Dronebox Ialah Charging Station Bertenaga Surya Untuk Drone

Dengan kian banyaknya drone yang tersedia, kita semakin menyadari betapa besar potensinya. Setelah ranah videography, pengembangan UAV sudah diarahkan ke bidang keselamatan hingga pelestarian lingkungan hidup. Namun bahkan secanggih-canggihnya perangkat ini dirancang oleh sang produsen, drone masih memiliki satu keterbatasan: durasi terbang.

Waktu terbang dipengaruhi oleh kapabilitas baterai, tapi jika terlalu besar, tentu saja ia akan tetap membebani drone dan memengaruhi manuver. Perusahaan Singapura bernama H3 Dynamics mempunyai solusi simpel atas masalah ini. Mereka memperkenalkan Dronebox, sebuah racharging station bertenaga surya yang memungkinkan UAV mengisi ulang baterai secara otomatis tanpa campur tangan operator.

Dronebox 03

Dronebox bekerja layaknya hangar, bukan sekedar landing pad. Begitu drone mendarat di atasnya, pintu akan terbuka, kemudian platform diturunkan. Dengan begini, UAV terlindungi ketika ia tidak terbang. Proses charge dilakukan secara wireless, kemungkinan besar tenaga diterima oleh empat modul yang berada di tiap lengan drone. Sembari isi ulang, Dronebox bertugas mengunduh data lalu mengirimkannya ke server lewat koneksi internet atau satelit.

Charging station itu memang sengaja didesain untuk ditempatkan di lokasi-lokasi terpencil, dan dapat beroperasi secara mandiri. Ia aktif non-stop selama setahun penuh, mengubah sinar matahari menjadi sumber tenaga secara terus menerus. Mungin Anda bertanya-tanya mengenai seberapa handal kemampuan solar panel-nya. Jangan cemas, H3 Dynamics juga tak lupa menyiapkan sistem fuel cell cadangan yang sanggup bertahan berbulan-bulan.

Dronebox 02

Berbicara di Singapore Air Show via Reuters, CEO H3 Dynamics Taras Wankewycz menjelaskan bahwa Dronebox bisa digunakan buat bermacam-macam keperluan, terutama dipakai di area-area sensitif yang sulit atau tidak dapat dikunjungi manusia. Ia membandingkan Dronebox dengan Mars Rover, namun diimplentasikan di Bumi; untuk fungsi pengawasan sampai pengamanan.

Wankewycz bilang, Dronebox tak hanya menyajikan sensor standar, “Kini kami memiliki sensor yang bisa terbang dan kembali ke ‘sangkarnya’; menyediakan data langsung ke operator, menyuguhkan beragam informasi serta tampilan real-time, sehingga Anda dapat merespons secepat mungkin.”

Ide pembuatan Dronebox muncul saat tim developer sedang mengerjakan proyek pengawasan minyak dan gas. Mereka memutuskan bahwa penggunaan drone standar tidaklah cukup optimal dan efisien.

Dengan kemampuannya sekarang, Dronebox juga bisa diterapkan untuk menjaga satwa liar, pemeliharaan infrastruktur, dan lain-lain.

Via Reuters. Sumber: H3 Dynamics.

[Review] Activity Tracker Runtastic Moment Elite

Dibandingkan nama-nama seperti Fitbit dan Jawbone, Runtastic mungkin merupakan brand kesekian yang Anda pertimbangkan saat mencari activity tracker. Tapi sejak diperkenalkan, Runtastic pelan-pelan memupuk reputasi dengan app, hardware, serta layanan analisis data. Setelah merilis Orbit, produsen asal Austria ini mengusung konsep baru dalam produk terbarunya.

Di akhir triwulan ketiga 2015, Runtastic resmi menyingkap Moment, wearable device kedua mereka. Keluarga Moment terdiri atas tiga model, yaitu Basic, Classic serta Elite. Dan saya diberi kesempatan buat menguji model terakhir itu. Berdasarkan deskripsi tim desainernya, Moment Elite diperuntukkan bagi konsumen yang peduli terhadap fashion.

Berwujud arloji analog, Moment menyimpan teknologi Orbit di dalam. Ia dapat memonitor aktivitas kita; menghitung langkah, jarak, jumlah kalori yang terbakar, dan lama waktu tidur. Runtastic turut menjanjikan desain atraktif serta nyaman dikenakan.

Artikel ulasan ini sengaja dibuat untuk mengulik apakah klaim tersebut benar adanya, atau masih banyak hal yang perlu Runtastic perbaiki.

Bundle

Bundel Moment Elite cukup sederhana. Selain unit fitness tracker, terdapat buku petunjuk, obeng, dan empat baut ekstra. Runstastic menyediakan panduan untuk mengganti baterai coin-cell-nya, sanggup bertahan selama enam bulan.

Runtastic Moment Elite 23

Runtastic Moment Elite 22

Runtastic Moment Elite 21

Starting up

Untuk mulai menggunakan Moment Elite, Anda perlu mengunduh aplikasi Runtastic Me di smartphone dan jangan lupa mengaktifkan Bluetooth. Runtastic telah menciptakan banyak app di Android dan iOS, tetapi untuk setup, Moment membutuhkan Runtastic Me. Langkah-langkah di sana cukup jelas, dan saya memutuskan buat log-in via Facebook. Ketika proses sinkronisasi berlangsung, Anda diminta menekan tombol selama tiga detik.

Runtastic Moment Elite 01

Ketika tracker dan smartphone tersambung, jarum jam serta menit secara otomatis segera bergerak menyesuaikan dengan waktu di handset.

