Tom Clancy’s Ghost Recon Breakpoint Diumumkan, Simak Rangkuman Infonya di Sini

Ada masa ketika gamer menganggap Ubisoft sebagai salah satu perusahaan game terburuk, namun era itu sudah berlalu berkat kerja keras sang publisher mengubah kesan publik lewat permainan-permainan bermutu dan konten yang kaya. Kini, sejumlah franchise difokuskan pada pengalaman bermain berbeda: Assassin’s Creed untuk single-player, The Division buat co-op, dan Rainbox Six hampir selalu mengedepankan elemen kompetitif.

Dan meskipun mungkin bukan game terbaik di seri Ghost Recon, Wildlands berhasil mengumpulkan pemain setianya sendiri karena konsistensi Ubisoft dalam memberikan update dan patch. Pembaruan terakhir dilepas di awal bulan ini, menghadirkan konten bertajuk Operation Oracle berisi dua buah misi anyar dan mempertemukan Anda dengan Ghost Team Leader Cole D. Walker yang diperankan oleh aktor Jon Bernthal.

Dan lewat event live stream kemarin, sang publisher asal Perancis ini resmi mengumumkan sekuel langsung dari Wildlands, berjudul Tom Clancy’s Ghost Recon Breakpoint. Merupakan permainan ke-11 di seri ini, Breakpoint digarap sebagai penerus kisah petualangan tim Ghost pasca konflik di Bolivia. Game mengambil latar belakang lokasi baru, di sebuah pulau di daerah Pasifik Selatan bernama Auroa. Meski tetap mengedepankan elemen taktis third-person shooter serupa pendahulunya, tim Ubisoft Paris juga mencoba membenamkan tema survival – seperti yang bisa Anda lihat di trailer-nya:

Di Breakpoint, Anda akan kembali bermain sebagai Nomad dan memimpin tim ‘hantu’. Kali ini para Ghost ditugaskan untuk melakukan misi di pulau Auroa tempat perusahan bernama Skell Technology melangsungkan riset dan pengembangan teknologi militer dan komersial. Kenyataannya, Skell malah menghimpun kekuatan ekonomi dan politik yang lebih besar dari negara maju. Sayangnya, Nomad gagal menyelesaikan misi tersebut, menyebabkannya diburu musuh dan harus bertahan hidup.

Breakpoint 1

Seperti di game sebelumnya, Anda dipersilakan untuk menciptakan dan mengustomisasi karakter Nomad – termasuk membuat wajahnya menyerupai Anda. Breakpoint juga tampaknya mengadopsi sistem loot dan role-playing mirip The Division 2, tetapi developer enggan mengomparasi kedua permainan itu. Item-item bisa Anda dapatkan dengan menaklukkan boss atau mini-boss, dan perlengkapan ini terbagi dalam lima tingkat kelangkaan. Uniknya lagi, bagian cutscene turut menyuguhkan pilihan dialog, walaupun hal tersebut tidak berpengaruh pada narasi.

Saat meluncur nanti, Breakpoint mempersilakan kita memilih empat kelas karakter, yaitu assault, penembak jitu, stealth (disebut panther), dan spesialis persenjataan berat. Tokoh kreasi Anda akan menjadi avatar baik di mode single-player, kooperatif serta player versus player. Pulau Auroa sendiri mempunyai eksositem yang beragam. Anda dibebaskan menjelajahi rawa-rawa, pegunungan, wilayah bersalju hingga gunung volkano.

Breakpoint 2

Tom Clancy’s Ghost Recon Breakpoint dijadwalkan untuk meluncur pada tanggal 4 Oktober 2019 di Windows PC, PlayStation 4 dan Xbox One. Gerbang pre-order sudah dibuka, dan Ubisoft menawarkan permainan dalam empat edisi: standar, Gold, Ultimate dan Collector’s Edition. Mereka yang melakukan pre-order juga mendapatkan akses ke sesi uji coba beta.

Trailer Gameplay Perdana Final Fantasy VII Remake Dirilis, Ini Analisis Kami

Lewat pelepasan Resident Evil 2 di bulan Januari kemarin, Capcom menetapkan sebuah standar sangat tinggi dalam meramu remake. Namun gamer juga tahu, Resident Evil 2 bukanlah satu-satunya permainan istimewa yang tengah digarap ulang oleh developer-nya. Saat ini, banyak dari kita sedang menanti informasi lebih lanjut dari tim Square Enix mengenai status remake Final Fantasy VII.

