Potensi dan Tantangan Industri Agrotech di Indonesia

Di tengah daftar startup agro lokal yang terus bertambah, ada beberapa pemain yang justru makin memantapkan keberadaan dan bisnisnya. Salah satunya adalah TaniGroup yang mengembangkan platform TaniHub dan TaniFund. Dalam sebuah kesempatan, Co-Founder & CEO Ivan Arie Sustiawan mengungkapkan saat ini platform TaniHub sudah digunakan secara aktif oleh 680 kelompok tani sebagai vendor. Kliennya sendiri sudah mencapai lebih dari 230 unit, meliputi supermarket, restoran, eksportir, industri, dan UKM.

Sedangkan untuk TaniFund, pihaknya mengklaim sudah berhasil menyalurkan dana hingga 19 miliar rupiah ke 34 proyek yang digarap kelompok tani. Pendanaan tersebut didapat secara crowdfunding (online) maupun KUR beberapa bank. Didirikan sejak Agustus 2016, TaniGroup juga telah mendapatkan pendanaan pra-seri A dari sejumlah investor, dipimpin Alpha JWC Ventures.

Guna meningkatkan kapabilitas, tahun ini TaniHub meluncurkan aplikasi vendor untuk para petani agar dapat menjual produk mereka secara langsung. Terdapat juga aplikasi klien untuk memudahkan konsumen B2B membeli produk dari para petani tadi. Diharapkan dua aplikasi tersebut dapat mempercepat proses on-boarding maupun transaksi.

“Untuk TaniFund, kami sedang dalam proses peningkatan aplikasi untuk petani dan pendamping, sehingga petani dapat menggunakan aplikasinya untuk mendapatkan bantuan asistensi dalam pembudidayaan, seperti informasi cuaca, tumpang sari, metode perawatan tanaman dan lainnya,” ujar Ivan kepada DailySocial.

Mitra TaniHub di lapangan saat mengerjakan proyek / TaniGroup
Mitra TaniHub di lapangan saat mengerjakan proyek / TaniGroup

Tantangan di sektor agro

Faktanya tantangan untuk bisnis pertanian sangat banyak, baik yang secara substansi dalam rantai produksi maupun unsur lainnya seperti kapasitas petani. Hal tersebut turut dirasakan oleh tim TaniGroup dalam pengembangan bisnisnya. Menurut Ivan tantangan terbesar adalah proses sosialisasi, baik kepada mitra petani maupun klien.

“Meski merupakan proses yang cukup costly dan painful, namun ini proses yang mungkin wajib dilalui oleh semua startup yang ingin membuat sebuah terobosan besar. Cara kami menjelaskan proses bisnis kepada petani-petani selama ini adalah dengan mengikuti acara-acara sosialisasi keliling daerah yang dilakukan oleh Kemenkoninfo, KemenkopUKM, OJK dan BI,” terang Ivan.

Keyakinan TaniGroup lambat laun teknologi akan mentransformasikan sistem pertanian Indonesia ke arah yang lebih produktif dan transparan. Ivan mencontohkan, dengan sistem digital terdapat peningkatan jumlah supply dari petani. Petani mengakui terbantu dengan adanya kepastian pasar. Mereka lebih berani menanam lebih banyak dan memperkerjakan orang lebih banyak di ladang.

“Para kelompok tani yang mengajukan pendanaan melalui TaniFund juga bisa mendapatkan pendanaan yang relatif lebih cepat. Selain di sisi marketplace commerce maupun lending, teknologi dapat membantu dalam hal asistensi lapangan bagi petani-petani yang ingin melakukan pembudidayaan yang tepat dan optimal,” lanjut Ivan.

Dengan capaian yang berhasil diraih, TaniGroup cukup percaya diri untuk melakukan ekspansi ke luar Jawa di tahun ini. Pembaruan fitur masih akan terus digencarkan, mengikuti berbagai masukan dari kelompok tani dan klien B2B. Selain itu tahun ini TaniFund menargetkan angka yang lebih besar untuk pendanaan bagi petani, dengan tujuan meningkatkan dampak sosial, khususnya pada pertanian organik yang ramah lingkungan.