Design

Bagi saya, Runtastic Moment Elite adalah fitness tracker untuk konsumen yang belum bisa berpisah dengan jam tangan tradisional. Segala aspek (positif dan negatif) sebuah arloji ada semua di sana. Penampilannya ‘adaptif’, orang lain tak akan mengira Anda sedang menggunakan wearable. Rancangannya tidak terlalu mewah buat dipakai sehari-hari, namun cukup elok saat Anda membawanya ke acara-acara resmi.

Runtastic Moment Elite 07

Runtastic Moment Elite 13

Moment Elite didominasi warna hitam, pada tubuh maupun strap. Saya menyukai perpaduan kesan simpel dan sporty-nya. Produsen mengombinasikan case stainless steel, kaca mineral anti-baret dan strap kain berlapis kulit di sisi dalam. Bagian free loop/ring mengsung material kain serupa, sayangnya serat-serta di sana terlihat berbulu dan terurai. Akan lebih rapi (dan lebih kuat) seandainya ia diganti kulit.

Runtastic Moment Elite 15

Runtastic Moment Elite 10

Runtastic Moment Elite 09

Tak seperti smartband/activity tracker bertubuh karet, Moment Elite terasa berat dan besar. Case baja anti-karatnya mempunyai diameter 46mm dan berketebalan hampir 15mm di area tertinggi. Dengan memanfaatkan timbangan saku, bobot Moment Elite mendekati 80-gram (79,6g). Jangan khawatir buat memakainya saat mandi atau berenang di kolam, Moment tahan air hingga kedalaman 100-meter.

Runtastic Moment Elite 17

Runtastic Moment Elite 11

Runtastic Moment Elite 16

Terdapat angka-angka dan lingkaran petunjuk di dial utama. Di sisi teratas, ada tulisan MI dan KM berwarna merah. Saat Anda memulai aktivitas di app (Runstastic Pro, dibahas lebih rinci di segmen aplikasi) jarum akan berputar untuk menunjukkan jarak. Dial lebih kecil dengan sebuah jarum berada di bawah, menunjukkan angka 0 sampai 100. Ia adalah indikator target harian Anda. Agar memudahkan kita melihatnya, semua jarum dibekali lapisan glow in the dark.

Runtastic Moment Elite 06

Runtastic Moment Elite 25

Comfortable?

Sayang sekali, penampilan menyerupai penunjuk waktu timeless berdampak pada faktor kenyamanan fitness tracker. Anda mungkin bisa mentolerir berat dan ukuran Moment Elite, namun saya melihat masalah pada strap. Bagian terdekat dari engsel sangat tebal, dan sangat sulit tertekuk secara alami. Asumsi saya, ia lebih pas dikenakan oleh orang-orang berpergelangan tangan besar. Di tangan kecil saya, Moment Elite selalu timpang ke satu sisi.

Runtastic Moment Elite 19

Awalnya saya kira strap akan melemas jika Moment Elite dipakai terus-menerus, tapi hingga sekarang ia masih saja kaku.

Runtastic Moment Elite 12

Faktor ini perlu diperhatikan jika Runtastic ingin pengguna memakai Moment tiap saat. Dan bukan cuma tak nyaman dan keras sewaktu dikenakan tidur (opini diperkuat keluhan istri), device seringkali mengganggu aktivitas kerja, apalagi saya harus mengetik seharian. Akhirnya, saya terpaksa menggeletakkannya di atas meja.

Functionality

Walaupun mempunyai fitur-fitur yang telah disebutkan sebelumnya, Moment Elite masih beberapa level di bawah smartwatch. Ia hanya berperan sebagai activity tracker, tidak menyalurkan notifikasi dari smartphone. Jantung dari kapabilitas Moment terletak pada accelerometer build-in. Ia melacak gerakan berdasarkan gerakan tangan, namun tanpa GPS, Moment lebih mengandalkan perhitungan matematis.

(EDIT: Setelah dicek lebih jauh, fitur notifikasi tersembunyi di menu Wearable dan harus mendapatkan persetujuan akses dari pemilik handset. Missed call, WhatsApp dan Line bisa bekerja; namun beberapa notifikasi memang tidak muncul, contohnya Facebook Messenger dan SMS.)

Runtastic Moment Elite 02

Cuma ada satu tombol fisik pada tracker, umumnya Anda gunakan saat ingin tidur serta bangun. Metodenya manual, sekedar berbaring tetap terhitung tidur; padahal Fitbit, Jawbone dan Misfit sudah beralih ke sistem deteksi otomatis. Hampir seluruh fungsinya diakses dengan menggunakan app Runtastic Me: dari mulai setting berat dan tinggi badan, sampai menyetel silent alarm buat membangunkan atau mengingatkan Anda untuk bergerak (disertai LED merah di area angka 9).

Runtastic Moment Elite 14

Proses sinkronisasi data (download serta kalkulasi) dari Moment Elite ke handset berjalan sedikit lambat. Kadang kala, saya harus menutup app dan mematikan Bluetooth agar aplikasi segera me-refresh info.

Application

Runtastic Me adalah basis dari Moment Elite. Interface-nya sederhana dan mudah dimengerti oleh mereka yang belum pernah sekalipun mengoperasikannya. Di sana Anda dapat langsung melihat jumlah langkah, durasi aktivitas, total pembakaran kalori, jarak tempuh dan lama waktu tidur. Aplikasi juga bisa tersambung ke Apple Health dan Google Fit, jadi data tetap tercatat seandainya Anda lupa membawa Moment.

