Pandemic Creates Opportunity for Youtap to Accelerate Digitization in Traditional Retails

After officially launched last February, Youtap’s e-money processing platform and point-of-sales platform were hit by the fact that pandemic makes it difficult for SME owners to run their business. In order to solve this problem, the Youtap team jumped into the market and met target users to launch a campaign on the importance of using cashless and touchless system.

Through the campaign, YouTap claims to be able to increase adoption to 300%. Youtap Indonesia’s CEO, Herman Suharto said the company has been always consistent with the vision to be present at every level of business in helping and empowering business actors to get the best achievements.

“We present appropriate technology that can help businesses obtain comprehensive digital business solutions in just one application. We are sure that the Youtap Trade Application will make our merchant partners, especially SMEs, be more productive in developing their business,” he said.

Youtap currently has 50 thousand merchant partners and has processed around 1 million transactions. The target is, Youtap can acquire around 1 million merchants throughout Indonesia by the end of 2020. They also plan to expand their partnerships with financial services to big brands like McDonald’s and others.

“Big brands such as McDonald’s have also experienced our services during the pandemic. We have succeeded in increasing their sales by implementing e-vocabulary which facilitates the purchase and payment process at outlets,” Herman said.

Regarding the competitive landscape, Youtap is dealing with many players. For example LinkAja, currently, they are helping to optimize the distribution of services for market and hawkers. Other applications, such as Dana, are also maneuvering to rely on QRIS, which is currently being intensified its penetration. In terms of POS, Indonesia already has several services, starting from Moka and Nadipos which already involved in Gojek group, also Qasir, Pawoon, and others.

Regarding financial records, recently new startups have also appeared, for example, BukuWarung and BukuKas. Both of them have secured pre-series A funding to expand their business throughout Indonesia, targeting micro retailers.

Conventional retail digitization will also take a long time. It must be comprehensive and form an ecosystem, which means not only from the merchant side to be facilitated but also from the side of the consumer. Meanwhile, the trend in the e-money service adoption among the public continues to increase. The thing is, there are more and more players with very tight competition.

Merchant-centric app

Claiming as more than an ordinary cashier platform, Youtap in Indonesia comes from a joint venture between the Salim Group and Youtap Global, a technology company from New Zealand. Through the application, all UKM owners can easily make financial reports, collect data, and even personalize notification features.

“This notification works similarly to a chat app like WhatsApp. Every morning we remind the number of sales from stalls or business owners so they can be more enthusiastic about running a business every day,” Head of Product Development Youtapm, M. Syaiful Anam said.

Although the Basic option can be accessed for free, users who want to enjoy various additional features and special tools can choose how to subscribe. In addition to making the process easier and faster, Youtap also continues to receive input from merchants, related to new features or tools that merchants want and of course need. Starting from home delivery to the process of promoting digitally to a wider target customer.

“We have already realized one of the feedbacks, and we plan to launch a new feature in the next month that can be useful for merchants during this pandemic,” Syaiful said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pandemi Jadi Kesempatan Youtap untuk Percepat Digitalisasi Ritel Tradisional

Setelah resmi meluncur bulan Februari lalu, platform yang menyediakan pemrosesan e-money dan platform point-of-sales Youtap dihadapkan langsung dengan pandemi yang sempat menyulitkan pemilik UKM untuk menjalankan bisnisnya. Untuk mengakali kondisi tersebut, tim Youtap terjun ke pasar dan menemui target pengguna untuk melancarkan kampanye pentingnya penggunaan cashless hingga touchless.

Melalui kampanye yang dilancarkan, YouTap mengklaim mampu mengadopsi kenaikan hingga 300%. CEO Youtap Indonesia Herman Suharto mengatakan, perusahaannya selalu konsisten dengan visi untuk hadir di setiap lapisan usaha dalam membantu dan memberdayakan para pelaku usaha untuk mendapat pencapaian terbaik.

“Kami menghadirkan teknologi tepat guna yang bisa membantu para pelaku usaha mendapatkan solusi bisnis digital secara komprehensif hanya dalam satu aplikasi. Kami yakin Aplikasi Dagang Youtap akan membuat mitra merchant kami, khususnya UKM, dapat lebih produktif dalam mengembangkan usahanya,” kata Herman.

