EVOS Esports Gantikan Gaming House dengan Integrated Training Facility

EVOS Esports baru saja memperkenalkan Integrated Training Facility (ITF) pada Jumat, 8 Oktober 2021. Terletak di One Belpark Mall, ITF akan berfungsi sebagai pusat operasi dari EVOS. ITF memiliki luas sebesar 765 meter kuadrat dan terdiri dari 18 ruangan, termasuk lobi, ruang konferensi, pantry, dan lain sebagainya.

“Kami meluncurkan ITF untuk menghadirkan infrastruktur pelatihan yang efektif sehingga dapat meningkatkan performa atlet esports kami,” ujar Co-Founder & Chief Business Officer EVOS Esports, Hartman Harris dalam konferensi pers virtual. “Selain itu, kami juga ingin agar ITF menjadi pusat dari semua kegiatan EVOS dan bisa mendorong pertumbuhan ekosistem esports di Indonesia.”

Hartman menjelaskan, salah satu fungsi ITF adalah untuk menggantikan gaming house sebagai tempat berkumpul dan berlatih para atlet esports EVOS. Dengan keberadaan ITF, semua pemain dan pelatih di bawah EVOS akan bisa berkumpul di satu tempat. Harapannya, hal ini bisa membuat mereka berlatih dengan efisien dan meningkatkan performa mereka saat bertanding di kompetisi. Tak hanya itu, ITF juga difasilitasi dengan studio yang bisa digunakan oleh kreator konten dan brand ambassador di bawah EVOS untuk membuat konten.

EVOS ITF akan jadi pusat operasi dari EVOS Esports.

Sementara itu, Co-Founder & Chief Marketing EVOS Esports, Michael Wijaya mengatakan, EVOS punya banyak rencana untuk menggunakan ITF di masa depan. Sayangnya, saat ini, ITF hanya bisa digunakan oleh staf EVOS dan tidak dibuka untuk masyarakat umum. Salah satu alasannya karena pandemi. Namun, ke depan, tidak tertutup kemungkinan, EVOS akan mengundang para fans yang terpilih untuk mengunjungi ITF. Jika Anda penasaran dengan penampilan ITF, Anda bisa mencoba untuk menikmati kunjungan tur virtual di itf.evos.gg.

Selain di Indonesia, EVOS juga beroperasi di beberapa negara di Asia Tenggara. Salah satunya di Filipina. Faktanya, Nexplay EVOS — yang bertanding di Mobile Legends Professional League (MPL) Philippines Season 8 — merupakan tim paling populer di kompetisi itu. Sayangnya, tim-tim EVOS di luar Indonesia tidak bisa menggunakan ITF untuk saat ini karena pandemi. Namun, tidak tertutup kemungkinan, EVOS akan membangun fasilitas pelatihan lain di luar Indonesia.

Brio Virtual Drift Challenge 2 Kembali Hadir dengan Visual Lebih Apik dan Kompetisi Lebih Menantang

PT Honda Prospect Motor (HPM) secara resmi memperkenalkan Brio Virtual Drift Challenge (BVDC) 2 pada tanggal 7 Oktober 2021 kemarin. Dikembangkan oleh Anantarupa Studios, BVDC 2 melanjutkan jejak game sebelumnya dan kembali menantang para pemain untuk melangsungkan atraksi slalom dalam waktu tercepat.

BVDC 2 menggunakan seluruh tipe Honda Brio, termasuk halnya Honda Brio RS Urbanite sebagai opsi mobil yang dapat dipilih oleh para pemain. Dengan mengikuti petunjuk arah yang tampil pada layar, pemain diajak untuk melakukan atraksi slalom hingga mencapai garis finis. Pemain juga punya kesempatan untuk mendapatkan poin tambahan yang akan membantu mengurangi perolehan waktu pada akhir permainan.

BVDC 2 hadir dengan 21 trek baru yang terbagi dalam 7 latar belakang kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Banjarmasin, dan Medan. Supaya semakin relatable, pemain juga bakal menjumpai lokasi-lokasi ikonis dari masing-masing kota.

Di setiap kota, pemain harus melewati tantangan yang terbagi dalam tiga mode: Easy Mode, Medium Mode, dan Hard Mode. Ketiganya harus dimainkan secara bertahap sebagai syarat untuk melanjutkan ke kota berikutnya.

Guna menambah keseruan, Honda sudah berencana untuk menggelar kompetisi BVDC 2 sebanyak 7 seri, plus satu seri final yang akan mempertemukan sepuluh pemain tercepat dari tiap seri.

Tiap-tiap seri akan digelar dengan menggunakan trek khusus yang berbeda-beda dan dapat dimainkan dalam waktu 7 hari. Setiap harinya, masing-masing pemain bakal mendapatkan 10 kali kesempatan untuk mencatatkan waktu terbaiknya di leaderboard. Dengan kata lain, pemain punya total 70 kali kesempatan untuk setiap seri kompetisi.

Pada setiap seri, 30 peserta dengan catatan waktu tercepat akan mendapatkan merchandise menarik dari Honda. Honda juga telah menyiapkan total hadiah uang tunai sebesar 75 juta rupiah untuk 10 peserta teratas yang berlaga di seri akhir.

Kompetisi BVDC 2 ini akan berlangsung dari 21 Oktober 2021 hingga 7 Maret 2022. Berikut adalah jadwal lengkapnya:

Seri Jadwal Trek
Seri 1 21 – 16 Oktober 2021 Tugu Monas
Seri 2 3 – 9 November 2021 Tugu Pahlawan
Seri 3 17 – 23 November 2021 Monumen BLA
Seri 4 1 – 7 Desember 2021 Tugu Muda
Seri 5 19 – 25 Januari 2022 Tugu PKK
Seri 6 2 – 8 Februari 2022 Monumen Mandala
Seri 7 15 – 22 Februari 2022 Old City Hall
Seri Akhir 2 – 7 Maret 2022 Parkir Timur Senayan

Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor, mengatakan, “Setelah sukses menghadirkan BVDC tahun lalu, kali ini BVDC 2 hadir dengan rancangan permainan yang lebih menarik secara visual dan cara bermain serta hadiah yang lebih besar. Game ini dihadirkan untuk mempertahankan DNA sporty dari Honda dengan membawa semangat ‘Everyone Can Race’ kepada lebih banyak orang di Indonesia dengan kompetisi yang lebih seru dan menantang. Kami berharap, game serta kompetisi ini juga mendapatkan antusiasme yang besar dari para gamers.”

Buat yang tertarik berpartisipasi, Brio Virtual Drift Challenge 2 dapat diunduh di perangkat Android maupun iOS.

Kompilasi Review Windows 11: Menarik sih tapi Jangan Upgrade Sekarang

Windows 11 akhirnya resmi dirilis Microsoft tanggal 5 Oktober 2021 lalu. Bagi Anda yang sudah menggunakan Windows 10, Microsoft menawarkan upgrade gratis ke Windows 11.

Bagi Anda yang ingin mencoba sendiri, Anda bisa langsung download Windows 11 di tautan ini.

Sebelum kita masuk ke pembahasannya, saya harus mengatakan jika saya memang tidak mencoba sendiri Windows 11 karena, jujur saja, saya masih malas (wkwkwkwk…) dan lebih ingin menunggu perkembangan nantinya. Jadi, semua hasil penilaiannya milik masing-masing media yang akan saya sebutkan nanti di artikel ini.

 

Carut Marut tentang Kebutuhan Spesifikasi Windows 11

Microsoft memang sudah menuliskan kebutuhan spesifikasi Windows 11 sebagai berikut (yang saya ambil dari laman resmi Microsoft):

  • Prosesor: CPU 64-bit dengan kecepatan 1GHz atau lebih kencang dengan 2 core atau lebih. Atau kalau Anda masih bingung, Anda bisa melihat daftar lengkapnya dari Microsoft di sini.
  • RAM: 4GB
  • Storage: 64GB
  • System Firmware: UEFI, Secure Boot capable
  • TPM: TPM 2.0.
  • Kartu Grafis: Compatible dengan DirectX 12 atau lebih dengan driver WDDM 2.0.

Spesifikasi di atas sepertinya sederhana namun nyatanya tidak semudah itu. Kawan saya, Alva Jonathan dari Jagat Review, menuliskan jika ada potensi masalah antara spesifikasi yang ditulis tadi dengan daftar CPU yang didukung.

Di spesifikasi prosesor di atas, memang kelihatannya ada banyak prosesor yang bisa menjalankan Windows 11. Tapi sayangnya, jika kita melihat daftar dari Microsoft, hanya AMD Ryzen 2000 Series ke atas dan Intel Core 8th Gen ke atas yang ada dalam daftar. Meski dengan beberapa pengecualian untuk Intel Core 7th Gen (yang sebenarnya sudah membingungkan juga).

