Berbekal E-Ink, Fitur Pintar Smartwatch Hybrid Gligo Bisa Aktif Sampai 180 Hari

Penggunaan jenis layar berbead di perangkat wearable bergantung dari siapa konsumen target sebuah brand. Samsung dan Apple mengusung OLED di smartwatch mereka agar konten tampil atraktif, sedangkan Garmin menjagokan transflective display karena panel ini efektif menyam-paikan info terlepas dari kondisi cahaya saat itu. Dan satu produsen baru memilih teknologi e-ink.

Perusahaan yang dicetus oleh dua inventor lulusan Maastricht University Belanda dan Hong Kong School of Design (hanya nama depannya yang diketahui, yaitu Johan dan Antony) memperkenal-kan Gligo. Gligo ialah smartwatch berkonsep hybrid, memadukan mekanisme time-keeping tradisional dengan elemen digital. Display e-ink digunakan karena produsen fokus pada daya tahan baterai serta bermaksud mengendepankan desain minimalis.

Sesuai komitmen itu, penampilan Gligo memang terlihat sederhana. Tak ada UI berlebihan dan notifikasi tanpa akhir yang berpeluang mengalihkan perhatian Anda. Smartwatch ini mempunyai tubuh hitam bundar seperti arloji klasik dengan diameter 41mm dan ketebalan 12mm. Case-nya terbuat dari baja anti-karat 316L, lalu layarnya dilindungi oleh kaca mineral. Kemudian, produsen menyematkan strap 20mm pada lug-nya.

Gligo 1

Anda mungkin penasaran apakah display e-ink merupakan pilihan tepat. Faktanya, ia mempunyai sejumlah keunggulan dibanding LCD: konsumsi energinya sangat efisien, lalu jenis layar ini juga memiliki tingkat pantulan yang rendah sehingga konten mudah dibaca walaupun panel berada di bawah sinar matahari langsung. Sensasinya hampir sama seperti membaca teks di kertas. Selanjutnya, Anda dipersilakan mengganti warna latar belakangnya – hitam atau putih.

Gligo 2

Dan sebagaimana smarwatch sejati, tentu Gligo dilengkapi sejumlah kemampuan pintar. Smartwatch ini dapat menyampaikan notifikasi email, pesan, dan panggilan masuk, serta update pada app. Selain itu, Gligo turut menyimpan kapabilitas fitness tracking. Ia mampu menghitung detak jantung, banyaknya langkah, jarak tempuh, melacak pola tidur, hingga mengingatkan pengguna untuk beristirahat.

Gligo 3

Pada dasarnya, mekanisme Gligo terbagi dua. Fungsi pelacak waktunya memanfaatkan sistem quartz dengan daya tahan baterai hingga dua tahun. Lalu display e-ink-nya ditenagai secara terpisah. Durasinya memang tidak selama fungsi time-keeping, tetapi tetap jauh lebih lama dibanding produk smartwatch populer: sampai 180 hari tanpa charging. Gligo juga sudah memiliki sertifikasi IP65 – tetap aman meski terkena tumpahan air.

Aspek terbaik lain dari Gligo adalah harganya. Selama kampanye crowdfunding-nya masih belangsung di Indie Gogo, smartwatch e-ink ini bisa Anda miliki cukup dengan mengeluarkan uang US$ 100 saja. Pengiriman rencananya akan dilakukan mulai bulan September 2018.

Garmin Forerunner 645 Music Siap Menyemangati Aktivitas Olahraga Anda Dengan Alunan Lagu

Meskipun sama-sama meracik smartwatch, Garmin dan brand-brand semisal Apple dan Samsung punya target konsumen berbeda. Produk seperti Apple Watch dan Gear S dirancang sebagai ekspansi fungsi smartphone yang ditempatkan di pergelangan tangan Anda, sedangkan perangkat wearable pintar Garmin diprioritaskan sebagai activity tracker terlebih dahulu, dan smartwatch kemudian.

Tapi tentu perusahaan teknologi GPS asal Amerika itu punya keinginan agar produk-produk wearable-nya bisa se-trendi brand-brand yang lebih populer. Tanpa mengorbankan fitur serta ciri khas mereka, Garmin mulai menyajikan layar bundar di lineup activity tracker yang lebih terjangkau – seperti VivoActive 3. Dan minggu lalu, Garmin menghadirkan versi ‘music player‘ dari varian Forerunner 645 di Indonesia: Forerunner 645 Music.

645 14

Alasan Garmin membawa Forerunner 645 Music ke tanah air mungkin tak sulit ditebak. Mereka ingin menyediakan perangkat pendukung olahraga yang tak hanya pintar, tapi juga dapat menghibur. Biasanya, hal ini merupakan tugas dari smartphone, namun membawa-bawa handset dalam kegiatan olah fisik bisa jadi sangat merepotkan – Anda harus menenteng tas atau memasang armband. Dengan Forerunner 645 Music, smartphone tak lagi dibutuhkan.

 

Untuk siapa smartwatch ini dibuat?

Di presentasinya, marketing manager Rian Krisna menjelaskan bahwa jenis konsumen Garmin tergolong majemuk. Pengguna produk Garmin mempunyai rentang usia antara 25 sampai 55 tahun, 60 persen merupakan pria, dan 40 persen ialah kaum Hawa. Forerunner 645 Music sendiri disiapkan buat dua jenis segmen user, yaitu atlet profesional dan pecinta fitness (biasanya mereka ini sering berpartisipasi dalam lari maraton).

645 13

Dan inilah alasannya Garmin tetap mengusung sejumlah fitur dan teknologi andalannya, walaupun mungkin malah berpotensi menyebabkan konsumen awam jadi kurang tertarik.

