Vivo Umumkan X50 Series, Versi Tertinggi Bawa AMOLED 120Hz dan Kamera 50MP

Vivo telah mengumumkan smartphone flagship X50 series, meliputi Vivo X50, X50 Pro, dan X50 Pro+. Ketiga smartphone Android 10 dengan Funtouch 10.5 ini sudah dibekali konektivitas 5G, mengusung layar AMOLED 6,56 inci dengan lubang kamera di pojok kiri atas guna menampung kamera depan 32MP f/2.5, dan dilengkapi In-display Fingerprint.

Vivo X50 dan X50 Pro

vivo-umumkan-x50-series-3

Keduanya memiliki panel AMOLED 6,56 inci beresolusi 1080×2376 piksel dengan refresh rate 90Hz dan mendukung HDR10+. Khusus X50 Pro, tepi samping layarnya sedikit melengkung. Dapur pacunya ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 765G dengan RAM 8GB dan penyimpanan internal 128GB atau 256GB tanpa slot microSD.

SoC Snapdragon 765G ini dibangun pada proses manufaktur 7nm dan mengemas CPU octa-core. Terdiri dari satu inti Kryo 475 Prime 2.4 GHz, satu inti Kryo 475 Gold 2.2 GHz, dan enam inti Kryo 475 Silver 1.8 GHz, serta GPU Adreno 620.

vivo-umumkan-x50-series-4

Yang membedakan adalah kemampuan kameranya, empat unit kamera belakang Vivo X50 hadir dalam konfigurasi standar. Yaitu kamera utama 48MP f/1.6 menggunakan sensor Sony IMX598, 13MP f/2.5 dengan lensa portrait 50mm yang menyuguhkan 2x optical zoom, 8MP f/2.2 dengan lensa ultra wide 120 derajat, dan 5MP f/2.5 dengan lensa macro.

Sedangkan, konfigurasi kamera belakang X50 Pro lebih spesial. Kamera utamanya tetap sama, 48MP f/1.6 menggunakan Sony IMX598 tapi dengan stabilisasi ala gimbal yang menjanjikan pergerakan lebih halus di video.

Selain itu, Vivo X50 Pro punya kamera 8MP f/3.4 dengan lensa telephoto 135mm dalam struktur perisocpe yang menyuguhkan 5x optical zoom. Kemudian ada 13MP f/2.5 dengan lensa portrait 50mm, dan 8MP f/2.2 dengan lensa ultra wide 16mm 120 derajat.

Vivo X50 Pro+

vivo-umumkan-x50-series-2

Beralih ke model tertinggi dari X50 series, smartphone ini juga hadir dengan panel AMOLED 6,56 inci beresolusi 1080×2376 piksel dengan dukungan HDR10+. Bedanya, X50 Pro+ memiliki refresh rate lebih tinggi yakni 120Hz.

Selain itu, SoC yang digunakan adalah kelas flagship yaitu Qualcomm Snapdragon 865 yang dibangun pada proses manufaktur 7nm. Ditopang RAM 8GB/12GB dan penyimpanan internal 128GB/256GB.

Snapdragon 865 ini mengemas CPU octa-core, yang terdiri dari satu inti Kryo 585 2.84 GHz, tiga inti Kryo 585 2.42 GHz, empat inti Kryo 585 1.8 GHz, dan GPU Adreno 650. Kapasitas baterainya 4.315 mAh dengan fast charging 44W.

Kemampuan kameranya X50 Pro+ juga lebih baik, dengan kamera utama 50MP menggunakan sensor Samsung ISOCELL GN1 yang berukuran 1/1.3 inci dengan stabilisasi gimbal. Sensor gambar ini memadukan teknologi ISOCELL dan Tetracell yang secara optimal menghasilkan foto beresolusi 12.5MP dengan ukuran per piksel 2.4µm. Sisanya, sama seperti yang ada pada X50 Pro.

Vivo X50 tersedia dalam varian RAM 8GB/128GB yang dibanderol CNY 3.498 atau sekitar Rp7 jutaan dan CNY 3.898 atau Rp7,9 juta untuk RAM 8GB/256GB. Kemudian untuk Vivo X50 Pro dibanderol CNY 4.298 atau Rp8,7 juta untuk RAM 8GB/128GB dan CNY 4.698 atau Rp9,5 juta untuk RAM 8GB/256GB.

Sementara, untuk X50 Pro+ hadir dengan RAM 12GB/256GB yang dibanderol CNY 5.998 atau Rp12,1 juta. Sedangkan varian RAM 8GB dengan penyimpanan 128GB dan 256GB masing-masing dibanderol CNY 4.998 (Rp10,1 juta) dan CNY 5.498 (Rp11,1 jutaan).

Sumber GSMArena

Samsung Umumkan Exynos 880, Chipset 5G Untuk Smartphone Kelas Menengah

Meski ekosistem Indonesia belum sepenuhnya siap untuk mengadopsi teknologi 5G. Smartphone dengan konektivitas super cepat ini mulai menjamur, bahkan sudah ada yang masuk di Indonesia misalnya OPPO Find X2 series.

Tak hanya didominasi smartphone kelas atas, sejumlah pabrikan chipset seperti Qualcomm dan MediaTek sudah punya chipset kelas menengah dengan modem 5G. Samsung pun tak ingin ketinggalan dan menyusul mereka dengan Exynos 880.

samsung-umumkan-exynos-880-chipset-5g-untuk-smartphone-kelas-menengah-13

SoC ini dibangun pada proses manufaktur FinFET 8nm dan mengemas CPU octa-core. Terdiri dari dua inti Cortex-A77 yang berjalan pada 2GHz untuk menangani tugas berat dan enam inti Cortex-A55 pada 1.8GHz, bersama GPU Mali-G76 MP5. Punya kapabilitas AI untuk smarter mobile experience dengan neural processing unit (NPU) dan digital signal processor (DSP).

samsung-umumkan-exynos-880-chipset-5g-untuk-smartphone-kelas-menengah-12jpg

Image signal processor (ISP) pada Exynos 880 ini mendukung setup single camera 64MP dan dual camera 20MP+20MP. Perekam video 4K UHD 30 fps, resolusi layar Full HD+ (2520×1080 piksel), RAM LPDDR4x, serta dukungan storage UFS 2.1 dan eMMC 5.1.

