Kehadiran Teknologi 5G Diyakini Mempercepat Transformasi Digital Indonesia

Kehadiran dukungan jaringan 5G beberapa hari yang lalu menjadi kabar gembira bagi pengguna smartphone yang memang sejak awal support jaringan tersebut. Hal senada dirilis oleh Ericsson ConsumerLab yang melaporkan bahwa pengguna smartphone di Indonesia khususnya yang sudah mendukung jaringan 5G menilai teknologi generasi kelima ini akan 10 kali lebih cepat ketimbang 4G.

Continue reading Kehadiran Teknologi 5G Diyakini Mempercepat Transformasi Digital Indonesia

Indosat Ooredoo Demonstrates 5G Technology with Ericsson

In order to celebrate its 51st birthday, Indosat Ooredoo partners with Ericsson to demonstrate 5G by presenting the way to use its technology. Both companies highlighted two main products, the test bed for 5G and 3D-AR (Augmented Reality).

Arief Musta’in, Indosat Ooredoo’s Director & Chief Innovation Officer, said the 5G technology has the potential to accelerate digital transformation in various industries in Indonesia, and readiness to use 5G technology is one of Indosat Ooredoo’s visions to build a competitive video quality network.

“5G has the potential to accelerate digital transformation in various industries in Indonesia, and empower consumers with innovative implementation. The preparation of 5G is in our vision to build a video quality network. Indosat Ooredoo partners with Ericsson proudly present study case demonstration of 5G usage, particularly the first 3D Augmented Reality experience in Indonesia which allows innovation in various industries, such as education and health care,” he explained.

The 5G technology’s test bed has reached 10Gbps per EU (User Equipment) of a total 20Gbps. It also has beam tracking, 5G’s top skill that allows higher capacity and performance. In addition, this technology also provides 4K videos to the EU via 5G radio.

On the other hand, 3D-AR technology intends to present deeper interaction and experience with virtual objects looking alive like a realistic photo of human’s anatomy and 360-degree images of planet Earth.

Indosat Ooredoo and Ericsson also introduced a demo of 5G deployment considerations and connected drones to be tested from long distance or using the current flight path.

“5G represents major cellular technology evolution that allows new possibility and application. We believe the 5G technology to play a leading role in the digital transformation in Indonesia. Ericsson partners with Indosat Ooredoo to improve network and quality for customers. In this demonstration, we expect a crystal figure of 5G benefits in our lives, and how Ericsson and Indosat Ooredoo to continue this partnership in bringing our best work to improve network quality in Indonesia,” Jerry Soper, Ericsson Indonesia’s President Director, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Indosat Ooredoo Gandeng Ericsson Demokan Teknologi 5G

Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-51, Indosat Ooredoo bekerja sama dengan Ericcson menampilkan kesiapan 5G dengan menghadirkan contoh penggunaan teknologi 5G. Kedua perusahaan tersebut menyoroti dua demo utama yakni test bed untuk 5G dan 3D-AR (Augmented Reality).

Disampaikan Director & Chief Innovation Officer Indosat Ooredoo Arief Musta’in, teknologi 5G memiliki potensi untuk mempercepat transformasi digital di berbagai industri di Indonesia, dan kesiapan penggunaan teknologi 5G ada dalam visi Indosat Ooredoo untuk membangun jaringan berkualitas video yang kompetitif.

“5G memiliki potensi untuk mempercepat transformasi digital di berbagai industri di Indonesia, serta memberdayakan konsumen dengan pengaplikasian yang inovatif. Kesiapan 5G tertanam dalam visi kami dalam upaya membangun jaringan berkualitas video yang kompetitif. Indosat Ooredoo bekerja sama dengan Ericsson dengan bangga mempertunjukkan demonstrasi contoh kasus penggunaan 5G, terutama pengalaman 3D Augmented Reality pertama di Indonesia yang akan memungkinkan inovasi dalam berbagai industri seperti pendidikan dan perawatan kesehatan,” terang Arief.

Teknologi 5G dalam test bed yang dilakukan mencapai 10Gbps per UE (User Equipment) dari total 20Gbps. 5G test bed tersebut juga memiliki beam tracking, salah satu kemampuan unggulan 5G yang memungkinkan kapasitas dan kinerja yang lebih tinggi. Selain itu teknologi tersebut ini juga memungkinkan streaming video 4K ke UE melalui radio 5G.

