Penguatan Strategi Omnichannel, Sociolla Kini Miliki 50 Toko di 30 Kota

Startup retailer kecantikan Sociolla meresmikan toko omnichannel yang ke-50 di Bengkulu. Pencapaian ini diraih dalam waktu tiga tahun sejak toko pertama diresmikan pada 2020, demi mewujudkan ambisinya sebagai pemain omnichannel kecantikan terdepan di Indonesia.

50 toko tersebar di 30 kota yang berada di provinsi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa. Di Sumatera saja, Sociolla telah meresmikan tokonya di tujuh dari 10 kota terbesarnya.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & CMO Sociolla Chrisanti Indiana menyampaikan perusahaan mendapat banyak tanggapan yang positif dari pengguna dan pelanggan di setiap toko omnichannel yang dibuka. Tanggapan ini mendorong perusahaan untuk memberikan pengalaman terbaik sesuai dengan misinya ‘liberating self-care for everyone’, menjangkau semakin banyak beauty enthusiast di seluruh Indonesia.

“Sekarang kami telah membuat kehadiran Sociolla jauh lebih luas melalui 50 toko di 30 kota, kami siap meningkatkan layanan  untuk memastikan penggemar kecantikan di seluruh Indonesia dapat memiliki pengalaman belanja kecantikan terbaik, baik secara online, offline, ataupun keduanya,” kata Chrisanti.

Dia melanjutkan, pembukaan toko ke-50 ini merupakan pencapaian besar bagi perjalanan perusahaan. Seiring dengan kondisi yang terus membaik dan aktivitas kembali normal di masa pasca-pandemi, Sociolla akan hadir secara bertahap ke kota lapis dua dan tiga, seperti Karawang, Sidoarjo, dan Purwokerto. “Ke depan, kami berencana untuk terus memperluas cakupan kehadiran toko fisik Sociolla di banyak kota.”

Di dalam toko omnichannel, perusahaan menyediakan sejumlah fitur khusus, seperti Makeup Wall, fitur toko tempat pelanggan dapat menemukan semua jenis produk makeup untuk riasan wajah mereka; Makeup Bar, fitur toko tempat pelanggan dapat mencoba tester produk makeup; dan Wall of Mask, fitur toko tempat mereka dapat menemukan berbagai macam masker wajah untuk dipilih.

Di samping itu, tersedia fitur lainnya bagi pelanggan agar mereka dapat berbelanja sesuai dengan keinginan, seperti Click & Collect, pelanggan dapat memilih barang secara online melalui situs web Sociolla atau aplikasi SOCO dan mengambilnya di toko Sociolla pilihan mereka dan Shop & Deliver, pelanggan dapat berbelanja di toko Sociolla pilihan mereka dan barang-barangnya akan diantarkan ke alamat pilihan mereka.

Pelanggan juga dapat memanfaatkan opsi pengiriman gratis dan mengecek halaman toko pada aplikasi SOCO untuk melihat promo-promo yang bisa mereka temukan saat berbelanja di toko Sociolla pilihan mereka.

Melalui pendekatan unik dengan menggabungkan pengalaman online dan offline yang seamless, Sociolla dapat menghilangkan semua hambatan dan batasan bagi pelanggan untuk berbelanja sesuai keinginan mereka, di mana saja dan kapan saja.

Model omnichannel juga dikembangkan oleh startup lain yang memiliki pangsa pasar utama kalangan perempuan. Termasuk beberapa peritel fesyen, misalnya Hijup, iStyle, dan Pomelo. Terakhir, Female Daily juga masuk ke ranah ini menjajakan produk perempuan yang mereka kurasi.

Tren omnichannel

Perusahaan mengamati terjadinya peningkatan pengunjung toko yang signifikan dari tahun ke tahun, yang mana sebagian besar didorong oleh perilaku masyarakat yang secara bertahap kembali beraktivitas normal saat memasuki era pasca-pandemi. Berdasarkan laporan dari NielsenIQ, 6 dari 10 konsumen memiliki keinginan untuk mengunjungi toko fisik hanya untuk menelusuri pilihan produk kecantikan.

Sociolla juga melihat beberapa tren belanja yang menghadirkan kemudahan bagi pelanggan sejak era pandemi diprediksi akan tetap ada. Selain itu, strategi omnichannel menjadi lebih relevan dengan perilaku pelanggan saat ini. Bertahannya preferensi digital dan omnichannel di antara konsumen Indonesia adalah salah satu dari lima tema konsumen baru yang diperkirakan akan terus berlanjut pasca-COVID 19.

Selama bertahun-tahun, akses yang dapat diandalkan untuk mendapatkan produk otentik dan berkualitas hanya terbatas di kota-kota besar seperti Jakarta. Melalui peluncuran Sociolla.com pada 2015, Sociolla ingin menghilangkan batasan tersebut. Data Sociolla menunjukkan bahwa konsumen masih sangat bergantung pada belanja online dengan peningkatan pengguna Aplikasi SOCO meningkat hingga tiga kali lipat pada 2023 sejak pandemi.

Namun, di satu sisi Sociolla memahami pentingnya kehadiran toko fisik dalam hal produk kecantikan, pelanggan membutuhkan wujud fisik untuk melihat dan menemukan produk sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini juga yang menjadi salah satu alasan perusahaan membawa konsep toko omnichannel di 2019.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Click-to-Open Rate dalam Email Marketing dan Cara Mengoptimalkan Penggunaannya untuk Bisnis

Pengiriman email kepada pelanggan sebagai strategi email marketing dilakukan bukan dengan tujuan agar pelanggan membuka email semata, melainkan juga agar pelanggan melakukan tindakan atau terlibat dengan informasi pesan yang dikirimkan. Dengan begitu, brand Anda dapat melihat email campaign tersebut benar-benar efektif atau tidak terhadap pelanggan. Keefektifan tersebut dapat dihitung menggunakan perhitungan Click-to-open rate (CTOR).

Tentunya, mendorong keterlibatan atau tindakan dari pelanggan atas Email yang dikirimkan akan dipengaruhi banyak faktor, seperti apakah pelanggan mengenal nama Email Anda atau tidak, apakah subjek email Anda menarik atau tidak, apakah informasi atau konten yang Anda kirimkan menarik atau tidak, apakah tampilan konten Anda membuat pelanggan nyaman untuk membacanya baik di desktop maupun di seluler. Simak penjelasan CTOR secara rinci dibawah ini.

Apa itu Click-to-Open Rate?

Click-to-open rate (CTOR) merupakan salah satu bentuk Email marketing yang menyajikan data persentase pelanggan yang membuka Email dan melakukan klik link dalam Email yang Anda kirimkan. Jadi, CTOR tidak dihitung berdasarkan berapa banyak pelanggan yang membuka Email Anda, tetapi berapa banyak pelanggan yang terlibat dengan mengklik tautan atau link yang Anda kirimkan dalam Email.

Data ini penting untuk mengukur efektivitas setiap Email campaign yang Anda lakukan, baik itu transactional email, triggered campaign, drip campaign, promotional campaign, atau campaiagn lainnya.

Data CTOR bisa dijadikan acuan dalam melakukan analisis, membuat tolok ukur, serta mendiagnosis apakah suatu campaign efektif atau tidak, apakah campaign yang dilakukan bisa berlanjut atau memerlukan pembenahan, dan menentukan bentuk email campaign seperti apa yang banyak digemari pelanggan Anda, sehingga Anda dapat melakukan pengoptimalan campaign berikutnya.

