Cetaku Raih Pendanaan Awal dari IDN Media

Platform online Cetaku, yang membangun layanan print-for-free untuk mahasiswa, mengumumkan perolehan pendanaan awal dengan nilai yang tidak disebutkan dari IDN Media. Pendanaan disebutkan akan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan basis pengguna, ekspansi komunitas, perekrutan pegawai, dan pengembangan produk.

Cetaku didirikan oleh Antonius Chandra yang memulai usahanya sejak pertengahan tahun 2017 lalu. Konsep Cetaku sederhana, mahasiswa bisa mengirimkan tugas atau karya ilmiah mereka untuk dicetak oleh Cetaku secara gratis. Mengapa bisa gratis? Karena biayanya ditutupi pengiklan yang dapat berpromosi di halaman materi. Iklan dapat disesuaikan dengan kebutuhan brand dan profil mahasiswa.

Saat ini jatah pencetakan adalah sekali sebulan per mahasiswa, dengan satu dokumen terdiri dari minimal 25 halaman dan maksimal 160 halaman. Mahasiswa bisa menggabungkan beberapa karya ilmiah di satu berkas untuk kebutuhan pencetakan ini.

Diklaim saat ini Cetaku telah memiliki 50.000 mahasiswa yang telah bergabung dari 300 universitas di Indonesia. Cetaku juga menggagas skema duta mahasiswa untuk mendorong pengenalan brand.

Dalam rilisnya, Antonius mengatakan, “Kami berkomitmen untuk meningkatkan kehidupan dan pendidikan mahasiswa di Indonesia. Ini merupakan sebuah inisiatif produk kami. Penawaran produk kami berikutnya adalah Student Ambassador as a Service (SAaaS), di mana para siswa dapat mendaftar untuk memperoleh pengalaman kerja yang berharga sebagai duta brand untuk perusahaan-perusahaan besar di dalam kampus mereka. Bersama dengan IDN Media, kami sangat bersemangat untuk menyongsong masa depan dan yakin dapat membawa perubahan positif bagi Indonesia.

Duta mahasiswa Cetaku
Duta mahasiswa Cetaku

Sementara Co-Founder dan CEO IDN Media Winston Utomo menambahkan, “Kami sangat gembira dengan investasi ini. Visi kami mengenai masa depan Indonesia selaras dengan Cetaku dan kami juga melihat bahwa Cetaku akan menjadi sebuah platform yang sangat kuat dan berguna bagi mahasiswa di Indonesia. Dalam waktu singkat, Cetaku telah membangun sebuah platform yang revolusioner dengan basis pengguna yang mampu membuat perubahan positif bagi pembaca dan komunitas kami. Kami sangat antusias dan bahagia dengan Cetaku yang telah menjadi bagian dari keluarga kami.”

IDN Media sendiri merupakan salah satu startup media yang agresif dalam usahanya merengkuh pasar millennial dan perempuan muda. Dalam enam bulan terakhir IDN Media telah memperoleh pendanaan Seri B, membentuk IDN Creator Network, “mengakuisisi” tim dan konten Rappler Indonesia, dan membentuk media untuk segmen baru Popmama.

GDP Venture and PTB Venture Lead Investment for AI Startup Element Inc

Artificial Intelligence (AI) Startup, Element Inc, announces Series A funding of $12 million (about Rp171 billion) led by GDP Ventures and PTB Ventures. Also participating are some of Indonesia’s top-tier corporates, such as BCA (through its investment company, Central Capital Ventura), BRI (through its investment unit), Telkom Indonesia (through MDI Ventures), and Maloekoe Ventures (partner of Ayala Corporation, the Philippines).

David Fields, PTB Ventures’ Managing Partner and GDP Venture’s CTO On Lee will join Element Inc’s board of Directors. Pandu Sjahrir also continues his investment in this round.

Element Inc was founded by Adam Perold (Stanford’s graduate in product design) and Yann LeCun (machine learning expert) in the US. LeCun is a professor in NYU and previously was Facebook’s AI Research Director.

This startup develops and distributes mobile-based software platform creating a biometric identity. The company produces a thorough biometric solution that mostly used to build global vaccination platform. It allows initiate diagnose, gives identity source to the health services, and creates access for financial services.

