Alodokter Receives Series C Funding Worth of 468 Billion Rupiah

Alodokter has secured series C round worth of $33 million or around Rp468 billion led by Sequis Life with followed by Philips, Heritas Capital, Dayli Partners, and some others. The previous investors, Softbank Ventures Asia and Golden Gate Ventures, also participated in this round.

“The health system in Indonesia experienced significant changes in the last 10 years and more open to digital innovation than other developed country’s health system. Indonesia has become the leading one to implement the digital health system. That is the main factor of Alodokter’s rapid growth since its debut,” Alodokter’s CEO, Nathanael Faibis said.

Currently, Alodokter is said to acquire 20 million active users per month and partners with more than 20,000 doctors and 1,000 hospitals and clinics. Some of Alodokter’s leading services, such as chat room, booking page, health information, and health insurance management.

alodokter

The fresh money will be used to expand partnerships with hospitals and developed health insurance. Previously, Alodokter has introduced the health insurance named “Proteksi Alodokter” in 2018. The policyholder can subscribe, pay, and make claim through the app.

Alodokter plans to develop “21th-century insurance” not only to provide financial protection but also guidance for those in medical process by giving the right solution.

Meanwhile, Sequis Life’s CEO, Tatang Wijaya explained, aside from lots of  users, Alodokter has a clear and strong vision. Therefore, Alodokter has the potential to win the Indonesian market and customers.

“Aside from the big number of users, we’re deeply impressed with their clear and strong vision of medical accurate in every service necessary. In our opinion, this already in their DNA. Alodokter will be Indonesia’s health service foundation and we’re proud to be a part of their journey. Together, we’ll get closer to achieve our goal in creating the latest method and technology, also to win the Indonesian market and customers,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Alodokter Dapatkan Pendanaan Seri C Sebesar 468 Miliar

Alodokter mengumumkan telah berhasil mengamankan putaran pendanaan Seri C senilai $33 juta atau sekitar Rp468 miliar yang dipimpin Sequis Life dan partisipasi dari Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners, dan beberapa lainnya. Investor sebelumnya, seperti Softbank Ventures Asia dan Golden Gate Ventures, turut serta dalam pendanaan kali ini.

“Sistem kesehatan di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dalam 10 tahun terakhir, dan lebih terbuka terhadap inovasi digital dibandingkan sistem kesehatan di negara yang sudah maju. Indonesia menjadi salah satu negara terdepan dalam mengadaptasi sistem kesehatan digital. Itu salah satu faktor utama yang membuat Alodokter berkembang super pesat sejak pertama kali diluncurkan,” terang CEO Alodokter Nathanael Faibis.

Saat ini Alodokter mengklaim sudah berhasil mendapatkan 20 juta pengguna aktif setiap bulannya dan telah menjalin kerja sama dengan 20.000 dokter dan 1.000 rumah sakit dan klinik. Beberapa layanan unggulan Alodokter seperti chat dengan dokter, booking dokter, informasi kesehatan, dan pengelolaan asuransi kesehatan.

Suci Arumsari (Co-founder & Director ALODOKTER) & Nathanael Faibis (Co-founder & CEO ALODOKTER)

Dana segar yang didapatkan Alodokter rencananya akan dimanfaatkan untuk memperluas jaringan kerja sama dnegan rumah sakit dan mengembangkan layanan asuransi. Sebelumnya, pada 2018 Alodokter memperkenalkan asuransi kesehatan yang bernama “Proteksi Alodokter”. Pemegang polis dapat berlanganan, membayar, dan melakukan proses klaim langsung melalui aplikasi.

Rencananya Alodokter ingin membangun “asuransi abad ke-21” yang tidak hanya memberikan perlindungan finansial, tetapi juga membimbing pasien dalam perjalanan medis dengan memberikan solusi medis yang tepat.

Sementara itu, CEO Sequis Life Tatang Wijaya menjelaskan bahwa selain jumlah pengguna yang besar visi dan misi Alodokter jelas dan kuat. Sehingga Alodokter memiliki potensi meraih segmen psar dan pelanggan Indonesia.

“Selain jumlah pengguna yang besar, kami juga sangat terkesan dengan visi mereka yang jelas dan kuat dalam memberikan keakuratan medis di setiap layanan yang dibutuhkan pasien. Menurut kami, ini adalah DNA Alodokter. Alodokter akan menjadi pondasi layanan kesehatan di Indonesia dan kami bangga menjadi bagian dari perjalanan mereka. Bersama, kami akan selangkah lebih dekat untuk mewujudkan tujuan kami dalam menciptakan teknologi dan metode terbaru, serta meraih segmen pasar dan pelanggan Indonesia yang belum terjangkau,” terang Tatang.

