HTC Resmi Umumkan Headset Virtual Reality Standalone Vive Focus

Dengan pelepasan Oculus Rift dan HTC Vive di momen yang hampir bersamaan, 2016 disebut-sebut sebagai tahun lahirnya platform virtual reality modern. Namun saat itu, VR masih menyimpan banyak kekurangan: harganya mahal, perlu dukungan sistem berspesifikasi tinggi, kemudian pemakaiannya kurang intuitif karena masih mengikat user di satu tempat saja.

Setidaknya ada dua upaya dilakukan produsen buat mengatasi masalah terakhir itu, yakni dengan menyediakan PC ‘wearable atau melalui pengadaan HMD portable seperti yang tengah digodok oleh HTC. Di event Google I/O bulan Juli silam, perusahaan hardware asal Taiwan itu menyingkap headset VR standalone pertamanya. Premisnya sangat menarik, sayang device hanya disiapkan buat kawasan Tiongkok saja.

Setelah rumor di bulan September lalu yang mengekspos nama dari headset VR standalone tersebut, HTC akhirnya melakukan pengumuman secara resmi di Vive Developer Conference di Beijing. Di acara tersebut, produsen membenarkan pemakaian nama Vive Focus, meluruskan sejumlah informasi terkait produk, sembari memamerkan wujud dari perangkat mereka itu.

Penampilan dari Vive Focus memang sesuai dengan outline yang sudah di-tease oleh HTC di website mereka. Berdasarkan gambar, headset terlihat ergonomis sekaligus futuristis. Bagian belakang visor-nya dibuat melengkung ke atas, searah strap, kemudian posisinya diamankan lagi oleh strap sekunder – melintas di belakang kepala pengguna. Dari pengamatan saya, lengkungan dan posisi strap kedua memberikan area yang luas untuk telinga, sehingga kemungkinan lebih nyaman saat dipakai sambil mengenakan headphone.

HTC Vive Focus

Detail mengenai hardware dan spesifikasinya belum sepenuhnya terungkap, tapi memang benar, Vive Focus diotaki chip Qualcomm Snapdragon 835. Anda tidak lagi perlu mencantumkan smartphone atau menyambungkannya ke PC karena di sana sudah tersedia unit prosesor, layar, serta baterai. Hardware juga dilengkapi rangkaian kamera, yang memungkinkan headset melacak posisi pengguna tanpa memerlukan sensor eksternal.

Untuk mencapai hal tersebut, HTC pernah membahas soal pemanfaatan teknologi tracking canggih Google berama WorldSense, namun di pengumuman Vive Focus, produsen malah belum menyebutnya. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh keputusan HTC membatalkan versi Daydream-nya buat Amerika dan Eropa, demi memfokuskan perhatiannya pada Tiongkok. Alternatifnya, ada peluang Vive Focus mengandalkan software pelacak dari Qualcomm atau bahkan racikan HTC sendiri.

HTC belum menyingkap harga Vive Focus, tapi kita boleh berasumsi, device dijajakan di harga yang tak jauh berbeda dari Oculus Go – versi standalone dari Oculus Rift.

Via Road to VR, The Inquirer & The Verge.

Hands-On Dell New Inspiron 15 7000 Gaming, Laptop Gaming-nya Para Profesional

Belum ada kabar mengenai apakah Dell punya rencana buat kembali mendatangkan Alienware ke Indonesia. Namun di CES 2017 kemarin, mereka sudah menyiapkan perangkat gaming baru yang diracik untuk kelas entry-level. Produk bernama Inspiron 15 Gaming itu melakukan pendaratan di Indonesia tiga bulan setelahnya, menawarkan konsumen laptop simpel nan stylish bersenjata GTX 1050/1050 Ti.

Kiprah Dell di ranah gamingmainstream‘ tampaknya terus berlanjut. Belum lama, perusahaan PC asal Amerika itu meng-upgrade seri Inspiron Gaming mereka. Pembaruan diimplementasikan pada layar, hardware, penampilan, serta ada pula penambahan fitur pengamanan. Dari pengamatan saya, produsen sepertinya memutuskan untuk mengusung arahan desain yang lebih ‘low profile‘ dibanding pendahulunya.

Ada kemungkinan, rancangan ini dimaksudkan untuk mengurangi kesan gaming demi lebih menonjolkan citra profesional, sedikit mengingatkan saya pada Gigabyte Aero 15X. Dan minggu lalu, tim PR Dell menghubungi saya untuk mencoba perangkat anyar ini secara lebih personal. Produk ini diperkenalkan sebagai New Inspiron 15 7000 Gaming oleh Dell, memiliki nama spesifik Inspiron 7577.

