Ototanesia, Situs Penyewaan Mobil di Makassar

Berangkat dari permasalahan sulitnya menemukan rental mobil di Makassar, sebuah startup bernama Ototanesia hadir. Startup ini diinisiasi Fajri Irvan sejak tahun 2016 lalu. Kebetulan penelitian tugas akhirnya kala itu juga berkaitan dengan bisnis rental mobil. Konsep yang ditawarkan Ototanesia mencoba menghilangkan kesulitan yang sering ditemui calon perental mobil, seperti menyesuaikan kebutuhan dan penyedia layanan.

Untuk model bisnis, Ototanesia menggunakan mekanisme B2B, yakni dengan memberikan layanan kepada pemilik jasa penyewaan kendaraan. Layanan tersebut berupa tempat khusus (special placement) informasi mobil di situs dan membantu vendor mobil memasarkan jasanya melalui pemasaran internet (SEO, Facebook Ads, dan lain-lain).

Di tahap pengembangan selanjutnya, Ototanesia menargetkan untuk melahirkan sebuah mobile apps untuk layanan, karena saat ini baru tersedia dalam website saja. Selain itu, rencana ekspansi juga sudah mulai dipersiapkan, saat ini baru merangkul wilayah Makassar dan Gowa, ke depannya ingin beroperasi di seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

Saat ini sudah ada 15 vendor penyedia jasa penyewaan mobil yang sudah bermitra. Layanan bus pariwisata juga mulai ditambahkan untuk melengkapi daftar produk. Sembari mematangkan rencana ekspansi, Ototanesia terus berusaha memperluas kemitraan dengan pemilik jasa mobil sewa.

Kepada DailySocial, Founder Ototanesia Fajri Irvan mengungkapkan permasalahan startup di sana. Permasalahan berkutat pada isu legalitas. Fajri mengaku saat ini startupnya sudah memiliki akta perusahaan, namun belum terealisasi dalam bentu CV maupun PT. Prosesnya masih dirasa sulit. Harapannya ada pihak (inkubator atau akselerator) di wilayah setempat yang dapat membantu kelancaran proses ini.

Aplikasi DarahKita Permudah Masyarakat di Palopo Temukan Pendonor Darah

Awal Desember 2017 lalu, Firmansyah Ibrahim, Ahyar Muawwal, dan Zulkarnain Mahsyur berkolaborasi mengembangkan aplikasi DarahKita yang diluncurkan di Palopo, Sulawesi Selatan.

Hal yang melatarbelakangi inisiatif Darahkita adalah kebutuhan darah sering tidak terpenuhi oleh PMI setempat. Banyak keluarga pasien yang harus mem-broadcast pesan di instant messenger dan media sosial mereka saat membutuhkan.

“Ini sungguh tidak efektif dan memakan waktu yang lama. Kami dari tim DarahKita hadir memberikan manfaat teknologi melalui aplikasi sehingga dapat memudahkan keluarga pasien mendapatkan darah dengan lebih cepat dan banyak nyawa yang bisa terselamatkan,” ujar Firman.

Saat ini, jangkauan layanan DarahKita baru di Sulawesi Selatan. Mayoritas pengguna yang terdaftar berasal dari Kota Makassar dan Kota Palopo.

Aplikasi ini mirip dengan inovasi yang sudah ada sebelumnya, yakni aplikasi Reblood. Keunggulan yang coba diusung DarahKita, pencari donor dapat langsung chat dengan calon pendonor.  Selain itu, DarahKita juga memiliki fitur semacam aplikasi crowdfunding. Bukan dengan bentuk uang, melainkan jumlah kantong darah yang dibutuhkan.

Ada beberapa fitur lain di aplikasi DarahKita. Pertama, fitur “Cari dan Chat” yang memungkinkan orang dapat mencari pendonor di wilayah sekitar. Selanjutnya ada fitur “Pencarian Lokasi dan Event”. Di sini ditampilkan lokasi donor darah terdekat pada setiap kota yang ada. Jika ada acara donor darah pada kota tersebut, akan muncul pemberitahuan kepada calon donor yang siap untuk mendonor.

Terakhir ada fitur “Reward” yang memungkinkan melakukan redeem terhadap poin yang didapatkan pendonor setiap kali mendonor untuk ditukarkan dengan merchandise menarik yang disiapkan mitra DarahKita.

