Rencana dan Fokus Bisnis Zipmex di Indonesia

Besarnya pasar Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa Zipmex yang merupakan platform jual-beli aset digital di Asia Tenggara memutuskan untuk meluncurkan layanan mereka di Indonesia.

Kepada DailySocial, Co-Founder & Chairman Zipmex Indonesia Raymond Sutanto mengungkapkan, investasi aset kripto saat ini telah menjadi topik yang hangat dan sudah diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari makin banyaknya platform serupa yang menawarkan investasi aset kripto, pakar yang menjadi guru kepada masyarakat umum yang ingin mempelajari lebih jauh, hingga tumbuhnya komunitas.

“Dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia, Indonesia memang masih sangat rendah penetrasinya dalam hal investasi aset kripto. Namun Indonesia memiliki potensi bagi aset kripto untuk tumbuh dalam beberapa waktu ke depan.”

Dengan inovasi terkini, Zipmex memperkenalkan dan memberikan akses yang lebih mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan aset digital terbaik dalam berinvestasi. Selain di Indonesia, platform investasi aset digital tersebut juga beroperasi di tiga negara lainnya yaitu Singapura, Thailand, dan Australia.

Zipmex pertama kali didirikan di Singapura pada 2018 oleh Marcus Lim dan  Akalarp Yimwilai. Kemudian berekspansi ke Thailand, Indonesia, dan Australia.

“Perbedaan Zipmex dengan platform serupa lainnya adalah, kami sangat user-friendly. Selain itu Zipmex juga sudah teregulasi Bappebti dan Kominfo. Bermitra dengan BitGo, Zipmex merupakan platform pertama yang memberikan dompet digital dengan asuransi hingga $100 juta bagi seluruh pengguna,” kata Raymond.

Asuransi tersebut diklaim oleh Zipmex bisa melindungi pengguna dari ancaman serangan hacker saat pertukaran dan jaminan keamanan kepada pengguna. Harapannya bisa menumbuhkan lebih besar kepercayaan pengguna untuk berinvestasi aset kripto.

Keunggulan Zipmex lainnya yang bisa dinikmati oleh trader di Indonesia yaitu harga Bitcoin yang lebih murah daripada bursa lokal lain di Indonesia. Zipmex dirancang untuk menangani volume perdagangan dalam jumlah yang besar, sehingga menawarkan harga paling rendah untuk para penggunanya.

Demi memberikan layanan terbaik bagi penggunanya, Zipmex terus berinovasi seperti membuat Z-Launch, Zips Marketplace, ZipNFT (Non-Fungible Tokens), ZipStocks, ZipSpend, dan Ziplend.

Di Indonesia sendiri, Zipmex berkompetisi langsung dengan beberapa pemain sejenis, termasuk Indodax, Tokocrypto, hingga Pintu.

Rencana penggalangan dana dan kolaborasi

Untuk dapat memberikan yang terbaik bagi para pengguna, Zipmex menonjolkan inovasi dalam berbagai fiturnya. Mereka juga menyiapkan aplikasi yang ramah pengguna sehingga mudah digunakan. Langkah Zipmex semakin diperkuat dengan menyediakan aset kripto dengan harga kompetitif dan likuiditas tinggi. Dengan cara ini, Zipmex meningkatkan keunggulan produknya terutama dari sisi fleksibilitas bagi pengguna.

Untuk memperkuat posisinya di Indonesia, telah dijalin kerja sama strategis tahun lalu antara Zipmex dengan aplikasi investasi, Pluang. Menurut Raymond, melalui kerja sama ini diharapkan bisa membuka potensi lainnya bagi Zipmex untuk menambah kerja sama dengan platform lainnya.

“Sebelumnya kami sudah mengenal dengan baik tim Pluang dan mereka membutuhkan produk investasi aset kripto ke dalam aplikasi mereka, dengan alasan itulah maka kerja sama strategis ini kami lakukan,” kata Raymond.

Saat ini Zipmex masih dalam proses finalisasi penggalangan dana seri B. Jika sudah rampung dalam waktu satu bulan ini akan segera diumumkan siapa saja investor yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini. Sebelumnya Zipmex telah mengantongi pendanaan awal dari Infinity Blockchain Holdings. Kemudian saat pendanaan Seri A, Zipmex telah menerima dana segar dari Jump Capital. Secara keseluruhan nilai investasi yang diperoleh Zipmex adalah sekitar $10,9 juta.

“Target kita di Indonesia diharapkan bisa menambah jumlah pengguna, memberikan edukasi secara perlahan kepada masyarakat, menambah aset yang bisa di-trading juga menambah 100 koin hingga akhir tahun ini,” tutup Raymond.

Application Information Will Show Up Here

Trustmedis Luncurkan Aplikasi Doctugo, Rencanakan Penggalangan Dana

Bertujuan untuk memudahkan pasien mengakses layanan dari fasilitas kesehatan yang bergabung dengan Trustmedis, aplikasi Doctugo diluncurkan untuk masyarakat luas. Seperti diketahui, Trustmedis adalah platform berbasis cloud yang disasarkan untuk menunjang layanan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Trustmedis Achmad Zulkarnain mengungkapkan, untuk memperbesar aplikasi tersebut Trustmedis juga berencana untuk memperluas kemitraan strategis dengan platform healthetch hingga super apps di Indonesia.