“Our mission in Element is to provide an identity for billions of people in need. We want to build an efficient and inclusive public. Currently, the opportunity for digital transformation in Asia and Africa is very engaging. We are honored to be able to partner with these world-class companies,” Adam Perold, Element Inc’s CEO and Co-Founder, said in the release.

In Indonesia, Element Inc has built the operational team by recruiting Rizki Suluh Adi as the Head of Indonesia.

Martin Hartono, CEO of GDP Venture, said on this funding, “GDP is always open for global investment that can give a big impact on Indonesia’s development, world’s fourth-largest population. By investing in Element Inc, we spot a chance to advance Artificial Intelligence technology, particularly for digital identity safety to be implemented in various sector.”

“After years of operation, we’ve observed the well-known companies using Artificial Intelligence in Asia, US, Canada, and Europe. The end-to-end AI produced by Element for mobile and cloud is very unique,” On Lee, CTO of GDP Venture, added.

David Bangun, Telkom Indonesia’s Director of Digital & Strategic Portfolio, said, “Currently, Telkom has 180 million customers and business unit that provides national-scale IT infrastructure includes cloud, security, and broadband solution. With Element, we notice a big opportunity for partnerships that can give numerous advantage to our customers on a big scale.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GDP Venture dan PTB Ventures Pimpin Pendanaan untuk Startup Artificial Intelligence Element Inc

Startup Artificial Intelligence (AI) Element Inc mengumumkan perolehan dana Seri A sebesar $12 juta (sekitar 171 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh GDP Venture dan PTB Ventures. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini sejumlah korporasi ternama Indonesia, yaitu BCA (melalui perusahaan investasi Central Capital Ventura), BRI (melalui unit investasinya), Telkom Indonesia (melalui MDI Ventures), dan Maloekoe Ventures yang bermitra dengan Ayala Corporation (Filipina).

Managing Member PTB Ventures David Fields dan CTO GDP Venture On Lee akan bergabung di dewan direksi Element Inc. Investor Pandu Sjahrir juga melanjutkan investasinya di putaran kali ini.

Element Inc didirikan oleh Adam Perold (desainer produk lulusan Stanford) dan Yann LeCun (peneliti machine learning kenamaan) di Amerika Serikat. LeCun adalah Profesor di NYU dan pernah menjabat sebagai Direktur Facebook AI Research.

Startup ini mengembangkan dan mendistribusikan platform software berbasis mobile yang menciptakan identitas biometrik. Perusahaan ini memproduksi solusi biometrik dari hulu ke hilir yang banyak digunakan untuk membangun platform imunisasi global. Hal ini memungkinkan diagnosis awal, memberikan sumber identitas untuk penyedia jasa kesehatan, dan mendorong akses terhadap layanan finansial.

Menggunakan teknologi Element Inc yang tersedia dalam bentuk aplikasi mobile, identitas seseorang (pengenalan wajah, sidik jari, dan lain-lain) akan lebih mudah disimpan dan digunakan. Hal ini dapat mengubah bagaimana berbagai layanan, termasuk perbankan dan kesehatan, mengelola data konsumennya.

“Misi kami di Element adalah untuk memberikan identitas pada miliaran orang yang membutuhkannya. Kami ingin membangun masyarakat yang lebih efisien dan inklusif. Saat ini, kesempatan untuk melakukan transformasi digital di Asia dan Afrika sangatlah menarik. Kami merasa terhormat bisa bergabung dengan perusahaan-perusahaan mitra kelas dunia ini,” kata Co-Founder dan CEO Element Inc Adam Perold dalam rilis yang kami terima.

Di Indonesia Element Inc telah membangun operasionalnya dengan merekrut Rizki Suluh Adi sebagai Head of Indonesia.

Menanggapi pendanaan ini, CEO GDP Venture Martin Hartono berujar, “GDP selalu terbuka untuk melakukan investment global yang dapat memberikan dampak besar terhadap pembangunan Indonesia, negara yang memiliki populasi keempat terbesar di dunia. Dengan berinvestasi di element inc, kami melihat adanya kesempatan untuk memajukan teknologi Artificial Intelligence khususnya keamanan identitas digital yang bisa diterapkan di berbagai bidang di Indonesia.”