Alva pun mencoba menggunakan i7-6700K (yang dirilis Q3 tahun 2015) yang memang tidak ada di daftar yang dirilis Intel dan ternyata memang CPU tersebut tidak mendukung Windows 11.

Image credit: Microsoft

Selain soal CPU tadi, ketidakjelasan soal TPM 2.0 juga jadi masalah. Microsoft yang menuliskan jika Windows 11 butuh TPM 2.0 tapi Microsoft juga yang menyediakan solusi untuk upgrade ke Windows 11 tanpa dukungan TPM 2.0.

Anda bisa membaca solusi soal TPM 2.0 yang bisa dicoba di artikel Jagat Review atau di artikel PC Gamer ini.

TechRadar dan Engadget juga mengutarakan soal spesifikasi hardware yang membingungkan atau terlalu terbatas.

Lebih anehnya lagi, Microsoft bahkan sempat menyebutkan jika mereka mengizinkan PC yang tidak memiliki dukungan tetap bisa di-install Windows 11 tapi tidak akan mendapatkan update di kemudian hari.

Jika Anda bingung soal spesifikasi itu tadi, jangan khawatir, saya juga bingung… Wkawkawkawk

 

UI Windows 11 yang Seksi tapi UX yang Kurang Memuaskan

Jika ada satu hal yang mendapatkan pujian, kompak dari berbagai media adalah soal tampilan baru yang disuguhkan oleh Windows 11.

Beberapa media menyebutkan jika UI Windows 11 tampil lebih rapih, mulus, dan modern. Jika dari melihat tampilannya saja, saya juga setuju jika Windows 11 memang terlihat jauh lebih modern dan mulus.

Anda bisa melihat desain UI yang disuguhkan Windows 11 di video review dari The Verge di bawah ini.

Namun demikian, sayangnya, meski tampil lebih cantik UX dari Windows 11 mendapatkan kritikan dari sisi fungsinya.

Review The Verge di atas yang mengatakan jika Anda hanya akan melihat Taskbar di layar utama. Jadi, jika menggunakan multi monitor, Anda tidak dapat melihat informasi yang ada di sudut kanan Taskbar (Notification Area) jika monitor utama sedang digunakan full-screen (seperti saat menonton atau main game). Saya pribadi yang menggunakan 2 monitor merasa akan sangat kehilangan dengan absennya Taskbar di monitor tambahan. Pasalnya, saya kerap melirik ke kanan bawah layar kedua untuk melihat jam, meski monitor utama sedang digunakan full-screen.

Selain itu, The Verge juga mengatakan jika Microsoft sepertinya terlalu memaksakan soal Microsoft Edge yang masih akan kerap muncul meski Default App untuk browser sudah diganti.

Oh well… Namanya juga usaha. Setidaknya sekarang sudah tidak ada lagi Internet Explorer… Nyahahaha

 

Performa Windows 11 yang Tidak Jauh Beda dengan Windows 10

Lalu terakhir, bagaimana soal performa? Selain tampilan, tentu saja performa jadi salah satu, jika tidak yang paling krusial, jika Microsoft ingin pengguna beralih dari Windows 10 ke Windows 11.

Jagat Review menunjukkan jika tidak ada perbedaan performa antara Windows 11 dan Windows 10. Demikian juga dengan PC Gamer yang mengungkap tidak ada perbedaan performa gaming antara Windows 11 dan Windows 10.

Performa yang setara antara Windows 10 dan Windows 11 ini sebenarnya bisa berarti positif — setidaknya Anda tak perlu khawatir PC Anda akan melambat. Namun performa yang sama juga berarti tidak ada alasan yang kuat kenapa kita harus upgrade ke Windows 11.

Apalagi, sejumlah prosesor AMD dilaporkan mengalami penurunan sebesar 15% di Windows 11.

Sebenarnya, ada 2 hal menarik dari sisi gaming yang coba ditawarkan oleh Windows 11. Fitur pertama adalah DirectStorage yang merupakan teknologi Xbox yang bisa digunakan untuk mempercepat performa gaming. Sedangkan yang kedua adalah Auto HDR yang juga teknologi dari Xbox untuk mempercantik game di game tanpa dukungan HDR di monitor HDR.

Sayangnya, fitur DirectStorage masih belum bisa dimanfaatkan karena developer game harus mengimplementasikan fitur tersebut. Sedangkan Auto HDR juga membutuhkan Anda upgrade ke monitor yang sudah mendukung teknologi HDR yang harganya masih mahal.

 

Penutup

Akhirnya, lambat laun, mau tidak mau, kita harus berganti ke Windows 11 karena memang tidak ada pilihan lainnya jika ingin terus menggunakan Windows, kecuali Anda pindah ke Linux, Chrome OS, atau MacOS.

Namun, untuk sekarang, sepertinya lebih baik jika kita bersabar menunggu update dari berbagai pihak. Setidaknya, Microsoft masih memberikan batas waktu bagi Anda yang ingin upgrade gratis ke Windows 11 sampai di tahun 2022 — meski belum ada tanggal pasti batas waktu upgrade-nya.

Cara Topup VALORANT yang Murah, Aman, dan Nyaman, beserta Harga Skin di VALORANT

Sebagai game baru, VALORANT sukses memikat hati para penggemarnya. Cara bermain yang kompleks dan desain yang keren membuat game ini terasa unik untuk dimainkan. Popularitasnya melejit dengan cepat, tak terkecuali di Indonesia.

VALORANT merupakan game FPS yang dapat dimainkan secara gratis. Di sini, tersedia pula pilihan skin untuk mempercantik Agent Anda saat beraksi. Skin tersebut ada yang bisa didapatkan secara gratis dan ada yang perlu membeli untuk mendapatkannya. Pembelian bisa dilakukan dengan top-up.

sumber: Riot

Banyak metode yang tersedia untuk top-up di VALORANT. Metode tersebut antara lain bisa melalui kartu kredit, pulsa, dompet elektronik, dan masih banyak lagi.

Namun tidak semua orang, khususnya di Indonesia, memiliki kartu kredit ataupun akun PayPal seperti yang lazim digunakan di luar negri. Tapi tenang, Anda tetap bisa melakukan topup dengan mudah dengan cara lain.

Berikut ini adalah sejumlah cara top-up VALORANT murah dan aman.

Codashop

Berikut ini langkah-langkah untuk melakukan top-up di Codashop:

1.Kunjungi Codashop dan pilih VALORANT. (klik di sini.)

2.Masukkan Riot ID Anda, lalu pilih nominal yang diinginkan.

3.Pilih metode pembayaran yang tersedia. Codashop menawarkan berbagai metode pembayaran untuk kenyamanan pengguna.

4. Isi e-mail di kolom yang telah disediakan dengan e-mail yang Anda gunakan.

6. Top-up telah berhasil dilakukan. Points VALORANT akan masuk setelah beberapa menit.

Itemku

Berikut ini langkah-langkah untuk melakukan top-up di Itemku:

1.Kunjungi Itemku dan cari kategori VALORANT. (Link di sini.)

2.Pilih dagangan dan lakukan pembelian.

3.Masukkan Nickname+Tag  Anda pada saat pemesanan.

4.Lakukan pembayaran atas pesanan Anda.

5.Tunggu sampai penjual memproses pesanan Anda.

6.Jika sudah terkirim, cek kembali Points Valorant Anda.

7. Jika sudah sesuai, klik Selesai untuk menyelesaikan pesanan Anda.

Unipin

Untuk saat ini, Unipin belum menyediakan opsi untuk melakukan top-up VALORANT di Unipin. Di masa yang akan datang, mungkin Unipin akan menyediakan opsi tersebut.

sumber: Riot

Tokopedia atau Shopee

Top-up via Online Shop, seperti Tokopedia dan Shopee, memiliki cara yang hampir sama dengan Itemku. Keduanya dapat menjadi pilihan bila Anda memiliki saldo di situs e-commerce tersebut.

Berikut ini langkah-langkah untuk melakukan top-up di Tokopedia atau Shopee:

1. Kunjungi Tokopedia (link di sini) atau Shopee (link di sini).

2.Pilih VALORANT, lalu pilih dagangan dan lakukan pembelian.

3.Masukkan Nickname+Tag  Anda pada saat pemesanan.

4.Lakukan pembayaran atas pesanan Anda.

5.Tunggu sampai pesanan Anda diproses.

6.Jika sudah terkirim, cek kembali Points Valorant Anda.

