Mampukah PC Anda Menjalankan Far Cry New Dawn di Resolusi 4K?

Menyusul Fallout 76 dan Rage 2, Ubisoft akhirnya mencoba mengangkat tema pasca-kiamat di video game-nya. Tapi mereka tidak melakukannya lewat franchise baru, melainkan melalui seri yang sudah lama menjadi andalan sang publisher: Far Cry. Diumumkan di acara The Game Awards 2018, Far Cry New Dawn ialah spin-off sekaligus sekuel langsung dari permainan Far Cry kelima.

Berdasarkan informasi dari Ubisoft Montreal, formula New Dawn masih meneruskan pendahulunya. Game action-adventure ini disuguhkan dalam perspektif orang pertama, mempersilakan pemain untuk menjelajahi dunianya yang terbuka luas dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan. Seperti biasa, ada banyak aktivitas yang bisa Anda lakukan di sana selain merebut suatu lokasi dari tangan musuh, misalnya berburu.

Seperti Far Cry 5, New Dawn kembali mengambil latar belakang Hope County, sebuah daerah fiktif di negara bagian Montana. Namun tempat ini telah berubah drastis semenjak ledakan nuklir di akhir cerita Far Cry 5. Kesamaan dua game juga diperlihatkan oleh hadirnya lagi sistem Guns/Fangs for Hire, yang memungkinkan kita merekrut pasukan atau mendapat bantuan dari hewan peliharaan, serta kebebasan untuk menentukan sendiri karakter utama permainan.

Far Cry New Dawn rencananya akan dirilis bulan depan, tepatnya pada tanggal 15 Februari 2019 di Windows, PlayStation 4 dan Xbox One. Versi PC sudah pasti menyajikan grafis tercantik dan juga didukung oleh resolusi 4K. Tapi syaratnya, sistem PC Anda harus mampu menanganinya. Dan inilah daftar kebutuhan hardware PC buat menjalankan New Dawn:

 

Minimal

  • OS: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: Intel Core i5 2400 3,1GHz atau AMD FX 6350 3,9GHz
  • RAM: 8GB
  • GPU: Nvidia GeForce GTX 670 (2GB) atau AMD Radeon R9 270X (2GB)
  • Resolusi: 720p
  • Preset video: Low
  • DirectX: June 2010 Redistributable
  • Suara: Sound card yang kompatibel dengan DirectX 9.0c plus driver terbaru
  • Hard drive: 30 GB
  • Periferal: Keyboard, mouse, headset yang didukung Windows

 

Rekomendasi

  • OS: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: Intel Core i7-4790 3,6GHz atau AMD Ryzen 5 1600 3,2GHz
  • RAM: 8GB
  • GPU: Nvidia GeForce GTX 970 (4GB) atau AMD Radeon R9 290X (4GB)
  • Resolusi: 1080p
  • Preset video: High
  • DirectX: June 2010 Redistributable
  • Suara: Sound card yang kompatibel dengan DirectX 9.0c plus driver terbaru
  • Hard drive: 30 GB
  • Periferal: Keyboard, mouse, headset yang didukung Windows

 

Konfigurasi 4K 30FPS

  • OS: Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: Intel Core i7-6700 3,4GHz atau AMD Ryzen 5 1600X 3,6GHz atau setara
  • RAM: 16GB
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX 1070 (8GB) atau AMD RX Vega 56 (8GB)
  • Resolusi: 2160p
  • Preset video: High
  • DirectX: June 2010 Redistributable
  • Suara: Sound card yang kompatibel dengan DirectX 9.0c plus driver terbaru
  • Hard drive: 30 GB
  • Periferal: Keyboard, mouse, headset yang didukung Windows

 

Konfigurasi 4K 60FPS

  • OS: Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: Intel Core i7-6700K 4,0GHz atau AMD Ryzen 7 1700X 3,4 GHz atau setara
  • RAM: 16GB
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX 1080 SLI (8GB) atau AMD RX Vega 56 CFX (8GB) atau yang lebih baik
  • Resolusi: 2160p
  • Preset video: High
  • DirectX: June 2010 Redistributable
  • Suara: Sound card yang kompatibel dengan DirectX 9.0c plus driver terbaru
  • Hard drive: 30 GB
  • Periferal: Keyboard, mouse, headset yang didukung Windows

Bersama Tobii, Alienware Luncurkan Alienware Academy

Menjadi atlet esports memang bukanlah hal yang mudah. Kadang-kadang untuk menjadi lebih hebat pun bukan hanya sesederhana mengulang permainan secara terus-menerus sampai menjadi lebih jago. Nyatanya, para calon atlet esports juga butuh informasi cara main yang benar dan tentunya mentor yang bisa membantu menyadari kesalahan yang mungkin tak disadari oleh sang calon atlet esports tersebut.