Application Information Will Show Up Here

Membangun Percaya pada Layanan Konsultasi Dokter Online di Indonesia

Di Indonesia, layanan teknologi kesehatan diprediksikan sebagai sektor yang menyimpan potensi besar. Salah satu layanan yang ada di industri ini adalah layanan konsultasi dokter online. Sudah banyak penyedia layanan ini tersedia di Indonesia. Sebagai bisnis yang bergantung kepada kepercayaan pengguna, tantangan besar bagi para penyedia layanan untuk bisa menjaganya.

Untuk memahami lebih lanjut tentang layanan konsultan dokter online, DailySocial berbincang dengan tiga penyedia layanan konsultasi dokter online yang ada di Indonesia, Alodokter, Halodoc, dan SehatQ.

Memulai perjalanannya sejak tahun 2014 Alodokter sudah beberapa kali mendapat suntikan dana dan memperkenalkan inovasinya. Dalam hal menjaga kepercayaan pengguna, Head of Marketing Alodokter Arian Vivaldi menjelaskan bahwa pihaknya mengandalkan medical excellence dengan melibatkan dokter pada setiap fitur yang ada, baik chat maupun artikel-artikel yang ada di dalamnya. Ia juga memastikan Alodokter memiliki SOP yang memastikan data-data pengguna dikelola dengan ketentuan yang berlaku. Pun dalam proses rekrutmen, dokter harus memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku untuk menjamin kualitas layanan yang diberikan.

Halodoc pun demikian. Sebagai sebuah bisnis, Halodoc berkembang cukup cepat dalam tiga tahun kiprahnya. Sederet investasi dari investor dan inovasi layanan menghiasi perjalanannya. Mereka sekarang bahkan memiliki layanan pengantaran obat yang bekerja sama dengan apotek-apotek yang ada di berbagai kota.

VP Marketing Halodoc Felicia Kawilarang menjelaskan, ada beberapa upaya mereka untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan pengguna. Salah satunya adalah dengan menjaga data pribadi. Semua data pelanggan disimpan dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia. Data-data yang diserahkan ke Halodoc pun hanya berupa nama dan tanggal lahir, itu pun harus melalui konfirmasi melalui OTP.

Felicia bercerita, Halodoc cukup aktif melakukan edukasi dan pengenalan Halodoc. Dari sana banyak respon positif yang datang, itu mengapa Halodoc masih terus tumbuh sampai sekarang.

“Banyak dari user Halodoc yang sudah terbantu dengan aplikasi kami karena aplikasi kami memudahkan mereka untuk bisa menghubungi dokter dan membeli obat. Misalnya, ada ibu yang cerita saat anaknya sakit. Dia merasa terbantu dengan Halodoc tetap bisa bicara langsung dengan dokter spesialis anak. Apalagi kondisi anaknya itu rewel dan sudah malam hari juga, kalau harus ke rumah sakit agak repot harus nyetir sendiri atau malah kena banyak kuman dan penyakit di rumah sakit,” klaim Felicia.

Sementara itu, penanggung jawab konsultasi online SehatQ dr. Jolinda Johary menjelaskan, ada dua cara agar mereka tetap bisa meningkatkan dan menjaga kepercayaan pengguna, yang pertama soal rekrutmen dokter dan yang kedua SOP dengan standar yang jelas.

SehatQ diklaim memiliki rekrutmen yang cukup ketat. Kualifikasi dan kualitas dokter diperhatikan betul. Para dokter juga harus terdaftar sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia, memiliki Surat Tanda Registrasi, dan memiliki Surat Ijin Praktek. Selanjutnya dokter akan menjalani serangkaian tes, mulai dari interview hingga pengetahuan media.

“Setelah proses rekrutmen, kami memiliki SOP untuk menerapkan standar kualitas layanan bagi pengguna. SOP ini kami kembangkan bersama dokter senior di Indonesia dan dengan input dari sisi internasional melalui Medical Advisor kami dari Mayo Clinic di Amerika Serikat. Dokter pun juga dibekali in-house training, baik untuk pengetahuan perkembangan medis yang ada dan training teknologi platform tanya dokter kami,” cerita Jolinda.