7. Jika sudah sesuai, klik Selesai untuk menyelesaikan pesanan Anda.

Telkomsel (via pulsa)

Untuk saat ini, Anda bisa memakai layanan di Itemku, untuk topup VALORANT memakai pulsa. Itemku memberikan layanan pembayaran memakai pulsa Telkomsel.

Sedangkan untuk Codashop, belum tersedia pilihan pembayaran memakai operator Telkomsel.

Untuk topup menggunakan pulsa di operator seluler lain, seperti 3, XL, atau Smartfren, bisa dilakukan di Codashop dan Itemku.

sumber: Riot

Daftar Harga Skin VALORANT

VALORANT memiliki sistem unik dalam menentukan harga skin mereka. Skin tersebut dibagi menjadi lima kategori yang dituliskan di situs resmi VALORANT.. Berikut ini adalah daftar kategori beserta VALORANT Points (VP):

SE.jpg Select Edition SE 875 VP
 DE.jpg Deluxe Edition DE 1275 VP
 PE.jpg Premium Edition PE 1775 VP
 UE.jpg Ultra Edition UE 2475 VP
 XE.jpg Exclusive Edition XE Variasi

Perbandingan antara VP dan nominalnya di Rupiah bisa bervariasi, tergantung dari berapa harga VP yang dijual. Anda bisa mengecek daftar skin VALORANT dalam VP di sini.

Sebagai contoh, kita bisa memakai harga Codashop sebagai acuannya. Setiap 125 VALORANT Points dihargai sebesar Rp15 ribu, jadi per 1000 VP-nya, bisa diasumsikan seharga Rp100-120 ribu, tergantung harga yang diberikan.

Epic Games Store Bakal Dapat Sistem Achievement

Di tahun 2018 silam, Epic Games meluncurkan sebuah platform sekaligus tempat distribusi game digital bernama Epic Games Store. Beberapa saat setelah perilisannya, Epic Games Store langsung mencuri perhatian — mengingat saat itu mereka langsung membagikan sejumlah game berbayar secara gratis ke penggunanya. Apakah Anda salah satu orang yang mengambil game gratis yang dibagikan oleh Epic Games Store?

Image Credit: Epic Games

Kini, setelah hampir 3 tahun sejak debutnyaEpic Games dikabarkan akan menyematkan sistem achievement yang dinamakan “Epic Achievements” di Epic Games Store. Sistem achievement ini disebut-sebut akan mulai meluncur pada pekan depan. Hal ini diumumkan secara resmi oleh pihak Epic Games pada blog resmi mereka.

Saat peluncurannya, Epic Achievements baru bisa ditemukan pada Rocket League, Hades, Pillars of Eternity, Humankind, Zombie Army 4, Alan Wake Remastered, serta beberapa game lainnya. Tidak berhenti di 6 game tersebut, pihak Epic Games menjanjikan akan membawa sistem achievement ini ke game-game favorit Anda dalam waktu dekat.

Cara kerja sistem achievement yang hadir pada Epic Games Store sebenarnya mirip dengan sistem trophies milik PlayStation. Epic Achievements memiliki 4 tier dengan reward XP yang berbeda — yaitu Bronze, Silver, Gold, dan Platinum. Untuk mendapatkan Platinum, Anda harus memperoleh 1000 XP di satu game. 

Berikut adalah reward XP untuk masing-masing tier:

  • Bronze dengan reward 5-45 XP
  • Silver dengan reward 50-95 XP
  • Gold dengan reward 100-200 XP
  • Platinum dengan reward 250 XP

Sebelum Epic Achievements ini, Epic Games memang memiliki sistem achievement yang dirilis tahun lalu. Sistem achievement lama yang dinamakan “developer achievements” ini dimiliki dan diurus secara penuh oleh pihak developer. 

Namun, menurut Epic, developer achievements ini berbeda dengan sistem achievement terbaru mereka. Epic Achievements disebut-sebut akan menambah keuntungan untuk pemain dan membawa mereka lebih sejajar dengan sistem achievement di platform lain.

Mendengar nama Epic Games pastinya tidak lepas dari kasus Epic vs Apple yang booming beberapa waktu lalu. Kasus mereka bahkan menyebabkan beberapa rahasia industri gaming terumbar. Baru-baru ini, ternyata kasus tersebut dikabarkan telah selesai dengan hasil akhir Epic yang dinyatakan menang dalam gugatannya melawan Apple. Anda bisa membaca lebih lengkap tentang isu tadi di sini.

SteelSeries Diakuisisi Induk Perusahaan Jabra dengan Mahar $1,24 Miliar

Akuisisi produsen periferal gaming yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan besar seakan menjadi tren yang cukup populer dalam dua tahun terakhir ini. Yang terbaru, ada SteelSeries yang diakuisisi oleh GN.

Siapa itu GN? Well, mereka adalah perusahaan asal Denmark yang sudah berdiri ratusan tahun, namun sebagian dari kita mungkin lebih mengenalnya sebagai induk perusahaan Jabra. Tentu saja ini bukan suatu kebetulan; baik SteelSeries, GN, maupun Jabra sama-sama memiliki markas utama di Denmark.

Tidak tanggung-tanggung, GN menyiapkan mahar sebesar 8 miliar Danish Krone (DKK), atau setara 17,65 triliun rupiah, untuk mengakuisisi rival terdekat Razer tersebut. Dalam kurs dolar Amerika Serikat, nilainya setara $1,24 miliar. Angka tersebut cukup fantastis. Sebagai perbandingan, Februari lalu HP membayar $425 juta untuk mencaplok divisi periferal HyperX.

Pasca akuisisi, SteelSeries masih akan beroperasi secara mandiri, tanpa perubahan pada jajaran kepemimpinannya. Namun kalau melihat fokus bisnis GN dan Jabra di bidang audio, tentu tidak menutup kemungkinan SteelSeries bisa berbagi hasil R&D dengan Jabra dalam mengembangkan produk audio masing-masing.

“Kami sedang dalam misi untuk terus mendorong batasan di esport dan gaming dengan produk beserta software kelas dunia, dan sekarang, dengan dukungan dari GN, kami bakal dapat memaksimalkan upaya-upaya ini,” ucap CEO SteelSeries, Ehtisham Rabbani, dalam siaran persnya.

Tanpa diakuisisi GN pun sebenarnya bisnis SteelSeries terkesan baik-baik saja. Tahun lalu, SteelSeries sendiri sempat mengakuisisi produsen gamepad KontrolFreek, serta ahli teknologi 3D audio, Nahimic. Kemudian pada bulan Mei kemarin, SteelSeries meluncurkan seri periferal gaming baru yang ditujukan untuk kalangan gamer kompetitif sekaligus atlet esport.

Dengan prediksi pasar PC gaming yang bakal terus menguat dalam beberapa tahun ke depan, keputusan akuisisi yang dilakukan GN ini pun jadi terdengar sangat masuk akal. Ke depannya, brand periferal gaming mana lagi yang kira-kira bakal dibeli oleh sebuah perusahaan besar?

Sumber: GN via Engadget.

Hybrid.co.id hadir juga di berbagai media sosial. Temukan konten yang menarik di Instagram atau follow akun Twitter kami. Jangan lupa juga untuk Likes Fanpage Facebook Hybrid.

Keuntungan Apple dari Game Ternyata Lebih Banyak dari Sony, Microsoft, dan Nintendo

Apple memang tidak pernah mengklaim dirinya sebagai merek yang berafiliasi dengan dunia gaming. Namun data baru malah menunjukkan bahwa brand asal Amerika Serikat ini memperoleh keuntungan besar dari video game. Padahal Apple tidak pernah mengembangkan konsol, game, atau bahkan gadget khusus untuk gaming.

Dari data yang dirilis oleh The Wall Street Journal, Apple dilaporkan telah meraup keuntungan sebesar US$8,5 miliar atau sekitar Rp120 triliun pada 2019 lalu. Angka fantastis tersebut bahkan mampu mengalahkan keuntungan gabungan yang diperoleh Sony, Microsoft, Activision, dan Nintendo.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, Apple tidak pernah membuat video game ataupun perangkat khusus untuk video game. Sehingga, keuntungan terbesar Apple berasal dari distribusi game-game pihak ketiga yang masuk ke dalam marketplace digital milik mereka yaitu App Store.

Apple memang bertindak sebagai perantara antara para penyedia game dengan konsumen yang meminta potongan 30% pada setiap transaksi yang terjadi pada App Store. Bila potongan tersebut dikalikan dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif iPhone di seluruh dunia, maka angka keuntungan sebelumnya masuk akal.

image credit: Unsplash

Dominasi Apple dalam pasar video game memang tidak datang dalam waktu semalam. Namun semuanya telah dimulai sejak Apple meluncurkan iPhone pertamanya pada 2007. Seiring perkembangannya CEO Apple, Steve Jobs dan timnya menyadari bahwa marketplace digital tersebut bisa jadi tambang emas baru bagi mereka.