Peresmian kantor cabang TaniGroup di Jogja / TaniGroup
Peresmian kantor cabang TaniGroup di Jogja / TaniGroup

“Kue” di sektor pertanian masih besar

Seiring banyak yang menyadari potensi Indonesia sebagai negara agraris, banyak startup baru berbasis agrotech bermunculan. Permasalahannya memang banyak sekali, jika melihat data pertumbuhan sektor pertanian misalnya, menurut data BPS pada tahun 2016 pertumbuhannya cuma berkisar di angka 1,85 persen. Termasuk investasi di sektor pertanian yang tidak signifikan, padahal porsi industri pertanian secara nasional masih sekitar 13,56 persen.

Banyak yang tertantang untuk menyelesaikan, sehingga banyak pemain baru. Namun menurut Ivan hal tersebut justru harus disambut baik.

“Kami menganggap ‘kue’ di sektor pertanian sangat besar sehingga tidak perlu sesama agrotech menganggap satu sama yang lain sebagai kompetitor. Harapan kami, semua agrotech dapat saling berkolaborasi karena misi utama agrotech Indonesia haruslah pada peningkatan kesejahteraan petani/peternak/nelayan, mempromosikan sustainable farming untuk menjaga keberlanjutan bisnis pertanian Indonesia, dan menjaga ketahanan makanan nasional,” tutup Ivan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

HARA Ingin Bantu Atasi Isu Perekonomian Lewat Pertukaran Data Berbasis Blockchain

Industri pertanian di Indonesia masih memiliki isu, salah satunya mengenai efisiensi produksi. Isu tersebut seringkali jadi masalah tersendiri lantaran minimnya informasi yang bisa didapatkan oleh para petani. Tak hanya itu, di sektor pangan yang notabenenya dekat dengan pertanian juga sama. McKinsey Research pernah merilis hasil penelitian yang menyatakan sekitar 30% produksi pertanian dan makanan terbuang sia-sia karena kurangnya informasi dan terjadi kerugian sekitar US$940 miliar setiap tahunnya.

HARA pun hadir dengan semangat mengatasi isu tersebut. Secara operasional, perusahaan hadir di Indonesia sejak 2015 sebagai wilayah proyek percontohan. HARA memiliki kantor di Singapura yang dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis dan kerja sama.

Di Indonesia, HARA melakukan pengembangan dan penyebaran aplikasi dengan menjalin kerja sama dengan antar lembaga. Seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LSM atau NGO), instansi keuangan, dan aktif melakukan penelitian pertanian di beberapa daerah.

Kepada DailySocial, CEO HARA Regi Wahyu menuturkan pihaknya membangun HARA untuk mewujudkan kesejahteraan perekonomian melalui pertukaran data (data-exchange) terdesentralisasi berbasis teknologi blockchain. Dengan demikian dapat menunjang keputusan berdasarkan data dan informasi yang tepat dan bermakna bagi masyarakat.

“Dengan fokus awal di sektor pangan dan pertanian, HARA adalah solusi berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan dalam pasar pertukaran data untuk sektor-sektor yang paling memiliki dampak sosial di dunia,” terang Regi.

Model bisnis

HARA memanfaatkan data terdekat (near time data) yang dinilai akan sangat berharga untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi kerugian dan menciptakan efisiensi pasar. Dalam prosesnya, tim HARA mengumpulkan data dari berbagai pemangku kepentingan selama dua tahun terakhir.

Mereka terdiri dari penyedia data (data provider) yang menyerahkan data mereka di HARA; pembeli data (data buyer) yang membutuhkan data untuk proses pengambilan keputusan. Selain itu ada juga penilai data (data qualifier) untuk menjamin kualitas data; dan terakhir ada layanan yang membantu pengguna mengubah data menjadi informasi rujukan dan laporan.

Ada insentif yang diberikan dalam platform HARA untuk memotivasi penyedia data dalam mengajukan data dan menghasilkan skalabilitas yang tepat. Penyedia data akan dihargai dengan insentif berupa token dan poin loyalitas, setelah mereka menyumbangkan data faktual seputar informasi tentang tanah, prakiraan cuaca, dan data KYC di seluruh Indonesia.

Kios penukaran poin loyalitas / HARA
Kios penukaran poin loyalitas / HARA

Pada tahap lebih lanjut, HARA akan menggunakan smart contract untuk memastikan terpenuhinya segala hal yang tercantum dalam persetujuan dari pemilik data berdasarkan GDPR (General Data Protection Regulation) yang dianut Uni Eropa.

