Accelerating Asia Tingkatkan Nilai Investasi ke Startup, Kembali Buka Pendaftaran Cohort Kelima

Accelerating Asia, perusahaan modal ventura dan akselerator untuk startup pra-seri A, mengumumkan penambahan keseluruhan jumlah investasinya. Startup kini dapat menerima pendanaan hingga $250.000 (setara Rp 3,5 miliar), naik dari $150.000 (setara Rp 2,1 miliar) pada periode sebelumnya.

“Kami sangat senang melihat traksi yang terbentuk, hasil dan pertumbuhan portofolio startup kami sejauh ini. Dengan meningkatnya minat investor yang mereka terima, ini menjadi penanda awal bahwa model pendanaan akselerasi kami berhasil. Oleh karena itu, kami memutuskan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan jumlah investasi dan menaruh kepercayaan lebih besar pada startup yang mengikuti program kami,” ungkap Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo.

Sejak 2019, mereka mengklaim berhasil mempercepat pertumbuhan 36 startup pra-seri A unggulan di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi digital tercepat seperti Indonesia, Singapura, Bangladesh, Vietnam dan India. Hingga kini, portofolio startup Accelerating Asia telah berhasil mengumpulkan $ 27 juta secara kolektif dan 65% di antaranya diperoleh setelah bergabung dengan network Accelerating Asia.

Dari seluruh portofolio, para startup yang menyelesaikan program akselerator unggulan pada tahun 2019 dan 2020 telah berhasil meningkatkan pendapatan bulanan mereka hingga tiga kali lipat, dari USD 9.000 di awal program Accelerating Asia menjadi USD 27.000 di tahun 2021.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa program akselerasi yang banyak diikuti oleh startup. Mulai dari Gojek Xcelerate, Plug & Play Indonesia hingga Google for Startups Accelerator.

Pembukaan Accelerating Asia Cohort Kelima

Setelah sebelumnya mengumumkan 11 startup yang masuk ke dalam cohort keempat, saat ini Accelerating Asia telah membuka cohort 5 dan akan ditutup pada 30 Juni 2021. Selain program akselerator andalannya, Accelerating Asia juga mendukung ekosistem startup melalui Amplify, akselerator virtual 6-module yang memberikan akses startup pada sumber daya terbaik untuk mengembangkan bisnis mereka.

Secara khusus Accelerating Asia menawarkan akses awal dan eksklusif kepada para investor untuk melihat portofolio startup demi memberikan gambaran tentang alur transaksi yang sesuai syarat, hak prorata, serta kesempatan memilih di awal untuk berinvestasi. Pada 2021 dan seterusnya, Accelerating Asia berencana meluncurkan Fund II di paruh kedua di 2021 dan akan terus melakukan pendanaan serta upaya percepatan startup pra-seri A unggulan di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Ke depannya, perusahaan berencana untuk memperluas kehadiran, mengembangkan jejak yang lebih besar di berbagai pasar melalui perekrutan cohort dan kemitraan dengan pemerintah serta investor. Untuk mendukung ekosistem startup, Accelerating Asia menawarkan program Amplify, sebuah program akselerator virtual dengan enam modul yang memberikan akses bagi startup ke jaringan papan atas untuk menumbuhkan bisnis mereka.

Accelerating Asia Umumkan 11 Startup Cohort Keempat, Satu Startup dari Indonesia

Accelerating Asia, perusahaan modal ventura dan akselerator untuk startup pra-seri A, mengumumkan 11 startup yang masuk ke dalam cohort keempat. Mereka tersebar dari empat negara, yakni Singapura, Indonesia, Pakistan, dan Bangladesh. Ada satu startup lokal yang lolos dalam batch kali ini, yaitu TransTrack.ID.

Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo mengatakan, pada program cohort ke-4 ini telah menyeleksi sebanyak 500 startup yang berasal dari 30 negara. “Dengan hanya 2% startup terpilih, ke-11 startup tersebut akan menjadi bagian dari cohort terbesar kami dan berhak menerima investasi hingga 200 ribu dolar Singapura (senilai lebih dari 2 miliar Rupiah) dari dana modal ventura kami,” tuturnya, Selasa (13/4).