Pasar mobile gaming berkembang menjadi pasar yang paling konsumtif dengan kecenderungan 50% gamer mobile cenderung mau mengeluarkan uang untuk di dalam game menurut data dari App Annie. Dilaporkan bahwa para pemain ini  mengeluarkan uang hingga US$45 miliar atau sekitar Rp641 triliun hanya di App Store selama tahun 2020 lalu.

Dua negara yang menyumbang paling besar terhadap keutungan tersebut adalah Tiongkok dan Amerika Serikat. Menariknya, 1% dari total para gamer yang mengeluarkan uangnya di App Store bahkan berperan dalam 64% angka penjualan dengan rata-rata mengeluarkan $2,694 atau sekitar Rp38 juta per tahunnya.

Namun dominasi Apple di pasar game mobile tengah terancam pasca perseteruannya dengan Epic Games. Meskipun putusan akhir berhasil membantah tuduhan bahwa Apple memonopoli pasar game mobile namun Apple juga diwajibkan membuka jalan bagi pihak-pihak lain untuk mendapat keuntungan dari transaksi yang terjadi di App Store.


Hybrid.co.id hadir juga di berbagai media sosial. Temukan konten yang menarik di Instagram atau follow akun Twitter kami. Jangan lupa juga untuk Likes Fanpage Facebook Hybrid.

Review Kitaria Fables: Petualangan Sederhana di Dunia yang Imut

Ada banyak kabar baik dari industri game lokal di Indonesia tahun ini, mulai dari program pendanaan developer lokal dan regional dari Agate dan Toge Productions sampai kehadiran puluhan game Indonesia di Gamescom. Di tahun ini, juga ada sejumlah game lokal yang diluncurkan. Salah satunya adalah Kitaria Fables.

Kitaria Fables dibuat oleh developer asal Yogyakarta, Twin Hearts. Melalui Kitaria Fables, Twin Hearts berusaha untuk menggabungkan elemen RPG Adventure dengan farming simulation. Salah satu hal yang membedakan Kitaria Fables dengan game farming simulation lainnya — seperti Stardew Valley atau Story of Seasons — adalah semua karakter yang hadir dalam game tersebut merupakan binatang antropomorfik. Faktanya, Anda akan bermain sebagai kucing.

Oke, sebelum saya membahas tentang pengalaman saya memainkan Kitaria Fables, saya harus membuat sebuah pengakuan. Saya adalah pecinta kucing. Saya berusaha untuk membuat review yang cenderung objektif, tapi saya tidak mungkin menutupi bias saya sepenuhnya.

Now, without further ado… 

Grafik dan Cerita

Kesan pertama yang saya dapat ketika saya memainkan Kitaria Fables adalah imut. Dan kesan ini bertahan bahkan setelah saya memainkan game ini selama belasan jam. Grafik 3D dari Kitaria Fables terlihat unyu, begitu juga dengan custcene 2D yang hadir di game tersebut.

Di Kitaria Fables, Anda bisa mengubah skin dari Nyanza Von Whiskers — sang tokoh utama. Dan jika Anda puas dengan skin yang tersedia, Anda bisa membeli DLC untuk mendapatkan skin ekstra. Walau Anda bisa memilih skin Nyanza, Anda tidak bisa memilih binatang lain sebagai karakter utama. Sebagai pecinta kucing, saya tidak menganggap hal ini sebagai masalah. Toh, saya tetap bisa mendandani Nyanza dengan armor, headgear, dan aksesori.

Anda bisa mengubah penamilan Nyanza.

Dari segi cerita, Kitaria Fables menawarkan plot yang sederhana dan straightforward. Nyanza adalah seorang tentara yang dikirim dari ibukota ke  desa bernama Paw Village. Alasan Nyanza dikirim ke desa itu adalah karena monsters di sekitar Paw Village menjadi semakin agresif, yang membahayakan keselamatan para warga desa. Tugas utama Anda adalah melawan para monsters dan menjaga keamanan Paw Village. Tidak lama setelah kedatangan Anda di Paw Village, Anda juga akan diberitahu bahwa para monsters menjadi lebih agresif karena relic misterius. Dan Anda diminta untuk menyelidiki tentang relic tersebut.

Walau tugas utama Anda adalah untuk melindungi desa dan mencari tahu tentang relic misterius, Anda juga akan mendapatkan side quests untuk membantu para warga desa yang membutuhkan. Satu kali, Anda akan diminta oleh kepala desa untuk mengawasi cucu angkatnya yang pergi ke hutan sendirian. Di kali lain, Anda akan diminta oleh sang cucu untuk mencari blueberry karena ulang tahun sang kakek sudah dekat dan dia ingin membuat kue untuknya.

Satu hal yang saya sayangkan, progress dari misi utama di Kitaria Fables terkadang terasa sangat lambat. Ada kalanya saya hanya ingin fokus pada quest utama dan mencari tahu tentang apa yang menyebabkan monsters menjadi lebih agresif. Namun, saya tetap harus menyelesaikan quest sampingan, seperti membantu warga desa tetangga untuk menemukan resep makanan yang cocok untuk musim dingin.

Gameplay: Combat

Kitaria Fables menggabungkan elemen RPG adventure dan farming simulation. Namun, elemen RPG adventure terasa lebih kental di game ini. Sebagai perbandingan, di Stardew Valley, Anda hanya akan menemukan monsters di tempat-tempat tertentu, seperti tambang. Namun, jika Anda mau, Anda bisa fokus mengurus lahan pertanian Anda dan meminimalisir waktu yang Anda habiskan di tambang sehingga Anda tidak perlu menghadapi monster.

Namun, Anda tidak bisa menghindari monsters di Kitaria Fables. Pasalnya, begitu Anda keluar dari Paw Village atau kota lain, Anda akan langsung disambut dengan monsters. Memang, sebagian monsters tidak akan menyerang Anda jika Anda tidak menyerang terlebih dulu. Namun, sebagian yang lain agresif dan akan menyrang Anda, tidak peduli apakah Anda menyerangnya terlebih dulu atau tidak.

Anda bisa menggunakan busur jika memang lebih suka bertarung dari jarak jauh.

Kabar baiknya, Kitaria Fables menawarkan combat real-time, yang membuat pertarungan dengan monster terasa cukup menyenangkan, walau mekanisme combat di game ini cukup sederhana. Di awal game, Anda akan dipersenjatai dengan sebuah pedang. Namun, nantinya, Anda akan mendapatkan busur dan bisa menggunakan sihir. Jadi, Anda bisa menyesuaikan skills dan spells yang Anda pilih berdasarkan gaya bertarung yang Anda sukai.

Jika Anda senang dengan gaya bertarung melee, Anda bisa menggunakan pedang, yang memang memberikan damage lebih besar. Namun, jika Anda lebih suka menjaga jarak — seperti saya — Anda bisa menggunakan busur. Keunggulan lain busur adalah karena ia menawarkan crit rate yang lebih tinggi. Tentu saja, Anda juga bisa menggunakan busur dan pedang secara bergantian. Hanya saja, proses mengganti senjata terkadang terasa clunky. Jadi, biasanya, saya memilih untuk fokus menggunakan satu senjata saja. Selain itu, slots untuk skill/spell yang bisa Anda pilih terbatas. Anda hanya memiliki empat slots. Karena itu, Anda memang harus memilih skills atau spells yang sesuai dengan gaya bertarung Anda.

Ketika Anda menggunakan busur, begitu Anda cukup dekat dengan monsters, anak panah akan secara otomatis mengarah ke monsters terdekat. Masalahnya, ketika Anda menghadapi lebih dari satu monster, maka bidikan Anda akan terus berubah. Untungnya, Anda bisa menentukan target secara manual. Hanya saja, jika Anda “mengunci” satu monster sebagai target, tembakan Anda akan terus mengarah ke monster itu, bahkan ketika ada monster lain yang mendekat.

Spell es bisa membekukan musuh.

Untuk menghadapi mob, Anda bisa menggunakan skills atau spells yang memberikan Area Damage. Spell tertentu bahkan bisa memberikan efek tertentu pada musuh. Misalnya, Howling Wind bisa membuat musuh terkena stun, sementara Frost Nova atau Blizzard bisa membuat musuh menjadi beku. Fireball juga bisa mendorong musuh mundur, yang sering saya gunakan ketika musuh sudah menjadi terlalu dekat.