Dan beberapa jam lalu, sebuah kabar gembira diungkap oleh Sony lewat PlayStation State of Play. Di event live stream tersebut, Square Enix menyematkan teaser trailer Final Fantasy VII remake yang difokuskan pada sisi gameplay. Permainan tersebut sempat menghebohkan pengunjung E3 2015 ketika diumumkan di sana, tetapi hampir empat tahun berlalu tanpa ada berita baru mengenainya – hingga hari ini.

Teaser yang Square Enix publikasikan memang tidak begitu panjang, hanya berdurasi satu menit lebih, namun kontennya menunjukkan sudah sejauh mana developer mengembangkan FFVII remake. Video tersebut sepertinya diambil langsung dari porsi permainan di bagian pembuka, difokuskan pada penyerangan yang Cloud dan Barret lakukan pada reaktor Mako di kota Midgar. Di sana, beberapa karakter familier seperti Aerith dan Sephiroth turut ditampilkan.

Selama beberapa detik, Square Enix juga sempat memamerkan sedikit potongan gameplay: aksi Cloud berlari dan memanjat, status damage berupa angka khas RPG, tombol-tombol buat mengeluarkan serangan berbeda, dan kesempatan untuk mengendalikan karakter lain. Hal-hal tersebut memang mengindikasikan berubahnya formula permainan. Versi kemungkinan remake tak lagi mengusung gameplay turn-based taktis ala Final Fantasy VII orisinal dan jadi lebih menyerupai Final Fantasy XV.

Memang masih terlalu dini buat mengambil kesimpulan, namun saya membayangkan, dengan melebur elemen eksplorasi dan pertempuran menjadi satu pengalaman seamless sembari menyajikan perspektif kamera orang ketiga, kita bisa lebih merasakan besarnya dunia dan kemegahan kota Midgar.

Bersamaan dengan dipublikasikannya trailer ini, director Tetsuya Nomura (via Twitter Square Enix) menjelaskan bahwa timnya telah mematangkan agenda pengerjaan game hingga momen peluncurannya nanti. Ia berjanji, segala detail mengenai Final Fantasy VII akan diungkap di bulan Juni besok – kemungkinan di E3 2019.

Produser Yoshinori Kitase juga memberikan sedikit keterangan, kali ini via blog PlayStation: “Kami harap Anda menikmati video [Final Fantasy VII remake] yang disingkap di State of Play. Durasinya memang pendek, tapi semoga Anda menikmati perjumpaan kembali dengan Cloud dan Aerith, kini disajikan dalam grafis yang realistis.”

Luar biasa, akhirnya kita bisa menyaksikan kembali kematian Aerith yang begitu traumatis dalam resolusi tinggi…

Tak Dapat Izin Pemerintah, PUBG Mobile Akhirnya Gulung Tikar di Tiongkok

PUBG Mobile saat ini dikenal sebagai salah satu mobile game terpopuler di dunia. Seteahun setelah dirilis global, game bergenre battle royale ini telah berhasil meraih lebih dari 200 juta pengguna dan mendatangkan pendapatan sekitar Rp3,4 triliun. Tentu bukan pencapaian yang sembarangan.

Ironisnya, revenue sebesar itu justru tidak mendapat kontribusi dari Tiongkok yang notabene merupakan negara asal dari perusahaan induk pemilik PUBG Mobile, Tencent Games. Walaupun PUBG Mobile telah diunduh sebanyak lebih dari 100 juta kali di negara tersebut, pemerintah Tiongkok masih belum memperbolehkan Tencent untuk melakukan monetisasi. Salah satu alasannya yaitu karena adanya regulasi baru yang membatasi masuknya game dari luar negeri. Wajar bila PUBG yang merupakan properti intelektual perusahaan asal Korea Selatan (Bluehole) ikut terkena imbas.

Game for Peace
Game for Peace | Sumber: Tencent

Setelah sekian lama melalui proses yang tak membuahkan hasil, Tencent akhirnya mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri periode testing untuk PUBG dan menariknya dari pasaran. Hal ini dilaporkan oleh Reuters dengan sumber dari akun resmi Tencent di media sosial Weibo. Sebagai gantinya, Tencent kini merilis game baru yang sangat mirip dengan PUBG Mobile namun memiliki berbagai perbedaan yang membuatnya lebih “family friendly”.

Game baru tersebut berjudul Game for Peace (alias He Ping Jing Ying/Elite Force for Peace), dan sangat mirip dengan PUBG Mobile dari sejumlah aspek, baik itu tampilan grafis, desain karakter, serta gameplay. Bahkan, para pemain PUBG Mobile di Tiongkok yang beralih ke Game for Peace dapat mentransfer semua progres permainan mereka.

