Nvidia Luncurkan GPU Laptop RTX 2050, Lebih Terjangkau Lagi dari RTX 3050

Krisis yang terus berkelanjutan di industri semikonduktor memaksa Nvidia untuk mengambil langkah-langkah yang tidak umum, salah satunya adalah meluncurkan varian baru dari kartu grafis yang sudah berusia hampir tiga tahun, yakni RTX 2060 12 GB. Yang terbaru, Nvidia mengumumkan GPU laptop bernama RTX 2050.

Ya, 2050, padahal kita tahu RTX 3050 sudah eksis cukup lama dan bisa kita temukan di sejumlah laptop gaming dengan harga 15 jutaan. Lebih aneh lagi, RTX 2050 ini menggunakan arsitektur Ampere milik RTX 30 Series, bukan arsitektur Turing seperti yang dipakai oleh semua GPU lain dari keluarga RTX 20 Series. Kenapa begitu? Bisa jadi karena Nvidia enggan menamainya RTX 3040.

Secara teknis, RTX 2050 memiliki 2.048 CUDA core, sama persis seperti jumlah yang tertanam di RTX 3050. Yang berbeda adalah clockspeed-nya; RTX 2050 punya rentang clockspeed 1.155-1.477 MHz, sementara RTX 3050 punya rentang 1.057-1.740 MHz. Kecepatan yang lebih rendah ini wajar mengingat RTX 2050 memang memiliki konsumsi daya yang lebih rendah, cuma 30-45 W.

Juga ikut dipangkas adalah memory bus width-nya, dari 128-bit menjadi 64-bit saja, sehingga total memory bandwith-nya pun cuma separuh milik RTX 3050. Kapasitas VRAM-nya sendiri sama, yakni 4 GB. Meski terkesan low-end, RTX 2050 tetap dibekali tensor core dan ray tracing (RT) core, dua komponen yang memang menjadi unggulan seri kartu grafis Nvidia RTX.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, deretan laptop yang ditenagai RTX 2050 bakal meluncur di musim semi 2022 (antara Maret-Juni). Buat yang merasa 15 juta masih kelewat mahal untuk sebuah laptop gaming dengan RTX 3050, mungkin Anda bisa bersabar menanti kedatangan laptop gaming dengan RTX 2050, yang semestinya bakal dijual di harga yang lebih terjangkau lagi.

Dalam kesempatan yang sama, Nvidia turut memperkenalkan dua GPU baru lain dari seri MX, yakni MX550 dan MX570. MX550 adalah penerus langsung dari MX450. Arsitektur yang digunakan masih Turing, akan tetapi jumlah CUDA core-nya diperbanyak, demikian pula memory clockspeed-nya.

MX570 di sisi lain mengadopsi arsitektur Ampere, menjadikannya pantas disebut sebagai adik kecil RTX 2050 tadi. Kedua GPU MX baru ini juga bakal bisa kita jumpai di beberapa laptop anyar mulai musim semi 2022.

Sumber: AnandTech dan Nvidia.

[Tekno] Shopify Mudahkan Brand dan Kreator Berjualan NFT Langsung Lewat Situs Masing-Masing

Berdasarkan observasi pribadi, salah satu alasan populer yang banyak dilontarkan oleh mereka yang enggan menelusuri lebih jauh perihal NFT adalah keterkaitannya dengan cryptocurrency. Buat sebagian orang, crypto dinilai menambah kompleksitas, dan semuanya akan lebih mudah seandainya mereka dapat menggunakan metode pembayaran yang sama seperti yang mereka gunakan saat berbelanja online seperti biasanya.

Berhubung NFT masih baru, wajar kalau prosesnya masih tergolong rumit. Kalau kita ingat, belanja online pun dulunya tidak semudah sekarang. Namun berkat bantuan platform e-commerce seperti Shopify, berbelanja online di jutaan situs di seluruh dunia kini terasa jauh lebih simpel, baik bagi pihak pembeli maupun penjual. Nah, premis yang sama itu rupanya juga ingin Shopify hadirkan untuk tren NFT.

Melalui sebuah cuitan, co-founder sekaligus CEO Shopify, Tobias Lütke, mengumumkan bahwa platform Shopify kini dapat digunakan untuk berjualan NFT. Tidak perlu ke OpenSea atau Rarible, brand atau kreator bisa menjual koleksi NFT-nya langsung lewat situsnya sendiri (yang elemen e-commerce-nya ditenagai oleh platform Shopify).

