Daftar Turnamen Esports Terpopuler Pada Oktober 2021

Pada Oktober 2021, League of Legends World Championship dan The International digelar. Keduanya merupakan kompetisi esports tertinggi untuk League of Legends dan Dota 2. Karena itu, tidak heran jika keduanya berhasil menjadi pusat perhatian fans esports pada bulan lalu. Sementara itu, di skena Counter-Strike: Global Offensive, turnamen Major juga tengah berlangsung. Di tingkat nasional, MPL Indonesia Season 8 tengah memasuki puncaknya dan di tingkat regional, ada kompetisi PUBG Mobile yang digelar untuk kawasan Asia Tenggara.

Berikut daftar lima turnamen esports terpopuler di Oktober 2021, menurut data dari Esports Charts.

5. PUBG Mobile Pro League Season 4 2021 SEA

PUBG Mobile Pro League Season 4 2021 SEA dimulai pada 12 Oktober 2021 dan berakhir pada 7 November 2021. Sepanjang bulan Oktober 2021, Ronde ke-12 pada Super Weekend 2, Hari ke-3 menjadi pertandingan paling populer dari PMPL S4 SEA. Di ronde tersebut, total peak viewers mencapai 644 ribu orang. Menurut laporan Esports Charts, satu-satunya liga PUBG Mobile nasional yang bisa menyaingi viewership PMPL S4 SEA adalah PUBG Mobile Professional League Indonesia (PMPL ID). Jika dibandingkan dengan PMPL S4 SEA, jumlah peak viewers PMPL ID hanya lebih sedikit 15%.

Statistik viewership PMPL S4 SEA berdasarkan platform dan bahasa. | Sumber: Esports Charts

YouTube merupakan platform favorit para fans untuk menonton PMPL S4 SEA. Di YouTube, PMPL S4 SEA mendapatkan 81,6 juta views dan 1,29 juta likes. Selain YouTube, PMPL S4 SEA juga ditonton di Facebook, NimoTV, TikTok, dan Twitch. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, dari segi bahasa, siaran dengan bahasa Indonesia menjadi siaran PMPL S4 SEA yang paling banyak ditonton. Siaran dalam bahasa Malaysia menjadi siaran terpopuler ke-2, diikuti oleh bahasa Thailand dan Vietnam.

4. PGL Major Stockholm 2021

PGL Major Stockholm menawarkan total hadiah sebesar US$2 juta. Hal ini menjadikan kompetisi itu sebagai turnamen CS:GO dengan hadiah terbesar dalam 2 tahun terakhir. PGL Major Stockholm berlangsung sejak Oktober hingga November 2021. Seiring dengan memanasnya kompetisi, jumlah penonton dari turnamen Major itu pun naik. Namun, pada Oktober 2021, PGL Major Stockholm hanya mendapatkan peak viewers sebanyak 975 ribu orang. Pertandingan terpopuler pada bulan lalu adalah pertandingan yang mempertemukan NAVI dan Ninjas in Pyjamas.

Total durasi siaran PGL Major Stockholm mencapai 120 jam. Sementara total hours watched yang didapat turnamen itu adalah 71,2 juta jam dan dengan total views sebanyak 123,4 juta views. Twitch menjadi platform paling populer untuk menonton kompetisi CS:GO tersebut. Dan siaran dalam bahasa Inggris menjadi siaran yang mendapatkan paling banyak penonton. Meskipun begitu, total peak viewers dari siaran dalam bahasa Rusia juga hampir menyamai siaran dalam bahasa Inggris.

PGL Major Stockholm jadi turnamen paling populer ke-4 pada Oktober 2021. | Sumber: Esports Charts

Sepanjang PGL Major Stockholm, NAVI menjadi tim esports paling populer, baik dari segi hours watched maupun average viewers. Tim tersebut mendapatkan 16,6 juta hours watched dengan jumlah penonton rata-rata sebanyak 1,13 juta orang. Posisi kedua ditempati oleh G2 Esports, yang mendapatkan 14,82 juta hours watched dan 911,8 ribu average viewers.

3. MPL ID Season 8

Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID) Season 8 berhasil menjadi turnamen esports terpopuler pada Agustus dan September 2021. Dan pada Oktober 2021, MPL ID S8 kembali masuk dalam daftar kompetisi esports terpopuler.. Namun, kedudukannya merosot ke peringkat 3. Kabar baiknya, jumlah peak viewers dari MPL ID S8 pada Oktober 2021 mencapai 2,4 juta orang, jauh lebih tinggi dari peak viewers pada Agustus 2021, yang hanya mencapai 1,7 juta orang.

Tim terpopuler di MPL ID S8 berdasar hours watched dan average viewers. | Sumber: Esports Charts

Pertandingan paling populer dari MPL ID S8 sepanjang bulan lalu adalah babak grand final, yang mempertemukan EVOS Legends dengan ONIC Esports. Sementara pertemuan antara ONIC Esports dengan RRQ Hoshi di babak semi-final jadi pertandingan paling populer ke-2, dengan peak viewers mencapai 2,39 juta orang. Meskipun ONIC Esports keluar sebagai juara, EVOS Legends merupakan tim favorit di MPL ID S8, jika Anda menggunakan metrik hours watched. Sepanjang MPL ID S8, EVOS mendapatkan 30,35 juta hours watched. Namun, dari segi average viewers, RRQ Hoshi ada di peringkat satu. Tim itu memiliki jumlah penonton rata-rata paling banyak sepanjang liga, mencapai 710,4 ribu orang.

