BMW, Daimler, Ford dan VW Bersekutu Kembangkan Charger Mobil Elektrik Berdesain Anggun Sekaligus Canggih

Di titik ini, menurut saya lebih mudah menyebutkan nama pabrikan mobil yang belum mengembangkan mobil elektrik ketimbang yang sudah, sebab jumlah yang mengikuti jejak Tesla sudah sangat banyak. Namun mengapa Tesla masih merupakan yang terpopuler di segmen ini, terlepas dari statusnya sebagai pionir?

Salah satu jawabannya adalah terkait infrastruktur. Tesla memiliki jaringan pengisian Supercharger yang tersebar di ribuan titik di dunia. Situasinya jelas akan berubah seiring waktu, apalagi mengingat nama-nama besar di industri otomotif; spesifiknya BMW, Daimler, Ford dan Volkswagen Group, tengah mempersiapkan jaringannya sendiri.

Ketimbang bekerja sendiri-sendiri, keempat grup besar itu memutuskan untuk bersekutu dan membentuk joint venture bernama Ionity. Tidak tanggung-tanggung, Ionity menargetkan 400 stasiun pengisian yang tersebar di dataran Eropa pada tahun 2020 nanti. Stasiun pengisiannya pun bukan sembarangan, melainkan yang mengedepankan teknologi fast charging.

Ionity EV charger

Memangnya secepat apa? Charger besutan Ionity bisa menyalurkan daya sebesar 350 kW per unitnya, jauh lebih tinggi dibanding Tesla Supercharger yang ‘hanya’ 145 kW. Untuk sekarang memang belum ada mobil elektrik yang sanggup menerima daya sebesar itu, tapi ke depannya, mobil macam Porsche Mission E dapat menerima daya yang cukup untuk menempuh jarak 400 km dengan durasi pengisian sekitar 20 menit saja.

Sebagai bonus, stasiun pengisian milik Ionity ini tampaknya juga bakal menjadi lokasi favorit untuk mengambil selfie berkat desain unitnya yang begitu manis di mata. Adalah BMW Designworks yang dipercaya menjadi desainernya, dan hasil karyanya tampak sangat menarik meski baru sebatas gambar render.

Sumber: CNET.

Mobil Terbaru Acura Andalkan Sistem Infotainment Berbasis Touchpad yang Tidak Biasa

Mayoritas mobil zaman sekarang hampir bisa dipastikan mengemas layar besar pada bagian dashboard-nya. Meski demikian, cara mengoperasikannya berbeda-beda. Ada yang mengandalkan sentuhan langsung pada layar, ada yang memanfaatkan gesture, ada pula yang menggunakan kenop putar ala mobil-mobil mewah asal Jerman.

Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri, itulah mengapa Honda lewat divisi luxury-nya, Acura, mencoba meracik sistem baru yang mereka yakini paling ideal. Sistem ini mengandalkan pengoperasian berbasis touchpad, tapi berbeda dari yang biasa terdapat pada mobil maupun laptop.

Acura RDX True Touchpad Interface

Acura menyebut sistem barunya dengan istilah True Touchpad Interface, dengan premis utama absolute positioning. Maksudnya adalah, di mana pun jari Anda berada pada touchpad, posisinya di layar bakal sama persis. Tidak ada lagi namanya menggerak-gerakkan kursor menggunakan jari.

Jadi ketika jari Anda menyentuh ujung kiri atas touchpad, maka yang terpilih di layar juga yang berada di ujung kiri atas. Semua bagian touchpad-nya pun bisa ditekan, sehingga kita tak perlu lagi menengok ke layar untuk memastikan apakah salah satu menu sudah terakses atau belum.

Permukaan touchpad-nya ini berbentuk cekung guna membantu kita memastikan posisi jari tanpa harus menengok ke bawah. Touchpad-nya juga terbagi menjadi dua, di mana yang sebelah kanan yang berukuran lebih kecil berfungsi untuk menavigasikan bagian layar sebelah kanan yang memang juga lebih kecil.