Walau hal tersebut penting untuk dapat menciptakan bakat-bakat baru di dalam dunia esports, namun nyatanya belum banyak organisasi ataupun perusahaan yang menciptakan hal tersebut. Maka dari itu salah satu brand peripheral gaming ternama Alienware pun melihat hal tersebut sebagai peluang dan meluncurkan sebuah tempat pelatihan bernama Alienware Academy.

Sumber: windowscentral.com
Sumber: Windows Central

Pelatihan atlet esports ini tercipta berkat kerjasama antara Alienware dengan Tobii sebuah perusahaan yang menciptakan teknologi untuk merekam arah pergerakan mata kita selama melihat monitor PC saat sedang bermain. 

Sejak dari peluncurannya, situs ini sudah menawarkan satu arsip berisi berbagai hal yang bisa membantu Anda meningkatkan kemampuan bermain, seperti tips dan trik, serta tutorial interaktif yang bisa dipelajari oleh berbagai gamers dari berbagai level.

Mengutip Esports Marketing Blog, Alienware Academy ini termasuk sebuah video latihan yang diajarkan oleh pro playernya sendiri termasuk Jordan ‘n0thing’ Gilbert untuk CS:GO. Ada juga sebuah map gameplay challenge custom yang memungkinkan pemain melatih skill mereka dan tentunya informasi tambahan bagi mereka yang menggunakan Tobii eye-tracking.

Sumber: techhive.com
Sumber: TechHive

Terkait peluncuran ini, Jonas Jerebko selaku pemilik tim Renegades Esports memberi komentar kepada Esports Marketing Blog mengatakan, “dengan peluncuran Alienware Academy, Alienware dan Tobii membuktikan komitmen kami terhadap perkembangan ekosistem esports. Dengan peralatan serta konten eksklusif, Alienware Academy menawarkan konten yang cocok bagi gamer kompetitif yang mau belajar lebih jauh dari para profesional.”

Alienware sendiri merupakan brand yang bergerak di peripheral serta pembuatan komputer yang fokus kepada pasar gaming. Terbentuk sejak 24 Oktober 1996, Alienware ini merupakan sub-brand dari salah satu brand komputer terkemuka yaitu Dell. Sementara Tobii sendiri adalah salah satu brand pionir dalam pembuatan teknologi eye tracking. Tobii Pro merupakan salah satu dari tiga bagian unit bisnis Tobii yang memang fokus kepada teknologi eye tracking, salah satunya digunakan untuk gaming.

Penjualan Valthirian Arc Capai Rp7 Miliar, Balik Modal dalam Waktu 3 Bulan

Sebuah kabar baik datang dari Agate, developer asal Bandung yang juga merupakan studio game terbesar di Indonesia. Melalui siaran persnya, Agate baru-baru ini mengumumkan bahwa game terbaru mereka yaitu Valthirian Arc: Hero School Story telah berhasil mencapai penjualan senilai US$500.000. Dengan kurs saat ini (US$1 = Rp14.195) artinya angka tersebut setara dengan kurang lebih Rp7,1 miliar.

Pencapaian tersebut diraih oleh Valthirian Arc: Hero School Story dalam waktu cukup singkat, hanya tiga bulan sejak perilisannya. Angka sedemikian besar juga menandakan bahwa game ini telah mencapai break event point, alias balik modal. Agate melaporkan bahwa keuntungan terbesar diperoleh dari penjualan game fisik dari region 2, yaitu Inggris dan Eropa. Khususnya di platform PC, game ini sempat menduduki peringkat 2 best-seller di Steam wilayah Inggris Raya.

Valthirian Arc: Hero School Story | Screenshot 5
Valthirian Arc: Hero School Story

Salah satu cara Agate untuk mendongkrak popularitas Valthirian Arc: Hero School Story adalah dengan rajin membawa game mereka ke berbagai ajang pameran luar negeri. Salah satunya seperti MCM Comic Con di kota London, pada bulan Oktober 2018 lalu, di mana Valthirian Arc mendapat cukup banyak peminat. Agate juga pernah memamerkan game ini di acara Tokyo Game Show 2018 serta PlayStation Experience SEA (PSX SEA) 2018 di Bangkok. Selain itu, Agate pun gencar mengirimkan publikasi ke berbagai media, baik media lokal ataupun luar negeri.

Dalam distribusi Valthirian Arc: Hero School Story, Agate bekerja sama dengan penerbit asal Inggris yang sudah cukup senior, yaitu PQube. PQube telah lama menangani game untuk berbagai platform, termasuk judul-judul ternama seperti seri BlazBlue, Harvest Moon, serta Senran Kagura.

Valthirian Arc - PlayStation Experience SEA
Valthirian Arc dan beberapa game lokal lain dalam PSX SEA 2018 | Sumber: Duniaku.net

Dengan kesuksesan seperti ini, Agate telah membuktikan bahwa developer Indonesia juga mampu menciptakan produk yang memiliki daya saing di pasar video game global. Valthirian Arc: Hero School Story bisa Anda dapatkan secara fisik ataupun digital di PS4 dan Switch, juga di PC via Steam. Anda dapat membaca ulasan kami tentang Valthirian Arc: Hero School Story di tautan berikut.