Tidak menggantikan pemeriksaan dokter

Untuk memberikan pelayanan berkualitas dan bertanggung jawab, para penyedia layanan konsultasi dokter secara online bekerja sama dengan para dokter untuk melayani konsultasi pengguna. Kendati demikian, posisi konsultasi yang dilakukan tidak untuk menggantikan pemeriksaan dokter yang dilakukan secara langsung.

Ketentuan ini tertuang dalam laman “Syarat & Ketentuan” di hampir semua layanan semcam ini. Kebanyakan memosisikan diri sebagai bahan konsultasi awal agar pengguna mendapat informasi yang valid. Untuk pengobatan dan diagnosa selanjutnya, pasien harus bertemu dokter secara langsung.

Arian menegaskan, Alodokter sebagai layanan konsultasi dokter tidak mengeluarkan resep dan mendiagnosa penyakit, namun menjadi alternatif pertolongan pertama bagi pengguna.

“Perlu kami garis bawahi lagi bahwa Alodokter tidak mengeluarkan resep dan tidak mendiagnosa penyakit. Kami ingin menjadi pertolongan pertama bagi pengguna dalam menemukan jawaban mengenai masalah maupun keluhan yang dialami pasien. Untuk diagnosa mengenai penyakit yang dialami, kami tetap menyarankan untuk langsung datang bertatap muka dengan dokter terkait,” jelas Arian.

“Digital healthcare sekarang masih early stages di Indonesia. Dari research yang kami lakukan, sebagian masyarakat masih sungkan memakai layanan konsultasi dokter online untuk pertama kalinya karena takut dokternya palsu, dokternya masih mahasiswa, atau malah bot yang menjawab pertanyaan mereka. Ini semua sebenernya salah karena dokter yang ada di Halodoc semua dokter yang berpengalaman dan semua masih praktik di rumah sakit atau klinik pribadi,” jelas Felicia.

Jolinda menambahkan, dari awal SehatQ tidak memosisikan diri sebagai pengganti konsultasi dokter rumah sakit. Ia mengklaim bahwa pengguna SehatQ adalah mereka yang enggan ke dokter dengan berbagai alasan atau melakukan konsultasi topik kesehatan yang dianggap tabu di masyarakat sehingga merasa kurang nyaman jika harus dilakukan secara langsung.

“SehatQ memiliki panduan konsultasi yang disusun oleh tim dokter. Pengguna dapat berkonsultasi dengan tim dokter dalam koridor-koridor yang telah ditetapkan. Misalnya, pengguna dapat bertanya tentang topik-topik kesehatan dalam batas waktu yang telah disepakati. Pengguna sebaiknya menyampaikan pertanyaan-pertanyaan dengan sopan, jangan spam atau mengirim gambar-gambar yang di luar konteks. Jika batasan-batasan ini dilanggar, dokter berhak memutus sesi konsultasi,” terang Jolinda.

Rasa ragu-ragu yang ada di masyarakat tentu menjadi sebuah hal yang wajar mengingat perkara kesehatan adalah sesuatu hal yang sensitif. Di sisi lain, kebiasaan masyarakat yang “gampang” menerima masukan terkait kesehatan dari orang-orang yang tidak berkompeten menjadi masalah yang coba diselesaikan para penyedia layanan.

Regulasi di layanan teknologi kesehatan

Industri healthcare di Indonesia masih jauh dari kata dewasa. Banyak yang harus dibenahi dalam proses menjadi dewasa, termasuk dari segi payung hukum. Selain untuk melindungi masyarakat atau pengguna, regulasi juga berperan dalam memberikan batasan-batasan yang jelas bagi penyedia layanan.

Co-founder dan CEO Medigo Harya Bimo berpendapat, healthcare di Indonesia membutuhkan regulasi yang pasti, terutama yang mengatur tentang rekam medis. Adanya regulasi rekam medis akan memberikan dampak langsung ke beberapa lini bisnis kesehatan seperti asuransi, farmasi, rumah sakit, radiologi, dan lain sebagainya. Sejauh ini regulasi rekam medis hanya ada di Permenkes 269 tahun 2008 dan Undang-undang no 69 tahun 2004

Sementara itu regulasi terbaru yang berkaitan teknologi dan layanan kesehatan adalah aturan menteri kesehatan tentang penyelenggaraan telemedicine antar fasilitas pelayanan kesehatan yang tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2019.

Aturan menteri tersebut mendefinisikan telemedicine sebagai pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan kesehatan individu dan masyarakat.