Saat ini Youtap telah memiliki 50 ribu mitra merchant dan telah memproses sekitar 1 juta transaksi. Targetnya hingga akhir tahun 2020, Youtap bisa mengakuisisi sekitar 1 juta merchant di seluruh Indonesia. Mereka juga berencana untuk memperluas kemitraan dengan layanan finansial hingga brand besar seperti McDonalds dan lainnya.

“Brand besar seperti McDonalds juga sudah merasakan layanan kami selama pandemi berlangsung. Kami berhasil meningkatkan penjualan mereka dengan menerapkan e-vocuher yang memudahkan proses pembelian dan pembayaran di gerai,” kata Herman.

Terkait lanskap persaingan, Youtap berhadapan dengan banyak pemain. Misalnya LinkAja, saat ini mereka turut mengoptimalkan sebaran layanan untuk pedagang pasar dan asongan. Aplikasi lain, misalnya Dana, juga turut bermanuver mengandalkan QRIS yang saat ini mulai digencarkan penetrasinya. Untuk POS sendiri, di Indonesia sudah memiliki beberapa layanan, mulai dari Moka dan Nadipos yang sudah masuk ke dalam grup Gojek, hingga Qasir, Pawoon, dan lain-lain.

Terkait pencatatan finansial, beberapa waktu terakhir startup-startup baru juga bermunculan, misalnya BukuWarung dan BukuKas. Keduanya sudah mendapatkan pendanaan pra-seri A untuk melakukan perluasan bisnis di seluruh Indonesia, menyasar peritel mikro.

Digitalisasi ritel konvensional juga akan membutuhkan waktu yang panjang. Karena sifatnya harus menyeluruh dan membentuk ekosistem, yang berarti tidak hanya dari sisi pedagang yang difasilitasi, namun dari sisi konsumen. Sementara trennya adopsi layanan e-money di kalangan masyarakat memang terus meningkat. Hanya saja, pemainnya pun sudah semakin banyak dengan persangian yang sangat ketat.

Aplikasi khusus untuk merchant

Mengklaim lebih dari platform kasir biasa, Youtap di Indonesia yang merupakan buah dari joint venture Salim Group dan Youtap Global, sebuah perusahaan teknologi yang berasal dari Selandia Baru. Melalui aplikasinya, semua pemilik UKM bisa lebih mudah membuat laporan keuangan, pendataan barang, hingga fitur notifikasi yang dibuat secara personal.

“Notifikasi ini cara kerjanya serupa dengan chat app seperti WhatsApp. Setiap pagi kami mengingatkan jumlah penjualan dari warung atau pemilik bisnis agar bisa lebih semangat lagi menjalankan bisnis setiap harinya,” kata Head of Product Development Youtap M. Syaiful Anam.

Meskipun untuk pilihan Basic bisa diakses secara gratis, namun bagi pengguna yang ingin menikmati berbagai fitur tambahan dan alat khusus bisa memilih cara berlangganan. Selain lebih mudah dan mempercepat proses, Youtap juga terus menerima masukan dari merchant, terkait dengan fitur baru atau tools apa yang diinginkan dan tentunya dibutuhkan oleh merchant. Mulai dari home delivery hingga proses untuk mempromosikan secara digital kepada target pelanggan lebih luas lagi.

“Salah satu feedback yang kami terima sudah kami realisasikan, dan rencananya satu bulan ke depan akan kami luncurkan fitur baru yang bisa bermanfaat bagi merchant saat pandemi ini,” kata Syaiful.

Application Information Will Show Up Here

BNI is Ready to Use Blockchain for Business Development

BNI is to implement blockchain technology to boost the corporate’s performance at the end of this year. Post-signing the agreement with PT Adamobile Solutions Network, trade finance and remittance will be BNI’s first business unit to use the technology.

The agreement was signed by Rico Rizal Budidarmo, BNI’s International and Treasury Director and Adam Suherman, CEO of Adamobile Solutions Networks, last week (5/11). In the agreement, both parties will review its business related to the blockchain implementation for the next three to six months.

“Blockchain implementation for trade finance transaction will ease the document access and validation that can be done in real time using integrated system among its members,” Budidarmo explained, as quoted from Bisnis.

In terms of remittance transaction, blockchain is very useful and safe for data trading in real time because it has been encrypted to all members. This technology is expected to boost transaction and revenue significantly in trade finance business and remittance.

Adam Suherman, CEO of Adamobile Solution Networks, said the blockchain technology that is going to be implemented by BNI can make the remittance and trade finance business more efficient in terms of time and cost.

“The cost for efficiency will be reviewed with BNI, but seeing overseas banking that already implemented blockchain, the cost efficiency can reach 20%-40%,” he mentioned.

Henry Panjaitan, BNI’s International Business General Manager added, after the business review done in three months, six BNI branches overseas will be using the latest technology. The performance is supposed to be more efficient in cost or time.

Based on performance, BNI’s trade finance business volume last year has reached $40 billion or 25% up from last year. Meanwhile, the remittance has reached $74 billion or 10% growth.

As per April 2018, BNI’s trade finance business volume has reached $15 billion or 23% growth. The destination countries that have the biggest contribution in trade finance are Singapore, China, and Japan. Corporates are targeting realization in trade finance transaction volume to reach $45 billion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BNI Segera Manfaatkan Blockchain untuk Pacu Bisnis

BNI mengungkapkan segera mengimplementasi teknologi blockchain untuk memacu kinerja perseroan pada akhir tahun ini. Pasca menandatangani nota kesepahaman dengan PT Adamobile Solutions Networks, trade finance dan remitansi akan jadi unit bisnisBNI yang pertama kali menggunakan teknologi tersebut.

Nota kesepahaman ini ditandatangani Direktur Treasury dan International BNI Rico Rizal Budidarmo dan CEO Adamobile Solutions Networks Adam Suherman pekan lalu, Jumat (11/5). Dalam nota kesepakatan ini, kedua belah pihak akan melakukan tinjauan bisnis terkait implementasi blockchain selama tiga sampai enam bulan ke depan.

“Penggunaan blockchain pada transaksi trade finance dapat memberikan kemudahan berupa akses dan validasi dokumen yang bisa dilakukan secara real time melalui sistem yang terintegrasi antar anggotanya,” terang Rico seperti dikutip dari Bisnis.

Untuk transaksi remitansi, blockchain bermanfaat untuk pertukaran data secara real time dan aman karena data telah terenkripsi ke seluruh anggota blockchain. Perseroan berharap teknologi ini bisa mendongkrak transaksi dan pendapatan BNI secara signifikan dalam bisnis trade finance dan remitansi.

CEO Adamobile Solutions Networks Adam Suherman menuturkan, teknologi blockchain yang akan diterapkan BNI dapat mengefisienkan bisnis trade finance dan remitansi pada masa mendatang. Efisiensi yang dimaksud tidak hanya dari segi waktu, tetapi juga biaya.

“Biaya yang bisa diefisienkan masih akan dikaji kami dengan BNI, tetapi kalau melihat bank di luar negeri yang terapkan blockchain efisiensi biayanya bisa antara 20%-40%,” katanya.

General Manager Bisnis Internasional BNI Henry Panjaitan menambahkan setelah kajian bisnis selesai dalam tiga bulan mendatang, nanti enam cabang BNI di luar negeri akan pakai teknologi baru tersebut. Sehingga diharapkan kinerjanya akan jadi lebih efisien secara biaya maupun waktu.

Berdasarkan kinerja, volume bisnis trade finance BNI pada tahun lalu mencapai $40 miliar atau tumbuh 25% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan remitansi sebesar $74 miliar atau tumbuh 10%.

Bila dilihat per April 2018, volume transaksi trade finance BNI mencapai $15 miliar atau tumbuh 23%. Negara tujuan ekspor penyumbang porsi trade finance terbesar adalah Singapura, Tiongkok, dan Jepang. Tahun ini perseroan menargetkan realisasi volume transaksi trade finance bisa mencapai $45 miliar.

Alakart Aplikasi Marketplace untuk Kuliner Makanan dan Minuman

Startup Indonesia kembali mendapat pendatang baru dari sektor e-commerce. Kali ini PT Alakart Resto, anak perusahaan PT Ada Mobile Solutions Network meluncurkan sebuah aplikasi kuliner yang diberi nama Alakart. Sebuah aplikasi yang berperan sebagai marketplace khusus untuk makanan dan minuman.

Alakart secara resmi diluncurkan, Rabu 25 Mei 2016 kemarin. Dalam peresmian tersebut Alakart sudah hadir untuk para pengguna perangkat dengan platform Android. Sedang untuk perangkat iOS, diperkirakan dalam waktu dekat karena masih dalam tahap pengembangan.

Alakart mengusung konsep aplikasi marketplace yang khusus menyediakan layanan untuk menjual dan membeli makanan dan minuman. Melalui aplikasi Alakart pengguna bisa langsung dapat menjual produk makanan dan minumannya atau yang menjadi pembeli bisa langsung melakukan order dan mengirim pesan ke penjual melalui fitur chatting yang tersedia.