Nama-nama dari 11 startup tersebut adalah Amar Lab, Casa Mia, DoctorKoi, Drive Lah, HandyMama, Independents, KopiDate, Mobiliti, SWAP, Waitrr, dan TransTRACK.ID.

Dirinci lebih jauh, 11 startup ini telah mengumpulkan modal lebih dari 6 juta dolar Singapura sejak awal mengikuti program, membukukan total modal yang dihimpun dari para seluruh portofolio startup Accelerating Asia menjadi lebih dari 30 juta dolar Singapura. Sekitar 70% dari investasi ini terkumpul sejak bergabung dengan portofolio Accelerating Asia.

11 startup Cohort 4 Accelerating Asia / Accelerating Asia
11 startup cohort 4 Accelerating Asia / Accelerating Asia

Dalam waktu satu bulan sejak cohort keempat dimulai, para startup telah mencatat kenaikan pendapatan bulanan sebesar 25%, naik dari rata-rata senilai 45 ribu dolar Singapura hingga mencapai 56 ribu dolar Singapura. Tingkat pertumbuhannya juga telah naik dua kali lipat sejak bergabung, dengan rata-rata pertumbuhan 30% month-to-month, dari sebelumnya sebesar 16%.

Seluruh startup ini mencakup 10 vertikal bisnis yang di antaranya bergerak di properti, online dating, dan pemasaran/periklanan. Bila ditotal dengan seluruh portofolio, kini mencakup lebih dari 20 vertikal yang bergerak di bisnis B2B, B2C, dan B2B2C. Sebanyak 35% startup didirikan oleh perempuan dan 60% gender lens investment (investasi berbasis gender), dengan lebih dari 80% fokus pada dukungan terhadap program Sustainable Development Goals yang dicanangkan oleh PBB.

Satu-satunya startup lokal yang lolos dalam cohort ini adalah TransTRACK.ID. Mereka fokus mengumpulkan data untuk melacak, menganalisis, dan meningkatkan operasi transportasi. Tim pendirinya solid dengan pengalaman mendalam di industri yang sama. Pendapatan per tahun startup ini diklaim naik lebih dari dua kali lipat dan naik sebesar 130% sejak Maret 2020. Sebelum bergabung ke Accelerating Asia, TransTRACK.ID masuk ke dalam jajaran peserta terpilih dalam DSLaunchpad 2.0.

Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Craig Dixon menambahkan, pada cohort kali ini pihaknya melakukan sejumlah penyesuaian agar tetap sejalan dengan kondisi pandemi, seperti melirik startup yang berpotensi baik. Salah satunya tercermin dari Amar Lab dan Waitrr yang telah diuntungkan dari dinamika market yang sangat terdampak Covid-19.

“Mereka berada di posisi yang tepat untuk pertumbuhan jangka panjang karena sektor kesehatan dan hospitality global terus mempercepat upaya digitalisasi mereka dalam bentuk layanan jarak jauh dan mobile,” katanya.

Accelerating Asia menawarkan investornya akses lebih awal dan eksklusif dengan startup portofolionya, menyediakan deal-flow terkualifikasi, hak pro-rata, dan opsi pertama untuk investasi yang memenuhi syarat dan akan terus berlanjut pada kuartal II 2021, hingga saat akselerator modal ventura memperluas kemitraan dan peluang investasi.

Ke depannya, perusahaan berencana untuk memperluas kehadiran, mengembangkan jejak yang lebih besar di berbagai pasar melalui perekrutan cohort dan kemitraan dengan pemerintah serta investor. Untuk mendukung ekosistem startup, Accelerating Asia menawarkan program Amplify, sebuah program akselerator virtual dengan enam modul yang memberikan akses bagi startup ke jaringan papan atas untuk menumbuhkan bisnis mereka.