Perbedaan-perbedaan baru akan terlihat ketika kita mulai memainkan game tersebut. Pertama, tidak seperti PUBG Mobile yang bertema bunuh-membunuh demi bertahan hidup, Game for Peace justru mengangkat tema seputar perang anti terorisme. Game ini juga tidak memiliki efek darah bila karakter terkena tembakan. Bahkan bila ada karakter yang “mati” ia tidak akan benar-benar mati dan meninggalkan mayat, tapi hanya akan menghilang dari layar layaknya musuh-musuh di Super Mario Bros.

Selain itu game ini juga dikembangkan langsung oleh Tencent, membuatnya tidak terhitung sebagai produk impor. Dalam deskripsi di situs resminya, Tencent menyebut Game for Peace sebagai game yang “memberi penghargaan pada pasukan langit biru yang menjaga kedaulatan udara negara kita”. Ini pun merupakan bentuk tema patriotisme yang dilakukan untuk membuat Game for Peace diterima oleh pemerintah.

Semua langkah di atas, meskipun terbilang drastis, terbukti berhasil. Setelah perilisan Game for Peace, nilai saham Tencent di bursa saham naik sebesar 2 persen. Game ini juga sudah mendapat izin monetisasi dari pemerintah Tiongkok sejak bulan April lalu. Menurut analis di China Renaissance, mengingat PUBG Mobile memiliki sekitar 70 juta daily active users, Game for Peace berpotensi menghasilkan pemasukan antara 8 miliar hingga 10 miliar Yuan, atau sekitar Rp21 triliun per tahun. Sensor Tower pun melaporkan bahwa Game for Peace sekarang sudah menduduki peringkat Top Grossing di Apple App Store Tiongkok.

Beberapa penggemar PUBG Mobile di Weibo mengaku sempat kaget ketika mendengar kabar bahwa game tersebut gulung tikar. Tapi kemudian lega karena ternyata progres mereka tidak hilang. Sementara sebagian lainnya menyuarakan protes terhadap cara pemerintah melakukan sensor terhadap game ini. Tapi Tiongkok memang terkenal punya standar ketat perihal sensor game, dan selama ini sudah banyak judul besar melakukannya. Bila imbalannya adalah akses terhadap pasar gamer Tiongkok yang begitu besar, “pengorbanan” demikian jelas bukan harga yang terlalu mahal untuk dibayar.

Sumber: Reuters

John Wick Diangkat Jadi Game, Hidangkan Gameplay Hybrid Strategi Action

Mungkin makna yang bisa diambil dari film John Wick ialah jangan pernah menganiaya binatang, apalagi jika hewan itu dipelihara oleh Keanu Reeves. Bagian ketiga – ber-subtitle Parabellum – seri ciptaan Derek Kolstad itu merupakan salah satu film yang paling dinanti di 2019, rencananya akan tayang pada tanggal 17 Mei. Lionsgate ternyata juga punya satu kejutan lagi buat para penggemar berat John Wick.

Menggandeng publisher Good Shepherd Entertainment, minggu ini Lionsgate Games resmi mengumumkan permainan John Wick Hex. Diadopsi dari film, game digarap oleh tim pimpinan developer Mike Bithell (di bawah nama Bithell Games). Bagi Anda yang kurang familier dengannya, Bithell adalah desainer  game asal Inggris, kreator dari judul-judul indie fenomenal seperti Thomas Was Alone, Subsurface Circular, dan Volume.

Premis John Wick Hex berbeda dari bayangan saya terhadap penyajian adaptasi film ke video game pada umumnya. John Wick Hex menghidangkan gameplay strategi bertempo cepat yang diorientasikan pada elemen action. Dengan pendekatan seperti ini, developer ingin Anda berpikir cepat seperti John Wick. Permainan saat ini tengah dikembangkan untuk console, PC serta Mac.

Penggarapan John Wick Hex dilakukan oleh Bithell Games secara kolaboratif bersama tim kreatif dan stunt film. Lionsgate mendeskripsikan game ini sebagai ‘permainan catur dengan pertempuran ter-koreografi’, menjanjikan aksi-aksi ‘gun fu‘ yang ikonis sembari memperluas jagat John Wick. Pemain ditantang untuk memandu sang protagonis dalam mengambil keputusan secara cermat serta selalu siap menghadapi konsekuensinya.