Tertuang di dalam Pasal 3 PMK no. 20 tahun 2019, telemedicine termasuk telekonsultasi yang memiliki pengertian berupa konsultasi klinis jarak jauh untuk membantu menegakkan diagnosis, dan/atau memberikan pertimbangan/saran tata laksana yang bisa dilakukan secara tertulis, suara, dan/atau video. Setiap telekonsultasi klinis harus terekam dan tercatat dalam rekam medis sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Mengenai aturan baru ini, pihak Alodokter menanggapi positif. Arian menjelaskan bahwa posisi mereka bukan untuk mendiagnosis.

“Alodokter tentu saja merespon positif mengenai adanya PMK no. 20 tahun 2019 tersebut, hal ini sesuai dengan komitmen kami dari awal mengenai business model yang kami jalankan. Kami juga sudah sepakat bahwa untuk diagnose dapat dilakukan dengan langsung bertatap muka dengan dokter,” terang Arian.

Jalan panjang industri teknologi kesehatan  Indonesia

Industri teknologi kesehatan di Indonesia secara umum masih di tahap yang sangat awal. Perjuangan membangun kepercayaan adalah satu dari banyak tugas yang diselesaikan setiap pemain di dalamnya. Khusus untuk layanan konsultasi dokter online, fokusnya adalah mengubah budaya masyarakat mengenai cara mereka mencari tahu informasi tentang kesehatan.

Bertanya ke orang-orang sekitar dulu menjadi pilihan utama. Kini, di era internet, kebiasaan yang “berbahaya” adalah mencari tahu sendiri tentang kesehatan di mesin pencari, tanpa memiliki kemampuan memilah dan memilih sumber valid.

Alodokter, Halodoc, SehatQ, dan beberapa lainnya bersama-sama berusaha mengubah kebiasaan masyarakat untuk berkonsultasi ke pihak kompeten soal  urusan kesehatan.

“Tantangan pertama [untuk menjangkau pengguna] adalah edukasi first response orang sakit untuk tanya ke dokter. Orang Indonesia ada kebiasaan di mana mereka lebih nyaman nanya tentang kesehatan kepada orang-orang terdekat mereka seperti keluarga atau teman,” terang Felicia.

Sambil menunggu masyarakat siap dengan terobosan-terobosan baru dengan sentuhan teknologi, regulasi juga harus menjadi perhatian. Payung hukum yang jelas diharapkan mampu melindungi pengguna dan penyedia layanan. Sinergi antara regulasi dan produk berkualitas diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan pengguna pada industri ini.

Alodokter in the Effort to Become All-In-One Health Solution

Alodokter, one of Indonesian health-tech, keeps making significant progress. They’re currently has 20 million active users throughout Indonesia. In addition, they also actively collaborate with related parties on improving and completing the services.

Alodokter is currently has some features, such as “Chat Bersama Dokter”, the one that allows patient to have consultation through chat. They can also choose the doctor, from general practitioner and medical specialist in order to get the accurate answer of the symptoms.

There’s also an “Artikel dan Video” feature. It aims to provide accurate information with simple explanation for illness prevention.

When the user wants direct meeting with the doctor, Alodokter also provide “Booking” feature. It allows user to book/request meeting with 20,000 doctors in 500 hospitals listed in the syatem. They also partner with AXA insurance for any kind of low-rate insurance for those in need for medical cost solution.

One of the latest collaboration between Alodokter and Century is to facilitate customers for pharmaceutical needs.

“As a health-tech platform accessible to more than 20 million active users every month, it’s Alodokter vision to become the platform that provides complete solution and health support for Indonesia’s modern family. In accomplishing the vision, we partner with reliable brands to complete Alodokter services, Century is one of them,” Suci Arumsari, Alodokter’s Co-Founder said.

His intention through this partnership is for Alodokter to facilitate easy access and benefits for users in need of medical and daily care.

“Century is confident through the collaboration with Alodokter Innovation, we can provide the best service for customer’s health thoroughly. Through this collaboration, our membership is accessible via Alodokter and our customers can also use the features in Alodokter app,” Oki Iqbal as Century’s Group Head Business Development said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Upaya Alodokter Jadi Solusi Kesehatan Menyeluruh

Alodokter, salah satu startup kesehatan di Indonesia, terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Sejauh ini mereka sudah memiliki 20 juta pengguna aktif yang tersebar di seluruh Indonesia. Tak hanya itu mereka juga aktif berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan dan melengkapi layanan mereka.