Impresi Dead or Alive 6 Online Beta – Mind Game Dulu, Baru Combo Kemudian

Seri Dead or Alive memang identik dengan fanservice, akan tetapi sebetulnya seri ini juga memiliki gameplay yang seru untuk dimainkan. Saya pun dulu sempat memainkan Dead or Alive 5 Last Round dan cukup menikmatinya, meski saya tidak mendalaminya secara serius. Saya merasa Dead or Alive 5 Last Round punya suatu kekurangan yang membuat permainan kurang fleksibel, dan memang selera saya sendiri lebih condong ke arah fighting game 2D daripada 3D.

Karena itu, ketika Team Ninja mengumumkan bahwa Dead or Alive 6 akan memiliki gameplay lebih serius bahkan mengarah ke esports, saya tentu sangat tertarik. Saya ingin tahu seperti apa perubahan yang mereka berikan. Standar fighting game 3D di tahun 2019 ini sudah sangat tinggi gara-gara Tekken 7 dan Soulcalibur VI, jadi apakah masih ada ruang untuk Dead or Alive 6?

Saya pun mencoba Dead or Alive 6 Online Beta di PS4, dan kini saya jadi sangat khawatir. Khawatir, jangan-jangan Dead or Alive 6 akan menjadi fighting game favorit saya.

Dead or Alive 6 - Screenshot 1

Sisi visual, upgrade atau downgrade?

Mari kita mulai dari membahas hal yang paling pertama terlihat, yaitu segi visual. Ini hal yang cukup banyak menjadi perdebatan di forum-forum Dead or Alive, karena Dead or Alive 5 sendiri sudah punya tampilan visual yang sangat bagus berkat Soft Engine. Ada yang berkata bahwa Dead or Alive 6 terlihat sama saja, ada yang berkata lebih baik, juga lebih buruk.

Saya sendiri merasa Dead or Alive 6 punya visual yang lebih baik dari pendahulunya. Tampilan kulit memang kalah lembut karena tak lagi menggunakan Soft Engine. Tetapi Team Ninja berhasil memberi peningkatan yang signifikan di bagian rambut, palet warna yang digunakan, serta tampilan cahaya. Dulu di Dead or Alive 5 wajah dan rambut milik Ayane masih terlihat seperti boneka plastik, sekarang tidak lagi. Saya paling sering menggunakan Diego di Online Beta ini, jadi rasanya puas sekali melihat ekspresi karakter secara close-up ketika terkena Power Blow (sekarang disebut Break Blow).

Sesuai janji, kini karakter-karakter memang dibuat tidak seseksi Dead or Alive 5. Tidak ada lagi adegan buah dada bergoyang-goyang seperti balon air, dan pakaian para karakter juga terlihat lebih tertutup. Team Ninja tetap menyajikan beberapa kostum seksi sebagai alternatif, tapi mungkin tidak akan seekstrem dulu. Pakaian para karakter masih bisa sobek, mereka masih bisa berkeringat, juga masih bisa lusuh terkena kotoran.

Dead or Alive 6 - Screenshot 2

Satu kekurangan yang mengecewakan adalah kualitas animasinya seperti sama sekali tidak berubah. Dibandingkan dengan fighting game lain seperti Tekken 7 atau bahkan Street Fighter V, gerakan di Dead or Alive 6 masih kalah luwes. Sound effect tiap pukulan juga kurang menarik. Team Ninja masih perlu banyak berbenah di bagian ini.

Sudut yang semakin tajam

Pada dasarnya, seri Dead or Alive memiliki gameplay inti yang berbasis pada konsep bernama Triangle System. Seperti sebuah segitiga, dalam pertarungan kita memiliki tiga aksi untuk dipilih: Strike (Pukulan), Throw (Bantingan), dan Hold (Tangkisan). Strike mengalahkan Throw, Throw mengalahkan Hold, dan Hold mengalahkan Strike.

Sistem ini membuat kita harus lebih banyak berpikir. Rasanya tidak berlebihan jika dibilang bahwa inti permainan Dead or Alive terletak pada mind game, bukan keahlian kita mengeksekusi combo (walaupun tentu combo juga penting). Sayangnya, selama ini, mengeksekusi Hold dengan baik itu tidak mudah. Kita harus bisa membaca kebiasaan lawan, juga menekan tombol dengan timing yang tepat.

Dead or Alive 6 - Screenshot 3

Dead or Alive 6 membuat aksi Hold semakin kuat dengan sebuah opsi baru. Bila dulu kita harus menebak-nebak arah serangan musuh (atas, tengah, atau bawah), kini Team Ninja menyediakan fitur yang disebut Break Hold. Dengan mengorbankan 50% meter, kita bisa melakukan Hold universal yang akan menangkis serangan dari arah mana pun. Ya, sama seperti Tekken dan Soulcalibur, Dead or Alive kini juga memiliki meter super dengan nama Break Gauge.