Total durasi siaran dari MPL ID S8 adalah 172 jam. Turnamen itu mendapatkan 76,9 juta hours watched, 285,2 juta views, dan 447,1 ribu average viewers. YouTube menjadi platform favorit untuk menonton MPL ID S8, diikuti oleh Nimo TV dan Facebook. Di YouTube, MPL ID S8 mendapatkan 265,9 jua views dan 4,35 juta likes.

2. The International 10

The International 10 — turnamen Dota 2 paling bergengsi — jadi kompetisi paling populer ke-2 pada Oktober 2021. Babak grand final menjadi pertandingan yang menarik paling banyak penonton. Pada puncaknya, pertandingan antara Team Spirit dan PSG.LGD ditonton oleh 2,74 juta orang. Secara total, durasi siaran dari The International 10 mencapai 125 jam. Turnamen itu mendapatkan 107,2 juta hours watched, 529,5 juta views, dan 857,3 ribu average viewers.

Platform dan bahasa terpopuler untuk TI10. | Sumber: Esports Charts

Kompetisi TI10 disiarkan di bebreapa platform, antara lain Twitch, YouTube, Dota TV Match, Steam.tv, Facebook, VK Live, dan Nonolive. Twitch jadi platform paling populer, dengan peak viewers mencapai 1,7 juta orang. Di platform milik Amazon itu, TI10 disiarkan di 122 channel dan mendapatkan 454,9 juta views serta 5,08 juta follows. Sementara itu, YouTube menjadi platform terpopuler ke-2 untuk menonton TI10. Di YouTube, TI10 mendapatkan 52,7 juta views dan 735,8 ribu likes. Pada puncaknya, ada 665,8 ribu orang yang menonton TI10 di YouTube.

TI10 jadi kompetisi terpopuler di negara-negara berbahasa Rusia. | Sumber: Esports Charts

The International 10 merupakan kompetisi favorit dari fans esports di kawasan Commonwealth of Independent States (CIS). Selain itu, TI10 juga populer di negara-negara yang menggunakan bahasa Rusia. Buktinya, babak final TI10 ditonton oleh 1,2 juta penonton berbahasa Rusia. Menurut Esports Charts, angka ini hampir dua kali lipat dari jumlah penonton berbahasa Rusia pada The International 2019, yang mencapai 670 ribu orang.

1. League of Legends World Championship 2021

Dengan peak viewers sebanyak 3,54 juta orang, League of Legends World Championship jadi kompetisi esports terpopuler pada Oktober 2021. Bulan lalu, pertandingan yang paling banyak ditonton adalah pertandingan antara T1 dan DAMWON KIA Gaming (DWG KIA), yang terjadi pada hari pertama dari babak semi-final. Hal ini tidak aneh, mengingat kedua tim asal Korea Selatan itu merupakan finalis dari Worlds tahun lalu.

Tim terpopuler di Worlds 2021. | Sumber: Esports Charts

Dari segi average viewers, DWG KIA dan T1 juga merupakan dua tim terpopuler di Worlds 2021. Jumlah penonton rata-rata DWG KIA mencapai 2,16 juta orang dan T1 1,94 juta orang. Namun, dari segi hours watched, posisi dua tim terpopuler diisi oleh DWG KIA dan Edward Gaming (EDG) dari Tiongkok. DWG KIA mendaaptkan total hours watched sebanyak 42,5 juta jam sementara EDG 37,68 juta jam.

Worlds 2021 disiarkan di 8 platform dalam 17 bahasa. Siaran dalam bahasa Inggris menjadi siaran paling populer, diikuti oleh siaran dalam bahasa Korea, dan Spanyol. Sementara itu, Twitch dan YouTube merupakan dua platform favorit untuk menonton Worlds 2021. Di Twitch, Worlds 2021 disiarkan di 20 channel dan berhasil mendapatkan 122,4 juta views serta 956,8 ribu follows. Sementara di YouTube, Worlds 2021 berhasil mendapatkan 94,89 juta views dan 1,16 juta likes.

Disclosure: Esports Charts adalah Partner dari Hybrid.co.id.

Barcelona Masuk ke Esports League of Legends

FC Barcelona, salah satu klub bola terbesar dunia, terjun ke skena kompetitif League of Legends (LoL). Kabar ini diumumkan langsung oleh Barcelona lewat website resminya.

Barca akan bertarung di Superliga, liga esports LoL tertinggi di Spanyol, mulai Januari 2022. Selain Barca, tim lain yang akan berlaga pertama kalinya di liga ini adalah tim baru hasil kolaborasi antara streamer Ibai Llanos dengan bintang sepak bola, Gerard Piqué. Selain kedua tim tadi, di dalam Superliga juga ada tim-tim besar Spanyol seperti Movistar Riders, G2 Arctic, dan MAD Lions Madrid.

Partisipasi Barcelona di Esports

Tim sepak bola raksasa ini mengatakan jika partisipasinya di esports LoL merupakan langkah lanjutan dari komitmen mereka di esports yang dimulai dua tahun silam.