Modem tersebut mendukung jaringan sub-6GHz 5G yang secara teori kecepatan unduhannya mencapai 2.55Gbps dan 1.28Gbps untuk unggahnya. Chipset Samsung Exynos 880 ini sudah digunakan pada smartphone terbaru Vivo Y70 dan mungkin akan lebih banyak lagi smartphone dengan SoC ini.

Sumber: GSMArena

Huawei Umumkan Smartphone 5G nova 7, 7 Pro, dan 7 SE

Huawei telah resmi mengumumkan trio smartphone nova 7 series terbarunya, meliputi nova 7, nova 7 SE, dan nova 7 Pro. Ketiganya sudah dilengkapi dengan konektivitas 5G, kamera utama beresolusi 64MP, dan baterai 4.000 mAh dengan fast charging 40W.

Bedanya, nova 7 dan versi Pro mengusung panel OLED dengan fingerprint under display dan chipset Kirin 985 5G yang lebih powerful. Sementara, nova 7 SE mengemas panel IPS dengan chipset Kirin 820.

Huawei nova 7

Huawei Nova 7

Huawei nova 7 mengusung layar OLED berukuran 6,53 inci dengan resolusi 1080×2400 piksel dalam rasio 20:9. Di pojok kiri atasnya ada punch hole guna menampung kamera depan 32MP f/2.2.

Beralih ke belakang, terdapat empat unit kamera. Di mana kamera utamanya beresolusi 64MP f/1.8, bersama 8MP f/2.4 dengan lensa telephoto 80mm yang menyuguhkan kemampuan optical zoom sebanyak 3x dan 5x hybrid zoom, 8MP f/2.4 dengan lensa ultra wide 17mm, serta 2MP f/2.4 dengan lensa macro.

Seperti halnya smartphone terbaru Huawei lainnya, nova 7 series adalah smartphone Android 10 dengan EMUI 10.1 tanpa Google Mobile Service (GMS) diganti dengan Huawei Mobile Service (HMS). Artinya tanpa aplikasi besutan Google, termasuk toko aplikasi Play Store dan digantikan dengan AppGallery.

Huawei Nova 7 1

Dapur pacunya nova 7 mengandalkan chipset HiSilicon Kirin 985 5G (7 nm) yang mengemas delapan inti. Terdiri dari 1x Cortex-A76 berkecepatan 2.58 GHz, 3x Cortex-A76 2.40 GHz, dan 4x Cortex-A55 1.84 GHz. Bersama GPU Mali-G77 (8-core), RAM 8GB, dan penyimpanan internal UFS 3.0 128GB atau 256GB.

Semua aktivitas ber-smartphone didukung baterai 4.000 mAh dengan fast charging 40W yang diklaim bisa mengisi daya 75 persen dalam waktu 30 menit dan Reverse charging 5W.

Huawei nova 7 Pro

Huawei Nova 7 Pro 2

Beralih ke Huawei nova 7 Pro, smartphone ini memiliki layar OLED 6,57 inci dengan resolusi 1080×2340 piksel dalam rasio 19.5:9. Di pojok kiri atasnya akan ditemui dual punch hole, mengemas kamera depan 32MP f/2.2 dan kamera ekstra 8MP f/2.2 dengan lensa ultra wide 17mm.

Huawei Nova 7 Pro 1

Nah keistimewaan yang dimiliki nova 7 Pro adalah ia memiliki kamera dengan struktur periskop 8MP f/3.4 dengan lensa telephoto 125mm yang menyuguhkan optical zoom 5x dan hingga 50X hybrid zoom. Di samping kamera utama 64MP f/1.8, 8MP f/2.4 ultra wide, dan 2MP macro. Spesifikasi lainnya identik dengan nova 7.

Huawei nova 7 SE

Huawei Nova 7 SE

Ya, yang membedakan Huawei nova 7 SE dengan para saudaranya ialah panel yang digunakan masih berjenis IPS dan bukan AMOLED. Layarnya berukuran 6,5 inci dengan resolusi 1080×2400 piksel dalam rasio 20:9. Sensor fingerprint-nya juga terletak di sisi samping smartphone.

Selain itu, konfigurasi kamera nova 7 SE juga berbeda. Misalnya kamera depannya 16MP f/2.0 dan bukan 32MP. Sedangkan kamera utamanya tetap 64MP f/1.8 dengan kamera 8MP f/2.4 ultra wide 17mm. Namun tanpa kamera dengan lensa telephoto, digantikan dengan 2MP depth sensor dan 2MP macro.

Huawei Nova 7 SE 1

Perubahan lain dapur pacunya, di mana nova 7 SE ditenagai chipset Kirin 820 5G bersama RAM 8GB dan penyimpanan 128GB atau 256GB. Baterai 4.000 mAh didukung fast charging 30W yang sanggup mengisi daya 70 persen dalam 30 menit.

Harga dan Ketersediaan

Di China Huawei Nova 7 dibanderol CNY 3.000 untuk varian 8GB+128GB dan CNY 3.400 untuk versi 8GB+256GB. Dalam pilihan warna black, purple, green, red, dan silver. Sementara, Huawei nova 7 Pro dibanderol CNY 3.700 untuk model dasar 8GB+128GB dan CNY 4.100 untuk versi 8GB+256GB. Serta, tersedia dalam warna black, purple, green, red, dan silver. Lalu, untuk Huawei Nova 7 SE dibanderol CNY 2.400 untuk versi 8GB+128GB dan CNY 2.800 untuk 8GB+256GB. Dalam warna black, purple, green, dan silver.

Sumber: GSMArena

Nubia Play 5G Adalah Smartphone Gaming Kelas Menengah dengan Layar 144Hz

Nubia cukup dikenal dengan smartphone gaming flagship Red Magic series-nya, tetapi mereka juga coba menawarkan smartphone spesialis untuk bermain game di kelas menengah. Adalah Nubia Play 5G yang baru saja diumumkan di China.