Break Gauge adalah penambahan fitur yang sangat keren, karena hasilnya benar-benar mengubah dinamika permainan secara drastis. Dulu di Dead or Alive 5 kita hanya bisa mengeluarkan Power Blow ketika nyawa karakter sudah hampir sekarat. Tapi kini, kita bisa melakukan Break Blow kapan pun asalkan Break Gauge penuh. Break Blow juga memiliki invulnerability frame, jadi bisa digunakan sebagai opsi ofensif ataupun defensif.

Online play yang cukup andal

Karena Online Beta ini dilakukan secara global, dan saya bermain di akun PSN region Amerika Serikat, saya cukup khawatir akan terjadi banyak lag. Tapi ternyata tidak juga. Tentu lag akan terjadi ketika bertemu dengan lawan dengan kualitas koneksi 1 atau 2 bar, tapi dengan koneksi 3 bar ke atas, rasanya cukup mulus.

Dead or Alive 6 - Screenshot 4

Sepertinya Dead or Alive 6 menggunakan netcode berbasis delay/lockstep, bukan berbasis rollback seperti Street Fighter V. Artinya, bila terjadi lag di satu pihak, maka kedua pemain akan sama-sama merasakan lag. Menurut saya sistem seperti ini lebih nyaman daripada sistem rollback yang membuat karakter jadi teleport ke sana-sini seperti Street Fighter V.

Dari sisi matchmaking, saya cukup senang dengan waktu tunggu yang saya rasakan. Walaupun Dead or Alive bukan fighting game paling mainstream, dan jumlah penggemarnya tidak begitu banyak, ternyata saya tidak butuh waktu terlalu lama untuk mencari lawan. Kita juga bisa melihat kualitas koneksi lawan sebelum bermain, dan memilih untuk menerima tantangan atau tidak.

Berhubung ini masih versi beta, Team Ninja hanya menyediakan dua mode, yaitu Ranked Match dan Tutorial. Jumlah karakter yang bisa dicoba pun hanya lima orang. Jadi saya masih belum yakin akan sebagus apa fitur-fitur lainnya. Saya juga belum bisa menggali gameplay terlalu dalam (bahkan Command List saja belum ada). Tapi dari mencicipi Online Beta sebentar, saya merasa sangat optimis.

Bahkan sebagai orang yang jarang main fighting game 3D, menurut saya Dead or Alive 6 seru dan asyik sekali untuk dimainkan. Kombinasi antara visual indah serta fitur Break Gauge yang sangat mengubah dinamika permainan membuat game ini terasa sangat berbeda dari Dead or Alive sebelumnya. Saya tak sabar menunggu game ini dirilis bulan Maret nanti.

Gamer Rocket League di PS4 Kini Bisa Bermain Bersama Pemain di Xbox One dan Switch

Melihat perkembangan industri gaming di 2018, tak sulit menebak apa yang akan terjadi di tahun ini. Developer boleh jadi terus gencar menerapkan strategi ‘video game sebagai layanan’, lalu akan bertambah banyak pula permainan-permainan yang mendukung cross-platform play. Fitur di mode multiplayer ini memungkinkan gamer di platform berbeda untuk bermain bersama.

Namun ketika PC, Xbox One, Switch, sampai perangkat bergerak dengan gembira merangkul cross-play, Sony malah merasa keberatan. Alasannya bisa ditebak, dan sangat berkaitan dengan bisnisnya. Penolakan terhadap fitur ini direalisasikan lewat pemblokiran terhadap sejumlah permainan seperti Rocket League dan Minecraft. Tapi menyadari keputusan mereka itu telah menutup ‘pintu rezeki’, akhirnya dibukalah akses cross-platform play Fortnite di PlayStation 4.

Dan di bulan Januari ini, Sony Interactive Entertainment turut menghadirkan dukungan cross-play secara penuh di Rocket League. Lewat langkah ini, para gamer PlayStation 4 diperkenankan buat menikmati permainan sepak bola berbasis mobil itu bersama pemain di Xbox, Switch dan PC via Steam. Tim Psyonix sebetulnya sudah menyiapkan fitur ini sejak lama, yang mereka tunggu adalah lampu hijau dari sang pemilik platform.

Sebelumnya, para pemain Rocket League di PS4 hanya bisa ber-multiplayer bersama gamer PC. Berkat kehadiran ‘full cross-platform play‘, untuk pertama kalinya mereka bisa bertanding Rocket League melawan gamer Switch dan Xbox One. Perlu diketahui bahwa status cross-play di PlayStation 4 saat ini masih berada di tahap beta, jadi fitur-fiturnya masih belum terlalu lengkap. Buat sekarang, sistem matchmaking online masih bekerja secara acak, sudah diimplementasikan pada mode casual, kompetitif dan Extra Modes.