“Setelah bertahun-tahun beroperasi, kami telah memantau perusahaan-perusahaan ternama yang menggunakan Artificial Intelligence di Asia, Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa. Teknologi end-to-end AI yang diproduksi oleh Element untuk penggunaan mobile dan cloud sangatlah unik,” CTO GDP Venture On Lee menambahkan.

Director of Digital & Strategic Portfolio Telkom Indonesia David Bangun mengatakan, “Saat ini, Telkom memiliki 180 juta pelanggan seluler serta unit bisnis yang menyediakan infrastruktur TI berskala nasional, termasuk layanan cloud, solusi broadband dan security. Bermitra dengan Element, kami melihat banyaknya peluang kolaborasi yang akan memberikan sejumlah manfaat bagi pelanggan kami dalam skala besar.”

Source: Edi Taslim is Promoted as Kaskus’ CEO

Edi Taslim, a digital media industry veteran, is reportedly becoming Kaskus’ CEO. The appointment is to support Kaskus’ strategies to stay relevant in current tech industry. Taslim joined Kaskus through the strategic investment on the adtech company he founded, ProPS, on last November.

According to our previous report, Taslim joined GDP Venture to help Kaskus’ business development. In his LinkedIn page, he’s listed as Kaskus’ COO since December 2017.

After Ken Dean Lawadinata left in 2016, Kaskus is in absence of de facto leadership and as interim  led by On Lee, the CTO (for Kaskus and GDP Venture). Kaskus received strategic funding from GDP Venture in 2011.

Taslim is expected to lead this company sailing through this digital era. Kaskus, a UGC-based community service, has strong competitors in two sectors, media/social media and classified ads. Aside from forum, Kaskus also owns messaging product (Kaskus Chat), payment platform (Kaspay), and digital ads platform (Kaskus Ads)

Taslim has been in the media industry for quite some time. Before founding ProPS, he was working with Kompas Gramedia Group, with the last position as Digital Group Director.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Edi Taslim Disebut Kini Menjadi CEO Kaskus

Edi Taslim, veteran di industri media digital, menurut sumber terpercaya disebut kini telah memegang tampuk kepemimpinan tertinggi Kaskus. Naiknya Edi menjadi CEO bakal mendukung strategi-strategi Kaskus supaya tetap relevan dan berkembang di industri teknologi saat ini. Edi masuk ke Kaskus setelah perusahaan adtech yang didirikannya, ProPS, mendapat investasi strategis di bulan November lalu.

Dalam laporan terdahulu disebutkan Edi bergabung dengan GDP Venture untuk membantu pengembangan bisnis Kaskus. Laman LinkedIn Edi mencantumkan posisi COO Kaskus diemban sejak bulan Desember 2017.

Pasca hengkangnya Ken Dean Lawadinata di tahun 2016, secara de facto Kaskus tidak memiliki pemimpin perusahaan tetap dan secara interim kepemimpinan dipegang On Lee yang juga menjadi CTO (baik untuk Kaskus maupun GDP Venture). Kaskus mendapatkan pendanaan strategis dari GDP Venture di tahun 2011.

Kehadiran Edi diharapkan menjadi nahkoda baru yang memahami arah perusahaan digital seperti ini. Kaskus sebagai layanan komunitas berbasis UGC mendapatkan persaingan keras di dua area, media/media sosial dan iklan baris (classified ads). Selain forum, Kaskus juga memiliki produk messaging (Kaskus Chat), platform pembayaran (Kaspay), dan platform periklanan digital (Kaskus Ads).

Edi sendiri telah lama malang melintang di dunia industri media. Sebelum mendirikan ProPS, Edi berkiprah bersama Kompas Gramedia Group dengan posisi terakhir Digital Group Director.

It’s Official, Grab Confirms the Acquisition of Uber’s SEA Business

Grab and Uber officially announce a business merger in Southeast Asia. With this announcement, Uber will take 27,5 percent stake in Grab and Uber’s CEO, Dara Khosrowshahi, will join Grab’s board. The merger will be Grab’s new ammo to compete against Go-Jek in SEA market. Grab will be focused in O2O (online-to-offline) platform, fintech (payment and financial inclusion) platform, and to develop a leading food delivery services in the region.

Bloomberg reported just yesterday that Grab confirmed to acquire Uber business after rumors since last November. Both Grab and Uber are having Japan’s Softbank as lead investor.