Sementara itu teknologi 3D-AR mencoba menghadirkan pengalaman dan interaksi yang lebih mendalam dengan objek virtual. Demo 3D-AR membawa peserta melihat dan berinteraksi dengan objek virtual yang terlihat hidup seperti anatomi manusia fotorealistik dan gambar 360 derajat dari planet bumi.

Indosat Ooredoo dan Ericsson juga menghadirkan demo 5G deployment considerations dan connected drones yang dapat dicoba dari jarak yang lebih jauh atau dengan jalur penerbangan yang telah ditentukan sebelumnya.

“5G mewakili evolusi teknologi seluler utama yang dapat membuka kemungkinan dan aplikasi baru. Kami percaya bahwa 5G akan memainkan peran utama dalam transformasi digital di Indonesia. Ericsson bekerja sama dengan Indosat Ooredoo untuk meningkatkan jaringan dan teknologi untuk para pelanggan. Kami berharap bahwa demonstrasi ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang manfaat 5G untuk kehidupan kita, dan bagaimana Ericsson dan Indosat Ooredoo akan terus bekerja sama untuk membawa kemampuan terbaik kita untuk meningkatkan kualitas jaringan di Indonesia,” terang Presiden Direktur Ericsson Indonesia Jerry Soper.

Mempersiapkan Kehadiran Teknologi 5G di Indonesia

Sebagai kegiatan sosialisasi implementasi teknologi konektivitas telekomunikasi 5G tahun 2019 mendatang, Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL), 5G Forum, dan beberapa perusahaan teknologi internasional, menggelar kegiatan diskusi di Jakarta. Banyak hal yang menarik dijabarkan dalam diskusi tersebut, mulai dari peluang teknologi 5G mendukung industri Internet of Things (IoT) di Indonesia hingga membuka kesempatan pekerjaan baru untuk generasi muda di tanah air.

Teknologi 5G yang bersifat advance tidak hanya menawarkan tingkat latensi yang sangat rendah dan kecepatan akses data yang tinggi dan konsisten di berbagai cakupan area, namun juga menciptakan peluang bisnis bagi berbagai industri baru. Beberapa teknologi yang saat ini sudah hadir dan berpotensi untuk berkembang lebih baik lagi memanfaatkan teknologi 5G adalah Virtual Reality (VR), IoT dan layanan mission-critical.

“Melihat potensi yang besar dari implementasi 5G baik bagi konsumen maupun ekonomi global penting bagi Indonesia untuk sedini mungkin mempersiapkan diri menyambut era 5G ini,” kata Ketua Umum MASTEL Kristiono.

Saat ini beberapa negara yang telah mengumumkan untuk melakukan uji coba 5G adalah Jepang, Korea, Tiongkok, negara-negara Eropa, dan Amerika Serikat.

Persoalan spektrum dan evolusi teknologi 4G

Dalam diskusi yang dihadiri Dr. Sigit P. W. Jarot (Mastel Institute), Colin Jiang (ZTE), Thomas Jul (Ericsson Indonesia), dan Julie G. Welch (Qualcomm) dibahas potensi kendala dan tantangan di Indonesia mendukung perkembangan teknologi 5G ke depannya.

Dari sekian banyak pilihan teknologi 5G yang tersedia, menurut Julie Welch, semua bisa diimplementasikan dengan baik di Indonesia. Teknologi tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan lebih yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia.

“Yang menjadi fokus utama adalah kita juga harus melihat range spectrum band, apakah low band, mid band dan high band. Bukan hanya range spectrum band tapi cara baru untuk memanfaatkan spektrum yang ada,” kata Julie.

Pada dasarnya teknologi 5G dapat menggunakan berbagai band spektrum, mulai dari band yang rendah seperti 1GHz, band sedang sekitar 1GHz hingga 6GHz hingga band tinggi di atas 24GHz yang juga dikenal sebagai milimeter wave. Selain itu teknologi ini juga mampu bekerja di seluruh spektrum, baik yang berbayar (unlicensed), berbagi (shared), maupun tidak berbayar (unlicensed).

“Idealnya perjanjian untuk spektrum tersebut adalah exclusive licensed spectrum, tapi faktanya hal tersebut sulit untuk diterapkan. Untuk itu kita menciptakan kebijakan masing-masing,” kata Julie.