Menariknya lagi, cross-play juga tersedia untuk match privat walaupun Anda dan kawan punya console berbeda. Kita dipersilakan buat menciptakan pertandingan, atau bergabung ke match yang telah dibuat.

Cross-platform play terhidang secara otomatis. Namun jika Anda ingin memastikannya, silakan masuk ke main menu dalam game, buka Options, kemudian pastikan boks Cross-Platform Play di tab Gameplay tercentang.

“Pengumuman ini sangat penting bagi Psyonix karena kami mengerti bagaimana komunitas sudah lama menanti fitur cross-platform play secara penuh,” tutur vice president Psyonix Jeremy Dunham. “Semua ini tercapai karena Anda, penggemar berat Rocket League, serta berkat para mitra yang dermawan. Mewakilkan seluruh tim, kami mengucapkan terima kasih atas antusiasme serta kegigihan Anda, untuk terus mendorong kami menghidangkan pengalaman bermain Rocket League yang lebih baik.”

Game.ly dan Moonton Hadirkan MLBB Rising Stars!

Semakin berkembangnya industri esports di Indonesia tentu akan menuntut semakin meningkatnya kebutuhan akan talenta-talenta berbakat. Talenta berbakat ini termasuk dalam berbagai hal, entah itu pemain profesional, shoutcaster, analis/coach, atau bahkan streamer. Bagaimanapun, streamer mungkin bisa dibilang jadi salah satu bagian dari fenomena esports ini: ketika para gamers tak cuma hobi bermain tapi juga menonton orang lain main game.

Menjawab kebutuhan tersebut, tak heran jika platform streaming butuh bakat-bakat segar untuk mengisi daftar talenta streamer mereka. Maka dari itu Game.ly bekerja sama dengan Moonton Indonesia akan menggelar MLBB RISING STARS. Tujuan dari gelaran yang satu ini sendiri adalah untuk menggali potensi pemain Mobile Legends serta menciptakan bintang-bintang baru.

Terkait event ini Noppy Angreani selaku Community Manager Moonton Indonesia mengatakan Kegiatan MLBB Rising Stars diharapkan dapat menjadi wadah bagi siapapun untuk menjadi seorang influencer atau seorang public figure game Mobile Legends: Bang Bang, dan menciptakan generasi baru untuk influencer Mobile Legends.

Sementara itu, dalam rilis yang kami terima, Ryan Lymn selaku dari Vice President Game.ly mengatakan, “kompetisi ini adalah salah satu bentuk komitmen Game.ly untuk mendorong para gamer terutama streamer pada aplikasi Game.ly untuk berani menunjukkan kemampuannya sehingga membuahkan sebuah prestasi.”

Game streamer, salah satu karir bidang digital yang kini sedang bersemi seiring perkembangan budaya esport di Indonesia.Sumber: cybersmile.org
Game streamer, salah satu karir dunia digital yang kini sedang bersemi seiring perkembangan budaya esports di Indonesia. Sumber: Cybersmile

Penyelenggaraan MLBB Rising Stars akan dibagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung 15 Januari sampai 12 Februari 2019 mendatang. Dalam tahap ini, akan dipilih 20 peserta sebagai TOP 20 MLBB Rising Stars. Pemilihan berdasarkan akumulasi fans dan gift yang diterima selama periode tersebut dan tertera pada leaderboard dalam aplikasi Game.ly. Peserta yang terpilih akan melanjutkan ke tahap kedua.

Lalu pada tahap kedua atau Final Stage 20, MLBB Rising Stars terbaik yang berhasil lolos dari tahap pertama akan dinilai oleh juri berdasarkan skill serta cara berinteraksi dengan penonton. Tahap yang berlangsung pada tanggal 22 sampai 24 Februari 2019 mendatang ini akan mengakumulasi penilaian juri dan leaderboard yang lalu setelahnya akan menentukan ranking para TOP 20 MLBB Rising Stars.

Sumber: Gamely.com
Sumber: Gamely.com

Jajaran Top 20 MLBB Rising Stars ini nantinya akan berkesempatan menjalin kontrak eksklusif dengan Game.ly selama 1 tahun dan Moonton Indonesia selama 2-3 tahun. Selain mendapat kontrak eksklusif, mereka juga mendapatkan kesempatan berkolaborasi dengan para talenta streamer terpopuler Game.ly dan mendapatkan berbagai hadiah menarik lain yang didukung penuh oleh HONOR, brand smartphone terkemuka. HONOR 8X memberikan pengalaman game terbaik yang pernah Anda miliki.