Aplikasi Alakart juga disebutkan memiliki fitur terintegrasi seperti pembayaran dan logistik untuk semakin memudahkan dan memberikan pengalaman terbaik bagi penjual dan pembeli. Dari segi kualitas, untuk menjamin kebersihan dan kualitas makanan para penjual wajib mengikuti ketentuan dan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh Alakart dan lolos pengecekan yang dilakukan oleh tim Alakart.

CEO Alakart Yuanita Handoko dalam rilisnya mengatakan, “Alakart memberikan solusi kepada ibu-ibu rumah tangga yang ingin menjual makanannya tanpa harus membuka restaurant serta memberikan pilihan baru bagi pecinta kuliner”

Adamobile, selaku induk perusahaan yang menaungi Alakart melalui CEO Adamobile Adam Suherman mengungkapkan kebanggaan mereka karena kembali menghadirkan aplikasi karya anak angka dan berujar akan kembali meluncurkan aplikasi-aplikasi lainnya untuk membantu program pemerintah 1000 technoprenuer.

“Kami bangga dapat kembali mempersembahkan hasil karya anak bangsa setelah sebelumnya Adamobile meluncurkan aplikasi live video streaming OnAirNOW. Dan kami akan terus meluncurkan aplikasi-aplikasi lainnya untuk mendukung program pemerintahan Presiden Jokowi untuk melahirkan 1000 technopreneur baru,” ujar Adam.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Streaming video OnAirNOW Meluncur dalam Versi Beta

Sebuah startup Indonesia baru mengusung layanan aplikasi streaming video bernama OnAirNOW. Layanan yang sudah tersedia di platform web dan dalam bentuk aplikasi Android ini memungkinkan penggunanya untuk melakukan penyiaran video secara real-time. OnAirNOW dikembangkan oleh PT OnAirNOW Interactive yang merupakan bagian dari Adamobile Group.

Tak hanya itu, layanan juga didesain untuk dapat membuat penyiar video mampu berinteraksi dengan penontonnya. Konsep on-air yang diusung mirip dengan layanan Cliponyu atau HelloStar, hanya saja dari konten yang sudah ada di OnAirNOW tidak ada batasan jenis video on-air yang dibagikan, layaknya Periscope. Dari rilisnya bahkan OnAirNOW menyatakan akan mengkhususkan layanannya untuk media promosi kreativitas dan menunjang kebutuhan pendidikan.

CEO sekaligus Founder Adamobile Adam Suherman dalam sambutannya terkait peluncuran OnAirNOW mengatakan:

“Aplikasi OnAirNOW dapat memfasilitasi masyarakat Indonesia untuk berbagi pengetahuan, bakat dan kretivitasnya. Saya percaya masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam bakat dan kreativitas yang tinggi. Dan sebagai pendiri Adamobile, saya berharap untuk dapat berpartisipasi di dalam mendukung program Presiden Jokowi untuk menciptakan 1000 technopreneurs.”

Pada aplikasi live video streaming ini penyiar (atau orang melakukan on-air video) dapat mengenaan biaya kepada pengguna lain yang ingin menonton videonya. Seknario ini yang dinilai mampu menjadi sebuah proses bisnis apik di dalam aplikasi. Misalnya, untuk beberapa orang yang ingin mengadakan kursus online atau pembelajaran tertentu yang dilakukan secara berbayar.

OnAirNOW juga menerapkan proses bisnis yang tak jauh berbeda dengan layanan Cliponyu atau sejenisnya untuk video yang dirilis secara publik. Penonton dapat membeli gift-voucher untuk diberikan kepada penyiar. Penyiar dapat mengklaim gift-voucher yang didapat dari penonton ke dalam uang tunai atau hadiah lainnya kepada OnAirNOW.

OnAirNOW masih dalam tahap beta. Konten yang ada pun juga belum begitu tertata, terutama dikarenakan belum adanya kanal kategori. Penting bagi pengembang untuk menghadirkan mengkategorikan kanal video, karena tidak ada aturan baku terkait jenis video yang dapat diputarkan. Standar publikasi konten juga layak untuk diperhitungkan, karena walau bagimanapun sebagai sebuah layanan yang memiliki proses bisnis premium harus mengutamakan kualitas konten.

Application Information Will Show Up Here