“Melalui Doctugo kami ingin memperluas kolaborasi dengan platform healthtech hingga startup lainnya di Indonesia. Kami menyadari, agar bisnis bisa tumbuh lebih besar, kolaborasi menjadi cara yang paling relevan, bukan kompetisi,” kata Achmad.

Masih dalam proses finalisasi, nantinya ada beberapa platform healthtech dan startup yang popular akan menjadi mitra Doctugo. Dengan jumlah fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh Trustmedis yaitu sekitar 240 rumah sakit dan klinik, diharapkan bisa dimanfaatkan oleh mitra dan sebaliknya. Mereka juga ingin memberikan kesempatan kepada pasien dari masing-masing fasilitas kesehatan yang bergabung pilihan lebih dan fleksibilitas.

“Saat ini kami sudah memiliki sekitar 5 juta pasien yang terdaftar dari fasilitas kesehatan yang bergabung dengan Trustmedis. Harapannya dengan aplikasi Doctugo jumlah tersebut bisa bertambah dua kali lipat hingga akhir tahun 2021,” kata Achmad.

Meskipun baru diluncurkan sekitar tiga minggu lalu, Achmad mengklaim saat ini aplikasi Doctugo sudah diunduh sekitar 500 orang di Play Store dan sudah menjalin kemitraan dengan 6 rumah sakit di beberapa wilayah di Indonesia. Harapannya jika jumlah unduhan bertambah menjadi 5 ribu, mereka akan melakukan peluncuran resmi aplikasi ini.

Akses resume medis dan rencana penggalangan dana

Untuk memastikan semua pasien terverifikasi, bagi pasien yang ingin memanfaatkan berbagai layanan di aplikasi Doctugo, harus mengunduhnya di fasilitas kesehatan yang mereka kunjungi. Nantinya mitra rumah sakit atau klinik akan merekomendasikan pasien mengunduh aplikasi Doctugo. Bukan hanya proses antrean saja yang bisa dimanfaatkan, namun resume medis juga nantinya bisa diakses oleh pasien melalui aplikasi.

“Kami pastikan semua aturan dari regulator kami ikuti. Nantinya resume medis bisa dilihat langsung di aplikasi demikian juga dengan berbagai layanan lainnya” kata Achmad.

Dengan demikian Trustmedis tidak perlu melakukan kegiatan edukasi hingga awareness kepada pasien. Karena semua proses dilakukan oleh pihak fasilitas kesehatan yang bergabung. Sehingga menjamin kebenaran pasien yang ada, untuk bisa menikmati semua layanan yang tersedia di aplikasi.

Secara bisnis, melalui aplikasi Doctugo, Trustmedis diharapkan bisa lebih mudah melancarkan kegiatan monetisasi ke fasilitas kesehatan yang ke depannya memiliki potensi untuk menambah jumlah pasien mereka.

“Dari sisi kuantitas kami melihat lebih banyak dari fasilitas kesehatan berupa klinik. Namun dari sisi value, rumah sakit menjadi ideal bagi kami karena besarnya jumlah pasien yang dimiliki,” kata Achmad.

Setelah awal tahun 2020 lalu telah mengantongi pendanaan awal, tahun ini Trustmedis berencana untuk melakukan kegiatan penggalangan dana kembali. Masih dalam proses penjajakan, ditargetkan kuartal tiga tahun ini, dana segar bisa dikantongi.

“Meskipun saat awal pandemi bisnis kami yang mengandalkan sepenuhnya fasilitas kesehatan menurun, namun dengan layanan Telemedis dan saat ini aplikasi Doctugo, diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan bisnis Trustmedis yang makin terakselerasi berkat masifnya adopsi digital di kalangan masyarakat Indonesia,” kata Achmad.

Application Information Will Show Up Here

Zenyum Secures Series B Funding, to Accelerate Expansion Throughout Asia

After securing series A funding in 2019 from RTP Global, Sequoia India, TNB Aura, SEEDS Capital, and several other investors, the direct-to-consumer (D2C) platform that offers Zenyum dental care products has received another funding from L Catterton worth of $25 million. Zenyum’s previous investors participated in this round, including Sequoia Capital India, RTP Global, Partech, TNB Aura, Seeds Capital and FEBE Ventures.  The company managed to raise a total funding of $40 million.

Zenyum’s CEO, Julian Artope revealed to DailySocial that dental care and related products, also known as “Smile Cosmetics” is a billion dollar opportunity across Southeast Asia. Zenyum wants to be the market leader in the fastest growing region in the world.

“With this funding, we can accelerate our expansion across Asia, deepen our product range, and further develop our technology stack to become a true partner for dentists while building a category-defining company,” Julian said.

Regarding Zenyum’s business in Indonesia, Julian emphasized their plan to expand. Was founded in 2018, Zenyum has grown exponentially, with a 4x increase in revenue by 2020. With technology support and partner network integration, Zenyum formed collaborations with dentists that are accessible across Asia through a secure and personalized process.

