[MusicMonday] Jadi Sekarang Anda Sudah Punya Band. Selanjutnya Apa? Membuat Website?

Meskipun akhir-akhir ini banyak kabar tentang masa suram di industri musik, tentang bagaimana sulitnya menjual album, sesungguhnya sekarang waktu yang tepat untuk mendirikan band atau menjadi musisi. Apapun tipe musiknya, Anda bisa saja merekam semua atau hampir semua musik Anda di komputer dengan kualitas yang memadai. Jika Anda tidak memiliki komputer, banyak studio musik kecil-menengah telah menggunakan komputer untuk kerja berat mereka dengan biaya sewa yang semakin terjangkau.

Dari sisi perangkat lunak, ada banyak perangkat lunak yang cocok untuk digunakan untuk merekam, mencampurkan, dan membuat master CD, bahkan yang gratisan pun bisa, dan Internet menawarkan berbagai audio library, baik yang gratis maupun berbayar untuk meningkatkan hasil rekaman, baik itu sound effect atau drum loop. Pastikan saja Anda bisa menggunakannya untuk musik Anda (pastikan apakah memang gratis atau setidaknya dapatkan izin dari pemilik). Anda bahkan bisa menuliskan dan membagikan notasi musik dari lagu Anda secara online.

Lalu apa yang akan Anda lakukan setelah Anda merasa puas dengan hasil rekaman, serta menyelesaikan semua liriknya? Kini waktunya dunia mendengarkan musik Anda. Saat ini Anda tidak benar-benar harus menunggu jumlah lagu tertentu yang telah diselesaikan untuk membuat album yang siap dibagikan (atau dijual), karena jika Anda merekam musiknya secara digital, maka tinggal satu langkah saja untuk mengunggahnya di internet.

Continue reading [MusicMonday] Jadi Sekarang Anda Sudah Punya Band. Selanjutnya Apa? Membuat Website?

[Dailyssimo] Sebidang Taman bernama Social Media

Apakah Anda pernah memperhatikan bahwa social media yang kita kenal pada saat ini punya arti yang cukup beragam dari para pengguna. Mungkin jika hanya definisi dasar dengan menunjuk Facebook dan Twitter semua orang langsung paham, tapi pernahkah Anda menggali apa yang mereka pahami tentang social media?

Kalau mengutip hasil pembicaraan saya dengan rekan sesama ex-Yahoo!, Jonas Del Los Reyes yang sekarang di Filipina, Anda mungkin bisa membayangkan situasi seperti apa yang ada di sini, berikut kutipan singkatnya, “…our market is still young, definition are scattered, everyone running with their understanding”. Yak, saya pikir memang itulah yang terjadi di wilayah ini. I might say it’s chaotic but in a good way. 🙂

Mungkin Anda masih ingat dengan apa yang dilakukan oleh General Motor (GM) beberapa saat lalu tepat sebelum Facebook melakukan langkah bersejarah mereka untuk masuk lantai bursa (IPO), GM memutuskan untuk menghentikan investasi iklan mereka di Facebook ad yang bernilai 10 juta Dollar. GM mengatakan meski mereka memutuskan untuk menghentikan investasi iklan, mereka tidak akan meninggalkan Facebook, namun akan lebih fokus pada strategi konten yang akan tetap didistribusikan lewat Facebook Page mereka.

Continue reading [Dailyssimo] Sebidang Taman bernama Social Media

[Simply Business] Kebangkitan Social Media Reseller

Industri e-commerce di Indonesia memang dalam masa pertumbuhan. Kita telah melihat banyaknya dukungan dari layanan payment gateway atas pertumbuhan ini serta perusahaan terkenal dengan kantong tebal. Namun sayang, sebagian orang masih menjual produk mereka di Facebook. Ya, Facebook!

Facebook tidak pernah diperuntukkan sebagai tempat menjual barang, namun pengguna Indonesia melakukannya. Ini juga terjadi di Multiply, Friendster dan bahkan BlackBerry Messenger Groups. Di mana orang berkumpul, maka disitulah para penjual melakukan aksinya.

Mari kita lihat Multiply. Perusahaan ini melakukan pivot dari situs jejaring sosial menjadi marketplace karena mereka melihat pertumbuhan yang pesat dari para penjual yang menggunakan Multiply sebagai sarana untuk menjual barang di negara Asia seperti Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Setelah pivot ini, Multiply kini diperhintungkan sebagai tempat tujuan belanja online sosial di Filipina dengan lebih dari 120.000 penjual yang menjual dagangannya ke lima juta pengguna. Melihat besarnya pasar di Asia, mereka bahkan memindahkan kantor pusat mereka ke Indonesia dan akan berkonsentrasi pada ekspansi e-commerce mereka di Asia Tenggara.

Continue reading [Simply Business] Kebangkitan Social Media Reseller

[Music Monday] Mengapa Toko Unduhan Musik Tidak Akan Berhasil di Indonesia

Makin saya pikirkan, semakin yakin bahwa layanan musik – setidaknya di Indonesia – berjalan ke arah yang salah. Sejak 2008, Indonesia telah memiliki beberapa toko unduhan musik online. Berbagai model bisnis telah dijalankan – ISP mencoba pembayaran ISP, operator telekomunikasi mencoba dengan membayar via SMS, dan beberapa layanan lain bahkan menyediakan pilihan sistem pembayaran; baik lewat SMS atau voucher elektronik.