Runtastic Moment Elite 24

Di sisi aplikasi, keluhan terbesar saya tujukan pada Premium Membership. Di versi gratisnya, fitur-fitur terbaik app Runtastic terkunci; misalnya advanced goals, analisis, dan penyimpanan data tak terbatas. Untuk membukanya, Anda harus mengeluarkan uang sebesar Rp 120 ribu per bulan atau paket Rp 600 ribu selama setahun. Padahal activity tracker lain menyuguhkan fungsi serupa tanpa menuntut biaya tambahan.

Ingat fitur ‘memulai aktivitas’ yang saya sampaikan sebelumnya? Ia cuma bisa diakses dengan memanfaatkan app Runtastic Pro (dijual Rp 50 ribu). Penyajian ini, ditambah lagi Premium Membership Runtastic Me memang membingungkan.

Verdict

Agar bisa unggul di ranah kompetisi activity tracker, Runtastic perlu menyempurnakan banyak hal dalam Moment Elite. Idealnya, produk seelok ini harus didukung teknologi baru tanpa mengorbankan faktor kenyamanan. Meskipun kita boleh bilang penampilan dan desain merupakan masalah selera, namun kendala utamanya ialah app serta fungsi yang terasa tersegmentasi.

Terlepas dari itu saya melihat bahwa Moment ditargetkan pada jenis konsumen baru; bukan para pelari atau atlet kawakan, melainkan mereka yang ingin lebih aktif dan hidup sehat, tapi tetap tampil gaya ketika berolahraga. Singkat kata, Moment Elite ialah arloji berfitur activity tracker, bukan kombinasi seimbang antara keduanya.

Tentu saja, tak seperti fitness tracker ‘standar’, Runtastic Moment Elite bukanlah device yang murah. Sudah tersedia di Indonesia, Moment Elite dijajakan di kisaran harga Rp 2,9 juta.

Runtastic Moment Elite 05

Dengan Mengenakan Dreem, Tidur Anda Bisa Lebih Berkualitas

Hampir semua orang pernah mengalami susah tidur. Masalah ini cukup normal, terjadi secara sementara, biasanya disebabkan oleh stres ataupun faktor eksternal. Namun jika berkepanjangan, ia dapat memengaruhi keseharian kita. Di antara banyak alternatif solusi gangguan tidur, Rythm memiliki jalan keluar paling canggih: wearable device bernama Dreem.

Dreem merupakan kreasi pertama tim spesialis neurotechnology asal kota Paris dan San Francisco itu. Ia adalah sebuah headband yang dirancang untuk meningkatkan kualitas tidur. Selain memonitor tidur seperti perangkat sejenis, Dreem mengusung teknik stimulasi suara, membantu pengguna cepat terlelap serta menjaganya tidur nyenyak. Di level ‘deep sleep‘ inilah proses peremajaan tubuh berjalan optimal – perbaikan sel dan daya ingat, serta penyembuhan.

Dreem 02

Headband tidak menutup semua permukaan kepala, sengaja dedesain agar ringan dan nyaman. Band di sisi teratas ialah satu-satunya bagian yang kaku, berisi semua komponen elektronik Dreem – dilapisi memory foam demi memastikan ia pas dengan berbagai tipe kepala. Kepada Digital Trends, founder Rythm Hugo Mercier menyampaikan bahwa Anda akan ‘segera lupa sedang mengenakan Dreem setelah sepuluh menit’.

Teknologi canggih racikan Rythm ditaruh di area kening Dreem. Developer memanfaatkan rangkaian sensor EEG dan accelerometer yang dipadukan ke komponen fleksibel sebagai cara membaca sinyal ketika Anda beristirahat di malam hari. Data mentah itu dikumpulkan ke database, kemudian diproses serta dianalisis. Hasilnya bisa dilihat melalui aplikasi mobile, menyajikan informasi jelas serta mudah dimengerti.

Dreem 01

Aplikasikasi mobile tersebut sama pentingnya dengan Dreem, memungkinkan smartphone tersambung secara wireless ke headband. Transfer data dilakukan via Wi-Fi dan koneksi USB. Meski cara kerja perangkat cukup kompleks, konsumen tetap disuguhkan interface yang simpel. Dreem bisa langsung diaktifkan cukup lewat beberapa kali tap pada layar sentuh.

Tentu Anda bisa menyetel alarm, namun headset juga bekerja secara real-time untuk membangunkan user dengan lembut dan efisien. REM (rapid eye movement) serta fase tidur paling nyenyak berdampak besar pada performa fisik dan kognitif manusia. Tahapan ini biasanya berlangsung di ujung malam. Dreem menggunakan audio khusus untuk menarik pengguna pelan-pelan keluar dari REM, sehingga Anda tidak merasa pusing ketika bangun.

Saat ini, Rythm sedang menghimpun tester dalam program beta Dreem First dengan target 500 user. Sesudah masa uji coba rampung, headset Dreem rencananya akan diluncurkan ke publik di awal tahun 2017.

Sumber: Rythm.co.

Dengan Adanya ‘Layanan Berbayar’, Apakah Review User Steam Bisa Dipercaya?

Bagi publisher game, opini profesional merupakan hal esensial. Dan tidak jarang kita mendengar rumor perusahaan-perusahaan ternama membayar media besar agar produk mereka memperoleh nilai tinggi. Skenario itu juga terjadi di skala lebih kecil, misalnya anggota tim developer/publisher menulis review positif di website distribusi digital semisal Steam.