“Zenyum has grown exponentially over the past year and ZenyumClear has quickly become the market leader in our segment in Asia. We are also executing on a wider category and successfully launching other Smile Cosmetic Products such as our ZenyumSonic toothbrush which has proven to be a great success story, dominates the Electric Toothbrush category on third-party e-commerce platforms and is sold at well-known retailers such as the Guardian,” Julian said.

Pandemic and Zenyum business growth

During the pandemic, Zenyum launched online and offline activities and services to help their customers. The difficulty in conducting face-to-face meetings was solved by the Zenyum team by providing online consulting services and treatments.

It is expected that through this process, instead of returning every month for visits, Zenyum’s dentist and customer service team track customer progress more closely and timely through the app and only ask customers to come back for an in-person consultation if necessary.

“This enables our customers to use proprietary technology to minimize inefficiencies in the invisible aligner treatment process and also helps dentists optimize their time and digitize their practice. This can also increase the level of care and quality of outcomes for customers, resulting in a Net Promoter Score (NPS) of the best customer in its class,” Julian said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Seri B, Zenyum Ingin Percepat Ekspansi di Seluruh Asia

Setelah mengantongi pendanaan seri A tahun 2019 dari RTP Global, Sequoia India, TNB Aura, SEEDS Capital, dan beberapa investor lainnya, platform direct-to-consumer (D2C) yang menawarkan produk perawatan gigi Zenyum kembali mendapatkan pendanaan dari L Catterton dengan nilai investasi $25 juta. Investor Zenyum sebelumnya termasuk Sequoia Capital India, RTP Global, Partech, TNB Aura, Seeds Capital, dan FEBE Ventures turut berpartisipasi dalam putaran Seri B ini. Sehingga perusahaan berhasil mengumpulkan total pendanaan mencapai $40 juta.

Kepada DailySocial, CEO Zenyum Julian Artope mengungkapkan, perawatan gigi dan produk terkaitnya, atau yang juga dikenal dengan “Kosmetik Senyum” adalah peluang bernilai miliaran dolar Amerika Serikat di seluruh Asia Tenggara. Zenyum ingin menjadi pemimpin pasar di kawasan yang memiliki pertumbuhan tercepat di dunia.

“Dengan investasi ini, kami dapat mempercepat ekspansi di seluruh Asia, memperdalam jangkauan produk kami, dan mengembangkan lebih lanjut technology stack kami untuk menjadi mitra sejati bagi dokter gigi sambil membangun category-defining company,” kata Julian.

Terkait dengan rencana bisnis Zenyum di Indonesia, Julian menegaskan, mereka memiliki rencana untuk melakukan ekspansi. Sejak didirikan pada tahun 2018, Zenyum telah tumbuh secara eksponensial, dengan peningkatan pendapatan 4x lipat pada tahun 2020. Dengan dukungan teknologi dan integrasi jaringan mitra, Zenyum menjalin kolaborasi dengan dokter gigi yang dapat diakses di seluruh Asia melalui proses yang aman dan personal.

“Zenyum telah berkembang pesat selama setahun terakhir dan ZenyumClear dengan cepat menjadi pemimpin pasar di segmen kami di Asia. Kami juga mengeksekusi pada kategori yang lebih luas dan berhasil meluncurkan Produk Kosmetik Senyum lainnya seperti sikat gigi ZenyumSonic kami yang telah terbukti menjadi kisah sukses yang luar biasa, mendominasi kategori Sikat Gigi Elektrik di platform e-commerce pihak ketiga dan dijual di pengecer ternama seperti Guardian,” kata Julian.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis Zenyum

Selama pandemi, Zenyum melancarkan kegiatan dan layanan secara online dan offline untuk membantu pelanggan mereka. Kesulitan untuk melakukan pertemuan langsung, dilakukan oleh tim Zenyum dengan memberikan layanan konsultasi hingga peawatan dengan cara online.

Harapannya dengan melakukan proses tersebut, daripada harus kembali setiap bulan untuk kunjungan yang mungkin tidak diperlukan, dokter gigi dan tim layanan pelanggan Zenyum melacak kemajuan pelanggan lebih dekat dan tepat waktu melalui aplikasi dan hanya meminta pelanggan untuk datang kembali untuk konsultasi langsung jika diperlukan.

“Hal ini memudahkan pelanggan kami dengan menggunakan teknologi eksklusif untuk meminimalkan inefisiensi dalam proses perawatan invisible aligner dan juga membantu dokter gigi mengoptimalkan waktu mereka dan mendigitalkan praktik mereka. Langkah tersebut juga bisa meningkatkan tingkat kepedulian dan kualitas hasil bagi pelanggan, menghasilkan Net Promoter Score (NPS) pelanggan terbaik dikelasnya,” kata Julian.

Application Information Will Show Up Here

Mudahkan Pemilik Properti Kelola Bisnis, Rukita Luncurkan Layanan “RuOptions”

Meluncur sebagai platform proptech yang berfokus menyediakan layanan pengelolaan properti secara menyeluruh, Rukita mulai melihat besarnya kebutuhan dari pemilik properti yang secara khusus membutuhkan dukungan dari sisi pemasaran dan penjualan.

Melihat potensi tersebut, Rukita menghadirkan “RuOptions” bagi pemilik properti yang ingin mengoptimalkan upaya pemasaran dan penjualan hunian indekosnya dengan kegiatan operasional yang dikelola secara mandiri.