HARA dapat diakses melalui aplikasi dan dashboard dengan fungsi yang berbeda. Aplikasi digunakan untuk mempercepat akuisisi data bagi perusahaan data, agen lapangan, dan petani. Sementara dashboard memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti untuk meningkatkan produktivitas antara 20%-30%.

Berkat model bisnis ini, sekaligus menjadi diferensiasi antara HARA dengan pemain sejenis. Regi menilai, dengan blockchain yang terdesentralisasi dapat menciptakan dampak sosial. Untuk itu, pihaknya memulai dari sektor pangan dan pertanian, berikutnya menjalar ke sektor lainnya yang paling berdampak bagi masyarakat. Contohnya pendidikan, kesehatan, transportasi dan hiburan.

Di samping itu, proyek percontohan yang sudah dijalankan diklaim sudah menunjukkan hasil awal yang menjanjikan khususnya bagi petani. Beda halnya dengan perusahaan lainnya yang masih berada di tahap konsep.

“Kami merupakan inisiatif dari para pendiri dan tenaga ahli teknologi dari Dattabot yang sudah berpengalaman di bidang big data analytics sejak 2003. Kami juga berkolaborasi dengan penasihat dan mitra berkaliber tinggi berskala global.”

Untuk pendanaannya, HARA menggelar penjualan pribadi Initial Coin Offering (ICO) dengan token ERC20 yang bakal digelar pada akhir Juni 2018. HARA menawarkan 1,2 juta keping token, harapannya dana yang terkumpul berkisar antara US$5 juta sampai US$25 juta.

Dana tersebut akan digunakan untuk implementasi proyek (45%), pengembangan produk (37%), pengembangan bisnis (8%), dan sisanya untuk operasional dan cadangan.

Tantangan dan rencana berikutnya

Regi melanjutkan tantangan yang saat ini masih dihadapi HARA mengenai tahap implementasi itu sendiri. Setiap desa menurutnya memiliki karakter dan keunikan masing-masing, serta lanskap tanaman pangan kebanyakan didominasi oleh petani berskala kecil.

Untuk itu, pihaknya melakukan kolaborasi dengan mitra strategis seperti LSM dan pemerintah yang memiliki pemahaman tentang lanskap pertanian daerah.

Pada tahun ini HARA menargetkan dapat memperluas wilayah proyek percobaan hingga ke Indonesia bagian barat, termasuk Jawa Timur dengan total 400 wilayah baru. Selain Indonesia, HARA ingin ekspansi ke negara yang terletak di garis khatulistiwa, seperti Vietnam, Thailand, Bangladesh, Kenya, Uganda, Meksiko, dan Peru.

“Kami menargetkan untuk menjangkau 2 juta petani untuk tergabung dalam ekosistem HARA di 2020 mendatang,” tutupnya.

TaniHub Luncurkan Dua Aplikasi untuk Vendor dan Mitra Pengemudi

Startup pertanian TaniGroup, yang membawahi TaniHub dan TaniFund, baru saja merilis dua aplikasi baru. Aplikasi tersebut bernama TaniHub Driver dan TaniHub Vendor. TaniHub merupakan aplikasi berbasis e-commerce yang memberikan alternatif bagi petani untuk mendistribusikan hasil panennya ke pemilik bisnis makanan.

Aplikasi TaniHub Driver digunakan untuk memfasilitasi mitra pengemudi. Adanya mitra tersebut memungkinkan petani dapat terhubung dengan jasa pengiriman hasil panen ke tempat tujuan. Sementara aplikasi TaniHub Vendor dapat dimanfaatkan oleh petani untuk terhubung dengan calon konsumen. Di dalamnya petani dapat mengakses daftar vendor yang tersedia, melakukan transaksi, hingga mendapatkan notifikasi pemesanan.

“Kami dengan bangga mengumumkan peluncuran aplikasi TaniHub Vendor dan TaniHub Driver di PlayStore. Sekarang seluruh mitra petani, peternak dan nelayan dapat dengan mudah mendaftarkan dan menjual hasil panen mereka ke TaniHub melalui apps ini dengan cara yang paling efisien dan efektif dan tanpa ribet,” ujar Co-Founder & CEO TaniGroup Ivan Arie Sustiawan.