Teknologi 5G disebutkan harus memiliki dasar teknologi 4G yang baik agar bisa menghasilkan teknologi 5G yang sempurna.

“Untuk bisa mengembangkan teknologi 5G, teknologi 4G harus terus dikembangkan secara menyeluruh dan sempurna. Selama 2 tahun terakhir 4G sudah mulai dikembangkan dan selanjutnya akan menjadi dasar yang kokoh bagi 5G untuk bisa berkembang. Pengembangan 4G akan terintegrasi dengan teknologi 5G, kedua teknologi tersebut akan berjalan beriringan,” kata Thomas Jul.

Hal senada juga diutarakan Colin Jiang. Menurut Jiang, saat ini persoalan spektrum masih menjadi kendala di Indonesia. Untuk itu menjadi penting bagi pihak terkait untuk fokus kepada pengembangan teknologi 4G terlebih dahulu.

“Diharapkan dari pengembangan tersebut sektor IoT di Indonesia bisa meningkat lebih baik lagi dari sisi inovasi dan tentunya dukungan teknologi yang ada dari 5G,” kata Jiang.

Merekrut pakar dan ahli teknologi

Untuk mempercepat inovasi dan pengembangan teknologi 5G ke depannya, Thomas Jul menganjurkan pemerintah dan pihak terkait merekrut lebih banyak tenaga ahli dan engineer untuk membangun teknologi untuk mempercepat perkembangan teknologi 4G saat ini dan 5G ke depannya. Dengan demikian infrastruktur dan inovasi terkini bisa tercipta dan memudahkan startup, operator, dan industri terkait untuk berkolaborasi.

“Untuk membangun teknologi yang advance saya menyarankan untuk menempatkan atau merekrut tenaga ahli, engineer dan pakar lainnya yang mampu menciptakan inovasi dan teknologi yang bisa bermanfaat untuk orang banyak,” tutup Jul.

Riset Ericsson tentang Pertumbuhan Internet Mobile dan Konsumsi Aplikasi di Indonesia

Dari hasil riset yang dilakukan Ericsson ditemukan ada penambahan sebanyak 10 juta pengguna internet mobile di Indonesia pada kuartal pertama 2017. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga dengan pertumbuhan internet mobile tertinggi di dunia, setelah India (+43 juta) dan Tiongkok (+24 juta).

Adapun secara global, terdapat 107 juta pengguna internet baru yang meningkat hingga 70% dibandingkan kuartal pertama 2016. Secara rerata, Ericsson mencatat terdapat penambahan 1 juta pengguna pada setiap harinya.

Ericsson memprediksi, bila pertumbuhan penambahan ini stabil tiap tahunnya, maka diprediksi pada 2022 nanti akan ada 9 miliar pengguna internet mobile di dunia. Angka tersebut melebihi jumlah penduduk bumi dari saat ini sekitar 7,5 miliar orang.

Vice President Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal mengatakan, bagi Indonesia penambahan angka ini menjadi peluang bagi para pengembang perangkat lunak untuk memproduksi suatu barang yang menjadi nilai tambah bagi pengguna internet.

Hal demikian membuat kapabilitas orang Indonesia untuk menikmati internet jadi makin meningkat. Para pengguna internet pun tidak lagi jadi sekadar konsumen saja yang hanya menggunakan telepon, sms, atau akses aplikasi media sosial dari luar negeri saja.

Ronni mencontohkan, salah satu contoh nyata yang bisa diaplikasikan adalah aplikasi untuk para petani yang telah menjadi pengguna internet. Aplikasi tersebut memiliki fungsi tambahan yang dapat menunjang pekerjaan mereka, seperti memantau harga pangan dan menjual produknya secara online.

“Aplikasi tersebut memiliki nilai tambah bagi petani untuk menunjang kehidupan sehari-harinya jadi lebih baik. Inilah yang sebetulnya bisa jadi peluang bagi para developer ke depannya,” terang Ronni saat pemaparan Ericsson Mobility Report Juni 2017, Kamis (7/7).

Konsumsi aplikasi lokal masih minim

Masih dari laporan yang sama, Ericsson menyebut dari 100 aplikasi teratas di Indonesia, rupanya masih didominasi oleh aplikasi dari luar negeri. Sementara sisanya, hanya 12% yang merupakan aplikasi buatan lokal.

