Aksesmu Jadi Langkah Alfa Group Turut Serta Digitalisasi Warung

Sektor UMKM, termasuk di dalamnya warung, makin berkembang pesat dalam beberapa tahun ini walaupun di tengah pandemi. Menurut data yang dirilis UMKM Indonesia, sektor tersebut berkontribusi terhadap PDB rata-rata sebesar 57,8% per tahun atau sekitar Rp8 ribu triliun. Dengan jumlah warung sekitar 3,6 juta yang tersebar di seluruh Indonesia, kehadiran mereka membawa dampak positif terhadap roda ekonomi nasional.

Alasan inilah yang membuat PT Sumber Trijaya Lestari (Alfa Group) untuk menghadirkan Aksesmu (Akselerasi Sukses Mitra Usaha), yang merupakan hasil branding dari Alfamikro. Sebagai catatan, Alfamikro merupakan aplikasi yang memudahkan warung dan toko mendapatkan suplai barang kebutuhan. Sementara, Aksesmu misinya lebih dari itu, perusahaan ingin memberdayakan lebih banyak usaha mikro di Indonesia.

“Dengan diluncurkannya new brand Aksesmu, PT Sumber Trijaya Lestari sebagai manajemen pengelola Aksesmu berkomitmen dan fokus dalam pengembangan bisnis dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil di Indonesia, khususnya pedagang warung dan toko kelontong,” ucap Direktur Aksesmu Hans Harischandra kepada DailySocial.id.

Sebelum mengoperasikan Aksesmu, saat PT Sumber Trijaya Lestari pertama kali lahir di Indonesia mengoperasikan Alfacart (sebelumnya bernama Alfaonline) di 2016. Saat itu, Alfacart mengadopsi konsep platform e-commerce, tidak hanya menjual produk sehari-hari, juga fesyen, perangkat elektronik, dan peralatan rumah tangga. Model bisnisnya sempat beberapa kali berubah, hingga menjadi agregator untuk produk FMCG bagi B2B.

Strategi ini tidak berhasil ditempuh, Alfacart sempat luntang-lantung sampai akhirnya dilebur dengan Alfagift sampai sekarang. Alfagift adalah situs online grocery B2C yang memanfaatkan jaringan Alfamart terdekat dari konsumen sebagai suplai dan titik pengiriman.

Hans tidak menceritakan lebih detail mengapa Alfacart tutup dan apa hipotesis dari peluncuran Aksesmu. “PT Sumber Trijaya Lestari merupakan perseroan terbatas yang bergerak dalam perdagangan beraneka macam barang dan aktivitas pengembangan aplikasi perdagangan melalui internet dengan menggunakan platform digital (e-commerce). Pada awalnya PT Sumber Trijaya Lestari meluncurkan aplikasi Alfacart dengan bisnis model e-commerce marketplace dan segmentasi ke end users seperti e-commerce marketplace lain yang sedang nge-trend beberapa tahun yang lalu.”

Optimisme Aksesmu

Hans menyadari, solusi yang ditawarkan Aksesmu bukanlah barang pertama dan satu-satunya di Indonesia. Oleh karenanya, tidak hanya memberikan kemudahan akses bagi mitra Outlet Binaan Aksesmu (OBA) untuk mendapatkan beragam produk warung dengan harga bersaing dan layanan pengiriman tanpa biaya di hari yang sama (same day delivery service), juga menyediakan berbagai pilihan metode pembayaran: COD, e-wallet, virtual account, paylater.

Di luar itu, perusahaan memanfaatkan jaringan yang dimiliki grup untuk mendukung Aksesmu agar lebih optimal, seperti infrastruktur distribusi, dan sistem. “Mitra OBA juga mendapatkan berbagai akses layanan pencatatan keuangan bisnis, edukasi bisnis ritel melalui webinar, pelatihan, dan pendampingan bisnis.”

Model bisnis Aksesmu, sambungnya, adalah distribusi barang kebutuhan usaha kecil & mikro, khususnya warung dan toko kelontong – dengan memberikan akses kemudahan dan solusi praktis kepada mitra produsen/pemasok melalui kerja sama B2B dan kepada mitra UMKM dengan menjadi member Aksesmu. Monetisasi bisa dilakukan dengan cara sponsorship, partnership, big data monetizing dan berbagai program kerja sama B2B lainnya.

“Perusahaan terus membuka kerja sama seluas-luasnya dengan berbagai ekosistem yang mendukung pengembangan bisnis UMKM, khususnya pedagang warung dan kios kelontong member Aksesmu dan juga member dari para mitra bisnis Aksesmu.”

Tantangan dalam mengedukasi solusi seperti Aksesmu, sambung Hans, bukan proses yang instan. Perusahaan pun menyesuaikannya dengan kondisi para pemilik warung, mulai dari tampilan aplikasi yang ramah dan kompatibel dengan perangkat pemilik warung. “Lalu UI/UX mudah dipahami dan mudah digunakan oleh pedagang warung. Saat ini aplikasi Aksesmu dapat digunakan sesuai dengan kapabilitas user (aplikasi di Play Store atau aplikasi AMS menggunakan WhatsApp).”