Menurut Ivan, aplikasi ini didesain semudah mungkin agar dapat diadopsi cepat oleh petani. Melalui TaniHub, para petani juga memungkinkan untuk melakukan penjualan komoditas hasil panen dalam jumlah besar. Misi sosial yang diaplikasikan TaniHub ialah membantu memasarkan produk petani secara langsung, sehingga secara tidak langsung juga dapat memangkas rantai penjualan yang umumnya kurang menguntungkan untuk para petani.

Sebelumnya akhir April 2018 lalu, TaniGroup baru saja mengumumkan perolehan data Pra-Seri A dengan nilai yang tidak disebutkan. Putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan diikuti beberapa angel investor. Salah satu fokus pendanaan tersebut untuk meningkatkan kapasitas bisnis TaniHub, salah satunya kini direpresentasikan dengan peluncuran aplikasi untuk efektivitas proses bisnis.

“Yang membuat TaniHub istimewa adalah layanan end-to-end kami. Kami memiliki tim di lapangan untuk mengawasi jalannya seluruh proses, tim spesialis yang mendampingi para petani, serta platform e-commerce yang siap menyerap seluruh hasil panen mereka. Jadi kami tidak hanya memberikan dana tapi juga pendampingan dari awal hingga akhir, sehingga risiko bisnis dapat diminimalkan,” ungkap Ivan dalam kesempatan pengumuman pendanaan beberapa waktu lalu.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Angon Perluas Kerja Sama dengan Peternak di Australia dan Selandia Baru

Startup investasi ternak Angon mengumumkan perluasan kerja sama bisnis bersama peternak di kawasan Australia dan Selandia Baru. Kerja sama tersebut memungkinkan pengguna platform berinvestasi pada peternakan di kawasan tersebut. Hal ini dilakukan lantaran potensi ternak yang cukup besar. Menurut data yang disampaikan tim Angon di Australia populasinya mencapai 70 juta ekor, sedangkan di Selandia Baru mencapai 30 juta ekor.

“Ketika member Angon ingin beternak di Australia dan Selandia Baru, mereka tidak perlu repot mengurus ijin investasi, pembelian lahan, serta membangun infrastruktur peternakan mulai dari nol. Cukup dengan buka aplikasi Angon, pilih ternaknya, bayar dan selesai. Kita semua bisa memiliki ternak walau pun hanya dengan satu ekor saja,” ujar Founder & CEO Angon, Agif Arianto.

Aplikasi Angon mewajibkan setiap transaksi yang ada di dalamnya menggunakan mata uang Rupiah. Peternak luar negeri yang ingin memasukkan produknya di Angon untuk diinvestasi harus memiliki kerja sama dengan peternak dalam negeri sebagai groundholding. Hal tersebut berimplikasi pada kesepakatan aturan dan regulasi transaksi di masing-masing negara, sehingga tercatat sebagai devisa juga.

Berikan asuransi untuk investor ternak

Peresmian kerja sama dengan Jasindo Syariah / Angon
Peresmian kerja sama dengan Jasindo Syariah / Angon

Angon juga menandatangani kerja sama strategis dengan Jasindo Syariah. Kerja sama tersebut untuk menyediakan asuransi bagi peternak dalam proses pemeliharaan. Termasuk sebagai antisipasi jika terjadi bencana. Hal ini dilakukan untuk membuat member lebih mantap ketika menggelontorkan investasinya. Biaya asuransi dibebankan kepada member, dan dibayarkan otomatis pada saat memutuskan untuk membeli hewan ternak melalui aplikasi Angon.

“Pemilik ternak akan mendapatkan SKTB (Surat Kepemilikan Ternak Berjangka), berfungsi sebagai bukti sah mitra peternak Angon. SKTB Angon telah terintegrasi dengan nomor polis asuransi ternak yang diterbitkan oleh Jasindo Syariah. SKTB berfungsi dalam proses klaim jika terjadi kematian pada hewan ternak milik para member saat proses ternak online berlangsung dalam 1 periode masa ternak, yaitu 3 bulan,” jelas Agif.

Angon juga tengah mematangkan kerja sama dengan BNI46 untuk proses pembiayaan untuk para peternak. Dengan PKPU juga akan membuat program konversi tabungan qurban menjadi beternak online. Sampai saat ini Angon juga telah memiliki 223 mitra peternak yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Saat ini masih dengan Telkom [sebagai investor], Angon berencana akan mengeluarkan prospektus saham baru di akhir tahun 2018, namun jika ada tawaran yang menarik dari para investor juga sangat terbuka, terutama investor dari dalam negeri. Angon masih menjadi startup binaan Telkom Indigo,” tutup Agif.

Application Information Will Show Up Here

Solusi Komplit Ternaknesia untuk Bantu Peternakan di Indonesia

Industri startup di sektor investasi budidaya atau bisnis yang mencoba membantu permasalahan konvensional di sektor peternakan perlahan mulai tumbuh. Kondisi ini ditandai dengan mulai banyaknya layanan yang muncul dengan solusi yang kian komplit.

Salah satu yang berpartisipasi di dalamnya adalah Ternaknesia. Beroperasi sejak tahun 2015, kini Ternaknesia hadir dengan solusi yang semakin lengkap mulai dari investasi hingga membantu memasarkan hasil peternakan.

Dari penuturan tim Ternaknesia pihaknya mengawali bisnisnya tiga tahun silam dengan membantu memasarkan hewan kurban baik secara online maupun offline. Seiring berjalannya waktu jaringan peternak yang semakin besar menggugah Ternaknesia untuk membantu di lebih banyak hal. Pada akhirnya di awal tahun 2017 Ternaknesia mulai membangun aplikasi dan website yang berisi fitur crowd investment untuk membantu pemasaran melalui fitur ternakQurban.

Sejauh ini jaringan Ternaknesia sudah menjangkau kota-kota di Jawa Timur, seperti Kediri, Madiun, Bojonegoro, Wonogiri, Pacitan, dan Madura. Selain itu jaringan peternak Ternaknesia sudah sampai di Banten.

Solusi yang ditawarkan Ternaknesia sebenarnya tidak jauh berbeda dengan solusi yang ditawarkan startup investasi budidaya lainnya. Solusi pemasaran misalnya, didesain untuk membantu para peternak untuk mendapatkan kanal pemasaran yang baik dengan harga yang sesuai.

Solusi ini dinilai akan memutus mata rantai distribusi yang cenderung panjang sehingga lebih efisien dari segi harga, bagi untuk konsumen maupun pelanggan. Baik itu hewan hidup atau yang sudah diolah seperti susu, daging, telur dan lainnya.

Di sisi manajemen, Ternaknesia menyiapkan aplikasi untuk membantu proses manajemen peternakannya. Salah satu yang diunggulkan adalah sistem pencatatan keuangan, sehingga peternak dimudahkan dalam mengatur modal dan menentukan penghasilan.

Sementara untuk para pengguna Ternaknesia menyediakan fitur investasi yang bisa menjadi sumber modal bagi para peternak yang kesulitan mengakses permodalan.

Digawangi Dalu Nuzlul Kirom sebagai Founder sekaligus CEO, Suryawan sebagai CTO, Diaz Permana sebagai COO, Saktiawan sebagai CMO, dan 7 orang lainnya yang berlatar belakang IT, elektro, peternakan, kedokteran hewan, keuangan, dan pemasaran, Ternaknesia berusaha mewujudkan cita-cita sebagai layanan yang menyediakan solusi lengkap dari hulu ke hilir untuk peternakan di Indonesia.

Kondisi terkini dari Ternaknesia, dilaporkan bahwa mereka saat ini sudah mendapatkan 1648 jumlah unduhan aplikasi, dengan 206 investor dan 56 rekanan yang terdiri dari peternak hingga pengepul susu, daging dan telur.

Application Information Will Show Up Here

Bantu Pertanian di Kupang, Eragano Hadirkan Solusi Teknologi Terintegrasi

Di bulan kedua tahun 2018 startup pertanian Eragano mencoba hadir membantu petani di Kupang dengan teknologi dan produk layanannya. Eragano hadir untuk mengubah sistem konvensional yang selama ini ada dan mengubahnya dengan pendekatan yang diklaim efektif.

Eragano disebutkan akan memberikan solusi terintegrasi mulai dari pembiayaan, pendampingan budidaya bertani, hingga membantu penjualan hasil panen dari petani yang ada. Teknologi Eragano juga berperan untuk membantu petani dengan memfasilitasi pinjaman kredit, penyediaan sarana produksi tani, dan akses pasar dengan harga yang lebih baik.