Untuk saat ini DarahKita, yang merupakan aplikasi sosial atau yang sering disebut socioprenuer, lebih mengandalkan dana-dana CSR perusahaan. Tapi ada model bisnis yang direncanakan ke depannya agar aplikasi ini bisa bertahan lama dan bermanfaat, seperti menjalin kerja sama dengan layanan transportasi online dalam hal pengantaran calon donor.

DarahKita masih berkutat keterbatasan finansial sehingga banyak daerah yang belum tersentuh. Banyak ajakan untuk melebarkan sayap ke daerah-daerah tertentu, tetapi kendala dana operasional menjadi penghambat saat ini.

Ke depan, Firman dan rekan berharap makin banyak pihak yang mau menjalin kerja sama mengembangkan aplikasi ini untuk kepentingan masyarakat umum. Selain itu, DarahKita berharap, layanannya dapat menjangkau ke seluruh daerah di Indonesia, terutama kawasan Timur.

“Setelah bagian Timur ini dapat terlayani dengan baik, kami juga akan memberikan manfaat ke Indonesia bagian Barat,” jelas Firman.

Application Information Will Show Up Here

Niagakuliner Akomodasi Jasa Katering Pontianak secara Online

Niagakuliner merupakan startup Pontianak yang berusaha memecahkan permasalahan produk katering di wilayah tersebut. Didirikan sejak tahun 2017, para Co-Founder melihat ada potensi untuk meningkatkan bisnis kuliner melalui mekanisme pembelian dan pemesanan online.

Layanan yang disediakan Niagakuliner adalah pembelian dan pemesanan katering dalam jumlah besar, umumnya digunakan untuk kebutuhan acara tertentu. Mekanismenya berupa emesanan pre-order untuk waktu mendatang. Adapun makanan disediakan oleh mitra bisnis jasa katering dan rumah makan di sekitar Pontianak.

“Harga jual katering di Niagakuliner sendiri sangat bervariasi tergantung dari harga yang diberikan oleh penjual katering masing-masing. Rata-rata untuk harga katering mulai dari Rp20.000 sampai Rp35.000 per paket,” jelas Co-Founder Niagakuliner Dany Riansyah Putra.

Mengenai model bisnisnya, setiap penjual yang memasarkan menunya di Niagakuliner tidak dipungut biaya apa pun, kecuali mereka menginginkan fitur tambahan seperti statistik penjualan dan/atau iklan teratas. Fitur premium mengenakan biaya bulanan senilai Rp100.000 – Rp125.000. Niagakuliner juga mendapatkan fee dari pemasang iklan.

“Untuk keuntungan dari transaksi mitra, tidak kita potong, karena target kami saat ini untuk meraih banyak pelanggan dulu,” ujar Dany.

Niagakuliner lahir dari Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Startup ini didirikan oleh empat Co-Founder yaitu Dany Riansyah Putra sebagai Hipster, Ade Hendini dan Felix Anthony sebagai Hacker, Eka Endah sebagai Hustler.

Ke depan, Dany dan rekan-rekannya akan mengenakan tarif dari setiap keuntungan yang diperoleh mitra mereka. Namun saat ini Niagakuliner masih membutuhkan tenaga pengembangan teknologi dan pemasaran, karena saat ini teknologi dinilai masih dalam tahap pengembangan dan dilakukan riset untuk mencari titik fokus pemasaran Niagakuliner.

FoodMe Hadirkan Layanan “Listing” Gerai Makanan di Kendari

Didirikan pada September 2017 silam di Kendari, Sulawesi Tenggara, di bawah bendera Techno’s Studio, FoodMe hadir sebagai aplikasi berbasis web dan mobile (Android) yang bertujuan memudahkan para pemilik gerai agar dapat memasarkan produk makanan yang dijual. FoodMe didesain sebagai sarana promosi untuk menampilkan produk makanan, sehingga pecinta kuliner dapat melihat informasi produk dan promo yang ditawarkan dari setiap gerai.

“Untuk sementara layanan kami baru di sekitar Kota Kendari saja,” ujar CEO Techno’s Studio Zulqifli Hedrianto Tahir.