Diklaim, saat ini lebih dari 100.000 OBA yang sudah tergabung sebagai mitra Outlet Binaan Aksesmu. Ditargetkan jumlahnya naik tiga kali lipat pada tahun ini. “Kami memiliki lebih dari 1.500 tim pengiriman barang pada 250 titik distribusi yang ditargetkan menjadi 450 titik distribusi pada 28 provinsi, 136 kota/kabupaten, dan 3.071 kecamatan di Indonesia pada akhir tahun ini,” pungkas dia.

Application Information Will Show Up Here

Cara Memanfaatkan Strategi Omni Channel yang Efektif

Pengalaman konsumen yang seamless merupakan salah satu alasan mengapa kegiatan pemasaran omni channel saat ini sangat relevan dilakukan. Proses omni channel mulai dari penawaran iklan produk, proses pencarian informasi pelanggan di channel online dan offline, dan pada akhirnya keputusan pelanggan tersebut untuk membeli.

Skema online-to-offline (O2O) saat ini sudah banyak diterapkan marketplace, layanan e-commerce, atau startup adtech. Mengetahui dengan benar bagaimana perjalanan konsumen mendapatkan informasi hingga mendapatkan produk yang diinginkan menjadi proses yang penting.

Memahami cara kerja omni channel

Dalam definisinya, omni channel bisa diartikan sebagai proses atau pengalaman pelanggan yang bisa menggunakan lebih dari satu channel penjualan seperti toko fisik, e-commerce/internet, mobile (m-commerce), social commerce, dan lainnya untuk melakukan riset, membeli, mendapatkan, dan mengembalikan atau menukar barang yang dibeli. Kegiatan ini semakin banyak dilakukan saat ini, ketika penetrasi internet dan smartphone makin meningkat, ditambah dengan maraknya layanan e-commerce yang memberikan pilihan tersebut.

Menurut AVP O2O Business Bukalapak Rahmat Danu Andika, pemasaran omni channel yang efektif harus bisa memahami perilaku sosial konsumen dan menjawab kebutuhan dengan tepat.

“Banyaknya channel yang digunakan tidak serta merta membuat strategi omni channel efektif. Justru sebaliknya ketika kemudahan seringkali menjadi kunci sukses walaupun channel yang digunakan terbatas.”

Menciptakan pengalaman pelanggan secara efektif dan konsisten menjadi lebih penting dibandingkan memberikan banyak pilihan kepada pelanggan. Proses yang seamless sejak awal hingga transaksi harus selalu diperhatikan.

“Yang tidak kalah penting adalah bagaimana integrasi tersebut juga dibarengi dengan proses yang sangat mulus (seamless). Alih-alih terintegrasi namun justru menjadikannya lebih rumit,” kata Rahmat.

Hal senada diungkapkan CEO & Co-Founder SociaBuzz Rade Tampubolon. Ia menyebutkan, perlu diciptakan integrated & seamless customer experience. Oleh karena itu yang paling penting adalah pemahaman mendalam tentang target konsumen terlebih dahulu. Seperti apa perilaku mereka, ekspektasi dan lainnya. Lalu setelah itu bangun strategi pemasaran yang integrated di atas fondasi pemahaman konsumen tersebut.

Omni channel bukan berarti kita harus menggunakan semua channel pemasaran. Namun menggunakan channel yang relevan dengan consumer journey. Experience yang didapat konsumen harus sama, mulai dari looks, feels, tonality, promises, convenience,” kata Rade.

Rade menambahkan, jika bisnis tersebut mengalami keterbatasan sumber daya, tidak wajib menjalankan semua. Fokus satu channel saja namun dengan eksekusi yang tepat.

“Seperti misalnya banyak online shop saat ini yang fokus hanya menggunakan endorsement dari artis dan selebgram saja, tidak menggunakan channel lain, omsetnya bisa luar biasa. Understanding the customer is key, dan kedua fokus tapi all out.”

Di sisi lain, kunci pemasaran omni channel yang ideal adalah aksesibilitas. Hal tersebut, menurut CEO Pomona Benz Budiman, mengharuskan platform omni channel agar lebih kreatif untuk terus mengembangkan entry point dan berada di mana konsumen berada.

“Seperti saat ini, Pomona membuka akses untuk dapat diakses dari aplikasi, mobile browser, dan desktop browser. Jadi para konsumen yang ingin mendapatkan cashback tidak lagi harus memiliki aplikasi. Bisa juga diakses dari mobile browser langsung.”

Skema online to offline yang ideal

Meskipun saat ini sisi online mendominasi kegiatan pemasaran, penjualan, dan pembayaran namun pada akhirnya sisi online tidak akan menggantikan offline. Semua kegiatan pemasaran akan memberikan hasil yang baik jika bisa menggabungkan kemudahan yang ditawarkan secara online dengan proses direct yang ditawarkan secara offline. Penggabungan ini juga dikenal dengan istilah webrooming (online) dan showrooming (offline).

Menurut Marketeers, kedua skenario tersebut merupakan skenario pembelian di era digital pada umumnya. Keduanya menandakan bahwa customer path di era sekarang tidak lepas dari kanal offline dan online konsumen pindah dari satu kanal ke kanal yang lain, baik online maupun offline.

Online to offline akan memadukan pengalaman belanja offline dengan kemudahan yang dihadirkan teknologi. Sehingga, ya, online to offline akan menjadi sangat relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini,” kata Rahmat.

Pemasar sebaiknya tidak terlalu fokus ke berbagai channel yang harus ditawarkan kepada pelanggan. Lakukan pendekatan dengan cara yang berbeda dan mengedepankan demand dari konsumen.