Segala gerakan John Wick di permainan dirancang agar terasa seperti adegan film dan pertempuran menuntut pemikiran strategis. Penjelasan Lionsgate Games mengindikasikan konten utama berupa mode campaign single-player yang difokuskan pada cerita. Tampaknya level-level di sana dirancang untuk dimainkan berulang-ulang, dan semakin baik Anda menyelesaikannya, terbuka pula kesempatan buat membuka lokasi dan senjata baru.

Menariknya lagi, tiap senjata yang John Wick gunakan akan mengubah taktik serta cara bermain. Persediaan amunisi selalu terbatas dan ‘disimulasikan secara realistis’. Kita dituntut untuk mengeksekusi apapun dengan akurat, misalnya menggunakan senjata seefisien mungkin serta mengisi ulang peluru di waktu yang tepat.

Berbicara soal talenta, aktor-aktor kawakan seperti Ian McShane dan Lance Reddick kabarnya turut berpartisipasi mengisi suara karakter-karakter game, namun saya belum bisa memastikan apakah John Wick juga diperankan oleh Keanu Reeves atau orang lain.

Untuk sekarang belum diketahui kapan tepatnya John Wick Hex dirilis, tetapi Lionsgate telah mengonfirmasi bahwa versi Windows dan Mac game ini akan didistribusikan secara eksklusif lewat Epic Games Store.

Via Gamespot.

 

EA Konfirmasi Rencana Untuk Menghadirkan Apex Legends di Perangkat Bergerak

Demam battle royale tiba setelah era keemasan MOBA dan game-game sandbox survival berlalu. Saat genre ini dibahas, beberapa judul akan langsung muncul di benak. Dan kita tahu, kepopuleran PUBG dan Fortnite turut mendorong sejumlah pemilik franchise raksasa untuk turut membubuhkan mode last man standing di kreasi mereka. Namun battle royale boleh dibilang baru benar-benar merakyat sejak publisher menyediakan versi mobile-nya.

Menyusul rumor yang beredar beberapa waktu lalu, Electronic Arts akhirnya mengonfirmasi rencananya buat menghadirkan Apex Legends di perangkat bergerak, membuntuti langkah PUBG Corporation dan Epic Games. Kabar ini diungkap langsung oleh CEO Andrew Wilson di presentasi pemasukan perusahaan pada tanggal 7 Mei kemarin, dan statusnya sudah dalam masa pengembangan. Boleh jadi ini adalah bentuk strategi sang publisher membalikkan keadaan terkait pendapatan perusahaan yang kurang memuaskan.

Andrew Wilson menyampaikan bahwa mereka sangat bersemangat menyambut segala hal yang menanti Apex Legends di masa depan. Komunitas pemain sangat aktif, dan sebagai responsnya, EA menyiapkan sejumlah ‘agenda besar untuk memperkaya dunia game‘. Beberapa langkah yang mereka lakukan meliputi penggarapan versi mobile serta melangsungkan perundingan buat meluncurkan Apex Legends di Tiongkok.

Tapi ketika EA harus berkolaborasi bersama perusahaan Tiongkok demi merilis Apex Legends di wilayah tersebut, publisher diberi keleleluasaan buat memasarkan game di Korea Selatan tanpa perlu melakukan kemitraan. Korea Selatan merupakan salah satu pasar gaming terbesar di dunia, dan bagi Wilson, Apex Legends memberikan mereka kesempatan untuk membangun koneksi dengan para pemain di sana. Ia juga berharap, kesuksesan serupa diikuti oleh game-game EA lainnya.

Bagi Electronic Arts, Apex Legends ialah permainan dengan pertumbuhan tercepat yang mereka miliki. Hanya butuh waktu kurang dari sebulan bagi game battle royale ini untuk merangkul 50 juta pemain lebih. Wilson juga mengabarkan bahwa sekitar 30 persen gamer Apex Legends ternyata merupakan ‘pengguna baru EA’. Hal ini bisa memberikan kita gambaran soal besarnya jasa permainan dalam menggaet konsumen ke layanan Electronic Arts.

Seperti yang sempat EA ungkapkan, fokus mereka saat ini adalah mengokohkan rencana jangka panjang, misalnya lewat updateseason‘ dan konten Battle Pass, pengenalan tokoh-tokoh legend baru dan pembaruan berkala pada ekosistem game. Selain itu, kita juga tahu bagaimana Respawn dan EA terus menyempurnakan aspek teknis permainan dan tanpa lelah berperang melawan cheater dan hacker. Belum lama ini developer dikabarkan sukses menjaring lebih dari 700 ribu pemain curang.