Selain itu, program lainnya adalah Angel350, program angel investing virtual yang menyediakan panduan langkah demi langkah kepada investor untuk berinvestasi di kawasan ini. Puncak program cohort ke-4 adalah Demo Day online pada 17 Juni 2021 mendatang, dan pendaftaran untuk cohort ke-5 sudah dibuka.

Accelerating Asia Umumkan Delapan Peserta Batch Ketiga, Ada KaryaKarsa dan MyBrand

Perusahaan modal ventura tahap awal dan akselerator startup Accelerating Asia mengumumkan delapan startup yang masuk ke dalam batch ketiga. Ada dua startup berasal dari Indonesia, ialah KaryaKarsa dan MyBrand.

Co-Founder Accelerating Asia Craig Dixon menuturkan, pada cohort ini pihaknya telah mengevaluasi dan menerima 450 pendaftaran dari 25 negara. Kemudian, disaring dengan tingkat penerimaan kurang dari 2% untuk startup yang berhasil masuk ke dalam program.

Cohort kali ini merupakan yang paling bertalenta dan terampil dalam hal traksi bisnis dan potensi mereka sebagai katalisator untuk perubahan positif di dalam lanskap pasca-pandemi yang berubah cepat,” terang Dixon dalam keterangan resmi, Selasa (8/9).

Nama-nama startup tersebut, ialah Energy Lite (Singapura), AskDr (Singapura), KaryaKarsa (Indonesia), Kinexcs (Singapura), MyBrand (Indonesia), ProjectPro (A.S), Shuttle (Bangladesh), dan WeavAir (Kanada).

Rekam jejak mereka semua cukup luas di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Secara kolektif telah menggalang lebih dari 2,6 juta dolar Singapura (setara 28 miliar Rupiah) sebelum bergabung di Accelerating Asia dengan total tenaga kerja 120 orang. Mereka menyelesaikan berbagai masalah yang ada di beragam sektor industri, baik B2B, B2C, dan B2G; meliputi energi, transportasi, kesehatan, dan cleantech.

“Kami telah memperluas rekam jejak geografis kami ke India dan memperkuat kembali kehadiran kami di Indonesia lewat upaya-upaya rekrutmen kami untuk cohort ini. Talenta dari startup-startup kami ditempatkan dengan baik untuk memberikan keuntungan kepada para investor. Kami yakin mereka bisa menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang lebih besar di dunia pasca Covid-19.”

Dixon menjelaskan, seluruh perusahaan ini menerima investasi awal sebesar 50 ribu dolar Singapura dari Accelerating Asia. Untuk mereka yang berkinerja baik akan menerima tambahan hingga 150 ribu dolar Singapura setelah menyelesaikan program yang akan berakhir pada November mendatang ditandai penyelenggaraan Demo Day Virtual.

Bila ditotal, sejak bulan pertama bergabung, seluruh startup batch ini telah menerima pendanaan lebih dari 1,2 juta dolar Singapura sebagai komitmen awal dari investor dan mitra LP yang ada. Mereka mendapat penawaran akses awal bagi para mitra LP, sekaligus hak eksklusif untuk berinvestasi di startup milik Accelerating Asia.

Perusahaan sendiri sedang mendekati penutupan akhir pendanaan untuk fund terbaru dan terus menandatangani kemitraan dengan para mitra LP untuk akses awal dan eksklusif untuk startup di dalam portofolionya. Serta, menyediakan alur kesepakatan yang berkualitas, hak-hak prorata, dan opsi pertama untuk investasi.

Diterangkan lebih jauh, dalam akselerator ini seluruh kegiatan dilakukan secara virtual selama 100 hari. Fokus yang akan ditekankan adalah pertumbuhan startup, kesiapan bisnis, dan penggalangan modal. Co-Founder Accelerating Asia Amra Naidoo menambahkan, pihaknya selalu menjalakan sesi entrepreneur-in-residence, coffee chat virtual dengan investor, dan digital masterclass dari jarak jauh.