Alodokter saat ini memiliki berapa fitur yang dimanfaatkan pengguna, antara lain fitur “Chat Bersama Dokter”, suatu fitur yang memungkinkan pasien berkonsultasi dengan dokter melalu chat. Pengguna bisa dengan leluasa memilih dokter, mulai dari dokter umum hingga spesialis sehingga bisa mendapatkan jawaban yang akurat mengenai permasalahan yang dikonsultasikan.

Di Alodokter saat ini juga ada fitur “Artikel dan Video”. Konten ini ditujukan untuk memberikan informasi yang akurat dan mudah dimengerti terkait dengan cara pencegahan suatu penyakit.

Jika pengguna menginginkan bertemu langsung dengan dokter yang diinginkan Alodokter juga meyediakan fitur “Booking”. Fitur ini memugnkinkan pengguna memesan/membuat janji dengan 20.000 dokter dan 500 rumah sakit yang sudah terdata di dalam sistem. Alodokter juga bekerja sama dengan AXA insurance untuk menawarkan asuransi berpremi rendah bagi pengguna yang membutuhkan solusi terkait ongkos pengobatan.

Salah satu kolaborasi terbaru Alodokter adalah menjalin kerja sama dengan Century untuk memudahkan pengguna mendapatkan obat yang dibutuhkan.

“Sebagai platform kesehatan yang diakses lebih dari 20 juta pengguna aktif setiap bulannya, sudah menjadi visi Alodokter untuk menjadi platform yang memberikan solusi dan dukungan kesehatan terlengkap kepada keluarga muda modern Indonesia. Untuk memenuhi visi tersebut, kami bekerja sama dengan brand-brand terpercaya guna menyempurnakan layanan Alodokter, salah satunya dengan Century,” jelas Co-Founder Alodokter Suci Arumsari.

Ia juga berharap dengan kerja sama ini Alodokter dapat memberikan banyak kemudahan dan keuntungan bagi pengguna yang ingin membeli obat-obatan dan kebutuhan daily care.

“Century yakin dengan menjalin kolaborasi bersama Alodokter Inovasi kami dapat memberikan pelayanan terbaik demi kesehatan pelanggan seutuhnya. Dengan kolaborasi ini, sekarang kartu membership kami dapat diakses melalui Alodokter, sehingga pelanggan kami juga dapat menikmati fitur-fitur unggulan yang ada di aplikasi Alodokter,” ujar Group Head Business Development Century Oki Iqbal.

Application Information Will Show Up Here

Catcha Group: Fintech dan Healthtech Diprediksi Jadi Unicorn Indonesia Selanjutnya

Awal tahun ini, Catcha Group merilis delapan prediksi untuk industri startup di Asia Tenggara. Kini Catcha Group kembali merilis tiga prediksi lanjutan terkait masa depan industri startup Indonesia di tahun 2020 mendatang.

Pertama, pendanaan ke startup Indonesia diprediksi melampaui Singapura. Hal ini diperkuat dengan target Indonesia menambah startup berstatus unicorn selanjutnya sebagaimana dikemukakan pula oleh Menkominfo Rudiantara.

Menurut Patrick Grove, Co-founder & Group CEO Catcha Group, dengan target punya lebih dari empat unicorn dalam beberapa tahun mendatang, Indonesia punya potensi untuk menggeser Singapura sebagai negara dengan alokasi pendanaan terbesar di Asia Tenggara saat ini.

Kemudian fakta lainnya adalah Indonesia memiliki pasar yang luas dengan populasi sebagai kekuatannya. Populasi digital Indonesia mencapai 131 juta, jauh lebih besar dibanding Singapura, yang hanya 5 juta. Saat ini total kapitalisasi startup besar di Indonesia mencapai $20 miliar, sedangkan Singapura $22 miliar.

Tak hanya itu, Grove juga mengungkap deal pendanaan seri C tengah naik di Indonesia meski pertumbuhannya lambat. Singapura justru sebaliknya.

“Posisi Indonesia dengan pasar 26 kali lebih besar dari Singapura memberikan ruang untuk tumbuh signifikan sebagaimana terlihat dari total pendanaan yang disuntik ke startup Indonesia” papar Grove.

Prediksi kedua, Indonesia bakal memegang porsi terbanyak sebagai penghasil “Next Indonesia unicorn” atau Nexicorn (startup) bernilai $100 juta. Pertumbuhan pengguna internet, perkembangan ekonomi, tingginya peluang suntikan investasi, hingga market size akan mendorong Indonesia untuk mencapai hal itu.