Investasi (yang cukup mahal) di-hosting dan sistem pengiriman konten dilakukan dalam usaha untuk meniru apa yang sepertinya berjalan di luar negeri – unduhan musik. Pada dasarnya, pengguna akan membayar untuk sebuah lagu yang mereka inginkan, dan hanya untuk lagu yang mereka mau saja, dan mengunduhnya ke perangkat mereka. Kebanyakan layanan membutuhkan implementasi DRM untuk menghindari proses penyalinan yang tidak sah, dan file itu sendiri biasanya terkunci hanya pada perangkat yang mengunduh file tersebut.

Tentunya, ini tidak berhasil. Pastinya praktik ini tidak pernah memberikan hasil yang diinginkan oleh industri musik.

Continue reading [Music Monday] Mengapa Toko Unduhan Musik Tidak Akan Berhasil di Indonesia

[Dailyssimo] Apakah Blog Perlu SEO?

Beberapa hari ini saya terlibat diskusi di sebuah Facebook Group yang cukup menarik dan cukup membuka mata saya tentang sudut pandang para pelaku jasa strategi digital yang ada di tanah air kita ini.

Salah satu topik yang dibahas adalah mengenai penerapan SEO (Search Engine Optimization) pada blog, dan topik sederhana ini benar-benar mengundang reaksi yang saya bisa bilang merepresentasikan bagaimana cara pandang kebanyakan orang.

Menurut Anda apakah sebuah blog membutuhkan SEO? Jawaban mudah, cepat dan tanpa perlu pemikiran panjang adalah: Ya! Tapi apakah benar sebuah blog membutuhkan SEO?

Hakikat sebuah mesin pencari adalah mengumpulkan dan menyusun (indexing) kata-kata yang populer dan banyak dicari pada list mereka. Semakin populer sebuah kata, maka akan ada di urutan teratas. Jadi bila kata yang kita maksud adalah nama sebuah blog lengkap dengan link-nya maka yang dibutuhkan agar bisa masuk dalam urutan teratas dalam hasil pencarian, ya popularitas. Dengan kata lain, sebuah blog harus cukup populer, cukup banyak dicari orang untuk bisa masuk ke dalam urutan teratas daftar pencarian, that’s how we play the game…..fair and square. 🙂

Continue reading [Dailyssimo] Apakah Blog Perlu SEO?

[Simply Business] Mencari Kekayaan dengan Tidak Menggali Emas

Jutawan pertama di California hadir pada masa demam emas legendaris tahun 1850, ia bernama Sam Brannan. Meskipun saat itu adalah masa demam emas, Sam menjadi kaya bukan karena menemukan dan menjual emas, tetapi dia menjual sekop. Orang kedua yang menjadi kaya dalam masa yang sama adalah seorang Yahudi. Dia bereksperimen dengan bahan yang bernama denim dan membuat celana yang nyaman tapi kuat untuk dipakai ketika menggali emas. Orang tersebut bernama Levi Strauss, penemu Jeans.

Masa demam emas selalu terjadi, bahkan sekarang di era digital. 10 tahun yang lalu semua orang berlomba membuat sebuah situs dan sekarang semua orang berebut untuk membuat aplikasi mobile. Banyak orang yang mendapatkan peluang dengan membuat aplikasi mobile, tetapi berapa banyak orang yang benar-benar mendapatkan uang dari aplikasi mobile?

Menurut penelitian yang baru-baru ini dijalankan oleh App Promo, pasar iOS diisi oleh 600.000 aplikasi, tetapi hanya 12 persen dari aplikasi-aplikasi tersebut telah mendapatkan $50.000 atau lebih. Sekitar 59 persen dari aplikasi tersebut tidak mampu mennghasilkan uang untuk mengembalikan modal biaya pengembangan. Lebih buruk lagi kondisi di Android Market, atau yang baru saja berganti nama menjadi Google Play. Survei dari Flurry Analytics menunjukkan bahwa pengembang mendapatkan pendapatan 77 persen lebih sedikit ketika menjual aplikasinya di Google Play dibandingkan dengan di App Store.

Continue reading [Simply Business] Mencari Kekayaan dengan Tidak Menggali Emas

[Music Monday] Tunggu, Internet Dapat Menghasilkan Uang untuk Musik?

Industri (rekaman) musik ada di masa gelap akhir-akhir ini, terutama di Indonesia – saya telah menuliskan beberapa tulisan tentang situasi ini jadi saya tidak akan mengulangnya. Tetapi keambrukannya bisa dirangkum seperti ini: saat ini tidak ada cara nyata bagi industri (rekaman) musik untuk bisa menghasilkan uang dari karya mereka. Penjualan CD menurun, musik melalui perangkat bergerak akan menghadapi krisis, dan tidak ada layanan musik online di pasar lokal yang benar-benar layak untuk disebutkan. Tapi ini bukan berarti internet tidak bisa menghasilkan uang buat Anda, musisi atau label musik.