Acura RDX True Touchpad Interface

Pengoperasian semacam ini tentunya membutuhkan adaptasi, apalagi kita sudah begitu terbiasa dengan touchpad di laptop yang cara kerjanya berbeda. Namun begitu kita sudah menguasainya, Acura yakin pengendalian sistem bisa dilakukan secara lebih mudah sekaligus aman, sebab pandangan kita tidak sedikit-sedikit teralihkan.

Rencananya sistem True Touchpad Interface ini bakal menjalani debutnya bersama SUV Acura RDX edisi 2019. Untuk lebih jelasnya, tonton video demonstrasi dari Acura di bawah ini.

Sumber: Engadget.

Ford Hadirkan Integrasi Waze pada Sistem Sync 3-nya Bagi Pengguna iPhone

Pemilik mobil yang mendukung Android Auto sudah bisa mengakses aplikasi navigasi Waze langsung dari dashboard sejak tahun lalu. Pengguna Apple CarPlay di sisi lain masih harus bertabah dengan Apple Maps, dan kita semua tahu Apple Maps hingga kini masih tergolong inferior, apalagi jika dibandingkan Waze yang berbasis crowdsourcing.

Kabar baiknya, pengguna iPhone sekarang punya cara lain untuk mengakses Waze langsung dari dashboard mobilnya, dengan catatan mobil yang ditungganginya punya cap Ford, serta mendukung sistem Ford Sync 3. Semuanya berkat teknologi Sync AppLink yang dikembangkan Ford, yang pada dasarnya mampu memproyeksikan aplikasi di smartphone menuju layar pada dashboard.

Ford Sync 3 Waze

Apabila semua syarat tadi sudah dipenuhi, pengguna hanya perlu menyambungkan iPhone-nya (iOS 11.3 ke atas) ke port USB di dashboard, dan Waze pun bisa langsung ditampilkan di layar. Mengoperasikannya bisa langsung di layar sentuh, atau bisa juga dengan menggunakan perintah suara. Panduan navigasi lisan pun juga akan keluar dari sistem audio bawaan mobil.

Melihat tampilan navigasi Waze di layar dashboard jelas lebih nyaman sekaligus aman ketimbang di layar iPhone yang imut-imut. Karena aplikasinya sebenarnya berjalan di smartphone, maka fitur-fiturnya tidak ada yang hilang ketika diakses lewat dashboard, dan salah satu yang paling penting adalah dukungan perintah suara itu tadi.

via Gfycat

Kalau Ford bisa, semestinya pabrikan lain juga bisa. Semoga saja mereka jadi tergerak untuk menghadirkan integrasi serupa, sehingga para pengguna iPhone tidak jadi tambah iri dengan teman-teman pengguna Android-nya yang dengan mudahnya mengakses Waze lewat Android Auto.

Sumber: Ford.

Wireless Charger untuk Mobil Bukan Lagi Sebatas Impian

Sama seperti smartphone, mobil elektrik juga menggunakan baterai yang bisa diisi ulang oleh aliran listrik. Kalau smartphone dapat di-charge secara wireless (induktif), mobil pun semestinya juga bisa. Kira-kira demikian cerita di balik tercetusnya ide akan sebuah wireless charger untuk mobil, namun ini bukan lagi sebatas angan-angan.

BMW adalah salah satu pabrikan yang mencoba merealisasikannya dalam waktu dekat. Wireless charger ini telah dirancang agar kompatibel dengan banyak model hybrid milik BMW sendiri, dan tahap produksinya bakal dimulai pada bulan Juli mendatang. Sayangnya, pemasarannya tidak langsung dilakukan secara luas.

Awalnya, wireless charger ini bakal dimasukkan sebagai opsi tambahan bagi konsumen yang membeli sedan hybrid BMW 530e iPerformance secara kredit. Namun sejauh ini belum ada yang tahu berapa harganya dan seberapa besar biaya cicilan mobil akan bertambah.

Kenapa tidak bisa langsung secara luas? Karena semua ini tergolong masih baru – mobil elektrik sendiri sampai sekarang belum bisa dikatakan mainstream. Langkah yang diambil BMW ini pada dasarnya untuk berjaga-jaga seandainya ke depannya bakal dibentuk semacam konsorsium untuk menetapkan standar wireless charging di industri otomotif.

