan price skimming. Penasaran apa itu price skimming? Pastikan kamu membaca artikel ini sampai selesai, ya!

Apa itu Price Skimming?

Price skimming merupakan salah satu strategi penetapan harga yang biasanya digunakan suatu perusahaan ketika meluncurkan suatu produk atau layanan baru.

Strategi price skimming dilakukan dengan cara menetapkan harga tinggi ketika suatu produk atau layanan baru diluncurkan. Tetapi, seiring berjalannya waktu, harga perlahan akan diturunkan agar produk atau layanan dapat menjangkau lebih banyak konsumen dan bisa bertahan dalam persaingan pasar.

Price skimming biasanya dilakukan agar perusahaan bisa mendapat laba yang besar dalam waktu yang cepat guna menutup biaya riset yang dilakukan. Meski begitu, penetapan harga tinggi tetap harus dipertimbangkan dalam batas wajar kemampuan konsumen. Jangan sampai harga yang terlalu tinggi membuat konsumen justru enggan melirik produk atau layanan yang Anda tawarkan.

Metode price skimming bisa diaplikasikan untuk segala jenis bisnis, namun kebanyakan brand yang menerapkan strategi ini adalah brand yang sudah memiliki basis pengguna yang besar. Misalnya perusahaan teknologi atau barang-barang elektronik.

Kapan sebaiknya Anda menggunakan strategi Price Skimming?

Strategi price skimming akan lebih efektif diterapkan pada saat perusahaan meluncurkan produk atau layanan baru. Pelaku bisnis bisa menetapkan harga tinggi dengan menonjolkan unique selling point dari suatu produk atau layanan.

Selain itu, metode price skimming ini juga cocok diaplikasikan ketika suatu produk atau layanan belum memiliki terlalu banyak kompetitor di pasar tetapi memiliki potential market yang besar. Maka dari itu, penting untuk melakukan riset mendalam terkait kompetitor dan potential market sejak awal.

Kelebihan Menggunakan Strategi Price Skimming

  • Perusahaan mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar dan waktu yang cepat
  • Produk atau layanan mendapat citra yang bermutu tinggi dan berkelas
  • Tetap bisa kompetitif di pasar karena seiring berjalannya waktu Anda bisa menurunkan harga
  • Strategi price skimming bisa mendatangkan eksposur yang banyak baik dari konsumen maupun media

Tips dalam Menerapkan Price Skimming

  • Sesuaikan harga dengan kualitas dan manfaat produk yang ditawarkan, jangan sampai harga yang ditawarkan timpang dan tidak sebanding dengan kualitas dan manfaat produk
  • Sebelum menerapkan price skimming, pastikan sudah melakukan riset mendalam terkait potential consumen. Jangan sampai harga yang ditetapkan diluar kemampuan dari potential consumen
  • Lakukan analisis kompetitor secara menyeluruh jika Anda ingin menerapkan strategi price skimming. Jika Anda menerapkan harga tinggi dan tiba-tiba muncul kompetitor dengan harga rendah, maka itu bisa menjadi bumerang untuk produk dan penjualan Anda.

Penetapan strategi yang tidak tepat berpotensi menghancurkan bisnis Anda. Jadi, pastikan Anda memahami strategi price skimming secara utuh dan menyeluruh sebelum Anda mencoba untuk menerapkannya.

DailySocial.id Luncurkan StartGPT yang Menyajikan Data Lengkap Tentang Startup Indonesia Lewat Bantuan AI

Banyak orang meyakini tahun 2023 adalah tahun di mana era penerapan AI (Artificial Intelligence) di tengah komunitas kehidupan bermasyarakat dimulai. Seperti kata Bill Gates yang pernah berujar bahwa teknologi AI bisa mengubah dunia kita. Pun dengan mayoritas para pemimpin perusahaan teknologi juga percaya bahwa AI akan mendorong inovasi berkelanjutan di masa depan. Begitu pula kami di DailySocial.id, AI menjadi perhatian khusus bagi tim pengembang kami, dan kami yakin inilah saat yang tepat untuk diumumkan kepada Anda semua. Untuk itu perkenalkan: StartGPT.

StartGPT adalah platform berbasis kecerdasan buatan yang dirancang untuk menyediakan informasi yang akurat dan faktual tentang startup di Indonesia. Platform ini dirancang untuk membantu para pengusaha, investor, dan startup enthusiast agar tetap terkini dengan data dan tren terkait ekosistem startup di Indonesia.

StartGPT menawarkan kecerdasan analisa dan penyuguhan data yang faktual, cepat, dan tentunya tepercaya. Misalnya, pengguna dapat menggunakan platform ini untuk mengetahui berapa banyak startup yang diluncurkan di Indonesia pada tahun 2020, serta jumlah startup yang telah mencapai pendanaan seri A pada tahun yang sama.

Dengan StartGPT, pengguna dapat mengakses banyak informasi tentang startup, termasuk model bisnis, sumber pendanaan, dan tren pasar. Platform ini juga memberikan wawasan kepada pengguna mengenai ekosistem startup di Indonesia, seperti investor yang paling aktif dan sektor yang paling menjanjikan untuk investasi.