Dell Inspiron Gaming 13

 

 

Desain, konektivitas & fitur

Seperti yang saya sedikit bahas sebelumnya, New Inspiron 15 7000 Gaming terlihat lebih simpel dan serius. Wujud Inspiron 7577 hampir menyerupai varian hitam dari unit 7567, tapi grille merah di sisi depan dan belakang telah diganti garis-garis horisontal berwarna hitam. Di unit ini, warna merah hanya saya lihat pada garis pembatas area touchpad dan logo Dell. Dengan begitu, ia tak akan menarik perhatian yang tidak diinginkan.

Dell Inspiron Gaming 11

Dell Inspiron Gaming 16

Inspiron 7577 kembali menyuguhkan layar dengan ukuran paling favorit pengguna laptop, 15-inci. Tubuhnya berdimensi 24,95x389x274,7-milimeter, berdesain sedikit menajam. Konstruksi tubuh laptop terdiri dari kombinasi plastik dan logam – pada bagian wrist rest dan belakang layar. Ukuran body-nya yang lebar dimanfaatkan produsen buat menempatkan keyboard berukuran penuh serta konektivitas fisik yang sangat lengkap.

Dell Inspiron Gaming 4

Dell Inspiron Gaming 3

Di sisi kiri New Inspiron 15 7000, Anda akan menemukan port Gigabit Ethernet, sebuah USB 3.1 PowerShare yang memungkinkan Anda mengisi ulang baterai smartphone dalam waktu singkat, dan slot card reader 2-in-1; lalu di bagian kanan terdapat sepasang port USB 3.1, USB type-C Thunderbolt 3, port audio 3,5mm combo, serta HDMI 2.0. Area belakang didedikasikan sepenuhnya buat pembuangan panas, lalu saya melihat dua buah speaker tersembunyi di grille depan.

Dell Inspiron Gaming 14

Dell Inspiron Gaming 15

Perbedaan lain antara Inspiron 7577 dan 7567 terletak pada engselnya. Ketika Inspiron 15 Gaming lawas menggunakan sepasang engsel, hanya ada satu buah engsel menyambungkan layar dengan tubuh bagian bawah Inspiron 7577, sehingga memperkuat kesan simpelnya. Meski demikian, produsen tetap mempertahankan penerapan zona abu-abu keperakan di area heat sink belakang, boleh jadi dimaksudkan buat mempertahankan kesamaan dengan pendahulunya.

Dell Inspiron Gaming 18

Dell Inspiron Gaming 17

Dell Inspiron Gaming 2

Salah satu fitur unik lain di laptop ini adalah eksistensi dari sensor sidik jari, berfungsi untuk mengamankan sekaligus metode log-in cepat.

Dell Inspiron Gaming 7

Dell Inspiron Gaming 8

 

Layar

Panel 15,6-inci di New Inspiron 15 7000 Gaming yang saya uji ini menyimpan sebuah kejutan kecil. Layar IPS tersebut menyajikan resolusi 4K 3840×2160 dengan permukaan anti-glare, menjanjikan output gambar yang tajam saat ber-gaming, juga berguna ketika Anda menggunakan laptop ini buat mendesain atau mengedit foto. Berdasarkan informasi di website-nya, Dell turut menyediakan opsi full-HD standar.

Dell Inspiron Gaming 23

Dell Inspiron Gaming 6

 

Keyboard

Sebagai sistem kendali utama, Dell mencantumkan keyboard full-size dengan backlight putih di sana. Ukuran tombol chiclet-nya lapang, lalu jarak antar tuts-nya lebar sehingga peluang salah ketik jadi lebih kecil. Melihat penyajiannya secara keseluruhan, keyboard tersebut memang diprioritaskan buat mengetik, bukan gaming. Kesan ini diperkuat oleh pengurangan ukuran pada tombol cursor arah.

Dell Inspiron Gaming 22

Dell Inspiron Gaming 1

Komponen touchpad-nya diposisikan sejajar dengan tombol spasi. Karena memiliki numpad, itu artinya touchpad berada menjorok ke area kiri palm rest. Walaupun penempatan asimetris tersebut tidak mengganggu saya sewaktu mengetik, beberapa orang mungkin tak menyukainya karena alasan estetika.

Dell Inspiron Gaming 12

Dell Inspiron Gaming 20

 

Hardware dan performa

Kejutan kedua yang saya dapatkan adalah, Inspiron 7577 ternyata telah dilengkapi kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1060 dengan Max-Q. Teknologi ini memperkenankan produsen menerapkan desain ultra-thin, memastikan temperatur GPU tetap rendah, serta menjaga laptop agar tidak mengeluarkan suara berlebihan. Meski GTX 1060 sendiri bukanlah kartu grafis penunjang 4K gaming, panel UHD bisa memberi banyak manfaat bagi para desainer.