Kepada DailySocial, Co-founder & COO Rukita Sarah Soewatdy mengungkapkan, dengan layanan ini, pemilik properti memiliki peluang lebih tinggi dalam memaksimalkan bisnisnya dengan menjaring calon penghuni milenial.

“Layanan RuOptions menerapkan sistem pemasaran dan penjualan terintegrasi, baik secara offline maupun online. Seluruh kegiatannya pun dikelola sepenuhnya oleh tim Rukita, mulai dari pembuatan materi dan dokumentasi yang menarik, proses pemasaran di berbagai kanal, transaksi, hingga onboarding penghuni.”

Selain itu, Rukita juga menyediakan tim layanan pelanggan serta mengelola proses administrasi dan penagihan biaya sewa penghuni, sehingga mitra pemilik properti dapat berfokus pada hal operasional. Dasbor khusus juga disediakan bagi mitra untuk memonitor tingkat okupansinya secara real-time. Di samping itu, Rukita juga menyediakan layanan operasional tambahan, seperti tenaga kerja kebersihan dan keamanan yang terlatih.

Sementara itu untuk penghuni, RuOptions memberikan lebih banyak pilihan tempat tinggal yang layak dengan rentang harga yang lebih beragam sesuai anggarannya. Para penghuni pun tetap dapat memperoleh keuntungan menarik layaknya para Rukees yang tinggal di unit Rukita lainnya, seperti mendapatkan penawaran khusus dari para mitra, akses ke aplikasi Rukita, menjadi bagian dari komunitas Rukees dan bergabung di kegiatan komunitas.

Hingga saat ini Rukita telah mengoperasikan lebih dari 3500 kamar di wilayah Jadetabek dengan 2800+ penghuni dan 120+ mitra pemilik properti. Tahun ini ada sejumlah target yang akan dilancarkan oleh Rukita, di antaranya adalah ekspansi bisnis di wilayah Jadetabek dan inovasi produk untuk menjawab kebutuhan kalangan milenial akan hunian coliving. Untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan lebih, Rukita juga akan berfokus pada pengembangan teknologi dengan menghadirkan fitur baru di aplikasi tenant dan memperkaya ekosistem di platformnya melalui rangkaian kemitraan.

Community engagement juga akan menjadi prioritas utama Rukita untuk menciptakan komunitas yang lebih aktif dan akrab sejalan dengan ciri khas hunian coliving. Sementara itu, pembicaraan tentang pendanaan selalu berjalan dan fokus kami tetap untuk berusaha mewujudkan misi utama kami,” kata Sarah.

Untuk bisa tampil lebih unggul dibandingkan pemain lainnya seperti RoomME, Mamikos dan lainnya, Rukita menciptakan produk-produk berbasis teknologi yang inovatif untuk menjawab kebutuhan penghuni maupun pemilik properti. Yaitu dengan menyederhanakan proses pencarian hunian secara online, para penghuni dapat memesan layanan & add-ons, melakukan pembayaran sewa, serta mendaftarkan diri dalam kegiatan komunitas melalui aplikasi.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis Rukita

Saat pandemi tahun 2020 lalu, Rukita mengklaim bisa bertahan mengembangkan bisnis dan telah menunjukkan pertumbuhan yang positif berkat adaptasi berkelanjutan. Sejak kuartal ketiga tahun lalu, Rukita terus mengalami pertumbuhan okupansi dengan tingkat okupansi rata-rata saat ini berada di angka 80%. Sementara itu, jumlah penghuni baru pada kuartal pertama tahun ini juga mencapai rekor tertinggi setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 122% pada semester kedua jika dibandingkan dengan semester pertama pada 2020.

Salah satu cara yang dilakukan oleh Rukita untuk mengakali kondisi tersebut adalah melancarkan beberapa inisiatif new normal yang dilakukan untuk menghadirkan layanan yang tetap relevan dalam menjawab kebutuhan saat ini. Mulai dari menyediakan fasilitas yang mendukung produktivitas penghuni saat bekerja dari rumah, memfasilitasi tes rapid antigen, dan lain-lain.

“Rukita juga menggandeng para mitra yang kredibel untuk menghadirkan beragam nilai tambah yang mempermudah para penghuni dalam beradaptasi di era new normal dengan fokus utama pada kenyamanan, kemudahan, dan keselamatan. Sejumlah kemitraan yang sedang berlangsung saat ini, di antaranya Sayurbox, Ruparupa, Lalamove, KlinikGo, Sneakershoot, Elevenia Mart,” kata Sarah.

Salah satu inovasi yang sudah diluncurkan tahun ini adalah, fitur “WFH ready”. Sebuah kamar memiliki fasilitas pendukung WFH yang layak, seperti koneksi internet berkecepatan tinggi, meja dan kursi kerja yang nyaman, lampu meja dengan penerangan yang memadai, rak untuk meletakkan peralatan kantor, hingga mesh board dekoratif yang membuat meja kerja lebih menarik.

Sebagai platform yang menghadirkan solusi lokal, Rukita terdiri atas gabungan tim lokal dengan pemahaman mendalam akan kebiasaan dan preferensi para penghuni dan pemilik properti. Sehingga memungkinkan mereka untuk menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya masyarakat Indonesia. Contohnya, pasangan yang belum menikah dilarang untuk tinggal bersama.