Namun yang lebih menggelisahkan lagi, eksperimen oleh PCGamesN menunjukkan bahwa dengan mengeluarkan sedikit uang – hanya US$ 5 – game-game di Steam bisa mendapatkan skor positif. ‘Layanan’ tersebut dapat mudah dijumpai di website marketplace Fiverr, Anda bisa menemukannya secara gamblang, cukup menuliskan keyword ‘Steam’ di kolom search.

Phil Iwaniuk dari PCGamesN memulainya dengan membuat akun buat menghubungi tiap penjaja jasa review Steam. Umumnya mereka meminta kode permainan, dan Iwaniuk secara terbuka menyampaikan game bukanlah karya buatannya. Phil tidak mencoba menutupi identitas, alamat email, serta tempat ia bekerja. Tiap seller segera merespons, dan langsung mengontak Iwaniuk via Steam. Melalui cara ini, ia bisa mengetahui game-game apa saja yang mendapatkan ulasan berbayar.

Steam user reviews can be bought for $5

Iwaniuk menemukan 20 permainan yang muncul lebih dari dua kali dalam daftar penyedia jasa review Steam, dan meskipun Counter-Strike serta Super Hexagon ada di sana, sisanya merupakan judul-judul yang jarang sekali kita dengar: Apocalyse Hotel, Blood of Magic, Cat Simulator, D3DGear, Gods Vs Humans sampai Home Design 3D.

Di deskripsi awal, memang tidak ada penjual yang mengaku terang-terangan ulasannya akan positif. Tetapi setelah mengirim email serupa pada 13 seller, sebagian besar mengonfirmasinya, menjawab: ‘Tidak perlu disebutkan, tapi iya’; ‘Tidak bisa memberi garansi, namun semua review saya positif’; bahkan seseorang menjaminnya dan menyediakan link ke profile Steam sebagai portfolio.

Dari 13 penjual review, hanya satu yang enggan menjamin thumbs-up/nilai positif. Ia menjelaskan bahwa ulasan darinya bersifat apa adanya, “Jika Anda sedang mencari ulasan-ulasan palsu, ada banyak penjaja di Fiverr yang menawarkan layanan tersebut. Saya menyarankan Anda agar berhati-hati karena walaupun di waktu dekat cara ini membuat produk terlihat bagus, tapi akan berdampak buruk di waktu ke depan.”

Terlepas dari pemaparan di atas, sebaiknya kita tidak mencoba menggeneralisasi atau buru-buru mengambil kesimpulan. Laporan itu belum membuktikan pada kita bahwa publisher atau developer video game terlibat, namun ada satu fakta penting di sini: siapapun bisa menggunakan jasa paid review.

AOC Ajak Anda Dominasi Game Dengan Monitor Curved 35-Inci Canggih Ini

Entah apakah Anda seorang gamer PC veteran atau pemain casual yang gemar menikmati permainan-permainan video di waktu luang, ketepatan dalam memilih hardware dapat menentukan menang atau kalah. PC sudah siap? Selanjutnya Anda memerlukan layar yang mampu menghidangkan visual dengan optimal, dan monitor baru AOC ini bisa menjadi kandidat terbaik.

Pertama kali dipamerkan di ajang CES 2016, di tanggal 4 Maret ini perusahaan elektronik dari Taipei itu resmi memperkenalkan AOC C3583FQ ke konsumen Indonesia. Ia adalah anggota baru dari keluarga Gaming mereka, sebuah panel ultra-wide 21:1 curved seluas 35-inci. Kata ‘curved‘ mungkin akan menarik perhatian para calon pembeli, tapi kapabilitas canggih di dalam membuatnya semakin menggoda.

AOC C3583FQ 03

AOC C3583FQ dibekali tingkat refresh rate maksimal yang tinggi, yaitu 160Hz, dipadu teknologi Adaptive-Sync dan FreeSync. Kombinasi semua itu menjaga pengalaman gaming Anda mulus dan bebas-lag meskipun frame rate naik-turun (terutama di level 45 sampai 160fps). Dari sedikit riset di internet, C3583FQ memiliki kepadatan 79,39ppi – tidak besar namun diperlukan agar sanggup menyajikan refresh rate 160Hz.

Tentu saja layar membusur merupakan aspek primadona dari AOC C3583FQ. Ia mengusung radius 2.000mm, lebih melengkung dibanding monitor konvensional. Rancangan tersebut dipergunakan demi meminimalisir gangguan di ruang pandang gamer, membuat game jadi lebih immersive. Panel ditopang teknologi AMVA (Advanced Multi-Domain Vertical Alignment) sehingga warna hitam lebih gelap serta mampu menyampaikan rasio kontras tinggi, 2000:1.

AOC C3583FQ 04

Monitor memiliki waktu respon 4ms, flicker-free dan beroperasi di resolusi 2560×1080. Artinya ia tidak membebankan GPU-GPU kelas menengah, memastikan gamer tetap mendapatkan frame rate memuaskan. C3583FQ memanfaatkan lapisan matte anti-glare pada permukaannya demi menjaga ‘graininess‘ pada gambar tetap rendah, dengan output kecerahan 300cd/m².

Segala macam konektivitas dan tombol-tombol ditempatkan di stand-base. Di sana Anda bisa menemukan dual-link DVI, dua buah port HDMI 1.4 (MHL), sepasang port DP 1.2a (dengan Adaptive-Sync), serta colokan input dan audio 3,5mm. Monitor C3583FQ dilengkapi pula oleh dua speaker 5W, diarahkan ke belakang.