Perbedaan CTOR dan CTR

CTOR dan CTR, dua istilah yang hampir mirip sehingga membuat orang terkadang menganggapnya sama. CTOR merupakan singkatan dari click-to-open rate, sedangkan CTR adalah click through rate. Jelas dua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda.

CTR merupakan persentase dari jumlah orang yang membuka tautan Email Anda dan membaginya dengan jumlah total Email yang dikirimkan. Sedangkan CTOR merupakan persentase pelanggan yang terlibat dengan informasi dalam Email Anda atau mengklik link/tautan dalam Email Anda dan membaginya dengan total jumlah pelanggan yang membuka Email Anda.

CTOR menggabungkan unsur CTR dan open rate dalam satu metrik yang akan membantu Anda memahami kinerja dan efektivitas email campaign yang Anda lakukan. Dengan CTOR, Anda dapat mengetahui perilaku atau respon pelanggan terhadap Email Anda dan menilai kualitas konten Email Anda.

Cara menghitung Click-to-Open Rate

CTOR = (Jumlah unique click/jumlah unique open) x 100

Keterangan:

Jumlah unique click = jumlah pelanggan yang mengklik link atau tautan dalam Email yang Anda kirimkan

Jumlah unique open = jumlah pelanggan yang membuka Email Anda

Contoh:

Anda mengirimkan Email kepada 80 pelanggan, 50 pelanggan membuka Email Anda dan dari total pelanggan yang membuka Email Anda tersebut hanya 25 pelanggan yang mengklik link atau tautan dalam Email Anda.

CTOR= (Jumlah unique click/jumlah unique open) x 100
= (25/50) X 100
= 50%

Persentase CTOR yang tinggi menunjukkan bahwa campaign Anda menarik dan tepat untuk pelanggan Anda. Sebaliknya, persentase yang rendah menunjukkan bahwa konten Anda kurang menarik dan memerlukan pembenahan agar bisa mencapai persentase yang tinggi. Standar persentase CTOR yang baik akan berbeda tergantung pada jenis konsumen dan jenis industri dari bisnis Anda.

Tips meningkatkan Click-to-Open Rate sebagai Email Marketing

  • Perhatikan penggunaan Nama Email dan Subject Email

Gunakan nama Email yang merepresentasikan bisnis Anda supaya pelanggan bisa langsung mengenali Anda ketika menerima Email dari Anda. Selain itu, subjek Email menjadi poin penting yang tidak boleh dilewatkan.

Setelah nama Email, subjek Email menjadi hal kedua yang akan dilihat oleh pelanggan sebelum memutuskan apakah akan membuka Email atau mengabaikan Email tersebut. Maka, buatlah subjek Email yang ringkas, menarik, dan mewakili keseluruhan isi konten supaya pelanggan tertarik untuk membuka Email Anda.

  • Segmentasi Pelanggan

Setiap pelanggan memiliki karakter dan kebutuhan berbeda. Maka penting untuk mensegmentasikan pelanggan sebelum Anda mengirim Email kepada mereka supaya Anda dapat memaksimalkan pencapaian tujuan dari campaign Anda.  Anda dapat menyusunnya berdasarkan tingkat engagement, minat pelanggan, dan kategori apakah mereka pelanggan baru atau pelanggan lama.

  • Gunakan Konten yang Dinamis

Buatlah konten Email yang dipersonalisasi dan relevan dengan pelanggan Anda. Konten Email yang personal akan membuat pelanggan merasa spesial dan dihargai karena mereka berpikir bahwa Anda sudah meluangkan waktu untuk mengirim email khusus kepada mereka. Konten yang relevan berarti konten yang sesuai dengan minat pelanggan Anda. Kedua hal tersebut akan mendorong meningkatnya conversion rate.

  • Mempunyai Call-to-action (CTA) yang jelas

Gunakan tombol Call-to-action (CTA) yang jelas dalam Email yang Anda kirimkan, tentukan hal apa yang Anda ingin arahkan kepada pelanggan melalui pengiriman Email tersebut. Apakah Anda ingin mengarahkan pelanggan ke situs web Anda, untuk mengunduh sesuatu, berlangganan media sosial Anda, atau tujuan lainnya.

Hindari penggunaan CTA lebih dari satu karena hal itu hanya akan membuat pelanggan bingung. Dalam membentuk CTA, gunakan kalimat pendek yang menarik dan persuasif. Misalnya ‘Download sekarang’

Apa itu Desain Produk? Definisi, Tujuan, Jenis dan Fungsinya dalam Bisnis

Desain produk merupakan proses perencanaan dan pembuatan produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna dan memberikan nilai ke pasar.

Oleh karena itu, desain produk merupakan komponen penting dalam pembuatan suatu produk, termasuk produk digital.

Desain produk kamu yang akan menentukan apakah pengguna suka dan senang menggunakannya. Desain dapat membuat produk yang bagus menjadi hebat, tetapi desain yang buruk dapat merusak ide yang paling menjanjikan sekalipun.

Tujuan dari desain produk adalah untuk menciptakan sesuatu yang membuat orang tertarik untuk menggunakannya dan ingin membelinya.

Simak penjelasan berikut ini mengenai desain produk secara detail.

Definisi Desain Produk

Desain produk adalah proses membuat konsep, menentukan, danjenis  mendokumentasikan suatu produk. Hal ini juga melibatkan penelitian pasar, menentukan target audiens yang tepat dan kemudian menciptakan produk yang bermanfaat, dapat digunakan, dan diinginkan.

Desain produk juga dapat dilakukan dengan brainstorming. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan ide dan konsep hingga akhirnya mengembangkan produk fisik akhir yang memenuhi kebutuhan spesifik dan berkomunikasi melalui desainnya.

Desain yang baik harus tampil stabil dan tahan lama tetapi juga terjangkau untuk produksi massal baik dari segi biaya produksi maupun memberikan pengembalian investasi yang positif bagi perusahaan yang memproduksinya.

Lantas, apa tujuan-tujuan desain produk secara spesifik?

Tujuan Desain Produk

Tujuan utama desain produk adalah untuk menciptakan sesuatu yang diinginkan orang. Kamu harus mempertimbangkan pengguna, tujuan mereka, dan konteks mereka, lalu merancang produk agar berfungsi dengan baik untuk mereka.

Desain produk juga memastikan penampilan yang lebih cantik, sehingga kamu bisa menggandakan atau bahkan melipatgandakan harga produk dan bisa meningkatkan keuntungan mereka.

Desain produk juga memiliki berbagai jenis yang perlu diketahui, apa saja jenisnya?

Jenis Desain Produk

Dalam dunia desain produk, ada tiga jenis desain yang berbeda, yaitu system design, process design, dan interface design.

Ketiga jenis desain ini membantu memastikan bahwa produk kamu aman digunakan dan semua orang yang menggunakannya akan memahami cara kerjanya.

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang jenis-jenis desain produk:

System Design

System Design berarti berfokus pada sistem dalam produk kamu. Jenis ini termasuk memilih bahan yang digunakan dan bagaimana bahan tersebut bekerja sama dalam sistem untuk menghasilkan kinerja dan karakteristik estetika yang unik.

Ini sangat ideal untuk desainer yang ingin memikirkan produk mereka dalam konteks dan merencanakan cara kerjanya dengan lingkungan sekitarnya.