“[..] Menjadi modal ventura akselerator memungkinkan kami menyajikan pendekatan secara langsung (hands-on approach) selama periode investasi awal karena kami menyajikan program dan akses yang harus ditingkatkan dan dikembangkan oleh startup, sambil meminimalkan risiko investor dan fokus memberikan laba kepada investor kami di venture capital fund kami,” terang Naidoo.

Pertemuan cohort 3 Accelerating Asia / Accelerating Asia
Pertemuan cohort 3 Accelerating Asia / Accelerating Asia

Kiprah Accelerating Asia

Sejak diluncurkan pada 2018, Accelerating Asia kini menjadi komunitas yang menampung 48 pengusaha dan 28 startup yang tersebar di Asia dengan 40% di antaranya merupakan perusahaan yang dipimpin atau didirikan oleh perempuan. Perusahaan bekerja sama dengan sejumlah jaringan angel investor regional seperti Angel Hub, ANGIN, dan Angel Central, juga dengan investor institusional terkemuka, termasuk Cocoon Capital, Monks Hill Ventures, dan Golden Gate Ventures.

Sebanyak 19 startup dari dua cohort sebelumnya tersebar di delapan negara di Asia Tenggara dan Selatan termasuk Singapura, Indonesia, Vietnam, Bangladesh dan Malaysia. Sekitar 10% di antaranya datang dari Indonesia. Mereka adalah startup SaaS B2B Datanest dan startup travel IZY.ai. Secara kolektif seluruh perusahaan tersebut telah menggalang pendanaan dengan total lebih dari 5 juta dolar Singapura.

Accelerating Asia Naikkan Nilai Investasi hingga 2 Miliar Rupiah untuk Startup Binaannya

Perusahaan modal ventura tahap awal Accelerating Asia mengumumkan perubahan dalam cara investasinya, juga menaikkan nominal investasi hingga 200 ribu dolar Singapura (lebih dari 2 miliar Rupiah), melalui instrumen pendanaan SAFE note, sekitar 7%-10% ekuitas per startup yang akan mengikuti program akselerator batch ke-3.

Bila dirinci, startup akan menerima investasi maksimal 200 ribu dolar Singapura, termasuk dana dukungan 25 ribu dolar Singapura untuk membangun bisnisnya, akses ke program akselerator, dan program tambahan senilai 225 ribu dolar Singapura. Kenaikan ini, membuat Accelerating Asia percaya diri berada dalam posisi yang kuat dalam pertaruhan startup yang berasal dari program akseleratornya.

“Sambil terus menjalankan hubungan baik dengan pendiri startup untuk meningkatkan pertumbuhan mereka, menerima pendanaan, dan meningkatkan bisnis mereka ke tingkat selanjutnya,” ucap Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo dalam keterangan resmi.

Dibandingkan dua batch sebelumnya, Accelerating Asia berinvestasi sebesar 100 ribu dolar Singapura, juga berbentuk SAFE note. Ini adalah akronim dari Simple Agreement for Future Equity yang diperkenalkan pertama kali oleh Y Combinator pada 2013.

Silicon Valley memilih SAFE sebagai dokumen de facto yang digunakan untuk investasi tahap awal karena modelnya lebih ramping, lebih murah untuk dieksekusi, dan lebih mudah untuk melakukan uji tuntas (due diligence) daripada opsi lainnya.

“Di Accelerating Asia, kami setuju untuk juga menggunakan SAFE untuk investasi awal kami. Kami juga memfasilitasi investasi lain di perusahaan portofolio kami melalui SAFE. Kami percaya bahwa SAFE punya keuntungan baik bagi founder, investor, maupun ekosistem startup secara umum,” terang Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Craig Dixon secara terpisah kepada DailySocial.

Program akseleratornya itu sendiri sudah berjalan sejak dua tahun dan telah berkembang menjadi komunitas dengan lebih dari 39 founder startup dari 19 startup yang tersebar di 9 negara. 40% di antaranya dipimpin perempuan atau mitra pendiri ventura. Saat berpartisipasi dalam program flagship-nya tersebut, seluruh startup binaannya berhasil memperoleh investasi kolektif senilai lebih dari 55 juta dolar Singapura.