Smartphone ini mengusung panel AMOLED dengan refresh rate 144Hz yang sama seperti Red Magic 5G. Dengan touch sampling rate 240Hz yang memastikan setiap input pengguna dibaca sistem secara cepat dan akurat.

Layar 6,65 incinya beresolusi 1080×2340 piksel dalam rasio 19.5:9, bebas notch maupun punch hole dengan bezel klasik di atas dan bawah layar. Pada sisi samping kanannya terdapat sepasang tombol kapasitif di ujung atas dan bawah sebagai tambahan kontrol saat bermain game.

Beralih ke belakang, terdapat empat unit kamera. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX582 48MP, bersama kamera 8MP dengan lensa ultra wide, sisanya masing-masing 2MP dengan lensa macro dan sebagai depth sensor.

Nubia-Play-5G

Dapur pacunya mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 765G, termasuk di dalamnya modem X52 yang mendukung jaringan 5G. Ditopang besaran RAM 6GB atau 8GB dengan penyimpanan internal 128GB atau 256GB.

Selain itu, smartphone Android 10 dengan nubia UI 8.0 ini memiliki baterai berkapasitas 5.100 mAh dengan fast charging 30W. Untuk harganya, Nubia Play 5G yang tersedia dalam warna black, blue, dan white ini dibanderol dengan harga CNY 2.400 untuk varian dasar dengan konfigurasi RAM dan memori internal 6/128GB, CNY 2.700 untuk 8/128GB, dan CNY 3.000 untuk versi tertinggi dengan 8/256GB.

Sumber: GSMArena

Huawei P40 Pro, Kamera ber-Smartphone Baru yang Hadir di Indonesia

Huawei baru-baru ini meluncurkan smartphone terbarunya, yaitu Huawei P40 Pro di Indonesia. Tepatnya tanggal 9 April 2020 yang lalu, Huawei Indonesia mengundang para media untuk bertemu secara virtual. Tentunya, setiap perangkat seri P dari Huawei menawarkan kinerja kamera yang paling baik.

Huawei_P40_Local Launch_3

“Setelah sebelumnya HUAWEI Seri P40 diluncurkan secara global 26 Maret lalu, hari ini kami menghadirkan salah satu produk unggulan dari lini tersebut di Indonesia, yaitu HUAWEI P40 Pro. Perangkat ini memiliki keunggulan fotografi super definisi sepanjang hari, desain visioner, kinerja yang kuat, tampilan AI yang mulus untuk menghadirkan pengalaman terbaik untuk pengguna. Kehadiran HUAWEI P40 Pro tentunya membawa pengguna pada era baru fotografi yang visioner.” kata Lo Khing Seng sebagai Deputy Country Director Huawei Consumer Business Groups Indonesia.

Huawei juga membanggakan nilai kamera yang diusung oleh P40 Pro pada situs DXOMark. Dengan nilai 128, kemampuan kameranya memang mengungguli semua perangkat yang ada hingga saat ini. P40 Pro memiliki kamera 40MP (18mm – f / 1.8) Ultra Wide Cine, 50MP RYYB (23mm – f / 1.9, OIS), dan 12MP RYYB Periscope (125mm – f / 3.4, OIS) 5x Optik Telefoto serta dengan sensor suhu warna dan Kamera ToF .

Untuk urusan kinerja, smartphone ini menggunakan spesifikasi sebagai berikut

SoC HiSilicon Kirin 990
CPU 2×2.86 GHz Cortex-A76 + 2×2.36 GHz Cortex-A76 + 4×1.95 GHz Cortex-A55
GPU Mali-G76 MP16
RAM 8 GB
Internal 256 GB
Layar 6,58 inci OLED 2640 x 1200
Dimensi 158.2 x 72.6 x 9 mm
Bobot 209 gram
Baterai 4200 mAh
Kamera 50 MP utama, 40 MP Ultrawide, TOF, 32 MP Selfie
OS Android 10 EMUI 10.1

Perangkat ini dijual dengan harga Rp14.499.000 dengan cara pre-order mulai dari 11 April hingga 17 April 2020. Perangkat ini juga masih dijual dengan menggunakan Huawei Mobile Service, sama seperti Mate 30 Pro.

Tanpa 5G

Kirin 990 5G tentu saja sudah mendukung jaringan terkencang tersebut. Namun, memang jaringan 5G belum masuk ke Indonesia. Pemerintah Indonesia pun masih menggodok kapan dan bagaimana 5G digelar di Indonesia. Lalu bagaimana dengan P40 Pro?

HUAWEI P40 Pro_Silver_Frost_Rear

Lo Khing Seng mengatakan bahwa P40 Pro dijual tanpa kemampuan untuk terkoneksi dengan 5G. Hal ini dikarenakan adanya permintaan dari regulator mengenai perangkat yang muncul di Indonesia harus dikunci jaringan 5G-nya. Hal ini berarti bahwa jika P40 Pro versi Indonesia dibawa keluar negeri, pengguna juga tidak akan bisa menikmati jaringan baru tersebut.

P30 Pro Bakal dapat kemampuan AI yang sama?

P40 Pro memiliki AI Camera yang cukup menakjubkan. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa AI yang ada untuk kamera bersifat software dan membutuhkan NPU yang selalu ada di setiap perangkat flagship Huawei. Nah, apakah P30 Pro nantinya akan mendapatkan update dengan kemampuan AI yang sama?

Edy Supartono selaku Training Director Huawei CBG Indonesia mengatakan bahwa feature ini mungkin bakal diadopsi pada Mate 30 Pro, namun mereka belum mendapatkan kepastian apakah P30 Pro bakal mendapatkannya juga.

Hal tersebut dikarenakan feature yang ada lebih diutamakan untuk perangkat yang menggunakan HMS. Jadi masih belum ada kepastian apakah perangkat-perangkat non HMS dari Huawei akan mendapatkannya.