Dell Inspiron Gaming 19

New Inspiron 15 7000 Gaming mempunyai komposisi hardware sebagai berikut:

  • Prosesor Intel Core i7-7700HQ ‘Kaby Lake’
  • Mainboard Dell 0J8HMF
  • Kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1060 6GB GDDR5 Max-Q
  • Memori RAM DDR4-2400 16GB
  • Penyimpanan SSD PCIe NVMe M.2 256GB plus HDD 1TB
  • Sistem operasi Windows 10 Home 64-bit English

Beberapa software benchmark yang saya gunakan buat menguji kemampuan Inspiron 7577 meliputi PCMark 10, Cinebench R15, 3DMark 11 Performance 1.0, dan 3DMark Time Spy; kemudian Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, Final Fantasy XIV Heavensward Benchmark, dan Monster Hunter Online Benchmark saya pilih sebagai perwakilan dari video game. Hasil tesnya bisa Anda lihat di bawah.

 

PCMark 10

Dell Inspiron Gaming 27

Dell Inspiron Gaming 24

Dell Inspiron Gaming 25

 

Cinebench R15

Dell Inspiron Gaming 28

 

3DMark 11 Performance 1.0

Dell Inspiron Gaming 29

Dell Inspiron Gaming 30

 

3DMark Time Spy

Dell Inspiron Gaming 31

Dell Inspiron Gaming 32

 

Unigine Heaven 4.0 & VALLEY 1.0
Dell Inspiron Gaming 36

Dell Inspiron Gaming 40

 

Final Fantasy XIV Heavensward

Dell Inspiron Gaming 33

Dell Inspiron Gaming 34

Dell Inspiron Gaming 35

 

Monster Hunter Online

Dell Inspiron Gaming 37

Dell Inspiron Gaming 38

Dell Inspiron Gaming 39

 

Early verdict

New Inspiron 15 7000 adalah salah satu kandidat kuat bagi Anda yang sedang mencari laptop kerja sekaligus perangkat pendukung gaming berperforma tinggi. Desainnya serius dan profesional, turut ditunjang fitur-fitur fungsional, lalu kinerja hardware-nya sama sekali tidak mengecewakan (GeForce GTX 1060 ialah kartu grafis VR ready).

Berdasarkan informasi dari Dell, Inspiron 7577 sudah mulai dipasarkan di Indonesia, dijajakan mulai dari Rp 21 juta. Namun kemungkinan besar, unit hands-on ini dibanderol di harga yang lebih tinggi lagi.

Dell Inspiron Gaming 10

 

Tertarik Dengan Razer Phone? Simak Dulu Pendapat dari Mereka yang Sudah Mengujinya

12 tahun setelah berdiri, bulan November ini menandai langkah perdana Razer menyelami ranah penyediaan smartphone, sebuah segmen yang berpotensi menguntungkan sekaligus paling brutal. Demi memastikan penawaran mereka distingtif di mata konsumen, perusahaan pimpinan Min-Liang Tan itu mengklaim bahwa Razer Phone didesain secara khusus buat para ‘gamer hardcore‘.

Detail mengenai Razer Phone dibeberkan pada awal bulan ini, dan di sana, tersingkaplah komposisi hardware high-end serta pemanfaatan setup kamera ganda. Handset ini baru akan dilepas pada tanggal 17 November besok, tapi Razer sepertinya sudah mempersilakan sejumlah media teknologi ternama untuk menjajalnya. Dan jika kebetulan Anda punya rencana buat membelinya, tak ada salahnya menyimak review mereka terlebih dulu.

Alternatifnya, Anda bisa membaca rangkuman ulasan mereka di bawah ini:

GSMArena mengapresiasi upaya Razer meracik Razer Phone sebagai perangkat penunjang gaming, dengan harapan menembus pasar smartphone yang sudah jenuh berbekal mantra ‘dari gamer untuk gamer‘. Namun melihat secara luas, belum ada aspek yang membuatnya betul-betul spesial. Selain dari kesan gaming-nya, Razer Phone hanyalah perangkat flagship tahun 2017, tidak begitu berbeda dari punya kompetitor. (3.5/5 bintang)

Razer Phone 1

Cukup kontras dari GSMArena, ExpertReviews bilang bahwa Razer Phone merupakan smartphone yang mengubah segalanya. Desain perangkat ini mungkin masih belum bisa dibilang mutakhir, tetapi layar 120Hz dipadu komponen-komponen high-end di dalam memastikannya lebih istimewa dari perangkat-perangkat flagship lain di tahun 2017. Razer Phone sangat direkomendasikan bagi Anda mencari sesuatu yang unik. (4/5 bintang)

Razer Phone 3

Menurut Pocket-Lint, Razer Phone ialah smartphone ‘berdesain batu bata’ brilian dengan pengalaman pemakaian yang berbeda. Ia memang memiliki sejumlah kelemahan: daya tahan baterainya rendah, ukurannya terbilang besar, kemudian kameranya juga kurang mengesankan. Namun reviewer memuji kecanggihan hardware di dalam, performa speaker – diklaim yang terbaik di kelas smartphone, serta layar bersenjata refresh rate 120Hz. (4/5 bintang)