Akselerator batch ke-3

Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia
Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia

Dixon melanjutkan dalam batch ke-3 pendaftaran sudah dibuka hingga Mei 2020. Seluruh proses akan berlangsung secara online, sehingga gangguan pandemi tidak menyurutkan ambisi perusahaan untuk menggelar program akseleratornya.

“Program kami dirancang untuk memberikan nilai tinggi dari para ahli pemula, investor dan mentor dalam format yang fleksibel, di mana pun mereka berada. Sebab mengumpulkan semua founder dalam satu tempat yang sama adalah pekerjaan yang sulit.”

Mereka juga tidak secara spesifik menyasar tema tertentu untuk tiap batch-nya. Dixon menyebut, Accelerating Asia adalah VC dan program akselerator yang agnostik vertikal, artinya terbuka untuk startup dari sektor manapun. Untuk dua batch sebelumnya, startup binaannya terdiri dari startup B2B dan B2G. Kendati demikian, mereka juga terbuka untuk startup B2C.

Dalam batch ke-2, ada sembilan startup yang bergerak di bisnis B2B, seperti logistik, big data, edutech, agritech, dan e-commerce. Seluruh startup memperoleh pendanaan yang tinggi dari angel investor, modal ventura, dan perusahaan keluarga dalam pendanaan gabungan sekitar 2,5 juta dolar Singapura. Delapan startup diantaranya memperoleh pendanaan eksternal, seperti iFarmer, Numu, IZY.ai, dan Privoshop, dalam program 100 hari.

“Untuk tahap pendanaan, kami fokus ke startup pra-seri A yang memiliki traksi, produknya berasal dari pengalaman pengguna, dan punya model bisnis yang kuat. Jika Anda tidak yakin apakah Anda cocok untuk ikut program ini, kami mendorong para pemula untuk mendaftar untuk melalui prosesnya, agar dapat pemahaman tentang apa yang dicari investor dan akselerator.”

Dari 19 startup binaan dari batch sebelumnya, 10% di antaranya datang dari Indonesia. Nama-namanya adalah startup SaaS B2B Datanest dan startup travel IZY.ai. “Indonesia adalah pasar yang menjanjikan, kami selalu mencari kesempatan bermitra dengan startup dan mitra.”

Di luar program, Accelerating Asia bekerja sama dengan jaringan angel investor lokal ANGIN untuk membangun jaringan, entah berbentuk webinar, event untuk membangun portofolio, negosiasi kesepakatan dengan angel investor yang tertarik menjadi LP atau berinvestasi bersama. Pihak ANGIN juga memfasilitasi koneksi startup, dan berkomitmen untuk terlibat dengan founder lokal melalui berbagai program.

“Kami juga bekerja erat dengan investor di berbagai tingkatan dalam ekosistem startup Indonesia, seperti family offices, VC, angel investor. Beberapa dari mereka telah berinvestasi ke Fund kami dan/atau co-invest bersama Accelerating Asia di startup portofolio kami,” tutupnya.

Accelerating Asia Menilai Masih Ada Kesenjangan di Ekosistem Startup Indonesia

Lanskap investasi dan ekosistem startup di Indonesia diprediksi terus bertumbuh di tahun mendatang. Namun Co-founder Enterprenuer in Resedince and Program Director Accelerating Asia Craig Dixon menilai kesenjangan masih terjadi pada ekosistem ini.

Sebagai akselerator yang fokus di Asia Tenggara, Dixon melihat ada dua kesenjangan, yakni pendanaan startup tahap awal (seed) dan investor. Dari sisi startup, masalah ini dialami mereka yang belum punya traction dan model bisnis yang scalable. Selain sulitnya mencari pendanaan, startup belum punya pengalaman untuk mengelola investasi.

“[Kalau] investor cari jutaan dolar, mereka tidak tahu cara menggunakannya secara efisien untuk membangun bisnis yang lebih besar. Ini yang kami fokuskan, ketika program selesai, mereka bisa lebih siap [mencari dana] ke VC, dan bisa bergerak lebih independen,” ujar Dixon di sela wawancara media di Jakarta.