“Oleh karena itu, Rukita melakukan pengecekan latar belakang bagi calon penghuni secara ketat dan berkomitmen untuk menyewakan hunian secara bulanan untuk meminimalisir permasalahan sosial yang kerap terjadi di properti dengan penyewaan harian. Kebijakan ini menjadi solusi yang menguntungkan, baik bagi kenyamanan penghuni maupun pemilik properti,” tutup Sarah.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Seri B, Lemonilo Ingin Perluas Varian Produk

Lemonilo dikenal sebagai startup new economy yang menghadirkan alternatif produk makanan sehat. Berawal dari mie instan, dalam satu terakhir varian produk yang ditawarkan mulai meluas, dengan tetap mengusung konsep sajian makanan sehat.

Kepada DailySocial, Co-Founder & Co-CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia mengungkapkan, meskipun hingga saat ini produk mie instan sehat masih menjadi favorit, namun Lemonilo juga memiliki produk seperti keripik hingga kue, yang diklaim memiliki demand cukup besar.

“Untuk produk mie instan sehat sendiri rencananya kami juga akan mengeluarkan pilihan rasa baru kepada pelanggan. Namun kami juga mulai memperkenalkan varian produk lainnya di luar produk favorit kami yaitu mie instan.”

Hingga kini Lemonilo sudah meluncurkan lebih dari 40 jenis produk, mulai dari mi instan, camilan, dan bahan esensial lainnya. Semua produk ini dijual di platform digitalnya sendiri serta tersedia di lebih dari 100 ribu titik distribusi di berbagai wilayah Indonesia — termasuk memanfaatkan jaringan reseller yang dimiliki.

Produk pertamanya, Mi Instan Lemonilo, saat ini sudah tertanam kuat di benak masyarakat sebagai mi instan hijau sehat dan mendorong pembicaraan di media sosial untuk kategori mi instan dengan 49% SOV (share of voice).

“Area yang masih mendominasi sebagian besar pelanggan Lemonilo adalah pulau Jawa. Target Lemonilo hingga akhir tahun ini bisa menambah lebih banyak varian produk untuk pelanggan,” kata Shinta.

Pendanaan Seri B

Seteah tahun 2018 lalu telah mengantongi pendanaan dari Alpha JWC Ventures dan Unifam Capital, tahun ini Lemonilo menerima pendanaan tahap berikutanya di seri B yang dipimpin oleh Sequoia Capital India. Lemonilo berencana menggunakan modal tambahan ini untuk ekspansi serta memperkuat jaringan distribusi produknya di Indonesia, menambah jumlah tim, mengembangkan dan meluncurkan produk baru, juga pengembangan teknologi untuk melayani penggunanya dengan lebih baik.

“Kami sangat senang menyambut Sequoia Capital India ke dalam keluarga besar Lemonilo. Kami berterima kasih atas dukungan dari Sequoia Capital India untuk mewujudkan ketersediaan produk sehat di mana saja dan untuk siapa saja,” tambahnya.

Didirikan pada tahun 2016 oleh Shinta Nurfauzia (Co-CEO), Ronald Wijaya (Co-CEO), dan Johannes Ardiant (Chief of Product & Tech), Lemonilo memiliki misi untuk membuat gaya hidup sehat dapat diakses oleh siapa saja.

Lemonilo ingin mengisi market gap antara produk sehat impor berharga tinggi dengan perusahaan FMCG yang ada di pasar. Setiap produk yang dikembangkan oleh Lemonilo memiliki tiga pilar: sehat, praktis, dan terjangkau. Dengan standar ini, setiap produk Lemonilo dipastikan bebas dari 100+ bahan berpotensi bahaya (seperti pengawet, penguat rasa, dan aneka bahan sintetis) yang kerap ditemukan pada produk consumer goods lainnya.

Program wirausaha “Wiranilo”

Untuk memberdayakan ibu rumah tangga dan pelajar putri, Lemonilo meluncurkan program wirausaha yang bernama Wiranilo. Melalui program ini, masyarakat umum yang tertarik bisa bergabung menjadi reseller dan menjual semua produk Lemonilo yang bisa dibeli dengan harga grosir oleh anggota Wiranilo.

Selain mendapatkan harga lebih murah, mereka juga memiliki kesempatan menentukan sendiri produk yang diinginkan oleh pembeli mereka dengan melakukan pembelian di Lemonilo. Selain berkesempatan mendapatkan komisi, Lemonilo juga melancarkan loyalty program kepada anggota.

Program Wiranilo diinisiasi berdasarkan data Lemonilo melalui platform digitalnya, yang menunjukkan bahwa pembeli produk Lemonilo terbanyak adalah pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah besar untuk kemudian dijual ke komunitas lokal di sekitar mereka.

Melalui Wiranilo, Lemonilo dapat menjangkau audiens yang lebih luas untuk produk terbarunya sekaligus membina komunitas Wiranilo sebagai promotor nilai-nilai kesehatan Lemonilo. Awalnya program ini diluncurkan untuk menjawab demand dari pelanggan Lemonilo sekitar 6 bulan lalu, melihat besarnya permintaan, Lemonilo akan meneruskan program ini menjadi program yang permanen.