Razer Phone

Setelah menjajalnya selama beberapa hari, reviewer dari TomsGuide sendiri masih belum merasa yakin pada konsep gaming Razer Phone. Handset ini memiliki sejumlah kekurangan: kinerja kamera yang kurang memuaskan di kondisi temaram, ketiadaan port audio, layarnya tidak sejernih OLED, lalu baterainya kurang awet. Namun Razer Phone bisa menambal kekurangan itu dengan performa speaker dan panel Ultramotion 120Hz-nya. (7/10)

Razer Phone 4

Penilaian tertinggi terhadap Razer Phone diberikan oleh WCCFTech. Bagi sang reviewer, produk ini adalah sebuah langkah awal yang luar biasa dalam menciptakan smartphone Android khusus gamer. Pertimbangan terhadap keunggulan dan kekurangan hampir sama seperti media lain, tapi menurut WCCFTech, baterai 4.000mAh-nya mampu menjaga smartphone tetap aktif dalam waktu lama dan harganya juga lebih kompetitif dibanding device flagship para rival. (9.2/10)

Layanan Streaming Video Disney Kabarnya Akan Lebih Ekonomis dari Netflix

Dampak masif yang diberikan oleh meledaknya kepopularitasan layanan video on-demand adalah tumbangnya industri DVD, termasuk bisnis rental. Dan bukan cuma itu. Perubahan ini juga mendorong nama-nama besar di bidang hiburan untuk mengekspansi bisnisnya, dengan menghidangkan servis hampir serupa atau melakukan kolaborasi bersama penyedia layanan streaming.

Menariknya, langkah berbeda dilakukan oleh The Walt Disney Company. Setelah sebelumnya dilaporkan melangsungkan perundingan dengan Netflix agar perusahaan yang dinahkodai Reed Hastings itu bisa menayangkan sejumlah franchise Disney secara permanen, Disney malah mengumumkan agendanya untuk menarik semua film mereka dari Netflix di bulan September kemarin. Sebagai gantinya, mereka menyingkap rencana buat menyediakan servis streaming sendiri, dengan sebuah twist.

Disney kabarnya akan menyajikan layanan video on-demand mereka di  harga yang lebih murah dari Netflix, diungkap oleh COE Bob Iger di konferensi earnings call minggu lalu. Hal ini merupakan langkah strategis Disney karena mereka menyadari servis tersebut mempunyai konten lebih sedikit dari kompetitor utamanya. Meski begitu, Disney juga berjanji tidak ada kompromi pada kualitasnya.

Disney memang belum memberi tahu info harga paket berlangganan secara spesifik, namun perbandingan harga antara layanan streaming mereka dengan Netflix diklaim cukup ‘substansial’.

Di sana, Anda akan menemukan segala macam konten familier, di antaranya ada film-film Pixar, Lucasfilm, Marvel Studios, hingga ABC. Untuk sementara, IP-IP punya Disney yang dikembangkan buat Netflix (contohnya Daredevil, Jessica Jones, Luke Cage, dan Iron Fist) boleh jadi tetap berada di platform Netflix; sedangkan film feature seperti Rogue One: A Star Wars Story kemungkinan besar akan dipindahkan.

“Aplikasi ini nantinya akan kaya dengan konten,” kata Iger di Konferensi Komunikasi dan Hiburan Bank of America Merrill Lynch 2017 Media di Los Angeles hari Kamis kemarin. “Kami akan melepasnya secara besar-besaran.”

Ketika meluncur nanti, target utama Disney adalah merangkul pelanggan sebanyak-banyaknya, dan jika memungkinkan, mereka akan mencoba mengalihkan pengguna Netflix ke servis tersebut. Perusahaan menetapkan tahun 2019 sebagai waktu rilis layanan streaming video itu, berlaku di wilayah Amerika Serikat.

Selain itu, Disney turut mengumumkan rencana peluncuran layanan streaming ESPN standalone baru, siap hadir di tahun 2018. Sebelumnya, ESPN sempat kehilangan 12 juta pelanggan, dan memaksa mereka merumahkan tak kurang dari 100 karyawan – termasuk staf high-profile seperti reporter Marc Stein dan Chad Ford.

Via Digital Trends & CNET. Header: StarWars.com.

Mudah Digunakan dan Ekonomis, RazorX Cruiser Ialah Skateboard Elektrik Buat Pemula

Dengan dukungan mesin, skateboard elektrik memungkinkan Anda meluncur tanpa repot-repot mengayuh. Dan saat ini, tersedia cukup banyak banyak pilihan produk, masing-masing menawarkan fitur unik – dari mulai struktur modular, fungsi i, hingga kemampuan menjelajahi segala medan. Tapi mereka punya satu kekurangan serupa: harganya relatif mahal.