AOC C3583FQ 01

Walaupun pemberitahuan kehadiran monitor AOC C3583FQ dilakukan di awal bulan Maret ini, tim AOC Monitor Asia Pacific belum mengungkap kapan produk tersedia di tanah air dan berapa harganya. Via press release, perwakilan AOC cuma bilang bahwa monitor dibanderol di kisaran US$ 800-an.

Meta 2 Diklaim Sebagai Headset Augmented Reality Paling ‘Immersive’

Augmented reality memiliki kisah perjalanan berbeda dari produk-produk VR yang segera tiba sebentar lagi. Pemain besar seperti Google (Glass) dan Microsoft (HoloLens) malah memutuskan untuk mengembangkannya secara lebih tertutup. Namun membahas headset AR, device terbaru racikan tim Meta memiliki potensi buat menjadi perangkat tercanggih saat ini.

Pada tanggal 2 Maret 2016 kemarin, developer asal Redwood City Kalifornia itu membuka gerbang pre-order Meta 2 Development Kit. Mereka mendeskripsikannya sebagai produk AR pertama yang mampu menyuguhkan pengalaman paling immersive, berbeda dari perangkat-perangkat sejenis. Meta 2 memungkinkan kita berinteraksi dengan konten dunia maya, sebuah terobosan di bidang augmented reality.

Menurut CEO Meron Gribetz, Meta 2 Development Kit merupakan ‘produk baru paling penting semenjak Macintosh diperkenalkan’. Ketika Microsoft HoloLens menyajikan area hologram berukuran kecil, Meta 2 menyuguhkan field of view diagonal seluas 90 derajat serta display 2560×1440, dipantulkan dari LCD di visor ke mata. Melalui teknik itu, terciptalah gambar-gambar 3D stereoscopic beresolusi tinggi di 20ppd (pixels per degree), memastikan teks-teks mudah terbaca.

Meta 2 DK 01

Hebatnya lagi, Meta 2 sanggup melacak posisi tanpa menggunakan sensor eksternal. Perangkat memanfaatkan algoritma mutakhir yang mampu menggabungkan gambar-gambar di sekitarnya dengan arah gerakan serta kecepatan pengguna, melalui kamera 720p dan IMU (inertial measurement unit). Tak sama seperti headset AR lain, Meta 2 tidak memerlukan proses kalibrasi atau pemetaan ruang. Ketika dikenakan, device segera mengetahui posisi Anda.

Sebagai fitur primadonya, headset memberikan kita keleluasaan untuk memanipulasi objek maya secara langsung menggunakan kedua tangan. Lalu kita juga bisa berkreasi serta saling berbagi konten digital dengan teman di satu ruangan, atau rekan yang terpisah jarak ribuan kilometer; sehingga pengguna dapat saling berinteraksi dan berkolaborasi.

Meta 2 DK 03

Meta 2 DK merupakan jelmaan kedua dari device augmented reality mereka, didesain berbekal masukan-masukan dari hampir 1.000 perusahaan (developer, tester, sampai para akademisi). Headset diramu agar fungsinya fleksibel, dapat digunakan di beragam industri, dari mulai edukasi, pengobatan, sampai manufaktur.

Agar berjalan optimal, headset memerlukan sistem PC yang cukup mumpuni, antara lain prosesor Intel i7-3610MQ; kartu grafis Intel Iris Pro, Nvidia GT 650M, atau Radeon HD7970 (rekomendasi GTX 960 atau AMD 280); RAM 8GB, ouput HDMI 1.4, port USB 3.0 serta sistem operasi minimal Windows 8.1.

Meta 2 Development Kit dapat di-pre-order di situs MetaVision.com, ia dijajakan di harga US$ 950.

Sumber: Business Wire & MetaVision.

Mayoritas Gamer Tidak Tertarik Membeli Headset Virtual Reality?

Virtual reality adalah istilah terpanas saat ini. Ia semakin populer, dan para perusahaan ternama berbondong-bondong berupaya ambil bagian di sana. VR diprediksi akan menjadi masa depan hiburan digital serta memanaskan kembali kompetisi di bidang grafis. Namun apakah antusiasme serupa dirasakan oleh konsumen, khususnya di kalangan gamer?

Setelah HTC dan Oculus VR mengungkap info lebih detail terkait head-mounted display mereka, kita tahu baik Rift dan Vive akan tetap menjadi produk niche meski mereka segera meluncur sebentar lagi. Keduanya dibanderol di harga yang tidak murah, lalu Anda juga memerlukan hardware canggih buat mendukungnya. Ternyata para gamer merasakan sentimen serupa, berdasarkan data Gamer Network.

Gamer Network sebelumnya melakukan survei ke kurang lebih 14.000 gamer di jaringan website mereka. Hasilnya, dari hampir 13.000 responden, hanya 15 persen yang bilang berniat untuk membeli headset VR di tahun ini. 25 persen masih belum yakin, dan 60 persen terang-terangan menyampaikan mereka tidak berencana buat memilikinya. Menariknya lagi, 75 persen subjek survei mengaku mempunyai gaming PC.

Tak bisa disangkal, gamer ialah target konsumen utama dari Vive dan Rift. 32 persen responden menyatakan bahwa harga adalah faktor krusial yang memengaruhi keputusan mereka. Fakta unik mengenai VR tidak berhenti sampai di sini. Kita menyangka Oculus Rift merupakan headset terfavorit, mengingat ia lebih dulu ‘dicicipi’ banyak orang melalui versi development kit-nya. Faktanya, persentase antusiasme konsumen terhadap Rift malah di bawah HTC Vive, dengan perbandingan 13,74 versus 15,5 persen.

