Mempersiapkan Kehadiran Teknologi 5G di Indonesia

Sebagai kegiatan sosialisasi implementasi teknologi konektivitas telekomunikasi 5G tahun 2019 mendatang, Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL), 5G Forum, dan beberapa perusahaan teknologi internasional, menggelar kegiatan diskusi di Jakarta. Banyak hal yang menarik dijabarkan dalam diskusi tersebut, mulai dari peluang teknologi 5G mendukung industri Internet of Things (IoT) di Indonesia hingga membuka kesempatan pekerjaan baru untuk generasi muda di tanah air.

Teknologi 5G yang bersifat advance tidak hanya menawarkan tingkat latensi yang sangat rendah dan kecepatan akses data yang tinggi dan konsisten di berbagai cakupan area, namun juga menciptakan peluang bisnis bagi berbagai industri baru. Beberapa teknologi yang saat ini sudah hadir dan berpotensi untuk berkembang lebih baik lagi memanfaatkan teknologi 5G adalah Virtual Reality (VR), IoT dan layanan mission-critical.

“Melihat potensi yang besar dari implementasi 5G baik bagi konsumen maupun ekonomi global penting bagi Indonesia untuk sedini mungkin mempersiapkan diri menyambut era 5G ini,” kata Ketua Umum MASTEL Kristiono.

Saat ini beberapa negara yang telah mengumumkan untuk melakukan uji coba 5G adalah Jepang, Korea, Tiongkok, negara-negara Eropa, dan Amerika Serikat.

Persoalan spektrum dan evolusi teknologi 4G

Dalam diskusi yang dihadiri Dr. Sigit P. W. Jarot (Mastel Institute), Colin Jiang (ZTE), Thomas Jul (Ericsson Indonesia), dan Julie G. Welch (Qualcomm) dibahas potensi kendala dan tantangan di Indonesia mendukung perkembangan teknologi 5G ke depannya.

Dari sekian banyak pilihan teknologi 5G yang tersedia, menurut Julie Welch, semua bisa diimplementasikan dengan baik di Indonesia. Teknologi tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan lebih yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia.

“Yang menjadi fokus utama adalah kita juga harus melihat range spectrum band, apakah low band, mid band dan high band. Bukan hanya range spectrum band tapi cara baru untuk memanfaatkan spektrum yang ada,” kata Julie.

Pada dasarnya teknologi 5G dapat menggunakan berbagai band spektrum, mulai dari band yang rendah seperti 1GHz, band sedang sekitar 1GHz hingga 6GHz hingga band tinggi di atas 24GHz yang juga dikenal sebagai milimeter wave. Selain itu teknologi ini juga mampu bekerja di seluruh spektrum, baik yang berbayar (unlicensed), berbagi (shared), maupun tidak berbayar (unlicensed).

“Idealnya perjanjian untuk spektrum tersebut adalah exclusive licensed spectrum, tapi faktanya hal tersebut sulit untuk diterapkan. Untuk itu kita menciptakan kebijakan masing-masing,” kata Julie.

Teknologi 5G disebutkan harus memiliki dasar teknologi 4G yang baik agar bisa menghasilkan teknologi 5G yang sempurna.

“Untuk bisa mengembangkan teknologi 5G, teknologi 4G harus terus dikembangkan secara menyeluruh dan sempurna. Selama 2 tahun terakhir 4G sudah mulai dikembangkan dan selanjutnya akan menjadi dasar yang kokoh bagi 5G untuk bisa berkembang. Pengembangan 4G akan terintegrasi dengan teknologi 5G, kedua teknologi tersebut akan berjalan beriringan,” kata Thomas Jul.

Hal senada juga diutarakan Colin Jiang. Menurut Jiang, saat ini persoalan spektrum masih menjadi kendala di Indonesia. Untuk itu menjadi penting bagi pihak terkait untuk fokus kepada pengembangan teknologi 4G terlebih dahulu.

“Diharapkan dari pengembangan tersebut sektor IoT di Indonesia bisa meningkat lebih baik lagi dari sisi inovasi dan tentunya dukungan teknologi yang ada dari 5G,” kata Jiang.

Merekrut pakar dan ahli teknologi

Untuk mempercepat inovasi dan pengembangan teknologi 5G ke depannya, Thomas Jul menganjurkan pemerintah dan pihak terkait merekrut lebih banyak tenaga ahli dan engineer untuk membangun teknologi untuk mempercepat perkembangan teknologi 4G saat ini dan 5G ke depannya. Dengan demikian infrastruktur dan inovasi terkini bisa tercipta dan memudahkan startup, operator, dan industri terkait untuk berkolaborasi.

“Untuk membangun teknologi yang advance saya menyarankan untuk menempatkan atau merekrut tenaga ahli, engineer dan pakar lainnya yang mampu menciptakan inovasi dan teknologi yang bisa bermanfaat untuk orang banyak,” tutup Jul.

Ericsson Tuntaskan Penyelenggaraan Demo Teknologi 5G Pertama di Indonesia

Meski secara nyata implementasi teknologi 4G belum merata di Indonesia. Namun, vendor perusahaan teknologi dari Swedia, Ericsson telah mempersiapkan teknologi generasi kelima atau 5G di Indonesia.