“Kami sangat bersyukur karena bisa membantu banyak orang untuk mendapatkan pendapatan tambahan di waktu yang sulit ini. Dari sisi inovasi produk, kami menyusun ulang prioritas pengembangan produk untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pelanggan dengan cepat sejak pandemi,” tutup Shinta.

Application Information Will Show Up Here

Evermos Ingin Perkuat Inovasi di Industri Ekonomi Halal

Pandemi telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makanan, fesyen, dan berbagai produk lainnya. Sebagai platform yang fokus pada penjualan produk muslim, halal, dan sesuai dengan syariah, pandemi juga memberikan impact kepada bisnis Evermos.

Kepada DailySocial, Co-founder Evermos Ghufron Mustaqim mengungkapkan, sebelum pandemi fesyen selalu menjadi kategori yang paling laris. Namun ketika pandemi, permintaan cukup dinamis. Produk home & living, health & herbal, dan prayer equipment pernah menjadi kategori dominan.

“Secara umum, Evermos membukukan month-on-month growth sekitar 20% pada 2020. Apa yang kami amati dari pandemi ini konsumen yang digarap oleh para resellers Evermos masih memiliki daya beli, namun terdapat pergeseran terhadap demand produk yang dibeli oleh para konsumen.”

Langkah strategis yang dilancarkan oleh Evermos selama pandemi salah satunya adalah mengintensifkan online training, baik itu di aplikasi (dengan fitur Zona Reseller Sukses) dan juga di luar aplikasi seperti pelatihan melalui Google Meet atau Zoom. Evermos juga memiliki tim training khusus dan berpengalaman yang setiap hari melakukan berbagai macam pelatihan sesuai dengan kebutuhan reseller.

Sebagai platform yang fokus kepada produk halal, Evermos memiliki misi untuk mewujudkan ekonomi inklusif melalui penciptaan platform dan ekosistem
pemberdayaan ekonomi sehingga lebih banyak orang dan organisasi di Indonesia. Evermos all-out dalam menggalakkan inovasi di ekonomi halal dan memposisikan diri di segmen muslim. Antara lain dengan memastikan bahwa produk-produk yang dijual halal atau muslim-friendly.

Wajib halal ketika memang untuk kategori tersebut bisa mendapatkan lisensi halal (makanan, minuman, obat). Sedangkan untuk kategori-kategori lain seperti fesyen serta home & living yang tidak membutuhkan lisensi halal, harus muslim-friendly. Misalnya dari product presentation, marketing kit yang disiapkan untuk resellers.

“Karena hampir 90% orang Indonesia beragama Islam, kami percaya bahwa untuk menciptakan ekonomi yang inklusif secara efektif sampai ke kawasan pedesaan di Indonesia, memasuki dan menggalakkan inovasi di industri ekonomi halal adalah sebuah konsekuensi logis,” kata Ghufron.

Inovasi produk dan layanan Evermos

Saat ini Evermos telah bekerja sama dengan sekitar 500 brand owners (lebih dari 90%-nya adalah UMKM), memiliki 50-75 ribu reseller aktif yang menjangkau 504 kota/kabupaten di Indonesia, dan melayani sekitar 200-400 ribu konsumen. Perusahaan juga telah merilis platform ZISWAF bernama Beramaljariyah.org dan sudah menggalang dana kumulatif sebesar Rp27 miliar.

“Sebagai contoh dari dana yang telah terkumpul tersebut, kami dapat menyantuni lebih dari 46 ribu anak yatim, menyalurkan 55 unit Al-Qur’an, membantu rumah sakit/puskesmas dengan lebih dari 71 ribu APD,” kata Ghufron.

Sementara untuk halal travel, perusahaan sempat meluncurkan Paket Umroh. Namun karena pandemi dan tidak ada pemberangkatan umrah, layanan tersebut kemudian ditunda. Evermos sekitar 3 bulan yang lalu juga telah merilis produk baru, bekerja sama dengan salah satu pihak yakni program tabungan haji yang bisa dijual oleh para resellers. Dengan Rp 1 juta, masyarakat sudah dapat mendaftarkan haji di Kementerian Agama dan mengamankan porsi antrean.

“Di Indonesia, antrean haji bisa lebih dari 30 tahun untuk beberapa provinsi. Dengan adanya produk ini, orang tidak perlu menabung sampai Rp25 juta dulu baru daftar haji yang bisa memakan waktu bertahun-tahun. Karena siapa saja yang sudah punya Rp1 juta sudah bisa daftar dan dapat porsi antrean dari Kemenag,” kata Ghufron.

Evermos mencatat saat ini terdapat sekitar 335 resellers Evermos yang aktif menjual produk tersebut. Untuk fintech syariah, saat ini Evermos masih fokus untuk menggarap kerja sama yang lebih dalam dengan beberapa platform fintech syariah.

Target perusahaan dan rencana penggalangan dana

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh Evermos, di antaranya adalah menambah kuantitas dan kualitas resellers. Meningkatkan jaringan reseller, tidak hanya melalui iklan digital, tetapi juga kerja sama dengan berbagai institusi misalnya pesantren, pemerintah desa, dan pemerintah kabupaten/kota.