Sony Xperia Pro Diciptakan untuk Kebutuhan Produksi dan Broadcasting Video Profesional

Xperia 1 II, Xperia 10 II, dan Xperia L4, tiga smartphone di tiga kelas yang berbeda ini mengawali kiprah Sony Mobile di tahun 2020. Namun ternyata mereka masih punya satu lagi smartphone yang sedang dikembangkan, dan ponsel ini pun duduk di kelas yang berbeda lagi.

Namanya Xperia Pro, dan seperti yang bisa kita duga, kelasnya adalah kelas profesional. Perangkat ini pada dasarnya lebih pantas dianggap sebagai alat bantu videografer profesional ketimbang smartphone. Spesifikasinya nyaris identik dengan Xperia 1 II, dengan perbedaan hanya pada kapasitas storage internalnya – Pro mengemas 512 GB.

Dua hal yang membuatnya unik adalah dukungan teknologi 5G mmWave dan port micro HDMI. Gunanya untuk apa? Gambaran skenarionya adalah sebagai berikut: berkat sambungan HDMI, Xperia Pro bisa dijadikan sebagai viewfinder suatu kamera video kelas profesional, apalagi mengingat layarnya mengemas panel OLED beresolusi 4K yang mendukung HDR.

Sony Xperia Pro

Selagi tersambung dan menerima sinyal video beresolusi 4K, Xperia Pro juga dapat meneruskan datanya ke suatu broadcast center secara cepat berkat teknologi 5G mmWave. Supaya optimal, Xperia Pro mengandalkan 16 antena di keempat sisinya yang meng-cover 360 derajat, tidak ketinggalan pula sistem pendingin internal yang efisien.

Singkat cerita, Xperia Pro dirancang untuk memaksimalkan potensi 5G mmWave yang sebenarnya, spesifiknya untuk kebutuhan produksi dan broadcasting video kelas profesional. Sony sejauh ini masih sibuk mengembangkannya, dan mereka belum menyinggung sama sekali mengenai jadwal rilis ataupun harga Xperia Pro.

Sumber: Engadget dan Sony.

Realme Ungkap Ponsel 5G Flagship-nya, X50 Pro

Realme terus naik kelas. Tahun lalu mereka merilis X2 Pro yang berspesifikasi flagship. Sekarang, mereka baru saja menyingkap X50 Pro 5G yang bahkan lebih memikat lagi untuk pasar global.

Layar Super AMOLED dengan refresh rate 90 Hz kembali menjadi suguhan, dengan bentang diagonal 6,44 inci dan resolusi 2400 x 1080 pixel. X50 Pro turut mempertahankan kaca Gorilla Glass 5 dan sensor sidik jari di balik layar, tapi yang gres di sini adalah kamera selfie model hole-punch.

Kamera depan itu terdiri dari sepasang modul: 32 megapixel (Sony IMX616) dan 8 megapixel dengan lensa ultra-wide. Beralih ke belakang, kita akan disambut oleh empat buah kamera: 64 megapixel (Samsung ISOCELL GW1) f/1.8, 8 megapixel ultra-wide + macro f/2.3, 12 megapixel telephoto f/2.5, dan 2 megapixel depth sensor.

Realme X50 Pro 5G

Sebagai flagship tahun 2020, X50 Pro memercayakan Snapdragon 865 sebagai otaknya, didampingi oleh pilihan RAM LPDDR5 6/8/12 GB, serta storage UFS 3.0 128/256 GB. Realme pun tak lupa membubuhkan vapor cooling system demi menjaga suhu perangkat selama menjalankan pekerjaan berat, semisal gaming.

Kejutan terakhir Realme X50 Pro adalah dukungan teknologi SuperDart Flash Charge 65W, yang diklaim sanggup mengisi penuh baterai berkapasitas 4.200 mAh-nya dalam waktu 35 menit saja, atau hingga 60% dalam 20 menit. Istimewanya lagi, paket penjualan X50 Pro meliputi charger tipe GaN (Gallium Nitride) yang ukurannya lebih kecil tapi justru lebih efisien.

Realme X50 Pro 5G

Juga tidak kalah menarik sebenarnya adalah sistem operasinya; bukan lagi ColorOS, tapi Realme UI yang sudah berbasiskan Android 10. Selain tentu mengusung tampilan yang lebih fresh, Realme UI juga diyakini bisa meningkatkan performa, spesifiknya memangkas waktu loading aplikasi hingga 14% dan konsumsi RAM hingga 20%.

Di pasar Eropa, Realme X50 Pro 5G akan dijual dengan banderol 599 euro (8GB/128GB), 669 euro (8GB/256GB), dan 749 euro (12GB/256GB). Pilihan warnanya sendiri ada dua: Moss Green dan Rust Red.

Sumber: GSM Arena dan Realme.

[Report Analysis] Korelasi antara Jaringan Internet Nirkabel dengan Esports

Bisakah Anda membayangkan jika di tengah pertandingan final The International 2019, OG melawan Team Liquid, mendadak koneksi internet mati? Keberlangsungan pertandingan sangat tergantung pada koneksi internet. Karena itu, dalam turnamen esports, pihak penyelenggara biasanya menggunakan jaringan kabel, yang lebih stabil daripada WiFi atau jaringan seluler. Masalahnya, akan sangat merepotkan untuk mengimplementasikan jaringan kabel ke smartphone. Padahal, belakangan, mobile esports juga mulai menjadi populer, terutama di negara-negara mobile first seperti Indonesia, India, dan Brasil.

Inilah yang mendorong Opensignal, perusahaan analitik mobile, untuk melakukan studi terkait hubungan antara kualitas jaringan mobile di berbagai negara dengan pengalaman bermain mobile game. Untuk mengumpulkan data dari studi ini, Opensignal meneliti 37,8 juta perangkat dari pengguna yang ada di 100 negara.

Bagaimana Opensignal memberikan penilaian pada pengalaman bermain?