Fintech dan healthcare mulai diburu investor

Sejalan dengan hal di atas, Catcha Group memprediksi ada dua unicorn selanjutnya di Indonesia, dan masing-masing datang dari sektor fintech dan healthcare. Kedua sektor ini dinilai tengah mendominasi pertumbuhan startup di Tanah Air.

Pasar healthcare Indonesia diprediksi mencapai $363 miliar di 2025, naik 18 kali lebih besar dari $20 miliar di 2010. Besarnya nilai tersebut turut didorong oleh tingginya permintaan terhadap layanan kesehatan.

Sebagaimana disampaikan VP Products Halodoc Alfonsius P Timboel, industri kesehatan indonesia mengalami banyak tantangan, seperti kurangnya tenaga medis. Saat ini hanya 160 ribu dokter di Indonesia yang melayani 250 juta populasi Indonesia.

Ada dua startup yang mengisi pasar layanan healthcare berbasis digital di Indonesia, yakni Halodoc dengan valuasi $13 juta dan Alodokter dengan $12,1 juta.

Beralih ke fintech, ada banyak sekali pemain yang masuk ke pasar Indonesia. Wajar mengingat setiap startup berusaha mengambil kue pasar yang sangat besar ini. Laporan mengungkap bahwa 64 persen orang Indonesia berusia 25 tahun tidak memiliki rekening bank (unbanked). Ini merepresentasikan potensi kuat bagi startup fintech.

Bicara market size, nilainya di Indonesia pada 2017 mencapai $22 miliar, estimasinya akan meroket ke $54 miliar di tahun 2025. Adapun peneterasi layanan fintech di Indonesia sudah mencapai 46 persen terhadap 133 juta pengguna internet.

Karena hal ini, investor lokal dan luar punya alasan kuat untuk menyuntik dananya di luar sektor e-commerce karena gencarnya upaya perusahaan lokal masuk ke pasar dan pemerintah yang mulai memberikan dukungan terhadap sektor ini.

Sebagai gambaran, deal pendanaan untuk startup fintech di Indonesia terus naik dari hanya tiga di 2014, meningkat ke 11 (2015), 21 (2016), dan 53 di 2017.

Layanan Healthtech di Asia Berkembang Pesat, di Indonesia Belum Signifikan

Salah satu vertikal startup yang diprediksi bakal mengalami perkembangan adalah healthtech. Dalam survei Gallen Growth Asia dilaporkan beberapa tren perkembangan layanan healthtech, mulai dari kategori, pendanaan, hingga sebarannya di wilayah Asia Pasifik.

Asia ekosistem terbesar untuk healthtech

Meskipun mengalami pertumbuhan yang cukup baik sepanjang tahun 2017, dalam laporan terungkap, bahwa tahun 2018 diprediksikan menjadi puncak perkembangan healthtech di Asia Pacific. Kaitannya dengan investasi, nilainya sudah mencapai $3.3 miliar pada paruh pertama 2018.

Jumlah tersebut juga menempatkan Asia di peringkat kedua dalam hal ekosistem terbesar dari sudut nilai transaksi. Meski nilai transaksi di tahun 2018 menurun jumlahnya hingga 32% dibandingkan tahun 2017. Hingga saat ini Tiongkok dan India masih mendominasi lanskap healthtech di Asia.

Investasi healthtech di negara Asia / Galen Growth Asia
Investasi healthtech di negara Asia / Galen Growth Asia

Sementara itu negara di Asia lain yang tercatat merupakan pasar terbaik adalah Singapura (11%), Jepang (8%), dan Australia (8%). Sebagai negara hub di Asia, Singapura terus menunjukkan potensi sebagai lokasi yang menarik untuk investor. Hal ini dikarenakan jelasnya kerangka hukum yang mengatur proses pendanaan tersebut, stabilitas ekonomi serta insentif yang diberikan oleh pemerintah.

Kategori layanan healthtech

Kategori layanan healthtech di Asia / Galen Growth Asia
Kategori layanan healthtech di Asia / Galen Growth Asia

Dalam riset tersebut disebutkan sedikitnya ada enam kategori healthtech yang paling banyak diminati. Di antaranya adalah layanan penelitian kesehatan (14 investasi), online marketplace (12 investasi), genomics dan aplikasi terkait (12 investasi), data dan analisis medis (10 investasi), IoT (5 investasi) hingga diagnosis kesehatan (3 investasi).

Dari survei tersebut dapat disimpulkan, kategori yang paling dominan mencerminkan perubahan yang mulai banyak terjadi di kalangan masyarakat yang mulai terbiasa melakukan pembelian hingga pemesanan secara online.