Dari sisi investor, Dixon juga menilai Indonesia kekurangan investor yang cerdas. Menurutnya, investor yang berinvestasi di sini cenderung duduk diam dan menunggu hasil. Mereka tidak tahu cara berinvestasi dan lebih berkompetisi secara jumlah deal.

Maka itu, ujar Dixon, Accelerating Asia masuk untuk mengisi kesenjangan yang terjadi di ekosistem ini. Jika kesenjangan pendanaan diatasi lewat program akselerasi, ia juga menjalankan program workshop bagi investor.

“Kami sudah pernah menjalankan dan punya program workshop untuk angel investor. Kami coba edukasi both sides, yaitu startup dan investor. Kegiatan ini bakal bagus [jika] dijalankan di Indonesia,” paparnya.

Di samping itu, Dixon menilai program akselerasi independen yang dijalankannya memberinya keleluasaan dalam mendorong pertumbuhan startup. Menurutnya, program akselerasi yang disponsori pemerintah atau korporasi dinilai melemahkan posisi startup yang valuasinya belum seberapa.

Di Asia Tenggara tidak ada program independen karena kebanyakan disponsori oleh pemerintah atau korporasi yang memutuskan term investasinya. Kebanyakan akselerator kasih pendanaan $10 ribu-$25 ribu ke startup yang valuasinya belum tinggi,” tuturnya.

Penyebaran investasi dan model bisnis yang berbeda

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menelurkan sejumlah unicorn. Dixon menilai pencapaian ini menjadi sinyal baik bagi ekonomi digital di Indonesia. Pasalnya, ada kemungkinan mereka yang bekerja di unicorn sejak awal, keluar dari perusahaan dan membangun startup sendiri. Fenomena ini sudah banyak terjadi di Silicon Valley.

Di tahun-tahun mendatang, Dixon menantikan penyebaran investasi startup di Indonesia tak lagi terbatas pada unicorn atau startup dengan valuasi tinggi saja. Ia menyebutkan sebanyak triliunan dolar AS masuk ke Asia Tenggara, tetapi 80 persen masuk ke unicorn. Tidak meninggalkan sisa bagi startup-startup yang baru tumbuh.

Demikian juga model bisnis, ia berharap Indonesia dapat menelurkan startup dengan model yang berbeda dari yang sudah dijalankan oleh unicorn Indonesia, seperti Gojek dan Tokopedia.

“Di sisi lain, saya ingin lihat lebih banyak startup berkesempatan menghasilkan pendapatan dengan model bisnis berbeda, tidak seperti WeWork dan Uber. Memang uang masuk ke investor dan kelas menengah jadi kaya, tapi di mana nilai kreasi yang sesungguhnya?” Tutupnya.

Program akselerasi angkatan kedua dimulai

Accelerating Asia mengumumkan program akselerasi angkatan keduanya yang akan dimulai pada Januari 2020. Sama seperti program pendahulu, tahapan kedua ini akan fokus pada startup di tahap awal (early stage).

Dixon menyebutkan tidak ada sektor tertentu yang menjadi kriteria utama program ini. Akan tetapi, ia menyebutkan program akselerasi ini akan cenderung ke segmen B2B.

Hal ini karena ia, jaringan mentor, dan investor yang tergabung di dalamnya kebanyakan memiliki latar belakang dan pengalaman kerja di bidang B2B. “Ini semacam legacy makanya program yang kami buat juga kebanyakan fokus pada B2B,” ujarnya di sela Media Interview di Jakarta.

Accelerating Asia adalah akselerator independen berbasis di Singapura. Mereka baru saja meluluskan peserta program angkatan pertama yang telah menyelesaikan kegiatan akselerasi selama empat bulan. Dari ke-10 peserta, Datanest adalah satu-satunya dari Indonesia.

Adapun, pendaftaran program akselerasi angkatan kedua telah dibuka sejak pekan ini dan akan ditutup pada November mendatang.