Secara historis, Ericsson memang telah mengantongi paten dari teknologi jaringan, termasuk salah satunya pengembangan teknologi 5G.

Ericsson telah menuntaskan demo 5G pertama di Indonesia, termasuk 5G test bed, 5G New Radio (NR) dan penggunaan lainnya seperti tangan robot sensor gerak dan video streaming 4K secara langsung.

Test bed 5G mencapai kecepatan puncak downlink sebesar 5,74 Gbps dan latensi serendah 3ms. Konsep test bed dirancang untuk mendukung uji coba penuh yang sudah menjadi fitur penting 5G, seperti beam forming dan tracking, multi-user MIMO, transmisi multi-situs, rancangan super ramping dan dynamic TDD.

Selain itu juga mencakup kebutuhan saat uji coba pre-komersial, seperti sinyal referensi dan laporan feedback. Dengan demikian, 5G siap diuji coba dengan pelanggan dan partner dari seluruh dunia.

Latensi rendah dan reliabilitas tinggi 5G, ditambah kecerdasan dalam cloud, akan memungkinkan komunikasi manusia ke mesin yang lebih baik. Contohnya terlihat dari demonstrasi tangan robot motion-sensing yang bisa dikendalikan pengguna lewat gerakan tangan atau jari.

Aplikasi seperti ini bisa digunakan untuk berbagai tugas, termasuk operasi jarak jauh, penanganan kecelakaan di jalan atau skenario lainnya yang tidak memungkinkan kehadiran manusia.

“Yang menjadi perbedaan fundamental dari teknologi 5G, dia didesain untuk memenuhi semua kebutuhan yang sebelumnya belum mampu dipenuhi teknologi sebelumnya,” terang Presiden Direktur Ericsson Indonesia dan Timor Leste Thomas Jul, Senin (3/4).

Hasil riset Ericsson memprediksi teknologi teranyar ini akan berkembang pesat dengan total pengguna lebih dari setengah miliar secara global pada 2020. Selain itu, bagi perusahaan operator teknologi 5G berpotensi untuk mendorong pertumbuhan pemasukan sebanyak 34% di 2026, jika dibandingkan pada 2016.

Di sisi konsumen, mereka akan menikmati aplikasi baru seperti augmented reality dan video streaming 4K. Sedangkan bagi industri, akan dimudahkan lewat aplikasi IoT inovatif seperti transportasi pintar dan layanan kesehatan jarak jauh, serta lainnya.

Secara global, teknologi ini belum dipakai secara komersial. Targetnya baru akan hadir pada 2020. Sebelum waktu itu tiba, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mendorong perusahaan operator untuk mempersiapkan model bisnisnya. Sebab teknologi ini tidak hanya untuk akses internet saja, namun juga untuk kebutuhan bisnis.

Adopsi dari teknologi tersebut akan berdampak pada bisnis operator. Menurutnya 5G membutuhkan spektrum yang lebih luas dan biaya yang besar. Maka dari itu pihaknya mendorong operator untuk melakukan konsolidasi bisnis.

“Harapannya di 2020 nanti hanya akan ada 3-4 operator saja. Dengan demikian industri telekomunikasi akan lebih efisien sejalan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga skala ekonominya bisa meningkat,” kata Rudiantara.

Untuk mendukung teknologi 5G, pemerintah akan menyediakan frekuensi khusus 28Ghz yang akan terbagi untuk tiga sampai empat operator.

Ekosistem harus siap

Sebelum Indonesia resmi meluncurkan teknologi 5G, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengatakan bahwa semua pihak harus berpartisipasi dalam menciptakan ekosistem pendukungnya. Mulai dari spektrum frekuensi yang diberikan pemerintah, kesiapan perangkat, kesiapan pasar apakah ada contoh use case yang nyata, dan lainnya.

Menurutnya, sementara ini use case dari pemanfaatan 5G di Indonesia lebih cocok bila diimplementasikan untuk mendukung kebutuhan industri, misalnya untuk pabrik, manufaktur, kesehatan, dan lainnya.

Dia mempredikasi untuk pemakaian 5G secara komersial, kemungkinannya baru akan terealisasi empat tahun dari sekarang, atau sekitar 2021.

“Sebetulnya 5G ini titik beratnya ke arah industri, untuk pabrik besar, IoT, M2M. Kalau personal jaringan LTE sudah jauh dari cukup. Sekarang use case yang sudah teridentifikasi bisa pakai 5G itu lebih mengarah untuk industri.”

Terkait pemanfaatan teknologi baru, XL saat ini sudah meluncurkan jaringan LTE sejak tahun lalu. Pengguna XL yang sudah memanfaatkan teknologi tersebut diklaim mencapai 25% dari total pengguna, adapun traffic-nya mencapai 25% dari seluruh pasar XL. Dia menargetkan adopsi pengguna untuk beralih ke LTE diharapkan bisa naik dua kali lipat pada tahun ini.