 

Impresi

Forerunner 645 Music mempunyai penampilan serupa varian standar. Tubuhnya terbuat dari konstruksi plastik kuat yang dipadu bersama bezel baja anti-karat, memiliki diameter 42mm dan tebal 13,5mm. Meski terlihat cukup lebar jika dikenakan oleh orang berpergelangan tangan kecil, salah satu hal paling luar biasa dari smartwatch ini ialah bobotnya: hanya 42-gram. Garmin  menjanjikan daya tahan terhadap air sampai 5ATM. Itu artinya, ia bisa diajak berenang/snorkeling serta menemani Anda mandi.

645 5

645 7

Sebagai jendela penyampai informasi, Garmin kembali memanfaatkan layar transflective memory-in-pixel. Jenis display ini memang tidak seatraktif OLED di Apple Watch, tapi tampil atraktif bukanlah tugas utama Forerunner 645 Music. Panel transflective punya karakteristik berbeda: semakin intens sinar matahari, konten jadi kian jelas terlihat tanpa sama sekali membebani baterai karena harus meningkatkan kecerahan layar. Sifatnya mirip e-ink.

645 4

645 12

Faktor kenyamanan juga jadi perhatian utama Garmin dalam mendesain 645 Music. Agar sensor optik detak jantung bekerja optimal, smartwatch memang harus dikenakan secara erat di tangan. Dan demi memastikan penggunaannya tetap nyaman, produsen memanfaatkan strap silikon 20mm yang sangat lembut dan lentur. Bahkan jika Anda memasangnya dengan kencang, Forerunner 645 Music tidak akan menyakiti atau menghambat gerakan tangan.

645 10

645 16

Untuk berinteraksi dengan fitur-fiturnya, Anda bisa menggunakan layar sentuh atau kelima tombol fisik yang diposisikan di area samping smartwatch. Contohnya: Anda bisa mencatat putaran cukup dengan menekan tombol.

645 2

Meminimalkan bobot juga menjadi faktor penting dalam desain Forerunner 645 Music. Dalam pemakaian biasa, orang umumnya tidak akan mengeluhkan berat jam atau smartwatch di tangan. Namun bobot dari aksesori yang Anda pakai akan terasa setelah berlari jarak jauh, 5km misalnya. Mungkin ini salah satu alasan mengapa para atlet tidak membawa-bawa smartphone ketika berlatih.

 

Fitur

Seperti yang diindikasikan namanya, Forerunner 645 Music mampu memutar lagu secara mandiri tanpa dukungan smartphone. Smartwatch dibekali memori internal yang mampu menyimpan 500 file audio MP3 (boleh jadi berkapasitas 4GB). Lalu jika Anda adalah pelanggan layanan streaming third-party, perangkat juga bisa menyinkronkan musik-musik favorit sehingga Anda dapat mendengarkannya secara offline.

645 17

Walaupun demikian, kapabilitas tracking Forerunner 645 Music dijanjikan tetap nomor satu. Ia siap melacak detak jantung Anda secara non-stop, ditunjang oleh GPS dan GLONASS. Dipadu bersama algoritma pintar dan sensor, smartwatch mampu menghitung aspek-aspek penting saat Anda berolahraga: performa, interval, cadence, keseimbangan kaki kiri dan kanan, VO2 Max, hingga melacak data-data ‘standar’ seperti jumlah langkah dan banyaknya tangga yang dilewati setiap hari.

645 9

645 3

Selain itu, Anda bisa memanfaatkan fitur Virtual Partner untuk memberikan elemen kompetitif di sesi latihan serta menciptakan rute berlari via software Garmin Connect sebagai panduan. Aplikasi Garmin Connect tersedia buat Android serta iOS, dan dengannya, Anda bisa mendapatkan informasi detail mengenai aktivitas olah fisik. Di sana, Anda juga dipersilakan mengutak-atik watch face hingga men-share hasil latihan ke sosial media.

645 12

645 15

Ada beberapa hal yang Garmin upgrade di Forerunner 645 Music, terutama pada fitur konektivitas seperti Wi-Fi, notifikasi pintar, sampai kemampuan upload otomatisnya. Lalu produsen turut memperluas dukungan terhadap jenis olahraga, misalnya trail run, paddling dan elliptical. Kemudian jika Anda ingin memperoleh data olah fisik lebih lengkap lagi, Forerunner 645 Music bisa disambungkan ke aksesori Garmin Dynamics Pod.

645 19

645 18

 

 

Ketersediaan dan harga di Indonesia

Garmin Forerunner 645 Music sudah tersedia di Indonesia, dijajakan di harga yang cukup premium, yaitu mulai Rp 7,8 juta. Produk bisa dipesan di situs Erafone.com, Dinomarket, WearinAsia serta Blibli.com, dan akan segera hadir secara offline di Erafone Mega Store dan jaringan retail resmi lain. Produk tak lupa dilindungi oleh garansi resmi selama dua tahun.

Garmin menyediakan dua pilihan warna strap Forerunner 645 Music, yaitu hitam dan pink. Dan seperti smartwatch Garmin lain, bagian ini mudah digonta-ganti, lalu produsen juga menyiapkan beragam pilihan strap pengganti – termasuk strap berbahan kulit.

645 8

645 1

Cincin Pintar Xenxo S-Ring Bisa Jadi Activity Tracker serta Dapat Menerima Panggilan Telepon

Dengan mengusung desain yang sederhana, produsen perangkat wearable bisa memperkecil peluang kerusakan sembari membuat pemakaiannya lebih nyaman. Sejauh ini, smartwatch dan smartband merupakan dua wearable device paling umum dan populer karena penggunaannya mirip aksesori fashion. Beberapa tahun silam, sejumlah produsen juga mulai mengajukan konsep cincin pintar.