Posisi healthtech Indonesia

Dalam hasil survei tersebut juga disebutkan Indonesia termasuk negara di Asia yang mendapatkan deal investasi, namun tidak mendapat sorotan signifikan jika dibandingkan dengan nilai total yang ada. Secara keseluruhan pada paruh pertama tahun 2018 tercatat dana investasi untuk layanan healthtech di Asia senilai $109 juta. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2017.

Perkembangan nilai investasi healthtech di Asia / Galen Growth Asia
Perkembangan nilai investasi healthtech di Asia / Galen Growth Asia

Terkait dengan share volume berdasarkan pasar selama paruh pertama 2018, Indonesia berada di posisi terakhir bersama dengan Filipina. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2017, sebelumnya Indonesia memiliki persentase 7%.

 

Persentase pertumbuhan healthtech di Asia / Galen Growtch Asia
Persentase pertumbuhan healthtech di Asia / Galen Growtch Asia

Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang mulai menunjukkan pertumbuhan layanan kesehatan digital. Persebaran layanan kesehatan yang kurang optimal membuka potensi healthtech untuk berbaur dengan vertikal industri yang sudah ada. Besarnya jumlah populasi juga menjadikan Indonesia negara yang potensial untuk layanan healthtech.

 

Ekosistem layanan healthtech di negara Asia / Galen Growth Asia
Ekosistem layanan healthtech di negara Asia / Galen Growth Asia

Dalam riset tersebut disebutkan, Indonesia dengan inovasi lokal yang mulai marak bermunculan, memiliki peluang untuk berkembang sebagai inovator untuk layanan kesehatan digital. Saat ini tercatat terdapat sekitar 10 layanan kesehatan digital yang beroperasi di Indonesia, mulai dari Halodoc, Konsula, Alodokter, Dokter.id dan masih banyak lagi.

Alodokter Bukukan Pendanaan Seri A Senilai 32 Miliar Rupiah

Setelah Carousell, Modalku dan Go-Jek, kali ini berita pendanaan datang dari portal informasi kesehatan Alodokter. Startup yang didirikan oleh Nathanael Faibis ini mengumumkan telah menerima pendanaan Seri A senilai $ 2,5 juta (sekitar Rp 32 miliar) yang dipimpin oleh Golden Gate Venture (GGV) dengan partisipasi 500 Startup, dan entrepreneur Singapura Lim Dershing. Bersamaan dengan itu, Ex-VP Lazada Indonesia Daniel Stan kini bergabung dengan Alodokter untuk memimpin ekspansi internasional dan Founding Partner GGV Jefrey Payne masuk ke jajaran dewan direksi.

Dana segar yang baru diperoleh ini rencananya akan digunakan untuk menumbuhkan platform Alodokter. Mulai dari merekrut talenta, meningkatkan layanan, hingga ekspansi secara regional. Ex VP Lazada Indonesia Daniel Stan adalah orang yang dipercaya untuk memimpin langkah ekspansi internasional Alodokter di Asia Tenggara tahun ini.

Di sisi lain, sebagai bagian dari investasi, Founding Partner GGV Jeffrey Payne juga akan masuk ke jajaran dewan direksi Alodokter. Jeffrey sendiri optimis Alodokter bisa menjadi portal kesehatan terkemuka di Asia Tenggara.

“Kami senang bisa bergabung dengan Nathanael dan seluruh timnya dalam perjalanan mereka untuk menciptakan portal informasi kesehatan terkemuka di Asia Tenggara. [Sekarang] Semakin banyak orang di wilayah ini mengkonsumsi dan mengandalkan konte digital dan jasa, dan itu menjadi bagian fundamental dari perdagangan, komunikasi, dan hiburan. Kini berkat Nathanael dan timnya konsumen bisa mengandalkan Alodokter untuk mengelola kesehatan mereka,” kata Jeffrey.

Alodokter dan bisnisnya

Alodokter adalah portal informasi kesehatan yang didirikan Nathanael Faibis (CEO) pada tahun 2014. Ini dilatar belakangi karena masih belum adanya sumber informasi kesehatan online yang bisa dipercaya masyarakat saat itu. Sebelum mendirikan Alodokter, Nathanael sendiri pernah bekerja sebagai Head of User Experience Lazada Asia Tenggara.