Menkominfo: Indonesia Siap Adopsi Segala Jenis Teknologi, Termasuk Konektivitas 5G

Pemerintah mengakui peran teknologi sebagai enabler dalam berbagai aspek perkembangan ekonomi bangsa. Pemanfaatan teknologi melalui program Pita Lebar dinilai mampu meratakan penyebaran infrastruktur dan adopsi yang lebih luas. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara pun bersemangat menyambut teknologi komunikasi mobile generasi kelima (5G), namun menurutnya harus ada beberapa penyesuaian terlebih dahulu.

Ditemui pada hari ini (19/11) dalam acara “Next Generation Broadband-5G Forum” yang diprakarsai oleh ZTE dan Masyarakat Telematika (Mastel), Rudiantara mengakui 5G memang memberikan keuntungan yang lebih baik, seperti jumlah koneksi yang lebih besar, kapasitas 1000 kali lebih besar, throughput 10 kali lebih cepat, dan latency yang lebih rendah. Meski begitu, ia melihat sisi lain dari implementasi teknologi ini.

“Pada dasarnya Indonesia terbuka pada berbagai macam teknologi, termasuk 5G. Yang perlu diperhatikan adalah, apakah teknologi ini affordable atau tidak? Model bisnisnya untuk operator bagaimana? Poin-poin tersebut bukan hambatan, hanya saja memang harus jelas,” ucap Rudiantara.

Pentingnya membangun persepsi bersama bahwa membangun jaringan pita lebar yang lebih luas mampu memberi manfaat yang lebih besar. Fokusnya dalam rencana ini hingga tahun 2019 ialah demi mencapai tiga tujuan, yaitu  mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing bangsa;  mendukung peningkatan kualitas pembangunan manusia Indonesia; dan menjaga kedaulatan bangsa.

Untuk memenuhi target pembangunan pita lebar ini, Indonesia memiliki beberapa tantangan, seperti meratakan penyebaran infrastruktur ke seluruh wilayah Indonesia, menyiapkan pendanaan dalam jumlah besar, dan menciptakan ekosistem yang siap untuk perkembangan teknologi.

“Strategi Indonesia adalah harus terus keep up. Adopsi 5G harus dipersiapkan matang-matang seperti aplikasinya, layanannya, regulasinya, serta edukasinya,” tambah Rudiantara.

Aplikasi yang tepat di jaringan 5G yang cocok untuk masyarakat Indonesia saat ini belum benar-benar ada. Menurut Rudiantara, pemanfaatannya justru cenderung cocok untuk pasar dan solusi korporasi atau machine-to-machine. Sementara untuk sisi konsumen, jaringan 4G saja dinilai sudah cukup untuk streaming video dengan kualitas terbaik.

“Kesiapannya tergantung bagaimana kita mengedukasi. Juga terjangkau ke berbagai kelas dan lapisan masyarakat. Kalau disamakan harganya, hal itu jelas menyulitkan,” kata Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia Kristiono pada kesempatan yang sama.

Senada dengan Rudiantara, Kristiono menggarisbawahi model bisnis yang nantinya dibutuhkan oleh operator telekomunikasi untuk memberikan pelayanan yang lebih tepat perihal jaringan 5G ke konsumen. Migrasi 4G ke 5G seharusnya tidak sesulit 2G ke 3G, karena perangkat kerasnya kini lebih terjangkau dan kanal edukasinya lebih baik.

Jika tak ada aral melintang, teknologi jaringan 5G kabarnya akan mulai digarap di Indonesia pada tahun 2020 nanti.

Lewat Terobosan “Pre5G”, ZTE Tawarkan Akses Layaknya 5G Lebih Dini

Salah satu vendor perangkat asal Tiongkok, ZTE mengklaim telah berhasil mengembangkan terobosan teknologi algoritma baru bernama MUSA (Multi-Users Shared Access), yang diklaim mampu memproses kapasitas overload hingga tiga kali lipat pada sebuah jaringan nirkabel.

Continue reading Lewat Terobosan “Pre5G”, ZTE Tawarkan Akses Layaknya 5G Lebih Dini

Ericsson Bekerja Sama dengan SingTel Membangun Arsitektur Jaringan 5G di Singapura

Di saat penyedia layanan telekomunikasi di negara kita belum lama meresmikan jaringan 4G LTE miliknya masing-masing, tetangga kita di Singapura sudah merencanakan pembangunan arsitektur jaringan 5G. Bukan, artikel ini bukan bertujuan untuk mengejek negara sendiri, ini hanyalah sebagai gambaran betapa cepatnya perkembangan industri telekomunikasi di benua Asia. Continue reading Ericsson Bekerja Sama dengan SingTel Membangun Arsitektur Jaringan 5G di Singapura

Korea Berinvestasi Hampir USD 1,5 Miliar Untuk Hadirkan Koneksi 5G

Apa yang Anda dapatkan dari konektivitas 5G? Ia diklaim 1.000 kali dibandingkan kecepatan unduh 4G dimana Anda dapat mengakses file sebesar 800MB dalam satu detik.

Continue reading Korea Berinvestasi Hampir USD 1,5 Miliar Untuk Hadirkan Koneksi 5G