Mulai dari proses minting sampai pembayarannya, semuanya akan diurus oleh Shopify berkat kemitraannya dengan perusahaan spesialis blockchain bernama GigLabs. Blockchain yang didukung tidak melulu Ethereum, melainkan juga Polygon, Near, dan Flow.

Pembayarannya pun tidak harus menggunakan crypto, tapi bisa juga dengan Shopify Payments, Shop Pay, maupun kartu kredit/debit. Selesai membayar, pembeli bisa langsung mengklaim aset NFT-nya melalui email, dan menambahkannya ke crypto wallet masing-masing. Sekali lagi, tujuannya adalah mempermudah proses transaksi NFT, baik untuk pihak pembeli maupun penjual.

Untuk sekarang, program NFT di Shopify ini sayangnya masih berstatus beta, dan baru bisa diikuti oleh merchant terpilih yang berdomisili di Amerika Serikat saja. Bukan cuma itu, merchant-nya juga wajib menjadi pelanggan Shopify Plus terlebih dulu (yang sendirinya tidak murah, dengan tarif $2.000 per bulan), dan itu pun belum bisa menjamin mereka bakal langsung diberi lampu hijau untuk berjualan NFT, sebab masih ada proses seleksi yang harus dijalani.

Gambar header: Twitter @ethmessages via Unsplash.

Daftar Game Premium Keluaran Tahun 2021 dengan Angka Penjualan Terbesar

Salah satu cara menilai keberhasilan suatu video game adalah dengan melihat performa penjualannya. Game seperti Cyberpunk 2077 boleh saja menerima kritikan pedas, tapi kalau game-nya ternyata laku keras dan terjual lebih dari 13 juta kopi dalam kurun waktu hanya 10 hari, sah-sah saja apabila game-nya dinyatakan berhasil.

2020 punya Cyberpunk, lalu bagaimana dengan 2021? Game Premium (alias yang dijual bukan free to play) apa saja yang dirilis tahun ini yang memiliki angka penjualan terbesar? Well, sayangnya tidak semua publisher memiliki kebijakan transparansi yang sama, sehingga kita tidak bisa mengetahui performa penjualan dari setiap game yang dirilis di tahun 2021.

Meski begitu, ada beberapa publisher yang secara terbuka menyingkap seberapa banyak game besutannya terjual. Berikut adalah daftar game premium keluaran tahun 2021 dengan angka penjualan terbesar, minimal 1 juta kopi.

Valheim – 7,9 juta kopi

Oke, game ini memang tidak bisa dikategorikan sebagai game AAA kalau melihat skala tim pengembangnya (yang cuma beranggotakan lima orang), akan tetapi angka penjualan yang dicatatkan terlalu besar untuk tidak dicantumkan di artikel ini: 7,9 juta kopi per 30 Juni 2021. Padahal, game-nya baru dirilis di bulan Februari 2021, dan itu pun dalam status early access (dan masih berlanjut hingga sekarang).

Tidak bisa dimungkiri, popularitas Valheim terbantu oleh tren genre game survival yang memang sedang naik daun kala itu. Berkat art style-nya yang unik dan musik orisinalnya yang menenangkan, Valheim ibarat angin segar di tengah banyaknya game open-world survival dengan formula yang serupa, belum lagi ditambah mitologi Norse yang menjadi dasar narasinya.

Monster Hunter Rise – 7,5 juta kopi

Monster Hunter: World yang dirilis di tahun 2018 merupakan game terlaris yang pernah Capcom buat, dengan total lebih dari 20 juta kopi terjual dalam kurun waktu tiga tahun lebih. Alhasil, wajar jadinya kalau kita menaruh ekspektasi tinggi terhadap penerusnya, Monster Hunter Rise, dan game ini pun rupanya tidak mau mengecewakan.

Per Oktober 2021, Monster Hunter Rise telah berhasil terjual sebanyak 7,5 juta kopi, dan itu semua hanya berasal dari platform Nintendo Switch saja. Tahun depan, angka tersebut bisa dipastikan bakal bertambah drastis mengingat versi PC-nya bakal dirilis di bulan Januari, disusul oleh expansion berjudul Sunbreak di pertengahan tahun.