“Skema O2O menjadi sangat relevan ketika konsumen sudah melihat [produk di toko offline], sudah mengetahui produknya seperti apa, bahannya seperti apa, namun belum ada keputusan membeli. Konsumen bisa melakukan pembelian melalui [segmen] online jika enggan kembali ke toko,” kata Head of Business Alfacart Viendra Primadia.

“Sebagai pemasar, kategori channel (offline/online) menurut saya tidak perlu menjadi fokus utama. Mata kita harus tetap tertuju ke konsumen, bukan ke channel. Karena kalau fokus ke channel, dan bukan ke konsumen, kita bisa kehilangan arah,” kata Rade.

Rade melanjutkan, channel pasti akan terus mengalami perubahan. Lakukan terus pendekatan kepada konsumen, cari tahu seperti apa perilaku dan ekspektasi mereka. Apakah mengalami perubahan, channel apa yang mereka suka, kemudian sesuaikan strategi pemasaran.

Cara tepat mengukur pemasaran omni channel

Tidak dapat dipungkiri salah satu kunci kesuksesan kegiatan pemasaran adalah dengan menerapkan strategi omni channel. Namun demikian cara untuk mengukur hasil tersebut harus disesuaikan dengan tujuan kegiatan pemasaran yang dilakukan, apakah untuk meningkatkan penjualan, brand awareness, akuisisi pengguna, dan lainnya.

“Selama masing-masing bisnis sudah menentukan north star metric mereka, hal selanjutnya yang bisa dilakukan, tinggal diukur pemasaran apa yang efektif untuk meningkatkan metric tersebut,” kata Rade.

Dalam hal ini, menurut Benz, measurability dan accessibility menjadi ukuran kesuksesan yang memungkinkan pemasaran apapun yang dilakukan jadi lebih terukur dan bisa dikorelasikan dengan ROI masing-masing perusahaan. Jika tahapannya masih membangun brand, awareness adalah metric yang diusahakan.

“Aksesibilitas juga menjadi konsentrasi utama strategi pemasaran omni channel. Semakin kita mempermudah konsumen untuk mengakses dan memakai produk kita, disanalah definisi sesungguhnya dari teknologi omni channel yang mempermudah hidup manusia.”

Sementara itu, menurut Rahmat, ketika kegiatan pemasaran sudah banyak diadopsi masyarakat, hal tersebut juga bisa menjadi pengukur kesuksesan kegiatan pemasaran memanfaatkan omni channel.

“Secara sederhana pertumbuhan transaksi yang terdigitalisasi Itu menunjukkan kemudahan yang dihadirkan pemasaran omni channel telah diadopsi lebih banyak masyarakat yang merasakan kemudahan dan pengalaman yang baik,” kata Rahmat.

Hal senada juga diungkapkan Viendra yang menyebutkan kesuksesan bisa dilihat dari kepuasan konsumen dalam memperoleh experience yang sama baik online maupun offline dan sebagai bisnis tentunya hal tersebut tercermin dengan peningkatan volume penjualan,

“Dengan omni channel, yang tidak terpenuhi di offline bisa dilakukan melalui online, begitupun sebaliknya. Hal tersebut mampu untuk mengurangi tingkat pembatalan pemesanan,” tutup Viendra.

Alfacart Kini Jadi Layanan Agregator “Online Grocery”

Resmi mengubah model bisnis bulan Juni 2017 lalu, kini Alfacart dipegang langsung PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart). Dari penggabungan tersebut, Alfacart termasuk dalam bagian enam pilar bisnis digital Alfamart. Pilar lain adalah Alfamikro, Alfamind, Alfa PoP (Point of Purchase), Alfagift, dan Alfatrex.

“Sebelumnya Alfacart secara eksklusif menggunakan jaringan toko Alfamart sebagai tempat delivery point, pick up point, payment point, return point. Kini Alfamart membuka jaringan tersebut, bisa digunakan oleh semua [layanan] e-commerce, hanya saja harus menggunakan jasa 3PL Alfatrex,” kata Head of Business Alfacart Viendra Primadia kepada DailySocial.

Alfatrex merupakan unit bisnis baru Alfamart berupa layanan logistik. Alfatrex bisa digunakan berbagai layanan e-commerce dan kalangan individu untuk mengirimkan barang melalui gerai Alfamart terdekat.

Menjadi agregator

Alfacart kini fokus pada penjualan kategori kebutuhan sehari-hari (FMCG). Selama ini tercatat produk groceries menyumbang 80% transaksi di Alfacart.

“Dulu konsep kami berupa marketplace yang sangat luas. Saat ini tetap ada konsep tersebut, namun kami lebih selektif memilih produk dan kategori penjual,” kata Vienda.

Perubahan lain yang terjadi di Alfacart adalah layanan tersebut telah berubah menjadi agregator untuk pasar B2B khusus produk FMCG. Semua layanan e-commerce dan marketplace di Indonesia bisa memanfaatkan Alfacart untuk menjual produk FMCG.

“Konsepnya Alfacart menjadi penyedia produk groceries bagi [layanan] e-commerce besar lain, seperti Lazada, Shopee, Bukalapak, Blibli dan masih ada beberapa e-commerce lainnya yang masih proses integrasi. Melalui kerja sama ini, ketika konsumen membeli produk dari beragam brand, pesanan dapat dikirim dalam satu pengiriman saja,” kata Viendra.

Kolaborasi Alfacart dengan layanan e-commerce lainnya diharapkan dapat menumbuhkan pasar groceries online di Indonesia yang belum sebesar negara Asia lainnya.

“Mereka melihat adanya potensi. Namun tidak mudah menyediakan produk tersebut dengan lengkap dari beragam brand tanpa didukung jaringan yang luas. Karena produk kebutuhan sehari-hari (FMCG) itu marginnya kecil, kalau tidak ada jaringan, akan berat di logistik,” ujar Direktur Alfacart Bambang Setiawan Djojo.

Target Alfacart

Saat ini Alfacart telah memiliki sekitar 780 ribu orang yang mengunjungi situs dan aplikasi Alfacart setiap bulannya. Sementara jumlah penjual Alfacart saat ini adalah 700 penjual. Alfacart melakukan proses penyaringan penjual, menyesuaikan pengurangan porsi penjual dari konsep Alfacart sebelumnya.

“Untuk penjual pun kami pilih lebih selektif menjadi hanya 700 seller. Kami memastikan penjual mempunyai track record yang baik, pemenuhan stock pun baik dan jaminan kualitas,” kata Viendra.

Alfamart kini memiliki lebih dari 13 ribu gerai di 24 propinsi di Indonesia, termasuk tiga ribu di antaranya bersifat franchise. Dengan ketersediaan 4 ribu SKU dengan 400 supplier aktif, diharapkan konsep baru ini bisa melancarkan kolaborasi Alfacart dengan seluruh layanan e-commerce di Indonesia.

“Produk kebutuhan sehari-hari mulai banyak dicari secara online. Pasarnya ada dan akan semakin besar dengan melihat tren belanja masyarakat usia produktif sekarang ini yang memilih cara termudah, apapun tinggal pesan secara online,” kata Bambang.

Application Information Will Show Up Here

Menyimpulkan Kondisi Bisnis E-Commerce Indonesia di Paruh Pertama 2017

Bisnis e-commerce mulai memuncak di lanskap digital Indonesia setidaknya sejak tahun 2014 lalu. Nama seperti Bhinneka, Lazada, Tokopedia, Blibli, dan Bukalapak makin santer didengar, senada dengan pemasaran masif melalui berbagai saluran, seperti televisi, untuk menyentuh berbagai kalangan masyarakat. Faktor eksternal, seperti logistik dan regulasi, juga mendukung terciptanya bisnis e-commerce yang lebih kondusif.

Dinamika antar pemain bisnis terjadi tatkala investasi besar mengucur, akuisisi pelanggan gencar dilakukan dengan beragam cara. Sebut saja Shopee, online marketplace besutan Sea (dulu bernama Garena) yang berambisi menjadi C2C marketplace terbesar di Indonesia. Sebelumnya sudah ada SaleStock yang mengusung konsep sejenis. Gencar melakukan akuisisi pelanggan, insentif seperti gratis ongkos kirim dan publikasi besar-besaran dilakukan Shopee yang dinahkodai Chris Feng, berbekal pengalamannya di Zalora dan Lazada.

[Baca juga: GDP Venture Berpartisipasi dalam Pendanaan Baru untuk Induk Shopee Senilai 7 Triliun Rupiah]

Akuisisi Lazada oleh Alibaba turut menghadirkan tremor untuk pemain lokal. Kendati eksistensi Alibaba sebagai raksasa e-commerce belum tampak hadir di Indonesia, namun secara bisnis Lazada di Indonesia tumbuh dengan pesat. Berdasarkan data SimilarWeb, Lazada masih menjadi yang tertinggi dalam kaitannya dengan kunjungan web, yakni mencapai 58,3 juta pada kuartal pertama tahun 2017 ini. Masih di atas Tokopedia sebagai pemain lokal yang digadang-gadang sebagai jawara dalam negeri dengan jumlah kunjungan mencapai 50,6 juta.

Akuisisi pengguna menjadi segalanya, ketika kini setiap platform telah menawarkan berbagai keunggulan layanan dan produk yang nyaris sama.

Penguasa bisnis e-commerce dunia

Memboyong penemunya menjadi jajaran orang terkaya di dunia, meski hanya dalam beberapa saat, tak salah jika Amazon ditempatkan di level puncak pemain e-commerce dunia, kendati lini bisnisnya pada akhirnya berkembang ke berbagai arah. Pola yang sama dilakukan raksasa Tiongkok Alibaba, mengawali debutnya dari IPO dengan layanan e-commerce kini penguasaan bisnis dilakukan di beragam lini bisnis, mulai dari logistik hingga penyediaan layanan komputasi awan. Keduanya bersiap hadir dan menguasai pasar di Asia Tenggara.

JD.com tak tinggal diam, dirumorkan “berebut” dengan Alibaba, akhirnya JD.com dikabarkan berhasil memboyong Tokopedia. Tak lain tujuannya adalah pasar Indonesia. Jika melihat hasil riset Google dan Temasek, potensi e-commerce di Asia Tenggara akan bertumbuh hingga $87,8 miliar di 2025. Proyeksi pertumbuhan tercatat sekitar 3,8 juta pengguna baru per bulan. Indonesia akan menyumbangkan separuh dari total nilai tersebut, menjadi sebuah kesempatan sekaligus tantangan yang sangat fantastis.

[Baca juga: Tujuh Poin Utama yang Tersusun dalam Roadmap E-Commerce]

Kondisi bisnis e-commerce dalam negeri

Di Indonesia sendiri, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No. 74/2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Roadmap E-Commerce) Tahun 2017-2019. Di dalamnya berisi 26 program yang harus direalisasikan pemerintah terkait dengan bisnis digital, termasuk aturan tentang pendanaan, perpajakan dan lainnya. Indonesia menargetkan sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 dengan nilai US$130 miliar.

Menurut Menkominfo Rudiantara, Perpres tersebut adalah cara baru pemerintah dalam membuat kejelasan arah aturan.

Menurut riset yang dilakukan iPrice tentang perbandingan pemain e-commerce yang ada di Indonesia, Tokopedia selalu berada di posisi jajaran teratas dari berbagai parameter Peta E-Commerce Indonesia, yaitu pengunjung per bulan, instalasi aplikasi, aktivitas Twitter, ativitas Facebook dan juga karyawan.

Analisis peringkat e-commerce di Indonesia / iPrice
Analisis peringkat e-commerce di Indonesia / iPrice

Tren menarik yang ada, pemain e-commerce –khususnya online marketplace—berusaha menghadirkan layanan all-in-one pada layanannya. Model dompet digital juga menjadi salah satu inovasi masif yang banyak dikembangkan. Dapat ditarik sebuah benang merah arah inovasinya, yakni membuat pengguna betah memenuhi seluruh kebutuhan di satu tempat dengan mengakomodasi perputaran uang di platform yang sama.

Pembayaran, logistik dan segmentasi menjadi hal yang coba dioptimalkan penyedia layanan e-commerce di Indonesia untuk menjadi pemenang di negeri sendiri. Konsolidasi dan akuisisi diperkirakan bakal terus santer terdengar hingga akhir tahun. Setelah Alfacart dan Cipika, siapa lagi pemain yang bakal mengibarkan bendera putih tahun ini?

Ubah Model Bisnis, Alfacart Kembali Jadi Unit Digital Alfamart (UPDATED)

Setelah Indosat Ooredoo menutup Cipika dan XL Axiata mempertimbangkan keikutsertaannya di Elevenia, satu layanan e-commerce lagi harus merestrukturisasi model bisnis dan kembali fokus ke layanan intinya. Alfacart, layanan e-commerce Alfamart, tidak lagi mengembangkan layanan marketplace dan fokus di bisnis grocery online (barang sehari-hari) dan toko virtual Alfamind.

Menurut informasi yang kami peroleh, sekitar 50% karyawan Alfacart bakal di-layoff.

Sekitar 3 bulan lalu, CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan pihaknya sedang menyiapkan Alfacart 2.0 yang akan menggandeng warung, toko tradisional dan ritel offline lainnya sebagai jaringan O2O (online-to-offline).

Sebelumnya COO dan CMO Alfacart Haryo Suryo Putro sempat menyebutkan pihaknya masih kesulitan mengintegrasikan Alfacart dengan berbagai gerai Alfamart di seluruh Indonesia, karena kebanyakan gerai berbentuk franchise yang dimiliki perseorangan.

Alfacart adalah hasil transformasi Alfaonline yang resmi beroperasi mulai bulan Mei 2016. Premis awal Alfacart adalah menjadi marketplace terlengkap dengan jaringan luas di seluruh Indonesia yang memanfaatkan gerai Alfamart yang berjumlah lebih dari 10 ribu buah.

Bisa dipastikan masa depan Alfacart kini tidak sesuai dengan harapan awal.

Update (23/6): Haryo dan Catherine dalam pertanyaan resminya mengungkapkan:

“Adanya perbedaan visi ini mendasari keputusan para eksekutif pimpinan untuk mengundurkan diri dari sisi operasional bisnis perusahaan.”

Disebutkan tidak ada layoff terhadap jajaran manajemen Alfacart. Mereka tidak lagi terlibat untuk kegiatan operasional, tapi akan terus membantu beberapa proyek strategis grup Alfamart, meskipun tidak dijelaskan dalam kapasitas apa.

 

Application Information Will Show Up Here

Alfacart Versi 2.0 Akan Sinergikan Konsep O2O untuk Warung dan Toko Tradisional

Setelah menjalankan usaha selama 10 bulan, layanan e-commerce Alfacart berencana untuk melancarkan strategi baru. Masih mengandalkan skema online-to-offline (O2O), jelang HUT Alfacart yang pertama, kerja sama dengan merchant akan diperluas ke jaringan external.

Jika sebelumnya mengedepankan kerja sama dengan 90% gerai Alfamart di Indonesia, kini layanan e-commerce besutan PT Sumber Alfaria Trijaya ini akan menggandeng warung, toko tradisional dan ritel offline lainnya sebagai jaringan O2O. Inisiatif akan dihadirkan bersama pembaruan versi 2.0 dari sistem Alfacart.

“Alfacart versi 2.0 ini kami usung setelah melihat perkembangan perusahaan kami yang begitu pesat melalui strategi O2O yang telah kami pilih ketika masuk saat itu serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat modern di Indonesia. Selama 10 bulan ini kami melihat, konsep O2O telah menjadi kunci keberhasilan Alfacart.com menjadi e-commerce terbesar di Indonesia untuk barang kebutuhan sehari-hari,” kata CEO Alfacart Catherine Sutjahyo.