Grab’s Group CEO and Co-Founder Anthony Tan said in the release:

“We are proud that the company founded in Southeast Asia has grown as the largest platform in which our services have become inseparable from daily activities of million consumers and provided employment opportunities for over 5 million people. Today’s announcement becomes a milestone of the new era. The merger will deliver new leaders in platform and cost efficiency in Southeast Asia. Along with Uber, we are now in a strategic position to realize our commitment in providing the best service for consumers. Consumer’s trust upon our brand transportation is driving us to move forward as a company: improving people’s lives through food delivery, payment, and financial services.”

Post-merger, Grab will expand GrabFood business across major Southeast Asia countries, including the acquisition of UberEats in the first half of 2018. For transportation, Grab is said to collaborate with government and public transportation to develop an integrated commuter system. Two examples including GrabCycle (bicycle) system and GrabShuttlePlus (on-demand bus) in Singapore.

Later, Grab will improve services in Grab Financial related to mobile payment,
microfinancing, insurance and other banking services, micro-entrepreneur, and SMEs in Southeast Asia. GrabPay’s role as e-wallet will be available in all major countries of Southeast Asia by the end of 2018.

Uber services in Southeast Asia is said to be available in the next two weeks, while UberEats (focused on food delivery), will be available until May 2018. Both companies will collaborate to facilitate the transition of driver-partner, customers, and merchant.

In Indonesia, Uber has partnered up with Tokopedia and BBM. It has also launched UberDelivery for package delivery.

According to an official release, some employees in Southeast Asia offices will be transferred to Grab.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Resmi, Grab Akuisisi Bisnis Uber di Asia Tenggara

Grab dan Uber resmi mengumumkan merger untuk bisnis di Asia Tenggara. Dengan merger ini, Uber akan memiliki 27,5 persen saham Grab dan CEO Uber Dara Khosrowshahi akan bergabung di dewan direksi Grab. Merger keduanya ini akan menjadi amunisi Grab untuk bersaing dengan Go-Jek di pasar Asia Tenggara. Grab akan fokus ke platform O2O (online-to-offline), platform fintech (pembayaran dan bantuan keuangan), dan ingin mengembangkan layanan food delivery terdepan di kawasan ini.

Bloomberg kemarin melaporkan bahwa Grab setuju mengakuisisi bisnis Uber setelah rumor tentang hal ini berseliweran sejak bulan November lalu. Baik Grab maupun Uber sama-sama mendapat dukungan Softbank Jepang sebagai investor.

Dalam rilis yang kami terima, Anthony Tan, Group CEO dan Co-Founder, Grab mengatakan:

”Kami bangga bahwa perusahaan yang didirikan di Asia Tenggara telah tumbuh menjadi platform terbesar di mana layanan kami telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas harian jutaan konsumen dan menyediakan kesempatan kerja bagi lebih dari 5 juta orang. Akusisi yang diumumkan hari ini menjadi tonggak dari dimulainya era baru. Penggabungan bisnis ini melahirkan pemimpin dalam platform dan efisiensi biaya di kawasan Asia Tenggara. Bersama Uber, kini kami berada di posisi yang semakin tepat untuk memenuhi komitmen kami untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Kepercayaan konsumen terhadap brand transportasi kami mendorong kami untuk terus maju sebagai perusahaan: meningkatkan kehidupan masyarakat melalui layanan pengantaran makanan, pembayaran dan keuangan.”

Pasca merger Grab akan mengembangkan bisnis GrabFood di seluruh negara-negara besar Asia Tenggara, termasuk dengan modal akuisisi terhadap UberEats, pada semester pertama 2018. Di sisi transportasi, Grab disebut akan berkolaborasi degan pemerintah dan operator transportasi publik untuk mengembangkan sistem komuter multimoda yang terintegrasi. Contoh pengembangan sistem ini adalah GrabCycle (sepeda) dan GrabShuttlePlus (bus on-demand) di Singapura.

Berikutnya Grab juga meningkatkan rangkaian layanan di Grab Financial yang meliputi pembayaran mobile, micro-financing, asuransi dan layanan keuangan lainnya bagi jutaan konsumen yang memiliki akses terbatas terhadap layanan perbankan, micro-entrepreneur, dan usaha modal kecil di kawasan Asia Tenggara. GrabPay sebagai dompet elektronik akan tersedia di semua negara besar Asia Tenggara paling lambat akhir tahun 2018.