Mungkin tidak disangka, menakar dari harga, PlayStation VR berpeluang menjadi alternatif terbaik – menempatkan Sony di posisi unggul. Tapi berhasil atau tidaknya langkah mereka sangat ditentukan oleh keputusan Sony untuk ‘berani rugi‘. Seandainya ketiga headset menyajikan kualitas konten serupa, Sony dapat memimpin dengan menjajakanya di harga lebih ekonomis – misalnya di bawah US5 500. Console maker asal Jepang itu dahulu sempat bertaruh dengan PlayStation 3.

Di luar tema virtual reality, responden juga ditanya mengenai platform game apa yang tertarik untuk mereka beli selanjutnya. Jawabannya cukup mengejutkan. Walaupun detail tentangnya sangat minim dan Nintendo belum mengungkapnya secara resmi, NX memimpin di urutan pertama dengan 31 persen, diikuti oleh PC di posisi runner-up (hampir 30 persen). Di kelas persaingan current-gen console, PlayStation 4 jauh meninggalkan Xbox One: 20 banding 9 persen.

Sumber: Games Industry.

Microsoft Memiliki Rencana Untuk Meleburkan Xbox One Dengan PC

Beberapa tahun memasuki era console ke-8, Microsoft terlihat mengambil langkah berbeda. Kini banyak judul-judul eksklusif Xbox mulai mereka sajikan di platform PC, dan belum lama kita tahu CEO Satya Nadella mengonfirmasi kedatangan Universal Windows Applications di Xbox One. Ternyata upaya raksasa asal Redmond itu lebih serius dari perkiraan banyak orang.

Dalam acara pers minggu lalu di San Franchisco, head of Xbox Phil Spencer menyampaikan bahwa Universal Windows Platform akan menjadi fokus strategi gaming mereka selanjutnya. Singkatnya, UWP adalah wadah pengembangan konten, memungkinkan aplikasi berjalan di PC, console dan perangkat bergerak. Artinya Microsoft mencoba meleburkan software di PC berbasis Windows dan Xbox. Ke depan, Anda tidak memerlukan console untuk memainkan game-game Xbox terbaru.

Dengan memindahkan model pengembangan ke Universal Windows Platform, aplikasi dapat dioperasikan di sistem yang kompatibel. Hal ini secara drastis mengubah ekosistem console. Sebelumnya, konsumen terdorong membeli console supaya mereka bisa menikmati sejumlah permainan eksklusif. Arahan baru tersebut bukan hanya berpeluang mendongkrak penjualan PC, namun berpotensi mengakhiri sejarah console game tradisional.

Dalam pernyataannya, Spencer mengakui kelemahan terbesar console. Sisi hardware serta software dari platform khusus gaming ini terkunci sejak awal, meminta gamer tetap setia hingga ia tutup usia sementara ekosistem menjadi semakin baik. Kemudian user akan menunggu sistem generasi selanjutnya. Tapi jika perkembangan berjalan sesuai visi Spencer, console akan kian menyerupai PC.

Di skenario tersebut, tidak ada ‘Xbox Two’ karena Xbox One tidak akan ketinggalan zaman. Platform software terpisah dari hardware, sehingga console bisa diperbarui dari waktu-kewaktu, misalnya membubuhkan prosesor maupun kartu grafis. Backward compatibility menjadi makin umum, hardware baru tetap sanggup menjalankan permainan-permainan lawas.

Kemudian karena produsen bisa lebih memfokuskan upaya pada inovasi hardware, maka gamer juga akan mendapatkan banyak terobosan-terobosan baru di console dibanding sebelumnya. Spencer menjelaskan, “Hal tersebut mirip yang kita sering lihat di PC, di mana saya masih dapat menikmati game-game Quake dan Doom lawas, tapi tetap bisa memainkan judul terkini di resolusi 4K.”

Sangat menarik, namun strategi tim Xbox memunculkan banyak pertanyaan, contohnya: Bagaimana upgrade sistem diimplementasikan? Bolehkah kita meng-upgrade-nya sendiri? Lalu bagaimana cara Microsoft menentukan harga sistem yang sudah mempunyai komponen baru? Dan lain sebagainya…

Via CNET. Sumber: The Guardian & Forbes.

Elegan, Canggih, Anti-Air dan Siap Sajikan VR, Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge Tiba di Indonesia

Bahkan sebelum diumumkan, publik sudah bisa menebak eksistensi handset flagship baru Samsung. Produsen smartphone terbesar di dunia itu kembali memilih Mobile World Congress sebagai tempat untuk memperkenalkannya secara resmi. Rumor pada bulan Januari silam terbukti benar, handset Galaxy S teranyar hadir di tanah air hanya beberapa hari setelah MWC 2016 usai.

Tepat pada tanggal 1 Maret 2016, Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge melakukan pendaratan perdana di Indonesia. Melalui handset high-end ini, Samsung mempunyai satu visi: membawa konsumen nusantara ‘mencapai level selanjutnya’. Untuk sebuah device premium, hampir tidak ada bagian yang luput dari perhatian Samsung; desainnya disempurnakan, kinerja hardware dan kemampuan fotografi ditingkatkan, lalu fungsionalitasnya juga diperluas.

Untuk memperlihatkan keunggulan-keunggulan Galaxy S7 dan S7 Edge dalam bermacam-macam skenario pemakaian, Samsung meminta para tamu berkunjung ke enam experience booth. Produsen sepertinya tidak mau kita mengganggap S7 sebagai smartphone biasa, melainkan sebuah perangkat mutakhir pendukung beragam aktivitas hiburan dan produktif.