StartGPT adalah alat yang penting bagi siapa saja yang ingin tetap berada di tengah denah ekosistem startup yang berkembang pesat di Indonesia. Baik Anda seorang pengusaha yang ingin meluncurkan startup baru atau seorang investor yang mencari peluang investasi yang menjanjikan, StartGPT dapat memberikan wawasan dan informasi yang Anda butuhkan untuk berhasil.

Secara keseluruhan, StartGPT adalah sumber daya yang berharga bagi siapa saja yang tertarik dengan ekosistem startup di Indonesia. Dengan data dan wawasan yang komprehensif, platform ini dapat membantu pengguna tetap up-to-date dengan tren dan perkembangan terbaru di dunia startup Indonesia, sehingga menjadikannya alat yang penting bagi pengusaha, investor, dan penggemar startup. Anda bisa mengakses StartGPT dalam pikiran Anda.

In reality, kami punya data Startup terupdate di Startup.id, sebuah platform database startup Indonesia yang berisikan informasi paling komprehensif dari ekosistem startup di Indonesia – yang tentunya platform ini dikembangkan langsung oleh talenta-talenta terbaik kami. Happy April Fool’s Day 😉

Blibli Rugi Rp5,53 Triliun di 2022, Terus Dorong Efisiensi Biaya

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX:BELI) atau Blibli mencatat rugi bersih sebesar Rp5,53 triliun di sepanjang 2022, atau naik 65% dari Rp3,35 triliun di 2021. Meningkatnya kerugian ini dikarenakan beban pokok pendapatan Blibli bengkak menjadi Rp14,04 triliun dari tahun sebelumnya Rp8,27 triliun.

Pendapatan bersih perseroan naik 72,3% menjadi sebesar Rp15,26 triliun dari Rp8,85 triliun pada 2021. Pendapatan terbesar datang dari segmen ritel online Rp10,42 triliun (naik 38,71%), toko fisik Rp3,58 triliun (naik 299,25%), dan institusi Rp2,47 triliun. Dari pendapatan tersebut, perseroan mencetak laba bruto Rp1,22 triliun, naik 111% dari sebelumnya Rp580 miliar.

Akan tetapi, terdapat sejumlah beban yang nilainya melampaui angka laba bruto. Di antaranya, beban pokok penjualan Rp14,04 triliun, beban umum dan administrasi Rp3,37 triliun, beban lainnya Rp50,41 miliar, dan pendapatan lainnya Rp92,08 miliar. Rugi usahanya mencapai Rp5 triliun atau membengkak dari rugi Rp3,78 triliun di 202.

Divestasi GoTo

Masih merahnya kinerja Blibli membuat total aset turun menjadi Rp14,07 triliun dari sebelumnya Rp18,38 triliun. Penyebabnya, ada pembayaran utang ke sejumlah bank yang membuat penurunan aset kas dan setara kas menjadi Rp3,07 triliun dari sebelumnya Rp4,9 triliun.

Kemudian, terdapat penurunan aset investasi menjadi Rp1,97 triliun dari Rp4,8 triliun dikarenaan Blibli menjual seluruh aset investasinya pada saham GoTo. Liabilitas juga turun menjadi Rp3,59 triliun dari Rp8,3 triliun. Kendati total aset dan liabilitas turun, Blibli menyebut masih memiliki cashflow positif sehingga ada runway yang cukup untuk operasional selanjutnya.

Co-Founder dan CFO Blibli Hendry menyampaikan, tahun lalu seluruh segmen bisnis perseroan tumbuh pesat di atas tren industri, disertai dengan kinerja keuangan yang lebih sehat. Menurutnya, ini merupakan hasil dari usaha berkelanjutan melalui beberapa langkah strategis, termasuk ekspansi pilihan produk, pengembangan ekosistem, dan penerapan efisiensi biaya di berbagai area untuk memperoleh struktur biaya yang lebih baik.

Untuk tahun ini, manajemen berencana untuk memperbaiki kondisi keuangannya dengan melakukan efisiensi biaya di berbagai area untuk memperoleh struktur biaya yang lebih baik. Caranya dengan berfokus pada strategi kepemimpinan biaya (cost leadership), optimalisasi marjin, dan keunggulan operasional ekosistem.

Ia meyakini strategi ini merupakan jalur yang tepat untuk mengembangkan bisnis lebih jauh dan pada saat bersamaan, semakin mendekatkan perseroan pada profitabilitas. “Sementara itu, posisi kas serta fasilitas kredit yang kami miliki saat ini cukup untuk membiayai seluruh strategi bisnis masa yang akan datang,” kata dia dalam keterangan resmi, kemarin (30/3).

Perkuat omnichannel

Manajemen perseroan juga menyampaikan rencana untuk memperkuat sinergi potensial di dalam ekosistem untuk mendorong penjualan silang (cross-selling) antar platform, serta memperkuat strategi omnichannel melalui ekspansi toko-toko fisik yang lebih luas lagi.

Diyakini strategi ini membuat perseroan mampu bertumbuh secara lebih efisien dengan mengurangi biaya iklan dan pemasaran, serta menurunkan biaya akuisisi pelanggan.

Informasi terbaru disampaikan, perseroan ditunjuk menjadi salah satu dari mitra kunci strategis di Indonesia oleh merek global Apple, untuk melengkapi hubungan jangka panjang yang telah terjalin sebelumnya dengan beberapa merek global terkemuka lain, termasuk Samsung. Hal ini akan menjadi pendorong pertumbuhan positif untuk bisnis Ritel 1P di masa yang akan datang.

Per akhir 2022, perseroan telah membuka sebanyak 74 toko consumer electronics, sehingga jumlah toko yang dioperasikan menjadi 126 toko. Rinciannya, 79 toko merek-tunggal (monobrand), seperti Samsung Experience Store, hello (toko merek-tunggal Apple), dan lainnya; 47 toko multi-merek (multibrand), seperti Blibli Store dan Tukar Tambah, dan 70 gerai supermarket premium secara nasional.

Creative Gorilla Capital Fokus Investasi di Sektor “Consumer Goods”

Pemasaran berperan penting dalam kesuksesan startup. Namun, banyak startup mengabaikan upaya pemasaran karena keterbatasan sumber daya, waktu, atau pemahaman akan pentingnya kegiatan pemasaran. Padahal, kampanye pemasaran yang dijalankan dengan baik dapat membantu startup menjangkau target audiens, membangun kesadaran merek, dan mendorong penjualan.

Creative Gorilla Capital (CGC) merupakan salah satu perusahaan modal ventura yang fokus membantu startup melancarkan kegiatan pemasarannya. CGC didukung oleh para pendiri yang memiliki pemahaman dan pengalaman luas di bidang pemasaran. Misinya adalah membantu perusahaan di sektor consumer untuk menerapkan startegi pemasaran yang akurat dan relevan.

Kepada DailySocial.id, Founding dan Managing Partner CGC Benz Julio Budiman, mengungkap rencana investasi ke startup Indonesia, dan upayanya membantu portofolio dalam mengembangkan bisnis melalui pemasaran.

Strategi pemasaran startup

Kampanye pemasaran yang dibuat dengan baik dapat menentukan pertumbuhan positif startup. Sementara, startup sering kali terhambat kendala dalam menampilkan produk atau layanan kepada calon pelanggan. Untuk itu, CGC fokus membantu startup untuk memahami secara jelas kegiatan pemasaran yang ideal untuk bisnis mereka mengingat consumer goods banyak bersinggungan langsung dengan konsumen.

CGC didukung oleh Future Creative Network (FCN) yang selama ini telah berpengalaman membantu perusahaan FMCG hingga perusahaan consumer goods lokal hingga global melancarkan kegiatan pemasaran mereka. Sejauh ini, CGC telah berinvestasi di sejumlah startup di antaranya Offmeat, Ringkas, Kynd, dan Allura.

“Kami terinspirasi oleh beberapa platform luar yang melakukan pendekatan seperti ini. CGC ingin menjadi mitra bisnis yang ingin melancarkan kegiatan pemasaran. Dilihat dari ekosistem yang dimiliki, yaitu FCN, kami bisa memberikan advise yang relevan untuk bisnis. Didukung Vynn Capital, kami memahami benar struktur dan cara kerja VC secara umum,” kata Benz.

Kampanye pemasaran yang dibuat dengan baik dapat membantu bisnis menjangkau audiens target, membangun brand awareness, dan mendorong penjualan. Dilihat dari portofolio CGC saat ini, tidak harus berbasis teknologi.

“Teknologi tetap mereka manfaatkan, tetapi kebanyakan di belakang layar. Misalnya, Offmeat salah satu portofolio CGC memanfaatkan teknologi untuk membantu perusahaan melakukan efisensi produksi daging,” jelasnya.

Untuk berinvestasi sesuai dengan kriteria CGC, kebanyakan pihaknya mendapatkan rekomendasi atau referral. Dalam hal ini due diligence pada latar belakang calon investee menjadi penting bagi CGC, terutama di consumer goods.

“Kebanyakan [portofolio] startup berasal dari referral. Kami juga menerima melalui pitching, tetapi lewat referral lebih spot on karena kami benar-benar melakukan pengecekan saat berinvestasi. Hal itu dilakukan karena sulit untuk membangun consumer product, mereka harus memiliki strategi untuk bisa memenangkan pasar,” tuturnya.

Dalam berinvestasi, CGC didukung oleh Limited Partner (LP) dari luar negeri dan dana kelolaan Gorilla Silverback Fund sebesar Rp300 miliar Rupiah. Pihaknya menargetkan 5-10 portofolio investasi di bidang consumer goods tahun ini.

“Target bergantung pada supply di pasar. Kami tidak mau terlalu terburu-buru. Saat ini kondisinya sudah semakin baik jika melihat nilai valuasi [startup] yang lebih realistis. Kami targetkan investasi di 5-10 perusahaan. Kami akan handle pemasaran mereka. Kalau terlalu banyak brand juga tidak terlalu bagus untuk kami handle,” kata Benz.

Consumer goods di Indonesia

Indonesia adalah salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Dengan populasi lebih dari 270 juta orang dan kelas menengah yang berkembang, Indonesia menawarkan peluang yang signifikan bagi perusahaan barang konsumsi.

Tercatat saat ini sudah mulai banyak perusahaan consumer goods lokal dari skala menengah hingga besar yang berhasil menarik perhatian konsumen. Tidak hanya meraup keuntungan di pasar lokal, tetapi di antara mereka mulai bisa bersaing secara global. Mulai dari Kopi Kenangan hingga Lemonilo dan produk kecantikan lokal yang mulai banyak dicari oleh konsumen lokal.

“Hal menarik yang kami lihat ada demand besar, tetapi akan terus mengalami perubahan. Bahkan perushaaan sebesar Unilever harus terus melakukan inovasi. Permintaan dari konsumen selalu beruah dan perusahaan consumer goods harus berinovasi,” ucapnya.

Saat ini, bisnis consumer goods menghadapi tantangan yang signifikan dengan perubahan industri ritel yang cepat saat ini. Dengan munculnya layanan e-commerce dan pergeseran perilaku konsumen, perusahaan harus menyesuaikan strategi mereka agar tetap kompetitif.

Salah satu pendekatan efektif adalah menerapkan strategi omnichannel, yang memungkinkan bisnis memberikan pengalaman pelanggan yang mulus di berbagai channel. Di Indonesia sendiri channel penjualan melalui gerai offline seperti Alfamart dan Indomaret, masih menjadi channel paling efektif untuk mendorong penjualan.

Riset AC Ventures-BCG: Semakin Matang, Industri Fintech Indonesia Tumbuh 6 Kali Lipat

Dalam satu dekade terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan enam kali lipat pada jumlah pemain fintech, dari 51 pada 2011 menjadi 334 pada 2022. Hal terungkap dalam laporan berjudul “Indonesia’s Fintech Industry is A Sleeping Giant Ready to Rise” yang disusun oleh AC Ventures dan Boston Consulting Group (BCG).

Laporan tersebut mengungkap, pada awalnya, pertumbuhan sektor ini didorong oleh segmen pembayaran. Namun, lanskap fintech semakin beragam dan dinamis, diisi oleh sektor pinjaman, pembayaran, dan wealthtech yang menjadi industri menjanjikan di masa depan.

Selain itu, segmen baru di sektor fintech, seperti SaaS dan insurtech yang kian bermunculan, menunjukkan bahwa industri fintech di Indonesia semakin matang dan bergerak menuju produk dan layanan yang lebih canggih.

Gelombang pertama fintech yang diisi oleh sektor pembayaran kini memiliki lebih dari 60 juta pengguna aktif pada 2020. Sektor ini diperkirakan mencapai tingkat CAGR sebesar 26% pada 2025. Sementara di sektor pinjaman, terdapat lebih dari 30 juta akun peminjam p2p yang aktif pada 2021.

Sumber: Indonesia’s Fintech Industry is A Sleeping Giant Ready to Rise Report

Secara transaksi, nilai transaksi terus bertumbuh dengan lebih dari $20 miliar transaksi e-wallet selama 2017-2021. Adapun sektor pinjaman mencapai lebih dari $17 miliar yang disalurkan selama 2017-2022.

Selanjutnya, sektor wealthtech memiliki lebih dari 9 juta investor ritel pada 2022, mencapai nilai CAGR 56% sepanjang 2018-2022. Terakhir, adopsi platform SaaS juga semakin meningkat, dengan 6 juta UMKM menggunakannya dengan pertumbuhan 26 kali lipat dari tahun sebelumnya.

Sentimen investor

Laporan ini juga mengungkapkan bahwa sentimen investor tetap bullish terhadap sektor ini, terlihat dari kenaikan pendanaan ekuitas tahunan dari $353 juta pada 2020 menjadi $1,51 miliar pada 2021. Meskipun signifikan, sebagian dari pendanaan digunakan untuk menyuntik sektor pembayaran dan pinjaman.

Kemudian, tahun 2021 juga merupakan tahun pelarian bagi pemain wealthtech yang menerima dana lebih dari $500 juta. Ketika tahun 2022 menujukan sedikit penurunan dari total nilai pendanaan—dengan kekhawatiran makro-ekonomi global yang memengaruhi sentimen investor—Indonesia masih menarik pendanaan hampir $1,4 miliar yang menunjukkan ketahanan ekosistem.

“Investasi ke fintech di Indonesia pada periode 2020–2022 mencapai $3,2 miliar. Sebesar 4,6x lipat pertumbuhan pendanaan di periode 2017–2019 menunjukkan investor dengan komitmen kuat. Sebagian besar dana telah mengalir untuk perusahaan yang lebih matang di mana 60% dari volume kesepakatan masuk ke perusahaan tahap awal. Ini menunjukkan keinginan yang kuat untuk berinvestasi dalam inovasi baru,” tulis laporan tersebut.

Sumber: Indonesia’s Fintech Industry is A Sleeping Giant Ready to Rise Report

Managing Partner AC Ventures Helen Wong menyampaikan, AC Ventures telah melihat bahwa beberapa vertikal di industri fintech, termasuk perusahaan pembayaran dan bank digital, lebih matang daripada yang lain.

“Ke depannya, kami akan berinvestasi di lebih banyak vertikal. Misalnya, kami telah melakukan satu investasi dalam pembiayaan mobil, pembiayaan properti, dan mungkin juga beberapa pendukung untuk penilaian kredit dan investasi di KYC,” kata Wong dalam paparan laporan ACV-BCG, kemarin (29/3).

Embedded finance

Poin menarik lainnya yang disampaikan dalam laporan tersebut adalah potensi besar yang dari embedded finance dan akan menjadi game changer di industri keuangan di regional ini.

Managing Director & Partner BCG Sumit Kumar menyampaikan regulasi dari Bank Indonesia mengenai BI FAST dan SNAP menjadi dorongan penting dalam menciptakan inovasi berikutnya di industri fintech, yakni embedded finance. Hal ini mempermudah bank agar tidak perlu buka cabang, memperbanyak kerja sama dengan banyak pemain, termasuk B2C yang biasa digunakan masyarakat umum, dengan memasukkan aktivitas keuangan dan perbankan secara lebih mudah.

“Sebagai masukan, regulasi ini tidak boleh terdiktasi karena ke depannya ada lebih banyak hal yang akan berubah,” kata Kumar.

Sumber: Indonesia’s Fintech Industry is A Sleeping Giant Ready to Rise Report

Banyak contoh implementasi dari open banking yang sukses di berbagai negara, misalnya inovasi UPI (Unified Payments Interface) di India. UPI memungkinkan pemegang rekening di seluruh bank untuk mengirim dan menerima uang dari smartphone mereka hanya dengan menggunakan nomor identitas unik Aadhaar (sebutan E-KTP di India), nomor ponsel, atau alamat pembayaran virtual tanpa memasukkan detail rekening bank.

Juga inovasi yang dihadirkan oleh GCash, pemain e-wallet asal Filipina. Startup unicorn ini mendapat popularitas yang sangat besar karena mereka masuk ke pasar ritel dengan nilai transaksi yang receh. Di pasar ritel, artinya konsumen lebih suka membeli produk dalam kemasan yang lebih kecil dan terjangkau daripada membeli dalam jumlah besar.

Jadi ketika GCash mulai mengembangkan dan memperluas layanan keuangannya (dengan open banking), GCash mempertimbangkan ekonomi sachet dan memperhatikan kebutuhan konsumen di pasar.

“Sebesar 30% dari estimasi aktivitas perbankan di regional akan masuk ke embedded finance. Jadi bank konvensional harus mengikuti tren tersebut atau [bakal] tertinggal. Lalu pada 10 tahun mendatang, seluruhnya akan masuk ke embedded finance.”

CEO ALAMI Group Dima Djani yang turut hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan, bahwa kehadiran SNAP dan BI-FAST ini sangat dibutuhkan industri fintech karena dapat menekan berbagai biaya. Misalnya, saat menghadirkan fitur transfer bank gratis, yang kini menjadi fitur yang harus ada di setiap aplikasi bank digital.

“Dari commercial finance ke social finance dan kebalikannya, open banking bisa menjadi salah satu solusi terjangkau yang bisa dimanfaatkan untuk menyalurkan kredit produktif ke sektor yang membutuhkan. Hal ini melandasi kami untuk masuk ke pembiayaan KPR dan segera masuk ke umroh dan haji.” Tutupnya.

Lummo Dikabarkan PHK Mayoritas Karyawan

Lummo, startup penyedia SaaS untuk penghubung bisnis, dilaporkan melakukan aksi PHK dengan skala besar bulan ini. Disebutkan ada potensi 99-100% karyawan dirumahkan. Meskipun demikian, entitas bisnis tetap beroperasi dan tidak dalam kondisi pailit.

Strategi serupa pernah dilakukan startup quick commerce Bananas tahun lalu yang mengubah bisnis perusahaan dengan nama baru tapi dengan entitas legal dan para investor yang sama.

Menurut info yang kami terima, ada potensi perubahan bisnis / pivot yang dilakukan startup yang memperoleh pendanaan total sekitar $149 juta (lebih dari 2,2 triliun Rupiah), termasuk VC yang didukung Pendiri Amazon Jeff Bezos di putaran pendanaan Seri C.

DailySocial.id telah mencoba menghubungi pihak perusahaan, tapi mereka menolak memberikan pernyataan resmi.

Berdasarkan pantauan terakhir di LinkedIn, sejumlah karyawan Lummo telah menampilkan status #OpentoWork di laman profilnya. Sebelumnya, Lummo sempat memangkas 100 karyawan pada akhir Juni 2022 dan menghentikan ekspansi layanan LummoShop.

Pada awal 2020, Lummo yang sebelumnya bernama BukuKas, telah melakukan rebranding TOKKO yang berada di bawah BukuKas, dan juga ikut di-rebranding menjadi LummoSHOP. Pihaknya berujar, perubahan nama ini menandai ambisi Lummo untuk menjadi top of mind solusi UMKM. Nama BukuKas dinilai kurang mengaspirasi visi perusahaan untuk menjangkau lebih banyak segmen UMKM.