Melalui Evermos, masyarakat juga dapat kesempatan berbisnis online tanpa butuh modal untuk beli inventory (stok barang), kurasi brand dan produk, menyiapkan materi promosi sendiri. Perusahaan juga ingin memajukan lebih banyak UMKM atau local brands Indonesia untuk naik kelas.

Yang terakhir perusahaan ingin lebih intens untuk mulai mewujudkan shared consciousness, bahwa memajukan ekonomi Indonesia harus melalui upaya kolektif semua pihak. Harapannya ketika masyarakat secara kolektif memiliki keberpihakan untuk membeli produk UMKM, akan semakin maju sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan karyawan dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak.

Disinggung apakah Evermos memiliki rencana penggalangan dana tahun ini, disebutkan pihaknya tengah dalam proses penjajakan penggalangan dana. Tidak disebutkan lebih lanjut kapan finalisasi proses penggalangan dana tersebut. Sebelumnya Evermos telah mendapatkan pendanaan seri A sejumlah $8,25 juta (Rp 115 miliar) dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures.

“Evermos secara alami lebih efisien karena model bisnis kita. Evermos tidak memiliki inventory dan juga tidak banyak bakar uang untuk marketing karena kami dibantu oleh pasukan resellers untuk memasarkan produk-produk di Evermos ke tetangga, teman, dan keluarga mereka. Bahkan sejak awal secara contribution margin Evermos positif, termasuk di tahun 2020 ketika pandemi dan kami melakukan percepatan pertumbuhan,” tutup Ghufron.

Application Information Will Show Up Here

iPrice’s CEO Reveals Strategic Plans, Including Series C Fundraising

The e-commerce aggregator platform iPrice Group received another funding worth $1.5 million or equivalent to 21.5 billion Rupiah, led by South Korean food-tech company Woowa Brothers. iPrice Group’s CEO Paul Brown-Kenyon said to DailySocial that this fresh fund strengthens the company’s position as a support role of e-commerce services in Southeast Asia. This funding is also projected to smooth the company’s plan to continue raising series C funds.

“Our long-term vision is to become an e-commerce companion for the Southeast Asia region. Our target for this funding is that iPrice is moving towards a series C funding round; also to refine products and accelerate partnerships. Under current plans, we want to achieve profitability within 2-3 years ahead.”

iPrice is on a mission to bring a higher level of transparency, convenience and trust to consumers in Southeast Asia to help them save money when shopping online. Utilizing the web platform, users can immediately access 6 billion offers on more than 2 million sellers on one channel.

Previously, in March 2020 the iPrice Group secured funding worth $10 million, equivalent to Rp141 billion. Meanwhile, in September of the same year, iPrice received another fresh funds with an undisclosed amount. This funding is a continuation/addition to the series B funding received last March. The investor involved in this funding is JG Digital Equity Ventures, Inc.

Business plan in Indonesia

Regarding the iPrice Group plans in Indonesia, Paul emphasized that this has become the most important market for them. The company already made a product discovery, price comparison and coupon business that helps millions of consumers find the best deals online every month.

In the future, the company has bigger aspirations and a clear roadmap to improve its products in Indonesia. Starting from the quality of the product catalog, the information presented to users, and developing additional services to help users.

“The funds will help us carry out our roadmap execution faster, as well as launch new partnerships to expand our product range,” Paul said.

The disruption due to pandemic happened to iPrice. However, in many ways, iPrice claims to be in a lucky position during the pandemic. It is including the PSBB and WFH regulations which have encouraged more online shopping activities.

“We’ve seen strong growth since the series B fundraising at the end of last year. In addition to a 60% increase in website traffic on the platform, we are also seeing higher interest from media partners, e-wallets, telecommunications companies, super apps, and other companies. who want to bring the convenience of online shopping for their users,” Paul concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

CEO iPrice Beberkan Sejumlah Rencana Strategis, Termasuk Penggalangan Dana Seri C

Platform agregator e-commerce iPrice Group kembali mengantongi pendanaan senilai $1,5 juta atau setara 21,5 miliar Rupiah yang dipimpin oleh perusahaan food-tech asal Korea Selatan, Woowa Brothers. Kepada DailySocial, CEO iPrice Group Paul Brown-Kenyon mengungkapkan, dana segar ini memperkuat posisi perusahaan sebagai pendukung layanan e-commerce di Asia Tenggara. Pendanaan ini juga dinilai bisa melancarkan rencana perusahaan untuk melanjutkan penggalangan dana seri C.

“Visi jangka panjang kami, menjadi pendamping e-commerce untuk kawasan Asia Tenggara. Target kami untuk pendanaan ini, iPrice sedang menuju putaran pendanaan seri C; juga untuk menyempurnakan produk dan mengakselerasi kemitraan. Berdasarkan rencana saat ini, kami ingin mencapai profitabilitas dalam waktu 2-3 tahun ke depan.”

iPrice memiliki misi untuk menghadirkan tingkat transparansi, kenyamanan, dan kepercayaan yang lebih tinggi kepada konsumen di Asia Tenggara untuk membantu mereka menghemat uang ketika berbelanja online. Memanfaatkan platform web, pengguna dapat langsung mengakses 6 miliar penawaran di lebih dari 2 juta penjual di satu kanal.