Namun berbeda dari smartwatch, wujud smart ring yang mungil membatasi fitur dan memengaruhi pemakaian. Produsen mungkin tidak akan melengkapinya dengan layar dan boleh jadi, sekadar membubuhkan tombol menjadi tantangan teknis buat mereka. Namun tim Xenxo mengklaim bahwa mereka berhasil memampatkan enam fungsi pendukung produktivitas menjadi satu perangkat serbabisa berwujud cincin. Device tersebut mereka namai S-Ring.

S-Ring adalah perpaduan antara earpiece wireless, penunjuk waktu, thumb drive, activity tracker, dompet, dan kartu indentitas. Perangkat ini mempunyai wujud sederhana, berbobot 15-gram dengan beberapa pilihan ukuran (7 sampai 12 standar Amerika), dan sudah memperoleh sertifikasi IPX7. Smart ring tetap tidak akan rusak karena terkena air saat Anda mandi atau mencuci tangan. Xenxo menyediakan tiga piliha warna S-Ring, yaitu hitam, putih dan abu-abu.

Xenxo S-Ring 2

Jika dilihat lebih teliti, bagian luar S-Ring memiliki sejumlah hal yang mungkin tidak dipunyai cincin pintar lain. Di sana ada rangkaian lubang microphone, lubang speaker dengan noise-cancelling, tombol fisik, hingga connector Lightning. Kehadiran mereka mengindikasikan sejumlah kemampuan istimewa. Salah satu yang paling menonjol adalah ia bisa mengubah tangan Anda jadi ponsel untuk menjawab panggilan masuk, serta sebagai alat buat memberi perintah pada asisten digital di smartphone.

Fitur andalan lain di S-Ring ialah fungsi fitness tracking. Saat dikenakan, ia dapat mengukur banyaknya langkah dan mengetahui seandainya target harian Anda telah terpenuhi (perlu diketahui bahwa S-Ring tidak mempunyai sensor detak jantung). Menariknya lagi, aksesori pintar ini bisa dipakai untuk mengendalikan konten multimedia di smartphone (misalnya lagu atau video) menggunakan gerakan tangan.

Xenxo S-Ring 1

S-Ring terkoneksi ke handset melalui Bluetooth 5.0 low energy. Selain fitur-fitur di atas, ia dapat dimanfaatkan juga sebagai ‘kartu akses’, medium pembayaran via NFC, alarm darurat, aksesori penyimpanan data (ada memori internal berkapasitas 4GB), serta dibekali fitur alarm sunyi.

Xenxo menjajakan S-Ring di harga retail US$ 280. Tapi selama kampanye crowdfunding-nya masih berlangsung di Kickstarter, Anda bisa membelinya dengan mengeluarkan uang mulai dari US$ 180 saja.

Xenxo S-Ring disiapkan untuk bersaing dengan produk smart ring Motiv dan Token. Namun berbicara kapabilitas, fitur S-Ring jauh lebih kaya. Ia memadukan fungsi tracking dan penunjang produktivitas. Dan meskipun mempunyai kemampuan seperti Orii, desainnya terlihat lebih simpel.

Smartwatch Hybrid Misfit Path Mengemas Fitur yang Lengkap Terlepas dari Tampang Minimalnya

Dalam dua tahun terakhir, Misfit telah menelurkan dua smartwatch hybrid bertampang menawan: Phase dan Command. Tahun ini, anak perusahaan Fossil Group itu kembali meluncurkan smartwatch hybrid baru bernama Misfit Path, yang sempat mereka pamerkan sewaktu event CES Januari lalu.

Path merupakan yang terkecil dalam lini smartwatch hybrid Misfit. Diameter case berbahan stainless steel-nya cuma 36 mm, sedangkan lebar strap interchangeable-nya 16 mm. Ini membuatnya sangat pas di tangan kaum hawa, dan tiga dari empat kombinasi warna yang ditawarkan memang terkesan chic.

Misfit Path

Tidak seperti Command, Path mengadopsi desain minimalis ala Phase. Kendati demikian, wajah minimalnya tidak bisa menjadi indikasi bahwa fiturnya juga sedikit. Aktivitas fisik maupun pola tidur pengguna dapat ia monitor secara otomatis, dan pengguna pun juga bisa membawanya berenang, mengingat bodi perangkat tahan air hingga kedalaman 50 meter – Misfit bilang bahwa ke depannya Path bakal bisa memonitor aktivitas berenang.

Perihal notifikasi, Path tentu saja cukup terbatas mengingat tidak ada secuil pun layar di wajahnya. Meski begitu, lewat aplikasi pendampingnya pengguna bisa merancang pola getaran unik yang mewakili masing-masing jenis notifikasi (alarm, telepon dan teks, serta email dan app).

Misfit Path

Path turut mengemas tombol multi-fungsi yang dapat dipakai untuk mengontrol jalannya musik, menjadi remote control kamera ponsel maupun mengaktifkan fitur find my phone. Soal baterai, pengguna hanya perlu menggantinya setiap enam bulan sekali.

Misfit Path saat ini sudah bisa dibeli seharga Rp 2.055.500. Strap ekstranya dapat dibeli secara terpisah seharga Rp 273.900 (bahan silikon) atau Rp 548.000 (kulit).

Sumber: Misfit.

AI Dapat Memprediksi Masa Hidup Berdasarkan Data dari Activity Tracker

Banyak studi menunjukkan bahwa ada korelasi yang erat antara parameter fisiologis dan masa hidup seseorang. Data-data seperti hasil metilasi DNA maupun penerjemahan informasi genetik bisa dipakai untuk menghitung estimasi masa hidup seseorang. Tentunya ini bukan saya sendiri yang bilang, melainkan para peniliti di Moscow Institute of Physics and Technology (MIPT).