PHK Startup

Aksi PHK masih terus berlanjut di awal 2023. Berdasarkan catatan kami, terdapat sembilan startup di Tanah Air yang melakukan perampingan organisasi di sepanjang kuartal I 2023, termasuk GoTo, Zenius, dan Shopee Indonesia.

Startup Jumlah Karyawan Terdampak Bulan
Segari 24%  Jan 2023
OLX Autos 300 orang Jan 2023
Moladin 360 orang Feb 2023
Zenius N/A Feb 2023
Fazz Financial N/A Maret 2023
Shopee Indonesia 500 orang Maret 2023
GoTo 600 orang Maret 2023
Shox Rumahan 100% Maret 2023
Lummo N/A Maret 2023

Sumber: Diolah oleh DailySocial.id

Sementara, Startup Report 2022 melaporkan ada sebanyak 20 startup Indonesia yang melakukan layoff. Beberapa di antaranya pivot ke bisnis baru. Startup quick commerce Bananas adalah salah satunya yang mengaku gagal dalam menemukan unit ekonomi yang cocok.

Sumber: Startup Report 2022

Langkah efisiensi yang ditempuh startup tak lepas dari faktor ketidakpastian ekonomi di tengah krisis global. Pelaku startup merestrukturisasi bisnisnya untuk mengantisipasi sulitnya mendapatkan dana baru untuk operasional.

Application Information Will Show Up Here

Platform Bursa Kripto “Mobee” Peroleh Dana Segar Dipimpin 1982 Ventures

Usai mengantongi izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), platform bursa kripto Mobee mengumumkan pendanaan baru dipimpin oleh 1982 Ventures. dengan nominal yang dirahasiakan. Turut terlibat investor strategis lainnya dari perusahaan keluarga hingga individual.

Mobee didirikan oleh Andrew Tjahyadikarta dan Jeff Pradana pada 2022. Keduanya memiliki pengalaman dan latar belakang kuat di sektor finansial. Andrew sebelumnya sempat bekerja di JP Morgan dan pernah memimpin Kaja Group. Sementara, Jeff pernah bekerja di Lehman Brothers dan Barclays Capital.

“Kami sangat senang meluncurkan platform exchange baru ini, yang memungkinkan investor Indonesia untuk dengan mudah mengakses berbagai produk investasi tingkat institusional dalam aset dan sekuritas digital,” kata Co-Founder dan CEO Mobee Andrew Tjahyadikarta dalam keterangan resminya.

Mobee menawarkan berbagai produk keuangan bagi investor yang ingin mencari pendapatan pasif. Adapun pengelolaan aset investasi dirancang untuk investor yang lebih aktif, termasuk kripto.

Pihaknya menyebut, izin operasional yang diperoleh dari Bappebti menjadikannya sebagai platform digital exchange pertama di Indonesia yang fokus menyasar segmen investor terkualifikasi, pemilik bisnis keluarga, dan lembaga institusional.

“Mobee mengisi kesenjangan besar di salah satu segmen yang tumbuh paling cepat dalam layanan keuangan di Indonesia. Mobee adalah satu-satunya platform pertukaran kripto berlisensi di Indonesia untuk melayani investor terbesar dan teraktif dengan produk institusional,” kata Founding Managing Partner 1982 Ventures Herston Powers.

Pendanaan baru

Mobee akan menggunakan dana segar ini untuk mengembangkan operasional, meluncurkan produk baru, dan merekrut lebih banyak profesional yang sudah memiliki pengalaman di layanan finansial dan aset digital.

Saat ini Mobee telah menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan terkemuka di industri aset digital. Bersama dengan tim kripto dan ahli TradFi mereka, Mobee menyediakan produk yang memenuhi standar tertinggi dalam tata kelola, risiko manajemen, kepatuhan, dan pelaksanaan layanan.

Beberapa layanan yang dihadirkan oleh Mobee di antaranya adalah, OTC trading (over-the-counter trading). Dalam perdagangan OTC, pembeli dan penjual menegosiasikan persyaratan transaksi, termasuk harga, kuantitas, dan tanggal penyelesaian, di antara mereka sendiri, tanpa mengandalkan pertukaran terpusat untuk mencocokkan pembeli dan penjual.

“Indonesia akan menjadi satu dari hub kripto utama di global. Kerangka kerja yang telah dibuat oleh regulator memberikan kepercayaan bagi investor untuk meningkatkan eksposur mereka terhadap aset digital. Kami saat ini bekerja dengan mitra utama dalam memberikan produk wealth management yang dapat diandalkan untuk memfasilitasi adopsi lebih lanjut di negara kita,” kata Co-Founder dan CIO Mobee Jeff Pradana.

Berdasarkan data Bappebti pada Februari 2023, total investor kripto di Indonesia mencapai 16,99 juta orang. Kenaikan ini didorong dari nilai transaksi perdagangan aset kripto sebesar Rp13,8 triliun, atau tumbuh 13,7% dari Januari 2023 yang sebesar Rp12,14 triliun.