Sumber: Gamespot.

Microsoft Solitaire Terpilih Masuk Dalam World Video Game Hall of Fame

Dibuka pada tahun 2015 di The National Museum of Play, World Video Game Hall of Fame adalah program yang didedikasikan bagi permainan-permainan terbaik sepanjang masa. Inisiatif ini dicetus dan dikelola oleh The Strong, sebuah institusi edukasi interaktif asal Kota New York. Tiap tahunnya, pengelola terus melakukan evaluasi demi memasukkan judul-judul baru dalam daftarnya.

Di bulan Mei 2019 ini, World Video Game Hall of Fame menunjuk satu permainan lagi buat bersanding bersama judul-judul legendaris semisal Doom, Tetris, Pokémon hingga The Legend of Zelda. Game itu kemungkinan besar pernah dinikmati oleh pengguna PC Windows generasi millennial (atau lebih tua) minimal sekali seumur hidup mereka: Microsoft Solitaire. Tentu saja, The Strong punya alasan yang kuat untuk memilihnya.

Tim organisator menjelaskan, Microsoft Solitaire berhasil memenuhi seluruh kriteria World Video Game Hall of Fame, yaitu ditakar dari pengaruh (berdampak besar terhadap desain serta pengembangan permainan lain), umur (tetap populer dari masa ke masa), jangkauan geografis (dimainkan orang di mana pun mereka berada), dan status ikonis (dikenal serta diingat oleh khalayak).

Lalu apa alasannya Solitaire bisa terpilih?

Menyongsong peluncuran sistem operasi Windows 3.0 hampir tiga dekade silam, Microsoft mencoba mencari sebuah software yang mudah dipahami sekaligus bisa berfungsi sebagai alat untuk mengajarkan pengguna cara mengoperasikan mouse. Akhirnya, dipilihlah permainan Klondike, salah satu variasi dari Solitaire. Game ini diprogram oleh karyawan magang bernama Wes Cherry dengan desain kartu yang digarap oleh Susan Kare.

Microsoft Solitaire 2

Saat itu, mouse merupakan periferal yang tergolong baru, namun dibutuhkan untuk berinteraksi dengan konten-konten Windows 3.0 secara maksimal. Lewat Solitaire, pengguna dilatih buat melakukan gerakan-gerakan dasar krusial seperti double click serta drag-and-drop melalui cara yang mengasikkan serta adiktif – dan tak sekadar instruktif.

Solitaire dibundel dalam setiap versi sistem operasi Microsoft dari mulai tahun 1990 hingga Windows 8.1 yang dilepas di 2013. Setelah masa itu, Microsoft menyediakan game via download. Dengan jangka waktu distribusi yang begitu panjang, ditambah lagi oleh kemudahan akses serta familiernya gameplay, organisator World Video Game Hall of Fame memperkirakan bahwa permainan ini sudah terpasang di lebih dari satu miliar perangkat komputer.

Microsoft Solitaire 1

Yang lebih esensial lagi adalah, Solitaire memperlihatkan pada kita bagaimana sebuah permainan sederhana bisa merangkul segalam macam kalangan konsumen, serta membuka jalan bagi pertumbuhan pasar game casual.

Lewat blog resmi, Will Tuttle selaku editor in chief Xbox Wire memberikan ucapan terima kasih terhadap pengakuan World Video Game Hall of Fame dan menyampaikan bahwa Microsoft Solitaire telah dilokalisasi ke dalam 65 bahasa dan dimainkan di lebih dari 200 negara/wilayah di dunia, termasuk mereka yang berada di benua Antartika.

Bethesda Sediakan Sega Dreamcast Edisi Spesial Rage 2?

Entah mengapa tema ‘post-apocalypse‘ jadi satu populer di permainan kelas blockbuster tahun 2019. Contohnya ada di depan mata: remake Resident Evil 2, Far Cry New Dawn, The Division 2, serta judul-judul yang akan hadir semisal Borderlands 3 dan Rage 2. Buka itu saja, bahkan beberapa game ini mempunyai penyajian hampir serupa, biasanya berstruktur open world dan dibumbui formula role-playing.

Dalam upaya menarik perhatian khalayak, Bethesda Softworks melangsungkan sebuah program super-unik. Sebagai game kelas AAA, developer Rage 2 berupaya untuk menggenjot kualitas visual semaksimal mungkin. Itu artinya, pemain dituntut untuk memiliki PC berspesifikasi tinggi. Namun menariknya, gamer yang beruntung nantinya malah dipersilakan memiliki Sega Dreamcast edisi Rage 2 buat menikmati permainan shooter anyar tersebut.