Aspek tersebut jadi perhatian utama Razor, perusahaan penyedia alat transportasi personal dan elektrik asal Amerika yang memulai bisnisnya di tahun 2000 dengan memproduksi otopet. Belum lama ini, mereka memperkenalkan RazorX Cruiser, yaitu papan luncur bermotor elektrik yang difokuskan pada keringkasan serta kemudahan penggunaan, sehingga penggunanya bisa langsung bersenang-senang.

Berbeda dari penampilan sejumlah skateboard elektrik yang dibuat agar tampak futuristis, RazorX Cruiser mengusung rancangan tradisional. Wujudnya menyerupai model cruiser (dari sinilah namanya diambil), itu berarti desain deknya menyerupai peluru dan menajam ke depan.

Sekilas, RazorX Cruiser tampak seperti skateboard biasa. Bagian papan terbuat dari kayu maple, terdiri dari lima lapisan, dengan bentuk ‘progresif’ buat mengamankan pijakan kaki agar tidak mudah terlepas. Keempat rodanya diposisikan melampaui lebar dek supaya laju RazorX Cruiser lebih stabil. Ban tersebut mempunyai diameter 80-milimeter, terbuat dari bahan urathane yang mampu mencengkeram jalan dengan mantap.

RazorX Cruiser 2

Papan luncur elektrik ini mempunyai panjang 754mm dan lebar 270mm, dapat membopong beban maksimal 100-kilogram, memungkinkannya dikendarai anak-anak (setidaknya berukur sembilan tahun ke atas) sampai orang dewasa.

RazorX Cruiser 1

Razor menempatkan motor di sisi bawah dek, dekat ban belakang. Motor penggerak bermesin elektrik itu memiliki tenaga 125-watt, dipasok oleh baterai rechargeable 22V, dapat membawa Anda melaju hingga kecepatan 16-kilometer per jam selama 40 menit non-stop. Seperti skateboard biasa, pengendalian RazorX Cruiser cukup sederhana, dilakukan dengan memiringkan tubuh ke kanan atau ke kiri.

RazorX Cruiser 3

Dengan kehadiran motor dan bobot 4,7-kilogram, hampir mustahil bagi penggunanya buat melakukan lompatan dan sejumlah trik seperti ketika memakai skateboard standar. Namun perlu diingat bahwa RazorX Cruiser diprioritaskan sebagai alat transportasi pribadi ketimbang perangkat olahraga. Produsen turut membekalinya bersama unit remote control wireless 2,4GHz plus strap, sehingga tidak jatuh saat Anda tak sengaja melepasnya.

RazorX Cruiser bisa dipesan sekarang via Amazon seharga US$ 180 (belum termasuk diskon). Sebagai perbandingan, produk kompetitor umumnya dijajakan mulai dari US$ 400 hingga ribuan dolar.

Sumber: Razor.

Track1 Ialah Skateboard Elektrik Segala Medan

Gagasan skateboard terbang yang diajukan oleh film Back to the Future Part II membuka mata kita terhadap potensi pemanfaatannya. Tanpa roda, teorinya papan luncur ini memungkinkan user melesat di atas permukaan apapun – jalan raya atau jalan berbatu, hingga air. Tapi bahkan penjelmaan tercanggihnya pun belum bisa menawarkan penggunaan yang praktis.

Jika menginginkan skateboard yang dapat membawa penggunanya menjelajahi medan berbeda, Flux Design Co. punya jalan keluarnya. Perusahaan asal Seattle itu belum lama memperkenalkan Track1, yaitu ‘papan luncur off-road bermesin elektrik’ berdasarkan deskripsi tim penciptanya. Track1 mungkin masih belum bisa melaju di atas air, namun dengannya, Anda dapat bertualang ke lokasi-lokasi yang sebelumnya mustahil dijamah skateboard biasa.

Track1 boleh dibilang merupakan perpaduan antara papan luncur dengan allterrain vehicle. Flux Design Co. merancangnya agar ukuran Track1 tetap ringkas dan mungil agar bisa dimasukkan ke bagasi mobil, serta memastikannya cukup ringan agar mudah dipindah-pindahkan. Ia mempunyai bobot hanya 27-kilogram.

Track1 1

Track1 adalah alat transportasi pertama di kelasnya. Penyajiannya sendiri tak berbeda dari skateboard: pengendara tinggal berdiri di atasnya. Bedanya, ia memiliki sepasang roda raksasa (untuk ukuran papan luncur) di depan, dan track ala tank di belakang – seperti versi mini kendaraan milimeter half-track. Bagian tersebut memberikannya kemampuan menangani kondisi jalan berbeda: pasir, tanah hingga salju.