Baru-baru ini mereka juga membuat terobosan dengan bekerja sama dengan perusahaan ahli bioteknologi, GERO. Hasil kolaborasinya melahirkan sistem kecerdasan buatan (AI) yang mampu membuat estimasi masa hidup seseorang berdasarkan data-data yang dikumpulkan activity tracker.

AI tersebut bisa diakses melalui aplikasi iPhone bernama Gero Lifespan. Dengan memberikan akses data dari Apple HealthKit atau Fitbit, aplikasi bisa membuatkan estimasi usia pengguna berdasarkan aktivitas sehari-harinya. Kalau tidak pernah berolahraga dan terlalu banyak duduk, mungkin estimasinya bakal menunjukkan angka yang kecil, kurang lebih seperti itu cara kerjanya.

Gero Lifespan

Namun sebenarnya yang dijadikan rujukan bukan sebatas jumlah langkah kaki saja, tapi juga faktor-faktor lain seperti misalnya pola tidur. Anda pada dasarnya bisa melakukan eksperimen, semisal rutin berlari dan tidur cepat selama satu minggu penuh, lalu melihat bagaimana efeknya terhadap estimasi masa hidup yang ditampilkan aplikasi.

Para pengembangnya menegaskan bahwa ini tidak bisa dijadikan satu-satunya patokan untuk mengukur masa hidup seseorang, tapi lebih ke sekadar memberikan gambaran mengenai korelasi antara aspek fisiologis dan usia. Kendati demikian, mereka cukup percaya diri hasilnya jauh lebih presisi ketimbang sistem serupa yang dibuat sebelum-sebelumnya.

Aplikasinya gratis, jadi tidak ada salahnya mencoba. Mungkin setelah mencoba, Anda bisa sadar bahwa bekerja terlalu keras itu hanya bermanfaat buat kantong saja, dan bukan untuk tubuh Anda.

Sumber: MIPT.

Kacamata Sekaligus Activity Tracker Level Akhirnya Siap Dipasarkan

Agustus 2016 lalu, VSP selaku salah satu penyedia layanan kesehatan mata terbesar di Amerika Serikat memamerkan sebuah kacamata pintar bernama Level. Level bisa dianggap sebagai Fitbit untuk wajah, sebab terlepas dari wujudnya yang menyerupai kacamata biasa, ia mampu memonitor aktivitas fisik penggunanya.

Sejak diumumkan, Level sudah diuji oleh ratusan relawan lewat program kerja sama antara VSP dan University of Southern California. Tujuan dari pengujian tersebut adalah memastikan Level bisa memiliki peran yang lebih besar ketimbang activity tracker berbentuk gelang atau jam tangan pada umumnya.

Hasil tesnya terbukti positif. Dari 284 partisipan, 221 terus menggunakan Level dari awal sampai akhir program berdurasi 15 minggu tersebut. Sisanya berhenti menggunakan di tengah jalan, dan ada beberapa yang memutuskan untuk tidak berpartisipasi sama sekali.

Kesimpulan yang bisa ditarik dari pengujian Level adalah, konsumen lebih suka dengan activity tracker yang menjadi satu dengan kacamatanya ketimbang yang berwujud perangkat wearable terpisah. Ini senada dengan pemikiran VSP: kalau seseorang memiliki gangguan penglihatan, ia tak akan lupa mengenakan kacamatanya, dan kalau kacamata yang digunakan adalah Level, berarti orang tersebut bisa terus memonitor aktivitas fisiknya.

Level Smart Glasses

Berangkat dari hasil pengujian yang positif itu, VSP pun akhirnya memutuskan untuk mulai memasarkan Level. Versi retail-nya ini nyaris tidak berbeda dibanding yang diumumkan sebelumnya, dengan desain yang stylish dan tidak menyerupai gadget – meski menurut saya masih kalah stylish dari Intel Vaunt yang baru-baru ini diungkap.

Semua komponen esensialnya – accelerometer, gyroscope dan magnetometer – disematkan dengan rapi di tangkai sebelah kiri. Level murni merupakan sebuah activity tracker, ia siap memonitor jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar dan durasi aktivitas fisik, tapi tidak untuk meneruskan notifikasi.

Semua data yang dikumpulkan akan diteruskan ke aplikasi smartphone via Bluetooth. Level dilengkapi baterai rechargeable yang diperkirakan bisa tahan sampai sekitar lima hari, sebelum perlu di-charge kembali via micro USB, dengan port yang tersembunyi di engsel sebelah kiri.

Level Smart Glasses

Sebagai pemanis, VSP turut menambatkan fitur-fitur seperti “Find My Glasses”, serta “Eyes of Hope”, di mana target harian masing-masing pengguna bakal diterjemahkan menjadi poin terakumulasi. Ketika poinnya sudah mencapai 50, VSP akan menyediakan tes mata sekaligus kacamata kepada yang membutuhkan secara cuma-cuma – bisa anak-anak, lansia, tuna wisma atau veteran perang, tergantung pilihan masing-masing pengguna.

Soal desain, frame Level terbuat dari bahan selulosa asetat yang biasanya digunakan untuk film fotografi, lalu diimbuhi aksen stainless steel. Warna yang tersedia ada empat: hitam, abu-abu, classic tortoise dan grey tortoise.

Kekurangan Level menurut saya ada dua. Yang pertama, harganya cukup mahal di angka $270. Kedua, bahkan di AS sendiri perangkat ini bakal sulit didapatkan, mengingat VSP baru akan memasarkannya di segelintir kota besar saja mulai April mendatang.

Sumber: Engadget dan VSP.