Dreamcast edisi spesial Rage 2 mempunyai wujud hampir identik dengan console yang Sega luncurkan lebih dari dua dekade silam, baik dari sisi penampilan, tombol-tombol dan port. Selanjutnya, tim desainer Bethesda membubuhkan logo ‘anarki’ Rage pink di tubuh berwarna hitam dan tidak lupa mencantumkan branding spiral khas Dreamcast di sana. Semuanya terlihat apik, tapi satu pertanyaan tak bisa dihindari: Bagaimana mungkin Sega Dreamcast dapat menjalankan Rage 2?

Sejatinya, perangkat ini bukanlah home console terakhir buatan Sega, melainkan PC custom ber-casing Dreamcast dengan komponen-komponen serta konektivitas modern – termasuk output HDMI. Bethesda belum menyingkap spesifikasi hardware dari ‘PC rasa Dreamcast’ tersebut, namun via foto di Twitter, sang publisher memperlihatkan bagaimana device mampu menjalankan permainan ‘ala gaming di tahun 90-an’.

D5frS__W0AIDiTT

Berbicara soal kebutuhan hardware, berikut adalah daftar spesifikasi yang perlu terpenuhi agar kita bisa bermain Rage 2:

 

Minimal

  • OS Windows 7, 8.1, atau 10 (64-bit)
  • Prosesor Intel Core i5-3570 atau AMD Ryzen 3 1300X
  • Memori RAM 8GB
  • Kartu grafis Nvidia GTX 780 3GB atau AMD R9 280 3GB
  • Ruang penyimpanan 50GB

 

Rekomendasi

  • OS Windows 7, 8.1, atau 10 (64-bit)
  • Prosesor Intel Core i7-4770 atau AMD Ryzen 5 1600X
  • Memori RAM 8GB
  • Kartu grafis Nvidia GTX 1070 8GB atau AMD Vega 56 8GB
  • Ruang penyimpanan 50GB

Sayangnya meskipun Anda rela mengeluarkan uang banyak untuk meminang Dreamcast edisi Rage 2, ia tidak bisa dibeli secara konvensional. Demi mendapatkan kesempatan buat memiliki perangkat ini, Anda harus mengikuti program undian yang dilangsungkan Bethesda di Twitter, caranya cukup dengan mem-follow akun resmi publisher dan me-retweet beberapa posting mereka. Kita tak perlu melakukan transaksi pembelian apapun dan pemenang akan dipilih secara acak.

Digarap secara kolaboratif oleh tim Avalanche Studios (seri Just Cause, Mad Max) dan Id Software (seri Doom, Wolfenstein), Rage 2 dijadwalkan untuk meluncur pada tanggal 14 Mei 2019 di PC, PlayStation 4 dan Xbox One.

Via Digital Trends.

Epic Games Akuisisi Perusahaan Developer Rocket League, Psyonix

Sebuah kabar yang bisa jadi kabar baik atau kabar buruk tergantung dari pandangan Anda, baru-baru Epic Games mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi perusahaan developer Rocket League, Psyonix. Akuisisi ini diumumkan oleh Psyonix lewat situs resminya pada hari Rabu, tanggal 1 Mei 2019 kemarin. Namun Psyonix juga menjelaskan bahwa saat ini akuisisi tersebut masih dalam proses, yang akan berakhir sekitar akhir Mei hingga awal Juni 2019.

Anda mungkin bisa menebak apa dampak akuisisi ini terhadap Rocket League. Menurut Psyonix, di jangka pendek, Rocket League tidak akan mengalami perubahan. Mereka tetap akan memberi dukungan serta konten-konten baru di seluruh platform. Namun di jangka panjang, Psyonix ingin memboyong Rocket League ke Epic Games Store. Menurut pernyataan mereka, perpindahan platform ini akan membantu mereka “menumbuhkan game ini di cara-cara yang sebelumnya tidak memungkinkan”.

Rocket League - Screenshot
Sumber: Psyonix

Psyonix tidak menyebut soal eksklusivitas dalam situs resminya. Namun dalam laporan Kotaku yang bersumber dari siaran pers Epic Games, tampaknya hal itu akan terjadi. Hingga akhir 2019 Rocket League akan tetap dijual di Steam, tapi begitu Rocket League pindah ke Epic Store, penjualan versi Steam akan dihentikan. Mereka yang sudah memiliki Rocket League di Steam tetap akan mendapat dukungan update seperti versi lainnya.