Jenis aplikasi tersebut, seperti kamus, perbankan, mobile service provider, berita, belanja, transportasi, dan perjalanan.

“Kita semua harus dorong aplikasi lokal untuk lebih maju. Saya tidak berharap persentasenya bisa sampai 50% [porsi dibandingkan aplikasi luar negeri]. Namun dari pengguna internet di Indonesia yang besar, seharusnya jadi peluang untuk menciptakan aplikasi unik yang akan menguntungkan orang Indonesia itu sendiri.”

Selain itu menjadi peluang bisnis bagi operator seluler menjadi kegunaan baru, sebagai bagian dari upaya mewujudkan Indonesia jadi lebih digital. Misalnya mengembangkan aplikasi terkait perangkat yang terhubung dengan IoT.

Konsumsi data bakal dikuasai konten video

Ericsson juga memprediksi, seiring bertambahnya jumlah pengguna internet bakal berdampak pada meningkatnya konsumsi data. Hingga kuartal pertama 2017, sebanyak 50% konsumsi internet mobile dikontribusikan dari konten video. Ericsson memprediksi pada 2022 mendatang, sebanyak 75% data berasal dari konten video.

Dari segi konsumsi data per bulan, diprediksi akan meningkat. Dari rata-rata saat ini sekitar 2,1 GB per bulan, bakal menjadi 12 GB. Bila dihitung dengan seluruh pengguna internet di global, konsumsi data saat ini bakal berkisar di angka 8,8 exabytes. Pada 2022 bakal membludak jadi 71 exabytes.

“Operator telekomunikasi harus mempersiapkan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan internet mobile. Buat pemerintah, juga harus mengeluarkan regulasi yang tepat dan memudahkan,” pungkas dia.

Gandeng Ericsson, Indosat Ooredoo Hadirkan “Cloud-Ready Revenue Management”

Untuk memberikan penawaran baru terkait dengan charge billing yang lebih cepat kepada publik, Indosat Ooredoo menjalin kemitraan selama 5 tahun ke depan dengan  Ericsson. Nantinya akan diterapkan sistem Revenue Management System, bernama Ericsson Revenue Manager, yang memungkinkan pihak Indosat Ooredoo untuk memberikan layanan produk dan paket sesuai dengan permintaan pelanggan di Indonesia.

“Indosat Ooredoo adalah pemimpin Data Experience, yang mana kami akan memberikan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Seiring kerja sama dengan Ericsson, kami akan secara cepat memberikan penawaran berupa produk data terbaru serta layanan yang mendukung pertumbuhan portofolio layanan Digital, yang pada akhirnya akan memungkinkannya ‘Internet of Things’,” kata President Director & CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli dalam rilisnya.

Konfigurasi sederhana Ericsson Revenue Manager diklaim mengurangi dependensi pada Departemen Teknis, mempermudah dan mempercepat peluncuran layanan baru, dan mendukung future-proof operations dalam menghadapi perubahan permintaan dari pelanggan serta gangguan teknologi.

“Kami bangga bisa bekerja sama dengan Indosat Ooredoo dalam strategi transformasi digital di Indonesia. Kolaborasi ini membuktikan inovasi Ericsson Revenue Manager memberikan pengalaman berbeda bagi pelanggan. Perjanjian kerja sama ini menjadi sorotan utama kami dalam proses transformasi pelanggan kami dalam membentuk dan mempercepat Network Society di Indonesia,” kata Head of Ericsson Indonesia and Timor Leste Thomas Jul.

Ericsson: Pengguna Smartphone di Indonesia Kini Capai 38 Persen

Ericsson merilis Mobility Report untuk kawasan Asia Tenggara dan Oceania untuk kuartal pertama 2016. Dalam laporan tersebut disebutkan poin-poin penting terkait dengan tren smartphone, IoT, hingga penggunaan 4G dan LTE secara global. Dikupas juga makin besarnya antusias kalangan millennial terhadap konten video streaming dan social video dibandingkan tayangan televisi konvensional.

Dalam presentasinya, Presiden Direktur Ericsson Indonesia Thomas Jul menegaskan hasil survei ini dilakukan secara global dan bertujuan untuk mencari tahu tren terkini serta prediksi ke depan secara global.