Laporan DSInnovate: Perkembangan dan Transformasi Digital di UMKM Indonesia 2022

DSInnovate baru merilis “MSME Empowerment Report 2022” yang bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang perkembangan UMKM di Indonesia, termasuk upaya mereka dalam melakukan transformasi digital. Laporan ini sangat relevan untuk pengusaha UMKM yang ingin meningkatkan bisnis melalui penggunaan teknologi digital dan stakeholder terkait yang memiliki misi memajukan UMKM Indonesia.

Dalam penyusunan laporan ini, peneliti melakukan survei terhadap 1500 pelaku UMKM di berbagai kota di Indonesia untuk mendalami tantangan dan kesempatan transformasi digital dalam mengakselerasi bisnis mereka. Selain itu, juga dilakukan studi kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada stakeholder di industri ini, termasuk pemerintah dan penyedia layanan teknologi untuk UMKM.

Laporan ini terdiri dari 4 bagian utama. Bagian pertama berisi gambaran lanskap UMKM di Indonesia, termasuk seberapa besar kontribusi mereka terhadap perekonomian nasional dan sektor-sektor yang dominan di mana UMKM beroperasi. Bagian kedua membahas kesempatan dan tantangan transformasi digital di UMKM Indonesia.

Bagian ketiga adalah tingkat adopsi digital di kalangan UMKM Indonesia, termasuk teknologi digital apa saja yang telah digunakan oleh UMKM dan hambatan apa saja yang dihadapi dalam memperkenalkan teknologi baru. Bagian keempat membahas perspektif pengembang layanan teknologi terkait transformasi digital untuk UMKM, termasuk rekomendasi dan saran untuk pengusaha UMKM yang ingin memulai atau memperluas penggunaan teknologi digital dalam bisnis mereka.

Terdapat sejumlah temuan menarik dalam laporan, salah satunya terkait tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia dalam mengoperasikan bisnis mereka. Sebanyak 70,2% dari responden survei mengaku kesulitan dalam melakukan pemasaran produk; sementara 51,2% merasa kesulitan dalam mendapatkan dukungan modal; dan 46,3% kesulitan dalam menemukan pemasok bahan baku yang efisien.

Kesulitan tersebut ternyata juga ditangkap baik oleh inovator teknologi dengan menghadirkan berbagai layanan unik untuk membantu pengusaha mengatasi masalah tersebut. Di sisi pemasaran produk, pengembang platform digital enabler berusaha memudahkan di sisi pemasaran digital; sementara di sisi permodalan layanan fintech lending untuk UMKM juga semakin banyak dan beragam model bisnisnya; dan untuk pemenuhan bahan baku, model B2B commerce juga mulai berkembang beberapa waktu terakhir.

Adanya perpaduan perspektif dari pelaku UMKM dan pengemang teknologi di laporan ini diharapkan bisa memberikan sebuah gambaran yang menyuguhkan “konektivitas” sebagai upaya untuk mempersempit gap yang ada.

Selain itu terdapat sejumlah temuan lainnya, termasuk tingkat awareness penggunaan teknologi oleh pelaku UMKM, layanan teknologi populer yang digunakan, hingga strategi utilisasi platform digital populer seperti media sosial untuk mendongkrak bisnis UMKM.

Selengkapnya unduh laporan tersebut melalui tautan berikut ini: MSME Empowerment Report 2022.

Disclosure: TikTok mendukung pengembangan dan penerbitan laporan ini

Ekosistem Candee dari Viddsee Dukung Kreator Mengembangkan Konten Web3

Platform film pendek premium asal Singapura Viddsee memperingati tahun kesepuluh beroperasi dengan meluncurkan Candee, sebuah ekosistem hiburan untuk memberdayakan para storyteller dan membangun cerita dari generasi baru. Platform ini nantinya tidak hanya mendukung pembuatan konten di ekosistem Web2, tetapi juga Web3.

Selama 10 tahun terakhir, Viddsee telah mengidentifikasi kreator dan IP yang berpotensi tinggi untuk mengembangkan, mendistribusikan, dan memonetisasi konten melalui berbagai format seperti film pendek, serial, dan dokumenter. Candee hadir sebagai perusahaan induk dari Viddsee yang menetapkan visi grup untuk memperkuat posisi sebagai ekosistem kreator di kawasan Asia Tenggara.

Dalam wawancara terakhir bersama DailySocial.id, CEO Candee dan Viddsee Ho Jia Jian mengungkapkan bahwa perusahaan telah beralih ke ranah konten kreasi melalui Viddsee Originals. Hingga saat ini, platform telah menghasilkan lebih dari 3 miliar views untuk seluruh kontennya. Selain itu juga memfasilitasi sekitar 5000 komunitas storyteller dan mendukung merek dan bisnis yang digunakan untuk kebutuhan penceritaan mereka.

“Viddsee Labs berkembang secara regional, mengidentifikasi 11 IP lain yang berpotensi tinggi dikembangkan menjadi proyek jangka panjang untuk berbagai mitra hiburan. Di antara batu tulis mencakup enam proyek dari Indonesia seperti Stratagem, In The Middle Of The Blackhole, Antar Ibu Pulang dan lainnya,” tambah Jian.

