Go-Jek Akuisisi LeftShift India untuk Perkuat Tim Aplikasi Mobile

Go-Jek mengumumkan akuisisi terhadap LeftShift, sebuah konsultan pengembang aplikasi mobile yang berbasis di India. Dengan akuisisi, atau lebih tepatnya acqui-hire ini, para pengembang LeftShift akan bergabung dengan Go-Jek Engineering India yang berpusat di Bangalore. Hal ini bakal menambah kembali jajaran pekerjaan teknis yang “diekspor” ke India.

LeftShift sebelumnya merupakan konsultan Go-Jek dalam pengembangan aplikasi mobile. Managing Director Go-Jek Engineering India Sidu Ponnappa dalam pernyatannya mengungkapkan Go-Jek telah menjadi klien Leftshift selama setahun terakhir dan menyanjung Leftshift dalam jajaran pengembang aplikasi mobile terbaik di negara tersebut.

Go-Jek bukanlah satu-satunya startup Indonesia yang menggunakan jasa LeftShift. Tokopedia juga masuk ke dalam jajaran portofolionya.

Seperti dikutip dari e27, Pendiri dan CEO Leftshift Sudhanshu Raheja dalam pernyataannya mengungkapkan, “Peluang dan tantangan di Go-Jek sangat luar biasa. Memahami cara kerja operasionalnya, kami tahu bahwa sumberdaya dan teknologi kami bakal menjadi komplemen dan mengakselerasi pengembangan produk Go-Jek.”

Tidak pernah akuisisi layanan pengembang di Indonesia

Go-Jek setidaknya sudah 3 kali mengakuisisi layanan konsultan teknologi (dan satu layanan teknologi kesehatan) di India, sedang di Indonesia kemungkinan besar dia baru mengakuisisi sebuah pemilik lisensi e-money. Mengapa mereka memilih mengembangkan tim teknis di India dan tidak mengakuisisi konsultan lokal?

Dengan track record Go-Jek yang sebelumnya juga pernah menggandeng sejumlah konsultan lokal saat pengembangan aplikasi Go-Jek di masa awal, bisa jadi ada standar tertentu yang sayangnya tidak cocok dengan Go-Jek. Entah itu kualitas pekerjaan ataupun harga yang perlu dibayar, pendirian Go-Jek Engineering India merupakan sinyalemen kuat bahwa pekerjaan-pekerjaan teknis tersebut tidak akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat.

Application Information Will Show Up Here

Deals@DS Minggu Ini (4 – 10 November 2016)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Singapura Dipastikan Jadi Persinggahan Pertama Amazon di Asia Tenggara

TechCrunch dalam tulisannya hari ini menginformasikan bahwa Amazon siap memulai layanan e-commerce-nya di Asia Tenggara dengan meluncurkan layanan di Singapura awal tahun depan. Singapura bakal menjadi pertempuran awal Amazon dan Alibaba di Asia Tenggara, setelah Alibaba mengakuisisi Lazada awal tahun ini dan hari ini Lazada mengakuisisi layanan online grocery Singapura RedMart. Lalu bagaimana dengan rencana Amazon memasuki pasar Indonesia?

Di bulan Juni, Chairman idEA Daniel Tumiwa (saat itu) mengemukakan rencana awal Amazon untuk memasuki pasar Asia Tenggara. Sumber kami pun menyebutkan:

Proses Amazon memasuki Asia Tenggara akan dilakukan secara berangsur-angsur selama 1-2 tahun mendatang. Awalnya Amazon akan membuka layanan di Singapura, kemudian meluas ke negara-negara lain di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Meskipun belum aktif, kami memastikan bahwa domain Amazon.co.id dan Amazon.id memang sudah dimiliki perusahaan yang didirikan Jeff Bezos dan berbasis di Seattle ini.