Strategi ini diambil oleh Alfacart dengan harapan dapat menambah lebih banyak lagi jumlah jaringan O2O di luar grup Alfamart yang selama ini menjadi andalan dari Alfacart. Nantinya komunitas tersebut akan dikumpulkan menjadi Kios AKU (Alfacart Komunitas Usaha).

Hingga kini tercatat 7 mitra (diluar Alfamart) telah bergabung dengan komunitas AKU. selain menambah jumlah mitra, Alfacart juga sudah mulai melakukan uji coba (Beta test) untuk penggunaan barcode untuk mitra baru tersebut selama 1 bulan terakhir. Nantinya penggunaan barcode bukan hanya untuk gerai Alfamart saja tapi semua warung hingga toko tradisional yang telah bergabung dalam AKU.

“Tidak dapat dipungkiri O2O sudah menjadi kebutuhan semua layanan e-commerce jika ingin bertahan di bisnis ini. Berdasarkan pengalaman kami ditahun 2016 lalu sekitar 80% konsumen masih memilih untuk membayar transaksinya secara tunai di payment point kami, tidak hanya itu 70% konsumen juga menginginkan fleksibilitas dalam mengambil barang belanjaannya di Pick Up Point kami ” ujar Catherine.

Perluas kemitraan dengan UKM dan brand ternama

Fokus baru Alfacart yang berupaya untuk menggandeng lebih banyak jaringan luar dari kalangan UKM juga akan didukung dengan kegiatan pemasaran yang akan dilakukan. Terutama untuk membantu membesarkan UKM Indonesia dan juga bekerja sama dengan brand besar seperti Samsung, Unilever, Danone, L’oreal, hingga Nutricia.

“Manajemen melihat perubahan ini sangat baik dan harus dilakukan. Maka sesegera mungkin versi 2.0 akan kami rampungkan. Dari sekarang kami sudah memulai membangun infrastrukturnya. Harapan kami dengan versi 2.0, Alfacart.com dapat lebih melesat di tahun ini serta mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia” tutup Catherine.

Application Information Will Show Up Here

[Tidbit] Harbolnas versi Alfacart dan Bukalapak, Telkomsel Raih Penghargaan di World Communication Awards 2016

Harbolnas 2016: Alfacart mengandalkan jaringan O2O

Layanan Online-to-Offline (O2O) dengan jaringan terbesar di Indonesia yang dihadirkan oleh Alfacart.com, diharapkan mampu memberikan kontribusi optimal terhadap kian diminatinya beragam penawaran istimewa yang disajikan Alfacart.com bagi para pelanggan selama peringatan Hari Belanja Online (Harbolnas) 2016 yang berlangsung dari 12 hingga 14 Desember 2016. Untuk layanan pengambilan barang, pelanggan dapat melakukan di 8000+ toko Alfamart, sedangkan untuk pembayaran (pay at store) pelanggan dapat melakukannya di 12.389 toko Alfamart.

Berkaitan dengan Harbolnas 2016, khusus di tanggal 12 hingga 14 Desember 2016, Alfacart.com menghadirkan penawaran-penawaran istimewa bagi para pelanggan setianya, antara lain pemberian diskon besar hingga 88% plus 36%, plus ditambah lagi diskon hingga 15% dari bank-bank yang menjadi mitranya untuk semua kategori produk dari fashion, groceries, kamera dan elektronik, gadget dan smartwatch, hingga produk untuk rumah dan dapur serta keperluan bayi dan anak. Esensi partisipasi Alfacart.com di Hari Belanja Online 2016 adalah untuk turut mendorong meningkatnya minat masyarakat Indonesia untuk berbelanja online.

Harbolnas 2016: Bukalapak dengan diskon jumbo

Menyambut Hari Belanja Online Nasional 2016, Bukalapak memberikan diskon jumbo hingga 80%, ditambah juga dengan harga yang dapat dinego oleh seluruh pengguna Bukalapak. Penawaran ini berlaku hanya 3 hari mulai tanggal 12 hingga 14 Desember 2016, berlaku di website maupun aplikasi Bukalapak baik di Android dan iOS.

Untuk menikmati diskon jumbo dan harga nego tersebut, pengguna Bukalapak harus memiliki akun yang terverifikasi dan mengunduh aplikasi versi terbaru Bukalapak. Dalam melakukan nego harga, pengguna setiap harinya memiliki kesempatan 3 kali untuk memasukkan harga barang yang ingin di nego.

CEO Telkomsel memperoleh penghargaan di World Communication Awards 2016

Di tengah iklim industri telekomunikasi tanah air yang kompetitif, Telkomsel menegaskan komitmennya untuk terus membangun ekosistem digital di Indonesia, mendukung upaya pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Komitmen Telkomsel untuk terus tumbuh dan membangun ini pun mendapatkan ganjaran di ajang World Communication Awards (WCA) 2016, yang dihelat di London dan dihadiri oleh ratusan eksekutif industri telekomunikasi dari seluruh dunia, berupa penghargaan CEO of The Year 2016 bagi Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah.

Didukung dengan tersebarnya jaringan broadband Telkomsel di berbagai wilayah Indonesia, hal tersebut diharapkan dapat mendukung pelanggan dalam merasakan pengalaman mobile digital lifestyle terbaik. Pembangunan dan peningkatan kualitas jaringan broadband Telkomsel yang dilakukan lewat program TrueBEx secara konsisten berdampak pada peningkatan penggunaan layanan data Telkomsel oleh pelanggan. Pengembangan layanan keuangan digital difokuskan untuk menciptakan gaya hidup baru dalam melakukan pembayaran secara non tunai, sehingga memperluas jangkauan layanan keuangan kepada lebih banyak lagi masyarakat dan tentunya mendukung Gerakan Nasional Non Tunai yang dicanangkan pemerintah.