Sebelumnya, pada Maret 2020 lalu iPrice Group mengantongi pendanaan senilai $10 juta atau setara dengan Rp141 miliar. Sementara bulan September di tahun yang sama, iPrice kembali mendapatkan dana segar dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan ini merupakan lanjutan/tambahan dari pendanaan seri B yang diterima Maret lalu. Investor yang terlibat dalam pendanaan ini adalah JG Digital Equity Ventures, Inc.

Rencana bisnis di Indonesia

Disinggung seperti apa rencana dari iPrice Group di Indonesia, Paul menegaskan kawasan ini adalah pasar terpenting bagi mereka. Perusahaan telah memiliki bisnis penemuan produk, perbandingan harga, dan kupon yang telah membantu jutaan konsumen menemukan penawaran terbaik secara online setiap bulan.

Ke depannya perusahaan masih memiliki aspirasi yang lebih besar dan roadmap yang jelas untuk meningkatkan produk di Indonesia. Mulai dari meningkatkan kualitas katalog produk, meningkatkan informasi yang disajikan kepada pengguna, hingga mengembangkan layanan tambahan untuk membantu pengguna.

“Dana tersebut akan membantu kami melakukan eksekusi roadmap lebih cepat, serta meluncurkan kemitraan baru untuk memperluas jangkauan produk kami,” kata Paul.

Gangguan akibat pandemi dirasakan pula oleh iPrice. Namun demikian dalam banyak hal, iPrice mengklaim masih berada pada posisi yang beruntung saat pandemi. Salah satunya adalah aturan PSBB dan WFH yang telah mendorong kegiatan belanja secara online lebih banyak lagi.

“Kami telah melihat pertumbuhan yang kuat sejak penggalangan dana seri B pada akhir tahun lalu. Selain peningkatan traffic website sebesar 60% di platform, kami juga melihat minat yang lebih tinggi dari mitra media, dompet elektronik, perusahaan telekomunikasi, super apps, dan perusahaan lain yang ingin menghadirkan kenyamanan belanja online bagi pengguna mereka,” tutup Paul.

Venturra Discovery Rencanakan 10 Investasi ke Startup Vietnam dan Indonesia Tahun 2021

Setelah resmi mengumumkan keterlibatan mereka dalam pendanaan Mio yang merupakan startup social commerce asal Vietnam, tahun ini Venturra Discovery berencana untuk menambah kuota untuk startup Vietnam dan Indonesia hingga 10 investasi.

Kepada DailySocial, Partner Venturra Discovery Raditya Pramana mengungkapkan, meskipun memiliki tim dan berlokasi di Indonesia, selama ini perusahaannya memiliki fokus kepada startup asal Asia Tengara. Setelah melihat potensi yang ada, Vietnam menjadi negara incaran mereka setelah Indonesia.

“Ada banyak kesamaan antara Vietnam dan Indonesia. Kami tertarik untuk menjelajahi lebih jauh lagi semua peluang yang ada di Vietnam. Setelah Mio, kami berencana untuk memberikan investasi kepada startup di Vietnam kembali dalam waktu dekat.”

Baru-baru ini Venturra Discovery bersama dengan Golden Gate Ventures terlibat dalam pendanaan awal senilai $1 juta kepada Mio. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini adalah, iSeed SEA, DoorDash executive Gokul Rajaram dan Vidit Aatrey dan Sanjeev Barnwal, co-founders of Indian social commerce unicorn Meesho.

“Kami melihat online retail khususnya social commerce memiliki potensi yang besar ke depannya. Dengan alasan itulah Venturra Discovery tertarik untuk berinvestasi kepada Mio. Selain itu kami juga melihat para pendiri Mio memiliki kepribadian yang kuat,” kata Raditya.

Saat ini Venturra Discovery telah memiliki 4 portofolio asal Vietnam yang memiliki kategori industri yang beragam. Bukan hanya social commerce namun juga fintech dan healthcare. Venturra Discovery juga masih berfokus kepada pendanaan tahap awal hingga pra-seri A. Di Filipina, Venturra Discovery telah berinvestasi kepada Podcast Network Asia (PNA).

Dorong VC berinvestasi

Pandemi masih menyimpan kekhawatiran terhadap potensinya lock down berikutnya, setelah melihat apa yang terjadi di India beberapa waktu lalu. Namun menurut Raditya, pandemi menjadi pembuktian sendiri, karena meskipun kondisi sulit banyak startup Indonesia masih mampu menumbuhkan strategi dan inovasi bisnisnya. Pandemi juga telah mendorong akselerasi adopsi digital kepada masyarakat luas.

Untuk itu Raditya mengajak lebih banyak lagi venture capital untuk berinvestasi, dan menjadikan momentum ini waktu yang tepat untuk memberikan pendanaan kepada startup.

“Misi kita sejak awal adalah empowering entrepreneur di Asia Tengara. Dan saat ini menjadi waktu yang tepat bagi kami secara agresif untuk berinvestasi di Vietnam dan juga di Indonesia. Sampai waktu 2-3 tahun ke depan, kami masih memiliki cukup fund untuk berinvestasi,” tutup Raditya.