BMW wireless charging

Cara kerjanya sendiri cukup mirip dengan yang Qualcomm dan General Motors kembangkan, di mana koil dalam modul yang tertanam di lantai bakal meneruskan energi elektromagnetik ke koil di bagian dasar mobil, sebelumnya akhirnya dikonversi menjadi energi listrik dan diteruskan ke baterai.

Sebelumnya, tentu saja pemilik mobil harus menempatkan tunggangannya di posisi yang tepat, dan dalam kasus BMW, mereka akan dipandu lewat live feed kamera parkir yang ditampilkan di layar dashboard. Saat memperkenalkan konsepnya tahun lalu, BMW bilang bahwa baterai 530e iPerformance bisa terisi dari kosong hingga penuh dalam waktu 3,5 jam saja.

Waktu yang dibutuhkan jelas akan lebih lama untuk mobil yang full-elektrik, tapi toh mengisinya menggunakan colokan tembok biasa juga sudah cukup lama, dan idealnya charging memang dilakukan di malam hari selagi pengguna beristirahat. Seperti halnya di smartphone, wireless charging di industri otomotif pun juga baru sebatas menawarkan kepraktisan, setidaknya untuk sekarang.

Sumber: Car Magazine.

Beginilah Sistem Android Auto yang Terintegrasi ke Mobil Versi Volvo

Setahun yang lalu, Audi dan Volvo sama-sama mengumumkan rencananya untuk mengintegrasikan Android Auto ke mobil-mobil besutannya. Rencana tersebut belum bisa terwujud sampai setidaknya tahun 2020, namun paling tidak Volvo sudah punya prototipenya yang dipasang di SUV Volvo XC40, dan tidak segan mendemonstrasikannya di hadapan pengunjung event Google I/O 2018.

Tidak seperti Android Auto yang kita kenal selama ini, tampilannya telah disamarkan menggunakan tampilan sistem multimedia khas Volvo. Ini dimungkinkan karena sistem bisa langsung diakses dari dashboard tanpa perlu menyambungkan ponsel terlebih dulu. Bahkan apabila Anda masuk ke kabinnya sambil membawa iPhone, sistem masih bisa digunakan tanpa ada satu pun fitur yang hilang.

Satu-satunya yang pengguna butuhkan hanyalah akun Google, sebab di sistem ini sudah ada Google Play Store, yang berarti pengguna dapat mengunduh aplikasi ekstra. Tentunya tidak semua aplikasi tersedia, melainkan yang dinilai ideal digunakan untuk di dalam mobil, utamanya aplikasi musik, podcast dan navigasi.

Tampilannya lebih mirip sistem bawaan Volvo ketimbang Android Auto biasanya / The Verge (YouTube)
Tampilannya lebih mirip sistem bawaan Volvo ketimbang Android Auto biasanya / The Verge (YouTube)

Selain untuk mengunduh aplikasi, menyambungkan akun juga dapat menyempurnakan fungsionalitas Google Maps yang ada pada sistem – yang juga dapat ditampilkan di balik lingkar kemudi – sebab semua data seperti alamat-alamat yang sering dikunjungi akan tersinkronisasi. Namun yang lebih menarik, beberapa opsi pengaturan mobil rupanya juga dapat disimpan ke akun Google, semisal pengaturan jok atau suhu kabin (climate control).

Ini menarik untuk skenario menyewa mobil. Bayangkan ke depannya Anda berkunjung ke kota atau negara lain, lalu harus menyewa mobil di sana. Kebetulan mobil yang disewa merupakan model Volvo yang sama seperti kepunyaan Anda. Cukup sambungkan akun Google ke sistem multimedianya, maka semua pengaturan jok dan suhu kabin tadi akan langsung disetel sesuai yang Anda tetapkan di mobil sendiri.

Volvo Android Auto

Volvo bilang bahwa sistem ini telah menggunakan Android P sebagai basisnya, dan tentu saja Google Assistant tidak lupa mereka sematkan. Assistant ini bahkan bisa dipanggil hanya dengan menekan tombol khusus pada setir, dan kita juga dapat menginstruksikannya untuk mengubah pengaturan mobil, seperti misalnya suhu kabin.