Track1 3

Flux Design Co. menerapkan sistem kendali yang intuitif. Metodenya mirip seperti menggunakan papan selancar atau skateboard standar, yakni dengan memiringkan tubuh buat belok. Dan karena motor dan pusat gravitasi berada di area belakang, pengguna dapat melakukan manuver-manuver dramatis. Sebagai alternatif, developer juga menyediakan aksesori setang tambahan untuk membuat pengendara berdiri lebih stabil, dipasang di sisi depan sehingga membuatnya terlihat seperti otopet.

Track1 2

Papan luncur off-road ini dibekali motor elektrik bertenaga 5-horse power, mampu melaju di kecepatan 23-kilometer per jam, menjangkau jarak hampir 20-kilometer, mendaki hingga level kemiringan 50 derajat, dan membawa beban maksimal 104-kilogram (developer berjanji untuk meningkatkannya lagi di versi retail). Track1 juga dilengkapi unit baterai built-in, dapat terisi penuh dengan menyambungkannya ke sumber listrik selama tiga jam.

Flux Design Co. sudah mempersilakan Anda memesan Track1 via Indie Gogo sembari berupaya mengumpulkan dukungan dana. Di situs crowdfunding itu, produk ditawarkan seharga mulai dari US$ 2.500, dan rencananya akan mulai didistribusikan pada bulan November 2018.

 

Electronic Arts Akuisisi Developer Titanfall Senilai Lebih Dari $ 400 Juta

Kolaborasi antara Electronic Arts dengan Respawn Entertainment sudah dimulai sejak Vince Zampella dan Jason West mendirikan studio itu tujuh tahun lalu. Waktu itu, sang publisher setuju membantu pendanaannya lewat program EA Partners, memungkinkan Respawn tetap memiliki hak atas kekayaan-kekayaan intelektual yang developer ciptakan. Namun hal itu baru saja berubah.

Kepada VentureBeat, EA mengungkap rencana untuk mengakuisisi studio pencipta Titanfall tersebut. Jumlah uang yang mereka keluarkan juga tidak sedikit, kabarnya melampaui US$ 400 juta. Dengan merangkul Repawn, EA menambah lagi satu lagi franchise permainan blockbuster di bawah kendalinya, setelah sebelumnya mengamankan Battlefield melalui pembelian studio DICE (tahun 2006) dan memperoleh izin publikasi game-game Star Wars dari Disney.

US$ 400 juta merupakan angka yang sangat besar, terdiri atas uang tunai US$ 151 juta, saham jangka panjang sebesar US$ 164 juta, ditambah lagi peluang bonus US$ 140 juta jika Respawn berhasil mencapai target insentif (disebut earnout). Itu berarti seandainya bisnis kedua perusahaan berjalan lancar, Respawn Entertainment dapat mengantongi pemasukan senilai kurang lebih US$ 455 juta.

Langkah akuisisi ini juga menyadarkan kita pertaruhan besar yang dilakukan oleh publisher dan developer di industri senilai US$ 108 miliar itu. Banyak orang tadinya berpikir, Respawn bisa tetap berkiprah di ranah ini sebagai studio independen.

Dalam interview bersama GamesBeat, CEO Respawn Vince Zampella menyampaikan, “Kami sudah bekerja bersama cukup lama, dimulai dari dibentuknya studio ini. Akuisisi sering terjadi. Pertanyaannya ialah, dalam kiprah di industri ini, apa yang bisa kami lakukan untuk menciptakan game yang lebih besar dan lebih baik. Dan kami melihat kebutuhan akan dukungan sumber daya buat memenuhi target itu.”

Patrick Soderlund selaku executive vice president EA juga mengutarakan pendapat senada, “Kami ingin mengembangkan permainan-permainan terbaik, dan sejauh ini, perusahaan juga telah menjalin hubungan saling menguntungkan. Kami tetap memberikan developer kebebasan serta integritas dalam berkreasi, baik untuk DICE, BioWare, dan studio-studio lainnya. Itulah alasannya mereka terus menghasilkan game-game berkualitas.”

Bersamaan dengan kabar ini, EA dan Respawn juga resmi mengumumkan bahwa mereka sedang mengembangkan game Titanfall baru. Saat ini, Respawn tengah mengerjakan proyek Star Wars dan permainan VR bersama Oculus.

Pengumuman ini tidak seluruhnya mendapatkan respons positif dari gamer. Alasannya: EA telah menutup banyak studio yang mereka miliki, dari mulai Westwood sampai Maxis – dan terakhir adalah Visceral Games, developer pencipta Dead Space.

Selain Wizards Unite, Warner Bros. Juga Garap Game Harry Potter Untuk Console

Enam tahun sudah berlalu sejak Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 tayang di layar lebar. Untuk memelihara ketertarikan fans terhadap franchise hiburan terbesar di dunia itu, dibangunlah website digital publishing sekaligus eCommerce Pottermore, dan baru saja, Warner Bros. mengumumkan kerja sama dengan Niantic Labs buat menciptakan game Harry Potter berbasis AR.