Pengalaman bermain cenderung subjektif. Jadi, hal pertama yang Opensignal lakukan dalam studi ini adalah membuat model Mean Opinion Score (MOS) untuk mengetahui kaitan antara perhitungan teknis jaringan dengan pengalaman bermain game. Untuk membuat model MOS, Opensignal melakukan tes laboratorium terkait sejumlah mobile game. Untuk menentukan model MOS, Opensignal menguji beberapa mobile game dengan genre yang berbeda-beda dalam laboratorium. Caranya adalah dengan meminta sekelompok orang untuk memainkan game-game populer dalam keadaan jaringan yang berbeda-beda. Setelah itu, para pemain diminta untuk memberikan nilai atas pengalaman bermain mereka, dengan nilai dari 0 sampai 100.

Inilah kategori penilaian pengalaman bermain game yang dibuat oleh Opensignal:

85<100: Sangat baik
Kualitas jaringan sangat baik. Game responsif dan hampir semua responden mengaku tidak mengalami masalah apapun.

75<85: Baik
Kualitas jaringan baik. Ketika responden melakukan action, game responsif. Kebanyakan responden mengaku tidak mengalami masalah.

65<75: cukup
Responden merasa pengalaman bermain mereka “rata-rata”. Sebagian besar responden mengakui bahwa mereka mengalami masalah delay ketika mereka mengambil action.

40<65: buruk
Kualitas jaringan buruk. Game kurang responsif ketika pemain mengambil action. Sebagian besar responden mengaku bahwa pengalaman bermain di jaringan ini tidak menyenangkan.

0<40: sangat buruk
Hampir semua responden mengatakan bahwa mereka mengalami delay ketika bermain dan tidak bisa mengendalikan karakter dalam game sesuai dengan keinginan mereka. Game tidak responsif, membuat para responden merasa bahwa mereka tidak bisa bermain di jaringan ini.

Ranking: Singapura di peringkat 1, Indonesia di 55

Dari studi yang dilakukan oleh Opensignal, diketahui bahwa negara dengan jaringan nirkabel terbaik untuk bermain game adalah Singapura dengan nilai 85,5. Sementara itu, Belanda ada di posisi nomor dua dengan skor 85,4, disusul oleh Jepang dengan nilai 85,43. Sementara itu, Indonesia ada di peringkat ke 55 dengan nilai 63,6. Ini berarti, kualitas jaringan di Tanah Air masuk dalam kategori Buruk. Anda bisa melihat peringkat masing-masing negara dalam gambar di bawah ini.

Sumber: Opensignal
Sumber: Opensignal

Opensignal melakukan pengujian pada sejumlah game dengan berbagai genre, termasuk olahraga, MOBA, dan battle royale. Menariknya, ketika mereka menyempitkan pengalaman bermain pada game bbattle royale saja, Belanda naik ke peringkat satu, menggeser Singapura ke posisi kedua. Sementara itu, peringkat Korea Selatan melonjak naik dari 14 menjadi 4.

Ada beberapa alasan mengapa Opensignal sengaja membahas pengalaman bermain game battle royale secara khusus. Salah satu alasannya adalah karena game battle royale tengah sangat populer. Siapa yang tidak pernah mendengar PUBG Mobile atau Free Fire? Di negara-negara Barat, Fortnite menjadi game battle royale pilihan. Per Maret 2019, game buatan Epic Games itu telah memiliki 250 juta pengguna. Alasan lain mengapa Opensignal membahas game battle royale secara khusus adalah karena pengalaman bermain game battle royale sangat tergantung pada kualitas jaringan.

Misalnya, ketika Anda memainkan game strategi melawan satu orang, sekalipun ada masalah pada jaringan, hal ini mungkin tidak akan memengaruhi kesempatan Anda untuk menang. Lain halnya dengan game battle royale yang mempertemukan 100 orang sekaligus dalam satu pertandingan. Saat bermain game battle royale, kualitas jaringan berpengaruh besar terhadap kesempatan seseorang untuk menang.

Masalah yang mungkin terjadi

Dalam studinya, Opensignal juga membahas tentang masalah yang terjadi pada jaringan dan dampaknya pada pengalaman bermain.

1. Packet loss
Saat bermain game, server dan perangkat pemain saling mengirimkan paket data. Ketika seseorang bermain game dalam jaringan internet yang kualitasnya tidak terlalu baik, ada kemungkinan terjadi packet loss, yang bisa menyebabkan game menjadi tidak responsif. Contohnya, ketika Anda hendak bergerak mundur, tapi karakter Anda tetap diam di tempat karena terjadi packet loss. Masalah ini tidak hanya membuat pemain lebih sulit untuk menang (pemain lain bisa menembak seorang pemain yang diam saja), tapi juga membuat pemain merasa kesal saat bermain.

2. Latensi
Idealnya, ketika Anda bermain game multiplayer, Anda harus bermain dengan jaringan yang berlatensi rendah. Pada dasarnya, latensi adalah delay pada transmisi data. Semakin tinggi latensi jaringan, semakin besar delay dalam game. Memang, jaringan mobile biasanya selalu memiliki latensi yang lebih tinggi dari jaringan kabel. Meskipun begitu, keberadaan 4G telah membuat latensi jaringan mobile menjadi lebih baik. Diperkirakan, jaringan 5G akan membuat latensi jaringan nirkabel menjadi semakin rendah.

3. Jittery
Jiterry terjadi ketika packet data sampai dalam waktu yang berbeda-beda. Ketika packet data dikirimkan dari server ke perangkat pemain, ada waktu delay sebelum packet data itu sampai. Waktu delay ini beragam, dan inilah yang menyebabkan jittery. Jika sebuah packet data sampai terlalu lambat, ada kemungkinan packet data itu diacuhkan karena memang sudah tidak lagi relevan.

Rata atau tidaknya kualitas jaringan di masing-masing Benua

Singapura menjadi negara dengan kualitas jaringan mobile terbaik. Sementara Jepang ada di posisi ketiga. Meskipun peringkat satu dan tiga dipegang oleh negara Asia, kawasan Asia Pasifik menjadi benua yang kualitas jaringan nirkabelnya paling beragam. Dari semua negara di Asia Pasifik, hanya 8 persen yang masuk dalam kategori Sangat Baik dan 15 persen masuk dalam kategori Baik. Sebagian besar masih masuk dalam kategori Cukup (27 persen) dan Buruk (31 persen). Beberapa negara Asia Pasifik yang dianggap memiliki jaringan nirkabel yang Baik antara lain Hong Kong, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Sementara Indonesia masuk dalam kategori Buruk.