Juga menarik adalah kemampuan sistem untuk mendeteksi apakah sudah waktunya mobil untuk diservis. Ketika masa itu tiba, Assistant yang telah mendukung teknologi Google Duplex – yang pada dasarnya memungkinkannya untuk berbicara sangat menyerupai manusia dan akhirnya menelepon seseorang dengan sendirinya – bisa membantu membuatkan janji dengan pihak bengkel.

Silakan tonton video hands-on dari The Verge untuk memahami cara kerja sistemnya secara lebih mendetail.

Sumber: Volvo dan The Verge.

Crossover Elektrik Tesla Model Y Bakal Diproduksi Tahun 2020

Tesla sudah mulai memproduksi sedan Model 3 sejak bulan Juli tahun lalu. Meski belum bisa memenuhi demand dari konsumen yang begitu tinggi, Tesla tentunya sudah punya rencana ke depan. Dua yang sudah pasti adalah truk Tesla Semi, yang rencananya akan diproduksi mulai tahun depan, serta mobil sport Roadster 2, yang baru akan menyusul di tahun 2020.

Apakah cuma itu saja? Tidak, sebab Tesla juga sudah berencana untuk menyiapkan mobil elektrik baru bernama Model Y. Mobil ini belum punya nama resmi, dan sketsa desainnya pun masih belum ada. Kendati demikian, mobil ini bisa dipastikan bakal masuk ke kategori crossover, atau gampangnya versi lebih ringkas sekaligus lebih seksi dari Model X.

Dalam laporan finansial kuartal pertama Tesla, Elon Musk selaku pendiri sekaligus CEO-nya menyatakan bahwa Model Y akan diproduksi mulai tahun 2020. Mobil ini juga akan dirancang menggunakan platform baru, bukan berdasarkan platform Model 3 seperti yang banyak dirumorkan sebelumnya.

Platform baru ini menurut Elon berarti Tesla bakal mengganti arsitektur baterai 12-volt pada Model Y nantinya. Mekanisme suplai daya ke komponen-komponen elektronik mobil juga akan berubah, dan ini berguna untuk menyederhanakan sistem perkabelan dalam mobil sekaligus proses produksinya.

Proses produksi yang lebih simpel pada akhirnya bakal berujung pada implementasi sistem otomasi pabrik yang lebih mudah, sehingga harapannya kecepatan produksi Tesla Model Y nanti bisa lebih baik daripada kondisi sekarang dengan Model 3. Elon tidak lupa menambahkan bahwa Model Y ini bakal merevolusi bidang manufaktur, memanfaatkan pabrik baru yang sedang mereka persiapkan.

Sumber: Electrek.

BMW Singkap Konsep SUV Elektriknya, BMW iX3

Fokus industri otomotif tampaknya sedang tertuju ke segmen SUV elektrik. Tesla memelopori trennya lewat Model X, Jaguar dan Hyundai siap menyusul tahun ini juga, sedangkan VW di tahun 2020. Di tempat lain, ada Nissan, Porsche dan bahkan Buick yang telah memamerkan konsepnya masing-masing. Kini BMW pun tidak mau ketinggalan.

Di hadapan pengunjung Beijing Auto Show, pabrikan Jerman itu menyingkap konsep BMW iX3. Dari namanya sudah kelihatan kalau ini merupakan mobil elektrik, tapi jangan salah, wujudnya jauh lebih mirip crossover konvensional BMW X3 ketimbang BMW i3 yang sepenuhnya elektrik.

BMW iX3

Performanya ditunjang oleh motor elektrik generasi kelima buatan BMW, yang diklaim mampu menyemburkan daya kurang lebih sebesar 270 hp. ‘Mesin’ tersebut menerima suplai daya dari baterai berkapasitas 70 kWh, yang diestimasikan bisa membawa iX3 menempuh jarak sejauh 400 km dalam satu kali pengisian. Memang bukan yang terbaik, tapi masih lumayan jika dibandingkan calon rival-rivalnya tadi.