Tidak ada sistem level di Kitaria Fables. Jadi, jika Anda ingin meningkatkan damage atau HP dari Nyanza, satu-satunya cara yang bisa Anda lakukan adalah meng-upgrade senjata, armor, dan peralatan Anda. Anda bisa melakukan upgrade di blacksmith kota. Untuk itu, Anda harus mengumpulkan sejumlah material. Sebagian orang mengeluhkan tentang mekanisme ini.

Namun, bagi saya, mengumpulkan material yang dibutuhkan untuk meng-upgrade senjata atau armor atau membuat aksesori baru bukan hal yang sulit. Pasalnya, monsters akan kembali muncul ketika Anda kembali ke satu area setelah pergi dari area tersebut. Berdasarkan pengalaman saya, hal ini memungkinkan saya untuk mengumpulkan material yang dibutuhkan dalam waktu singkat. Satu kali, saya mengumpulkan 40 Obsidians dalam satu hari dalam game. Walau tak bisa dipungkiri, melawan monster yang sama terus-menerus memang bisa membuat jenuh.

Karena tidak ada sistem level, jika ingin mendapatkan spells baru, Anda harus “membuatnya”. Cara untuk membuat spells sederhana. Anda hanya harus mengumpulkan Vengeful Souls — yang bisa didapatkan dari monster apa saja — dan menukarnya dengan elemental spheres.

Anda bisa membuat spell sendiri.

Di Kitaria, sihir terbagi ke dalam empat elemen: api, es, angin, dan tanah. Masing-masing spell akan membutuhkan elemental sphere yang berbeda-beda. Misalnya, untuk mendapatkan Fire Wall, Anda memerlukan dua fire spheres. Sementara untuk mendapatkan Blizzard — spell es paling kuat — Anda membutuhkan 5 water spheres, 2 earth spheres, dan satu moonstone, yang bisa Anda dapatkan setelah mengalahkan boss. Selain itu, Anda juga harus sudah memiliki Frost Nova untuk bisa mendapatkan Blizzard.

Untuk menggunakan spells dan skills, Anda memerlukan mana, yang digambarkan dengan 10 kotak di bagian bawah bar HP. Setiap Anda menggunakan skill atau spell, mana Anda akan berkurang sesuai dengan mana yang dibutuhkan. Tapi, mana Anda akan secara otomatis bertambah ketika Anda menyerang musuh dengan pedang atau busur. Artinya, Anda tidak perlu repot membawa item untuk memulihkan mana karena mana Anda akan secara otomatis teregenerasi. Sistem ini juga tidak memungkinkan Anda untuk melakukan spam dari skill/spell favorit Anda.

Kitaria Fables menawaran musuh yang cukup beragam. Biasanya, musuh itu akan memiliki tema yang sesuai dengan tempatnya berada. Sebagai contoh, ketika Anda berada di gua, Anda akan menemukan kelelawar dan jamur. Atau pada malam hari, Anda akan menemukan monster yang menyerupai hantu. Meskipun begitu, sesuai dengan vibe Kitaria Fables, para monster memiliki desain yang imut.

Terkadang, boss di Kitaria seolah-olah tidak menyadari keberadaan Anda.

Setiap monsters punya gaya bertarung yang berbeda-beda. Namun, menghindari serangan musuh di Kitaria cukup mudah. Karena, ketika area serangan musuh ditandai dengan warna merah. Anda cukup melakukan roll sesaat musuh menyerang. Walau, jika tidak hati-hati, Anda tetap bisa mati. Apalagi jika Anda terkena poison. Untungnya, walau Anda kalah melawan monsters sekali pun, Anda tidak akan kehilangan apapun. Anda hanya akan terbangun di rumah Anda pada keesokan harinya.

Salah satu hal yang saya keluhkan adalah saya tidak bisa mengganti suduh pandang kamera. Hal ini membuat proses eksplorasi menjadi lebih sulit. Alasannya, terkadang, saya tidak menyadari keberadaan chest atau musuh. Masalah lain yang saya temukan adalah terkadang, para monsters — khususnya boss — seolah-olah tidak menyadari keberadaan saya. Jadi, walau saya menyerang dengan sihir dan menembakkan panah dari jarak jauh, musuh yang saya hadapi tetap diam selama beberapa saat. Memang, hal ini memudahkan Anda untuk membunuh para boss, tapi apa serunya menyerang musuh yang tidak melawan?

Bercocok Tanam

Oke, setelah membahas bagian combat dengan panjang lebar, mari beralih ke bagian farming simulation dari Kitaria Fables. Mengingat developer Twin Heart lebih menitikberatkan elemen RPG Adventure, sistem bercocok tanam di Kitaria memang tidak sekompleks game farming simulation lainnya. Di Kitaria, Anda tidak perlu menyesuaikan tanaman yang Anda tanam dengan musim. Pasalnya, di game ini, tidak ada sistem empat musim. Jadi, sepanjang permainan, daftar tanaman yang bisa Anda tanam tidak berubah.

Fungsi utama lahan pertanian adalah sebagai sumber pendapatan.

Tujuan utama dari bercocok tanam di Kitaria Fables adalah untuk mendapatkan uang. Untuk melakukan upgrade senjata dan armor, Anda akan memerlukan uang yang tidak sedikit. Memang, Anda bisa menghajar monsters yang menjual hasil looting yang Anda dapatkan. Namun, menjual hasti tani bisa memberikan keuntungan yang lumayan. Selain itu, mengurus ladang juga bisa menjadi kegiatan selingan ketika Anda bosan membunuhi monsters.

Ada beragam tanaman yang bisa Anda tanam di Kitaria Fables, mulai dari gandum, wortel, kol, sampai stroberi dan anggur. Pada awalnya, hanya beberapa bibit tanaman saja yang bisa Anda beli. Namun, seiring dengan waktu, Anda akan mendapatkan jenis bibit yang beragam — setelah Anda mau melakukan quest yang diperlukan. Setelah tanaman siap dipanen, Anda bisa langsung menjualnya dengan meletakkannya di kotak di samping rumah. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan hasil panen Anda untuk membuat makanan, yang bisa Anda jual atau Anda gunakan untuk memulihkan HP.

Bijih mineral yang ditemukan di salah satu map.

Sama seperti kebanyakan game farming sim lainnya, di Kitaria Fables, Anda bisa meng-upgrade peralatan berkebun Anda. Untuk itu, Anda perlu mendapatkan bijih mineral yang Anda perlukan: tembaga, perak, atau emas. Masalahnya, bijih mineral cukup sulit untuk ditemukan, setidaknya pada awal permainan. Bijih mineral hanya muncul di tempat-tempat tertentu secara random. Kabar baiknya, setelah Anda membuka area tertentu pada pertengahan game, menambang bijih yang Anda perlukan jadi jauh lebih mudah.

Kesimpulan

Setiap orang punya alasan yang berbeda-beda untuk bermain game. Sebagian orang ingin game yang menantang. Sebagian yang lain justru ingin game yang santai. Kitaria Fables adalah game yang cocok untuk gamers tipe ke-2. Game ini cocok untuk dimainkan jika Anda ingin bersantai tanpa harus terlalu memikirkan cara membangun karakter atau cara mendapatkan good ending. Memang, Kitaria Fables tidak sempurna. Ada beberapa bagian yang terasa membosankan atau mekanisme yang clunky, tapi secara keseluruhan, saya menikmati game ini.


Hybrid.co.id hadir juga di berbagai media sosial. Temukan konten yang menarik di Instagram atau follow akun Twitter kami. Jangan lupa juga untuk Likes Fanpage Facebook Hybrid.

Pengalaman Hands-on Singkat Battlefield 2042 Open Beta: Makin Asyik dengan Bumbu Hero Shooter

Bayangkan Anda seorang pemain game FPS kompetitif dengan skill medioker. Permainan menempatkan Anda di medan pertempuran berisikan 128 orang, dengan risiko tertembak dari segala arah. Di mana sebaiknya Anda memilih titik spawn?

Oh ya, game yang dimainkan datang dari franchise Battlefield, yang berarti Anda punya opsi untuk spawn langsung di dalam kendaraan yang dikendalikan oleh rekan satu tim. Buat saya yang tidak pernah jago bermain FPS sejak zaman warnet masih dipenuhi pemain Counter-Strike, itu terdengar seperti opsi yang paling ideal.

Jadilah saya memilih sebuah helikopter yang tengah mengudara sebagai titik spawn. Namun satu detik setelah mengklik tombol “Deploy”, helikopter tersebut meledak tertembak rudal, dan saya pun langsung kembali ke menu deployment. Well, rupanya tidak ada tempat yang aman buat saya di game ini.

Medan perang penuh brutalitas

Pada tanggal 4 Oktober 2021 kemarin, saya berkesempatan menjajal versi beta dari Battlefield 2042 bersama para jurnalis dan streamer dari berbagai negara. Saya memang sama sekali tidak bisa digolongkan sebagai pemain Battlefield veteran, tapi setidaknya saya cukup familier dengan seri game ini sejak pertama memainkan Battlefield: Bad Company 2 di tahun 2010, terlepas dari tidak adanya peningkatan skill yang saya alami.

Waktu bermain yang saya habiskan selama sesi open beta memang terbilang singkat, hanya sekitar tiga jam, tapi paling tidak sudah bisa memberikan gambaran mengenai gameplay Battlefield 2042 secara umum. Selama sesi tersebut, saya menjalani sekitar tujuh match, semuanya di mode Conquest dengan map Orbital.

DICE bilang Orbital merupakan map berukuran sedang, tapi pada praktiknya map ini cukup masif untuk dibagi menjadi lima sektor yang berbeda, dan masing-masing sektor pun bisa memiliki lebih dari satu titik kontrol. Medan seluas ini esensial mengingat mode Conquest di Battlefield 2042 mendukung hingga 128 pemain, seperti yang saya bilang di awal tadi.

DICE mendesain mode Conquest agar pemain bisa merasakan tempo permainan yang bervariasi. Di map Orbital yang saya coba, kalau menginginkan tempo yang cepat dan intensif, Anda bisa memilih untuk spawn di area sekitaran Launch Platform di bagian atas. Sebaliknya, kalau ingin lebih santai, Anda bisa spawn di area sekitaran Cryogenic Plant (titik C).

Selama bermain, saya sebenarnya bisa saja menetap di satu sektor dan mengaktifkan posisi defensif, tapi tentu saya juga penasaran untuk mengeksplorasi pulau tropis ini secara keseluruhan. Sayang kenyataannya tidak sesimpel yang saya bayangkan.

Saat menjelajahi area Assembly Building (titik B), saya menemukan ada dua elevator untuk naik ke puncak bangunan tinggi tersebut. Sialnya, saat sudah sampai di atas, ternyata sudah ada sniper dari tim lawan yang menunggu. Satu tembakan ke kepala, dan saya pun lagi-lagi harus kembali ke menu deployment.

Lalu saat memutari area Launch Platform guna mengamati detail pada pesawat ulang alik (yang bisa lepas landas kalau tidak ada hambatan, dan terlihat luar biasa keren sampai-sampai saya terbelalak dan lupa mengambil screenshot), saya justru dibombardir oleh sebuah helikopter lawan yang datang entah dari mana. Seperti yang saya bilang, area di bagian atas map Orbital memang merupakan bagian yang paling memacu adrenalin, jadi memang saya yang salah kamar.

Map ini punya banyak area tinggi, dan untungnya kita bisa memanfaatkan zipline yang tersebar di beragam titik untuk naik ataupun turun. Terjun dari helikopter menggunakan parasut masih menjadi salah satu opsi, tapi sering kali saya justru jadi sasaran empuk sniper ketika memakai metode ini.

Anda bakal menghabiskan banyak waktu berlari dari satu sektor ke yang lain di map Orbital. Untungnya, pemain punya opsi untuk summon kendaraan. Namun tolong jangan ulangi kesalahan yang saya buat, yakni berdiri persis di titik deployment kendaraan yang saya tentukan sendiri, lalu mati konyol tertimpa mobil jip yang mendarat dengan parasut.

Alternatifnya, pemain juga bisa memanggil sebuah robot anjing dengan persenjataan yang lengkap — ingat, setting game ini adalah di masa depan — dan robot ini cukup membantu saya beberapa kali mengamankan diri dari serbuan lawan.

Kendaraan di Battlefield 2042 juga dapat dipilih langsung melalui menu deployment. Namun kalau tidak berpengalaman mengendalikan helikopter atau pesawat, sebaiknya biarkan pemain lain yang menjadi pilot, sebab kuota dan cooldown kendaraan adalah untuk tim, bukan perorangan.

Battlefield 2042 punya sistem cuaca yang dinamis, dan ini bakal berpengaruh langsung terhadap gameplay. Salah satu contohnya, visibilitas bakal berkurang drastis ketika sedang hujan deras. Map Orbital bahkan juga punya bencana tornado, tapi sayang selama bermain saya tidak sempat melihatnya sama sekali, dan ternyata ini disebabkan oleh peluang terjadinya yang cuma sekitar 10% kalau kata tim DICE.

Seperti biasa ketika memainkan game yang dikembangkan dengan engine Frostbite, saya selalu bingung mana objek yang bisa hancur dan mana yang tidak. Di Battlefield 2042 pun juga demikian. Tembok gudang tempat persembunyian saya dengan mudahnya rontok ditembak tank, sementara sebuah mesin yang menyerupai generator listrik justru berdiri kokoh meski saya tubruk menggunakan mobil lapis baja.

Namun satu hal yang amat saya sayangkan adalah, selama hampir tiga jam bermain, saya lebih sering berjumpa dengan bot ketimbang pemain asli. Jadi dari total 128 pemain, yang bukan AI mungkin hanya sekitar 20 orang. Semoga saja ini tidak menjadi problem saat game-nya dirilis secara resmi pada tanggal 19 November 2021 nanti.

Cara membedakan kawan bot dan pemain asli pun cukup mudah. Selain dari warna namanya, perilaku keduanya jelas berbeda. Yang paling kentara, bot sering kali menghabiskan kelewat banyak waktu menanti di-revive oleh rekannya (ada jeda 30 detik sebelum otomatis dibawa kembali ke menu deployment), sementara pemain asli lebih sering memilih untuk langsung respawn.

Battlefield dengan bumbu hero shooter

Satu perubahan drastis di Battlefield 2042 adalah hilangnya sistem class dari game-game sebelumnya. Semua playable character kini disebut sebagai Specialist, meski masing-masing tetap mempunyai peran tersendiri berkat gadget unik yang dimiliki.

Di versi open beta-nya, ada empat Specialist yang dapat dimainkan: Mackay, Boris, Casper, dan Falck. Masing-masing punya backstory-nya sendiri-sendiri, namun kalau mau disederhanakan, mereka adalah tentara bayaran yang bebas memilih untuk membela Amerika Serikat atau Rusia, dua faksi yang berseteru di Battlefield 2042.

Mackay adalah Specialist dengan peran assaulter. Gadget spesialnya adalah sebuah grapple hook yang bisa ditembakkan untuk berpindah dari satu titik ke yang lain. Kalau Anda pernah memainkan seri game Just Cause, Anda pasti familier dengan mekanisme alat ini.

Saya memang belum sempat mencoba, tapi sepertinya grapple hook ini tidak bisa dipakai untuk melukai musuh. Yang ada malah saya sendiri yang terluka (tewas lebih tepatnya) karena mencoba membidikkan grapple hook ke tiang listrik; bukan karena kesetrum, tapi karena jatuh dari ketinggian akibat tidak ada pijakan.

Boris adalah Specialist yang memegang peran sebagai engineer. Ia bisa menempatkan sebuah turret otomatis, sangat cocok untuk keperluan bertahan karena turret-nya akan menembaki musuh yang berada dalam jangkauannya secara otomatis. Sebaliknya, Casper mengemban tugas recon, dan sangat berguna untuk scouting berkat drone yang dapat dikendalikannya.

Terakhir, Falck berperan sebagai medic, dan menurut saya ia adalah yang paling kurang berguna. Gadget yang dimilikinya adalah sebuah pistol untuk menambah darah teman (healing). Masalahnya, health regen di Battlefield 2042 adalah yang tercepat dari semua game Battlefield sebelum ini. Jadi tanpa kehadiran Falck pun sebenarnya pemain sudah bisa survive sendiri.

Sebagai seseorang yang menyukai role support dan paling mengidolakan Mercy di Overwatch, jujur saya agak kecewa dengan implementasi class medic di Battlefield 2042. Lebih lanjut, semua class sekarang bisa menghidupkan pemain lain (revive), sehingga peran Falck pun jadi kian tidak relevan.

Namun kalau harus memilih, saya lebih memilih Falck versi sekarang ketimbang di versi alpha-nya, yang sangat-sangat overpowered karena bisa revive pemain lain dari kejauhan. Beruntung ini sudah di-nerf oleh DICE.

Keberadaan gadget secara langsung membuat Battlefield 2042 terasa lebih futuristis daripada pendahulu-pendahulunya, tapi tidak sampai kelewat canggih hingga menyerupai seri game Halo atau malah Star Wars: Battlefront. Gadget sepintas juga terkesan seperti special ability di game-game ber-genre hero shooter, cukup untuk menambahkan kesan modern pada franchise yang lebih sering mengusung setting peperangan historis.

Lewat Battlefield 2042, DICE pada dasarnya sudah ikut terbawa arus tren hero shooter, tapi di saat yang sama mereka tetap tidak mangkir terlalu jauh dari akar permainan seri Battlefield itu sendiri.

Selain gadget, tiap Specialist juga punya trait alias skill pasif. Buat Mackay, skill pasifnya adalah kecepatan bergerak yang lebih gesit selagi membidik (aiming down sight atau ADS). Untuk Boris, skill pasifnya adalah turret bakal bekerja lebih efektif jika diposisikan di dekatnya.

Favorit saya adalah trait milik Casper; ia punya sensor untuk mendeteksi apabila ada musuh yang berkeliaran di dekatnya. Lagi-lagi yang paling kurang berguna adalah trait milik Falck, yakni revive dengan posisi darah terisi penuh — kalau class lain yang revive, maka darah hanya terisi separuh. Namun seperti yang saya bilang, Anda cuma perlu menunggu sebentar saja sebelum health regen aktif dan darah kembali terisi penuh di Battlefield 2042.

Sniper rifle untuk jarak dekat, kenapa tidak?

Tidak seperti di game-game Battlefield sebelumnya, Anda tidak perlu memilih class tertentu agar bisa menggunakan jenis senjata tertentu. Semua senjata yang tersedia di Battlefield 2042 bisa digunakan oleh semua Specialist tanpa terkecuali.

Bayangkan betapa menyenangkannya menjadi Mackay yang menggotong sniper rifle dan berpindah dari atap gedung ke atap gedung menggunakan grapple hook-nya, atau betapa anehnya berperan sebagai recon tapi dengan bekal light machine gun (LMG) yang mencolok dan berisik.

Semua itu bebas Anda tentukan sendiri di Battlefield 2042. Bahkan untuk perlengkapan pendukung seperti anti-air missile launcher atau bazooka pun juga tidak terbatas buat Specialist tertentu, dan ini sangat berguna karena Anda bakal berhadapan dengan banyak kendaraan di game ini. Selagi bermain sebagai Falck, saya juga lebih memilih untuk membawa suplai amunisi ketimbang health pack gara-gara mekanisme health regen yang cepat tadi.

Tiap-tiap senjata pun dapat dikustomisasi lebih lanjut. Saya sempat bingung awalnya kenapa kok sniper rifle yang saya gunakan tidak mempunyai scope sama sekali. Ternyata, scope-nya bisa dilepas-pasang dengan mudah via opsi kustomisasi in-game. Cukup tekan dan tahan satu tombol (tombol T di PC), maka bagian-bagian dari senjata (muzzle, sight, grip) bisa kita gonta-ganti sesuai kebutuhan.

Jadi semisal saya sedang membawa sniper rifle dan tanpa sengaja terperangkap di medan pertempuran jarak dekat, saya tinggal ganti scope-nya jadi iron sight standar, dan bedil tersebut pun dapat langsung beradaptasi dengan kondisi saat itu. Dari sniper jarak jauh menjadi sniper jarak dekat, cuma dalam waktu dua detik saja.

Pilihan modifikasi senjata yang bisa dibawa juga dapat diubah sesuai keperluan, tapi sayang ini belum bisa dilakukan semasa open beta. Padahal, saya sudah punya rencana untuk memasangkan scope milik sniper rifle ke pistol healer milik Falck, sehingga saya bisa mengamankan diri di atap gedung selagi tetap menjalankan tugas sebagai support, menembakkan suntikan-suntikan penyembuh luka dari kejauhan.

Tanpa perlu terkejut, feel menembak di Battlefield 2042 terasa sangat memuaskan. Namun entah kenapa, indikator suara yang muncul saat berhasil mencatatkan kill terasa kurang greget. Alhasil, ketika situasi sedang kacau, saya terkadang sampai tidak sadar kalau musuh yang saya tembaki ternyata sudah tewas. Bisa jadi memang saya yang terlalu amatiran.

Tidak perlu PC kelas sultan

Jujur saya agak keder saat melihat persyaratan spesifikasi PC yang dibutuhkan untuk Battlefield 2042. Pasalnya, spesifikasi PC yang saya gunakan lebih dekat dengan persyaratan minimum ketimbang yang direkomendasikan: prosesor AMD Ryzen 5 3500X dan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1660 Super.

Namun ternyata game bisa berjalan dengan cukup mulus. Rata-rata frame per second yang saya dapat ada di kisaran 60-an fps dengan setting grafis High di resolusi 1080p, dan cuma sesekali saja turun ke 40-an fps saat ada banyak ledakan yang terjadi secara bersamaan di sekitar. Loading pun terasa cepat meski PC saya cuma menggunakan SSD SATA.

Saya juga tidak menemukan problem seputar koneksi, dan selama bermain selama nyaris tiga jam, cuma satu kali saja saya sempat tertendang dari server, itu pun ketika match sudah betul-betul rampung dan selagi menunggu dibawa kembali menuju ke lobi. Perlu dicatat, versi game yang saya mainkan selama sesi open beta adalah versi lebih lawas dari yang akan tersedia pada peluncuran resminya bulan depan.

Battlefield 2042 juga mendukung Nvidia Reflex. Namun berhubung saya lebih sering menghabiskan waktu di Red Dead Redemption 2 ketimbang Valorant, saya tidak punya hardware yang kapabel untuk mencobanya. Sebagai game yang tidak punya single-player campaign sama sekali, Battlefield 2042 sudah pasti sangat dioptimalkan untuk skenario kompetitif.

Tentu saja saya tidak bisa berkomentar mengenai performa Battlefield 2042 di console, akan tetapi DICE menjanjikan pengalaman yang kurang lebih sama, setidaknya untuk next-gen console. Kalau butuh gambaran, spesifikasi PC yang saya gunakan bisa dibilang cukup mirip, atau bahkan lebih inferior, dibanding spesifikasi PlayStation 5 dan Xbox Series X.

Yang bedanya bakal cukup lumayan mungkin adalah di current-gen console. Di PlayStation 4 dan Xbox One, mode Conquest bahkan cuma mampu mengakomodasi total 64 orang, alias separuh dari jumlah pemain yang didukung di next-gen console dan PC.

Kabar baiknya, Battlefield 2042 mendukung dual-entitlement dan cross-play progression di semua edisi (Standard, Gold, Ultimate). Jadi bagi yang masih menunggu jatah stok PS5 dan hanya bisa memainkannya di PS4, akan lebih bijak seandainya Anda membeli Battlefield 2042 versi next-gen meski harganya lebih mahal 150 ribu rupiah ketimbang versi current-gen.

Pasalnya, versi next-gen tersebut juga mencakup versi current-gen. Jadi ketika sudah kebagian jatah stok PS5 nanti, Anda tidak perlu membeli game-nya lagi, dan semua progres permainan yang Anda catatkan pun bisa langsung ditransfer. Namun perlu dicatat, ini hanya berlaku untuk edisi digitalnya saja, bukan edisi fisik.

Kesimpulan

Battlefield 2042 berhasil mengingatkan saya pada keasyikan baku tembak di seri game ini. Perang berskala masif antara 64 mercenary melawan 64 mercenary lain terasa brutal sepanjang waktu, tapi akan lebih seru lagi seandainya semua yang terlibat adalah pemain asli, bukan bot.

Sebagai penikmat game single-player, jujur saya agak menyayangkan kenapa Battlefield 2042 tidak punya single-player campaign. Padahal, kalau saya pikir-pikir, beragam set piece atau peristiwa yang terjadi — seperti musibah tornado dan peluncuran roket luar angkasa — bakal terkesan sangat menarik jika diselipkan ke dalam skenario single-player.

Terlepas dari itu, upaya DICE untuk menghadirkan momen-momen epik seperti ini ke dalam sebuah live service game tetap patut diapresiasi. Seiring waktu, Battlefield 2042 pasti bakal kedatangan berbagai map baru, dan jujur saya penasaran momen-momen menegangkan seperti apa yang menunggu di masing-masing lokasi.

Hero baru, eh, maksud saya Specialist baru, pasti juga akan hadir ke depannya, dengan beragam gadget dan trait yang membuat permainan jadi terasa lebih variatif. Begitu pula dengan senjata-senjata baru, yang semuanya dapat dipakai tanpa terbatasi oleh class. Bisa jadi, ini bakal menjadi game Battlefield pertama yang memiliki beragam tips meta.

Oh ya, semua yang saya ceritakan ini sebenarnya baru sebagian kecil dari Battlefield 2042, sebab yang saya coba hanyalah satu mode gameplay dan satu map saja. Beberapa fitur baru, seperti misalnya mode Hazard Zone, bahkan belum EA ungkap sama sekali detailnya.