Super Mario 3D World + Bowser’s Fury – 7,45 juta kopi

Anda yang pernah punya Nintendo Wii U pasti tahu bahwa Super Mario 3D World bukanlah game baru, akan tetapi versi Switch-nya baru diluncurkan pada bulan Februari 2021, dan langsung menjadi salah satu judul game Switch terlaris tahun ini.

Per November lalu, Super Mario 3D World + Bowser’s Fury (judul versi Switch-nya) telah terjual sebanyak 7,45 juta kopi secara global, lebih banyak daripada total penjualan versi Wii U-nya selama sekitar tujuh tahun (5,88 juta kopi).

Naraka: Bladepoint – 6 juta kopi

Sifat alami battle royale yang mempertemukan seabrek orang sekaligus membuat game yang masuk kategori ini punya potensi untuk selalu laku keras, tidak terkecuali Naraka: Bladepoint. Battle royale dengan sistem combat yang banyak melibatkan seni bela diri ini telah terjual sebanyak 6 juta kopi per November 2021, hanya tiga bulan setelah peluncuran resminya.

Selain sukses secara finansial, game terbitan NetEase ini juga mendapat respons yang positif dari publik. Belum lama ini, 24 Entertainment selaku pengembangnya sempat menggelar kompetisi global bertajuk Naraka: Bladepoint World Championship (NBWC) dengan total hadiah sebesar $1,5 juta. Turnamennya masih berlangsung saat artikel ini ditayangkan, dan Anda bisa menonton siaran ulangnya di Twitch seandainya tertarik.

Resident Evil Village – 5 juta kopi

Dirilis secara resmi pada Mei 2021, Resident Evil Village berhasil terjual lebih dari 5 juta kopi dalam kurun waktu sekitar lima bulan saja. Pencapaian ini sekaligus membuktikan bahwa penggemar seri Resident Evil sangat menikmati permainan yang disajikan dari sudut pandang orang pertama (first-person view), yang pertama kali diterapkan pada Resident Evil 7 di tahun 2017. Seperti sekuelnya, RE7 juga sukses besar dan telah terjual sebanyak 10 juta kopi per Oktober 2021.

Di acara The Game Awards 2021, RE Village sempat mendapatkan beberapa nominasi, dan salah satu karakter beserta pemerannya berhasil membawa pulang gelar Best Performance, yakni Maggie Robertson yang memerankan karakter Lady Dimitrescu.

It Takes Two – 3 juta kopi

Dibandingkan game-game lain di artikel ini, It Takes Two adalah yang paling unik karena harus dimainkan oleh dua orang setiap saat. Persyaratan itu otomatis membuatnya jadi terkesan agak underrated, tapi itu rupanya tidak mencegahnya bersinar dari segi penjualan. Per Oktober 2021, It Takes Two tercatat sudah terjual sebanyak 3 juta kopi. Menariknya, meski perlu dimainkan oleh dua orang, yang membeli game-nya sebenarnya cukup satu orang saja berkat fitur bernama Friend’s Pass.

Kesuksesannya secara finansial turut dibarengi rekognisi publik. It Takes Two berhasil merebut gelar paling prestisius di The Game Awards 2021, yakni Game of the Year, tidak ketinggalan pula Best Multiplayer Game.

MLB The Show 21 – 2 juta kopi

Dikembangkan oleh San Diego Studio (anak perusahaan PlayStation Studios), MLB The Show 21 adalah game pertama dari franchise MLB The Show yang dirilis di luar ekosistem PlayStation. Game ini resmi diluncurkan pada bulan April 2021 kemarin di PS5, PS4, Xbox Series X/S, dan Xbox One, dan itu berdampak positif pada penjualannya.

Dalam kurun waktu hanya dua bulan, MLB The Show 21 berhasil terjual lebih dari 2 juta kopi di semua platform. Pada bulan pertama peluncurannya, MLB The Show 21 bahkan tercatat sebagai game digital dengan penjualan terbanyak di Amerika Serikat, baik untuk platform PlayStation maupun Xbox, mengalahkan Outriders yang juga dirilis di bulan yang sama.

Ratchet & Clank: Rift Apart – 1,1 juta kopi

Terakhir, ada Ratchet & Clank: Rift Apart yang berhasil terjual lebih dari 1,1 juta kopi dalam sebulan pertama peluncurannya di bulan Juni lalu. Menariknya, angka tersebut berasal dari penjualan di platform PlayStation 5 saja, sebab game-nya memang tidak tersedia di platform last-gen dengan alasan keterbatasan kapabilitas hardware.