BMW tentunya tidak lupa menyematkan dukungan teknologi fast charging, di mana kapasitas baterai mobil bisa terisi hingga 80 persen dalam waktu kurang dari 30 menit jika menggunakan charger 150 kW. Jaringan charger generasi baru ini kabarnya bakal dibangun dalam waktu dekat.

BMW iX3

Ini juga yang pada dasarnya menjadi alasan mengapa iX3 masih mengusung status konsep. BMW sepertinya masih menunggu infrastruktur pendukungnya siap terlebih dulu sebelum merilis iX3 secara massal. Memang sejauh ini tidak ada yang berani memastikan, tapi menurut Wired, kemiripan iX3 dengan mobil konvensional bisa menjadi indikasi positif bahwa mobil ini bakal terealisasi dalam beberapa tahun ke depan.

Pertanyaan lainnya, mengapa harus Tiongkok? Mengapa tidak memperkenalkannya di pameran mobil di Eropa atau Amerika? Karena Tiongkok memang merupakan salah satu pasar otomotif terbesar, dan pemerintahnya juga memberlakukan regulasi yang terbilang ketat terkait emisi karbon, sehingga pada akhirnya mobil elektrik punya kans untuk sukses lebih besar di sana.

Sumber: Wired.

Volvo S90 Ambience Concept Ibarat Planetarium Berjalan yang Siap Memainkan Indera Penumpangnya

Sering kali yang mendefinisikan kadar kemewahan suatu mobil adalah pilihan material yang digunakan di bagian dalamnya; apakah sebatas kulit asli atau yang menyandingkan kulit, Alcantara dan berlian sekaligus? Namun menurut Volvo, masih ada cara lain, dan bahkan yang terkesan lebih ekstrem, yakni menciptakan mobil yang mampu merangsang dan menyatukan indera-indera manusia.

Filosofi nyeleneh itulah yang pada akhirnya melahirkan Volvo S90 Ambience Concept. Bentuk luarnya sangat mirip dengan sedan S90 Excellence, dan interiornya pun juga nyaris tidak berbeda. Perbedaannya tidak terlihat secara kasat mata, melainkan harus dirasakan menggunakan tiga indera sekaligus: penglihatan, pendengaran dan penciuman.

Volvo S90 Ambience Concept

Dari segi visual, kabinnya dapat berubah sewaktu-waktu menjadi semacam planetarium, dengan tujuh tema yang berbeda: Northern Lights, Scandinavian Forest, Swan Lake, Archipelago, Rain, Nocturnal dan Freedom. Dari yang menenangkan sampai yang menyegarkan, proyeksi yang tersaji di langit-langit kabin ini dipercaya mampu memberikan sensasi istimewa bagi penumpang, dan cara menggantinya cukup semudah menggunakan aplikasi ponsel.

Volvo S90 Ambience Concept

Pengalaman tersebut semakin diperkuat oleh alunan audio yang senada, yang berasal dari sound system premium bikinan Bowers & Wilkins, lengkap sampai ke tweeter kecil pada bagian sandaran kepala. Terakhir, indera penciuman penumpang bakal dimanjakan oleh satu dari empat aroma yang berbeda hasil racikan Byredo.

Volvo S90 Ambience Concept

Untuk sekarang, mobil ini memang baru sebatas konsep, akan tetapi Volvo sudah punya rencana untuk merealisasikan inovasi-inovasi tidak umum ini pada versi produksi S90 Excellence nantinya, khususnya untuk pasar Tiongkok – sejak 2010, Volvo telah berada di bawah naungan pabrikan Tiongkok, Geely.

Sumber: Volvo.

Konsep SUV Elektrik Buick Enspire Bisa Tempuh Nyaris 600 Km dalam Satu Kali Charge

Di titik ini saya kira semua sudah setuju kalau mobil elektrik adalah masa depan industri otomotif. Satu per satu pabrikan mulai mengejar ketertinggalannya dari Tesla, dan kalau melihat posisi Tesla sebagai pabrikan asal AS, tidak mengherankan apabila yang berambisi menyainginya adalah pabrikan yang masih satu kampung, salah satunya Buick.

Di ajang Beijing Auto Show yang bakal dihelat dalam waktu dekat, sub-brand General Motors itu akan memperkenalkan konsep SUV elektrik bernama Buick Enspire. Eksteriornya tergolong sangar, dan foto utama yang dipilih Buick menunjukkan kebolehannya menaklukkan medan berat alias off-road.