“Dari data yang berhasil dikumpulkan terdapat hal-hal penting untuk dicatat khususnya oleh operator telekomunikasi di Indonesia,” kata Thomas kepada media di Jakarta.

Mobile subscription dan subscriber

Kawasan Asia Pacific (APAC) menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi dalam hal mobile subscription dan subscriber. Indonesia memberikan kontribusi pertumbuhan jumlah pengguna baru sebanyak 5 juta di kuartal pertama 2016, menjadikan Indonesia berada di posisi ketiga di kawasan APAC, dengan India di posisi pertama dan Myanmar di posisi kedua. Secara keseluruhan ada kenaikan sekitar 3% secara global.

Dalam laporan disebutkan penetrasi smartphone subscription di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 38% dan diperkirakan hingga tahun 2021 akan meningkat menjadi 98%.

Disebutkan pula oleh Thomas, Indonesia memiliki jumlah langganan smartphone tertinggi di Asia Tenggara dan Oceania, tercatat dengan hampir 100 juta di tahun 2015 dan diprediksi tumbuh menjadi 250 juta langganan smartphone di akhir 2021.

“Indonesia tercatat merupakan salah satu negara di Asia Pacific dengan jumlah kepemilikan smartphone paling tinggi, dan diperkirakan pada tahun 2018 nanti pengguna smartphone akan mengalahkan pengguna telepon seluler [feature phone] di Indonesia,” kata Thomas.

Tren teknologi 4G dan LTE

Hal menarik yang juga dipaparkan dalam Mobility Report tersebut adalah tahun 2016 secara perlahan masyarakat sudah mulai meninggalkan teknologi 2G dan 3G dengan beralih menggunakan 4G. Meskipun saat ini teknologi 2G sudah banyak ditinggalkan di Eropa dan Amerika, kawasan Asia Pacific khususnya Indonesia masih belum bisa untuk meninggalkan 2G.

“Sebelumnya diprediksi teknologi 2G akan mati memasuki tahun 2016 hingga 2021, namun faktanya saat ini masih banyak negara yang menggunakan teknologi 2G khususnya Indonesia. Secara perlahan kemungkinan masyarakat mulai beralih ke teknologi 4G dan LTE,” kata Thomas.

Tercatat selama kuartal pertama 2016 terdapat 150 juta pelanggan LTE baru. Diperkirakan pada tahun 2021 pengguna teknologi LTE mencapai 4,3 miliar secara global.

Data mobile broadband vs Wi-Fi

Dalam laporan tersebut dikupas juga mengenai kebiasaan masyarakat yang mengakses internet. Penggunaan mobile broadband dan Wi-Fi merupakan pilihan dari pengguna. Di Indonesia sendiri penggunaan internet saat mengakses video, chat platform, social media lebih didominasi dengan penggunaan Wi-Fi. Hal ini disebabkan koneksi Wi-Fi yang lebih stabil dan tidak boros. Dari data yang dikumpulkan oleh Ericsson terlihat tahun 2015 penggunaan mobile broadband lebih unggul dari Wi-Fi, namun demikian tahun 2016 penggunaan Wi-Fi semakin meningkat di Indonesia.

Apabila membuat perbandingan rata-rata data mobile broadband dan pertumbuhan Wi-Fi di bulan Maret 2016 dan Maret 2015, rata-rata traffic data per pengguna untuk mobile broadband dan Wi-Fi di Indonesia tumbuh sekitar 80%, peningkatan tertinggi di kawasan Asia Tenggara dan Oceania. Permintaan untuk kapasitas yang lebih besar dan kecepatan data tertinggi merupakan dua dari banyak faktor yang mempengaruhi performa jaringan pada teknologi akses tanpa kabel.

“Menyadari bahwa penetrasi langganan mobile broadband diharapkan tumbuh mendekati 80% dan penetrasi langganan smartphone akan lebih dari 50% di akhir 2016, peningkatan lebih dari 150 juta nomor smartphone antara 2015 dan 2021 penting bagi operator untuk terus mengoptimalkan jaringan performa,” kata Thomas.