Activity Tracker IronCloud Memanfaatkan AI Untuk Memicu Kita Berolahraga Lebih Giat

Dalam merespons munculnya produk-produk smartwatch yang semakin canggih, para produsen activity tracker memfokuskan perhatian mereka pada keakuratan teknologi pelacakan, serta mengimplementasikan arahan desain yang lebih mainstream dan atraktif. Sebuah tim bernama Geekery sendiri menjagokan satu fitur unik di dalam tracker mereka.

Developer dari app fitness Fitmix itu memperkenalkan IronCloud. Perangkat ini dideskripsikan sebagai ‘smartwatch multi-sport GPS premium’, dan demi memenuhi seluruh klaim tersebut, IronCloud dikonstruksi menggunakan material-material terkuat. Tapi aspek andalan smartwatch ini adalah pemanfaatan kecerdasan buatan untuk membantu Anda saat latihan.

IronCloud 1

Menurut Geekery, kompetisi adalah cara terbaik untuk memotivasi seseorang mencetak rekor baru. Itu alasannya mereka membubuhkan Virtual Opponent, yaitu fitur yang berfungsi untuk mengadu Anda dengan diri sendiri. Di sana, Anda bisa menentukan sendiri target dan kecepatannya. Selain itu, device menyimpan fitur Training Zone, berguna untuk mencocokkan target personal dengan level latihan, menggunakan intensitas detak jantung sebagai basisnya.

Smartwatch turut dibekali preset beragam jenis olahraga, dan dari sana, perangkat mampu menghitung dinamika fisik serta performa fisiologi. IronCloud siap mendukung lari, lari di atas treadmill, hiking, panjat tebing, berenang di kolam atau perairan lepas, hingga bersepeda.

IronCloud mampu memonitor detak jantung secara real-time menggunakan sensor Valencell, juga didukung oleh Triple Navigation System (BDS, GPS dan GLONASS). Dan selain sensor buat menyajikan data-data ‘standar’ seperti banyaknya langkah, pembakaran kalori serta VO2 Max (konsumsi oksigen tubuh), device juga dibekali sensor altimeter, barometer serta kompas.

Demi memastikannya tahan banting dan dapat dikenakan di segala aktivitas, produsen memanfaatkan bezel berbahan titanium TC4 yang digunakan dalam pembuatan roket serta display berlapis kaca safir. Tubuhnya kedap air hingga kedalaman 100M. Untuk strap, Anda bisa memilih material TPU (ringan, tahan UV dan lentur) atau stainless steel jika ingin tampil lebih ‘serius’.

 

Display-nya mengingatkan saya pada produk-produk Garmin, mengusung panel sentuh always-on transflective yang efektif menampilkan konten meski diterpa sinar matahari. Lalu baterainya bisa bertahan hingga 50 hari atau maksimal 30 jam jika GPS terus dinyalakan.

Versi early bird IronCloud dapat Anda pesan sekarang di Indie Gogo seharga mulai dari US$ 370. Pengiriman akan dilakukan di bulan Mei nanti.

Menakar harga dan kemampuan IronCloud, produk tampaknya disiapkan untuk bersaing dengan Garmin Fenix 5, Suunto Traverse dan Casio Pro Trek. Keunggulan IronClad terletak pada daya tahan baterai dan harga, namun tiga merek ini tentu lebih dikenal oleh konsumen.

[Review] Garmin Vivoactive 3, Wearable Andal Buat Mereka yang Serius Berolahraga

Ketika produsen berlomba-lomba untuk membenamkan kemampuan tracking canggih di smartwatch mereka, Garmin mencoba memenuhi permintaan terhadap wearable dari arah berbeda. Perusahaan spesialis teknologi GPS asal Amerika itu meluncurkan Vivoactive 3 di bulan November silam, yaitu inkarnasi terkini lineup Vivoactive dengan desain yang jauh lebih mainstream.

Garmin merupakan salah satu pemimpin di ranah activity tracker, namun beberapa produk seperti Forerunner atau Fenix memang tidak bisa dibilang murah. Inilah alasannya kehadiran Vivoactive 3 sangat esensial. Ia merupakan titik temu antara performa dan harga, lalu penampilannya juga terlihat netral, sehingga Vivoactive 3 sempurna untuk jadi perangkat buat pemula dibanding model-model yang lebih high-end.

Bahkan walaupun bukan seorang penggemar olahraga, saya merasakan manfaat dari mengenakan Vivoactive 3 selama beberapa minggu ke belakang. Perangkat ini secara halus memotivasi penggunanya untuk hidup lebih aktif, dengan cara mengigatkan serta menjabarkan informasi terkait tubuh secara lengkap dan akurat. Dan sebagai perangkat wearable, Vivoactive 3 juga dapat bertugas jadi ekstensi smartphone Anda. Simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Desain

Penampilan Garmin Vivoactive 3 terlihat kontras dibanding model sebelumnya. Vivoactive 3 mengusung desain bundar, secara eksplisit merespons tren populer di ranah wearable. Unit review ini ialah Vivoactive 3 dengan strap dan tubuh hitam, dipadu bezel stainless steel cerah. Untuk menonjolkan kesan ala penunjuk waktu tradisional, tim desainernya membubuhkan ukiran garis di masing-masing posisi jam, lalu menempatkan satu buah tombol di tempat crown. Di sisi yang berlawanan, Anda bisa menemukan sensor sentuh, disediakan sebagai metode navigasi menu alternatif.

Vivoactive 3 22

Vivoactive 3 12

Tubuh Vivoactive 3 terbuat dari polimer yang diperkuat oleh serat. Area bermaterial baja bisa Anda temukan lagi di bagian bawah, mengelilingi sensor photoplethysmogram-nya. Vivoactive 3 mempunyai diameter 43,4-milimeter dan ketebalan 11,7-milimeter – kurang lebih sebesar chronograph. Tubuhnya itu tersambung ke strap silikon berpola sisik selebar 20mm.