Layanan Uber di Asia Tenggara disebut akan beroperasi hingga dua minggu ke depan, sementara UberEats (yang fokus di pengantaran makanan), akan beroperasi hingga bulan Mei mendatang. Kedua pihak akan bekerja sama untuk menjamin transisi mitra pengemudi, pelanggan, merchant, dan mitra pengantaran UberEats.

Di Indonesia, selain membangun layanan transportasi on-demand, Uber telah bermitra dengan Tokopedia dan BBM, serta mengembangkan sistem pengantaran barang UberDelivery.

Belum ada informasi apakah pegawai Uber di Asia Tenggara akan ditransfer ke Grab, ditransfer ke kantor operasional Uber yang lain, atau dilepaskan.

Update: Menurut rilis resmi Uber, sekitar 500 pegawai Uber di Asia Tenggara juga akan ditransfer untuk bekerja dengan Grab.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Situs Burger King Indonesia Diduga Terinjeksi Malware Crypto-Mining

Satu lagi situs Indonesia yang terkena injeksi malware crypto-mining. Setelah portal berita Berita Satu terkena injeksi malware yang menambang Monero di bulan November 2017, kami menemukan bahwa situs Burger King Indonesia mengandung injeksi malware crypto-mining.

Menurut pantauan berdasarkan tip yang kami terima, per tulisan ini dibuat, sisipan malware tersebut terletak di bagian footer dan mengarah ke situs Coinpot.co untuk menambang Dogecoin.

Seperti halnya malware yang disisipkan di Berita Satu, malware ini juga akan meningkatkan penggunaan CPU hingga di atas 100%. Begitu situs Burger King ditutup, CPU load akan kembali normal. Pihak Berita Satu saat itu menyebutkan injeksi tersebut dilakukan melalui iklan pihak ketiga.

Dogecoin adalah jenis crypocurrency yang awalnya dikenalkan sebagai bahan lelucon pada akhir 2013. Di awal tahun 2018, Dogecoin sempat mencapai kapitalisasi pasar tertinggi di angka $2 miliar, sebelumnya akhirnya kini berada di bawah $400 juta.

Penambangan cryptocurrency membutuhkan kinerja komputasi yang besar dan bahkan di kasus-kasus tertentu bisa membuat smartphone yang terjangkiti malware seperti ini bisa rusak. Di tahun 2014, fasilitas komputasi riset Harvard disalahgunakan untuk penambangan dogecoin.

Belum ada informasi apakah ada oknum pengembang internal yang menyisipkan malware ini atau diretas oleh pihak ketiga.

Bekraf Undang Startup Indonesia Jadi Wakil Archipelageek ke CeBIT Australia 2018

Bekraf memberikan kesempatan ke startup-startup terbaik Indonesia untuk menjadi wakil Archipelageek di ajang CeBIT Australia 2018 yang akan dilaksanakan 15-17 Mei mendatang. CeBIT Australia, yang berlokasi di Sydney, adalah salah satu event konferensi bisnis dan teknologi terbesar di Asia Pasifik. Penutupan pendaftaran Archipelageek akan dilakukan tanggal 22 Maret pukul 23.59 WIB.

CeBIT Austalia, sebagai bagian rangkaian CeBIT yang awalnya diadakan di Jerman, telah berlangsung sejak tahun 2001 dan fokus ke teknologi B2B. Di tahun 2017, CeBIT Australia mendatangkan 15 ribu peserta dengan lebih dari 230 pembicara dan 313 perusahaan peserta eksibisi. Termasuk sebagai pembicara di masa lalu adalah Mantan Kepala Pemasaran Facebook Randi Zuckerberg dan Pendiri Kaspersky Lab Eugene Kaspersky.

Bekraf mendorong startup Indonesia yang memiliki visi yang sesuai untuk berpartisipasi sebagai peserta eksibisi dengan syarat sebagai berikut:

(1) Memiliki badan hukum dengan legalitas usaha jelas dan memiliki NPWP Badan Usaha
(2) Kepemilikan WNI minimal 51%
(3) Melaporkan perkembangan transaksi bisnis sebagai hasil mengikuti acara ini per bulan pasca acara
(4) Memiliki kesiapan perangkat pemasaran (situs, katalog, kartu nama, banner, dan lain-lain)
(5) Memiliki kesiapan swadaya (menanggung sendiri biaya perjalanan dan akomodasi) selama event CeBIT Australia 2018 minimal untuk satu orang

Peminat bisa mendaftar melalui bit.ly/CEBIT-SYDNEY2018.