Saat ini terdapat empat layanan utama FoodMe, yakni:

  • List Gerai; Pengguna dapat melihat daftar gerai /toko yang ada dalam aplikasi FoodMe.
  • List Makanan; Pengguna dapat melihat daftar makanan yang tersedia dari setiap gerai.
  • Promo Makanan; Pengguna aplikasi dapat melihat daftar promo yang ditawarkan dari setiap gerai.
  • Search; Pengguna aplikasi dapat melakukan pencarian daftar makanan maupun toko yang ada.
Tampilan aplikasi FoodMe di perangkat Android
Tampilan aplikasi FoodMe di perangkat Android

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini sudah banyak startup digital serupa di tanah air yang menghadirkan layanan listing gerai makanan. Namun Zulkifli mengatakan, ada beberapa keunggulan yang coba diusung FoodMe. Pertama, FoodMe tidak sekadar menjual tapi juga mempromosikan produk para mitranya terutama dengan foto produk yang menarik.

Kedua, FoodMe memiliki layanan call center yang memastikan pesanan dari pelanggan, gerai, sampai kurir, berjalan dengan baik sesuai SOP pengantaran yang telah dibuat FoodMe. Terakhir, untuk transaksi fake order (order fiktif) pihak FoodMe mengganti 50% dari ongkos produk sehingga gerai tidak terlalu rugi.

“Ke depan, kami ingin mengembangkan fitur pre-order agar bisa meng-handle makanan dalam jumlah besar untuk melayani konsumsi event di Kendari, menambah gerai dan pelanggan, serta mengembangkan layanan FoodMe ke beberapa kota besar di Sulawesi seperti Kolaka, Makassar, Bau-Bau, dan Palopo.”

FoodMe menerapkan tiga model bisnis. Pertama, mereka mengutip biaya administrasi sebesar Rp50.000 per bulan untuk setiap gerai yang bergabung (menjadi mitra FoodMe). Kedua, FoodMe mendapat bagi hasil 7,5% dari setiap transaksi. Ketiga, mendapat bagi hasil sebesar 20% dari biaya kurir.

“Selain itu, FoodMe juga membuka layanan jasa food styling photography dan iklan slider di aplikasi kami,” jelas Zulkifli.

Application Information Will Show Up Here

Skymada Hadirkan Layanan Logistik Berbasis Digital di Kota Pontianak

Skymada merupakan startup digital asal Kalimantan Barat yang fokus di bidang logistik. Startup yang digawangi Fajar Irvan (CEO), Wira Karmayudha (CFO), Gilbert (CMO), dan Ferry Setiawan (CTO) ini berdiri dari inisiatif Gerakan Nasional 1000 Startup Digital tahun 2017 silam. Dalam ajang tersebut, Skymada berhasil mewakili Kota Pontianak hingga tahap Hacksprint.

“Skymada hadir untuk membantu UKM logistik di Indonesia dapat berkolaborasi bersama dalam satu sistem manajemen pengiriman agar dapat menyajikan fitur tracking kepada konsumen,” kata Fajar Irvan.

Pada bulan Oktober 2017, Skymada juga terpilih menjadi salah satu dari 30 startup di Indonesia yang berpartisipasi dalam acara Google Launchpad Indonesia, yang berlangsung di Jakarta. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas ekosistem startup Indonesia yang diberikan langsung oleh mentor global Google dari berbagai negara.

Fokus sasar pasar UMKM

Di era digital yang serba cepat, kebutuhan mengetahui lokasi kiriman barang (tracking) adalah hal esensial bagi pengirim maupun penerima barang. Di sisi lain, membangun sendiri sistem tracking perlu sumber daya yang besar dan kerja sama yang baik di antara pengguna sistem, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi UKM logistik di Indonesia.

“Kami membuat SOP digital untuk para pelaku UMKM. Selama ini kegiatan tersebut hanya bisa dilakukan perusahaan logistik besar. Selama ini kelemahan UMKM logistik kita adalah tidak memiliki tracking system yang bisa dilacak konsumen, sehingga tidak dilirik oleh perusahaan e-commerce,” jelas Ferry.

Skymada sejauh ini fokus di pasar B2B dan menjalin kemitraan dengan beberapa perusahaan logistik level UKM, mulai dari Aceh, Tarakan, Malang dan tentu saja Pontianak. Pihak Skymada belum melakukan monetisasi untuk keuntungan. Mereka fokus membangun konektivitas antar UKM logistik di tanah air serta meningkatkan trafik kunjungan ke UKM logistik mitra Skymada tersebut.