Vivoactive 3 21

Vivoactive 3 26

Dalam menilai penampilannya, semua akan kembali pada preferensi masing-masing orang. Buat saya, sekilas Vivoactive 3 terlihat seperti jam tangan digital biasa, dan hal ini merupakan sebuah keunggulan. Karena tidak mencolok, Vivoactive 3 tidak terlihat timpang ketika Anda sedang mengenakan kemeja atau jas pesta sekalipun. Agar pas di suasana berbeda, yang perlu Anda lakukan adalah mengubah watch face-nya via app (dibahas lebih jauh di bawah).

Vivoactive 3 23

Vivoactive 3 25

Dan memang inilah yang menjadi fungsi utama Vivoactive 3: untuk dipakai di segala aktivitas. Perangkat ini kedap air 5-ATM (kurang lebih 80-PSI), sehingga siap menemani Anda berenang hingga kedalaman 50-meter. Jangan ragu buat membawanya mandi dan berolahraga tiap hari sampai tubuh berkeringat. Dan karena tidak ada lekukan-lekukan sempit, proses membersihkannya juga mudah.

Vivoactive 3 1

Vivoactive 3 2

 

Kenyamanan

Sebagai seorang pengguna jam analog, sensasi awal mengenakan Garmin Vivoactive 3 terasa aneh dan canggih. Activity tracker ini terlihat begitu besar di tangan saya (bezel ditambah lug lebih lebar dari pergelangan tangan), namun perangkat terasa sangat enteng jika dikomparasi dengan arloji stainless steel 36mm. Bobot Vivoactive 3 hanya 43-gram.

Vivoactive 3 18

Vivoactive 3 17

Bagian strap juga sangat lentur, dan permukannya terasa lembut. Ketika dikenakan, kombinasi strap silikon dan body memastikan Vivoactive 3 terpasang mantap di satu posisi tanpa gampang bergeser. Efeknya, perangkat segera menjadi bagian dari tubuh Anda setelah dikenalan selama cuma beberapa hari. Selama pengujian, saya tidak pernah melepas Vivoactive 3 selain untuk membersihkannya.

Vivoactive 3 15

Vivoactive 3 6

Mungkin satu hal yang membuat pemakaiannya jadi sedikit kurang nyaman adalah suhu panas, yang menyebabkan kulit berkeringat. Anda juga tetap harus berhati-hati agar Vivoactive 3 tidak sering terbentur karena bezel dan layar bisa baret.

Vivoactive 3 24

Strap-nya sendiri memanfaatkan rancangan two-piece standar dan buckle logam sederhana, kemudian loop/free ring-nya mempunyai ujung di sisi dalam buat mengunci posisi strap supaya tidak gampang terlepas. Strap juga mudah dilepas dari lug, cukup dengan menarik tonjolan kecil di spring bar – tanpa memerlukan spring bar remover.

 

Layar

Dibanding panel OLED milik Fitbit Ionic atau Gear S3, layar sentuh transflective memory-in-pixel 1,2-inci beresolusi 240x240p di Vivoactive 3 memang kurang atraktif, tapi menampilkan keindahan bukanlah tugasnya. Fungsi utama display tersebut ialah menyampaikan data terkait tubuh, dan ia menunaikan tugasnya dengan efektif. Info tetap bisa terlihat jelas baik saat Anda berada di bawah teriknya sinar matahari ataupun di malam hari berkat bantuan backlight.

Vivoactive 3 3

Display ini selalu aktif, meski terlihat redup, mengingatkan saya pada layar LCD di jam tangan digital sewaktu memilih watch face berwarna hitam dan putih. Secara personal, saya menyukai hal ini. Backlight baru menyala otomatis saat Anda mengangkat tangan dan mengarahkan fitness tracker ke wajah. Anda bisa menyesuaikan tingkat keterangan backlight, atau menonaktifkannya buat lebih menghemat baterai.

Vivoactive 3 8

Menggeser layar ke atas dan ke bawah akan menampilkan menu informasi berbeda, seperti target harian dan mingguan, temperatur dan kelembapan, hingga mengintip isi email. Untuk mengustomisasi widget dan mengakses fiturnya lebih jauh, tap layar lebih lama buat memunculkan menu.

 

Fungsi fitness

Tentu saja mereka yang membeli produk Garmin tak sekadar mencari fungsi ‘smartwatch standar’. Dan kabar gembiranya, kapabilitas fitness tracking Vivoactive 3 sangat memuaskan. Untuk fungsi pelacakan, perangkat ini mampu memonitor detak jantung Anda siang dan malam secara real-time, mengukur pembakaran kalori, mengetahui jumlah lantai yang Anda lewati, membaca level stres, hingga menghitung VO2max – yakni ukuran kapasitas paru-paru dalam menampung oksigen.

Vivoactive 3 14

Selain itu, Vivoactive 3 juga sanggup melacak beragam olahraga berbeda, dari mulai kegiatan sederhana seperti berjalan atau berlari, sampai aktivitas kompeks semisal berenang, bermain golf, berski atau snowboarding, paddle boarding, serta menggunakan mesin fitness indoor. Semuanya dapat Anda konfigurasi lebih jauh langsung di unit wearable. Misalnya, pilih Pool Swim dan preset jarak, atau tentukan jaraknya sendiri.

Vivoactive 3 16

Memulai ‘aktivitas’ sangat simpel. Setelah Anda memilih kegiatan olah fisik favorit, tinggal tekan tombol yang berada di samping, tap jenis olahraga secara lebih spesifik, dan tunggu hingga GPS menyala. Waktu aktivasinya sendiri bergantung pada lokasi dimulainya olahraga, bisa jadi 30 detik atau beberapa menit dari sesudah start.

Vivoactive 3 13

Via Setting, Anda bisa mengustomisasi konten dari menu data, menentukan alert serta mengubah warna dari teks dan gambar. Satu contoh pemakaian dari fitur alert adalah memasang peringatan jika detak jantung melewati batasan tertentu, atau mematok waktu putaran ketika berlari. Untuk mengakhiri prosedur latihan, tinggal tekan kembali tombol samping dan tap tombol stop berwarna merah.

Vivoactive 3 10

Sebagai perangkat tracker berbasis optik, sensor-sensor Garmin Vivoactive 3 terbilang akurat. Dari tes langsung, ia mampu membaca langkah dengan tepat. Lalu pengukuran tahapan tidur lebih presisi karena kalkulasi tak cuma ditentukan oleh gerakan, tapi juga detak jantung. Saat berenang, sensor jantung memang tidak menyala, namun Anda bisa menyambungkan Vivoactive ke smart chest strap seperti Garmin HRM-SWIM.

GPS-nya juga dapat melacak posisi dengan presisi, tapi ada peluang ketepatan tersebut berkurang saat Anda memasuki area-area yang penuh bangunan.

 

App Garmin Connect, notifikasi dan fitur-fitur lain

Aplikasi Connect adalah jembatan yang menghubungkan Vivoactive 3 dengan smartphone Anda. Di proses penyambungan (via Bluetooth), app akan menanyakan detail mengenai tubuh; seperti tinggi, berat, waktu tidur malam, dan di tangan mana Anda mengenakan activity tracker. Data-data ini akan menjadi parameter dalam penentuan target olahraga harian.

Vivoactive 3 28

Di sana, ada menu berisi informasi fisik, di antaranya terdapat pie chart level stres (tampaknya, stres yang saya alami belakangan masuk ke tingkatan menengah) serta seberapa lama Anda tidur ringan dan tidur lelap. Kemudian via menu drop down, pengguna juga dapat mengakses data olahraga (berlari, bersepeda, sampai yoga) dan performa secara lebih spesifik, serta berkunjung ke Connect IQ Store.

Vivoactive 3 29

Di Connect IQ Store, Anda dipersilkan mengunduh aplikasi, watch face, serta widget tambahan. Konfigurasi watch face memang bisa dilakukan langsung di unit wearable, namun opsinya sangat terbatas. Sebagai alternatifnya, utak-atik watch face dapat dilakukan melalui app Face It, tetapi lagi-lagi, pilihan kustomisasi tidak banyak; lalu gambar atau foto yang Anda transfer ke layar Vivoactive terlihat pecah.

Vivoactive 3 9

Fungsi notifikasi di Vivoactive 3 bekerja layaknya smartwatch. Device segera memberi tahu Anda jika ada panggilan atau pesan teks masuk lewat getaran serta sneak peek di layar. Meski begitu, saya belum menemukan cara untuk mengonfigurasi notifikasi app smartphone lebih jauh.

Vivoactive 3 19

Vivoactive 3 juga dibekali konektivitas NFC buat menunjang metode pembayaran contactless Garmin Pay, tetapi saya tidak yakin sudah ada gerai penjualan lokal yang mendukungnya.

 

Baterai

Unit baterai non-removable-nya mampu menjaga Vivoactive 3 menyala hingga satu minggu penuh dengan penggunaan normal di ‘mode smartwatch‘. Namun pemanfaatan GPS akan menguras baterai lebih cepat. Jika GPS diaktifkan terus menerus, maka device perlu diisi ulang dalam waktu 13 jam. Charge dapat dilakukan dengan menyambungkan kabel USB ke port di sisi belakang.

Vivoactive 3 7

 

Verdict

Untuk menilai seluruh penawaran Garmin ini, Anda harus memahami buat siapa Vivoactive 3 diciptakan. Pastinya, ia bukanlah produk bagi konsumen yang menginginkan smartwatch stylish biasa; melainkan para pecinta olahraga yang peduli terhadap kondisi tubuhnya dan tak sekadar ingin memperoleh badge ataupun menyelesaikan target. Penampilannya juga tidak memalukan. Desain sederhana Vivoactive 3 memungkinkannya membaur sempurna dalam aktivitas Anda sehari-hari.

Vivoactive 3 5

Dan dilihat dari perspektif ‘jam pintar’, Vivoactive 3 tetap bisa melakukan beragam hal layaknya produk smartwatch lain, walaupun kontennya memang terbatas. Dan karena menyimpan fitur-fitur khusus olahraga, Anda perlu memaklumi jika harganya lebih tinggi dari smartwatch-smartwatch mainstream. Kabar baiknya, ia lebih terjangkau dibanding lineup Forerunner atau Fenix. Di Indonesia, Garmin mematok Vivoactive 3 di harga Rp 5 juta.

Keakuratan dan kelengkapan fungsi membuat Garmin Vivoactive 3 direkomendasikan untuk para atlet pemula hingga profesional.

 

Sparks

  • Desain simpel, bobot ringan
  • Fitur olahraga lengkap
  • Akurat dan mampu memonitor jantung secara real-time
  • Baterai awet

 

Slacks

  • Layarnya kurang atraktif
  • Tetap tergolong mahal untuk sebuah perangkat wearable
  • Garmin Pay belum bisa digunakan di sini

Bisa Menyala Sepanjang Tahun, Smartband Garmin Vivofit 4 Mendorong Kita Hidup Lebih Aktif

Mulai tersedia di 2014, Vivofit ialah activity tracker terjangkau persembahan Garmin buat Anda yang ingin mendapatkan informasi up-to-date terkait tubuh. Keluarga Vivofit terus berkembang, dan sang produsen telah memperkenalkan generasi kedua, ketiga, hingga varian untuk anak-anak. Dan di versi terbarunya, Garmin memberikan jawaban atas kekurangan umum dari mayoritas smartband.