Alfacart Klaim Adanya Peningkatan Bisnis dari Strategi Online-to-offline

Strategi Alfacart untuk melancarkan skema online-to-offline diklaim terus mengalami peningkatan. Sejak 5 bulan menjalankan bisnisnya, Alfacart telah memiliki 7000 gerai Alfamart yang terintegrasi di seluruh Indonesia hingga kuartal ketiga tahun 2016. Saat ini Alfacart masih memiliki beberapa rencana terkait dengan  pertumbuhan bisnis, di antaranya payment point, pick up point, delivery point, drop off point, purchase point dan return point.

“Kami di Alfacart mencatat sekitar 79% pelanggan Alfacart lebih menyukai pilihan pembayaran langsung di gerai Alfamart terdekat, dan untuk produk yang dibeli kebanyakan adalah kebutuhan rumah tangga sehari-hari,” kata CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo saat acara temu media hari ini di Jakarta.

Saat ini berdasarkan peringkat Alexa situs Alfacart telah menempati posisi ke-tujuh untuk situs e-commerce yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia. Peringkat tersebut di bawah Tokopedia yang menempati posisi pertama disusul Bukalapak, Lazada, elevenia, OLX, Blibli dan Alfacart.

“Meskipun terbilang masih sangat muda usia dari Alfacart namun kami mampu masuk dalam 10 besar e-commerce favorit di Indonesia. Diharapkan hingga tahun 2017 nanti peringkat bisa semakin baik,” kata Catherine.

Fitur Drop Off dan Barcode

Sebagai layanan e-commerce yang mengedepankan teknologi untuk memudahkan pengalaman berbelanja pelanggan, Alfacart senantiasa menghadirkan inovasi terbaru. Yang saat ini tengah gencar dipromosikan adalah belanja dengan memanfaatkan barcode. Proses belanja yang terbilang mudah, cepat dan praktis.

“Dengan hanya melakukan scanning barcode di aplikasi Alfacart semua barang yang diinginkan sudah langsung masuk ke keranjang belanja, lebih cepat tanpa harus mencari merek produk yang diinginkan di aplikasi,” kata Catherine.

Fitur lain yang menjadi andalan Alfacart adalah Drop Off. Selain pelanggan yang ingin memanfaatkan fitur ini, kini marketplace yang tergabung dalam Alfacart juga bisa memanfaatkan fitur Drop Off ini di semua gerai Alfamart terdekat.

“Kami ingin membantu marketplace mempermudah proses pengiriman kepada pelanggan, dengan memanfaatkan fitur Drop Off ini selanjutnya proses pengiriman akan dilakukan oleh tim Alfacart,” kata Catherine.

Gandeng Samsung hadirkan promosi Shopping Festival 11.11

Menjelang Shopping Festival 11.11 mendatang Alfacart menggandeng Samsung menghadirkan promo gratis barang home appliance Samsung dengan berbelanja produk groceries atau kebutuhan sehari-hari rumah tangga di Alfacart. Dengan paket-paket yang disediakan pada tanggal 11 November mendatang pengguna bisa menikmati promo secara langsung dengan sistem pembelanjaan cicilan dengan pembayaran kartu kredit berupa voucher dari Alfacart dan Samsung.

“Kegiatan ini kami lakukan setelah melihat survei yang dilakukan oleh APJII yang menyebutkan 29,4 juta masyarakat Indonesia gemar melakukan pembelian kebutuhan rumah tangga secara online, dengan alasan itulah kami melancarkan kegiatan promosi ini,” kata Catherine.

Alfacart berharap konsumen di Indonesia semakin mengenal nilai lebih yang ditawarkan oleh e-commerce dalam hal ini Alfacart, untuk membantu dan mempermudah kegiatan rutin masyarakat Indonesia dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Alfacart Temukan Potensi Pasar di Luar Jabodetabek

Salah satu layanan e-commerce Indonesia Alfacart mengungkapkan potensi besar yang hadir di daerah-daerah Jawa Timur, khususnya Malang dan Sidoarjo. Kota Malang dan Sidoarjo merupakan kota dengan sumbangsih transaksi terbesar bagi Alfacart setelah DKI Jakarta. Malang di posisi kedua dengan 12,06% dan Sidoarjo di posisi ketiga dengan 6,06%, di bawah DKI Jakarta dengan angka persentase mencapai 14,21%. Pendekatan Online-to-Offline (O2O) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka transaksi di daerah-daerah.

Munculnya dua kota di luar Jabodetabek ini meyakinkan Alfacart bahwa euforia dan potensi e-commerce tidak hanya hadir di wilayah Jabodetabek, tetapi juga wilayah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, bahkan hingga ke Makassar. Chief Executive Officer Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo menyebutkan bahwa dengan data-data yang diperoleh timnya pihaknya akan mulai mencermati pasar-pasar lain di luar Jabodetabek dan harus menyesuaikan sesuai dengan karakteristik kebutuhan mereka.