Penilaian media terhadap game ini juga positif, dan tidak sedikit yang melihatnya sebagai salah satu cara terbaik untuk mendemonstrasikan kapabilitas hardware PS5. Beberapa bahkan ada yang memuji grafiknya, menyebut kualitasnya sudah mendekati level grafik di film-film bikinan Pixar.

Koreksi: ada pengubahan istilah AAA dalam artikel menjadi game premium.

Facebook Gaming Jalin Kontrak Kerja Sama Eksklusif dengan Neymar

Menjalin kontrak kerja sama eksklusif dengan streamer kenamaan merupakan salah satu cara bagi platform livestreaming untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Platform seperti Twitch atau YouTube tidak segan membayar mahal demi ‘mengamankan’ jutaan follower yang dimiliki streamer-streamer populer. Yang terbaru, giliran Facebook Gaming yang mengambil langkah serupa, akan tetapi sosok yang digandeng mungkin jauh dari ekspektasi Anda.

Adalah Neymar, bintang sepak bola asal Brasil, yang baru-baru ini bergabung dengan Facebook Gaming untuk menyiarkan konten-konten gaming-nya secara eksklusif di platform tersebut. Ya, striker Paris Saint-Germain dengan nilai transfer termahal itu rupanya juga hobi bermain game selagi livestreaming.

Nilai kontraknya tidak disebutkan berapa, tapi yang pasti Neymar bakal menyiarkan sesi gaming-nya di Facebook selama beberapa kali setiap bulannya. Lalu setiap sebulan sekali, ia juga akan berkolaborasi dengan kreator yang berbeda-beda. Livestream resmi perdananya dijadwalkan berlangsung pada 18 Desember 2021 pukul 02.00 WIB di laman Facebook Neymar..

“Saya sangat senang bermitra dengan Facebook Gaming untuk livestream saya!” ucap Neymar dalam blog Facebook. “Dunia gaming selalu menjadi salah satu passion terbesar saya setelah sepak bola, dan saya tidak sabar untuk nongkrong dan bersenang-senang dengan siapapun yang memiliki passion yang sama,” imbuhnya.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, game apa yang kerap dimainkan oleh Neymar? Menurut Variety, Neymar sebelumnya sempat beberapa kali streaming CS:GO dan Call of Duty di Twitch. Bagaimana dengan FIFA 22? Entahlah, lagipula saya ragu skill bermain FIFA-nya bisa lebih jago daripada skill sepak bolanya yang sebenarnya. Kemungkinan malah Fortnite yang jadi salah satunya, apalagi mengingat Neymar sempat nongol di game tersebut pada bulan April lalu.

Kalau Anda masih heran kenapa Neymar, Anda mungkin belum benar-benar menyadari seberapa populer orang ini di media sosial. Di Facebook, Neymar punya sekitar 88 juta pengikut, sementara di Instagram, jumlah follower-nya malah mencapai angka 166 juta. Memang tidak semua dari total 254 juta orang itu tertarik dengan hobi gaming Neymar, tapi Facebook tentu tidak mau melewatkan kesempatannya. Di Twitch, Neymar tercatat memiliki 1,8 juta follower meski livestream terakhirnya berlangsung sekitar tujuh bulan lalu.

Sumber: Variety.

TikTok Uji Software Live Streaming untuk Perangkat Desktop, Ingin Saingi Twitch?

TikTok dikabarkan sedang menguji sebuah software live streaming untuk perangkat desktop bernama TikTok Live Studio. Sejauh ini baru tersedia buat beberapa ribu pengguna di negara-negara barat, software tersebut dapat digunakan untuk menyiarkan secara langsung konten dari komputer, konsol, maupun smartphone.

Untuk sekarang, fitur-fitur yang ditawarkan oleh TikTok Live Studio memang tergolong sangat sederhana, terutama jika dibandingkan dengan software-software populer macam OBS maupun XSplit. Contohnya, meski tersedia opsi untuk menyiarkan konten dalam orientasi portrait maupun landscape dari berbagai sumber, browser rupanya tidak termasuk salah satunya. Software ini juga belum menyediakan opsi untuk menyelipkan notifikasi pemberian tip maupun follower baru.