Di tanggal 26 Desember 2017 kemarin, Garmin resmi mengumumkan Vivofit 4. Fungsi utama smartband ini tak berbeda dari pendahulunya, namun aspek yang paling mengagumkan terletak pada daya tahan baterainya: Vivofit 4 dapat tetap aktif sepanjang tahun tanpa perlu di-charge. Ia sengaja didesain agar kita bisa memakainya terus-menerus, bahkan ketika mandi ataupun berenang.

“Efektivitas dari activity tracker bergantung dari seberapa sering Anda mengenakannya, dan di sinilah Vivofit 4 unggul: sesudah dipakai, Anda dapat melupakannya,” tutur vice president Garmin Dan Bartel. “Vivofit 4 merupakan perangkat ideal bagi konsumen yang menginginkan fitness tracker andal tapi tak mau direpotkan oleh proses isi ulang baterai.”

Garmin Vivovit 4 2

Penampilannya hampir serupa Vivofit generasi ketiga. Modul tracker ditempatkan di dalam strap karet dengan buckle ala jam tangan. Total bobot hanya 25-gram, dengan lebar 19mm dan ketebalan 9,4mm. Di sana, Anda disuguhkan layar transflective 8-color memory-in-pixel bersolusi 88x88p seluas 11×11-sentimeter. Berbeda dari LED, panel transflective memastikan tulisan tetap terlihat jelas bahkan ketika Anda berada di bawah sinar matahari langsung.

Garmin Vivovit 4 1

Begitu disambungkan ke smartphone, Vivofit 4 bisa segera melacak langkah, waktu tidur, intensitas olah fisik per menit, dan jumlah pembakaran kalori. Perangkat juga mendorong kita untuk tetap aktif, ditunjukkan oleh bar berwarna di layar – pelan-pelan terisi jika Anda diam dalam waktu lama. Ketika penuh, Vivofit 4 akan mengingatkan kita buat menggerakkan badan. Tentu saja, Anda dipersilakan mempersonalisasi target harian melalui aplikasi.

Garmin Vivovit 4 4

Fitness tracker ini turut dilengkapi oleh Move IQ, yaitu fitur pintar yang memungkinkan Vivofit 4 mendeteksi jenis gerakan Anda dan mengkategorikannya secara otomatis; misalnya berjalan, belari, atau berenang. Hebatnya lagi, sewaktu ia mengetahui Anda sedang berjalan atau berlari, Move IQ akan langsung mengaktifkan fungsi timer. Selanjutnya, data dapat dilihat lebih detail di Garmin Connect.

Vivofit 4 tersedia dalam pilihan warna putih, hitam serta hitam dengan titik-titik hijau; ada pilihan ukuran kecil, sedang, dan besar. Produk ini dibanderol US$ 80, dan Garmin tak lupa menawarkan aksesori tambahan serta strap pengganti seharga US$ 20 sampai US$ 30.

Sumber: Garmin.

Misfit Kembali Luncurkan Smartwatch Berwajah Analog, Misfit Command

Produsen smartwatch Misfit kembali merilis produk baru, kali ini yang berwujud hybrid alias analog ketimbang yang menjalankan sistem operasi Android Wear 2.0. Dinamai Misfit Command, desainnya tampak minimalis sekaligus menumbuhkan nuansa klasik, tapi sebagai smartwatch tentunya ia juga mengemas sejumlah fitur pintar.

Ini bukan pertama kalinya Misfit merilis smartwatch hybrid. Baru tahun lalu, mereka memperkenalkan Misfit Phase yang wujudnya bahkan lebih minimalis lagi, tapi di saat yang sama masih menawarkan kepintaran yang setara, yang mencakup fungsi activity dan sleep tracking, serta untuk meneruskan notifikasi dari smartphone.

Misfit Command

Fitur yang ditawarkan Command kali ini sebenarnya hampir tidak berbeda. Pengguna masih bisa memonitor parameter sederhana seperti jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar, atau jarak tempuh. Yang berbeda adalah cara penyajian notifikasinya: kalau Phase mengandalkan indikator LED dengan warna yang berbeda, Command memanfaatkan iconicon mungil yang akan menyala guna mewakili tipe notifikasi yang diterima.

Mana yang lebih baik menurut saya tergantung pada selera masing-masing konsumen. Juga mirip dengan Phase adalah sebuah tombol multi-fungsi yang dapat diprogram untuk mengontrol jalannya musik di ponsel, mengambil foto menggunakan smartphone dari kejauhan, atau mencari lokasi ponsel yang hilang.

Misfit Command

Kalau memperhatikan desainnya, saya pribadi melihat Misfit Phase sebagai smartwatch hybrid yang ditujukan untuk konsumen wanita, lalu Command ini untuk kaum adam. Dimensi rangka stainless steel Command cukup besar dengan diameter 44 mm dan tebal 15 mm. Perangkat tahan air hingga kedalaman 50 meter, sedangkan strap 20 mm-nya dapat dilepas-pasang dengan mudah.

Satu hal yang selalu membuat smartwatch hybrid lebih superior ketimbang smartwatch digital adalah daya tahan baterai. Baterai kancing milik Command diklaim bisa bertahan sampai satu tahun sebelum perlu diganti dengan yang baru.

Konsumen yang tertarik saat ini sudah bisa membeli Misfit Command dari situs resminya. Di sana harganya dipatok Rp 1.634.900 untuk varian dengan strap silikon, atau Rp 1.852.900 untuk varian berwarna silver yang mengemas strap stainless steel.

Sumber: Digital Trends.