Bagi yang penasaran mencoba sendiri, Battlefield 2042 versi open beta sudah bisa dimainkan dari tanggal 6-9 Oktober 2021, dengan syarat Anda sudah melakukan pre-order. Buat yang masih ragu untuk keluar uang, Anda bisa mengikuti sesi open beta ini pada tanggal 8 Oktober, jadi Anda setidaknya masih punya waktu satu hari untuk mencicipi game ini lebih awal.

7 Game Mirip PUBG Mobile yang Patut Dicoba dan Tidak Kalah Seru

PUBG Mobile merupakan game bergenre battle royale yang sangat populer di Indonesia bahkan di dunia. Game ini pertama kali dirilis oleh Tencent pada akhir 2017 silam dengan KRAFTON sebagai developernya. Hingga kini, di tahun 2021, ada jutaan pemain aktif di dunia setiap harinya bermain PUBG Mobile.

Kesuksesan PUBG Mobile mengikuti jejak PUBG Battleground, game battle royale versi PC yang dirilis lebih dahulu. Selain itu, Kesuksesan PUBG Mobile tidak lepas dari genre battle royale yang ditawarkan. Permainan menantang yang kompetitif untuk bertahan hidup adalah gameplay andalan yang mereka sajikan. Kemudian ada fitur, grafik, dan event supports dari sang developer juga menjadikan para pemain betah untuk memainkan PUBG Mobile.

Kesuksesan dari PUBG Mobile ini membuat developer lainnya juga tertarik mengembangkan game bergenre battle royale di platform Mobile. Game-game yang sebetulnya juga mengasyikan dan menantang untuk dimainkan. Lalu game-game apa saja yang mirip PUBG Mobile?

Berikut ini adalah 7 Game Mirip PUBG Mobile di 2021:

Knives Out-No rules, just fight!

Knives Out-No rules, just fight! merupakan game battle royale yang dirilis oleh NetEase Games pada akhir tahun 2017 silam. Knives Out-No rules, just fight! Menawarkan permainan battle royale yang mirip dengan PUBG Mobile. Selanjutnya, NetEase Games juga memberikan beragam fitur menarik ke dalam game Knives Out-No rules, just fight!.

Mulai dari permainan solo, squad dengan 5 pemain, adu pertempuran kendaraan, pertempuran menggunakan sniper, permainan 50vs50, hingga team fight dihadirkan dalam Knives Out-No rules, just fight!. Hal ini membuat popularitas dari Knives Out-No rules, just fight! cenderung tinggi, terutama dari kawasan Tiongkok dan Jepang. Para pemain tidak akan bosan dengan banyaknya variasi gameplay yang ditawarkan dalam Knives Out-No rules, just fight! ini.

Selain itu, Knives Out-No rules, just fight! juga mempunyai grafik yang cenderung bagus. Ruang penyimpanan yang kecil dan juga dapat dimainkan dengan smartphone dengan RAM 1 GB saja menjadi nilai tambah tersendiri.

Special Ops FPS Survival Battleground Free-fire

Sama seperti namanya, game Special Ops FPS Survival Battleground Free-fire merupakan game gabungan beberapa fitur yang ada di dalam PUBG Mobile dan Free Fire. Game ini dirilis oleh AMGOC GAMES pada tahun 2019. Special Ops FPS Survival Battleground Free-fire menawarkan permainan battle royale yang menarik dan menantang.

Keunggulan lainnya dari Special Ops FPS Survival Battleground Free-fire adalah dapat dimainkan saat offline. Selain itu, Special Ops FPS Survival Battleground Free-fire juga ringan untuk dimainkan pengguna smartphone RAM 1 GB dengan ruang penyimpanan yang kecil.

Sausage Man

Sausage Man adalah game battle royale yang booming pada pertengahan tahun 2021 kemarin. Game yang mempunyai karater unik yakni berupa sosis ini menghadirkan pertempuran bertahan hidup yang menggemaskan. Pemain dapat memodifikasi karater sosis yang ingin mereka mainkan dengan beragam kostum dan skin yang disediakan oleh sang developer.

Meskipun begitu, Sausage Man juga mengedepankan permainan yang kompetitif namun santai. Pemain harus mempunyai kemampuan bermain battle royale yang bagus untuk dapat memenangkan pertandingan. Selain itu, Sausage Man juga merupakan game yang ringan dan ramah untuk smartphone kentang dengan RAM 1 GB.

Rules of Survival

Rules of Survival merupakan game bertemakan battle royale yang dirilis oleh NetEase Games pada akhir 2017 kemarin untuk platform PC maupun Mobile. Pada awal peluncurannya, Rules of Survival merupakan penantang terberat PUBG Mobile. Namun sayangnya kemunculannya sempat meredup pada tahun-tahun berikutnya.

Meskipun begitu, Rules of Survival patut untuk dicoba bagi pemain yang menyukai game battle royale. Rules of Survival dapat menampung hingga 120 pemain di dalam 1 pertempuran dan menjadikan permainan semakin seru lagi. Rules of Survival menawarkan pertempuran dengan gameplay dan grafik yang tinggi. Beragam perlengkapan, persenjataan, dan fitur yang menarik juga dihadirkan di dalam permainan.

Garena Free Fire

Garena Free Fire merupakan game battle royale pesaing terberat PUBG Mobile. Free Fire dirilis oleh Garena pada tahun 2017 silam. Garena Free Fire juga sangat populer di Indonesia dan mempunyai jutaan pemain aktif setiap harinya. Meskipun visualisasi grafis yang disajikan kalah dibandingkan dengan PUBG Mobile, namun Garena Free Fire dapat dimainkan dengan smartphone yang mempunyai spek di bawah rata-rata.

Garena Free Fire menawarkan permainan battle royale yang kompetitif dan menantang. Hero/karakter yang ada di dalam Garena Free Fire mempunyai kemampuan dan dapat dimanfaatkan oleh pemain untuk memenangkan permainan. Selain itu, kompetisi esports dari Garena Free Fire juga sudah terbentuk dengan hadirnya beragam turnamen nasional maupun internasional.

Call of Duty: Mobile

Call of Duty: Mobile adalah game besutan Activision bekerja sama dengan Tencent Games. Game ini merupakan game adaptasi dari versi PC-nya yakni seri Call of Duty dan dirilis pada tahun 2019 silam.

Keunggulan dari Call of Duty: Mobile adalah gameplay dan grafik tinggi yang ditawarkan. Selain itu, Call of Duty: Mobile juga menghadirkan beragam fitur yang menantang di dalam permainan. Pemain dapat bermain dalam berbagai game mode dan map yang ada, kualitas senjata dan perlengkapan tempur yang nyata, serta beragam event menarik yang dihadirkan oleh sang pengembang.

Saat ini Garena, Tencent Games, maupun Activision juga tengah mengembangkan ekosistem esports Call of Duty: Mobile. Mereka telah menggelar berbagai turnamen tingkat nasional, regional, hingga internasional.

Battle Royale Fire Prime Free: Online & Offline

Battle Royale Fire Prime Free: Online & Offline adalah game battle royale yang dirilis oleh First Anvil Games. Berbeda dengan game battle royale lainnya, Battle Royale Fire Prime Free: Online & Offline menawarkan permainan bertahan hidup yang mirip dengan PUBG Mobile namun dengan nuansa minimalis. Battle Royale Fire Prime Free: Online & Offline dapat dimainkan pada smartphone kentang dengan RAM 1 GB dan ruang penyimpanan kecil.

Battle Royale Fire Prime Free: Online & Offline memiliki kontrol dan gameplay yang mudah. Hal ini membuat para pemain yang baru mencoba permainan battle royale mudah memahaminya. Selain itu Battle Royale Fire Prime Free: Online & Offline dapat dimainkan secara online melawan pemain lainnya ataupun offline melawan komputer.


Itulah tadi 7 Game Battle Royale mirip PUBG Mobile yang patut dicoba di tahun 2021 ini. Dari ketujuh game di atas, apa saja yang pernah atau ingin Anda coba mainkan? Pada dasarnya game-game battle royale tersebut menyuguhkan 3 aspek yang berbeda 1 sama lainnya. Pertama adalah game casual dengan gameplay dan fitur yang menarik untuk dimainkan seperti Knives Out-No rules, just fight!, Sausage Man, dan Rules of Survival. Ada juga dua game yang mengandalkan permainan taktis dan kompetitif setingkat esports seperti Garena Free Fire dan Call of Duty: Mobile. Ketiga adalah game yang dapat dimainkan secara offline maupun online dengan HP dengan spek minimalis seperti Special Ops FPS Survival Battleground Free-fire dan Battle Royale Fire Prime Free: Online & Offline.