Dan kabar gembira buat penggemar tak berhenti sampai di sana. Lewat situs Pottermore, Warner Bros. Interactive Entertainment juga mengumumkan proyek penggarapan permainan Harry Potter di console. Dan menariknya lagi, mereka tak hanya berniat mengembangkan satu atau dua judul saja, tapi menyajikannya secara bersambung. Permainan-permainan ini nantinya akan diluncurkan di console serta perangkat mobile.

Untuk menunjang agenda mereka itu, Warner Bros. Interactive Entertainment turut meresmikan label baru bernama Portkey Games, diberi tugas mengawasi (dan mungkin mengelola) peluncuran game-game bertema dunia Harry Potter. Kata Portkey terdengar familier? Itu karena di jagat sihir J.K. Rowling ini, Portkey adalah objek yang bisa membawa Anda ke suatu lokasi cukup dengan menyentuhnya.

Informasi terkait permainan anyar Harry Potter masih sangat minim. Warner Bros. hanya bilang bahwa game-game tersebut akan mengajak Anda berkenalan dengan tokoh-tokoh baru serta bertemu karakter-karakter klasik. Kata sang publisher, momen itu ‘bisa terjadi di periode berbeda dalam hidup sang tokoh’, mengindikasikan latar belakang era yang bervariasi. Game boleh jadi merupakan prekuel, sekuel, atau di-setting saat tujuh buku (atau delapan film-nya) sedang berlangsung.

President of Warner Bros. Interactive Entertainment David Haddad mengungkapkan kegembiraannya terkait pengumuman ini, “Dengan berdirinya Portkey Games, kami merasa bersemangat buat memenuhi permintaan para penggemar yang menginginkan lebih banyak permainan berbasis Dunia Sihir J.K. Rowling. Saat ini, kami berkolaborasi bersama para kreator bertalenta untuk menciptakan game berkonsep ‘player-generated stories‘.”

Player-generated stories adalah salah satu bentuk dari konsep konten user-generated. Beberapa game yang mengusungnya adalah Star Trek Online, Second Life dan EverQuest 2, sehingga ada kemungkinan permainan anyar tersebut adalah game MMO. Saya pribadi lebih mengharapkan permainan single-player sandbox yang mempersilakan pemain menciptakan karakter custom-nya sendiri.

Sejak 2001, publisher berbeda telah mengadopsi Harry Potter ke medium hiburan video game, namun mayoritas dari mereka ialah tie-in film, dan sisanya merupakan versi Lego. Belum ada dari mereka yang betul-betul mengesankan, kecuali mungkin Quidditch World Cup.

Ayo Simak Pendapat Para Reviewer Tentang Microsoft Xbox One X

Menjanjikan performa grafis sebesar 6-teraflop, Xbox One X adalah perangkat gaming dedicated yang paling mendekati kinerja PC. Kemampuannya jauh melampaui penawaran sang rival, PlayStation 4 Pro, dan Microsoft dengan bangga menyebutnya sebagai console 4K gaming sejati. Dan tepat pada tanggal 7 November kemarin, Xbox One X akhirnya resmi dipasarkan.

Indonesia memang belum memperoleh dukungan layanan Xbox One, namun saat ini kita bisa mudah menemukannya di berbagai channel penjualan. Kemungkinan besar, hal tersebut juga terjadi pada Xbox One X. Tapi sebelum buru-buru memesan dan mengeluarkan uang sebesar US$ 500 (kemungkinan lebih), akan lebih bijaksana jika Anda menyimak dulu ulasan-ulasan dari media terpercaya. Rangkumannya dapat Anda baca di bawah.

The Verge memaparkan tiga kelemahan console: saat ini belum banyak tersedia game Xbox One X Enhanced, Anda tetap membutuhkan penyimpanan eksternal tambahan karena memori 1TB di dalam kurang mencukupi, lalu jika Anda ingin menikmati pengalaman UHD dan HDR, Xbox One S sudah bisa menyajikannya. Meski begitu, tentu saja ia mendongkrak kualitas visual permainan-permainan Xbox One, apalagi sistem turut ditopang drive Blu-ray 4K. Sang reviewer memberikan skor 8,5.

Penilaian TechRadar hampir serupa, dengan skor 4 dari 5 bintang. Mereka mengapresiasi Microsoft karena berhasil membenamkan hardware berkinerja tinggi dalam perangkat berukuran mungil, memungkinkannya sanggup menangani game di resolusi 4K secara native, disempurnakan lagi oleh HDR. Kendalanya, hard disk sebesar 1TB di sana akan cepat terisi penuh. Selain itu, di beberapa permainan, Xbox One X tak selalu menghidangkan 60fps.