Di pengumuman resminya, Barcelona mengatakan, “Komitmen kami untuk mengembangkan divisi esports baru di Barca adalah bagian dari strategi digital kami dan digerakkan oleh hasrat yang sama dari FC Barcelona — untuk menjadi pelaku utama di sektor esports dunia dalam beberapa tahun ke depan, membangun divisi unggulan yang dapat menghubungkan klub serta filosofinya ke audiens baru, khususnya di pasar fanatisme bola yang berkembang, dan membawa nama besar Barca ke negara-negara lainnya seperti Amerika Serikat atau Tiongkok.”

Saat ini, Barca sudah memiliki 3 divisi esports yaitu di eFootball, Rocket League, dan Hearthstone — ketiganya sudah berjalan selama dua tahun.

Sekilas tentang Superliga

Di akhir musim Summer 2021, turnamen Superliga telah ditonton hampir 5 juta orang. Turnamen tersebut telah ditonton sebanyak 2,6 juta jam, naik 39% dari tahun lalu. Pertandingan Grand Finalnya juga ditonton oleh 300 ribu Unique Viewers (sebelumnya 73 ribu) dan mencapai AMA (Average Minute Audience) sebesar 43.131 penonton.

Metaverse Bakal Banyak Dilibatkan di Dunia Gaming, Demikian Pula NFT dan Cryptocurrency

Definisi metaverse sejauh ini bisa dibilang masih agak abu-abu, akan tetapi itu tidak mencegah banyak perusahaan besar mengejar tren tersebut. Mulai dari Facebook Meta, Microsoft, sampai Niantic, semua punya visinya sendiri-sendiri akan konsep metaverse yang ideal.

Satu hal yang pasti, metaverse bakal banyak dilibatkan di dunia gaming. Seperti yang kita tahu, gaming memang kerap menjadi lahan percobaan untuk banyak teknologi baru, dan pola tersebut pun juga bakal berlaku untuk metaverse.

Beberapa game yang ada saat ini, seperti misalnya Fortnite, Minecraft, Roblox, atau Second Life bahkan juga sudah bisa kita anggap sebagai iterasi awal metaverse, dan masing-masing bakal terus berevolusi ke depannya. Ini bukan pendapat saya pribadi, melainkan pemikiran dari Jesse Powell, co-founder sekaligus CEO dari Kraken, salah satu marketplace crypto tertua yang sudah eksis sejak tahun 2011.

Dalam wawancaranya bersama Yahoo Finance, Jesse menyamakan metaverse dengan dunia virtual yang sudah bisa kita temukan di berbagai game online populer, mulai dari Second Life, World of Warcraft, sampai Runescape.

NFT bisa populer karena keakraban kita dengan tren membeli barang virtual di game / Sumber gambar: Epic Games

Menurutnya, orang-orang yang sempat memainkan deretan game tersebut kini tertarik dengan tren metaverse salah satunya karena ide akan kemudahan memindah-mindah barang virtual, token virtual, pakaian virtual, atau apapun itu, di antara platform yang berbeda-beda. Di situlah NFT dan cryptocurrency jadi bakal banyak berperan.

Ditanya mengenai faktor yang mendorong peningkatan popularitas NFT belakangan ini, Jesse bilang salah satu alasannya adalah keakraban generasi muda dengan tren membeli barang-barang virtual, seperti membeli skin di game online misalnya. Lagi-lagi game yang jadi pemicunya.

Poin terakhir yang tak kalah menarik adalah, Jesse percaya ke depannya tidak akan ada satu metaverse saja. Atau dengan kata lain, tidak akan ada satu perusahaan saja yang memonopoli bidang ini. Sekali lagi, platform-nya boleh berbeda-beda, akan tetapi ada blockchain yang bakal menjembatani satu sama lain.

Sumber: Yahoo Finance.

Imbas Krisis Chip Global, Peluncuran Steam Deck Ditunda Dua Bulan

Kabar mengecewakan bagi yang sudah tidak sabar menanti Steam Deck. Peluncuran konsol genggam besutan Valve tersebut terpaksa ditunda dua bulan. Yang tadinya dijadwalkan bakal dikirim ke konsumen pada bulan Desember 2021 kini harus mundur ke Februari 2022.

Di titik ini, sebagian besar dari kita mungkin sudah tahu alasannya kenapa. Ya, apa lagi kalau bukan karena dampak dari fenomena kelangkaan chip global. Kalau industri otomotif saja sampai terkena imbasnya, apalagi industri gadget secara umum.

“Kami meminta maaf soal ini — kami melakukan yang terbaik untuk mengatasi masalah rantai pasokan global, tapi akibat krisis material, komponen tidak bisa tiba di fasilitas manufaktur kami tepat waktu sesuai dengan jadwal peluncuran awal kami,” tulis Valve dalam sebuah posting blog.

Perlu dicatat, Februari 2022 itu adalah estimasi tercepatnya, dan masing-masing konsumen bakal melihat estimasi waktu pengiriman yang berbeda berdasarkan antrean. Bahkan yang sama-sama melakukan pemesanan di hari pertama pengumuman Steam Deck pun bisa mendapati estimasi waktu pengiriman yang berbeda kalau menurut The Verge.

Kalau boleh menyimpulkan, stok Steam Deck sepertinya bakal cukup langka untuk beberapa waktu, kurang lebih sama nasibnya seperti Nintendo Switch maupun PlayStation 5.