Selain itu Eragano juga akan membantu para petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bertani melalui pelatihan dan konsultasi dengan ahli pertanian yang dari Eragano. Kupang dipilih karena Eragano menilai teknologi dan spesialisasinya bisa membantu dan memberikan dampak positif bagi para petani.

“Kupang merupakan daerah dengan lahan pertanian yang luas terbentang. Akan tetapi petani Kupang tampaknya belum merasakan dampak dari pembagian lahan oleh pemerintah dan nilai tukar petani Kupang sangat rendah. Eragano ingin sekali meningkatkan kesejahteraan petani Kupang dan meningkatkan tingkat produktivitas per lahan petani di Kupang,” terang CEO Eragano Stephannie Jesselyn.

Sementara itu hadirnya Eragano di Kupang disambut baik oleh petani dan pemerintah setempat. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kupang Ruben berkomentar, “Kami sangat berterima kasih atas hadirnya Eragano di Kupang, karena sebelumnya belum ada pihak swasta mana pun yang membantu petani benar-benar dari permodalan hingga membantu ke penjualannya.”

Kupang bukan satu-satunya daerah yang ingin dibantu Eragano. Pihak Eragano menjelaskan selain Kupang pihaknya terus berusaha memperluas jangkauan wilayahnya. Untuk tahun 2018 ini sendiri Eragano menargetkan akan menguatkan posisi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kupang, Lombok dan diharapkan bisa membantu kurang lebih 100.000 petani untuk difasilitasi. Sementara untuk kuartal pertama di 2018 Eragano menyebutkan akan fokus pada memperjelas profil lahan-lahan pertanian.

Berkaca pada tahun 2017 kemarin Eragano bisa terbilang cukup sukses. Dari data internalnya Eragano sudah menyalurkan ratusan ton hasil panen dan saat ini tengah mempersiapkan beberapa daerah untuk di panen. Dengan pergerakan yang cukup agresif di tahun ini bukan tidak mungkin jumlah hasil panen yang tersalurkan bisa meningkat.

Application Information Will Show Up Here

SayurBox Obtains Seed Funding From Patamar Capital

SayurBox, organic fruit and vegetables delivery startup reportedly to obtain
seed funding from Patamar Capital and some other angel investors. The value
is still undisclosed, it is approximately $200 – $300 thousand. The current
funding is part of Patamar Capital initiative, Investing in Women Fund which
objective is to reduce the gap in funding for female founder.

According to the official statement, Patamar Capital’s Investment Partner
Dondi Hananto said that the company believes in a great opportunity e-commerce industry has of fresh fruit and vegetables and SayurBox proves the capability to execute better. Besides the majority of female staff and SayurBox ability to empower them is one of the reasons SayurBox entered the “Investing in Women” initiative by Patamar Capital.

In separate occasion, Patamar Capital’s Associate Ellen Nio explained that they are looking for a startup with solution to solve problems in similar sector as SayurBox, providing organic fruit and vegetables. Therefore, SayurBox was chosen for showing good and promising traction resulting Patamar Capital’s full determination to invest.

“Earlier before SayurBox, Patamar had met several startups trying to solve similar problems. However, we see most promising traction from SayurBox and strongly believe that the team has relevant experience in organic farming and FMCG field as well as supply chain to develop this fresh produce e-commerce better.”

Patamar Capital expects with the funding given to SayurBox can prove its capability to grow by not only providing individual but also business consumers. SayurBox is Patamar Capital’s first funding portfolio of “Investing in Women Fund” program. Patamar reportedly to give funding for eight to ten female founder in Southeast Asia, especially in Indonesia, Philippines and Vietnam, SayurBox is expected to be a role model for all potential female founders wanting to build a startup.

Meanwhile, SayurBox’s CEO Amanda Susanti said, “Today we believe that it is important for customers to know where the food comes from. SayurBox provides information about farmers and producers on how their products grow, whether it is organic, hydroponic or in conventional way.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

SayurBox Dapat Pendanaan Awal dari Patamar Capital

SayurBox, startup pengiriman buah dan sayur organik dikabarkan menerima pendanaan dari Patamar Capital dan beberapa angle investor lain. Tidak disebutkan berapa nilai yang didapatkan SayurBox dalam seed funding kali ini, diperkirakan nilai yang diterima berkisar $200 – $300 ribu. Pendanaan kali ini juga merupakan bagian dari inisiatif Patamar Capital, Investing in Women Fund yang bertujuan untuk memangkas gap pendanaan bagi founder wanita.