Buick Enspire

Buick belum mengungkap banyak detail mengenai Enspire, tapi yang pasti performanya cukup mengesankan. Motor elektriknya sanggup menghasilkan daya sebesar 410 kW, dan akselerasi 0 – 100 km/jam dapat ia tempuh dalam waktu 4 detik saja. Sebagai perbandingan, Tesla mengklaim varian termahal Model X (P100D) hanya butuh waktu 2,9 detik untuk mencapai kecepatan yang sama.

Namun yang jauh lebih memikat lagi adalah efisiensi dayanya. Buick mengklaim Enspire dapat menempuh jarak sejauh 595 km dalam satu kali pengisian. Sekali lagi sebagai perbandingan, varian paling irit Model X ‘hanya’ mampu menempuh jarak 475 km. Yang lebih istimewa lagi, baterai Enspire bisa terisi hingga 80% kapasitas totalnya dalam waktu 40 menit saja.

Buick Enspire

Masuk ke kabinnya, pengemudi dan penumpang bakal disambut oleh interior yang mewah sekaligus lapang. Tampak display OLED yang tersebar di mana-mana, dan heads-up display (HUD) pun juga sudah menjadi fitur standar bagi Enspire.

Tidak ada yang bisa menjamin bahwa mobil ini bakal terealisasi nantinya. Selama berpuluh-puluh tahun, mobil konsep sering kali tidak pernah bernasib lebih dari sebatas, well, konsep. Kendati demikian, setidaknya ini bisa menunjukkan bahwa persaingan pasar mobil elektrik ke depannya bakal semakin sengit.

Sumber: Engadget dan Buick.

Hyundai Bersiap Pasarkan SUV Elektriknya Menjelang Akhir Tahun Ini

Ingat mobil elektrik, pasti ingat Tesla. Namun belakangan satu per satu pabrikan mobil lain mulai serius menghadapi pasar baru ini. Tidak terkecuali Hyundai, yang tengah bersiap meluncurkan SUV elektriknya, Hyundai Kona Electric.

Sesuai namanya, ini merupakan versi elektrik dari SUV kecil yang bernama sama. Desainnya nyaris identik, menggabungkan citra SUV dan hatchback. Perbedaan yang paling mencolok adalah absennya grille pada moncong depan Kona Electric, mengingat cara kerja sistem pendinginnya sangat berbeda dari mobil bermesin bensin.

Hyundai Kona Electric

Bicara soal mobil elektrik, yang paling penting dibahas tentu saja adalah efisiensi dayanya. Hyundai mengklaim baterai berkapasitas 64 kWh yang tertanam mampu membawa Kona menempuh jarak 400 kilometer sebelum perlu diisi ulang. Pengisian ulangnya pun terbilang cepat jika menggunakan fast charger: 80% kapasitas baterai bisa terisi dalam waktu kurang dari satu jam.

Hyundai Kona Electric

Perihal performa, Kona Electric sedikit lebih unggul dibanding versi standarnya, sanggup menyemburkan daya sebesar 201 hp dan torsi 395 Nm guna mempercepat akselerasi. Pada kenyataannya, Hyundai bilang bahwa 0 – 100 km/jam bisa ditempuh dalam waktu 7,6 detik saja oleh Kona Electric, sedangkan kecepatan maksimumnya mencapai 167 km/jam.

Hyundai Kona Electric

Fitur driver assist, termasuk pengereman otomatis ketika mendeteksi objek di depan mobil, tersedia sebagai fitur standar. Lalu Hyundai tak lupa membekali kabin Kona Electric dengan sejumlah fitur premium macam panel instrumen full-digital, heads-up display (HUD), sampai wireless charger untuk ponsel.

Hyundai sejauh ini belum bilang harganya berapa, tapi semestinya tidak terpaut terlalu jauh dari Kona versi standar yang dibanderol mulai $19.500. Di Amerika Serikat, pemasarannya bakal dimulai menjelang akhir tahun 2018.

Sumber: Engadget dan Hyundai.