Belum lama ini, perusahaan juga menawarkan layanan Viddsee for Business sebagai solusi satu atap untuk merek, bisnis, pemasar, dan mitra hiburan untuk terlibat dan berkolaborasi untuk semua kebutuhan penceritaan mereka. Layanan utamanya termasuk studio hiburan Viddsee Studios, inkubator IP Viddsee Labs, serta pasar kreatif global Viddsee Talent Hub.

Viddsee Studios sendiri didirikan pada tahun 2017 dengan fokus pada pengembangan Viddsee Originals, lalu berkembang menjadi pembuatan konten. Storytelling yang otentik telah menjadi pendekatan yang disukai oleh merek dan bisnis untuk mendorong pesan, kampanye, dan proyek mereka.

“Kami berfokus pada distribusi konten tempat kami membantu pembuat konten untuk memonetisasi video pendek mereka film. Kami baru-baru ini bermitra dengan Singapore Airlines untuk menghadirkan Viddsee favorit penonton
Film orisinal untuk hiburan dalam penerbangan dan berbagai saluran TV.”

Perusahaan juga berkolaborasi bersama pembuat film di jaringan storyteller Viddsee dalam mengembangkan serial berdurasi panjang untuk perusahaan hiburan dan penyiaran, termasuk meluncurkan Viddsee Labs yang merupakan IP Inkubator yang mengembangkan IP test-bedded menjadi IP bentuk panjang atau serial.

Tahun lalu, Viddsee Talent Hub diluncurkan untuk menjembatani dan memfasilitasi kolaborasi dengan storyteller regional dalam mengembangkan, mendistribusikan, dan memperkuat konten.

Jian juga mengungkapkan bagaimana Viddsee menjadi platform bagi para kreator untuk memamerkan keterampilan bercerita mereka, mendistribusikan konten, dan menarik penonton dari cerita-cerita unik. Kami ingin terus mengembangkan konten melalui cara-cara kreatif dan inovatif yang akan mengembangkan penceritaan masa depan.

“Web terbuka Web3 memungkinkan lebih banyak kesetaraan bagi kreator dan penggemar untuk berkolaborasi, berbagi pengalaman, dan mengembangkan cerita generasi berikutnya, menantang cara cerita diceritakan dan diingat,” ungkap Jian.

Ekosistem hiburan Candee

Peluncuran Candee juga sekaligus memperkenalkan Candee Labs, sebuah studio IP pertama Web3 di Indonesia. Inovasi baru ini memungkinkan para pembuat konten dan penggemar untuk melakukan monetisasi melalui kepemilikan sambil mendorong pembangunan komunitas dan loyalitas. Grup ini telah bekerja sama dengan proyek Web3 ternama, seperti BBRC x IVY Boys.

Candee adalah ekosistem hiburan yang menjembatani ekosistem Web2 dan Web3. Keberhasilan Viddsee dilihat sebagai peluang untuk memperluas layanan IP perusahaan, serta memanfaatkan dengan lebih baik potensi IP yang sudah ada atau yang baru di ruang Web3.

“Kami percaya pada potensi Web3 dan kami melihat inovasi seputar blockchain, sebagai sebuah game changer untuk pencipta dan penggemar. Kami bercita-cita untuk memberdayakan pencipta dan komunitas penggemar melalui inovasi, pengalaman, dan wawasan data untuk mengembangkan cerita generasi berikutnya,” ungkap Jian dalam wawancara terpisah.

Candee Labs merupakan studio IP pertama Web3 dan merupakan lengan eksplorasi untuk berinteraksi dengan proyek Web3. Solusi ini memungkinkan kreator dan penggemar untuk menghasilkan uang melalui kepemilikan sambil membina relasi dan loyalitas masyarakat. Merek dan bisnis juga dapat terlibat dalam inovasinya memperluas kebutuhan sotrytelling di berbagai teknologi.

Candee saat ini sedang dalam tahap pengembangan untuk konten terkait Web3 serta nilai yang akan ditawarkan. Sejak diluncurkan, segala sesuatunya masih terasa baru dan mereka tengah menyelaraskan peluangnya melalui platform Candee. Web3 dinilai membuka cara baru bagi perusahaan untuk menangani IP serta menciptakan inovasi untuk terlibat dengan komunitas yang berbeda.

Baik itu layanan Web3 atau Web2, perusahaan mengaku tetap setia pada identitasnya sebagai platform kreator yang fokus pada kebutuhan audiens terlebih dahulu. Saat ini perusahaan juga sedang dalam tahap pengembangan awal kolaborasi dengan BBRC x Ivy Boys yang terkenal yang telah terjual habis dengan kehadiran komunitas yang kuat di Web3.

“Intinya, kami ingin menjadi ekosistem hiburan yang benar-benar memberdayakan konten berkreasi dan membuat cerita yang akan terus hidup dan dikenang. Teknologi tetap menjadi inti dari bisnis kami. Melalui teknologi seperti blockchain, kami akan memanfaatkannya untuk mempelopori peluang bagi kreator, penggemar, dan merek untuk memonetisasi IP dan konten. Kita
juga ingin membuat lebih banyak acara hiburan dan IP – apakah itu di Web2 hingga Viddsee atau Web3 melalui Candee Labs,” tutup Jian.

Application Information Will Show Up Here