Kabar baiknya, penundaan ini berarti Valve punya lebih banyak waktu untuk mengatasi isu kompatibilitas yang melanda Steam Deck. Seperti yang kita tahu, Steam Deck memang sudah dilengkapi dukungan software anti-cheat, akan tetapi masing-masing developer tetap perlu memperbarui game-nya agar software anti-cheat yang digunakan tidak bentrok dengan compatibility layer milik Steam Deck.

Valve sendiri mengklaim prosesnya sangat mudah, namun nyatanya masih banyak developer besar yang sama sekali belum punya jawaban terkait kompatibilitas game-nya dengan Steam Deck.

Belum lama ini, Valve juga sempat mengumumkan bahwa mereka akan meninjau ulang seluruh katalog Steam demi mengecek kompatibilitas masing-masing game dengan Steam Deck. Singkat cerita, Valve masih punya banyak PR, dan semoga saja penundaan ini berarti Steam Deck nantinya bisa meluncur dalam kondisi benar-benar matang.

Sumber: The Verge.

Keyboard dan Mouse Nirkabel Terbaru Logitech Diciptakan untuk Penggemar Emoji

Seberapa penting emoji dalam keseharian Anda? Cukup penting sampai-sampai Anda masih menggunakannya selagi bertukar pesan via komputer atau laptop? Kalau demikian, maka keyboard anyar dari Logitech ini cocok buat Anda.

Dinamai Logitech Pop Keys, ia datang bersama total delapan keycap emoji — empat di antaranya sudah terpasang. Pengguna bebas memprogram tombol-tombol tersebut dengan emoji favoritnya melalui software Logitech Options di Windows atau macOS, atau menggantinya dengan fungsi yang lain kalau memang tidak sebegitu bergantungnya dengan emoji.

Secara estetika, Pop Keys mengadopsi gaya retro khas mesin tik seperti yang ditawarkan Logitech K380. Bedanya, Pop Keys merupakan sebuah mechanical keyboard, dengan tactile switch yang diklaim tahan sampai 50 juta kali klik. Jadi kalau Anda suka dengan gaya desain milik K380 tapi tidak nyaman dengan switch membran, Pop Keys bisa jadi alternatif yang menarik.

Menemani Pop Keys adalah Pop Mouse yang tak kalah jenaka desainnya. Emoji lagi-lagi menjadi tema utama di sini, dengan tombol di bawah scroll wheel yang dapat diklik untuk membuka menu emoji. Namun tentu saja, Anda bisa menggantinya dengan fungsi yang lain jika membutuhkan, semisal untuk mute mikrofon atau untuk mengambil screenshot.

Scroll wheel-nya sendiri cukup pintar dan mampu beradaptasi dengan cara pengguna menggulirkan. Kalau pelan, maka putarannya bertahap dan presisi. Kalau digulirkan secara cepat, maka putarannya pun jadi cepat dan los. Cara kerjanya mirip seperti scroll wheel milik MX Master 3 dan MX Anywhere 3.

Baik Pop Keys maupun Pop Mouse sama-sama memakai Bluetooth 5.1 sebagai koneksinya, akan tetapi Logitech turut menyertakan dongle USB Logi Bolt pada paket penjualannya bagi yang membutuhkan koneksi yang lebih stabil sekaligus lebih aman.

Terkait daya tahan baterainya, Pop Keys diyakini mampu bertahan hingga 3 tahun pemakaian menggunakan tiga baterai AAA. Pop Mouse pun tidak kalah fenomenal; sanggup beroperasi sampai 2 tahun hanya dengan mengandalkan satu baterai AA saja.

Di Amerika Serikat, Logitech Pop Keys saat ini telah dipasarkan seharga $100, sementara Pop Mouse dibanderol $40. Keduanya hadir dalam tiga kombinasi warna: Blast, Daydream, dan Heartbreaker. Untuk melengkapi, Logitech turut menawarkan Desk Mat seharga $20.

Sumber: Logitech.

Kingston Luncurkan SSD PCIe 4.0 KC3000 dan Memori DDR5 Versi Value

Kingston kembali mengumumkan SSD PCIe 4.0 dan memori DDR5 baru. Produk yang diluncurkan kali ini adalah Kingston KC3000 PCIe 4.0 NVMe M.2 SSD dan Kingston ValueRAM (KVR) DDR5.

Berbekal pengontrol NVMe Gen 4×4 terbaru, KC3000 menjanjikan performa kecepatan baca/tulis yang sangat gegas, tepatnya hingga 7.000/7.000 MB/detik. Kinerja semacam ini tentu sangat cocok untuk pengguna yang memiliki beban kerja tinggi, semisal untuk rendering grafik 3D ataupun pembuatan konten beresolusi 4K ke atas.

KC3000 datang membawa 3D TLC NAND berdensitas tinggi dalam format M.2 2280 untuk menghadirkan kapasitas yang lebih besar, maksimum hingga 4.096 GB. Seperti halnya Kingston Fury Renegade SSD yang diperkenalkan baru-baru ini, KC3000 juga dilengkapi heat spreader tipis yang terbuat dari bahan aluminium graphene.

Keempat varian kapasitasnya — 512 GB, 1.024 GB, 2.048 GB, dan 4.096 GB — sama-sama didukung oleh garansi terbatas selama lima tahun dan dukungan teknis gratis. Untuk ketahanannya, masing-masing varian menawarkan rate TBW (Total Bytes Written) sebesar 400 TBW, 800 TBW, 1,6 PBW, dan 3,2 PBW.