Desain & layar

 

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 03

Sebelum acara dimulai, saya menyempatkan diri untuk melakukan hands-on singkat. Anda mungkin sudah tahu, desain S7 dan S7 Edge pada dasarnya tidak jauh berbeda dari generasi S6, sama-sama mengusung chassis kombinasi logam dan kaca. Samsung bilang, penyempurnaan proses penggabungan (thermoforming) dua material ini memakan waktu berbulan-bulan. S7 memiliki tombol home lebih datar dan modul kamera lebih tipis.

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 01
Kiri, Samsung Galaxy S7 Edge; kanan, Samsung Galaxy S7.

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 04

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 14

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 11

Kedua perangkat menyuguhkan layar AMOLED dengan ukuran sedikit berbeda: panel 5,1-inci beresolusi quad-HD 2560×1440 berkepadatan 577ppi untuk Galaxy S7, dan display 5,5-inci QHD 534ppi plus Edge Screen melengkung di Galaxy S7 Edge. Display dan rancangan tubuh diramu sedemikian rupa supaya smartphone tetap simpel saat digunakan dengan satu tangan.

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 02

 

Sertifikasi IP68

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 06

Salah satu fitur primadona pada Galaxy S7 dan S7 Edge terletak pada kesanggupannya menahan air serta debu. Dan tak seperti S5, port S7 tersegel di dalam dan tidak mempunyai penutup eksternal. Sertifikasi IP68 di sana memastikan handset bekerja normal ketika tercemplung ke air – maksimal sedalam 1,5 meter selama setengah jam.

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 13

Dalam uji coba langsung, merekam video atau mengambil foto di bawah air dapat dilakukan. Sayangnya tetesan-tetesan tetap akan memengaruhi input layar sentuh. Dari penjelasan Samsung, kemampuan kedap air tersebut tidak menjadikan S7 handset rugged. IP68 adalah upaya pencegahan kerusakan apabila terjadi insiden tak terduga. Perlu diingat, air bergaram masih merupakan musuh terbesar S7, jangan sekali-kali Anda membawanya berenang di laut.

 

Virtual reality?

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 07

Kapabilitas Galaxy S7 untuk menjalankan permainan mobile bergrafis berat memang tak perlu dipertanyakan (dari mulai Asphalt 8: Airborne sampai Lego Batman: Beyond Arkham). Tapi bagi saya, aspek hiburan distingtif dari S7 ialah kompatibilitas device buat menyajikan virtual reality dengan menyematkannya di headset Gear VR. Performa Galaxy S7 plus Gear VR mungkin masih beberapa tingkat di bawah Oculus Rift, namun ia merupakan opsi terbaik di level mobile virtual reality.

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 08

Samsung sempat menyampaikan bahwa mereka berkomitmen untuk membangun ekosistem VR, dan telah menyiapkan ratusan konten pendukung – baik game maupun video 360. Belum lama mereka turut menyingkap device khusus buat memperkaya isinya.

 

Kamera

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 05

Upgrade pada kamera difokuskan pada tiga faktor: tingkat aperture dan pixel individu lebih besar, serta autofocus yang lebih singkat.Tak terpancing masuk dalam arena adu balap megapixel, Samsung malah mengurangi jumlah resolusi dari 16- ke 12-Mp. Tak perlu panik, jumlah yang lebih sedikit membuat ukuran per satu pixel jadi lebih besar (1,4-micron). Mengesampingkan penjelasan terlalu teknis, alhasil kamera S7 unggul di situasi kurang cahaya.

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 12

Galaxy S7 juga memiliki bukaan aperture terlebar di kelas smartphone dengan f/1.7, menambahkan kecanggihan mutu jepretan di low-light. Samsung meminjam fitur kamera DSLR, mengusung sensor ‘dual pixel‘ sehingga mekanisme autofocus berjalan cepat tanpa memerlukan sistem fokus laser. Buat video chat dan ber-selfie, kamera depannya menyimpan sensor 5-Mp f/1.7.

Spesifikasi

  • OS Android 6.0 Marshmallow
  • System-on-chip Exynos 8890 (quad-core Cortex-A53, quad-core Cortex-A53 1,6GHz)
  • Memori RAM 4GB LPDDR4, penyimpanan internal 32GB (untuk di Indonesia, bisa diperluas sampai 200GB via microSD)
  • Network LTE CAT. 9 (450/50Mpbs), 4G TDD, 4G FDD
  • Konektivitas Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, MIMO, Bluetooth 4.2, NFC
  • Baterai 3.000mAh (S7) 3.600mAh (S7 Edge), plus fitur fast charging via kabel maupun wireless

Pre-order

Gerbang pre-order Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge sudah dibuka dan akan berlangsung sampai 13 Maret 2016 nanti, dijajakan di harga mulai dari Rp 8 jutaan. Informasi detailnya bisa Anda peroleh di situs Galaxy Launch Pack.

Samsung Galaxy S7 S7 Edge Indonesia 09

Dengan Kamera 20-Megapixel dan Harga Ekonomis, Infinix Zero 3 Sambangi Indonesia

Dalam peluncuran hampir semua smartphone, produsen pasti tak lupa mengedepankan elemen fotografi. Meski mereka tidak mengklaimnya terang-terangan, fitur-fitur itu dipresentasikan seolah-olah sanggup menandingi kamera sungguhan. Konsumen sendiri mulai mengerti bahwa jumlah megapixel bukan lagi menjadi takaran mutu, tapi ada yang spesial dari handset anyar Infinix ini.