Game.ly merupakan platform live streaming, yang mendapatkan investasi dari Google, untuk para mobile gamer generasi muda. Pertama kali didirikan pada tahun 2018 oleh Gamefield Hongkong Limited, Game.ly membawa slogan ‘Life as a Game”. Platform ini juga ditujukan untuk menjadi tempat bertemunya komunitas pecinta game untuk menyalurkan antusiasmenya. Didukung oleh high-quality real-time video technology, gamer dapat menyiarkan game apa pun, berinteraksi dengan streamer favorit kapanpun dan dimanapun.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari MLBB Rising Stars

FIFA 19 dan PUBG jadi Game PS4 Paling Favorit di Desember 2018

Secara mengejutkan PUBG dan FIFA 2019 menjadi dua game yang paling banyak diunduh oleh para pemain PlayStation 4. Dua game ini bahkan menempati posisi teratas dalam daftar tersebut dan berhasil melampaui penjualan COD: Black Ops 4, Red Dead Redemption 2, bahkan Marvel’s Spider-Man untuk bulan Desember kemarin.

Dalam hal PUBG, mereka memang baru-baru ini merilis versi PlayStation 4. Sudah ada tanda-tanda terkait hal ini sejak dari bulan November 2018 sampai akhirnya game ini pun dirilis pada 14 November 2018. Perilisan PUBG untuk PS4 cukup memunculkan perdebatan tersendiri di dalam komunitas. Pasalnya para pemain PUBG di Steam merasa bahwa masih ada cukup banyak masalah dalam game mereka, sehingga perilisan PUBG PS4 dikhawatirkan akan membuat PUBG Corp. jadi tak fokus dalam memperbaiki game buatannya.

Meski begitu akhirnya PUBG Corp. pun tetap merilis PUBG untuk PS4 tepat sesuai jadwalnya. Tak lupa perilisan ini pun juga diwarnai dengan sebuah paket penjualan PUBG yang dilengkapi dengan skin yang membuat karakter kamu jadi seperti Nathan Drake dari Uncharted, serta sebuah tas punggung seperti milik Ellie yang ada di dalam Last of Us.

Lalu bagaimana dengan FIFA 19? Mungkin hal ini tentu tak lain dan tak bukan dipengaruhi karena sepakbola yang memang masih menjadi olahraga paling populer di seluruh dunia. Terlebih console cenderung biasanya jadi alat untuk main game ketika kumpul bersama dengan teman atau keluarga, maka tak heran jika banyak pemilik PS4 membeli game FIFA untuk dimainkan bersama.

Sumber: windowscentral.com
Sumber: windowscentral.com

Kedua game tersebut sendiri berhasil meraih penjualan yang luar biasa untuk pasar Amerika Serikat dan juga Eropa. Berikut daftar lengkap game yang paling banyak di-download untuk pasar Eropa dan juga Amerika Utara.

PS4 Top Downloads for December – Europe

  1. FIFA 19
  2. PUBG
  3. Battlefield 5
  4. Call of Duty: Black Ops 4
  5. Grand Theft Auto 5
  6. God of War
  7. Red Dead Redemption 2
  8. Marvel’s Spider-Man
  9. The Forest
  10. The Sims 4

PS4 Top Downloads for December – North America

  1. PUBG
  2. Call of Duty: Black Ops 4
  3. Grand Theft Auto 5
  4. Red Dead Redemption 2
  5. Battlefield 5
  6. FIFA 19
  7. Mortal Kombat XL
  8. Marvel’s Spider-Man
  9. NBA 2K19
  10. Madden NFL 19

Kalau soal FIFA 19, mungkin memang tidak mengherankan jika laku keras. Namun kalau PUBG, sebenarnya saya sendiri cukup kaget melihatnya. Mengingat bermain PUBG di konsol sebenarnya terbilang cukup sulit bagi beberapa orang, terutama yang memang tidak terbiasa main game shooter di konsol. 

Saya sendiri sempat mencoba PUBG di konsol dan, secara kualitas, merasakan banyak kekurangan dalam hal performa karena masih kerap terjadi FPS (Frame per Second) drop dan maksimal di 30 FPS saja.

Melihat angka download tadi, bisa dibilang strategi PUBG Corp. merilis PUBG versi PS4 untuk mendongkrak penjualan mereka terbilang berhasil. Walau sesekali masih menerima sentimen negatif sendiri dari kalangan gamer, namun mereka berhasil menuai kesuksesan sambil terus berusaha memberikan yang terbaik kepada para pemainnya.

Penjualan PlayStation 4 Tembus 91 Juta Unit di Seluruh Dunia

Tahun 2018 telah berakhir, dan kini kita berada di tahun 2019 yang merupakan tahun keenam dari siklus kehidupan PS4. Bagaimana kabar si kotak hitam kesayangan kita ini? Tentu kita sudah tahu bahwa PS4 adalah console yang sangat sukses, tapi selama lima tahun sepak terjangnya, seberapa sukseskah ia? Sony baru saja mengumumkan jawabannya.

Dalam siaran pers, Sony Interactive Entertainment Hong Kong Limited Singapore Branch (SIES) menyatakan bahwa PS4 sudah terjual lebih dari 91,6 juta unit di seluruh dunia. Angka ini merupakan estimasi yang didapat Sony dari data penjualan hingga tanggal 31 Desember 2018. Jumlah penjualan PS4 jauh di atas saingan terdekatnya, Xbox One yang baru mencapai milestone 40 juta unit di akhir 2018. Juga jauh dibandingkan dengan Switch yang masih ada di angka 22 juta unit, namun Switch baru berusia satu setengah tahun jadi ini perbandingan yang tak setara.

Musim liburan (Natal dan Tahun Baru) akhir tahun 2018 berperan cukup besar dalam peningkatan penjualan PS4. Di periode itu saja, console ini terjual setidaknya 5,6 juta unit. Tentu saja penjualan game di platform ini juga sangat sehat. Di periode yang sama, total penjualan game PS4 (fisik dan digital) mencapai angka 50,7 juta kopi di seluruh dunia.

Marvel's Spider-Man
Marvel’s Spider-Man, salah satu game PS4 yang belum sempat saya mainkan | Sumber: Sony

Sepanjang masa, jumlah game PS4 yang terjual hingga 31 Desember 2018 adalah sekitar 876 juta unit. Salah satu game eksklusif best-seller menurut Sony adalah Marvel’s Spider-Man, yang kini sudah mencapai 9 juta kopi.

“Berkat dukungan berkelanjutan dari para penggemar selama musim liburan, kami dengan gembira mengumumkan bahwa PS4 telah mencapai penjualan global sebanyal 91,6 juta unit. Kami juga senang mengumumkan bahwa pengguna aktif bulanan PlayStation Network terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat, dan telah mencapai 90 juta pengguna di akhir November 2018,” ujar John Kodera, Presiden dan CEO Sony Interactive Entertainment, di siaran pers.

Lanjutnya lagi, “Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih terdalam kepada komunitas kami yang begitu bergairah di seluruh dunia, dan para partner kami, yang telah membantu kami mencapai milestone ini. Tahun ini (2019), kami akan menghadirkan lebih banyak pengalaman yang lebih baik dan jajaran game yang banyak ditunggu, yang hanya mungkin muncul di PS4. Seiring kami bergerak menuju milestone PS4 berikutnya, SIE akan terus berevolusi, dan kami akan mengembangkan platform ini lebih jauh untuk menyajikan pengalaman hiburan interaktif terbaik di dunia.”

God of War
Game eksklusif PS4 yang ini mendapat penghargaan Game of the Year 2018 | Sumber: Sony

Jajaran game PS4 di tahun 2019 ini memang tampak sangat menjanjikan. Ada Kingdom Hearts III, Devil May Cry 5, Dead or Alive 6, Resident Evil 2 remake, The Last of Us Part II, hingga Crash Team Racing Nitro-Fueled. Rasanya setiap bulan selalu saja ada game berkualitas tinggi untuk dibeli, sampai-sampai kita sendiri bisa kewalahan untuk memainkannya. Padahal jajaran game PS4 yang keluar tahun 2018 kemarin pun sudah sangat dahsyat. Bagaikan Rambo yang tengah mengamuk, Sony memberondong kita dengan hiburan keren dan seolah tak pernah kehabisan amunisi.

Angka penjualan PS4 memang masih kalah dibandingkan kakaknya, PS2 yang legendaris. Seumur hidupnya, PS2 telah mencapai angka penjualan lebih dari 155 juta unit. Akan tetapi angka tersebut merupakan hasil penjualan selama kurang lebih 13 tahun. PS4 masih punya waktu 7 tahun untuk mengejar. Saya yakin PS4 bisa melakukannya.

Lewatkan Steam, Ubisoft Akan Rilis The Division 2 di Epic Games Store

Strategi bisnis agresif yang diterapkan Epic Games Store mulai menunjukkan dampak yang signifikan terhadap kelancaran bisnis Steam selaku pihak yang dominan. Epic baru saja mengumumkan bahwa Ubisoft bakal merilis salah satu game unggulannya untuk tahun ini, The Division 2, di Epic Games Store.

Tentu saja Ubisoft juga bakal menjual game tersebut lewat platform-nya sendiri, akan tetapi yang mengejutkan, mereka tidak punya rencana untuk merilis The Division 2 di Steam berdasarkan penjelasan perwakilannya terhadap Polygon. Jelas sekali Ubisoft ingin mengambil untung sebesar mungkin dengan melewatkan Steam dan memilih Epic Games Store.

The Division 2 pun juga baru awal dari cerita utuhnya, sebab Ubisoft juga sudah punya rencana untuk merilis sejumlah game lain di Epic Games Store sepanjang tahun 2019. Pre-order The Division 2 saat ini sudah dimulai, akan tetapi game-nya baru akan meluncur secara resmi pada tanggal 15 Maret mendatang di PC, Xbox One dan PS4.

Kolaborasi Ubisoft dan Epic Games ini sejatinya mengindikasikan bahwa perubahan kebijakan distribusi yang diterapkan Steam belum lama ini masih kurang begitu efektif dalam menarik minat developer. Di Steam, developer dapat mengambil 80% keuntungan dari penjualan game-nya, tapi hanya ketika total penjualannya sudah mencapai angka $50 juta.

Bandingkan dengan Epic Games Store, yang dari awal sudah menerapkan sistem bagi hasil 88%/12% – lebih besar dan tanpa syarat. Di luar Steam, sebenarnya ada Discord Store yang mulai tahun ini menerapkan mekanisme bagi hasil 90%/10%, tapi sepertinya reputasi masih menjadi faktor yang tak kalah krusial, sehingga akhirnya Ubisoft memilih Epic Games Store.

Sumber: Epic Games.

Perilisan Dead or Alive 6 Diundur, Koei Tecmo Siapkan Versi Demo?

Para penggemar yang menunggu Dead or Alive 6 harus bersabar sedikit lebih lama dari ekspektasi awalnya. Fighting game yang dulu diumumkan akan terbit pada tanggal 15 Februari, ternyata kini diundur sedikit menjadi 1 Maret 2019. Hanya terlambat dua minggu dari rencana semula. Menurut Koei Tecmo dan Team Ninja, pemunduran ini dilakukan untuk memoles kualitas dan keseimbangan permainan Dead or Alive 6 lebih jauh lagi.

“Saya sungguh meminta maaf untuk ketidaknyamanan yang muncul karena penundaan rilis Dead or Alive 6. Pengembangan judul ini sudah nyaris selesai, akan tetapi, kami ingin menggunakan lebih banyak waktu untuk lebih menyempurnakan keseimbangan, gameplay, dan ekspresivitasnya. Sebagai balasan atas kesabaran Anda, kami berkomitmen memberikan pengalaman gaming terbaik,” demikian ujar Yohei Shimbori, director sekaligus produser Dead or Alive 6 dalam pengumuman di situs resminya.

Dead or Alive 6 - Screenshot 1
Dead or Alive tak lagi hanya soal seksi | Sumber: Team Ninja

Dalam wawancara yang dilakukan Red Bull pada acara EVO 2018, Team Ninja memang menyatakan bahwa kali ini mereka ingin menciptakan Dead or Alive yang lebih serius. Dead of Alive dikenal sebagai fighting game yang mengutamakan fanservice dan menomorduakan gameplay (meskipun gameplay di dalamnya sama sekali tidak jelek). Tapi Team Ninja ingin agar image itu menghilang.

“Orang-orang mengenal (Dead or Alive) sebagai fighting game dengan karakter-karakter seksi. Tapi Anda tidak bisa menilai buku dari sampulnya, terutama untuk game yang ini,” ujar Tom Lee, creative director Team Ninja kepada Red Bull.

Dead or Alive 6 - Screenshot 2
Environmental damage, salah satu ciri khas Dead or Alive | Sumber: Team Ninja

Keseriusan ini juga didorong oleh keinginan Team Ninja untuk ikut terjun ke dunia esports. “Franchise ini selalu punya elemen-elemen yang dapat menciptakan pengalaman kompetitif fantastis,” kata Tom Lee, “Kami hanya memperkuat elemen-elemen itu.”

Bila Team Ninja ingin menciptakan ekosistem esports di sekitar Dead or Alive, salah satu kunci penting tentu membuat game ini lebih dapat dipertontonkan di hadapan orang banyak. Selain mengurangi kadar keseksian, Team Ninja menciptakan fitur-fitur visual yang akan membuat pertarungan terasa lebih buas. Misalnya fitur slow motion, serta karakter yang bisa terluka atau memar bila mendapat pukulan di bagian tubuh tertentu.

Dead or Alive 6 - Screenshot 3
Siapa karakter Dead or Alive favorit Anda? | Sumber: Team Ninja

Selain melakukan pemolesan sendiri, Team Ninja juga memberi kisi-kisi lewat Twitter tentang kemungkinan adanya versi demo atau beta dari Dead or Alive 6. “Kami harap video-video (yang kami bagikan) belakangan ini bisa membuat Anda lapar akan aksi DOA. Mungkin sudah waktunya kami memberikan kesempatan pada para petarung untuk MENGETES kemampuan mereka. Jangan lupa follow agar tak ketinggalan update,” demikian bunyi cuitan di akun resmi tersebut.

Keberadaan beta testing memang sangat penting bagi game kompetitif, apalagi yang menggunakan elemen online. Terkadang developer bisa melewatkan hal-hal kecil yang dapat memunculkan masalah atau lag. Street Fighter V dan Dissidia Final Fantasy NT pun sempat mendapatkan fase beta sebelum perilisannya. Mungkinkan Dead or Alive 6 akan berdiri sejajar dengan fighting game besar lainnya di EVO 2019 nanti? Kita tunggu saja.

Sumber: Koei Tecmo, Red Bull, EventHubs