Tren media sosial dan konten video

Hal menarik lainnya yang dicatat oleh laporan Ericsson adalah kebiasaan masyarakat Indonesia menggunakan internet setiap harinya. Disebutkan YouTube merupakan aplikasi yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia, disusul dengan WhatsApp, BlackBerry Messenger, Google dan LINE. Survei ini dilakukan sepanjang bulan Mei 2016 di platform Android dan iOS.

Ericsson ConsumerLab juga menyebutkan, pada tahun 2015 terungkap bahwa 2 dari 10 smartphone dan pengguna internet di Indonesia menggunakan semua kategori aplikasi utama setiap hari yaitu, media sosial, instant messaging dan social video.

Secara keseluruhan berdasarkan survei yang dilakukan di Australia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Indonesia, YouTube merupakan aplikasi yang paling dominan, disusul dengan media sosial, video streaming, messaging dan browsing.

“Kalangan millennial tercatat merupakan kategori yang paling banyak memanfaatkan media sosial, messaging dan video streaming setiap harinya, menjadikan media konvensional seperti televisi secara perlahan mulai ditinggalkan,” kata Thomas.

Tren Internet of Things (IoT)

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Antara 2015 dan 2021 jumlah perangkat yang terkoneksi dengan IoT diperkirakan akan tumbuh 23% per tahun. IoT selular diprediksi akan mengalami pertumbuhan tinggi. Dari total 28 miliar perangkat yang terkoneksi di tahun 2021, hampir 16 miliar merupakan perangkat IoT.

Asia Pacific menunjukkan pertumbuhan IoT yang cukup signifikan dibandingkan kawasan lainnya mulai dari tahun 2009 dan diprediksi hingga tahun 2021. Namun demikian Eropa Barat merupakan kawasan yang diprediksi paling banyak mengadopsi teknologi IoT terutama memanfaatkan koneksi untuk mobil.

Selain otomotif fasilitas lainnya yang berpotensi untuk dihubungkan dengan teknologi IoT adalah, aplikasi industri, remote manufacturing, kesehatan, keamanan berkendara (traffic safety).

“Saat ini IoT mengakselerasi selagi harga perangkat menurun dan aplikasi-aplikasi inovatif bermunculan. Dari tahun 2020 implementasi komersial untuk jaringan 5G akan memberikan kapabilitas tambahan yang penting bagi IoT, seperti network slicing dan dan kapasitas untuk menghubungkan lebih banyak perangkat dibandingkan sekarang,” tandas Senior Vice President & CSO Ericsson Rima Qureshi.

10 Tren Konsumen yang Bakal Booming di 2016

Mengawali tahun 2016, Ericsson ConsumerLab merilis prediksi 10 tren konsumen yang akan booming di tahun ini. Laporan yang dirangkum sejak tahun 2015 dan melibatkan 24 negara ini merupakan salah satu program Ericsson untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan konsumen di masa mendatang. Sebagai sebuah perusahaan teknologi, data semacam ini akan sangat berguna bagi Ericsson sebelum meluncurkan produk terbaru.

Selengkapnya, ini dia 10 tren konsumen yang akan booming di tahun 2016.

Lifestyle Network Effect

Internet telah mengubah banyak elemen dalam kehidupan manusia, termasuk gaya hidup. Dalam hasil risetnya, 4 dan 5 orang mengalami yang namanya perubahan gaya hidup di mana 50% responden mempunyai lebih dari satu akun jejaring sosial. Sementara 1 dari 3 responden terlibat dalam tren sharing economy atau menyewakan aset pribadi untuk bisnis, Go-Jek dan Uber jadi contoh paling mudah.

Streaming Natives

Menurut Ericsson, di tahun 2015 ini jumlah remaja yang menghabiskan waktu di YouTube selama 3 jam melompat 3 kali lipat, sementara 46% di antaranya menghabiskan waktu selama 1 jam.

Artificial Intelligence Mengakhiri Era Layar

Teknologi kecerdasan buatan diyakini akan menjadi tren paling mencolok. Responden mempunyai pandangan bahwa nanti mereka dapat memberikan tugas-tugas kepada perangkat di rumah tanpa harus melalui smartphone. Ke depan, perangkat yang dimotori kecerdasan buatan pun akan semakin luas.