Dari informasi resminya, Investment Partner Patamar Capital Dondi Hananto menyebutkan bahwa pihaknya percaya bahwa ada peluang besar dalam industri e-commerce hasil panen (buah dan sayur) segar dan SayurBox membuktikan mereka dapat mengeksekusinya dengan baik. Selain itu mayoritas tim yang dihuni perempuan dan kemampuan SayurBox memberdayakan petani perempuan menjadi salah satu alasan SayurBox masuk dalam inisiatif “Investing in Women” milik Patamar Capital.

Sementara itu, dihubungi secara terpisah Assosiate Patamar Capital Ellen Nio menjelaskan mereka memang tengah mencari startup yang memiliki solusi untuk menyelesaikan masalah di sektor yang sama seperti SayurBox, menyediakan sayuran dan buah organik. Kemudian SayurBox dipilih karena memperlihatkan traksi yang cukup baik dan menjanjikan sehingga membulatkan tekad Patamar Capital untuk berinvestasi.

“Sebelum SayurBox, Patamar sudah beberapa kali bertemu dengan startup yang mencoba menyelesaikan permasalahan yang serupa. Namun kami melihat traction dari SayurBox paling menjanjikan dan juga kami sangat percaya timnya memiliki pengalaman yang relevan di bidang organic farming dan FMCG serta supply chain untuk mengembangkan fresh produce e-commerce ini menjadi lebih besar.”

Patamar Capital berharap dengan pendanaan yang diberikan SayurBox bisa membuktikan mereka mampu memiliki pertumbuhan tidak hanya menyediakan kepada konsumen perorangan maupun kepada konsumen bisnis. SayurBox merupakan portofolio pendanaan pertama Patamar Capital dari program Investing in Women Fund. Kabarnya pihak Patamar akan memberikan pendanaan untuk delapan sampai sepuluh founder wanita lagi di Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Filipina dan Vietnam, diharapkan SayurBox bisa menjadi role model bagi calon founder wanita yang ingin memulai startup.

Sementara itu CEO SayurBox Amanda Susanti mengatakan, “Pada hari ini kami percaya bahwa semakin penting bagi pelanggan untuk mengetahui dari mana asal makanan mereka. SayurBox memberikan informasi tentang petani dan produsen beserta bagaimana produknya tumbuh, apakah melalui organik, hidroponik atau konvensional.”

Application Information Will Show Up Here

KopiTani Hubungkan Pecinta Kopi dengan Petani Kopi Nusantara

Industri perdagangan kopi Indonesia dinilai cukup menarik bagi KopiTani untuk menyediakan solusi berupa platform penjualan. Secara sederhana solusi KopiTani merupakan tempat jual beli kopi asli Indonesia secara online, termasuk memberdayakan petani kopi dengan fitur DokterKopi yang ada di dalamnya. Sejauh ini ada dua produk yang ditawarkan, yakni greenbeans dan roasted beans.

Green beans merupakan biji kopi yang diambil langsung dari petani binaan KopiTani. Di sana tidak ada peran tengkulak sehingga harga lebih layak. Sedangkan roasted beans, yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, akan diambilkan dari para roaster independen untuk kemudian di-rebranding KopiTani sehingga bisa langsung dipasarkan melalui platform yang ada. Untuk pembelian roasted beans ini ke depan akan disediakan model pembayaran berlangganan sehingga nanti para pencinta kopi tanah air bisa langsung memesan dan berlanggan.

“Untuk yang berlangganan itu kami masih dalam pengembangan, itu untuk produk roasted beans yang langsung B2C. Jadi nanti para pencinta kopi jika berlangganan bisa kami kirimkan per bulan sesuai kebutuhan konsumsinya dengan kopi nusantara. Kami akan acak, misalkan bulan pertama kami akan kirimkan kopi Toraja kualitas bagus, kemudian bulan kedua kami akan kirimkan kopi Flores Bajawa dari beberapa roaster independen yang sudah kami kurasi,” terang CEO KopiTani Arif Rahmat.