Hal ini wajar dan bisa dimaklumi jika melihat statusnya yang masih dalam tahap pengujian. Seiring waktu, fitur-fitur ekstra tentu bisa ditambahkan. Sayangnya, berdasarkan pernyataan yang diterima oleh TechCrunch, TikTok sendiri tidak berani menjamin ke depannya software ini bakal dirilis untuk publik secara luas.

Namun seandainya itu terjadi dan software ini dapat dipakai oleh seluruh pengguna, TikTok tentu punya peluang untuk bersaing dengan Twitch, YouTube, ataupun Facebook Gaming. Dengan kata lain, tidak menutup kemungkinan ke depannya kita bisa menikmati lebih banyak konten gaming secara live di TikTok.

Bagi para kreator gaming, platform live streaming seperti Twitch atau YouTube memang masih menjadi pilihan karena ketersediaan software-software pendukungnya di perangkat desktop. TikTok di sisi lain masih berfokus pada smartphone, dan ini jelas kurang ideal bagi mereka yang menyiarkan konten dari PC atau konsol. Namun itu bisa saja berubah berkat keberadaan TikTok Live Studio.

Gaming memang adalah yang paling mudah diasosiasikan dengan live streaming, akan tetapi tipe konten lain pun sebenarnya juga punya peluang yang sama. Pada kenyataannya, tujuan TikTok menguji software ini adalah untuk mempelajari bagaimana kreator menggunakannya, sehingga pada akhirnya TikTok bisa lebih menyempurnakannya untuk berbagai skenario penggunaan, tidak melulu gaming.

Sumber: TechCrunch. Gambar header: Solen Feyissa via Unsplash.

Terinspirasi Axie Infinity, Koisan World Adalah Game Play-to-Earn Buatan Indonesia

Tren mendapatkan uang dari bermain game sebenarnya sudah eksis sejak awal era game online mulai menjamur. Bedanya, yang terjadi dulu bisa dibilang tidak disengaja, seperti misalnya ketika mendapat kartu super-langka di Ragnarok Online, dan ada pemain lain yang berani membayar mahal untuk menggaetnya.

Sekarang trennya tentu sudah bergeser, dan belakangan orang-orang kian menggandrungi game play-to-earn (P2E). Salah satu yang paling populer mungkin adalah Axie Infinity. Saking populernya, game bikinan studio asal Vietnam ini kerap dijadikan sumber inspirasi oleh game P2E lain, tidak terkecuali oleh game P2E buatan Indonesia berjudul Koisan World berikut ini.

Berpusat di kota Bandung, pengembangan Koisan World sebenarnya sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2020, akan tetapi game-nya sendiri baru diluncurkan dalam status pre-alpha pada bulan Agustus 2021 kemarin. Seperti Axie, Koisan World memerlukan modal awal untuk bermain, yakni untuk membeli telur-telur ikan koi yang nantinya bakal dipertarungkan satu dengan yang lainnya, dan yang semuanya merupakan aset NFT yang dapat diperjual-belikan.

Karakter ikan koi bersenjatakan bambu runcing / Koisan World

“Kenapa koi dan bukan ikan lain, gurame misalnya”, tanya saya kepada tim pengembang Koisan World. “Karena koi adalah ikan yang paling banyak digemari di seluruh dunia,” jawab Indra Kusuma, Chief Network Officer Koisan World. Dari sini bisa kita lihat bahwa yang target pasar yang diincar Koisan World sebenarnya bukan cuma kalangan gamer tanah air, melainkan juga pasar internasional.

Indra mengklaim Koisan memiliki blockchain-nya sendiri yang menggunakan algoritma SHA-256, dan seperti Axie, juga terdapat dua jenis cryptocurrency yang dilibatkan: Koisan International Coin (KIC) dan Toki2. Sebelum ini, KIC dikenal dengan nama Bitcoinee.

Saat saya tanya apa saja kekurangan dari Axie Infinity yang dapat ditutupi oleh Koisan World, Indra memberikan beberapa jawaban sekaligus. Dari sisi gameplay, Koisan menawarkan fitur bounty link (sistem referral) dan clan reward. Dibanding Axie, waktu bermain yang dibutuhkan untuk mendapatkan reward harian secara maksimal di Koisan relatif singkat.