“Dengan meningkatnya aplikasi dengan kebutuhan data yang berat, konsumen menuntut solusi yang dilengkapi dengan kinerja tinggi dan kapasitas besar; melalui pemanfaatan teknologi PCIe 4.0 generasi terbaru KC3000, kami mampu menghadirkan penyimpanan yang cepat dan andal untuk memenuhi kebutuhan berbagai konsumen di pasar,” tulis Kingston di siaran persnya. “Kami juga dengan senang hati memperkenalkan ValueRAM DDR5 untuk lebih memperluas penawaran DDR5 Kingston, sekaligus menghadirkan memori berkinerja tinggi dengan harga yang terjangkau.”

Sesuai standar yang ditetapkan oleh JEDEC, modul KVR DDR5 mengemas on-board Power Management Integrated Circuit (PMIC) yang bertugas mengatur daya yang dibutuhkan dari berbagai komponen modul memori demi mewujudkan distribusi daya yang lebih baik, peningkatan integritas sinyal, sekaligus mengurangi tingkat kebisingan.

Hadir dalam varian 16 GB atau kit 2 x 16 GB, KVR DDR5 menawarkan kecepatan 4.800 MHz dan latensi CL40, dengan dukungan garansi seumur hidup. Kedua produk ini kabarnya akan segera tersedia di pasar Indonesia, namun informasi harganya sejauh ini masih belum diketahui.

Exclusive Interview: Industri VR Indonesia dari Kacamata Developer Game

Berdasarkan data terbaru dari GlobalData, industri Virtual Reality (VR) bernilai US$5 miliar pada 2020. Angka itu diperkirakan akan naik menjadi US$51 miliar pada 2030. Associate Project Manager, GlobalData, Rupantar Guha mengatakan,  sampai saat ini, teknologi VR belum diadopsi secara massal. Padahal, teknologi VR telah dikembangkan sejak berpuluh-puluh tahun lalu.

“Dalam beberapa tahun belakangan, baik hardware maupun software untuk VR telah berevolusi. Meskipun begitu, masalah seperti latensi, harga hardware yang mahal, masalah privasi, dan ketiadaan konten membuat VR tetap menjadi industri niche,” kata Guha pada GamesIndustry. “Memang, teknologi seperti 5G, cloud, dan motion tracking bisa digunakan untuk mengatasi masalah latensi. Namun, kunci untuk menumbuhan industri VR adalah jaminan privasi untuk para pengguna dan ketersediaan konten yang memadai.”

Bagaimana Keadaan Industri VR di Indonesia?

Lee Marvin, VP of Gamification at Agate International memperkirakan, teknologi VR mulai masuk ke Indonesia ketika Facebook mengakuisisi Oculus pada 2014. Ketika itu, telah ada beberapa perusahaan yang menyediakan headset VR, seperti Oculus, HTC, dan Samsung. Dia bercerita, orang-orang mulai tertarik mencoba VR karena framerate lensa di headset VR sudah mencapai 60 fps sehingga konten bisa tampil dengan mulus. Orang-orang yang masuk dalam kategori early adopters tersebut adalah pelaku industri kreatif dan brand agency. Mereka tertarik dengan VR karena teknologi itu bisa menjadi cara baru bagi brand untuk berkomunikasi dengan konsumen.

“Kendalanya adalah karena kurang kreator konten,” ujar Marvin dalam wawancara dengan Hybrid. “Ketika akses ke teknologi VR terbuka, developer juga masih coba-coba; bagaimana membuat konten/game yang bagus, bagaimana cara memastikan pengguna tidak bingung dengan controller-nya.”

Lebih lanjut, Marvin menjelaskan, di Indonesia, hype akan teknologi VR memuncak pada 2016. Memang, ketika itu, Sony baru saja meluncurkan PlayStation VR. Jika dibandingkan dengan HTC Vive — yang harganya bisa mencapai belasan atau puluhan juta — harga PSVR relatif terjangkau, hanya berkisar Rp5-7 juta. Sayangnya, hype akan VR di Indonesia tetap turun pada 2018.

Hype teknologi VR di Indonesia mulai hilang, karena aksesnya sangat terbatas,” jelas Marvin. “Untuk beli headset-nya sendiri saja masih impor. Tidak ada official store yang menyediakan hardware-nya, khususnya Oculus. Sementara HTC ada toko resmi, tapi harganya mahal.”

Tantangan di Industri VR

Marvin menyebutkan, salah satu masalah utama yang menghambat pertumbuhan industri VR adalah harga hardware yang mahal. Dia lalu membandingkan harga headset VR — yang bisa mencapai puluhan juta — dengan harga smartphone. Sekitar tahun 2018, Anda sudah bisa membeli smartphone dengan harga Rp1-2 juta, jauh lebih murah dari headset VR.

Padahal, kata Marvin, untuk bisa bermain game VR, Anda tidak hanya memerlukan headset, tapi juga komputer yang cukup powerful. Karena entry barrier yang cukup tinggi itu, maka jumlah orang yang bisa mengakses teknologi VR pun menjadi sangat terbatas. “Biasanya, pihak yang punya dana untuk beli PC/laptop gaming dan headset VR memang perusahaan,” jelas Marvin. Dan ketika itu, laptop gaming juga baru hype. Jadi memang, pasarnya sangat terbatas.”

Senada dengan Marvn, Nico Alyus, CEO OmniVR, juga mengatakan bahwa harga hardware yang mahal jadi salah satu penghalang utama bagi industri VR di Indonesia untuk tumbuh. “UMR di Indonesia itu hanya Rp3,5-4 juta, sedangkan satu paket alat VR yang complete itu seharga Rp40 juta,” kata Nico pada CNBC Indonesia. “Artinya, orang harus nggak makan selama 10 bulan, baru dia bisa beli alat VR.” Berdasarkan data internal dari OmniVR, selama 3 tahun — sejak 2016 sampai 2019 — total alat VR yang terjual di Indonesia hanya mencapai 228 unit.

HTC Vive bisa dihargai belasan sampai puluhan juta.

Ketika ditanya tentang masa depan industri VR, Marvin mengatakan, selama harga hardware VR masih cukup mahal, maka teknologi VR akan sulit untuk menjadi mainstream. “Hardware seharga Rp7 juta itu, orang-orang yang tidak tinggal di kota besar, seperti nelayan atau petani, mereka tidak bisa afford hardware itu. Bagi mereka, smartphone seharga Rp1-2 juta saja sudah terbilang mahal. Harga Rp7 juta hanya bisa di-afford oleh orang-orang level menengah atas,” ujarnya.

Masalah lainnya adalah konten. Marvin berkata, “Popularitas VR tergantung konten. Apakah konten yang bisa diakses melalui VR mempengaruhi produktivitas atau tidak. Kalau hanya sebatas entertainment, hardware VR ya akan diperlakukan sama seperti konsol.”

Kabar baiknya, selama pandemi, minat masyarakat Indonesia akan VR naik. Menurut Marvin, hal ini terjadi karena orang-orang yang sudah lama terkurang di rumah tengah mencari metode hiburan baru. Hal lain yang mendorong pertumbuhan industri VR adalah keberadaan Oculus Quest 2. Keberadaan hardware itu membantu karena Anda bisa menggunakan Quest 2 tanpa harus menghubungkannya ke komputer. Dan Anda bisa melakukan setup dengan smartphone.

Siapa Target Pasar VR di Indonesia?

Meski pasar VR tidak sebesar yang diperkirakan beberapa tahun lalu, Indonesia tetap punya pasar VR. Marvin menjelaskan, bisnis VR milik Agate menargetkan perusahaan sebagai klien, berbeda dengan game yang Agate buat, yang ditujukan untuk konsumen.

Marvin menjelaskan, biasanya, perusahaan menggunakan teknologi VR untuk membuat simulasi latihan dari tugas yang punya risiko tinggi. Contohnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. “Dengan VR, biaya latihan bisa menjadi lebih terjangkau. Selain itu, keamanan pegawai pun menjadi lebih terjamin,” ujarnya. Selain perusahaan kontruksi, perusahaan lain yang biasanya menjadi klien Agate adalah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dan pertambangan

“Perusahaan pertambangan adalah yang paling banyak. Karena, mereka menggunakan alat berat yang besar-besar semua,” jelas Marvin. “Untuk melatih pegawai, daripada menggunakan truk seukuran 10 meter, bisa bahaya kalau terguling, lebih baik menggunakan VR.” Dia menambahkan, pihak lain yang sering menggunakan VR adalah militer. Memang, salah satu proyek VR pertama — yang dikembangkan pada tahun 1960-an — dibuat untuk keperluan militer Amerika Serikat.

Marvin merasa, di masa depan, VR akan terus digunakan sebagai alat latihan perusahaan. Pasalnya, pelatihan menggunakan VR terbukti efektif. Dia memberikan contoh pelatihan menembak.

“Ada yang namanya imaginary training, untuk latihan menembak. Jadi, ada orang yang memang latihan manual, ada yang latihan dengan simulasi menggunakan VR, dan ada yang tidak latihan sama sekali,” ungkap Marvin. “Hasilnya, tingkat akurasi dari orang yang berlatih menggunakan VR hampir sama dengan orang yang latihan secara manual. Sementara orang yang tidak berlatih sama sekali menunjukkan tingkat akurasi paling rendah.”

Mengingat simulasi VR biasanya digunakan untuk latihan dalam sebuah perusahaan, proses pembuatannya pun berbeda dengan proses pengembangan game. Marvin menyebutkan, sebelum membuat simulasi VR untuk sebuah perusahaan, Agate biasanya akan bertemu dengan perwakilan perusahaan untuk membahas tentang requirement yang mereka butuhkan. “Karena kebutuhan perusahaan adalah untuk latihan, simulasi harus disesuaikan dengan skillset yang diperlukan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) perusahaan,” kata Marvin.

“Jika perusahaan sudah tahu requirement apa saja yang mereka butuhkan, biasanya mereka akan mengeluarkan request for proposal, yaitu undangan bagi para vendor untuk mengajukan proposal mereka,” ujar Marvin. Menariknya, perusahaan-perusahaan yang berkutat di dunia VR biasanya adalah developer game atau penyedia solusi VR. Marvin menjelaskan, hal ini terjadi karena perusahaan yang bisa membuat simulasi VR hanyalah mereka yang memang mengerti teknologi VR. Apalagi karena proses pembuatan aplikasi VR akan tergantung pada jenis headset yang digunakan perusahaan.