CEO KopiTani

Sejauh ini KopiTani lebih fokus ke lapangan untuk pendampingan sambil terus melakukan sosialisasi terhadap aplikasi DokterKopi sebagai bagian dari platform KopiTani. Melalui aplikasi DokterKopi nantinya petani bisa langsung berkonsultasi mengenai penanganan masalah yang ditemui sebelum dan sesudah panen. Saat ini KopiTani sudah memiliki 50 mitra petani aktif dan tengah dalam masa penjajakan dengan Gapperindo Sulawesi Selatan yang memiliki jaringan 5000 petani.

Dan dalam upayanya terus melengkapi layanan KopiTani, pihaknya tengah melakukan penjajakan kolaborasi dengan Habibie Garden, startup yang menyuguhkan solusi IoT (Internet of Things) untuk perawatan tanaman.

“Ke depannya kami juga akan melakukan penjajakan kolaborasi dengan Habibie Garden untuk menerapkan sistem teknologi IoT di perkebunan kopi, karena salah satu masalah petani kopi yaitu biaya produksi yang tinggi karena saat ini masih menggunakan perkebunan konvensional. Di samping itu kami juga akan menyisihkan keuntungan yang didapat untuk donasi bibit kopi untuk replanting pohon kopi. Data dari kementerian pertanian sekitar 300 ribu hektar sudah tidak produktif lagi karena sudah terlalu tua,” papar Arif.

Cita-Cita AdaKopi Bantu Petani Memutus Rantai Distribusi

Masih banyak masalah di Indonesia yang bisa dipecahkan dengan teknologi. Setidaknya itu juga yang dipercaya oleh Dodi Setiawan, salah satu founder untuk AdaKopi. Layanan yang didesain untuk menghubungkan petani kopi dengan perusahaan atau siapa pun yang membutuhkan biji kopi.

Saat ini AdaKopi tengah mempersiapkan peluncurannya. Kabarnya Januari tahun 2018 AdaKopi siap untuk beroperasi dengan terjun langsung menjangkau petani kopi yang ada di Lampung,

AdaKopi seperti banyak platform hasil pertanian lain di Indonesia berusaha memangkas jarak yang selama ini ada antara petani kopi dengan mereka yang membutuhkan biji kopi seperti eksportir, pabrik dan pengusaha Kopi yang berada di Lampung. AdaKopi menjadi platfrom penghubung dengan harapan bisa memberikan harga dan kualitas terbaik bagi kedua belah pihak.

Dodi dibantu dengan dua temannya, Niki Rahmadi Wiharto yang berperan sebagai CTO dan Ahmad Taqiyudin sebagai CMO. Keduanya bahu membahu menghadirkan platform AdaKopi baik untuk web maupun untuk platform mobile. Termasuk juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk bisa lebih mendekatkan diri dengan petani kopi yang ada di Lampung.

“Kami sedang proses develop apps, jadi kami belum memiliki petani terdaftar namun kami bekerja sama dengan Nuttie Coffee yang memiliki 8000 petani kopi tersertifikasi di Tanggamus dan rencananya awal tahun depan kami mulai edukasi petani dan pada musim panen tahun 2018, kami akan mulai layanan kami,” terang Dodi.

Dodi dan kawan-kawan tampak menunggu momentum sambil menyiapkan layanannya. Ketika musim panen kopi tiba layanannya diharapkan sudah siap dan bisa digunakan oleh para petani. Selain harga ada hal lain yang juga diharapkan, salah satunya adalah menjaga kualitas biji kopi yang diperjualbelikan melalui sistem verifikasi yang dilakukan oleh tim AdaKopi. Setelah kualitas memenuhi standar baru petani kopi bisa menerima penawaran yang diajukan oleh pembeli dan petani bisa memilih penawaran yang sesuai.

“AdaKopi dibentuk untuk efisiensi rantai distribusi kopi sehingga harga kopi di tingkat petani lebih tinggi dan tidak ada praktik tengkulak. Sebenarnya petani itu hanya menginginkan kepastian harga dan itu yang tidak mereka dapat selama ini, dengan AdaKopi petani dapat melihat penawaran harga dari pembeli dan akan selalu di-update setiap waktu. Selain itu, untuk meyakinkan petani kami sedang upayakan berkoordinasi dengan Pemda atau dinas perkebunan setempat,” pungkas Dodi.