Secara total, diklaim modal awal Amazon untuk berekspansi di kawasan ini senilai $2 miliar, dengan $600 juta akan dipusatkan untuk membuka pasar Indonesia, setidaknya untuk tahun pertama. Sekitar $85-160 juta akan dipusatkan di Filipina yang mulai menggeliat, sementara dana sisanya dibagi-bagi di 4 negara lainnya.

Sejauh ini belum ada yang misleading dengan informasi tersebut. Singapura bakal menjadi persinggahan pertama karena pasarnya yang relatif kecil dan secara ekonomi sudah selevel dengan negara-negara maju. Kemudian secara berangsur-angsur mereka bakal memperluas pasar ke negara-negara lain di kawasan, persis sama dengan strategi Lazada, yang didukung Rocket Internet, saat membuka operasionalnya tahun 2012 lalu.

Meskipun sumber Techcrunch menyebutkan saat ini Amazon fokus untuk berekspansi di Singapura saat ini, informasi yang berseliweran di kalangan pemain industri lokal menyebutkan mereka sudah mengetahui bahwa tim Amazon ASEAN yang berbasis di Singapura sudah mulai scouting mencari mitra merchant di Indonesia.

Pemain lokal mengaku sudah siap jika terlibat peperangan dengan para “gajah” karena mereka (lebih) mengerti apa yang dibutuhkan konsumen di Indonesia.

Operasional Amazon Global Selling di ASEAN (dan ANZ) bakal dipimpin Puneesh Kumar yang sudah 6 tahun bekerja untuk Amazon, sementara pengembangan bisnis di kawasan ini bakal dipimpin Steven Scrive.

Convergence Ventures Siapkan Dana Baru 391 Miliar Rupiah untuk Berinvestasi di Startup Indonesia

Convergence Ventures yang berbasis di Indonesia mengumumkan putaran dana baru yang bernilai total $30 juta atau sekitar 391 miliar Rupiah. Dana itu disebutkan melebihi ekspektasi awal dengan investor pendukung (limited partner) mencakup VC global dan institusi Asia, termasuk Garena dan EMTEK. Dana tersebut bakal dialokasikan untuk pendanaan tahap awal 30 startup Indonesia di sektor digital. Partner Y Combinator Justin Kan dan Pendiri IDG Ventures India Manik Arora bergabung dalam dewan penasihat perusahaan.

Dua tahun lalu, perusahaan investasi yang digawangi Adrian Li dan Donald Wihardja ini menyediakan $25 juta yang akhirnya dibagikan ke 17 startup. Beberapa di antaranya telah mendapatkan dana lanjutan, misalnya Qraved dan Paktor.

Adrian, dalam rilisnya, mengatakan, “Convergence Ventures bertujuan untuk mengembangkan dan membantu entrepreneur lebih dari hanya sekedar modal yang kami investasikan untuk menjadikan perusahaan tersebut pemimpin di pasar Indonesia dan juga pasar ASEAN. Contohnya, tahun ini saja tim rekrutmen kami telah menempatkan 15 posisi penting di perusahaan portfolio.”

“Sebagai pasar yang paling besar di ASEAN, kami percaya bahwa Indonesia akan perlahan menjadi titik perhatian dari peluang internet dan mobile di tingkat regional. Dengan perencanaan dukungan pemerintah dan inisiatif pengusaha dan investor, kami percaya perkembangan industri ini akan terus melejit,” tambah Donald.

Kepada DailySocial, pihak Convergence Ventures siap menggunakan pendanaan baru ini berinvestasi ke 3 startup lagi tahun ini dan menggenapkan angkanya menjadi 20 startup.

4 Workshop untuk Meningkatkan Kualitas Startup Fintech Anda

Mulai dari dompet digital dan platform crowdfunding, sampai penasihat keuangan atau perencanaan pensiun yang berupa robot, industri teknologi finansial saat ini sudah berkembang dengan pesat. Pertumbuhan dan permintaan layanan fintech (financial technology) mengakibatkan banyaknya perusahaan baru mencari kesempatan untuk memasuki bisnis ini.

Untuk lebih mengenal dan memahami informasi tentang apa yang bisa dunia fintech berikan, mari kita alihkan pandangan kita ke 4 orang berikut; Vidit Agrawal (UBER), Rahmat Broto Triaji (Bank Mandiri), Samuel Hall (StartupBootCamp Fintech), and Dondi Hananto (Unitus Impact); masing-masing memiliki keahlian di bidangnya untuk berkontribusi ke dunia startup dan fintech.

Finspire: Frontrunners 2016 (dipersembahkan Mandiri Capital Indonesia dan diselenggarakan oleh e27) akan menjembatani keempat pembicara ini. Mereka akan menuntun workshop mereka sendiri dan membagikan ilmu, pengalaman, dan juga pandangan tentang bidang yang mereka yang mereka kuasai dan fintech.

1. Vidit Agrawal, Strategic Vehicle Partnerships APAC, Uber

Vidit Agrawal memegang keistimewaannya sebagai karyawan Uber pertama di Asia. Saat ini, Vidit bertanggung jawab untuk meningkatkan kerja sama perluasan armada Uber dan juga bertanggung jawab untuk pertumbuhan bisnis.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan penjelasan tentang siklus perkembangan bisnis (business development cycle), dari outreach sampai pengembangan dan formalisasi sebuah kerja sama. Belajar untuk membangun dan mengelola sebuah alur pengembangan bisnis, menegakkan apa yang membuat perkembangan bisnis dan juga perkembangan tim menjadi lebih baik, dan juga lebih mengenal bahwa perkembangan bisnis teknologi berbeda dengan industri lain.

2. Rahmat Broto Triaji, SVP of Digital Banking and Financial Inclusion Bank Mandiri

Rahmat telah memegang bermacam-macam posisi di Bank Exim sebelum pindah ke Bank Mandiri pada tahun 1999. Sejak itu, Rahmat telah menjabat sebagai Product Manager, Vice President, dan juga e-Banking Head Group sebelum memegang posisinya saat ini.

Workshop: Di workshop ini, Rahmat akan mengajak anda melihat pengalaman nya di dunia fintech di Indonesia. Rahmat akan membagikan apa yang Bank Mandiri dan MCI cari dalam fintech dan juga akan membagikan pandangannya tentang masa depan fintech di Indonesia dan bagaimana bank berperan dalam memberikan manfaat bagi startup fintech.

3. Samuel Hall, Program Director, Startupbootcamp FinTech Singapore

Samuel adalah seorang mentor dan penasihat untuk startup tahap awal dan tahap lanjutan, yang berfokus pada validasi model bisnis, pengembangan produk dan strategi go-to market.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan pemahaman secara umum tentang ekosistem fintech di Asia Tenggara, mulai dari membentuk pemain-pemain andalan sampai bermacam-macam definisi di dunia fintech. Dapatkan pelajaran dan pandangan dari pengalaman Startupboocamp bermitra dengan perbankan.

4. Dondi Hananto, Early Stage VC, Unitus Impact

Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di industri fintech, Dondi adalah bankir yang sekarang menjadi investor. Dondi telah mendanai bermacam-macam startup di Indonesia, aktif dalam pembangunan ekosistem kewirausahaan Indonesia, dan juga mendanai perusahaan di tahap awal.

Workshop: Di workshop ini, Dondi akan menyajikan pandangan seorang investor/venture capitalist tentang industri fintech dan membagikan metode bagaimana agar pitching startup fintech Anda untuk menarik perhatian para investor.

Ikuti Finspire: Frontrunner 2016 secara gratis tanggal 7 November 2016, mulai jam 8 pagi sampai jam 7 malam di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis, Indonesia.

Tertarik untuk memahami lebih lanjut? Lihat agenda lengkapnya di sini.

Anda berpikir untuk berkompetisi di Finspire: Frontrunners? Cari tahu bagaimana (Psst.. tidak dipungut bayaran untuk berpartisipasi*)

Detil hadiah adalah sebagai berikut:

Hadiah Finspire: Frontrunners
Hadiah Finspire: Frontrunners

*Semua pelamar akan diperiksa untuk memenuhi kriteria yang telah ditentukan


Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan e27 yang disponsori MCI. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

e27 adalah organizer FINSPIRE: Summit 2016

GDILab Kembali Umumkan Perolehan Pendanaan

Layanan analisis media sosial GDILab mengumumkan perolehan pendanaan kembali dari investor strategis yang tidak disebutkan namanya. Hanya disebutkan bahwa investor tersebut adalah CEO perusahaan IT besar di Indonesia. Ini hanya berselang sebulan dari pengumuman perolehan investasi serupa dari Andy Zain. Selain itu, Komisaris Utama Billy Boen kini berperan aktif di perusahaan sebagai CEO.

GDILab didirikan oleh Billy Boen, Jefri Dinomo, Masas Dani, dan Yopie Suryadi pada bulan Desember 2013. Pada awal kemunculannya GDILab sudah menghasilkan beberapa deretan produk analitik, yakni Polaris (Facebook-Twitter Analytics), Iris (Instagram Analytics), dan juga GNEWS.

Di tahun 2015, GDILab melakukan spin off terhadap GNEWS untuk berdiri sendiri sebagai perusahaan. Selepas spin off tersebut, pada Mei 2016 Yopie dan Masas full exit untuk fokus di GNEWS sebagai CEO dan CTO.

Billy Boen dan Jefri Dinomo tetap bertahan GDILab dan kini masing-masing menjadi CEO dan VP Product.

Perolehan investasi tersebut bakal digunakan untuk memperkuat tim engineer untuk mempercepat pengembangan produk analitik digital yang telah ada di pipeline hingga tahun 2017.

“Kami berterima kasih dan sangat bangga karena GDILab kembali berhasil dipercaya oleh seseorang yang sangat berpengalaman dalam membangun dan mengembangkan perusahaan di bidang IT hingga beromzet triliunan Rupiah. Atas kepercayaan yang diberikan kepada GDILab pula, per 21 Oktober 2016 lalu dengan persetujuan seluruh pemegang saham, saya telah memutuskan untuk turun gunung. Saya tidak lagi menjabat sebagai Komisaris Utama, tapi sekarang saya adalah CEO di GDILab,” ujar Billy.

Menyelami Transformasi CekAja Menjadi Layanan E-Commerce Finansial

Dimulai sebagai layanan pembanding produk finansial, CekAja yang berdiri sejak tahun 2014 kini berkembang menjadi layanan e-commerce finansial terdepan di Indonesia. Induk perusahaannya, C88, baru saja mencatat pendanaan Seri B yang dipimpin Telstra Ventures. C88 kini memiliki operasional di Indonesia dan Filipina.

Di kantor CekAja, yang satu kompleks dengan Kejora Ventures, salah satu investor awalnya, kami berkesempatan berbincang dengan Group CEO C88 J.P. Ellis dan CEO CekAja Indonesia Denny Dilham.

Denny baru sekitar empat bulan bergabung dengan perusahaan setelah sebelumnya sempat 12 tahun berkecimpung di dunia perbankan. Denny menyebutkan dengan berbagai pertimbangan, termasuk konsultasinya dengan mentor-mentor di sektor perbankan, perubahan ke arah digital adalah keniscayaan. Berbeda dengan bank yang highly regulated, startup fintech memiliki wadah untuk berkembang dengan lincah.

Pasca perolehan Seri B

Ellis menyebutkan bahwa tahun ini tidak banyak startup yang memperoleh pendanaan Seri B atau late stage lainnya. Telstra Ventures sendiri merupakan investor Snapchat. Investasi ini dianggap sebagai pintu untuk menjangkau pasar dan membantu masyarakat.

Ellis menceritakan bahwa pasar Indonesia jauh lebih kompetitif dibanding Filipina. Selain pasarnya lebih besar, inovasi fintech di Indonesia juga jauh lebih kencang. Meski awalnya menjadi layanan pembanding produk, jelas CekAja akan lebih leluasa jika mampu menjual produk-produk finansial tersebut secara langsung.

Dibanding para pesaingnya, CekAja memiliki keunggulan karena sudah bekerja sama dengan berbagai macam institusi, termasuk asuransi. Melalui anak perusahaannya Premiro, mereka mengklaim sebagai layanan fintech berbasis online pertama yang memiliki izin broker asuransi dari OJK.

C88 sendiri telah mengakuisisi Think Tank Software Lab, sebuah perusahaan pengembang sistem fintech yang berbasis di Filipina. Think Tank didirikan oleh co-founder Check24, salah satu layanan e-commerce finansial di Jerman. Pimpinan Think Tank kini juga menjadi Chief Product dan CTO di dalam grup C88.

Sebagai sebuah layanan e-commerce finansial, perekrutan Denny adalah untuk membantu CekAja meyakinkan bank bahwa mereka adalah kanal penjualan yang mampu mendorong transaksi yang signifikan.

Denny mengatakan, “[Saat ini] Untuk beberapa bank rata-rata kontribusi [CekAja] mencapai 2-3% untuk unsecured product [kartu kredit dan KTA]. We are developing our capability on KPR and KKB [Kredit Kendaraan Bermotor].”

Khusus untuk klien-klien bank yang penting, Denny menyebutkan CekAja sudah menyumbang 5-7%.

Pasca perolehan pendanaan Seri B, CekAja sedang mengembangkan kemampuan untuk mengelola secured product (KPR, KKB, multifinance), termasuk memberikan alternatif bagi jenis konsumen yang biasanya ditolak bank. Tingkat penolakan bank ternyata cukup tinggi, mencapai 75%.

Sektor lain yang bakal dirambah CekAja ada investasi. Tak cuma soal produk-produk investasi konvensional, CekAja terbuka untuk bermitra dengan berbagai layanan investasi, termasuk peer-to-peer lending. Produk investasi ini bakal mulai tersedia per akhir tahun.

Inovasi dan kemitraan agen offline

Ellis menyebutkan CekAja tidak hanya sekedar mengusung inovasi di sektor finansial secara teknis. Ada beberapa inovasi lain yang dikembangkan, seperti inovasi model bisnis, model pricing, kontrak struktur legal, dan agen penjualan berbasis digital (digital selling agent / DSA).

DSA diklaim merevolusi cara berjualan produk-produk finansial. Sebelumnya, dikenal 3 macam cara berjualan, yaitu membuka banyak cabang, menggunakan agen penjualan pihak ketiga, atau menggunakan agensi penjualan tersendiri. Kebanyakan bank memilih penggunaan agen penjualan, sementara bank bermodal besar mampu membuka banyak cabang. DSA dianggap lebih efektif dan lebih aman karena proses dilakukan secara digital.

Tim manajemen CekAja / CekAja
Tim manajemen CekAja / CekAja

CekAja juga memiliki model bisnis afiliasi, misalnya bekerja sama dengan penyedia marketplace perumahan untuk memudahkan pengajuan KPR menggunakan widget yang telah disediakan.

Menurut Denny, CekAja juga mulai merambah segmen offline dengan bekerja sama dengan agensi penjualan pihak ketiga. Seperti halnya agen Kudo yang membantu orang membeli barang secara online, agen ini juga bakal membantu konsumen untuk memahami produk-produk yang dijual CekAja. Penjualan sendiri tetap dilakukan secara online.

Konsep ini sudah mulai dijalankan akhir Agustus ini di Jakarta dan targetnya sudah beroperasi di tujuh kota besar pada akhir tahun ini. Harapannya setelah konsumen mencoba membeli dibantu agen offline, kemudahan dan keamanannya akan mendorong konsumen melakukan transaksi kedua secara langsung.

Pasar lain yang juga ditarget CekAja adalah korporasi dan komunitas. CekAja merambah pasar korporasi dengan skema B2B2C, misalnya membantu pegawai perusahaan yang bekerja sama untuk meminjam uang.

CekAja juga membantu bank melakukan penjualan produk finansial secara online. Contohnya bersama BRI meluncurkan microsite BRI-CekAja. Proses pemasaran microsite ini dikelola CekAja. Tak cuma produk pinjaman konsumsi, di microsite ini CekAja juga menawarkan pinjaman produktif untuk UKM. Di sisi lain, bank lebih mudah berinovasi secara online, tanpa perlu “merecoki” tim IT yang prosesnya bisa berbulan-bulan.

Pangsa pasar

Menurut Ellis, ada tiga faktor yang menjadi pendukung layanan e-commerce finansial. Mereka adalah penetrasi internet, demografi penduduk, dan pertumbuhan produk finansial. Tiga hal diyakini sudah dipenuhi oleh Indonesia untuk mendorong pertumbuhan fintech, khususnya layanan e-commerce finansial.

Disebutkan bahwa di tahun 2020, dengan model bisnis DSA yang dijalankan CekAja, mereka memprediksikan potensi perolehan komisi yang diperebutkan untuk sektor perbankan mencapai $2,8 miliar, sedangkan untuk sektor asuransi mencapai $3,7 miliar.

Layanan Grocery Online KeSupermarket Mulai Beroperasi

Setelah sekian lama menggandeng HappyFresh sebagai mitra penjualan secara online, kubu Ranch Market dan Farmers Market (Supra Boga Lestari) meluncurkan layanan grocery online sendiri bernama KeSupermarket dengan menggandeng Kresna Graha Investama sebagai mitra. Untuk urusan logistik, KeSupermarket bekerja sama dengan Deliveree. Meskipun mengembangkan kanal penjualan online sendiri, sejauh ini mereka masih tersedia di daftar toko partner HappyFresh.

Pembangunan KeSupermarket diinisiasi 4 Mei yang lalu dan memang ditargetkan untuk beroperasi kuartal ketiga tahun ini. Selain Kresna, yang saat ini memang getol bermain di ranah teknologi, KeSupermarket menggandeng Deliveree sebagai mitra logistik dan Bank Mandiri sebagai mitra pembayaran.

Martin Setiadarma, GM E-commerce Supra Kreatif Mandiri, perusahaan patungan pengelola KeSupermarket, dalam rilis pers peluncuran KeSupermarket mengatakan, “Kami memastikan bahwa konsumen kami tidak perlu menunggu lama barang belanjaannya sampai di depan pintu rumah mereka. Kami menawarkan dua pilihan jasa layanan antar: “Express” untuk layanan antar maksimal satu jam dan “Regular” untuk layanan antar maksimal satu hari. Kami berupaya agar para online shopper kami dapat merasakan pengalaman berbelanja yang sama bahkan lebih baik dibandingkan dengan berbelanja secara offline.”

“Kami memahami bahwa online shopper sekarang ingin dapat langsung menikmati barang belanjaan mereka secara langsung; hal ini seringkali menjadi suatu tantangan. Kami ingin memperkecil gap antara belanja offline, di mana konsumen dapat langsung menikmati produk setelah selesai berbelanja. [Sebelumnya] dengan belanja online konsumen tidak dapat langsung menikmati produk belanjaannya karena harus menunggu produk tersebut diantar setelah melakukan pembayaran lewat transfer bank atau elektronik,” lanjut Martin.

Secara umum, cara kerja KeSupermarket serupa dengan HappyFresh, meskipun pendekatannya berbeda. HappyFresh dari awal fokus di sektor mobile, sedangkan KeSupermarket belum mengeluarkan aplikasi mobile. Pembayaran KeSupermarket pun lebih luas dengan mengakomodasi payment on delivery (gesek langsung di tempat untuk kartu debit dan kartu kredit), Mandiri e-Cash, dan transfer bank.

Sejauh ini ada 5 pasar swalayan Ranch Market dan Farmers Market yang melayani pembelian menggunakan KeSupermarket, yang terletak di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Kabupaten Tangerang.

Kami belum mendapatkan komentar dari pihak HappyFresh terkait hal ini, meskipun demikian belum ada perubahan terhadap operasional penjualan HappyFresh. Mereka masih mencantumkan gerai-gerai Ranch Market dan Farmers Market terdekat dari lokasi konsumen.

Pertanyaan sekarang adalah soal eksekusi. Mana di antara HappyFresh dan KeSupermarket yang memberikan pengalaman berbelanja grocery online yang lebih menyenangkan. Keuntungan HappyFresh adalah layanan tersebut bisa bekerja sama dengan berbagai jaringan swalayan, sementara KeSupermarket hanya memuat gerai Ranch Market dan Farmers Market. Saat ini HappyFresh juga telah bekerja sama dengan Lotte Mart dan Grand Lucky.

Sektor grocery online memang berkembang pesat setahun terakhir sejak hadirnya HappyFresh. Layanan grocery online terdedikasi yang awalnya ingin “menggusur” pasar swalayan malah gulung tikar, diganti dengan model layanan grocery online yang bermitra dengan pasar swalayan yang sudah ada. Selain HappyFresh, Honestbee yang berasal dari Singapura juga telah beroperasi di Jakarta dengan Carrefour sebagai mitra unggulan. Pemain lain di sektor ini adalah Go-Mart dari Go-Jek yang memanfaatkan kekuatan armada Go-Jek.

Deals@DS Minggu Ini (28 Oktober – 3 November 2016)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

BlackBerry Messenger Tambah Fitur BBM Voucher

Sejak pengelolaannya diambil alih EMTEK (KMK Online), BlackBerry Messenger (BBM) menambah berbagai jenis fitur dan layanan agar berfungsi sebagai all-in-one platform yang lebih lengkap. Dengan BBM Discovery sebagai payung, BBM menambah fitur Video, News, Pulsa/PLN, dan yang terbaru Voucher. Semua demi mempertahankan loyalitas 60 juta pengguna BBM di Indonesia.

Berbeda dengan layanan serupa di platform messaging lain, BBM Voucher lebih mirip seperti platform daily deals. Konsumen bisa memesan voucher diskon dan membayarnya menggunakan BBM Checkout. BBM Checkout saat ini menyimpan informasi kartu kredit dan akun perbankan pengguna. Jika akuisisi DOKU benar terjadi, ke depannya BBM Checkout bakal menggunakan produk e-money sendiri.

BBM Voucher adalah fitur terbaru di dalam lingkungan BBM Discovery
BBM Voucher adalah fitur terbaru di dalam lingkungan BBM Discovery

“Untuk BBM sendiri, integrasi payment untuk memudahkan transaksi dan mencari partner untuk menjadikan BBM services sebagai one stop solution untuk kebutuhan pengguna di Indonesia dan di luar Indonesia,” terang Hadikusuma Wahab, VP of Product Development KMK Online, dalam wawancara dengan DailySocial beberapa waktu lalu.

Matthew Talbot, CEO Blackberry Messenger (BBM), dalam rilis persnya mengatakan, “Kami mengubah BBM yang awalnya merupakan aplikasi pesan instan menjadi sebuah ekosistem di mana kegiatan pelayanan dan perdagangan dapat berlangsung dengan mudah antara para pengguna. Di waktu mendatang, beragam fitur terbaru akan dihadirkan demi memudahkan layanan peer-to-peer seperti pengiriman voucher ke kontak BBM melalui layanan pesan.”

Berikutnya yang bakal masuk ke dalam BBM Discover adalah BBM Game Center dan BBM Shopping. “Dalam beberapa bulan ke depan, kami juga akan menambahkan beragam konten serta layanan menarik di Indonesia dan pasar BBM lainnya di seluruh dunia. Discover BBM today!” ujar Matthew.