Setelah pendaftaran ditutup tanggal 22 Maret pukul 23.59 WIB, proses seleksi selanjutnya adalah:

  • Kurasi tahap I: 23-27 Maret 2018
  • Pengumuman lolos kurasi tahap I: 28 Maret 2018
  • Kurasi tahap II: 3 April 2018
  • Pengumuman lolos kurasi tahap II: 3 April 2018

GetCraft Perkenalkan Marketplace untuk Konten Kreatif

Seiring dengan semakin terbiasanya masyarakat berbelanja di layanan e-commerce, sistem online cart diadopsi untuk memudahkan konsumen, baik perorangan maupun korporasi, “berbelanja” berbagai macam hal, termasuk konten kreatif. GetCraft melihat tren ini dan hari ini secara resmi meluncurkan platform Marketplace untuk menjembatani discoverability industri kreatif di Asia Tenggara. Layanan Marketplace tersedia di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

GetCraft yang berbasis di Indonesia saat ini telah mengorganisir lebih dari 4000 kreator konten dan penerbit dan telah bekerja sama dengan lebih dari 250 brand. Secara total dalam tiga tahun terakhir mereka mengklaim total nilai proyek mencapai $10 juta.

Kehadiran Marketplace diharapkan menjadi jembatan antara kedua belah pihak untuk saling mengenal dan membuka potensi bisnis. Di sini kita menemukan berbagai jenis pembuat konten, termasuk yang berbasis video (YouTube), foto (Instagram), dan situs (media atau blog).

“Walaupun fakta bahwa brand dan agensi sekarang menargetkan lebih dari 50% populasi dunia melalui iklan online, ketika dalam proses pencarian dan perekrutan kreator berkualitas tinggi, tidak ada perubahan yang berarti. Ini yang kami harap bisa ubah, ketika apa yang sebelumnya membutuhkan waktu 2-3 minggu bisa dilakukan dalam 2-3 jam saja!” kata Co-Founder dan Group CEO GetCraft Patrick Searle.

Menggunakan platform Marketplace ini, brand bisa melihat dengan jelas siapa saja kreator konten yang dicari, tarif yang ditetapkan, dan apa yang bisa dijanjikan berdasarkan kategori yang diinginkan.

“Fitur hebat Marketplace kami adalah memberikan para pemasar estimasi biaya atau potensi pemirsa berdasarkan kreator konten atau mitra konten bersponsor yang mereka pilih. Klien kami bisa menggunakan kapabilitas ini untuk merencanakan kampanye pemasaran kontennya.”

GetCraft didirikan oleh Patrick dan Anthony Reza Prasetya. Reza kini menjadi CEO GetCraft untuk Indonesia. GetCraft telah mendapatkan pendanaan awal dari 500 Startups dan Convergence Ventures dan merencanakan untuk menggalang dana Seri A di tahun 2019 untuk membantu mereka mengglobal.

Pasar iklan digital Asia Tenggara

Menurut data eMarketer, yang dikutip dari Mumbrella, di tahun 2018 ini diperkirakan belanja iklan global di sektor online akan mencapai 48,8%, sebelum lewati batas 50% tahun depan. Menariknya, masih banyak potensi iklan digital di Asia Tenggara, karena realisasinya masih di bawah 30% di banyak negara. Bahkan di Indonesia sendiri angkanya masih belum menembus 20%.

Sejauh ini Google dan Facebook mendominasi pasar ini dan mereka telah memberikan gambaran yang jelas, dari sisi biaya dan ekspektasi jangkauan pemirsa, sehingga memudahkan brand untuk membuat strategi pemasaran. Hal ini yang coba didorong GetCraft dengan Marketplace-nya.

“Dengan membantu kreator dan pemasar saling memahami nilai konten [melalui Marketplace], kami berharap bisa mendorong terjadinya ‘ledakan Cambrian’ di industri kreatif,” ucap Patrick.