“Ke depan, kami akan menarik keuntungan dari transaksi UKM tersebut. Kami juga akan membangun layanan lain yang mana dari situ kami mendapat keuntungan.”

Pihak Skymada menargetkan mendapat pengguna sebanyak mungkin di seluruh Indonesia, seperti nama mereka, Skymada yang diambil dari kata Sky (langit) dan Gajah Mada, yang mampu menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di nusantara menjadi satu kekuatan besar.

Startup P2P Lending Asal Pontianak “Abang Desa” Fokus Jangkau Bisnis Peternakan dan Pertanian

Abang Desa, singkatan dari “Ayo Bangun Desa”, adalah sebuah platform lending marketplace atau peer-to-peer (p2p) lending asal Pontianak yang mencoba menghubungkan investor dengan pelaku UMKM. Startup ini didirikan pada pertengahan tahun 2016 oleh Adiwarna dan Sutopo Widodo.

Latar belakang pengembangan bisnis tersebut lantaran co-founder Abang Desa melihat data bahwa 60-70% UMKM di Indonesia belum mendapatkan akses atau pembiayaan dari perbankan. Sementara menurut data per tahun 2015, jumlah total pelaku UMKM di Indonesia berada pada angka 56,54 juta unit usaha.

Awalnya Adiwarna dan rekan berencana untuk mendirikan institusi berbasis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Pontianak, namun dengan tren fintech yang ada saat ini akhirnya mereka memilih pendekatan teknologi. Pendekatan tersebut dipilih dengan keyakinan dapat merangkum pasar yang lebih besar.

“Abang Desa menyediakan akses pembiayaan bagi nasabah yang memerlukan modal dan instrumen investasi alternatif yang dapat diakses oleh siapa saja dan di mana saja, serta dapat menjangkau mereka yang di desa hingga di batas negeri [perbatasan Kalimantan-Malaysia],” ujar Adiwarna.

Sejak diluncurkan sebagai versi percobaan pada Desember 2017 lalu, tercatat total pembiayaan yang telah disalurkan sebesar Rp150,9 juta, dengan jumlah investor aktif  21 orang dan mitra usaha yang dibiayai 12 unit. Pembiayaan tersebut berhasil menyediakan 10 ekor sapi untuk peternak dan penyediaan 2,5 hektar lahan pertanian.

Fokus di bidang peternakan, pertanian, dan bisnis kecil

Abang Desa fokus ke tiga produk utama, yakni Abang Ternak, Abang Tani, dan Abang Bisnis. Abang Ternak mengadopsi model equity crowdfunding dengan skema bagi hasil.

Abang Tani mengundang siapa saja untuk berinvestasi di sektor pertanian dengan skema peer-to-peer. Sementara itu produk Abang Bisnis merupakan instrumen pendanaan usaha di sektor pengolahan produk (industri). Semua pendekatan tersebut berusaha dikemas dengan kultur pedesaan yang kental dengan model bisnis berbasis kemitraan.

“Untuk produk Abang Ternak dan Abang Tani berusaha mendigitalkan model bisnis kemitraan yang telah lama berlaku dalam masyarakat. Dalam masyarakat desa dikenal hubungan kemitraan saling menguntungkan khususnya pemeliharaan sapi. Sistem inilah yang mereka adopsi dalam layanan Abang Ternak,” jelas Adiwarna.

Dengan skema bisnis seperti ini, ketika sapi dinilai layak jual dan menguntungkan maka akan dijual. Abang Desa akan mengembalikan porsi modal investor (100%) dan membagikan keuntungan hasil penjualan sesuai porsi masing-masing yang telah disepakati. Abang Desa akan mendapatkan fee dari keuntungan yang diperoleh.

Sementara untuk produk pendanaan Abang Tani dan Abang Bisnis, mereka menggunakan skema pendanaan p2p lending, sehingga mitra akan mendapatkan pendanaan usaha dalam bentuk pinjaman. Untuk itu mitra berkewajiban untuk melakukan angsuran bulanan dengan imbal jasa yang telah disepakati.

Market di segmen ini [khususnya di Kalimantan Barat] masih sangat besar sehingga peluang untuk berkembang terbuka lebar. Selain itu, anggota tim kami sebagian besar punya pengalaman mumpuni di perbankan, khususnya pembiayaan mikro,” tutup Andiwarna.

Sayurbaba Layani Pesan Antar Bahan Makanan di Pontianak

Seiring makin ramainya Kota Pontianak, Kalimantan Barat, membuat pertumbuhan bisnis digital di wilayah ini turut berkembang. Startup yang baru resmi meluncur para akhir Januari 2018 lalu adalah Sayurbaba, yakni sebuah aplikasi on-demand yang melayani pemesanan bahan makanan mentah, seperti sayuran, bumbu dapur, daging, hingga ikan.

Sayurbaba didirikan oleh Sutrisno dan Yunardi dengan konsep menjadi perantara antara masyarakat sebagai konsumen dan petani. Dalam operasional bisnis yang sudah dijalankan, Sayurbaba melayani pemesanan dalam dua shift pengantaran, yakni pagi dan siang. Dari statistik yang ada, saat ini Sayurbaba sudah mendapatkan unduhan 2300 kali di Play Store dan 700 kali di App Store.

Diceritakan bahwa kondisi Kota Pontianak saat ini sudah semakin ramai. Dengan banyaknya pekerja urban dan mahasiswa, terbuka banyak peluang usaha yang bisa dikembangkan. Sayurbaba melihat, pertumbuhan rumah kos atau kontrakan yang ada di Pontianak sebagai pangsa pasar yang dapat digali. Umumnya anak kos atau kontrakan ingin berhemat, sehingga tidak semua selalu membeli makanan siap saji.

“Untuk kesediaan sayur dan daging mentah, kami membeli dari petani dan rekanan lokal di Pontianak dengan sistem beli putus,” ujar Yunardi. “Namun Sayurbaba juga tidak ingin ‘mengganggu’ pedagang sayur lokal. Saat ini kami tengah mengembangkan proses bisnis sehingga nantinya bisa bekerja sama dengan pedagang sayur keliling yang ada.”

Sayurbaba mendapat keuntungan dari margin penjualan yang dipatok belasan persen. Selain itu juga dari ongkos kirim.

“Untuk minimal pemesanan kita patok minimal seharga Rp20.000 ditambah ongkos kirim sebesar Rp10.000, sedang untuk pemesanan Rp50.000 bebas biaya pengiriman.”

Di bawah payung legal CV Sayurbaba Online Borneo, saat ini Sayurbaba memiliki sepuluh karyawan, terdiri dari 6 orang kurir dan 4 admin, termasuk bagian pengemasan. Setiap hari pemesanan dibuka hingga pukul 22.00 malam, untuk diantar keesokan harinya.

Ke depan Sayurbaba akan menambah produk berupa buah-buahan dan paket lauk.

“Saat ini kita sudah mulai berkembang hingga ke luar Pontianak, untuk peluasan pangsa pasar mungkin kita mencari investor,” tutup Yunardi.

Application Information Will Show Up Here

Borneo SkyCam, Pengembang Drone Asal Pontianak

Kalimantan adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia. Demografi wilayahnya cukup unik, selain masih banyak didominasi oleh hutan, pulau ini juga berbatasan langsung dengan negara tetangga. Medan yang menantang membuat pengawasan melalui udara menjadi lebih efektif, khususnya untuk kebutuhan militer (pengawasan perbatasan) dan pertanian (pemetaan lahan). Kondisi tersebut dilihat sebagai peluang oleh tim Borneo SkyCam, sebuah startup pengembang perangkat pengawas berbasis pesawat nirawak (drone).

Peluang selanjutnya juga dilihat dari komoditas produk drone yang ada saat ini untuk kebutuhan di Kalimantan. Jika menggunakan drone biasa, ada beberapa keterbatasan yang menjadikan prosesnya kurang efektif. Salah satunya soal kemampuan baterai yang sangat terbatas, menjadikan jam terbangnya tidak bisa lama. Untuk itu Borneo SkyCam mengembangkan drone dengan kemampuan khusus untuk pengamatan di wilayah yang luas.

Salah satu pendekatan yang dilakukan ialah baterai menggunakan panel surya –cukup menjanjikan, mengingat Kalimantan terletak di garis khatulistiwa, sehingga penyinaran matahari sangat efektif selama 12 jam. Dukungan panel surya membuat drone besutan Borneo SkyCam mampu terbang dengan jangkauan eksplorasi 4000km berkecepatan 200km/jam, dengan daya tahan baterai mencapai 16 jam.

Drone milik Borneo SkyCam

“Teknologi drone bisa dioptimalkan untuk memetakan lahan tanpa harus menelusur dengan jalur darat yang biasanya berdampak pada kerusakan hutan, karena harus membuka jalur yang belum pasti. Sampai saat ini Borneo SkyCam terus fokus kepada riset-riset pesawat nirawak dengan bahan bakar yang ramah lingkungan,” ujar Co-Founder Borneo SkyCam, Hajon Mahdy Mahmudin.

Hajon berpendapat, riset seperti inilah sangat dibutuhkan Indonesia saat ini, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Dibutuhkan alat yang dapat menembus pelosok-pelosok negeri. Borneo SkyCam memanfaatkan Internet of Things (IoT) sebagai media berbagi informasi hasil penelusuran yang ditangkap.

Terutama untuk pemetaan lahan

Borneo SkyCamp didirikan Tony Eko Kurniawan, Hajon Mahdy Mahmudin, Aprianto Setya Putra, Eko Jatmiko, dan Dede Himandika sejak tahun 2012 di Pontianak. Keempatnya berlatar belakang pendidikan Teknik Elektro. Awalnya Borneo SkyCam dikembangkan karena pada saat itu drone sangat langka di Kalimantan Barat. Debut yang pernah dilakukan Borneo SkyCam ialah kerja samanya dengan program TOPDAM (Topografi Daerah Militer) milik KODAM 12 Tanjungpura dan Badan Pertanahan Nasional wilayah Kalimantan Barat. Sampai saat ini Borneo SkyCam sudah melayani permintaan layanan yang lebih luas hingga terakhir ke Papua.

Drone yang sedang dibuat Borneo SkyCam memiliki lebar 3 meter. Bahan-bahan pembuat drone saat ini 80 persen merupakan bahan lokal Indonesia dan 20 persen sisanya masih impor seperti panel surya dan motor penggerak.  Drone ini dikontrol dengan dua cara, remote control dan laptop, yang disambungkan dengan internet untuk kebutuhan pemantauan real-time. Sedangkan sistem yang dikembangkan ditujukan untuk pemancar sinyal ke pelosok, kebutuhan pemantauan, dan pemetaan.

Drone milik Borneo SkyCam

Menceritakan studi kasus pemanfaatan drone yang pernah dilakukan, Hajon berujar, “Kami dari 2012 melakukan riset dan memang sudah mengembangkan sistem pemetaan. Drone kami sudah digunakan untuk memetakan 4 bandara di NTT, pemetaan wilayah di Papua, dan pemetaan beberapa perkebunan di Kalimantan. Terakhir drone yang kami produksi juga dibeli oleh salah satu kementerian untuk digunakan pemetaan lahan.”

Selain menawarkan perangkat drone yang dikembangkan, Borneo SkyCam juga mengembangkan model bisnis melalui lembaga riset  pesawat nirawak, jasa pemetaan, dan lembaga pendidikan robotika.

Eggclan Hadirkan Konsep Iklan Berjalan di Pontianak

Setelah sukses menghadirkan layanan on-demand untuk pengantaran makanan Delifairy, Aprianto kini mengembangkan sebuah konsep baru periklanan di Kota Pontianak. Lewat layanan barunya bernama Eggclan, ia coba mengakomodasi model iklan di Pontianak berupa media offline yang dimaksimalkan melalui perangkat online.

Konsep yang ditawarkan Eggclan ini unik dan baru di Pontianak –kendati di kota besar di Jawa juga sudah banyak diimplementasikan, misalnya yang dilakukan Sticar—produk klien diiklankan di atas motor yang mengelilingi titik tertentu di Pontianak pada jam sibuk. Apri beralasan karena mobilitas motor di Pontianak lebih tinggi dibanding mobil. Eggclan juga mencoba memberi kesempatan para pengiklan mikro dan UMKM dengan harga terjangkau, karena selama ini iklan melalui billboard biayanya mahal dan tidak efektif menjangkau konsumen.

Saat ini layanan Eggclan sudah launching, namun masih dengan akses yang terbatas untuk klien tertentu saja. Rencananya akan dilakukan grand launching pada awal 2018 mendatang.

Dalam menjalankan proses bisnis, Eggclan memiliki tiga mekanisme, yaitu:

  1. Pure rider yang memang direkrut menjalankan iklan. Klien bebas mengatur mereka mau jam berapa  dan rutenya di mana saja
  2. Bermitra dengan ojek online yang jarak tempuhnya lebih dari 20 kilometer sehari.
  3. Sosialisasi lewat angkutan umum seperti angkot.

Eggclan menawarkan keuntungan dari sisi klien, rider, dan konsumen dengan melakukan soft selling, salah satunya dengan melibatkan pengguna untuk mengisi survei yang tersedia di aplikasi Eggclan dan diberi giveaway menarik dari klien. Klien juga dapat menelusuri jejak dan rute para rider yang mengiklankan produk mereka, serta bisa berkomunikasi langsung dengan para rider. Klien juga dapat menelusuri check point para rider lewat aplikasi.

Dari sisi rider, aplikasi Eggclan menyediakan keakuratan informasi di lapangan sesuai keinginan klien. Semua dilakukan secara real time. Rider akan mendapat pembayaran sesuai dengan kontrak iklan yang mereka dapat dalam sehari. Fitur check point menawarkan jasa kepada klien dan kebebasan dalam menentukan rute. Rider dapat menjelaskan dengan baik setiap iklan klien kepada konsumen.

“Ketika ada klien yang ingin meluncurkan produk, brand awareness, atau grand opening, kita dapat kerahkan 30-50 reader secara bersamaan yang disesuaikan dengan budget klien,” jelas Apri.

Tak Sanggup Bersaing, Startup On-Demand Lokal di Pontianak Tumbang

Sejak Go-Jek merambah ke Pontianak sekitar Mei 2017 lalu, diikuti Grab dan Uber, ternyata berdampak negatif terhadap beberapa startup on-demand lokal di Kota Khatulistiwa ini. Terbukti, beberapa startup lokal seperti Tripy, Ponjek, Travella, dan Hay Trans kini sudah tidak beroperasi lagi. Hal ini diakui oleh Ibrahim, salah seorang pendiri Tripy.

Ibrahim mengatakan kepada DailySocial, startup lokal Pontianak seperti Tripy, tak mampu menyaingi startup nasional karena mereka tidak punya modal finansial yang besar. Saat Go-Jek masuk sebulan sebelum Ramadan 2017, transaksi Tripy masih bagus. Lalu Uber masuk Pontianak sebulan kemudian dengan promo gila-gilaan, dengan tarif 15.000 rupiah ke bandara, tidak lama setelah itu, Go-Car beroperasi. Transaksi Tripy hanya bertahan sebulan, lalu manajemen Tripy memutuskan mundur karena beban operasional dan beban server yang besar.

“Mau perang sama perusahaan yang biasa “bakar duit”, kami tak sanggup,” ujar Ibrahim.

Namun, ada juga beberapa startup lokal yang masih sanggup bertahan, seperti Angkuts, Hello Kapten, Delifairy, dan Bujang Kurir. Saat ditemui DailySocial, Riszky Ramadhan selaku owner Bujang Kurir mengatakan, hingga detik ini Bujang Kurir masih bisa bertahan karena banyaknya pelanggan setia mereka, meski terasa ada penurunan order sebesar 10-15%. Hingga detik ini, tercatat 100 order per hari. Startup lokal yang berdiri pada 18 Juni 2015 ini telah diunduh 10.000 kali.

Adanya monopoli dari perusahaan nasional dalam hal delivery order mematikan usaha lokal. Riszky mengatakan tidak pernah menolak adanya startup nasional di Pontianak. Dia  cuma meminta adanya regulasi yang jelas dari pemerintah daerah mengenai tarif, zona, dan perekrutan tenaga driver.

“Saya minta perhatian pemerintah daerah berupa perwa dan perda untuk melindungi startup lokal agar mampu bersaing dengan startup nasional. Kita tidak bisa menolak kemajuan teknologi, tapi itu bisa dikontrol,” tegasnya.