Saat khalayak global sedang heboh dengan handsethandset baru dari brand ternama, Infinix Mobility punya kejutan buat konsumen lokal. Di awal minggu, sang produsen asal Hong Kong resmi menghadirkan penerus device flagship mereka, yaitu Infinix Zero 3 X552. Premis produk ini pasti membuat banyak wajah menoleh: kamera utama bersensor 20,7-megapixel serta kemampuan rekam video 4K, dijajakan di harga terjangkau.

Infinix Zero 3 01

Melalui Zero 3, Infinix menargetkan kalangan menengah dan muda-mudi yang menginginkan perangkat dengan tingkat kualitas serta kinerja terbaik di kelasnya, dan menjelaskan bahwa mereka mencoba mengubah pandangan pengguna smartphone modern. Menariknya lagi, untuk sebuah produk primadona, Zero 3 tidak meminta Anda mengeluarkan banyak uang. Infinix yakin, Zero 3 ‘mampu memberikan pengalaman layaknya fotografer profesional’.

Infinix Zero 3 03

Tapi sebelum membahas hal itu lebih rinci, sisi desain Zero 3 juga unik. Satu hal yang bisa kita apresiasi: Infinix tidak mencoba ‘meniru’ produk-produk populer. Zero 3 memang bukanlah smartphone tercantik, paling ergonomis atau tertipis, namun ia memiliki karakteristik tersendiri. Zero 3 tanpa malu mengusung tubuh bersudut dengan sisi belakang bertekstur ultra fine crystal, memberikan kesan industrial.

Infinix Zero 3 07

Panel IPS 5,5-inci dengan resolusi 1080p berkepadatan 400ppi menjadi jendela Anda menikmati konten mobile. Display menyuguhkan viewing angle seluas 178 derajat ditambah high light transmittance agar video (dan game) tampil jernih, serta dibekali fitur smart wake. Untuk memastikannya tetap terlindung, Infinix membubuhkan lapisan Corning Gorilla Glass 3.

Infinix Zero 3 10

Infinix Zero 3 11

Infinix Zero 3 12

Tentu saja perhatian kita akan tertuju pada kapabilitas fotografi dari Zero 3. Modul kamera diletakkan di pojok kiri atas, dipersenjatai sensor Sony IMX 230 CMOS 20,7-megapixel dengan lensa 6P Largan sehingga Anda bisa memperoleh gambar still 5616×3744. Infinix bilang, lensa tersebut dipilih demi menjaga detail dan ketajaman ketika Anda memperbesar atau meng-crop hasil jepretan. Di depan, Anda akan menemukan kamera 5-Mp plus flash dan mode beautification.

Infinix Zero 3 04

Kamera turut didukung flash LED ganda serta fitur 192 PDAF (phase detection autofocus). Fokus dijanjikan dapat diperoleh hanya dalam 0,1 detik. Dan jika biasa menggunakan kamera DSLR atau mirrorless, Zero 3 mempunyai mode manual di mana Anda dipersilakan mengatur sensitivitas ISO dan shutter speed. Lalu mode HDR dan delapan tipe filter dapat pula Anda pergunakan.

Infinix Zero 3 13

Para videographer mobile juga tidak akan kecewa dengan kemampuan perekaman Zero 3. Tak kalah dari handset-handset kompetitor yang lebih premium, phablet Infinix ini sanggup merekam di 4K (4096×2160). Berkat level frame rate maksimal di 120, Anda dapat berkreasi dengan slow serta fast motion.

Dari diskusi bersama jurnalis senior yang telah mengujinya, algoritma autofocus Zero 3 sebetulnya masih bisa disempurnakan lagi. Di kondisi kurang cahaya, noise tampak memenuhi area-area gelap, namun dapat diakali dengan menggunakan mode manual. Satu lagi: walaupun proses pembuatan video 4K berjalan mulus buat smartphone ekonomis, Zero 3 masih memakai format 3gp.

Infinix Zero 3 05

Otak dari Infinix Zero 3 adalah system-on-chip MediaTek Helio X10 dengan CPU octa-core Cortex-A7 2GHz dan GPU Mali 450-MP4. Komponen dipadu RAM sebesar 3GB dan flash memory 16GB, bisa diperluas via microUSB; ia juga menyimpan baterai ultra-slim 3.030mAh 643Wh/l. Zero 3 beroperasi di platform Android Lollipop 5.1 dengan interface XUI, upgradable ke Marshmallow.

Infinix Zero 3 09

Berdasarkan presentasi Infinix, komposisi hardware di atas memungkinkan Zero 3 mencetak skor benchmark AnTuTu di atas 50.000 (tertinggi 58.416); multitasking lebih handal dan loading time jadi lebih singkat. Berkat SoC Helio X10, display handset sanggup menyajikan refresh rate 120Hz beserta fitur Smart Screen; kemudian chip grafis turut membantu autofocus dan PDAF.

Infinix Zero 3 02

Di press release, marketing manager Infinix Indonesia Anis Thoha Manshur menyampaikan, “Kami selalu berkomitmen untuk memberikan konsumen produk terbaik di harga yang bersahabat.”

Memang berapa harga Zero 3 X552 di Indonesia? Untuk smartphone berkamera 20-megapixel, ia cuma dibanderol Rp 2,6 juta. Ingin segera meminangnya? Penjualan Zero 3 dilakukan secara eksklusif di Lazada dengan metode flash-sale, dibuka pada tanggal 3 Maret 2016, pukul 15:03 sore WIB.

Infinix Zero 3 14