Process Design

Process Design adalah serangkaian langkah yang diikuti perusahaan saat menciptakan sebuah produk.

Langkah ini memberi perusahaan cara untuk mengelola proses pengembangan dan meningkatkan kemungkinan produknya memenuhi kebutuhan pelanggan.

Interface Design

Interface Design mengacu pada cara kamu berinteraksi dengan produk. Sebagai seorang desainer, kamu perlu mempertimbangkan banyak hal sebelum menyelesaikan desain.

Salah satunya adalah Interface Design, yang menentukan kemampuan dan efisiensi setiap antarmuka pengguna.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai desain produk, semoga bermanfaat.

10 Ide Usaha yang Dapat Anda Mulai dengan Modal 500 Ribu

Tidak perlu punya banyak uang untuk membuat bisnis. Sekarang, Anda bisa membuat usaha kecil dengan modal Rp 500.000, lho.

Mengapa bisa begitu? Alat dan teknologi yang tersedia saat ini membantu Anda untuk memulai dan menjalankan usaha dengan cepat dengan modal sedikit. Dengan modal 500 ribu saja, Anda bisa menjalankan usaha dari rumah saja.

Nah, kira-kira ide usaha dengan modal Rp500.000 seperti apa yang bisa Anda lakukan? Yuk, kita cari tahu di artikel kali ini!

Usaha Kecil Dengan Modal 500 Ribu 

Online Seller

Credit Photo by Christin Hume on Unsplash

Anda bisa menjual produk dari pakaian jadi, aksesori HP dan laptop, ataupun buku dengan beroperasi secara mudah melalui online.

Tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk inventaris awal, Anda bisa membeli produk bisnis Anda secara online atau di toko grosir.

Untuk online store-nya, Anda bisa menggunakan : 

  • WhatsApp Business dan media sosial (Instagram, TikTok, Facebook)
  • Membuat website sendiri dengan menggunakan Shopify, Lakoo, Squarespace, dan sebagainya.

Jual Produk Digital

Anda punya kemampuan mendesain? Kalau begitu, manfaatkan skill Anda untuk mendapatkan cuan.

Bagi yang belum tahu, produk digital adalah produk yang hanya ada di digital atau tidak memiliki bentuk fisik. Misalnya, poster digital, banner, logo, kartu bisnis, template untuk media sosial, dan sebagainya.

Terdapat dua cara yang bisa Anda pilih. Pertama, Anda bisa menjual produk digital di salah satu platform, seperti Etsy

Anda hanya perlu mendesain sekali produk digital Anda, dan bisa menjualnya berkali-kali tanpa perlu mengirimkannya ke pelanggan Anda. Sebab, setelah membeli pelanggan akan mengunduh produk digital tersebut.

Kedua, Anda bisa menawarkan jasa pembuatan desain Anda di Fiverr, UpWork, Projects.co.id, ataupun Sribulancer.

Affiliate 

Credit Photo by Freepik

Affiliate marketing atau afiliasi adalah bisnis online dimana afiliasi mendapatkan komisi dari menjual produk orang atau perusahaan lain, dengan syarat pelanggan yang membeli produk tersebut harus menggunakan kode referral.

Hanya bermodalkan ponsel dan juga kreativitas membuat konten, Anda bisa mengajak orang lain untuk berbelanja dari link yang Anda bagikan. Anda bisa mendaftar menjadi afiliasi di Shopee, Tokopedia, Lazada, Accestrade, dan sebagainya.

Dropshipper

Jika Anda tidak memiliki uang yang banyak dan sebisa mungkin tidak mengeluarkan uang untuk beli barang, Anda bisa menjadi seorang dropshipper.

Jadi, dropship adalah adalah bisnis online dimana Anda menjual produk orang lain, Anda tinggal meneruskan pesanan produk yang kamu jual ke supplier, dan nantinya supplier akan mengirimkan produk tersebut ke pelanggan atas nama Anda.

Untuk mengaktifkan dan menjalankan toko menggunakan metode ini, yang perlu Anda bayar hanyalah langganan domain dan biaya yang terkait dengan penggunaan platform atau dropshipping. 

Anda bisa menjadi dropshipper di Jakmall. Bahkan, platform tersebut memiliki program Jakmall Dropship Afiliasi, yang mana Anda akan menjadi seorang afiliasi dengan sistem penjualannya seperti dropship.

Penerjemah 

Credit Photo by Rawpixel.com on Freepik

Jika Anda fasih berbahasa lain, Anda dapat dengan mudah memulai layanan terjemahan. Banyak permintaan dari komunitas medis, hukum, penerbitan, individu atau perusahaan lainnya mencari orang yang dapat menerjemahkan informasi dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia ataupun sebaliknya. 

Kemungkinan Anda hanya perlu mengeluarkan biaya awal, jika Anda membuka jasa di website. Tetapi, bila Anda mempromosikannya lewat media sosial tidak perlu mengeluarkan biaya di awal.

Jasa Transfer dan Top Up 

Sebagian besar masyarakat masih belum menggunakan m-banking, sehingga harus pergi ke ATM untuk berbelanja.

Dengan membuka jasa transfer dan top up saldo, Anda bisa memudahkan ibu-ibu yang ingin berbelanja online. Tips untuk melakukan jasa ini adalah memberikan tarif jasa sebesar 2 ribu hingga 5 ribu tiap sekali transfer.

Bisnis Thrifting 

Credit Photo by Emma Rahmani on Canva

Usaha kecil dengan modal sedikit lainnya ialah thrifting atau menjual barang bekas. Barang bekas seperti pakaian, sepatu, tas yang masih bagus bisa Anda jual kembali.

Anda bisa menjualnya secara online melalui media sosial dan platform marketplace, serta offline dengan mengikuti bazar thrift shop

Bisnis Cuci Sepatu

Modalnya kecil karena Anda hanya perlu membeli perlengkapan mencuci sepatu, sehingga membuat bisnis cuci sepatu ini bisa menjadi salah satu opsi untuk Anda.

Anda pun hanya perlu menawarkan ke teman-teman Anda ataupun melalui media sosial, sehingga tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak di awalnya.

Bisnis Crafting

Credit Photo by Kaboompics .com on Canva

Jika Anda kreatif dan memiliki keterampilan tangan, Anda bisa mencoba membuka usaha crafting. Ada bermacam-macam crafting yang bisa Anda buat, seperti aksesoris perhiasan, bros, kreasi dari kain flanel dan kain perca, atau mungkin dari bahan bekas.

Cukup dengan modal 500 ribu dan mempromosikannya melalui media sosial, Anda bisa menjalani usaha ini.

Jualan Voucher Game

Terakhir, Anda bisa membuka bisnis jualan voucher game. Anda bisa mengambil peluang dari berkembangnya industri game.

Banyak orang yang ingin menjadi pemain E-Sport artinya banyak gamers yang membutuhkan voucher game untuk meningkatkan kualitas permainannya. Sebab, ada beberapa quest yang membutuhkan item khusus yang hanya bisa dibeli dengan uang. 

Anda hanya tinggal mengeluarkan modal 500 ribu dan menjual kembali ke para gamers.

Itulah 10 ide usaha kecil dengan modal 500 ribu yang bisa Anda pakai untuk memulai usaha. Pertimbangkan baik-baik usaha apa yang ingin Anda lakukan. Semoga beruntung!

East Ventures Paparkan Potensi Genomik dan Pengembangannya di Indonesia

Perusahaan modal ventura yang berfokus pada sektor agnostik, East Ventures hari ini (16/2) meluncurkan white paper bertajuk “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future”. Bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Redseer Strategy Consultant, laporan ini memaparkan pemahaman komprehensif tentang peran genomik dalam memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.

Sebagian besar penduduk Indonesia yang saat ini berusia muda, diperkirakan menua dengan cepat dan berpotensi membebani infrastruktur kesehatan. Dalam rangka memitigasi potensi krisis kesehatan, genomik dapat menjadi alternatif dalam memberikan perawatan preventif dan solusi pengobatan yang tepat.

Genomik umumnya diterapkan dalam bidang kedokteran dan bioteknologi yang mengarah pada berbagai perawatan, terapi, produk, dan teknologi baru. Seiring perkembangannya, genomik berpotensi mentransformasi ekosistem perawatan kesehatan di Indonesia.

Dalam pidatonya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa  saat ini industri kesehatan di Indonesia masih tertinggal dari negara lain, terutama dalam hal peningkatan layanan kesehatan dan harapan hidup.

“Di sinilah bidang genomik dan pengobatan presisi berperan menawarkan pendekatan transformatif untuk mendiagnosis dan merawat pasien dengan mempertimbangkan susunan genetik unik setiap individu. Kementerian Kesehatan melihat ini sebagai peluang bagus, dan telah merancang enam reformasi besar dalam dunia kesehatan, termasuk bioteknologi,” ujarnya di acara yang bertempat di Hotel Mulia, Jakarta.

Sementara, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dalam keynote-nya, menyampaikan bahwa perkembangan genomik di Indonesia masih berada di tahap yang sangat awal. Maka itu, butuh kerja sama seluruh stakeholder untuk mewujudkan peta jalan pengembangan sektor ini.

Ada empat pilar kunci untuk mengembangkan bidang genomik secara optimal antara lain infrastruktur, investasi, sumber daya manusia, serta regulasi. Pilar-pilar ini menjadi krusial untuk memastikan manfaat genomik dan pengobatan presisi dapat terealisasi, serta terwujudnya saluran investasi untuk mendukung pertumbuhan bidang ini.

Infrastruktur kesehatan Indonesia disebut masih tertinggal dari negara-negara sebayanya, begitu pula menurut standar WHO. Hal ini menyisakan ruang untuk perbaikan. Ditambah lagi dengan penyakit sistemik dan populasi yang akan mulai menua pada 2030, maka Indonesia perlu bersiap dari sekarang.

Dana kelolaan hingga program akselerasi

Selain berperan sebagai alternatif solusi untuk memperpanjang umur manusia, inovasi di bidang genomik diperkirakan berpotensi mendorong pertumbuhan nilai ekonomi mencapai $100 miliar. Willson, dalam sesi diskusi panel membahas teknologi genomik juga mengungkap rencana dana kelolaan East Ventures yang berfokus pada sektor ini.

Sejak awal, East Ventures meyakini potensi teknologi genomik dalam merevolusi sistem dan infrastruktur kesehatan Indonesia. Ketika investasi terkait genomik masih relatif baru, East Ventures telah menunjukkan kepercayaannya sejak 2018 lewat portofolio di bidang genome sequencing, yakni Nalagenetics dan Nusantics.

Namun, regulasi yang belum jelas dinilai menghambat perkembangan genomik di suatu negara. Chief Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes Setiaji, mengungkap, pemerintah saat ini tengah mengembangkan regulasi terkait genomik dan bioteknologi. “Regulasi ini akan dikeluarkan pada saat teknologinya sudah masuk ke sandbox, kurang lebih 3-6 bulan setelah ini.”

East Ventures juga mengumumkan dukungannya bersama DTO Kemenkes melalui program inkubasi bagi startup dan inovator di bidang kesehatan bernama “Health Innovation Sprint Accelerator 2023 in collaboration with East Ventures”. Program ini bertujuan untuk memajukan kualitas kesehatan melalui inovasi di bidang healthtech dan biotech di Indonesia.

Ini merupakan program inkubasi untuk startup dan para inovator di bidang kesehatan. Program ini bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan melalui inovasi sektor Health-Tech dan Bio-Tech di Indonesia. Calon peserta bisa mendaftarkan diri untuk mendapatkan kesempatan pitching ide dan produk inovasi mereka kepada Pemerintah, Industri kesehatan, serta akademisi.

Program ini memiliki dua fokus utama. Pertama, healthtech dengan kategori Electronic Medical Record System, Healthcare Provider Management System, Health Management Solution, dan Health Wellness. Kedua, biotech dengan kategori Information Technology for support in precision medicine, Integrated Laboratory Information and Management System, serta pengembangan produk berbasis pengurutan genom untuk industri kesehatan atau biotech.

Program inkubasi ini bersifat gratis dan menawarkan akses pada jaringan kolaborasi multidisiplin dan pendampingan dari mentor dan ahli berpengalaman di bidangnya. Selain mendapatkan token apresiasi, peserta berkesempatan untuk menjadi rekanan Kemenkes dalam mengembangkan ekosistem bioteknologi kesehatan.

Facebook Marketplace Error? Ikuti 7 Cara Ini Untuk Memperbaikinya!

Facebook Marketplace adalah fitur pada Facebook yang bisa Anda manfaatkan untuk melakukan aktivitas jual-beli produk. Hanya saja seperti platform pada umumnya, terkadang Facebook Marketplace Anda bisa error atau tidak berfungsi.

Umumnya, masalah yang sering dihadapi pengguna saat Facebook Marketplace error adalah tidak bisa mengakses platform, tidak bisa mengirim pesan, akses dibatasi, dan sebagainya.

Sebagai penjual dan pembeli, tentunya akan merasa kerepotan bila Facebook Marketplace sedang mengalami gangguan. Jadi, yuk cari tahu mengapa Facebook Marketplace bisa error dan bagaimana cara mengatasinya!

Penyebab Facebook Marketplace Bisa Error

Terdapat beberapa alasan mengapa Facebook Marketplace bisa error, seperti : 

  • Belum berusia 18 tahun, karena platform ini hanya bisa diakses oleh pengguna yang berusia 18 tahun ke atas.
  • Anda mungkin mencoba mengakses Facebook Marketplace dari negara yang tidak mendapatkan akses. Berikut ialah list negara yang bisa mengakses Facebook Marketplace.
  • Akun Anda mungkin diblokir karena sebelumnya melanggar kebijakan Marketplace Facebook.

7 Tips Memperbaiki Facebook Marketplace Yang Error

Jika Anda tidak bisa mengakses Facebook Marketplace meskipun telah memenuhi semua persyaratan, coba ikuti tips mengatasinya berikut ini : 

Sign Out dan Sign In 

Pertama, cobalah untuk keluar dan masuk kembali akun Facebook Anda. Untuk melakukannya, klik ikon profil Anda, lalu pilih Keluar. Setelah itu, Anda bisa log in kembali.

Gunakan Browser Lain 

Jika Anda masih tidak bisa membuka Facebook Marketplace di Google Chrome, coba menggunakan browser lain seperti Mozilla Firefox, Safari di iOS/MacOS, Microsoft Edge, dan sebagainya.

Update Aplikasi Facebook Anda 

Facebook secara teratur merilis pembaruan aplikasi untuk memperkenalkan fitur baru, memperbaiki bug yang diketahui, dan meningkatkan kinerja aplikasi. 

Maka, terdapat kemungkinan bahwa Facebook Marketplace Anda error karena Anda tidak sempat meng-update aplikasi ke versi terbaru. Anda bisa mengeceknya di Google Play atau App Store.

Hapus dan Install Kembali Aplikasi Facebook Anda 

Cara berikutnya ialah menghapus aplikasi dan instal ulang kembali bila Anda menggunakan HP. Setelah menghapus dan menginstal ulang aplikasi Facebook, hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah log in

Bersihkan Cache Anda 

Berikutnya Anda bisa menghapuskan data cache Anda. Data cache merupakan data sementara dari aplikasi yang terpasang dan tersimpan di memori device

Jika device Anda memiliki banyak aplikasi, maka data cache Anda akan menumpuk sehingga bisa memperlambat kinerja device Anda. 

Untuk membersihkannya, Anda bisa mengklik ikon titik tiga di pojok kanan atas pada Google Chrome. Lalu, pilih More toolsClear browsing data atau bisa menggunakan shortcut Ctrl+Shift+Del.

Restart Laptop atau HP Anda 

Jika sejauh ini tidak ada yang berhasil, cukup me-restart laptop atau HP Anda. Cara ini sering kali cukup untuk menghapus sisa gangguan perangkat lunak dan mengatur ulang aplikasi.

Hubungi Facebook Support 

Jika cara-cara di atas masih gagal, Anda bisa menghubungi Facebook 24/7 Support. Anda dapat melakukannya dengan cara : 

  • Buka akun Facebook Anda.
  • Klik ikon profil Anda, lalu pilih Bantuan dan Dukungan.

  • Klik Laporkan MasalahAda MasalahSertakan di Laporan.

  • Tulis informasi tentang masalah yang Anda alami. Jangan lupa pilih Marketplace pada Pilih Bidang. Lalu, klik Kirim

Nah, itu dia alasan mengapa Facebook Marketplace Anda bisa error dan cara mengatasinya. Semoga artikel ini bisa membantu Anda untuk mengakses fitur ini dan bisa langsung menjual produk Anda. Jangan lupa baca tips menjual produk di Facebook Marketplace, ya!

Kami juga punya ebook panduan lengkap berjualan di Facebook Marketplace, cek detailnya di sini.

Eks Petinggi Tokocrypto dan Modal Rakyat Bergabung ke Startup Teknologi Imersif Aruvana [UPDATED]

*Update 17 Feb 2023: Pihak perusahaan memberikan koreksi atas informasi yang diberikan, bahwa Teguh Harmanda bergabung sebagai advisor, bukan co-founder

Startup pengembang teknologi imersif asal Yogyakarta, Aruvana, mengumumkan bergabungnya Teguh Kurniawan Harmanda (eks. Tokocrypto) sebagai Komisaris & Advisor dan Stanislaus MC Tandelin (Modal Rakyat) sebagai co-founder per Februari 2023. Kehadiran dua sosok ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam menggali potensi pengembangan industri teknologi imersif di Indonesia.

“Kami sangat senang menyambut Manda dan Stanis. Keduanya adalah sosok yang luar biasa dengan pengalaman yang luas. Keterampilan dan pemahaman mendalam yang mereka miliki terkait teknologi web3, blockchain, dan metaverse akan membantu mengembangkan strategi, mencapai target, memperluas relasi, dan memperkuat kehadiran Aruvana sebagai perusahaan teknologi imersif di taraf nasional bahkan internasional,” ucap Co-Founder & CEO Aruvana Indra Haryadi dalam keterangan pers, Kamis (16/2).

Teguh Harmanda atau lebih akrab disapa Manda memulai kariernya di bidang teknologi dan keuangan sejak 2010. Terakhir ia menduduki posisi COO Tokocrypto dan dipercaya sebagai Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO) sejak 2020.

Menurut Manda, Indonesia sangat responsif melihat peluang pengembangan metaverse, terbukti dengan meningkatnya adopsi teknologi baru dari berbagai kalangan. Untuk itu sebagai pelaku industri, perlu mengembangkan use case berbasis teknologi imersif yang multi-dimensional, sehingga nantinya berpengaruh terhadap banyak bidang dan masyarakat luas. Lebih lanjut, hal ini juga berpotensi meningkatkan transaksi digital ekonomi di Indonesia.

Aruvana akan mengambil peran untuk mendukung ekosistem industri teknologi imersif yang semakin baik di Indonesia. Lalu, siap membantu pemerintah merumuskan pengembangan teknologi metaverse dengan aturan yang sifatnya definitif, yang diharapkan dapat membantu menghasilkan roadmap atau blueprint pengembangan metaverse di Indonesia.

“Kami sangat antusias untuk mengedukasi pasar dan menjadi penggerak yang dapat mempercepat proses spesifik yang berkaitan dengan metaverse atau web3. Sebagai pelaku industri, kami akan mengembangkan use cases bagi banyak bidang sehingga dapat membantu membangun, mengembangkan dan mengokohkan industri metaverse secara global,” tambah Manda.

Sama seperti Manda, Stanis juga memiliki pengalaman yang mendalam di bidang keuangan, strategi bisnis, dan pengembangan startup digital. Posisinya terakhir adalah Co-founder dan CEO Modal Rakyat, kini sedang melanjutkan pendidikan master di sebuah universitas di Amerika Serikat.

Stanis menuturkan, berdasarkan penelitian, enterprise use cases terkait metaverse yang terbukti berjalan di Amerika Serikat selaras dengan pengembangan teknologi metaverse yang difokuskan oleh Aruvana selama ini. Di antaranya sektor gaming, corporate training, education, dan healthcare. Pendekatan penelitian ini, lebih lanjut akan membantu memaksimalkan langkah strategi bisnis Aruvana ke depannya.

“Saya sangat antusias untuk mengambil tantangan dan tanggung jawab baru ini di Aruvana. Kami memiliki tim yang telah berpengalaman sebelumnya di bidang Virtual Reality (VR) dan akan terus menghasilkan produk inovatif dengan cara baru, beragam, dan memperluas pertumbuhan metaverse dan manfaatnya di masa depan. Saya yakin dengan segala upaya yang kami kerahkan akan dapat membawa Aruvana ke ke level selanjutnya,” tutur Stanis.

Aruvana

Startup yang dirintis oleh Indra pada tahun lalu ini, berfokus pada penciptaan dan pengembangan produk kustomisasi berbasis Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Mixed Reality (MR) untuk semua industri, terutama di bidang kesehatan, keinsinyuran dan alat berat, pendidikan, e-commerce, dan hiburan. Indra sebelumnya juga mendirikan startup dengan fokus yang persis sama bernama Arutala.

Pada 5 Desember 2022, perusahaan mengumumkan kerja sama dengan PT Medika Brain Sejahtera untuk pengembangan produk terapi pasca-stroke dinamai VINERA (Virtual Neuro Engineering and Restoration). Kehadiran VINERA diharapkan dapat mempercepat perluasan solusi terapi pasca-stroke dengan teknologi VR.

VINERA dilengkapi dengan sistem gamifikasi sehingga pasien dapat melakukan latihan terapi secara mandiri tanpa bantuan profesional dan berulang dengan cara yang lebih menyenangkan. Pasien akan menjalankan serangkaian skenario latihan dengan berorientasi tugas yang dibalut dengan pendekatan game. Selanjutnya hasil latihan akan dipantau oleh terapis melalui jarak jauh secara teratur. Menggunakan teknologi VR, terapi pasien bisa berjalan lebih intens dan efektif dibanding terapi konvensional.

Mengutip data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, penyakit stroke merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di dunia dan menjadi penyebab kematian nomor satu dengan pembiayaan kesehatan yang paling mahal di Indonesia. Pada 2018, prevalensi stroke di Indonesia secara nasional sudah mencapai 10,9 per mil.

Perawatan khusus bagi pasien pasca-stroke dapat menjadi kendala bagi pasien kala akan berkunjung ke rumah sakit, ditambah tidak adanya pendamping profesional yang dapat menyebabkan terlewatinya proses terapi mandiri di rumah. Hadirnya VINERA dapat membantu pemulihan pasien stroke tanpa terbatas waktu dan tempat dengan pendekatan yang berbeda untuk mempercepat proses terapi mandiri tersebut.

Di tahap awal, VINERA dirancang untuk membantu pemulihan pasien stroke yang memiliki disabilitas pada tangan. Ke depannya, VINERA juga akan dikembangkan untuk berbagai macam jenis penanganan pasien pasca-stroke dari level ringan sampai berat yang disesuaikan berdasarkan assesement dari pendamping pasien atau terapis.

Sebelumnya Aruvana juga telah mengimplementasikan VR pada aplikasi telekonsultasi kesehatan, hasil kolaborasi dengan RS. Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya yang ditujukan untuk memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak korban kekerasan.

Penggunaan ruang virtual dalam konsultasi diharapkan akan memudahkan mekanisme penanganan kasus kekerasan dan seksual pada perempuan dan anak dengan mengedepankan perspektif korban. Pelapor atau korban dapat berkonsultasi dan melaporkan kejadian yang mereka alami dalam keadaan yang nyaman dan kondusif secara anonim, tanpa perlu khawatir privasinya terganggu. Telekonsultasi VR ini juga digunakan oleh tim kedokteran kepolisian Polda Jatim untuk melakukan proses pemeriksaan kejiwaan pelaku perempuan video asusila.

Outlook Foodtech 2023: Menyeimbangkan Strategi Brand Aggregator dan Unit Ekonomi Positif

Industri makanan dan minuman (F&B) saat ini terus berkembang, begitu pula dengan perilaku dan preferensi pelanggan. Terlebih di era digital, konsumen lebih terinformasi dan menuntut daripada sebelumnya, sehingga penting bagi pebisnis memahami dan beradaptasi dengan perubahan ini agar berhasil merebut pangsa pasar.

Salah satu tren terbesar yang membentuk perilaku pelanggan di industri F&B adalah aspek kesehatan. Pandemi membuat sebagian besar konsumen semakin tertarik untuk mengetahui bahan dan informasi gizi dari makanan yang mereka makan; dan banyak yang memilih pilihan yang lebih sehat, nabati dan organik.

Di sisi operasional,  pemain F&B yang memanfaatkan omnichannel juga harus mulai memiliki strategi menyeluruh untuk bisa memperluas layanan dan menambah opsi brand mereka. Apakah dengan cara akuisisi atau kerja sama strategis.

Omnichannel memperkuat bisnis F&B

Selain faktor kesehatan, konsumen saat ini juga mulai melihat menuntut kenyamanan, variasi, dan pengalaman yang dipersonalisasi. Untuk memenuhi tuntutan ini, banyak bisnis F&B telah mengadopsi pendekatan omnichannel.

Secara khusus omnichannel mengacu pada pengalaman berbelanja yang mulus dan terintegrasi di berbagai kanal, termasuk toko fisik, pengiriman online, dan aplikasi lainnya. Tujuannya untuk memberikan pelanggan pengalaman berbelanja yang konsisten dan kohesif, apa pun cara mereka memilih untuk berinteraksi dengan brand tersebut.

Menurut President Director Dailybox Group Kelvin Subowo, setelah 2 tahun pandemi, pemesanan melalui layanan pesan antar pun sempat stagnan. Hal tersebut dikarenakan karakter orang Indonesia yang lekat dengan kebersamaan, sehingga tidak dapat 100% mengandalkan strategi layanan pesan antar, terutama di kota tier 2 dan 3.

Selama pandemi, perusahaan mencatatkan 80% omzet penjualan Dailybox berasal dari layanan pesan antar makanan online.

“Menurut kami, pembelian produk F&B melalui layanan pesan antar bukan lagi sebuah tren musiman, tetapi sudah menjadi kebiasaan. Hanya saja frekuensinya tidak akan setinggi di masa-masa awal pendemi. Karenanya, presence offline juga tetap harus ditingkatkan,” kata Kelvin.

Ditambahkan olehnya, saat ini beberapa outlet Dailybox Group yang hanya berkonsep take-away atau grab&go, secara perlahan diubah menjadi konsep dine-in agar orang bisa datang langsung.

Dalam industri F&B, strategi omnichannel dapat membantu bisnis. Di antaranya  meningkatkan pengalaman pelanggan, dengan menawarkan berbagai cara untuk memesan, membayar, dan menerima makanan mereka, pelanggan dapat memilih opsi yang paling nyaman. Pendekatan tersebut juga dapat membantu bisnis menjangkau pelanggan baru dan meningkatkan penjualan dengan menawarkan variasi produk dan layanan yang lebih luas melalui berbagai kanal.

Menurut Co-Founder & President Hangry Andreas Resha, selama ini perusahaan terus melakukan eksplorasi berbagai kanal yang ideal. Saat ini fokus perusahaan adalah meningkatkan layanan secara online, yang diklaim oleh mereka terus mengalami pertumbuhan yang positif. Namun demikian, saluran offline seperti dine-in atau take away juga mulai menunjukkan pertumbuhan yang masif.

“Meskipun PPKM dicabut dan kantor dibuka kembali, daya tarik dalam channel pengiriman makanan secara online tetap kuat. Hal ini membuktikan bahwa pergeseran preferensi terhadap makanan dan minuman yang lebih praktis, mudah didapat, dan berkualitas baik bukanlah tren sementara atau musiman saja,” kata Andreas.

Hal lainnya yang juga memainkan peranan penting dalam penerapan omnichannel adalah teknologi. Teknologi berperan besar dalam membentuk perilaku pelanggan. Mulai dari pemesanan dan pengiriman online hingga aplikasi seluler dan program loyalitas.

Memanfaatkan aplikasi sendiri, Haus! brand yang berada dalam kategori New Tea & Boba, berharap bisa mendapatkan sekitar 25% dari 50% pelanggan online yang sudah ada saat ini.

Disinggung apakah ke depannya akan lebih banyak pelanggan yang melakukan pembelian dengan opsi pick-up atau offline, menurut Co-Founder & CEO Haus! Gufron Syarif, akan tetap ada pelanggan yang memilih untuk melakukan pembelian secara online, tetapi pilihan pick-up dan langsung ke konter diperkirakan juga makin meningkat.