Saya mengakui bahwa pernyataan saya agak meluas tentang hal ini – saya tidak akan mengatakan bahwa ada jutaan cara untuk mendapatkan uang bagi musik langsung dari internet, tetapi jelas ada banyak cara untuk menjamin internet bekerja untuk Anda dan bisa mendatangkan uang yang Anda butuhkan. Musik mungkin secara sudah pada dasarnya gratis untuk sebagian pendengar musik, tetapi itu tidak berarti membuat musik yang Anda inginkan tidak membutuhkan uang. Bahkan mengunduh Audacity atau Gamelan butuh biaya untuk akses internet.

Continue reading [Music Monday] Tunggu, Internet Dapat Menghasilkan Uang untuk Musik?

[Simply Business] Bekerja Terlalu Keras Tidak Baik Untuk Anda

Saya telah melihat tren yang mengganggu di dunia startup. Perilaku yang mengganggu di dunia korporat dan yang juga menjadi alasan utama mengapa saya meninggalkan dunia korporat telah menginfeksi dunia kecil kita yang indah. Tren tersebut adalah: Bekerja terlalu keras.

Ya, saya telah melihatnya terjadi. Orang bekerja sampai larut dilihat sebagai pahlawan dan bekerja di akhir pekan sudah dianggap sebagai hal normal. Tidak melakukannya membuat Anda jadi bahan ejekan masyarakat. Sebenarnya tidak perlu jadi seperti ini. Tidak peduli berapa jam yang Anda habiskan dalam bekerja, hasil adalah yang paling penting.

Butuh contoh? Lihatlah cara Ryan Carson dalam menjalankan bisnisnya, dengan bekerja hanya 4 hari per minggu namun masih bisa menjalankan usaha yang menguntungkan dengan pemasukan $3 juta per tahun.

Continue reading [Simply Business] Bekerja Terlalu Keras Tidak Baik Untuk Anda

Mengapa Edukasi Pasar Mungkin Tidak Lagi Relevan

Sejalan dengan pertumbuhan industri e-commerce, kita sering melihat banyak perusahaan e-commerce mencoba untuk membawa perilaku e-commerce pada audiens baru di Indonesia. Negara berkembang seperti Indonesia, dengan semua pertumbuhan ekonomi dan populasi internet yang masih belum dewasa sering dilihat sebagai target konversi pasar.

Kita telah melihat tanda dimana para pemain e-commerce besar di Indonesia memberikan usaha terbaik mereka untuk mendidik pasar tentang keuntungan dari e-commerce, untuk menjelajah produk, bagaimana caranya membayar barang secara online, dll. Jutaan dollar telah dikeluarkan lewat iklan televisi, acara live di televisi, kampanye offline, dll. Berbagai usaha untuk mengedukasi pasar selama 3 tahun belakangan ini, namun hasilnya belum terlihat signifikan.

Tentu saja, usaha ini tidak sepenuhnya sia-sia, tetapi jika dibandingkan dengan investasi yang telah dilakukan, angka pertumbuhannya tidak signifikan. Hasil dari kondisi ini? Hanya perusahaan dengan modal jutaan dollar yang bisa melakukannya dan bertahan di beberapa tahun ke depan. Maksud saya, bahkan perusahaan sebesar Plasa nyaris gagal di percaturan e-commerce, beruntung eBay menyelamatkan mereka. Dalam skenario ini, tidak ada kesempatan untuk bertahan bagi perusahaan e-commerce yang lebih kecil.

Continue reading Mengapa Edukasi Pasar Mungkin Tidak Lagi Relevan

[Music Monday] Tentang OpenEMI dan Membawanya ke Tahap Selanjutnya

Pada tanggal 22 – 24 April 2012 sebuah konferensi bernama Rethink Music diselenggarakan oleh Berklee College of Music di Boston. Mereka pada dasarnya membawa para profesional dari seluruh industri musik – dari media, dari label musik, manajemen artis, dan dari perusahaan teknologi seperti YouTube, Rhapsody dan Echo Nest (Anda bisa melihat semua daftar pembicara di sini). Tetapi salah satu topik yang bagi saya menarik yang diumumkan dan didiskusikan di acara tersebut adalah, OpenEMI.

Konsep dasar dari OpenEMI adalah untuk menyediakan akses bagi para startup yang ingin membuat aplikasi dan layanan musik berdasarkan koleksi musik EMI – dan jika aplikasi ini cukup menarik, EMI bisa saja bermitra dengan startup tersebut untuk mengembangkannya lebih jauh. Anda bisa meminta akses, apakah dari koleksi lagu mereka yang cukup luas atau meminta akses lebih dalam untuk konten audio, video atau konten lain dari artis tertentu. Sistem yang ramah bagi developer ini didukung oleh Echo Nest, perusahaan yang juga memiliki cakupan API yang cukup luas untuk aplikasi musik yang menjadi pendukung layanan seperti fitur Radio di Spotify.

Continue reading [Music Monday] Tentang OpenEMI dan Membawanya ke Tahap Selanjutnya