“Yang kami lakukan adalah menyediakan informasi terpercaya […] yang pada dasarnya berhubungan dengan kesehatan. Orang-orang juga bisa berkonsultasi dengan dokter di platform kami. Tapi ini bukan untuk menggantikan peran konsultasi dokter, lebih kepada menjelaskan langkah apa yang harusnya dilakukan oleh seseorang selanjutnya ketika mereka [atau yang di sekitarnya] sakit,” ujar Nathanael ketika ditemui oleh DailySocial kemarin (4/8).

Di tahun 2015 lalu, Alodokter sendiri berhasil membukukan pendanaan awal yang dipimpin oleh Fenox. Ketika itu, Alodokter mengklaim telah melayani lebih dari satu juta pengunjung unik ke platform mereka. Kemudian, di bulan maret 2016 Alodokter juga meluncurkan aplikasi mobile mereka.

Nathanael mengatakan, “Kami menghabiskan banyak waktu untuk memberikan informasi kesehatan yang berkualitas. […] Untuk menjamin hal tersebut layanan kami mencoba menjawab setiap pertanyaan dari pasien [pengunjung Alodokter] secepat mungkin. Di aplikasi mobile kami bisa menjawab [pertanyaan] dalam kurun waktu 10 menit melalui chatting. Di situs, kami menjawab dalam kurun waktu 24 jam melalui forum.”

Alodokter saat ini memonetisasi layanannya melalui iklan premium yang bekerja sama dengan pihak-pihak yang bergelut di bidang kesehatan dan sebagian besar pemasukan pun berasal dari sini.

Mengenai pertumbuhan layanan, Nathanael mengklaim bahwa Alodokter telah mengalami pertumbuhan yang impresif dalam satu tahun ini. Saat ini Alodokter mengklaim telah melayani 8 juta pengunjung unik di platform mereka, naik sekitar 700% sejak pendaan awal. Di sisi lain, lebih dari 100.000 pertanyaan diklaim telah dijawab melalui situs dan ada lebih dari 1000 pertanyaan terjawab tiap harinya melalui aplikasi mobile. Dokter yang bergabung pun kini diklaim telah berjumlah lebih dari 100.

Nathanael juga percaya bahwa chat akan menjadi the next big thing untuk kesehatan digital, terutama bila ada peran AI di dalamnya. Mengenai peluang layanan kesehatan di Indonesia, Nathanael juga optimis bahwa saat ini peluangnya masih terbuka lebar.

Nathanael mengatakan, “Kami percaya bahwa chat akan menjadi the next big thing untuk [layanan] kesehatan digital. Dengan perpaduan AI dan interaksi dokter sesungguhnya, kita bisa memberikan informasi lancar kepada pengguna. Segera, pasien akan mengharapkan informasi kesehatan yang bersifat pribadi secara langsung dan kami bekerja keras untuk menyediakan mereka dengan itu.”

“Kami juga melihat pertumbuhan kuat dalam jumlah orang yang mencari informasi kesehatan secara online. Setiap tahun, ada 20% lebih pencarian tentang kesehatan melalui Google. […] Kami pikir tren ini [layanan informasi kesehatan online] akan tumbuh lebih besar karena orang [akan] lebih terhubung dengan smartphone dan lebih peduli dengan kesehatan mereka. Jadi, tren yang kami lihat, orang Indonesia pada umumnya sudah berusaha untuk mendapatkan gaya hidup yang lebih sehat dan untuk mendapatkan itu mereka akan mencari informasinya secara online,” tandas Nathanael.

Application Information Will Show Up Here

Golden Gate Ventures Prepares $50 Million for Southeast Asian Startups

Golden Gate Ventures just announced its second round of investment in Southeast Asia worth no less than $50 million. During the first round , Golden Gate successfully planted 25 investment worth around $35 million, which was coming from a number of investors including Temasek, Eduardo Saverin (Facebook’s Co-Founder), and Monitor Capital Partners. Golden Gate Ventures’ vision is to bridge Silicon Valley and Asia, in terms of startup development. Continue reading Golden Gate Ventures Prepares $50 Million for Southeast Asian Startups

Alodokter Raih Pendanaan Awal dari Kelompok Investor yang Dipimpin Fenox VC

Industri kesehatan tengah menjadi primadona di Indonesia. Alodokter mengumumkan bahwa mereka baru saja mendapatkan pendanaan awal dari sekelompok investor, yang dipimpin oleh Fenox VC dan melibatkan 500 Startups, Lim Der Shing, dan Golden Gate Ventures. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk menarik talenta baru dan membantu perusahaan menjadi yang terkemuka di industri tingkat nasional dan regional. Continue reading Alodokter Raih Pendanaan Awal dari Kelompok Investor yang Dipimpin Fenox VC