Virtual Gets Real

Di 2015, teknologi headset VR sudah mendapat porsi perhatian yang cukup besar dari publik. Dan di tahun 2016 ini dipercaya akan ada teknologi holograf yang digunakan untuk konferensi dan juga oleh industri e-commerce. Penerapan aktualnya misalnya untuk mencoba ukuran baju atau sepatu sebelum membeli. Kemudian sebanyak 44 persen responden mengaku ingin dapat “mencetak” makanan mereka dengan printer.

Sensing Home

Teknologi rumah pintar di masa depan akan menjadi tren yang makin meluas. Responden menduga bagian rumah seperti kaca akan mempunyai sensor sehingga dapat berubah gelap ketika cahaya matahari mulai terang.

Smart Commuters

Ada ekspektasi tinggi akan adanya dukungan jaringan saat para komuter menempuh perjalanan dari rumah ke tempat kerja atau sebaliknya. Nantinya, konektivitas di transportasi umum makin berkembang ke arah yang lebih baik, operator pun makin terdorong untuk mengoptimalkan jaringan di area-area ini.

Emergency Chat

Saat ini jejaring sosial masih jadi pilihan untuk mencari perkembangan berita terbaru ketika insiden besar terjadi. Sebaliknya para netizen juga banyak berbagi dan melaporkan suatu insiden ke sana. Ke depan, diharapkan akan ada banyak portal-portal darurat yang bisa disediakan oleh operator ataupun otoritas setempat.

Internables

Responden menduga teknologi internables atau sensor yang ditanamkan ke dalam tubuh manusia akan sepopuler perangkat wearable. Sensor-sensor ini memungkinkan pengguna memperoleh manfaat secara otomatis melalui panca indera, misalnya alat dengar yang dapat menerjemahkan bahasa asing secara realtime.

Everything Gets Hacked

Peretas dan virus tumbuh berbanding lurus dengan kemajuan teknologi. Tak heran bila para pengguna smartphone percaya peretas masih menjadi masalah yang menghantui tahun 2016 ini, bahkan mungkin juga di tahun-tahun berikutnya.

Netizen Journalist

Netizen jurnalist dipercaya akan memegang peranan penting dan memberikan dampak lebih signifikan dalam mengangkat isu-isu tertentu. Responden merasa dampak internet lebih efektif dalam mendapatkan perhatian publik dan pemerintah, misalnya terkait kebobrokan suatu perusahaan dari pada melaporkannya ke pihak berwenang.

Sumber berita MetroTV dan Ericsson.

Kejar Kompetitor, XL Umumkan Uji Coba LTE-Advanced License Assisted Access

Seperti operator lain, XL terus berupaya memantapkan pijakan mereka di kancah kompetisi standardisasi 4G LTE Indonesia. Persaingan sempat memanas lantaran sejumlah rival mulai mengusung teknologi LTE-Advanced yang turut ditopang fitur carrier aggregation. XL memang tak mau kalah mengusung titel ‘advanced‘, tapi ada sedikit kejutan dalam eksekusi mereka.

XL menunjukkan bahwa mereka mempunyai gambaran ke mana selanjutnya pengembangan jaringan mobile akan diarahkan. Salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar nusantara itu tak ragu melakukan uji coba penerapan teknologi baru, dinamai LTE-A License Assisted Access, hasil kolaborasi bersama perusahaan telekomunikasi Swedia, Ericsson. Tentu saja premisnya terdengar sangat familier: memastikan internet super-cepat dan stabil, menjadi sarana akses handal ke berbagai jenis layanan data. Dan faktor pemicunya ternyata ialah video.

XL LTE-A LAA 06

Dalam sesi kata sambutannya, chief service management officer Yessie D. Yosetya mengungkapkan bahwa dari seluruh pelanggan XL, 40 persen khalayak menggunakan handset buat streaming video. Mereka memprediksi jumlah pemakaian akan terus naik, dan tim masih berusaha mengoptimalkan desain jaringan, parameter, transportasi konten, hingga menyempurnakan core network. Lalu apa hubungannya dengan LAA?

XL LTE-A LAA 03

License Assisted Access adalah perluasan LTE-Advanced, menggabungkan frekuensi yang umumnya dimiliki oleh operator yaitu licensed band 900MHz, 1800MHz, 2100MHz dengan frekuensi ‘tidak terlisensi’ di 5GHz – biasa digunakan Wi-Fi. Tujuannya ialah mendongkrak kecepatan setinggi mungkin, mencapai 300Mbps dan meningkatkan kapasitas LTE dari 150Mbps ke 300Mbps. Intinya, bandwith jadi lebih besar dan meminimalisir saturasi.