Selain untuk latihan, perusahaan biasanya menggunakan teknologi VR untuk menyebarkan informasi produk atau melakukan edukasi produk ke konsumen. Meskipun begitu, Marvin menekankan, ketika Agate membuat aplikasi VR, interaksi yang terjadi di simulasi itu tetaplah layaknya game.

[Tekno] Microsoft Umumkan Windows 11 SE, Versi Lebih Ringan untuk Laptop Pelajar

Microsoft hari ini meluncurkan Windows 11 SE, varian baru sistem operasinya yang ditujukan untuk bidang edukasi. Windows 11 SE — singkatan dari “Student Edition” — berbeda dari fitur S Mode, sebab varian ini tidak dibatasi agar hanya bisa mengunduh aplikasi dari Microsoft Store saja. Malahan, Microsoft Store justru tidak ada di Windows 11 SE.

Sebagai gantinya, Microsoft membatasi Windows 11 SE dengan cara yang berbeda, semisal dengan menyederhanakan fitur Snap Layout maupun menghilangkan fitur Widget. Tujuannya bukan cuma untuk mengurangi distraksi, tetapi juga untuk memastikan Windows 11 SE bisa berjalan dengan mulus di laptop dengan spesifikasi low-end.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Windows terasa berat di laptop dengan spesifikasi rendah, terutama jika dibandingkan dengan Chrome OS. Windows 11 SE pada dasarnya hadir untuk mematahkan anggapan tersebut, dan ini bisa dilihat dari perangkat terbaru yang Microsoft luncurkan bersamaan dengan OS baru tersebut: Surface Laptop SE.

Windows 11 SE akan tersedia di Surface Laptop SE dan deretan laptop pelajar lain dari berbagai pabrikan / Microsoft

Dibanderol $250, Surface Laptop SE punya spesifikasi yang mirip seperti jajaran Chromebook yang dipasarkan di kisaran harga yang sama: prosesor Intel Celeron N4020, RAM 4 GB, dan storage eMMC sebesar 64 GB. Berkat sederet optimasi yang Microsoft terapkan pada Windows 11 SE, Microsoft percaya performanya bakal mulus di spesifikasi serendah itu.

Namun Surface Laptop SE tentu bukan satu-satunya opsi yang tersedia bagi sekolah-sekolah dan institusi pendidikan yang membutuhkan alternatif terhadap Chromebook. Ke depannya, mereka juga bisa membeli laptop Windows 11 SE dari pabrikan-pabrikan seperti Acer, Asus, Dell, Dynabook, Fujitsu, HP, JK-IP, Lenovo, dan Positivo.

Windows 11 SE tidak selamanya harus digunakan selagi online. Aplikasi-aplikasi Office macam Word, PowerPoint, Excel, OneNote, dan OneDrive tetap bisa digunakan secara offline di laptop Windows 11 SE. Di saat yang sama, Windows 11 SE juga sepenuhnya mendukung pembelajaran berbasis web, baik menggunakan browser Edge maupun Chrome.

Kalau benar Windows 11 SE punya performa yang bagus di laptop berspesifikasi low-end, tentunya ini bisa jadi alternatif yang menarik terhadap Chromebook buat sekolah-sekolah, terutama yang tidak bisa meninggalkan ekosistem Windows (karena menggunakan software yang cuma tersedia di Windows, misalnya).

Sumber: Microsoft.

Hero Support Terbaik Mobile Legends di Tahun 2021

Role sebagai Support adalah peran yang jarang diperhatikan oleh para pemain Mobile Legends. Mulai dari karena Support jarang mendapatkan Kill hingga pengaruhnya dalam pertempuran yang terkesan minim. Padahal seorang Support mempunyai andil yang sama berartinya dengan role lainnya dalam setiap kemenangan tim.

Pemilihan Hero-Hero Support dalam game juga sering sekali terabaikan. Banyak pemain yang menggunakan Hero bertipe lain untuk menjadi Support. Padahal banyak Hero Support yang punya potensial besar untuk membantu tim meraih kemenangan.

Berikut ini 5 hero supports terbaik Mobile Legends, menurut saya, di tahun 2021:

1. Angela

Angela adalah Hero Support Mage yang mempunyai kemampuan melindungi rekan-rekannya dengan baik. Dengan skill ultimatenya, Angela mampu membuat shield untuk melindungi temannya. Selain itu, Angela juga dapat berpindah ke hero teman mereka tersebut dan membantunya dalam pertarungan. Oleh karena itu, Angela dapat berguna di Ranked manapun di MLBB.

Bukan itu saja, Angela juga dapat menjadi Hero Mage damage kedua bagi tim. Dengan skill pertamanya Angela dapat memberikan magic damage yang cukup besar bagi seorang Support. Ditambah lagi, skill kedua bisa membuat efek crowd control (CC) berupa root ke lawan. Dengan skillset-nya, Angela memiliki kelengkapan dari sisi melindungi lawan, memberikan damage, dan juga memberikan CC. Kelengkapan itulah yang membuat Angela jadi salah satu yang terbaik.

2. Rafaela

Hero Support terbaik selanjutnya adalah Rafaela. Meta pertempuran Mobile Legends saat ini membuat para pemain harus bisa melakukan roaming, ganking, dan mempunyai skill yang beragam. Rafaela adalah salah satu Hero Support roaming yang dapat melakukan hal tersebut.