Potensi brand aggregator

Dilihat dari tuntutan konsumen kepada kenyamanan, variasi, dan pengalaman yang dipersonalisasi, tren agregasi brand atau brand aggregator saat ini mulai banyak dilirik oleh pebisnis F&B. Dengan strategi tersebut, perusahaan mengelola beberapa brand makanan dan minuman, biasanya dari kategori produk atau masakan yang berbeda. Selain mengembangkan/menginkubasi unit bisnis sendiri, beberapa pemain melakukan strategi M&A.

Tujuannya agar bisa menawarkan produk dan layanan yang lebih luas kepada pelanggan. Ke depannya, tren agregasi brand di industri F&B diperkirakan akan terus berkembang, sebagai upaya bisnis untuk mencari cara baru yang inovatif untuk menjangkau pelanggan dan meningkatkan pangsa pasar mereka.

Menurut CEO Prasetia Dwidharma Arya Setiadharma, brand aggregator akan menciptakan nilai, jika ada beberapa proses bisnis yang dapat disederhanakan di seluruh brand. Dalam industri F&B, hal ini bisa berarti memusatkan central kitchen atau memusatkan tim pemasaran/branding. Jika tidak ada nilai yang diciptakan oleh proses agregasi, tidak akan berhasil dalam jangka panjang.

Prasetia Dwidharma sendiri saat ini telah berinvestasi kepada Haus! yang telah memperluas produk melalui sister brand “Hot Oppa” yang telah dirilis pada November 2022. Varian produk makanan ke depannya akan menjadi fokus perusahaan untuk meningkatkan growth store dan vertikal penjualan.

Dengan menggabungkan beberapa brand dan produk makanan dan minuman, bisnis dapat memenuhi permintaan dan menawarkan kepada pelanggan untuk semua kebutuhan makanan dan minuman mereka.

Menurut Kelvin, industri F&B di Indonesia saat ini sudah sangat saturated, sehingga dengan hadirnya brand aggregator dapat membantu brand yang ada untuk lebih berkembang dari sisi distribusi, produksi hingga pemasaran.

Untuk pasar seperti Indonesia, pelanggan sangat aktif menggunakan media sosial. Menurut Partner Vertex Ventures SE Asia & India Gary Khoeng, ke depannya masa depan brand aggregator akan lebih banyak memanfaatkan pertumbuhan di media sosial.

Omnichannel sebagai strategi diprediksi juga akan terus tumbuh dan kami melihat bahwa perusahaan akan fokus untuk mendorong pengalaman pelanggan yang konsisten dan terbaik di semua channel. Bisnis juga akan memperdalam kemampuan pengumpulan dan analisis data mereka untuk membuat keputusan berdasarkan data,” kata Gary.

Saat ini Vertex Ventures merupakan salah satu investor strategis yang mendukung pertumbuhan bisnis Dailybox Group. Tercatat pertumbuhan bisnis Dailybox tidak terhalang saat pandemi, pendapatan kotor mereka secara grup pada 2021 tumbuh cukup pesat. Prestasi ini pun membuat Dailybox Group dilirik oleh sejumlah investor dan akhirnya sukses mendapat pendanaan Seri A pada Juli 2021 di masa pandemi.

“Beberapa tahun ke belakang kami telah mengakuisisi brand yang memiliki storefront atau eksis di platform offline, seperti Breadlife dan Lu’miere. Ke depannya, kami akan memperkenalkan beberapa brand baru yang dapat menunjang strategi multi platform kami,” kata Kelvin.

Agar brand aggregator berjalan sukses, perusahaan harus terus mengevaluasi dan mengoptimalkan strategi agregasi brand mereka berdasarkan feedback pelanggan dan analisis data. Hal ini termasuk secara teratur memperbarui teknologi dan penawaran untuk memastikan bahwa layanan dan produk tetap relevan dan memenuhi perubahan kebutuhan pelanggan. Kesimpulannya, tren agregasi brand di industri F&B akan terus berlanjut di masa mendatang, karena bisnis berupaya memaksimalkan jangkauan mereka dan meningkatkan loyalitas pelanggan.

Unit ekonomi dan faktor pendorong VC berinvestasi

Industri F&B telah menjadi salah satu penunjang ekonomi global, dan dalam beberapa tahun terakhir, telah menarik investasi yang signifikan dari perusahaan modal ventura (VC). Dengan pertumbuhan industri, VC mencari peluang untuk berinvestasi dalam bisnis F&B yang menjanjikan dan memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Hal termasuk perusahaan yang memiliki rekam jejak pertumbuhan pendapatan yang terbukti dan strategi yang jelas untuk memperluas basis pelanggan mereka.

VC juga kerap mencari bisnis F&B dengan unit ekonomi yang kuat, artinya biaya produksi dan pengiriman setiap unit lebih rendah daripada pendapatan yang dihasilkan dari penjualannya. Hal ini memungkinkan bisnis untuk menghasilkan margin positif dan menginvestasikan kembali keuntungan ke dalam pertumbuhan dan ekspansi.

Menurut Arya, setiap brand perlu memahami unit ekonomi mereka. Apakah perusahaan sudah untung di tingkat toko?, toko mana yang tidak menguntungkan dan mengapa?, Berapa break-even sales and break-even unit?.

“Selama masa ekspansi, setiap brand harus bisa memberikan alasan mengapa lokasi yang diusulkan bagus. Data lokasi menjadi faktor penting sebelum berkembang. Merek perlu memahami apa demografi pelanggannya,” kata Arya.

Dalam industri F&B, unit ekonomi merupakan faktor penting dalam menentukan potensi pertumbuhan dan skalabilitas. Dilihat dari bisnis dengan strategi pertumbuhan yang jelas, penawaran inovatif, dan ekonomi unit yang kuat, VC dapat mengidentifikasi dan berinvestasi dalam bisnis yang memiliki potensi terbesar. Kesimpulannya, fokus pertumbuhan dan unit ekonomi merupakan pertimbangan utama bagi perusahaan VC saat berinvestasi di industri F&B.

Menurut Gary dari Vertex Ventures, bisnis foodtech yang didukung oleh VC pada umumnya terdiri dari komponen online dan offline. Model bisnis online berkembang sehingga VC tidak bisa menentukan target pertumbuhan atau unit ekonomi yang perlu dicapai oleh startup sebelum berinvestasi.

“Secara umum, apa yang kita lihat adalah tingkat pertumbuhan bulanan yang konsisten dan sehat, retensi pelanggan yang sehat dan margin kontribusi laba, jika pendiri startup mampu meminimalkan biaya variabel,” kata Gary.

Ditambahkan olehnya, biasanya layanan secara offline juga melengkapi layanan secara online. Saat pandemi melandai, akan mulai terlihat pelanggan kembali ke toko offline, tidak hanya untuk membeli makanan tetapi juga untuk pengalaman langsung saat menikmati hidangan di lokasi.

Metrik yang kemudian dilihat oleh VC dalam hal ini meliputi, jika terjadi pertumbuhan pendapatan penjualan yang konsisten per toko/restoran, pertumbuhan penjualan (%) per toko/restoran, berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap toko baru untuk mencapai break even dan mencapai profitabilitas, termasuk jumlah pengeluaran modal yang dibutuhkan untuk toko baru.

“Hal ini termasuk strategi distribusi makanan mereka, contohnya model central kitchen, apakah mereka mengoptimalkannya untuk skala ekonomi dan apa yang terjadi ketika mereka mencapai kapasitas maksimum, versus dapur individu di restoran, apakah operasinya dioptimalkan,” kata Gary.