Sumber: OpenSignal
Sumber: OpenSignal

Secara keseluruhan, Eropa adalah benua dengan kualitas jaringan nirkabel terbaik. Hal ini terlihat dari fakta bahwa 8 dari 10 negara dengan jaringan mobile terbaik berasal dari Eropa. Sementara dalam top 25, sebanyak 19 negara merupakan negara Eropa. Menariknya, negara-negara di Amerika Utara justru tak masuk daftar 25 besar, kecuali Kanada, yang duduk tepat di ranking 25. Amerika Serikat ada di peringkat 35 sementara Meksiko ada di posisi 61.

Dibandingkan dengan kawasan Asia Pasifik dan Eropa, kawasan Amerika Tengah dan Selatan memiliki rata-rata yang tidak terlalu baik. Tidak heran, karena memang tidak ada negara yang memiliki jaringan yang sangat bagus di kawasan ini. Paraguay menjadi negara di kawasan Amerika Tengah dan Selatan yang memiliki skor paling tinggi dengan nilai 72,5, menempatkan negara itu dalam kategori Baik.

Sementara Brasil mendapatkan nilai 65,4. Ini berarti, para pemain di kedua negara merasa bahwa pengalaman bermain mereka “rata-rata” dan masih mengalami delay dalam game. Sebanyak 13 dari 15 negara di kawasan Amerika Tengah dan Selatan yang masuk dalam studi Opensignal masuk dalam kategori Buruk. Sementara dalam kawasan Afrika dan Timur Tengah, sebanyak 86 persen negara-negara di sini masuk dalam kategori Buruk atau Sangat buruk.

Korelasi antara kualitas jaringan dengan prestasi negara dalam mobile esports

Opensignal mencoba untuk membandingkan kualitas jaringan mobile sebuah negara dengan total hadiah turnamen yang dimenangkan oleh negara-negara tersebut. Misalnya, Amerika Serikat adalah negara dengan jumlah atlet esports terbanyak (15.940 orang) dan total hadiah kemenangan terbesar (US$136,7 juta). Meskipun begitu, kualitas jaringan mobile mereka tidak terlalu bagus.

Begitu juga dengan Korea Selatan, yang dikenal sebagai negara yang menghasilkan banyak atlet esports berbakat hingga banyak atlet mereka yang “diimpor” ke tim dari kawasan lain, seperti Eropa dan Amerika Utara. Namun, soal kualitas jaringan nirkabel, Korea Selatan hanya mendapatkan nilai 79,9, membuatnya jatuh dalam kategori Baik dan bukannya Sangat Baik.

Anda bisa melihat korelasi antara kualitas jaringan di sebuah negara dengan hasil kemenangan mereka pada gambar di bawah.

Sumber: Opensignal
Sumber: Opensignal

Sayangnya, perbandingan yang mereka lakukan sepertinya kurang relevan. Kenapa? Karena negara-negara seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan banyak mendulang hadiah esports dari platform PC, bukan mobile seperti The International (Dota 2), League of Legends World Championship, dan Rainbow Six Invitational. Meski begitu, di sisi lain, jika kita lihat 3 negara dengan kualitas internet nirkabel terbaik (Singapura, Jepang, dan Australia) juga tidak berarti mampu menghasilkan para pemain esports yang berkualitas.

Contohnya:

  • Juara dunia Mobile Legends (M1 World Championship) adalah EVOS Esports dari Indonesia.
  • Juara PUBG Mobile tingkat internasional terakhir (PMCO Fall Split Global Finals 2019
  • Juara Arena of Valor International Championship 2019 adalah Team Flash dari Vietnam
  • Juara FreeFire World Series adalah Team Corinthians dari Brazil.

Namun demikian, bukan berarti jaringan nirkabel bisa dibiarkan begitu saja. Seiring dengan naiknya popularitas mobile esports, maka kualitas jaringan mobile juga akan menjadi sorotan. Apalagi negara-negara mobile first seperti Indonesia, yang warganya memang mengenal internet melalui perangkat mobile dan memang lebih suka bermain di smartphone.

Kenapa mobile game dan mobile esports penting?

Jika Anda adalah penganut paham PC Master Race, Anda pasti tahu bahwa gamer yang bermain game di perangkat mobile masuk dalam kelas “wildlife”, yang merupakan kasta paling rendah. Meskipun mobile game sering diledek, tak bisa dipungkiri bahwa pendapatan industri mobile game sudah sangat besar. App Annie memperkirakan, pada 2020, nilai industri mobile game akan mencapai US$100 miliar (sekitar Rp1.380 triliun). Dengan asumsi harga Lamborghini Aventador adalah Rp8,7 miliar, Anda bisa membeli 158 ribu unit mobil mewah itu dari total pendapatan industri mobile game.

Sumber: Imgur
Sumber: Imgur

Di Asia, mobile game juga sangat populer. Sementara di Indonesia, lebih dari 70 persen masyarakatnya bermain mobile game. Masalahnya, kualitas jaringan mobile yang tidak terlalu baik berarti pengalaman bermain yang tidak maksimal. Apalagi jika game yang dimainkan adalah game battle royale. Namun, jangan khawatir, ini tidak membuat developer meninggalkan negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Sebaliknya, ada beberapa developer yang justru memilih untuk mengembangkan versi lite dari game mereka. Contohnya, Tencent dan PUBG Corp. yang merilis PUBG Mobile Lite. Tentu saja, ada beberapa keterbatasan dalam game versi lite. Dalam PUBG Mobile Lite, peta dalam game lebih sempit dan jumlah pemain dibatasi menjadi 60 orang dan bukannya 100 orang.