“Data transaksi terbaru Alfacart.com di tiga bulan pasca peluncuran sangat menggembirakan bagi kami karena selain kehadiran Alfacart.com disambut baik oleh pasar, kami juga menemukan fakta baru bahwa pasar e-Dagang tidak lagi hanya terkonsentrasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Wilayah di luar Jakarta, seperti Malang dan Sidoarjo, serta kota-kota lain seperti Rembang dan Klaten Jawa Tengah, Pontianak, serta Makassar pun menjadi pasar yang harus semakin kami cermati agar kami kian tepat dalam menghadirkan layanan yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan mereka yang tentunya sangat beragam,” ujar Catherine.

Catherine juga menambahkan bahwa ditemukannya banyak transaksi yang berasal dari luar wilayah Jakarta mengindikasikan keinginan konsumen terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah untuk bisa mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh barang atau produk terkini dengan kualitas dan periode waktu yang sama, termasuk dengan harga yang tidak terlalu jauh berbeda atau bahkan sama.

Dari segi kategori pembeli-pembeli dari luar Jabodetabek ini memiliki keunikan preferensi belanja tersendiri. Kategori-kategori yang paling banyak diminati selain fashion dan gadget adalah kategori yang selama ini banyak dipilih untuk belanja langsung, seperti makanan dan minuman, keperluan rumah dan dapur, dan perlengkapan kantor. Bahkan untuk kategori makanan dan minuman menempati posisi teratas di beberapa kota, termasuk Malang dan Sidoarjo.

Salah satu temuan lain dari data-data yang didapat oleh pihak Alfacart adalah O2O ternyata menarik bagi pelanggan. Dari laporan triwulan Alfacart disebutkan pendekatan O2O khususnya layanan Pick Up di gerai Alfamart mendapatkan respon yang cukup tinggi. Sebanyak 84% pelanggan di wilayah Jakarta dan 90,73% pelanggan di luar Jakarta melakukan pengambilan barang di toko Alfamart yang berfungsi sebagai pick up point.

Catherine menjelaskan bahwa kecenderungan hal tersebut merupakan konfirmasi efektivitas kolaborasi Alfacart dengan lebih dari 7000 gerai Alfamart yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

“Layanan O2O juga membantu para konsumen yang belum memiliki kartu debit atau kartu kredit untuk tetap dapat menikmati belanja kebutuhannya di Alfacart.com. Dukungan jaringan Alfamart juga membantu optimalisasi distribusi produk-produk yang dipesan dari Alfacart.com ke tangan pelanggan,” ungkap Catherine.

Application Information Will Show Up Here

Kendala Rencana Integrasi Alfacart dan Gerai-Gerai Alfamart

Salah satu prioritas layanan online Alfacart yang ingin diwujudkan pada kuartal ketiga 2016 adalah mengintegrasikan setidaknya 90% toko-toko Alfamart dan Alfacart untuk mendukung skema O2O yang menjadi andalannya. Sejauh ini, impian ini masih terkendala banyaknya gerai franchise Alfamart yang biasanya dimiliki perorangan.

Layanan e-commerce besutan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk ini memberdayakan skema online-to-offline dan jaringan pick up point. Alfacart adalah bentuk transformasi baru toko online Alfamart yang sebelumnya bernama Alfaonline. Layanan ini resmi meramaikan pasar e-commerce Indonesia pada akhir Mei 2016.

“Hingga kini kami masih kesulitan untuk mengintegrasikan franchise Alfamart dan Alfacarrt yang ke depannya bisa menjadi opportunity bagi kami di Alfacart. Kami akan terus mencari solusi untuk mengatasi kendala tersebut,” kata COO dan CMO Alfacart Haryo Suryo Putro kepada DailySocial

Terintegrasinya semua gerai Alfamart dan Alfacart akan menambah titik-titik yang bisa digunakan konsumen untuk mengambil barang belanjaannya dan mempermudah konsumen untuk berbelanja, hal tersebut yang saat ini menjadi fokus dari tim Alfacart.

“Bagi kami di Alfacart, saat ini harus terus agresif mengejar ketinggalan. Fokus kita masih berusaha meningkatkan penetrasi ke pasar, meningkatkan brand awareness ke pasar, dan artinya perlu menambah tim,” kata Haryo.

Alfacart masih terus menambah tim yang diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis yang ada dan memberikan edukasi kepada masyarakat luas terkait platform yang dimiliki Alfacart selama 4 bulan terakhir. Peluncuran aplikasi Alfacart di Android dan iOS diharapkan mendorong lebih banyak pengguna menggunakan aplikasi mobile untuk berbelanja di platform miliknya.

End goal kita adalah agar semua pengguna terbiasa dan menyukai aplikasi mobile dari Alfacart. Dengan demikian bisa mendorong penggunaan aplikasi mobile Alfacart lebih banyak lagi,” kata Haryo.

Rencana lain yang akan diimplementasikan oleh Alfacart adalah pindah gedung kantor ke kawasan Serpong. Disebut-sebut gedung kantor tersebut akan dilengkapi fasilitas, desain,dan dekorasi dengan signature style Alfacart.

“Gedung kantor yang nantinya akan kami tempati merupakan bagian dari rencana awal Alfacart. Dengan demikian bisa membantu tim kami untuk bekerja lebih baik. Di sisi lain kami juga berusaha untuk meningkatkan efficiency, tidak hanya kepada brand awareness,” kata Haryo.

Application Information Will Show Up Here