Skill dari Rafaela mempunyai efek yang komplet. Mulai dari damage yang diberikan untuk lawan dengan skill pertamannya, heal kepada teman dengan skill keduannya, hingga efek CC dan damage kepada hero-hero musuh dengan skill ultimatenya. Oleh karena itu, Rafaela menjadi opsi support yang bagus untuk digunakan.

3. Estes

Estes merupakan salah satu Support murni di dalam Mobile Legends. Tugas utama dari Estes adalah memberikan heal terus menerus kepada anggota tim yang lainnya. Apabila dikombinasikan dengan Hero Fighter dan Tank yang benar, maka Estes bisa membuat mereka tidak terkalahkan dalam pertempuran.

Hal yang menakutkan dari pengunaan Estes adalah Hero tersebut dapat mengubah arah permainan di late-game. Saat pertempuran semakin sengit dan vital, Estes dapat menjadi Hero penyelamat bagi rekan-rekan timnya dengan kemampuan heal yang tidak akan habis. Meskipun Estes tidak mempunyai kemampuan damage yang tinggi, namun kemampuan heal-nya adalah yang terbaik dibanding Hero-hero lainnya.

4. Diggie

Diggie adalah Hero Support yang bahkan punya meta sendiri, Diggie feeder, yang muncul tahun 2020 kemarin. Hingga saat ini Diggie menjadi salah satu hero support terbaik yang dapat digunakan. Skill ultimate dari Diggie dapat memberikan shield dan CC immunity kepada hero tim di sekitar. Kemampuan ini sangat cocok digunakan saat pertempuran 5 lawan 5 berlangsung.

Selain itu, Diggie mempunyai peran utama untuk merusak komposisi hero lawan dalam game. Skill pasifnya adalah yang membuat Diggie sangat istimewa. Pasalnya, saat ia mati, ia masih bisa berguna dengan menjadi vision untuk tim dan mengawasi pergerakan lawan-lawannya.

5. Kaja

Kaja adalah salah satu hero Mobile Legends yang mempunyai kemampuan beragam. Kaja dapat digunakan sebagai Supports, Fighter, atau bahkan Tank. Hal ini karena Kaja mempunyai skill pemberi damage, mobilitas, hingga CC. Selain itu stat HP dan Armor dari Kaja juga cukup tinggi mulai dari awal permainan.

Skill ultimate dari Kaja yang membuatnya sangat berguna saat ganking ataupun pertempuran tim. Skill ini dapat menangkap musuh dan menyeretnya sesuai keinginan. Kaja dapat menggunakannya untuk menangkap hero musuh yang paling kuat dan menyeretnya untuk dihajar bersama.

Penutup

Itulah tadi 5 Hero Support terbaik dalam Mobile Legends, bagi saya pribadi. Hero-Hero Support di atas tetap membutuhkan teamwork yang bagus dengan anggota tim lainnyya. Gaya permaian dan skill para pemain juga tentunya mempengaruhi penggunaan Hero Support.

Belum Rilis, Forza Horizon 5 Sudah Dimaikan oleh 1 Juta Pemain Lebih

9 November 2021, game balap Forza Horizon 5 akhirnya resmi dapat dimainkan oleh para gamer di seluruh dunia. Game balap open-world dengan latar Meksiko tersebut memang menjadi salah satu game yang paling ditunggu tahun ini. Bahkan karena tidak sabarnya, Forza Horizon 5 berhasil menembus 1 juta pemain bahkan sebelum game-nya dirilis.

Hal tersebut dimungkinkan karena adanya fitur early-access bagi mereka yang membeli Premium Edition. Jadi, para gamer yang membeli edisi tersebut sudah dapat memainkan game-nya sejak tanggal 5 November kemarin. Padahal game-nya sendiri juga dapat dimainkan secara gratis lewat Xbox Game Pass.

Apalagi sebelum sesi early-access tersebut tiba, Forza Horizon 5 juga telah merilis review dari berbagai media gaming dan juga influencer. Mayoritas memberikan penilaian positif terhadap game ini. Bahkan salah satu yang paling mengejutkan adalah ketika IGN memberikan nilai 10/10 yang sebelumnya hanya bisa diraih oleh game-game yang istimewa seperti Red Dead Redemption 2 dan God of War.


Data satu juta pemain ini ditemukan oleh salah satu streamer bernama Stallion83 yang memperlihatkan jumlah pemain yang mengikuti tantangan dalam game-nya saat berstatus early-access. Menariknya lagi, sudah ada lebih dari 1 juta pemain yang telah mencoba tantangan tersebut bahkan sebelum game-nya dirilis resmi.

Fitur early-access atau bermain lebih awal lewat pembelian edisi tertentu sebuah game memang bukan hal yang baru. Namun hak istimewa tersebut bukan tanpa resiko. Beberapa gamer yang memainkan versi early-access ini kerap mengalami beberapa masalah seperti game yang mengalami force close, frame rate yang kadang tidak stabil dan bahkan terjadi stutter, hingga ke permasalahan koneksi server yang belum stabil.

Image Credit: Microsoft

Namun hal tersebut kelihatannya tidak menghentikan para gamer untuk menikmati game ini setelah 3 tahun menunggu. Forza Horizon 5 memang menjadi game pertama yang tidak dirilis dalam siklus waktu dua tahunan.

Untungnya penantian para gamer kini terbayar karena terlepas beberapa masalah teknis yang akan segera diperbaiki, developer Playground Games berhasil menyajikan sebuah game balap yang dapat dinikmati oleh semua orang.