Jika dibandingkan dengan nilai pasar mobile game dunia, pasar mobile game Indonesia terbilang kecil. Menurut Statista, pasar mobile game Indonesia hanya bernilai US$672 juta. Meskipun begitu, pasar mobile game di Indonesia dianggap masih memiliki potensi besar untuk tumbuh. Potensi pasar mobile game begitu menggiurkan sehingga perusahaan seperti Telkom pun tertarik untuk terjun ke dunia game. Salah satu hal yang mereka lakukan adalah dengan membuat inkubator untuk developer lokal.

Tiga mobile esports terpopuler. | Sumber: Escharts
Tiga mobile esports terpopuler. | Sumber: Escharts

Sementara soal mobile esports, saat ini, esports memang masih didominasi oleh game-game PC dan konsol. Dalam daftar 15 game esports yang memberikan dampak paling besar pada ekosistem versi The Esports Observer, tidak ada satupun mobile game yang masuk dalam daftar itu. Walaupun begitu, mobile esports kini tengah berkembang. Apa indikasinya? Jumlah penonton yang terus naik.

Menurut Esports Charts, Arena of Valor menjadi mobile game yang paling banyak ditonton dengan total durasi video ditonton mencapai 72 juta jam. Sementara itu, PUBG Mobile ada di posisi kedua dengan total jam ditonton mencapai 55,5 juta jam. Turnamen PUBG Mobile yang paling populer adalah PUBG Mobile Club Open Spring Split Global Finals. Pada puncaknya, ada 596 ribu orang yang menonton turnamen tersebut. Sementara PMCO SEA League menjadi turnamen dengan jumlah penonton yang paling banyak. Ke depan, ekosistem PUBG Mobile masih akan terus berkembang. Alasannya, karena Tencent memang serius untuk mengembangkan scene esports dari PUBG MObile. Mereka telah menyiapkan US$5 juta untuk sebagai total hadiah dalam turnamen PUBG Mobile tahun ini. Selain Tencent, Supercell juga mengaku bahwa mereka ingin mengembangkan scene esports dari Clash of Royale tahun ini.

Penutup

Mobile game sering dipandang sebelah mata. Tapi, itu tidak menghentikan pertumbuhan mobile gamer. Selain itu, spesifikasi smartphone yang semakin mumpuni juga membuat mobile game bisa menjadi semakin kompleks.

Soal esports, mobile game juga kurang mendapatkan perhatian, khususnya di negara-negara Barat. Namun, di kawasan Asia Tenggara, mobile game masih menjadi raja. Ke depan, keberadaan 5G hanya akan membuat pertumbuhan mobile esports menjadi semakin pesat. Sayangnya, Indonesia masih belum bisa menikmati jaringan 5G.

Satu hal yang harus diingat, esports adalah industri yang masih sangat baru, yang memberikan ruang untuk berkembang yang sangat luas. Pertumbuhan mobile esports bukan berarti kematian esports untuk PC atau konsol. Kemungkinan, setiap bagian dari esports — PC, mobile, atau konsol — akan terus berkembang, menguasai kawasan negara yang berbeda-beda. Misalnya, League of Legends sangat populer di Tiongkok, Korea Selatan, dan negara-negara Barat. Namun, gaungnya tak pernah terdengar di Indonesia. Sebaliknya, di Indonesia, Mobile Legends adalah salah satu game esports yang sangat populer. Tapi di tingkat global, ekosistem esports Mobile Legends justru tak terlalu berkembang.

Jika game esports untuk PC bisa tumbuh berdampingan dengan mobile esports, itu justru menguntungkan semua orang.

Sumber: Opensignal

Sumber header: Dot Esports

Apple Dilaporkan Bakal Merancang Antena 5G-nya Sendiri untuk iPhone

Kalau melihat perkembangan terkini di industri smartphone, Apple semestinya bakal merilis iPhone pertamanya yang mengemas konektivitas 5G tahun ini. Sejumlah smartphone kelas menengah sudah mendukung 5G, jadi jelas mengecewakan apabila iPhone terbaru yang dirilis tahun ini masih belum juga mendukungnya.

Beruntung Apple sudah berbaikan dengan Qualcomm, yang berarti mereka dapat menggunakan modem Snapdragon X55 pada iPhone terbarunya demi mendukung 5G. Selain modem, 5G juga membutuhkan antena khusus. Dalam konteks Qualcomm, modul antena 5G terbaru mereka adalah QTM525.

Masalahnya, kalau menurut laporan dari Fast Company, adalah Apple menilai ukuran fisik antena ini terlalu besar untuk iPhone 12 (atau apapun namanya nanti). Jadi seandainya Apple tetap memilih menggunakan antena 5G pasokan dari Qualcomm, berarti mereka harus merancang iPhone 12 sedikit lebih tebal ketimbang rencana aslinya.

Opsi lain yang dimiliki Apple adalah merancang antenanya sendiri. Namun sejarah mencatatkan bahwa Apple kurang berbakat dalam merancang antena, seperti dibuktikan oleh kasus “Antennagate” yang melanda iPhone 4. Singkat cerita, jangan sampai kasus ini terulang kembali hanya karena Apple terobsesi menciptakan iPhone yang lebih tipis daripada yang bisa diwujudkan seandainya mereka menggunakan antena 5G buatan Qualcomm.

Selain perihal ukuran, faktor lain yang membuat Apple enggan bergantung pada Qualcomm adalah perkara uang. Narasumber Fast Company bilang bahwa Apple merasa mereka membayar royalti yang kelewat mahal kepada Qualcomm. Alasan ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa Apple mengakuisisi bisnis modem smartphone Intel tahun lalu.

Namun Apple masih butuh waktu untuk mengembangkan modem 5G-nya sendiri, dan setidaknya untuk tahun ini, mereka masih harus bergantung pada modem bikinan Qualcomm. Pertanyaannya hanya tinggal: “Akankah Apple nekat mendesain antena 5G-nya sendiri untuk digunakan pada iPhone 12?”

Sumber: Fast Company.