XL LTE-A LAA 05

Teknologi tersebut pada dasarnya tergolong sangat baru dalam standard 3GPP. Demonstrasi yang dilangsungkan XL minggu kemarin bertujuan untuk persiapan secara menyeluruh: sisi teknis, regulasi, terminal, serta aplikasi. XL menuturkan, mereka berada di tahap ‘pendalaman seluruh aspek, demi mengadopsi LAA’ serta menunggu izin dari pemerintah. XL juga sedang mempertimbangkan ketersedian BTS, contohnya unit Ericsson RBS 6402 di sesi demo itu.

XL LTE-A LAA 04

Keuntungan langsung yang konsumen dapatkan dari LAA adalah koneksi lebih cepat, stabil dan seamless. Rahmadi Mulyohartanto selaku head of network planning menjelaskan, 4G belum hadir menyeluruh di Indonesia. Di wilayah-wilayah tertentu, ada kalanya 3G masih sangat diandalkan. Peralihan dari 4G ke 3G tersebut harus mulus tanpa terputus. Termasuk sewaktu Anda masuk-keluar ruangan, atau tiba di area padat.

XL LTE-A LAA 08

Rahmadi menyebutkan, LTE-Advanced License Assisted Access akan sangat berguna saat disuguhkan di pusat-pusat perbelanjaan hingga konser musik, apalagi tren streaming video kini sedang naik daun. Ia memungkinkan penambahan kapasitas jaringan, sehingga konsumen dapat menikmati app favorit lebih puas walaupun kondisinya sangat ramai. Base transceiver station juga mesti ditempatkan seksama di satu kawasan, secara ‘cluster‘.

XL LTE-A LAA 09

BTS 4G XL nantinya bisa memanfaatkan spektrum licensed 1800MHz ditambah unlicensed 5GHz. Karena daya pancar LAA menyerupai Wi-Fi, cakupan tambahan kecepatannya hanya dimaksimalkan buat area hotspot saja, lalu wilayah yang lebih besar akan dilayani 1800MHz. Lewat demo singkat, tim XL dan Ericsson menunjukkan bagaimana LTE-A LAA sanggup menyesuaikan diri, tidak menginterupsi koneksi di sekitarnya, serta tidak mengonsumsi seluruh bandwith.

XL LTE-A LAA 02

XL mengklaim infrastruktur mereka 4G LTE mereka sudah siap, termasuk penggunaan carrier aggregation. Mereka juga membangun topologi jaringan dengan menyelaraskan transimi laju dan core network. Di press release, XL menjabarkan, “Penggelaran LTE-A harus dilakukan dengan sinkronisasi kesiapan terminal/handset pendukung di pasar, dan tentunya didahului oleh pengoptimuman spektrum XL (dari 10MHz ke 15MHz, kemudian menjadi 20MHz).”

LTE-Advanced License Assisted Access XL akan dimplementasikan lewat beberapa tahap. Ericsson RBS 6402 kabarnya baru akan tersaji komersial di triwulan pertama tahun depan. Kemudian, terminal untuk pelanggan baru serta device yang kompatibel rencananya segera menyusul di pertengahan 2016.

XL LTE-A LAA 07

4G LTE XL sudah tiba di kota Medan, Bogor, Yogyakarta, Mataram, Denpasar dan Surabaya. Pada bulan November 2015, mereka akan meluncurkan layanan internet cepat di Bandung, kemudian menyusul di Jakarta sebelum akhir tahun. Sejauh ini, jaringan didukung oleh sekitar 2.500 unit BTS 4G.

Hasil Diskusi Para Ahli Mengenai Meledaknya Smartphone 4G LTE

Istilah 4G LTE belakangan mendapatkan perhatian intensif dari media, vendor dan konsumen Indonesia, meski sebetulnya ia telah dilepas beberapa tahun silam. Faktor pemicu tidak lain adalah mulai aktifnya para operator ternama beralih ke standard baru ini. Tapi apa dampaknya buat kita semua dan industri, serta upaya seperti apa yang akan mempermudah proses adopsi? Continue reading Hasil Diskusi Para Ahli Mengenai Meledaknya Smartphone 4G LTE