Selain masalah perpindahan marketplace, Psyonix menyatakan bahwa pada dasarnya tidak akan ada yang berubah. Tim dalam Psyonix tetap sama, komitmen mereka untuk menghadirkan hiburan lewat Rocket League tetap sama. Bedanya, sekarang mereka memiliki pengalaman dan kekuatan dari Epic Games sebagai sokongan.

Sementara itu dari segi esports, Psyonix juga merasa bahwa langkah ini merupakan langkah tepat karena mereka kini jadi bisa memperoleh jangkauan audiens serta sumber daya yang jauh lebih besar. Mereka menjanjikan esports yang lebih menarik di masa depan, salah satunya adalah final Rocket League Championship Series (RLCS) Season 7 yang akan digelar pada tanggal 21 – 23 Juni di Prudential Center, Newark, New Jersey. Namun selain itu mereka tidak membeberkan rencana lebih jauh.

“Perang” antara Epic Games Store dan Steam hingga kini masih terus berlanjut, dan penambahan Rocket League ke dalam pustaka milik Epic Games merupakan langkah besar yang membuat persaingan tersebut kian memanas. Menurut CEO Epic Games, Tim Sweeney, Valve sebagai perusahaan induk Steam memiliki masalah besar dengan program mereka yang mengambil hingga 30% keuntungan dari para developer game.

Sweeney sempat berkata bahwa ia akan menghentikan perang eksklusivitas ini apabila Valve mau menurunkan potongan keuntungan. Epic Games Store sendiri hanya mengambil keuntungan sebesar 12% dari developer, menjadikannya lahan bisnis menjanjikan yang dengan cepat mendapat simpati dari banyak developer besar. Hingga kapan persaingan dua marketplace ini akan berlangsung, kita tunggu saja bagaimana langkah Valve ke depannya.

Sumber: Psyonix, Epic Games

Fokus ke Apex Legends dan Jedi: Fallen Order, Respawn Tunda Pengembangan Game Titanfall Baru

Apex Legends adalah game terbesar Respawn saat ini, meski setelah dilangsungkannya Star Wars Celebration Chicago kemarin, perhatiaan khalayak mulai tertuju pada Jedi: Fallen Order. Selain dua judul itu, fans juga tengah menanti kabar terbaru terkait sekuel kedua Titanfall yang sempat disinggung oleh CEO Vince Zampella sembari mengungkap Agenda pengembangan Apex Legends di bulan Februari kemarin.

Tapi jangan terlalu berharap banyak Anda akan mendengar lebih banyak soal proyek Titanfall baru dalam waktu dekat – atau di E3 2019 nanti. Lewat blog resmi, executive producer Drew McCoy menyampaikan bahwa Respawn mengerahkan dua tim untuk fokus pada Apex Legends dan Star Wars Jedi: Fallen Order. Dan dengan berat hati, mereka memutuskan menunda rencana yang sebelumnya ditetapkan buat franchise Titanfall.

Agar maksimal, kedua tim betul-betul dikhususkan pada judul yang telah ditentukan. Tim pengembang Apex Legends tidak bisa meminjam aset atau sumber daya tim Jedi: Fallen Order, dan begitu pula sebaliknya. Langkah ini sepertinya diambil sebagai bentuk persiapan peluncuran Apex Legends Season 2, kemungkinan jatuh di akhir Juni atau awal Juli, serta pelepasan Jedi: Fallen Order pada tanggal 15 November 2019 nanti.

Meski sedikit mengecewakan, pergeseran agenda Respawn ini memang bisa dipahami. Untuk sebuah game yang dirilis secara tiba-tiba, Apex Legends merupakan kejutan menggembirakan bahkan bagi pihak developer sendiri. Mereka tidak menyangka sebuah IP baru yang digarap oleh tim kecil mampu menghimpun 50 juta pemain hanya dalam waktu satu bulan.

Developer juga mengaku minimnya pengalaman dalam meramu permainan free-to-play menyebabkan munculnya sejumlah masalah: keliru menghidangkan update, tidak memberikan pemain gambaran jelas mengenai penambahan konten di masa depan, serta belum menetapkan rencana dukungan secara konkret. Respawn bilang, mereka berkomitmen sepenuhnya buat pengembangan jangka panjang.