Going Global: Privy’s Expansion Gets a Boost from New Strategic Investors

Privy has announced its collaboration with strategic partner Okta Ventures to strengthen its international market expansion. Okta Ventures participated in a $48 million Series C funding round for Indonesia’s digital trust company, led by global investment firm KKR. The investment and strategic engagement will enable Privy and Okta to expand their global reach.

Privy’s partnership with Okta and Auth0, which share its vision of a world where secure access to any technology is available to everyone, will provide certified digital identity with verified electronic certificates at the highest level of verification for Indonesian citizens. This will enhance the security of Okta and Auth0’s customers’ authentication and offer more seamless services.

A secure and reliable digital infrastructure is becoming increasingly important in today’s rapidly developing digital economy. Due to their anonymous and borderless nature, digital transactions demand trustworthy digital infrastructures such as a private cloud database, data encryption, digital identity verification, and certified digital signature. To minimize threat, digital identities should be verified independently by a trusted third party like Privy.

Privy’s CEO and Co-Founder, Marshall Pribadi, said, “Privy’s certified digital identity and digital signature with Okta and Auth0’s solution in managing secured yet seamless digital identity authentication will be a powerful tool in providing trust for parties who conduct their business digitally.”

Senior Director of Okta Ventures, Austin Arensberg stated that Okta Ventures is delighted to support Privy’s goal of ensuring the safety and legality of all electronic business and personal transactions. “We couldn’t be more excited to support the Privy team as they continue to innovate in customer identity and leverage Okta’s expanding Asia presence,” he added.

Starting in Australia, Privy will expand worldwide, following in the footsteps of its large verified user base of over 37 million in Indonesia as of December 2022. Privy is quickly becoming the most important strategic partner in Indonesia, thanks to its rapidly expanding user base. Privy’s partnership with Okta Ventures will help the company achieve its goal of going global and giving everyone secure access to any kind of technology.

 

 

 

 

 

Hindari Marketing Myopia Bila Ingin Bisnis Terus Bertumbuh!

Tentunya, setiap pebisnis ingin usahanya berkembang dan sukses. Meski untuk mengabulkannya perlu mengorbankan waktu dan tenaga. Tahukah Anda, salah satu bahaya terbesar yang dapat mencegah bisnis untuk mencapai tujuannya adalah marketing myopia?

Mengapa marketing myopia bisa menyebabkan bisnis gagal? Memangnya marketing myopia itu apa? Terus bagaimana cara menghindarinya?

Cari tahu lebih detail tentang marketing myopia dan cara menghindarinya pada ulasan berikut ini.

Apa itu Marketing Myopia

Marketing myopia adalah pendekatan pemasaran di mana perusahaan terlalu fokus memproduksi barang dan jasa dibandingkan melihat kebutuhan pelanggan. Istilah ini dikenalkan oleh oleh Theodore Levitt dalam makalah pemasaran Harvard Business Review tahun 1960.

Sederhananya, kondisi ini terjadi saat perusahaan lebih fokus pada proses bisnisnya untuk menjual produk yang sedang viral. Perusahaan tidak melakukan aktivitas product marketing dan juga services marketing yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan potensial.

Ini sering menyebabkan bisnis membuat keputusan yang tidak sesuai dengan kepentingan pelanggan mereka ataupun gagal memperhitungkan perubahan di pasar.

4 Penyebab Marketing Myopia

Tidak Memiliki Goals Yang Jelas dan Lebih Fokus Pada Produk

Penyebab paling umum adalah kurangnya pemahaman tentang apa yang sebenarnya diinginkan pelanggan. Ini bisa terjadi ketika bisnis terlalu fokus pada produk dan layanan mereka sendiri dan tidak memikirkan tujuan jangka panjangnya.

Jarang Melakukan Riset

Alasan mengapa bisnis kurang memahami kebutuhan pelanggan karena kurangnya melakukan riset. Bisnis percaya bahwa mereka sudah mengetahui semua hal tentang pelanggan dan pasar mereka. 

Kadang kala ketika bisnis sedang berada di puncak kesuksesan, mereka akan terlena dan tidak berpikir secara hati-hati. Padahal dengan melakukan riset, bisnis akan mengetahui trend yang sedang berlangsung dan memahami produk atau layanan yang dicari oleh pelanggan.

Keengganan Untuk Berinovasi

Ini salah satu penyebab bisnis gagal untuk mempertahankan eksistensinya di pasar. Bisnis sudah terlalu nyaman dengan produk dan layanan mereka saat ini dan tidak ingin beradaptasi dengan tren atau teknologi yang baru.

Strategi Marketing Yang Kurang

Ada beberapa bisnis yang masing mengandalkan satu strategi saja. Padahal ada berbagai macam strategi marketing yang bisa Anda gunakan untuk mempromosikan produk dan layanan Anda, serta dapat menjangkau calon pelanggan lebih luas lagi.

5 Tips Menghindari Marketing Myopia

Tentukan Tujuan Jangka Panjang

Jika marketing myopia terjadi karena bisnis hanya memikirkan tujuan jangka pendeknya, maka sekarang Anda juga perlu membuat tujuan jangka panjangnya.

Ketika bisnis Anda mempunyai tujuan jangka pendek dan panjang, Anda bisa mengukur keberhasilan yang diperoleh dan dapat mengetahui kira-kira strategi mana yang paling efektif untuk bisnis Anda. 

Prioritaskan Kebutuhan Pelanggan

Sebelum memproduksi barang, Anda harus melakukan riset untuk mengetahui apa yang sedang dibutuhkan oleh pelanggan. Sebab, kondisi pasar terus mengalami perubahan.

Untuk mengetahui kebutuhan pelanggan, Anda bisa menggunakan teknik voice of customer, lho. Intinya, Anda meminta feedback dari pelanggan dengan berbagai cara.

Berani Melakukan Inovasi

Jangan ragu untuk melakukan inovasi produk. Mungkin saja dengan adanya inovasi ini, Anda bisa mendapatkan pelanggan baru dan meningkatnya penjualan produk kepada pelanggan lama. Take a risk!

Gunakan Tools Competitive Intelligence

Credit Photo by Vectorjuice

Anda bisa mengikuti kompetitor yang memiliki niche yang sama dengan Anda dengan menggunakan strategi competitive intelligence. Competitive intelligence adalah praktik untuk memantau dan mengumpulkan data kompetitor Anda melalui cara yang legal dan etis.

Anda bisa melakukan social media monitoring dengan menggunakan Analisa.io atau Social Blade, menyiapkan Google Alerts untuk memantau brand tertentu. Ataupun situs seperti Crayon, SEMrush, dan Kompyte dapat Anda pakai saat melakukan strategi ini.

Mengoptimalkan Strategi Marketing

Last but not least, pahamilah bahwa saat strategi marketing Anda berjalan dengan baik, bukan berarti Anda tidak perlu mengoptimalkannya.

Apapun strategi marketing yang Anda gunakan tetap harus dioptimalkan, karena dapat meningkatnya profitabilitas bisnis, engagement pelanggan dengan brand, dan kesempatan bisnis untuk mengakuisisi calon pelanggan (leads) menjadi pelanggan yang membeli (sales lead).

Apakah bisnis Anda memiliki tanda-tanda seperti marketing myopia atau nggak? Apapun itu Anda bisa menerapkan tips di atas untuk menghindari kerugian yang bisa Anda dapatkan karena marketing myopia.