Kemudian dari sisi infrastruktur teknologinya, Koisan memiliki suplai coin yang terbatas seperti Bitcoin, sehingga ini jelas bakal berpengaruh terhadap nilai tukarnya. Indra juga bilang bahwa timnya sudah menyiapkan “strategi yang ciamik” untuk menaikkan demand, sehingga akhirnya demand bisa menjadi sangat tinggi.

Antusiasme publik terhadap Koisan World cukup besar. Berdasarkan pernyataan CEO Koisan World, Edwin Eldrich Goni, kepada Detik, lebih dari 12.500 telur berhasil terjual dalam bulan pertama peluncurannya (pre-sale). Padahal, harga telur-telur ini tidak bisa dibilang murah; sekitar $35 per butir saat artikel ini ditayangkan, atau malah jauh lebih mahal buat telur-telur yang masuk kategori langka.

Pada bulan Desember ini, Koisan World telah meluncurkan platform marketplace-nya, dan yang dapat diperjual-belikan rupanya bukan cuma ikan-ikan koi itu tadi saja, melainkan juga lahan virtual dan sejumlah in-game item pendukung lainnya, lagi-lagi mirip seperti yang Axie tawarkan. Kalau melihat roadmap Koisan World, agenda terdekat mereka untuk sekarang adalah merilis aplikasinya di Android, iOS, dan PC, serta meluncurkan reward coin buat para pemain.

Konten Video Minecraft Tembus 1 Triliun View di YouTube

Apa game yang paling populer di YouTube? Grand Theft Auto? Fortnite? Roblox? Jawaban yang benar adalah Minecraft. YouTube baru saja mengumumkan bahwa, sejak pertama kali konten video Minecraft muncul di platformnya pada tahun 2009, kalau ditotal semuanya sudah ditonton sebanyak 1 triliun kali. Ya, selama sekitar 12 tahun, Minecraft rupanya telah menyumbang 1.000.000.000.000 view buat YouTube.

Dengan sekitar 140 juta pemain, Minecraft sendiri sebenarnya sudah tergolong sebagai salah satu game terpopuler sejagat. Di YouTube, ada lebih dari 35.000 channel yang tersebar di 150 negara yang aktif membuat konten video Minecraft.

“Alasan mengapa Minecraft bisa begitu sukses di YouTube adalah karena video YouTube merupakan sebuah medium untuk bercerita,” ucap Lydia Winters, Chief Storyteller Mojang Studios seperti dikutip oleh The Verge. “Jadi ketika Anda punya Minecraft, dan Anda bisa menceritakan apapun yang Anda mau di dunia Minecraft, ini menjadi alasan besar mengapa ada banyak sekali orang yang membuat konten Minecraft,” imbuhnya.

Minecraft memang sangat mengedepankan aspek kreasi, dan YouTube sendiri merupakan tempat berlabuhnya kreator dari seluruh dunia. Keduanya seperti diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain. Di ajang The Game Awards 2021 baru-baru ini, sosok yang memenangkan gelar Content Creator of the Year adalah Dream, yang channel-nya dipenuhi video-video Minecraft.

Menariknya, video-video Minecraft yang viral tidak selalu menampilkan gameplay dari permainan Minecraft itu sendiri. Tidak sedikit video Minecraft populer yang sebenarnya merupakan animasi komputer (CGI), tapi yang art style-nya sengaja dibuat menyerupai estetika kotak-kotak Minecraft. Contohnya seperti koleksi 100 video pendek “Minecraft RTX” yang dibuat oleh kreator Jake Fellman.

Tren konten video Minecraft di YouTube terus berkembang setiap tahunnya. Di tahun 2010 misalnya, konten-konten yang populer kebanyakan adalah tutorial cara bermain Minecraft. Namun seiring waktu, berbagai ‘genre’ video Minecraft mulai bermunculan, termasuk salah satunya genre animasi itu tadi.

Buat yang masih ingin tahu lebih jauh lagi, silakan kunjungi minisite YouTube yang menjabarkan sejarah Minecraft di YouTube secara merinci. Di situ, Anda juga bisa melihat berapa banyak view yang Anda sumbang dari total 1 triliun view itu tadi.

Sumber: CNET dan The Verge.

Remake Splinter Cell Orisinal Mulai Digarap Menggunakan Engine Milik The Division

Kabar gembira bagi para penggemar seri game stealth Splinter Cell. Setelah delapan tahun sejak terakhir melihat aksi Sam Fisher di Splinter Cell: Blacklist, kita akhirnya bakal bisa bermain sebagai agen rahasia veteran itu kembali. Namun ketimbang di sebuah game baru, Sam justru akan kembali ke game yang menjadi debut perdananya, yakni Splinter Cell orisinal.

Lewat sebuah siaran pers, Ubisoft mengumumkan bahwa mereka telah memulai pengembangan remake dari game Splinter Cell yang pertama. Berhubung ini remake dan bukan remaster, otomatis perubahan yang dibawa bakal sangat signifikan. Utamanya, remake Splinter Cell ini bakal digarap menggunakan engine Snowdrop, engine yang sama yang dipakai untuk mengembangkan seri game The Division maupun game Avatar yang akan datang tahun depan.

Meski dikerjakan dari nol, remake ini tentu masih akan tetap mempertahankan jalan cerita game aslinya. Ubisoft bahkan memastikan bahwa alurnya bakal tetap linear dan tidak dibuat menjadi open-world seperti kebanyakan game Ubisoft belakangan ini. Fokus utamanya adalah menghadirkan visual yang jauh lebih baik, serta beberapa penyempurnaan mekanik agar game bisa memenuhi ekspektasi gamer modern.

Ubisoft tidak lupa menekankan bahwa remake Splinter Cell ini bakal tetap memprioritaskan elemen stealth ketimbang action. Pemain sekali lagi bakal diajak untuk mengobservasi dan merencanakan langkah-langkahnya secara matang guna menyelesaikan misi sebisa mungkin tanpa terdeteksi oleh lawan. “Stealth Action Re-redefined,” mungkin seperti itu slogan yang bakal dipakai oleh remake-nya.

Tentunya bakal sangat menarik melihat esensi game Splinter Cell orisinal dikawinkan dengan engine Snowdrop. Game aslinya yang digarap menggunakan Unreal Engine 2.0 sudah tergolong ciamik dalam hal implementasi efek bayangan dan pencahayaan yang dinamis (karena ini merupakan bagian dari gameplay, bukan sekadar pemanis visual saja), dan itu semestinya bakal disempurnakan lebih jauh lagi di remake-nya berkat penggunaan engine yang jauh lebih modern.

Pengembangan Splinter Cell Remake ini dipimpin oleh Ubisoft Toronto, studio yang sebelumnya bertanggung jawab atas Splinter Cell: Blacklist. Meski saat ini Ubisoft Toronto sedang aktif merekrut karyawan baru, mereka memastikan bahwa beberapa sosok veteran yang sebelumnya punya pengalaman dengan game Splinter Cell bakal ikut berpartisipasi dalam pengembangan remake ini.

Juga menarik adalah bagaimana Ubisoft melihat remake ini sebagai fondasi yang solid untuk masa depan franchise Splinter Cell. Apakah ini berarti mereka ke depannya juga akan me-remake Pandora Tomorrow dan Chaos Theory, atau lanjut mengerjakan game Splinter Cell yang benar-benar baru? Well, kita harus ekstra sabar menunggu jawabannya, sebab remake Splinter Cell yang pertama ini pun juga masih belum punya estimasi jadwal rilis sama sekali.

Semoga saja Ubisoft bisa memberikan update yang lebih banyak soal ini tahun depan, bertepatan dengan perayaan ulang tahun Splinter Cell orisinal yang ke-20 pada November 2022.

Sumber: Ubisoft.

TKNZ Bermisi Menjadi Museum Digital untuk Esports dan Gaming Lewat NFT

Segala sesuatu yang bersifat digital pada dasarnya dapat diubah menjadi NFT (non-fungible token). Mulai dari gambar, GIF, audio, sampai video, semuanya bisa dikemas ulang menjadi aset NFT yang tercatat di blockchain secara permanen. Ini berarti NFT juga bisa dijadikan medium arsip yang ideal di samping sebatas instrumen investasi.

Menurut startup asal London yang menamai dirinya TKNZ (dibaca tokenz), NFT merupakan medium yang tepat untuk mengabadikan momen-momen paling berkenang di dunia esports dan gaming. Konsepnya kurang lebih mirip seperti yang ditawarkan NBA Top Shot, akan tetapi yang khusus diperuntukkan esports dan gaming ketimbang olahraga basket.