Ada tujuh aspek yang menjadi perhatian Respawn:

  • Peningkatan performa kecepatan server. Banyak pemain merasakan lambatnya loading di awal pertandingan.
  • Perang melawan cheater terus berlanjut. Respawn menerapkan strategi rahasia, namun berjanji akan mengungkap hasilnya minggu depan.
  • Perbaikan kendala audio.
  • Perbaikan masalah hit registration. Terkadang, peluru yang mengenai lawan tidak terbaca dengan benar oleh game. Sebagai solusinya, developer menyiapkan fitur baru di engine untuk melacak hit registration secara akurat dan melakukan koreksi jika diperlukan.
  • Update ke depan – semisal berisi perbaikan bug, modifikasi pada gameplay, serta penambahan fitur baru – akan disertai oleh informasi yang lebih transparan.
  • Penyempurnaan pada aspek komunikasi.
  • Peluncuran season selanjutnya akan dilakukan secara besar-besaran, ditunjang oleh Battle Pass baru, update pada meta, serta dimeriahkan oleh karakter anyar. Detail mengenai Season 2 akan diungkap di acara EA Play di bulan Juni besok.

Anda bisa menyimak opini soal mengapa kami bersemangat menyambut Star Wars Jedi: Fallen Order lewat tautan ini. Jika Anda sangat menikmati Apex Legends, saya sangat menyarankan Anda untuk juga mencicipi Titanfall 2. Ia merupakan salah satu shooter terbaik yang dilepas dalam kurun waktu satu dekade, dan belakangan populasi pemainnya kembali meningkat berkat kepopuleran Apex.

Laporan Baru Indikasikan Peluncuran Nintendo Switch Versi Ekonomis di Akhir Juni 2019

Perpaduan unik antara konsep home console dan handheld serta dukungan judul-judul eksklusif terbukti efektif melambungkan penjualan Switch. Ada banyak konsumen mengadopsinya sebagai perangkat gaming sekunder, setelah sebelumnya mereka memiliki platform utama – entah apakah PlayStation, Xbox atau PC. Kepopuleran ini tampaknya mendorong Nintendo untuk menyediakan lebih banyak opsi produk.

Menyusul informasi dari The Wall Street Journal mengenai niatan Nintendo buat menggarap versi baru Switch di bulan Oktober kemarin, Nikkei mengabarkan rencana sang perusahaan hiburan asal Jepang itu untuk menyiapkan varian Switch yang lebih terjangkau serta lebih mengedepankan portabilitas. Berita senada disampaikan oleh Bloomberg di tanggal 24 April kemarin, kali ini berdasarkan laporan dua narasumber anonim yang turut menyebutkan waktu ketersediaannya secara lebih spesifik.

Sebelumnya, The Wall Street Journal menyampaikan bahwa Switch versi anyar akan dilepas pada paruh kedua tahun 2019. Dan info Bloomberg mengisyaratkan kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk memilikinya karena produk dijadwalkan buat dilepas pada akhir bulan Juni besok. Rumor sempat  menyatakan Nintendo tengah meramu varian Switch yang jauh lebih superior, namun info baru Bloomberg menampik kabar tersebut.

Pembaruan Nintendo Switch lebih menyerupai upgrade dari 3DS ke New 3DS dibanding PlayStation 4 ke PlayStation 4 Pro (atau Xbox One ke Xbox One X). Modifikasi hardware tetap ada, tapi tidak dilakukan besar-besaran. Ada peluang, sang produsen memperbaiki sejumlah kekurangan yang dikeluhkan pengguna (misalnya kualitas layar yang sejauh ini dianggap mengecewakan) serta memastikan konstruksi tubuhnya lebih kuat.

Soal bagaimana Nintendo akan menekan harga produk, ada dugaan produsen akan melakukan pendekatan yang diambil Microsoft dalam menggarap Xbox One S All-Digital, yaitu dengan memangkas keberadaan komponen hardware tanpa mengorbankan pengalaman penggunaan. Ketika All-Digital tidak disertai optical disc drive, model baru Switch rumornya disajikan tanpa unit docking.

Jika betul dihidangkan seperti itu, kemungkinan besar hal ini didorong oleh penemuan tim Nintendo sendiri di penghujung tahun 2017: ternyata ada lebih banyak konsumen yang menikmati Switch di mode portable ketimbang memasangnya di dock dan bermain game di depan layar televisi.

Pertanyaan yang tersisa adalah, seberapa jauh Nintendo berani melakukan pemangkasan harga? Apakah US$ 50 seperti Xbox One S All-Digital, atau lebih dari itu? Ada peluang, kita akan mendengar detail mengenai produk tersebut secara lebih lengkap menjelang atau di momen pelaksanaan E3 2019.

Via Eurogamer.