Literally, Indonesia Is Yet to Welcome the 5G Era

Five years ago, the Indonesian government expected to start implementing the 5G network in 2020. Today, weeks after 2020 started, commercializing is yet to happen. In some countries, such as the United States and South Korea, 5G is now available.

Before we get into commercializing, even the regulation is not ready. What the public aware is, the Ministry of Communication and Informatics (Kominfo) is currently preparing the regulation and its derivatives. 5G technology is projected to run five years later.

One thing that is on progress is the frequency that will be used to implement the 5G network. The 700MHz band as said to be the key spectrum is not yet discharged from analog TV. Meanwhile, the migration of analog TV to digital is to be carried out in 2024.

In terms of timeline, this plan is quite realistic. Reasonably, there is no ecosystem to support the development of 5G technology in Indonesia. In fact, there is still a long journey to get there.

The Minister of Communication and Information, Johnny G. Plate even told us not to rush for 5G technology to be immediately commercialized. “The trial isn’t even finished,” he said as quoted by Detik.

Do we really need 5G?

In more developed countries, such as the US and South Korea, the 5g technology is now available / Unsplash
In more developed countries, such as the US and South Korea, the 5g technology is now available / Unsplash

Five years can be a short period of time in the global dynamic competition and massive technology development. Not mentioning the industrial revolution of 4.0. If we get loose for a minute, there’s a chance we can get far left behind from the neighbor countries.

Moreover, 5G is no longer about how we can stream without buffering or downloading movies faster than a day. This fifth-generation cellular technology can be a game-changer for human life, industry and the country’s economy.

5G guarantees extraordinary speeds – though not yet proven – one of which is to transfer data at 800 Gbps. 5G can also handle thousands of devices and sensors simultaneously. Therefore, it’s not surprising 5G is called the fastest telecommunications protocol.

The people who benefit most from the implementation of 5G are not data and cellular customers, but the industry. Moreover, the manufacturing sector is the main pillar of the country’s economy.

The use of the Internet of Things (IoT), automation, big data to real-time analysis in the manufacturing industry is said to be able to increase productivity and great efficiency. Layers of business processes that used to be done manually will be run with automation.

A T Kearney consulting firm, as quoted by Business Times, predicts the adoption of 5G has a devastating impact on the industrial sector in Southeast Asia of US$ 147 billion in 2025.

A total of US $ 81 billion of the previous number mentioned will be contributed by the trade, transportation and financial industries. Then the value is to increase by another US$ 59 billion if the manufacturing sector utilizes the Internet of Things (IoT).

In reality, Indonesia is yet to call for 5G. First, the circulation of our telecommunications infrastructure is still uneven. Internet penetration alone is not 100 percent. There are thousands of populations still using 2G mobile phones.

Second, supporting ecosystems, such as assemblers company and its equipment, are not ready. When it’s time to generate the domestic industry, we have to think about people who develop it – it is impossible to depend on foreign countries.

Third, we have no examples of appropriate cases or use cases to be implemented. Thus, why bother implementing technology with very expensive switching costs.

Not to mention the literacy and technology adoption issue. What should be a concern – when targeting the industrial sector – is how they perceive the importance of technology implementation in business processes.

The government alone cannot assure the ideal time when the 5G technology can be implemented in Indonesia. The Director-General of Resources and Equipment of Post and Information Technology (SDPPI) Kominfo Ismail revealed that there are many technical issues should be discussed further.

Ismail said the implementation of 5G is not only a matter of frequency availability but also the readiness of the ecosystem and monetization of the 5G infrastructure that was built. “Therefore, we are still focusing on trials with operators now,” he told DailySocial.

The explosion of data consumption

Adoption and Consumption of digital content in Indonesia is increasing / Unsplash
Adoption and Consumption of digital content in Indonesia is increasing / Unsplash

As previously mentioned, 5G is an investment to compete in the global market. We don’t need to re-evaluate when 3G enters the Indonesian market and it takes more than 10 years to encourage its penetration.

Ecosystem development should be the government’s priority as the first step to remaining consistent with its digital economic vision. And the industrial sector can make a contribution to drive digital economic growth, not just startups and corporates.

In addition, the urgency to implement 5G technology is getting inevitable given the increasing consumption of internet data in Indonesia. With a total population exceeds 250 million, a data explosion can occur along with the massive trends in the use of video-based services.

In an era where mobile content is getting very popular, dozens of people are streaming video and music simultaneously. The highly cited increase in data consumption can disrupt the dense spectrum.

The Chairperson of the Indonesian IoT Association Teguh Prasetya agreed on this when highlighting the urgency of implementing 5G. He said, user demand for applications that require high bandwidth, low latency, and high speed will increase in the next three years. It is not limited in a residential area but also in industrial estates and big cities.

Another thing to be highlighted is the readiness of related ecosystem, starting from the providers of devices, networks, applications, and content. It is related to the investment side, both from capital expenditure, operational costs and human resources.

Therefore, Teguh continued, the government needs to consider the growth of domestic supporting ecosystems, starting from technology providers, system integrators, communities and domestic producers who can play a role in the development of 5G in the country.

“As to judge from the three things above, our concentration and priority at the moment are to focus on the distribution of broadband to all levels of society in Indonesia by optimizing the existing 4G technology in addition to other fixed broadband,” he said.

Use case optimization

Meanwhile, MDI Ventures’ Head of Investor Relations & Capital Raising, Kenneth Li discussed the importance of using the right case for the 5G implementation. He emphasized on the use case that is not easily replaced by 4G or its predecessor technology.

As an example, streaming activity. 3G technology was developed to allow streaming activities, while 2G technology can hardly do this.

However, in the context of developing IoT, he said that there are still many developers who embrace the concept of product development that can be substituted with technology.

“They still apply the concept ‘best with 5G but work on 4G or 3G‘. In fact, if they thought about creating technology that only works for 5G, the market penetration will be very slow, “Kenneth told DailySocial.

The above concept is considered possible to slow the growth of 5G technology, particularly with use cases related to IoT. Thus, he emphasized on developing use cases that also applies to the use of the current technology.

“With more and more use case primary, in the future [development of use cases] I think all is good,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian