Ubisoft Luncurkan Quartz, Platform NFT untuk Deretan Game-nya, Dimulai dari Ghost Recon Breakpoint

Suka atau tidak, tren game NFT tidak akan ke mana-mana. Malahan, sekarang sudah ada salah satu nama terbesar di industri video game yang resmi terjun ke segmen baru ini: Ubisoft. Perusahaan asal Perancis itu baru saja memperkenalkan Quartz, sebuah platform yang dirancang agar para pemainnya bisa mendapatkan aset NFT bernama Digit.

Melalui siaran pers, Ubisoft menjelaskan bahwa Digit merupakan in-game item unik yang hanya akan dirilis dalam beberapa edisi dengan jumlah terbatas. Digit bersifat kosmetik dan tidak akan berpengaruh sedikit pun ke gameplay, bisa berupa skin kepala, senjata, atau bahkan kendaraan. Setiap Digit bakal dilengkapi nomor serinya masing-masing yang bisa dilihat oleh pemain lain di dalam game.

Sebagai aset NFT, setiap Digit pastinya datang membawa sertifikat kepemilikan yang tersimpan di blockchain. Tentu saja, Digit juga bisa dijual ke pemain lain jika mau, dan blockchain akan selalu mencatat nama setiap pemain yang sempat memiliki aset tersebut.

Untuk sekarang, Quartz masih berstatus beta, dan Digit baru tersedia buat game Tom Clancy’s Ghost Recon Breakpoint di PC. Untuk bisa mendapatkan Digit, pemain harus mencapai setidaknya XP Level 5 dan berusia 18 tahun ke atas. Ini berarti Digit tidak bisa dimiliki sembarang orang yang bukan pemain.

Kalau ingin mendapatkan atau membeli Digit, Anda harus memainkan game-nya dulu selama beberapa waktu. Hal ini sengaja dilakukan demi menghindari mereka yang hanya mengejar nilai investasi Digit semata. Setiap pemain juga hanya bisa memiliki satu unit Digit dari suatu edisi, dan ini tentu bakal berkontribusi langsung ke nilai kelangkaan tiap aset Digit.

Quartz sebagai langkah awal membangun metaverse

Quartz merupakan hasil riset dan pengembangan Ubisoft selama empat tahun. Satu aspek penting yang tidak lupa mereka perhatikan adalah terkait efisiensi energi. Itulah mengapa mereka memilih menggunakan blockchain Tezos ketimbang Ethereum. Sebagai informasi, Tezos mengandalkan mekanisme Proof-of-Stake yang memerlukan lebih sedikit energi untuk beroperasi ketimbang mekanisme Proof-of-Work yang digunakan Ethereum maupun Bitcoin.

Didier Genevois, Blockchain Technical Director Ubisoft, menjelaskan bahwa satu transaksi di Tezos mengonsumsi energi yang kurang lebih sama besarnya seperti streaming video selama 30 detik. Ini kontras dengan Bitcoin, yang satu transaksinya diestimasikan mengonsumsi energi yang sama besarnya seperti streaming video nonstop selama setahun penuh. Dengan kata lain, konsumsi energi Tezos sekitar satu juta kali lebih rendah ketimbang Bitcoin.

Quartz kabarnya bakal resmi beroperasi mulai 9 Desember 2021, tapi berhubung statusnya masih beta, yang memiliki akses baru pemain-pemain di beberapa negara saja, dan sayangnya Indonesia masih belum termasuk. Ke depannya, ekspansi Quartz bakal ditentukan juga oleh regulasi masing-masing negara demi menghindari problem seputar legalitas.

Tanpa harus terkejut, Quartz juga dikaitkan dengan topik metaverse. “Ubisoft Quartz adalah batu fondasi pertama untuk visi ambisius kami dalam mengembangkan metaverse yang sesungguhnya,” ucap Nicolas Pouard selaku Vice President of Strategic Innovation Lab di Ubisoft dalam siaran pers.

Namun pernyataan yang lebih menarik lagi datang dari Blockhain Product Director Ubisoft, Baptiste Chardon. Menurutnya, inisiatif seperti ini ke depannya bisa membuka peluang-peluang baru, salah satunya interoperabilitas antar game.

Bayangkan saja satu skin kepala bisa kita pakai di Ghost Recon Breakpoint, Riders Republic, atau bahkan game Assassin’s Creed yang berikutnya. Di titik itu, konsep metaverse tentu dapat semakin terbentuk dengan matang.

Baptiste juga bilang bahwa ini baru awal dari rencana besar mereka. “Ini bukanlah proyek sekali jalan. Ini merupakan bagian dari strategi global Ubisoft untuk mencoba dan menguji hal baru,” terangnya.

Sumber: 1, 2, 3.

Bukan Cuma Live Stream, Ajang The Game Awards 2021 Juga Akan Dikemas dalam Sebuah Metaverse

Untuk kali yang kedua, ajang The Game Awards tahun ini harus kembali digelar secara virtual. Namun ketimbang sebatas menyajikan live stream biasa, Geoff Keighley selaku sang penggagas acara sudah menyiapkan rencana yang cukup ambisius dalam bentuk sebuah metaverse.

jadi selain menonton acaranya pada tanggal 9 Desember, mulai pukul 07.00 WIB, kita juga bisa terjun ke dalam metaverse yang diciptakan secara khusus buat The Game Awards. Metaverse ini hidup di dalam Axial Tilt, semacam dunia interaktif yang dibangun di atas platform bernama Core.

Interaktif adalah kata kuncinya. Mereka yang mempunyai perangkat Windows 10 dapat mengunduh Core langsung dari situs resminya atau via Epic Games Store, dan dari situ mereka bisa mengakses Axial Tilt untuk langsung dibawa menuju ke metaverse hub milik The Game Awards.

Acara akan dibuka dengan sesi karpet merah, dan ditutup dengan sesi afterparty bersama seorang DJ tamu spesial. Selama acara berlangsung, pengunjung metaverse The Game Awards dapat memprediksi secara live para pemenang di berbagai kategori untuk mendapatkan hadiah in-game dalam ekosistem Core. Sebelum, selagi, dan sesudah acara, pengunjung juga dibebaskan bermain-main dengan koleksi mini game yang tersedia di Axial Tilt.

“Saya selalu mencari cara baru yang menarik untuk membawa The Game Awards ke audiens baru,” terang Geoff seperti dikutip VentureBeat. “Munculnya platform metaverse anyar seperti Core, dan pengalaman sosial yang dihadirkannya pada live event, menciptakan peluang luar biasa untuk memberi penggemar cara baru yang interaktif untuk menikmati pertunjukan. Dan mengingat ini adalah pertunjukan tentang hiburan interaktif, jadinya sangat cocok,” imbuhnya.

Kepada IGN, Geoff mengakui bahwa yang disuguhkan tahun ini belum sepenuhnya bisa dikategorikan sebagai metaverse, dan ini juga baru versi pertama dari visi yang ingin ia realisasikan ke depannya. Dengan kata lain, ke depannya The Game Awards bakal menyajikan lebih banyak program, mulai dari yang sesimpel sesi talk show bersama kalangan developer, sampai yang lebih ambisius seperti mencoba langsung versi demo dari game yang trailer-nya ditampilkan di acara.

Sumber: VentureBeat.

5 Game Paling Overhyped dan 5 yang Paling Underrated di Tahun 2021

2021 tidak bisa dibilang sebagai tahun terbaik buat industri video game, apalagi mengingat pandemi masih menjadi hambatan terbesar bagi kalangan developer. Terlepas dari beberapa judul game yang cukup fenomenal, sebagian besar game yang dirilis tahun ini boleh dibilang tidak seistimewa di tahun-tahun sebelumnya.

Belum lagi ditambah beberapa judul game yang terkesan overhyped, yang ternyata kurang bisa memenuhi ekspektasi tinggi yang konsumen tetapkan setelah melihat pamor game tersebut, seperti Cyberpunk 2077 di tahun 2020. Di sisi lain, tentu saja ada game yang bernasib sebaliknya, yang sebenarnya sangat pantas direkomendasikan namun kurang terekspos ke publik, alias underrated.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 game yang paling overhyped sekaligus 5 yang paling underrated yang dirilis di tahun 2021. Tentu saja, berhubung ini merupakan topik yang amat subjektif, Anda bebas punya pendapat yang berbeda.

Game paling overhyped di tahun 2021

Outriders

Ibarat hasil kawin silang antara Gears of War dan Destiny, Outriders mampu menyuguhkan formula looter shooter dengan bumbu RPG secara cukup solid. Feel menembaknya memang tidak sememuaskan Bulletstorm (game lain bikinan developer yang sama), tapi setidaknya itu bisa ditutupi oleh berbagai build karakter yang bisa kita kreasikan di Outriders.

Kekurangan utama Outriders ada dua. Yang pertama adalah konten endgame-nya yang terbilang minimal sekaligus terasa repetitif. Kedua dan yang mungkin lebih krusial adalah tidak adanya mode offline. Layaknya Borderlands, Outriders memang akan lebih asyik jika dimainkan bersama teman. Namun terkadang saya juga ingin memainkannya sendirian, dan ini rupanya hanya bisa dilakukan selagi online. Masalahnya, Outriders kerap dilanda problem teknis dari sisi server, dan ketika itu terjadi, saya bahkan tidak bisa memainkannya sama sekali walaupun sendirian.

Biomutant

Dengan setting open-world yang indah dan karakter yang jauh dari kata konvensional, Biomutant tentu menawarkan premis yang menarik, apalagi setelah melihat sistem combat-nya yang menggabungkan persenjataan modern dengan aksi kungfu.

Namun sebagai sebuah RPG, Biomutant kurang begitu mampu bersaing karena terkesan terlalu formulaik, belum lagi ditambah deretan quest-nya yang terasa begitu generik sekaligus repetitif. Quest yang variatif dan memikat merupakan salah satu kekuatan utama RPG single-player, dan Biomutant justru terkesan seperti MMORPG terkait hal ini, yang sering kali hanya menjadikan quest sebagai alasan untuk grinding.

New World

Ada banyak sekali yang bisa Anda lakukan di New World, tapi entah kenapa, berenang bukanlah salah satunya, begitu juga dengan berkuda. Bosan membasmi monster atau beradu otot melawan pemain lain? Anda bisa menghabiskan waktu berjam-jam memasak atau crafting di game ini. Memasak bahkan merupakan salah satu cara tercepat untuk levelling di New World.

Namun banyak bukan berarti semuanya menarik untuk dilakukan, dan aspek PvE merupakan salah satu kelemahan utama New World, demikian pula variasi quest yang tersedia. Untuk game yang sudah dinanti-nantikan sejak tahun 2016, New World semestinya bisa memberikan lebih dari sekadar visual yang apik dan elemen PvP yang seru.

Battlefield 2042

Setelah hampir tiga tahun tidak ada game Battlefield baru, wajar apabila banyak yang menaruh harapan besar pada Battlefield 2042. Sayang sekali ekspektasi tinggi itu tidak bisa dipenuhi akibat berbagai kendala teknis, dan tidak sedikit pula yang menyayangkan absennya single-player campaign pada game tersebut.

Saya pribadi cukup menikmati Battlefield 2042 selama open beta, tapi tentu sesi singkat tersebut tidak bisa dijadikan acuan karena tidak merepresentasikan pengalaman bermain secara menyeluruh. Semoga saja ke depannya kondisi game ini bisa membaik.

Grand Theft Auto: The Trilogy – The Definitive Edition

Dirilis 20 tahun setelah Grand Theft Auto III pertama kali meluncur di PS2, GTA Trilogy Definitive Edition bisa dibilang adalah salah satu yang paling besar hype-nya tahun ini meskipun hanya merupakan sebuah remaster. Namun kenyataannya jauh lebih pahit dari yang dibayangkan, sebab game ini dirilis dalam keadaan seperti belum rampung digarap.

Kabar baiknya, game ini masih bisa diselamatkan seiring berjalannya waktu mengingat sebagian besar problemnya cuma perkara teknis. Kalau secara konten, kualitas trilogi game legendaris ini tentu sudah tidak perlu diragukan lagi.

Game paling underrated di tahun 2021

It Takes Two

Fakta bahwa game ini harus dimainkan oleh dua orang setiap saat membuatnya jadi agak underrated. Namun kalau Anda tidak keberatan dengan persyaratan tersebut, Anda bakal hanyut dalam sebuah pengalaman bermain yang tidak akan pernah terlupakan.

It Takes Two menuntut kedua pemain untuk terus bekerja sama secara kreatif. Selagi ceritanya berjalan, berbagai mekanisme gameplay-nya juga akan berganti dan ikut menyesuaikan. It Takes Two bukan sekadar game paling inventif, melainkan juga salah satu game terbaik tahun ini.

The Ascent

Apa yang terjadi ketika Anda mengawinkan setting dunia cyberpunk dengan genre action RPG ala Diablo? The Ascent jawabannya. Game garapan studio kecil asal Swedia ini berhasil membuktikan bahwa Night City bukanlah satu-satunya lokasi dengan setting cyberpunk yang menarik untuk dieksplorasi. Meski disajikan dalam sudut pandang isometrik, The Ascent dapat dengan mudah membawa saya masuk ke dalam dunianya.

Kalau disuruh menyebut kekurangan terbesar game ini, saya akan bilang kontennya terlalu sedikit. Namun itu bukan berarti kontennya tidak banyak, melainkan lebih ke saya yang tidak bisa berhenti memainkannya. Setelah memainkan The Ascent, saya pun langsung teringat dengan Dredd, film dengan setting cyberpunk yang menurut saya juga termasuk underrated.

Eastward

Secara umum, ada dua alasan mengapa suatu game mengadopsi grafik bergaya pixel art. Yang pertama adalah karena keterbatasan dari sisi teknis, sedangkan yang kedua adalah karena itu memang arahan desain yang dituju oleh kreatornya. Eastward merupakan game yang masuk di kategori kedua tersebut.

Grafik di game ini benar-benar memukau, dengan pilihan palet warna yang terinspirasi karya-karya Studio Ghibli, dan berbagai efek lighting modern yang membuatnya kelihatan semakin hidup. Gameplay-nya memang tergolong simpel untuk ukuran sebuah RPG, tapi setidaknya itu bisa ditutupi oleh musik chiptune yang orisinal dan begitu membekas di telinga.

Knockout City

Dodgeball dengan sejumput bumbu kreativitas, Knockout City bisa menjadi opsi alternatif yang menyegarkan di tengah banyaknya game kompetitif ber-genre shooter. Dalam Knockout City, orang lain yang bermain bersama Anda bukan sebatas rekan satu tim, melainkan juga bisa menjadi senjata di saat-saat darurat.

Permainan pun jadi terasa semakin menyenangkan setelah mempelajari sejumlah trick shot yang tersedia, dan semua aksi yang Anda lakukan di dalam game ini bisa terasa semakin mantap berkat efek suara yang distingtif. Untuk sekarang, konten di Knockout City memang terbilang minim, namun sebagai sebuah live service game, isu tersebut tentu dapat diatasi seiring berjalannya waktu.

Ruined King: A League of Legends Story

RPG dengan sistem combat turn-based memang bukan untuk semua orang, namun Ruined King cukup berpotensi menjadi mainstream berkat dukungan popularitas League of Legends yang mengitarinya. Meski begitu, Anda tidak perlu menjadi penggemar salah satu MOBA terpopuler itu terlebih dulu untuk bisa menikmati game ini.

Seperti yang sudah bisa ditebak, kekuatan utama game ini terletak pada sistem combat-nya. Awalnya mungkin terkesan agak kompleks, namun kepuasan yang didapat setelah menguasainya betul-betul tidak tertandingi. Art style yang khas juga menjadi daya tarik lain dari game ini, kurang lebih sama kasusnya seperti serial animasi Arcane.

Smartphone Gaming Vs Konsol Genggam Snapdragon G3x Gen 1, Apakah Gamer Membutuhkannya?

Untuk bermain game mobile dengan nyaman, harus diakui bahwa chipset pada smartphone kelas menengah sudah lumayan powerful untuk menangani berbagai game populer di Google Play Store. Sebagian besar perangkat menengah telah dibekali layar dengan refresh rate 90 Hz atau bahkan 120 Hz dan disandingkan dengan touch sampling rate tinggi. Keduanya angka ini dianggap penting kala bermain game-game kompetitif yang membutuhkan respons cepat.

Kebanyakan smartphone flagship terbaru, misalnya yang ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 888 juga memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk menangani game dengan pengaturan grafis rata kanan secara mulus. Sementara bagi yang mendambakan pengalaman bermain game mobile terbaik, tersedia opsi smartphone gaming.

Tahun depan, kemungkinan bakal tersedia perangkat khusus untuk gaming alias konsol genggam (handheld) berbasis Android yang menawarkan pengalaman bermain game mobile melampaui smartphone gaming. Perangkat tersebut akan ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon G3x Gen 1 Gaming Platform. Mari bahas lebih banyak.

Snapdragon 8 Gen 1 dan Snapdragon G3x Gen 1

Belum lama ini, Qualcomm telah mengumumkan chipset mobile generasi berikutnya dengan penamaan baru yakni Snapdragon 8 Gen 1 yang akan menenagai smartphone flagship dan gaming keluaran tahun 2022.

SoC ini dibangun dengan proses fabrikasi 4 nm dan menggunakan arsitektur ARMv9 terbaru dari ARM. Kalau dibandingkan dengan Snapdragon 888, CPU milik Snapdragon 8 Gen 1 punya kinerja hingga 20% dengan efisiensi daya 30% lebih baik.

Sementara, Adreno barunya menjanjikan peningkatan kinerja olah grafis hingga 30% dengan efisiensi daya 25% lebih baik. Didukung fitur Snapdragon Elite Gaming, termasuk rendering volumetrik, tingkat variabel shading yang ditingkatkan, dukungan layar dengan refresh rate 144 Hz pada resolusi QHD+, dan Unreal Engine 5.

Rangkaian peningkatan tersebut membuat smartphone flagship dan gaming dengan Snapdragon 8 Gen 1 menjadi mesin gaming yang amat powerful. Lalu, apa yang ditawarkan oleh Snapdragon G3x Gen 1?

Snapdragon G3x Gen 1 adalah platform berbasis Android yang memungkinkan para gamer memiliki perangkat terbaik untuk bermain game Android yang benar-benar premium dan imersif.

Dasar dari platform gaming ini adalah chipset Snapdragon G3x Gen 1 dengan GPU Adreno dan teknologi Snapdragon Elite Gaming yang diambil dari Snapdragon 8 Gen 1. Perangkat tersebut dapat menjalankan game hingga frame rate 144 fps pada tampilan 10-bit HDR.

Tentu saja, sebagai konsol genggam – perangkat gaming dengan Snapdragon G3x Gen 1 dapat dihubungkan ke layar lebih besar seperti tv dan monitor dengan output 4K. Serta, mendukung tethering ke headset mixed reality melalui port USB-C.

Sekarang mari lihat ROG Phone 5s Pro, smartphone gaming terbaru ASUS yang baru saja masuk di Indonesia. Ketika ditandemkan dengan aksesori ROG Kunai GamePad, ROG Phone 5s Pro berasa seperti Nintendo Switch. Meski di awal butuh penyesuaian, bermain dengan aksesori gamepad terasa lebih menyenangkan.

Smartphone gaming seperti ROG Phone 5s Pro ini dari awal dirancang dengan fokus utama menghadirkan pengalaman bermain game mobile terbaik. Jadi, apakah kita benar-benar membutuhkan perangkat khusus untuk gaming?

Menurut Qualcomm, salah satu tantangan besar ketika bermain game dengan grafis berat di smartphone ialah frame rate akan turun saat suhu perangkat memanas. Perangkat gaming dengan Snapdragon G3x Gen 1 ini menjanjikan kinerja berkelanjutan yang stabil tanpa kompromi.

Kontrol gamepad lebih baik dengan dukungan controller mapping technology dari AKSys yang memungkinkan penggunaan pengontrol bawaan pada beragam game. Tak sebatas game mobile, para gamer juga dapat streaming game dari konsol di rumah atau PC Anda, serta bermain game melalui layanan cloud gaming.

Saat ini, Qualcomm bekerja sama dengan Razer untuk menyediakan Snapdragon G3x handheld gaming developer kit pertama yang tersedia secara eksklusif untuk para developer. Untuk sekarang, fokus Qualcomm adalah membangun platform gaming tersebut bersama komunitas developer, setelah itu OEM dapat masuk dan membuat perangkat gaming untuk dinikmati konsumen. Kita tunggu saja perkembangannya.

ASUS Kuasai 43,59% Pasar Laptop Consumer di Indonesia

Bicara mengenai laptop consumer dari ASUS, pilihan yang tersedia memang sangat banyak. Mulai dari laptop ‘everyday use‘, kemudian di atasnya adalah seri VivoBook yang dirancang untuk generasi muda dengan performa cukup kencang dan dikemas dalam desain stylish.

Selanjutnya ada seri ZenBook, lini laptop premium dengan desain tipis, ringan, dan elegan. Sementara, untuk para profesional di berbagai industri, ASUS menyiapkan laptop ProArt Studiobook dengan akurasi layar tinggi dan performa ekstrem.

Selain itu, laptop gaming ASUS juga sangat populer di Indonesia karena berbagai inovasi yang dihadirkan pada laptop gaming ROG. Sementara, bagi yang punya budget terbatas masih dapat menjangkau laptop TUF gaming yang dibanderol belasan juta.

Ya, variasi produk yang lengkap dan inovasi tanpa henti membuat laptop consumer ASUS tetap menjadi pilihan utama para pengguna di Indonesia. Berbagai inovasi dari ASUS antara lain ASUS Intelligent Performance Technology (AIPT) di VivoBook, layar sekunder ScreenPad Plus untuk kemudahan multitasking di ZenBook, kontrol intuitif ASUS Dial di ProArt, hingga layar ASUS OLED.

Berdasarkan data aktivasi dari Microsoft hingga tanggal 21 November 2021, ASUS mencatat penguasaan pasar laptop consumer hingga 43,59% di Indonesia. Angka tersebut menandakan bahwa ASUS tetap menjadi brand laptop nomor satu di Indonesia sejak akhir tahun 2013.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia atas kepercayaan dan dukungannya yang sangat besar terhadap ASUS. Pencapaian kali ini membuat kami semakin berkomitmen dalam menghadirkan produk yang lebih baik, lebih inovatif, memiliki layanan terbaik, serta dapat semakin dijangkau oleh masyarakat Indonesia,” ujar Jimmy Lin, ASUS Regional Director Southeast Asia.

Peningkatan market share sampai menjelang akhir tahun tersebut tentunya merupakan angin segar yang membuktikan bahwa lini produk terbaru ASUS seperti laptop ASUS OLED series mendapatkan penerimaan yang sangat baik dari masyarakat. Semua tentu tak lepas dari dukungan dari pengguna serta para partner dan mitra distribusi ASUS di Indonesia.

Sepanjang tahun 2021, lini laptop consumer ASUS termasuk seri ZenBook dan VivoBook adalah yang paling diminati di Indonesia. Meski market share sempat turun di awal tahun 2021, laptop ASUS tetap tampil dominan di pasar Indonesia. Laptop ASUS berhasil mencatat peningkatan market share yang signifikan, yaitu lebih dari 14% sejak awal tahun 2021 hingga bulan November 2021.

ASUS OLED

ASUS OLED merupakan inovasi terkini dari ASUS. Teknologi layar terbaru tersebut mampu menghadirkan kualitas visual terbaik dengan tingkat reproduksi dan akurasi warna yang tinggi.

Tak hanya itu, ASUS OLED mampu mengurangi radiasi cahaya biru hingga 70%, sehingga laptop dengan layar ASUS OLED dapat mengurangi risiko gangguan kesehatan mata dalam jangka panjang. Fitur tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari TÜV Rheinland.

Untuk memastikan inovasi tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, ASUS OLED tidak hanya dihadirkan pada laptop kelas premium tetapi juga laptop kelas pemula. Salah satunya adalah VivoBook Ultra 15 OLED (K513) yang dibanderol dengan harga mulai dari Rp8 jutaan.

Purna Jual

ASUS juga berkomitmen untuk memberikan pelayanan purna jual terbaik melalui program ASUS Perfect Warranty untuk untuk seluruh lini laptop consumer ASUS. Program tersebut merupakan layanan perlindungan ekstra untuk pengguna laptop ASUS jika terjadi kerusakan pada unit yang tidak ter-cover oleh garansi standar ASUS, termasuk kerusakan akibat kelalaian pengguna.

Setiap pembelian laptop ASUS resmi otomatis akan mendapatkan garansi perbaikan selama 2 tahun baik di dalam negeri maupun secara global. Namun garansi ini tentu saja berlaku apabila kerusakan yang terjadi bukan karena kelalaian pengguna.

Di tahun 2021 ini selain garansi resmi tersebut, ASUS melengkapi layanan dengan memberikan ASUS Perfect Warranty. ASUS Perfect Warranty ini adalah layanan garansi ekslusif dari ASUS di tahun pertama masa garansi notebook ASUS. Layanan ini merupakan layanan premium dimana ASUS akan menanggung 80% biaya jasa perbaikan dan spare part untuk kerusakan-kerusakan yang disebabkan kelalaian pengguna.

Sementara khusus untuk pengguna ZenBook, ASUS akan memberikan layanan ASUS VIP Perfect Warranty. Layanan tersebut akan menanggung 100% biaya jasa perbaikan dan spare part untuk kerusakan-kerusakan yang disebabkan kelalaian pengguna.

Final Fantasy XIV Pecahkan Rekor Jumlah Peak Gamers, Farming Simulator 22 Ciptakan Rekor Penjualan Baru

Minggu lalu, Final Fantasy XIV berhasil memecahkan rekor jumlah peak gamers. Sementara itu, Farming Simulator 22 juga berhasil mencetak rekor baru, yaitu dalam hal penjualan. Niantic baru saja mengakuisisi platform social gaming Lowkey dan Sony dikabarkan akan mengubah layanan yang ditawarkan pada PlayStation Plus di tahun depan.

Final Fantasy XIV Pecahkan Rekor Jumlah Peak Gamers

Walau telah berumur hampir 10 tahun, Final Fantasy XIV tetap populer. Faktanya, game itu baru saja memecahkan rekor baru untuk jumlah pemain aktif di Steam. Setelah expansion Endwalker diluncurkan, jumlah pemain aktif FFXIV mencapai lebih dari 95 ribu orang. Menurut laporan Kotaku, sebelum ini, rekor jumlah pemain terbanyak FFXIV adalah 67 ribu orang. Angka itu dicapai pada Juli 2021. Selain memecahkan rekor jumlah pemain, FFXIV juga berhasil menggandakan jumlah pemain aktif mereka di Steam, seperti yang disebutkan oleh PCGamesN. Pada Juni 2021, jumlah pemain aktif dari game MMO itu hanyalah sekitar 41 ribu orang.

Grafik pemain Final Fantasy XIV. | SteamDB

Peluncuran expansion baru memang jadi salah satu alasan mengapa FFXIV menjadi semakin populer. Namun, beberapa tahun belakangan, jumlah pemain game MMO itu memang terus bertambah. Faktor lain yang membuat jumlah pemain game tersebut meningkat adalah kasus yang menimpa Activision Blizzard. Karena skandal budaya pelecehan seksual di perusahaan itu, banyak gamers dan streamers yang memutuskan untuk berhenti memainkan World of Warcraft dalam beberapa bulan belakangan.

Niantic Akuisisi Lowkey, Platform Social Gaming

Niantic telah mengakuisisi Lowkey, platform social gaming. Dengan akuisisi ini, sebagian besar tim Lowkey akan menjadi bagian dari Niantic. Sementara Lowkey adalah situs media sosial untuk mengedit dan membagikan video, khususnya video gameplay.

“Lowkey merupakan pemimpin di bidang social gaming. Dengan bantuan mereka, kami akan bisa menerapkan berbagai fitur sosial di game-game buatan Niantic,” kata Head of Product, Niantic, Ivan Zhou, dikutip dari GamesIndustry. “Niantic dan Lowkey punya visi yang sama, yaitu untuk membangun komunitas berdasarkan pengalaman bermain bersama. Kami juga ingin menyediakan cara baru bagi pemain untuk saling terhubung dengan satu sama lain.”

Terjual 1,5 Juta Unit Dalam Seminggu, Farming Simulator 22 Pecahkan Rekor

Farming Simulator 22 diluncurkan untuk PC, Mac, konsol, dan Stadia pada 22 November 2021. Dalam satu minggu sejak dirilis, game itu telah terjual sebanyak 1,5 juta unit. Angka ini menjadi rekor penjualan terbanyak untuk seri Farming Simulator. Menurut SteamDB, game tersebut bahkan sempat mengalahkan Battlefield 2042 di Steam dalam hal jumlah pemain. Jumlah peak players dari Farming Sim 22 sempat mencapai 93,8 ribu orang, sementara Battlefield 2042 hanya 53 ribu orang.

Keberadaan Farming Simulator 22 sukses memperluas audiens dari franchise tersebut. Tak hanya itu, keberadaan fitur cross-platform multiplayer juga memungkinkan pemain PC, konsol current-gen dan last-gen untuk bermain bersama. Satu hal menarik lain tentang Farming Sim 22 adalah game itu merupakan game pertama yang Giants Software rilis sendiri, menurut laporan GamesIndustry.

Sony Dikabarkan akan Merombak Layanan PlayStation Plus

Di tahun depan, Sony berencana untuk mengubah penawaran dari PlayStation Plus, menurut laporan dari Bloomberg. Disebutkan, Sony akan tetap menggunakan merek PlayStation Plus. Namun, mereka akan menggabungkan layanan dari PlayStation Plus dengan PlayStation Now. Melalui layanan itu, Sony akan menyediakan katalog game dari semua platform yang pernah mereka buat, kecuali Vita, menurut laporan GamesIndustry.

Dikabarkan, PlayStation Plus yang baru akan memiliki tiga tier. Tier paling dasar dengan biaya paling murah hanya akan menawarkan segala sesuatu yang sudah tersedia di Plus sekarang. Jadi, gamers akan bisa memainkan game secara online dan mendapatkan akses ke game-game tertentu setiap bulannya. Tier kedua akan menawarkan sejumlah game PS4 dan PS5 yang bisa diunduh. Sementara tier yang paling tinggi dengan harga yang paling mahal akan memberikan akses ke on-demand streaming  dan berbagai game dan dari tiga generasi PS pertama serta PSP.

Versi VR dari Cities: Skylines Bakal Dirilis Pada 2022

Minggu lalu, Fast Travel Games mengumumkan keberadaan Cities: VR, versi virtual reality dari game Cities: Skylines. Cities: VR akan diluncurkan pada musim semi 2022 untuk Meta Quest 2 alias Oculus Quest 2. Cities: Skylines sendiri dirilis untuk PC pada 2015. Game itu sukses meraih popularitas di kalangan fans SimCity, yang kecewa dengan versi terbaru dari franchise tersebut. Setelah itu, Cities: Skylines diluncurkan untuk PlayStation 4, Xbox One, dan Nintendo Switch.

Genre city-building punya potensi besar di pasar VR. Dan kami tidak sabar untuk mengembangkan IP ini,” kata Creative Director, Fast Travel Games, Erik Odeldahl, lapor VentureBeat. “Kami menghabiskan banyak waktu, riset, dan energi untuk membawa Cities: Skylines ke VR dan memastikan bahwa game itu tetap menarik bagi pemain baru dan menawarkan tantangan baru bagi pemain lama.”

ViewSonic Luncurkan Monitor Gaming Portabel untuk Pengguna PC, Konsol, dan Mobile Sekaligus

Pasar gaming modern terdiri dari setidaknya tiga platform utama: PC, konsol, dan mobile. Masing-masing boleh memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri, akan tetapi yang pasti ketiganya sama-sama memprioritaskan tren refresh rate tinggi.

Monitor gaming dengan refresh rate yang tinggi memang bukanlah hal baru, akan tetapi belum banyak yang bisa memenuhi kebutuhan tiga platform gaming itu tadi secara bersamaan. Salah satu yang terbaru adalah ViewSonic VX1755, sebuah monitor portabel yang secara spesifik dirancang untuk memberikan pengalaman gaming yang baik, tidak peduli jenis perangkat apa yang konsumen gunakan.

Berbekal panel IPS 17,2 inci dengan resolusi 1920 x 1080 dan refresh rate 144 Hz, VX1755 menjanjikan pengalaman bermain yang mulus, apalagi ditambah dukungan waktu respon 4 milidetik dan teknologi AMD FreeSync Premium untuk mengeliminasi problem-problem seperti screen tearing maupun stuttering.

ViewSonic turut mengintegrasikan sepasang speaker, sehingga bisa menggantikan speaker bawaan ponsel seandainya dirasa kurang bertenaga. Bagi yang ingin menggunakan headphone pada ponsel yang tidak dibekali jack audio 3,5 mm, mereka bisa memanfaatkan colokan milik monitor ini.

Bicara soal colokan, VX1755 dibekali port Mini HDMI dan sepasang port USB-C. Kedua port USB-nya itu sama-sama mendukung distribusi daya dua arah: laptop yang terhubung bisa menyuplai daya ke monitor, atau monitornya yang mengisi ulang laptop dengan dibantu power bank USB-C atau dicolokkan langsung ke stopkontak.

Semua itu dikemas dalam rangka yang ringkas, dengan tebal cuma 17 mm dan bobot sekitar 1 kg. Di bagian belakangnya, terdapat kickstand terintegrasi yang dapat diatur tingkat kemiringannya, serta yang mendukung orientasi landscape maupun portrait. Selain untuk gaming, VX1755 tentu juga dapat dijadikan layar kedua untuk laptop atau tablet sehingga dapat membantu menunjang produktivitas, dan pada akhirnya tetap relevan di luar jam bermain.

Di Amerika Serikat, ViewSonic VX1755 saat ini telah dipasarkan dengan harga resmi $299, atau kurang lebih sekitar 4,3 jutaan rupiah. Sejauh ini belum ada informasi apakah produknya juga akan tersedia di pasar tanah air.

Sumber: Business Wire.

Update Terbaru Stardew Valley Jadikan Game-nya Lebih Future Proof dan Semakin Mod-Friendly

Modding memegang peranan yang sangat penting dalam dunia PC gaming. Tidak jarang, modding memungkinkan game yang sudah bagus untuk disempurnakan lebih jauh lagi. Dalam beberapa kasus, modding bahkan bisa membantu memperpanjang ‘umur’ game. Tidak percaya? Lihat saja Skyrim, yang belum lama ini dirilis ulang oleh Bethesda dengan menyertakan segudang konten bikinan komunitas modder-nya.

Stardew Valley merupakan contoh lain game yang mod-friendly, meski memang jumlah mod-nya belum selevel game-game bikinan Bethesda. Mulai dari mod simpel yang menyisipkan elemen UI ekstra, sampai yang benar-benar menambahkan segudang konten baru untuk dimainkan, Stardew Valley punya semuanya.

Kreator Stardew Valley, Eric “ConcernedApe” Barone, mendukung penuh komunitas modding dari game bikinannya tersebut. Hal itu ia buktikan lewat patch terbaru untuk Stardew Valley (versi 1.5.5), yang membawa pembaruan amat substansial terkait modding.

Utamanya, patch anyar ini memindahkan Stardew Valley dari framework XNA ke MonoGame. Meski keduanya sama-sama merupakan framework untuk mengembangkan game, XNA sudah berhenti dikembangkan sejak 2013, sementara MonoGame merupakan proyek open-source yang masih terus aktif dikembangkan.

Menurut Eric, tujuan dari migrasi framework ini tidak lain supaya Stardew Valley bisa lebih future-proof, sekaligus untuk meningkatkan batasan RAM yang dapat diakses oleh mod menjadi lebih dari 4 GB. Dengan kata lain, modder Stardew Valley punya fleksibilitas ekstra dalam berkreasi pasca update terbaru ini.

Mod seperti Stardew Valley Expanded menghadirkan segudang konten baru yang membuat game-nya jadi terasa baru / FlashShifter

Di samping pembaruan dari sisi arsitektur game, patch 1.5.5 turut menghadirkan sejumlah pembaruan QoL (quality of life) seperti kemampuan untuk membeli kembali barang yang tidak sengaja terjual, serta beberapa bug fix. Patch note lengkapnya dapat Anda baca sendiri di blog resmi Stardew Valley.

Belum puas sampai di situ saja, Eric juga tengah menyiapkan patch versi 1.5.6 yang bakal semakin memudahkan pekerjaan para modder. Untuk mewujudkannya, Eric bahkan memutuskan untuk bekerja sama langsung dengan PathosChild, pencipta SMAPI yang merupakan tool esensial untuk sebagian besar mod di Stardew Valley.

Update versi 1.5.6 kabarnya juga akan menghadirkan sejumlah konten baru, tapi tidak akan sampai sesignifikan patch 1.5 yang dirilis tahun lalu — cukup wajar mengingat Eric sedang sibuk mengerjakan game baru. Selagi menunggu, tidak ada salahnya kita bermain-main dulu dengan sejumlah mod esensial untuk Stardew Valley.

Via: Rock Paper Shotgun.

Lenovo Indonesia Luncurkan Yoga Slim 7 Carbon, Yoga Slim 7 Pro, dan IdeaPad Slim 5 Pro dengan AMD Ryzen 5000 Series

Lenovo telah menghadirkan lini laptop premium terbarunya di Indonesia. Mereka adalah Yoga Slim 7 Carbon, Yoga Slim 7 Pro, dan IdeaPad Slim 5 Pro. Ketiganya langsung menjalankan sistem operasi terbaru Windows 11 yang membantu pengguna bekerja sesuai keinginan dengan menawarkan fleksibilitas untuk menampilkan aplikasi secara berdampingan.

Laptop premium dari Lenovo ini juga telah ditenagai AMD Ryzen 5000 series mobile processor dengan arsitektur core Zen 3 yang dibangun pada proses fabrikasi 7 nm. Selain menawarkan kinerja yang mumpuni untuk komputasi harian dan daya tahan baterai panjang, khusus Yoga Slim 7 Carbon dan Yoga Slim 7 Pro turut membawa keunggulan layar OLED.

Saat ini Yoga Slim 7 Carbon sudah tersedia dengan harga Rp20.999.000 dan dapat dibeli sekarang di Lenovo Official Store offline dan online. Sedangkan, Yoga Slim 7 Pro dan IdeaPad Slim 5 Pro akan tersedia segera. Untuk Yoga Slim 7 Pro versi OLED dijual mulai dari Rp17.499.000 dan versi IPS mulai dari Rp13.999.000. Sementara, IdeaPad Slim 5 Pro tersedia dengan harga mulai dari Rp14.699.000.

Lenovo Yoga Slim 7 Carbon

Mari mulai dari Yoga Slim 7 Carbon, ia diklaim Lenovo sebagai laptop OLED 14 inci teringan di dunia dengan berat hanya 1,1 kg. Itu dicapai karena bagian cover laptop ini menggunakan serat karbon. Meski ringan, Yoga Slim 7 Carbon dibuat dengan daya tahan berstandar military-grade dan memenuhi standar MIL STD 810H.

Keunggulan berikutnya dari Yoga Slim 7 Carbon terletak pada layar 14 inci QHD+ menggunakan panel Samsung E4 OLED. Dengan micro border simetris 3,9 mm di tiga sisi, rasio area aktif 91% dalam aspek rasio 16:10, dan dilengkapi sensor cahaya colour ambient yang dapat menyesuaikan tampilan secara otomatis.

Layarnya memiliki refresh rate 90 Hz dengan response time 1 ms dan kecerahan hingga 400 nit. Mencakup dukungan color space DCI-P3 100% dan SRGB 125%, serta bersertifikasi Dolby Vision HDR dan TÜV Eye Comfort.

Dari segi kinerja, Lenovo mengandalkan AMD Ryzen 7 5800U dengan opsi chip grafis NVIDIA GeForce MX450, RAM hingga 16GB LPDDR4x, dan penyimpanan internal hingga 1TB PCIe M.2 SSD.

Untuk mendukung produktivitas, baterai 61 WHrs dapat menunjang pekerjaan sepanjang hari hingga 14,5 jam dibantu dengan termal berbasis mode melalui Lenovo Q-Control. Serta, punya dual-charger dengan Rapid Charge Express yang dapat mengisi daya selama 15 menit untuk mendapatkan hingga 3 jam penggunaan.

Sejumlah fitur pintar juga dihadirkan berkat Lenovo AI Chip. Sebut saja, smart rapid start, zero touch login, dan smart presence detection untuk meningkatkan keamanan dan kemudahan penggunaan.

Juga ada rangkaian fitur Lenovo Smart Assist seperti flip-to-boot, mengunci layar otomatis, dan menyalakan layar saat meninggalkan dan kembali ke PC berkat kamera infrared (IR) dan sensor time-of-flight. Ditambah dengan perlindungan Privacy Alerts yang melindungi dari mereka yang mengintip dari belakang dan software attention-sensing dari Glance by Mirametrix.

Lenovo Yoga Slim 7 Pro

Beralih ke versi Pro-nya, laptop berlayar 14 inci ini hadir dengan opsi layar IPS dan OLED dalam rasio 16:10. Ditopang resolusi QHD, refresh rate 90 Hz, kecerahan hingga 400 nit, dan sertifikasi TÜV Eye Comfort. Versi OLED-nya mendukung color space DCI-P3 100% dan SRGB 125%.

Kinerjanya lebih powerful dari Yoga Slim 7 Carbon karena ditenagai hingga AMD Ryzen 9 5900HX (versi IPS) dan hingga AMD Ryzen 9 5900HS Creator Edition (versi OLED). Didukung RAM hingga 16GB LPDDR4x, dan penyimpanan internal hingga 1TB PCIe M.2 SSD.

Yoga Slim 7 Pro mampu menghasilkan daya desain termal hingga 50W saat dipasangkan dengan NVIDIA GeForce MX450 atau hingga 45W dengan grafis AMD Radeon. Kapasitas baterainya 61WHr didukung Rapid Charge Boost dan daya tahannya ditingkatkan dengan Intelligent Cooling yang secara otomatis mengoptimalkan daya dengan mengarahkan ke bagian yang paling membutuhkan untuk meningkatkan kinerja.

Desain arsitektur baru pada AMD Ryzen 5000 H-Series Mobile Processor terbukti dapat memberikan efisiensi daya maksimal namun tetap berkinerja tinggi sehingga dapat mendukung pekerjaan berat penggunanya seperti aplikasi rendering profesional dan bermain game-game berat tanpa hambatan.

Lenovo IdeaPad Slim 5 Pro

Selain Lenovo Yoga, IdeaPad Slim 5 Pro juga termasuk dalam lini premium Lenovo meski tanpa panel OLED. Laptop yang tersedia dalam versi 14 inci dan 16 inci ini dibuat aluminium dengan anodized surface treatment dengan ketebalan mulai 17,9 mm dan berat mulai 1,41 kg.

Layar IPS-nya ditopang resolusi WQXGA dalam aspek rasio 16:10 dengan kecerahan 350 nit. Juga mendukung color gamut sRGB 100% beserta Dolby Atmos yang memberikan pengalaman premium saat menikmati hiburan.

Otak laptop ini menggunakan AMD Ryzen 7 5800H dengan chip grafis hingga NVIDIA GeForce RTX 3050. Dilengkapi versi baru teknologi Rapid Charge Express yang menawarkan penggunaan hingga 2 jam hanya dengan pengisian daya singkat selama 15 menit.

LoL Wild Rift Terpilih Sebagai Game iPhone Terbaik 2021

Menjelang penutupan tahun, Apple kembali mengumumkan para pemenang ajang App Store Award. Berbeda dari yang dilakukan Google pada Google Play’s Best of 2021, Apple tidak memisahkan daftar aplikasi dan game terbaik berdasarkan tiap-tiap negara, melainkan hanya satu daftar saja berdasarkan hasil penilaian tim editorial globalnya.

Untuk kategori game iPhone terbaik 2021, titel juaranya dipegang oleh League of Legends: Wild Rift. Ya, tahun ini rupanya adalah tahunnya MOBA, sebab seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, gelar game Android terbaik untuk tahun ini jatuh pada Pokémon Unite (versi Amerika Serikat). Meski sudah tidak bisa dibilang baru lagi, nyatanya LoL Wild Rift memang baru meluncur di kawasan Amerika pada tahun 2021 ini.

Sementara untuk gelar game iPad terbaik 2021, pemenangnya adalah Marvel Future Revolution. MMORPG keluaran Netmarble ini memiliki kualitas grafik yang cukup menakjubkan untuk ukuran game mobile, dan itu sangat ideal untuk mendemonstrasikan performa hardware iPad Pro yang fenomenal. Di tablet termahal Apple tersebut, Marvel Future Revolution bahkan bisa berjalan di 120 fps.

Beralih ke game Apple Arcade terbaik 2021, jawaranya adalah Fantasian. Buat yang tidak tahu, Fantasian merupakan RPG baru karya Hironobu Sakaguchi, yang tidak lain merupakan pencipta franchise Final Fantasy. Selain mengandalkan iringan musik gubahan Nobuo Uematsu (komposer yang juga langganan mengisi musik di seri Final Fantasy), Fantasian juga banyak dipuji karena grafiknya yang unik, dengan setting dunia yang semuanya merupakan diorama buatan tangan.

Selain game iPhone dan iPad, Apple tidak lupa memberi penghargaan buat game Apple TV terbaik dan game Mac terbaik, yang masing-masing dimenangkan oleh Space Marshals 3 dan Myst. Space Marshals 3 dengan sistem tactical combat-nya sangat cocok dimainkan di layar besar, sementara Myst merupakan game petualangan keluaran tahun 1993 yang kini telah di-remake untuk platform virtual reality sekaligus diadaptasikan ke platform gaming modern.

Daftar lengkap pemenang App Store Awards 2021, termasuk untuk aplikasi-aplikasi non-gaming, dapat Anda lihat langsung di tautan ini.

Sumber: Apple.