Kalau di NBA Top Shot kita bisa memiliki momen slam dunk dahsyat LeBron James, di TKNZ kita dapat memiliki momen fountain hook Dendi ataupun momen-momen clutch lain yang tak kalah legendaris di sepanjang sejarah esports dan gaming. Begitu kira-kira perbandingan sederhananya.

TKNZ sejauh ini memang belum merilis kartu-kartu memorabilia esports dan gaming ini — rencananya baru di tahun 2022 — namun yang pasti nantinya kartu-kartu tersebut bakal dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kelangkaannya: Rare (warna biru), Epic (warna ungu), dan Legendary (warna emas). Semakin langka, otomatis jumlah kartu yang tersedia semakin sedikit.

Kartu-kartu ini nantinya akan TKNZ jual dalam bingkisan acak (pack), dan setiap pengguna hanya diperbolehkan membeli hingga 3 pack dari setiap edisi (drop) guna menghindari monopoli. Kartu-kartu di dalamnya kemudian bebas kita perjual-belikan di marketplace.

Selain informasi tingkat rarity-nya, setiap NFT di TKNZ juga akan dibekali informasi-informasi tambahan yang berbeda-beda untuk setiap esports/game. TKNZ juga berencana memperkaya setiap NFT dengan metadata esports, semisal informasi event yang diambil dari database Liquipedia, demi memberikan konteks pada masing-masing NFT.

Secara teknis, TKNZ menggunakan blockchain Flow (sama seperti NBA Top Shot), akan tetapi pengembangnya sudah punya rencana untuk mengintegrasikan TKNZ dengan Solana, Binance Smart Chain, Polygon, Polkadot, Enjin’s Efinity, dan WAX ke depannya.

Selagi menanti kehadirannya, Anda bisa mengklaim NFT gratis dari TKNZ dengan mendaftarkan email dan membagikan cuitan di Twitter.

Midnight Society Adalah Studio Game AAA Baru Besutan Dr Disrespect

Streamer kenamaan berpenampilan nyentrik, Dr Disrespect, mengumumkan studio game baru yang digagasnya bersama eks developer Call of Duty dan Halo. Studio tersebut dinamai Midnight Society, dan sejauh ini masih sedang dalam tahap perekrutan karyawan.

Pria bernama asli Guy Beahm itu tidak segan menyebut studio yang baru didirikannya sebagai studio game AAA, dan lowongan kerja yang dibuka untuk sebagian posisi bahkan mewajibkan pengalaman bekerja minimal selama 5 tahun.

Mendampingi Guy adalah Robert Bowling, mantan creative strategist Call of Duty yang kini menjabat sebagai Studio Head, dan Quinn DelHoyo, eks multiplayer designer Halo 5 yang kini bertanggung jawab sebagai Creative Director di Midnight Society. Menariknya, kursi CEO-nya bukan ditempati oleh Guy, melainkan oleh sosok yang sudah cukup berpengalaman di industri esports, Sumit Gupta.

Alhasil, tidak mengejutkan kalau game pertama yang direncanakan adalah sebuah game PVP multiplayer, spesifiknya yang digarap menggunakan Unreal Engine 5. Sebelum memulai kariernya sebagai influencer, Dr Disrespect sendiri juga merupakan seorang developer yang terlibat dalam pengembangan game Call of Duty: Modern Warfare 3 dan Advanced Warfare.

Sejauh ini memang belum ada detail mengenai game baru yang sedang dikerjakan tersebut, namun yang pasti Midnight Society bakal melibatkan komunitas pemain dan influencer dalam proses pengembangannya sejak sedini mungkin. Dengan kata lain, kita semestinya tidak perlu menunggu lama sebelum game-nya muncul dengan status early access.

AAA tapi early access? Menurut saya sah-sah saja, dan ini bukan pertama kalinya itu terjadi. Di tahun 2015 misalnya, ada Codemasters yang meluncurkan Dirt Rally dalam status early access. Kemudian tahun lalu, ada Baldur’s Gate 3 yang sampai sekarang juga masih berstatus early access.

Tidak bisa dimungkiri, popularitas Dr Disrespect dan pengalaman dua co-founder-nya tadi membuat studio baru ini patut mendapat sorotan. Saat artikel ini ditayangkan, komunitas Discord Midnight Society sudah memiliki sekitar 24 ribu anggota, menunjukkan antusiasme besar dari publik.

Sumber: IGN dan PC Gamer.