Stuff ialah salah satu media yang menyodorkan nilai sempurna buat Xbox One X. Console game modern paling bertenaga di dunia ini dianggap sukses mengembalikan kesan prestisius Xbox di ranah gaming. Namun walaupun Xbox One X telah jadi ‘rajanya console‘, Stuff merasa genggaman Microsoft di sana masih terasa goyah akibat minimnya permainan yang betul-betul bisa memanfaatkan komposisi hardware high-end di dalam secara maksimal.

IGN menyampaikan bahwa Xbox One X adalah console mengagumkan, betul-betul menyuguhkan apa yang dahulu dijanjikannya. Permainan-permainan eksklusif Microsoft berjalan begitu cantik dan mulus, hanya dengan mengeluarkan uang separuh dari harga gaming PC. Hebatnya lagi, sistem tidak mengeluarkan suara bising dan temperatur tinggi ketika bekerja berat. Lalu, bundel penjualan juga sudah meliputi drive Blu-ray dan dukungan HDR.

Seperti IGN, TechAdvisor juga mengomparasi Xbox One X dengan PC: console memang cukup mahal, tapi dibanding komputer personal kelas gaming, produk ini lebih ekonomis. Fans permainan Forza Motorsport, Assassin’s Creed dan Gears of War akan segera dimanjakannya, dan ada lebih dari 130 permainan sudah memperoleh upgrade Xbox One X Enhanced. Dan tentu saja, konten jadi lebih nikmat jika Anda mempunyai TV 4K.

Nvidia Mempersembahkan Kartu Grafis Monster Edisi Terbatas Star Wars Seharga $ 1.200

Setidaknya ada dua hal yang ditunggu para penggemar Star Wars di akhir tahun 2017: peluncuran game Star Wars Battlefront II minggu depan, dan waktu penayanganThe Last Jedi pada tanggal 15 Desember nanti. Aksesori, pakaian dan mainan Star Wars akan kembali diburu buat merayakan momen ini, namun para gamer hardcore mungkin sedang mencari sesuatu yang berbeda.

Jika kebetulan Anda sedang membangun PC atau berniat meng-upgrade komputer, Nvidia punya penawaran menarik. Belum lama, perusahaan teknologi grafis asal Santa Clara itu memperkenalkan edisi kolektor Nvidia Titan Xp, kartu grafis konsumen paling high-end mereka. Berbeda dari varian biasa, GPU tersebut dirancang dengan begitu istimewa agar mengusung tema Star Wars.

Nvidia Titan Xp Star Wars Collector’s Edition terdiri dari dua pilihan: versi Jedi Order dan Galactic Empire, demi memenuhi permintaan dua kubu fans. Salah satu aspek spesial di kartu grafis ini adalah arahan desainnya. GPU mangadopsi wujudlightsaber, dibekali warna case dan LED berbeda. Varian Jedi Order mempunyai tubuh kelabu dan LED hijau, sedangkan Galactic Empire memiliki casing hitam dan LED merah.

Nvidia Titan XP Star Wars 3

Nvidia Titan XP Star Wars 5

Varian Jedi Order dan Galactic Empire terlihat senada sekaligus kontras. Penampilan mereka bukan sekedar dibedakan oleh warna, tapi juga pada dimensi dan peletakan LED, serta logo (Jedi atau Imperial) di tengah fan. Selanjutnya branding ‘Titan X Collector’s Edition ada di sisi depan, dan ‘Star Wars’ berada di pelat belakang.

Nvidia Titan XP Star Wars 2

Nvidia Titan XP Star Wars 6

Performanya sendiri tak berbeda dari Nvidia Titan Xp standar. Titan Xp Star Wars Collector’s Edition menjanjikan peningkatan performa tiga kali lipat Titan X Maxwell, serta dukungan teknologi game terkini dan pengalaman VR ‘next-gen‘. Di dalam, GPU menyimpan 3.840-CUDA core, berlari di kecepatan 1,6GHz, mampu menghasilkan kinerja grafis 12-TFLOP (dua kali Xbox One X). Ia juga dipersenjatai memori GDDR5X 12GB, berjalan di kecepatan 11Gbps.

Nvidia Titan XP Star Wars 1

Nvidia Titan XP Star Wars 4

Titan Xp juga ditopang sistem pendingin berteknologi vapor chamber, dibubuhkan pada tubuh aluminium die-cast. Solusi ini tidak memakan banyak ruang sehingga produsen bisa lebih leluasa bermain-main dengan desain, serta membuatnya lebih efisien dalam membuang panas.

Uniknya lagi, Nvidia menawarkan kedua Titan Xp Star Wars Collector’s Edition di harga serupa versi standar, yaitu US$ 1.200. Namun satu konsumen hanya diperkenankan membeli satu unit saja. Gerbang pre-order sudah dibuka sejak kemarin, dan produk ini akan tersedia pada tanggal 14 November.