Gradana Receives Pre Series A Funding from TryB Group, to Expand in Fintech Property Market

The p2p lending platform developer for fintech property, Gradana, today (5/29) announces pre series A funding from TryB Group. The nominal is undisclosed, but it’s to be focused on product development and to intensify market penetration.

TryB Group’s Principal, Herston Power said in his speech that Gradana has potential to be the leading fintech property in Southeast Asia, starts from Indonesia. The service has been the answer of many financial property, such as down payment, rent, renovation or long term product as House Ownership Credit (KPR).

Gradana was built by two co-founder, Angela Oetama and William Susilo Yunior. The startup has won some awards, the Best Fintech Startup representing Indonesia in ASEAN Rice Bowl Awards and 10 Best KPMG version P2P Lending Platform in Fintech Edge.

“In addition to the expansion plan, TryB investment funds will also be used to develop technology, related to the analytics-oriented credit scoring capabilities in projecting bad credit probabilities of the borrowers, resulting in scalable and reliable decision making of credit ownership or rental property in Gradana,” Oetama said.

Currently, the company offered some products, such as GraDP, GraSewa, and GraRenov. All is being developed for property business to be investable and affordable for public. Gradana platform also support property business ecosystem, including developer, agent, renovation and interrior company, investors, and bank; to have synergy.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gradana Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A dari TryB Group, Siap Perluas Pasar Fintech Properti

Pengembang platform p2p lending pembiayaan properti Gradana hari ini (29/5) mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A dari TryB Group. Tidak disebutkan mengenai nominal yang didapatkan. Dana yang didapat akan difokuskan untuk perluasan produk dan penetrasi pasar secara lebih intensif.

Dalam sambutannya Principtal TryB Group Herston Powers mengatakan, Gradana memiliki peluang menjadi perusahaan pembiayaan properti digital pertama di Asia Tenggara dimulai dari Indonesia. Layanannya saat ini telah menjawab berbagai kebutuhan pembiayaan properti, baik itu DP, sewa, renovasi maupun yang berjangka lebih panjang seperti KPR.

Gradana didirikan oleh dua orang co-founder, yakni Angela Oetama dan William Susilo Yunior. Startup ini juga beberapa kali memenangkan penghargaan, seperti Best Fintech Startup mewakili Indonesia di ASEAN Rice Bowl Awards dan 10 Platform P2P Lending Terbaik versi  KPMG di Fintech Edge.

“Selain untuk ekspansi ke minimum 3 kota baru, dana dari TryB akan dimanfaatkan pula untuk pengembangan teknologi, terutama terkait credit scoring capabilities yang berorientasi pada analytics untuk memproyeksikan probabilitas gagal bayar oleh calon peminjam, sehingga proses pengambilan keputusan kredit kepemilikan atau sewa properti di Gradana pun menjadi lebih scalable dan reliable,” ujar Angela.

Saat ini perusahaan telah memiliki beberapa produk, di antaranya GraDP, GraSewa, dan GraRenov. Semuanya dikembangkan untuk membuat bisnis properti lebih investable dan terjangkau bagi masyarakat. Platform Gradana juga mencoba mewadahi ekosistem bisnis properti, seperti pengembang, agen, perusahaan interior dan renovasi, investor serta bank; sehingga dapat saling bersinergi.

Gradana Luncurkan Fitur Baru GraRenov, Bantu Pembiayaan Renovasi Rumah

Gradana, startup fintech p2p lending untuk sektor properti, meluncurkan fitur baru GraRenov, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna mendapatkan akses cicilan bulanan tanpa agunan untuk biaya renovasi. Produk baru dari Gradana ini diharapkan bisa melengkapi produk Gradana yang lain dan menambah kemudahan para penggunanya.

Pihak Gradana menjelaskan, renovasi atau fitting out (pengisian ruangan dengan furniture, aksesoris dan lainnya) adalah sebuah kegiatan yang lazim bagi pemilik maupun penyewa properti. Kegiatan-kegiatan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk itu, atas masukan pengguna yang selama ini menggunakan GraDP dan GraSewa, mereka meluncurkan GraRenov yang bisa membantu pembiayaan untuk renovasi dan fitting out properti untuk keperluan komersial maupun residensial.

Di sistem GraRenov, calon konsumen dapat menginformasikan ke Gradana jumlah anggaran atau biaya yang harus dikeluarkan berserta dokumen pendukung lainnya. Calon peminjam juga dibebaskan menentukan vendor yang akan digunakan. Setelah dana dicairkan, cicilan bulanan pun mulai diberlakukan melalui Gradana Virtual Account hingga jatuh tempo.

“Sementara ini pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk pengerjaan renovasi atau fitting out di Jabodetabek, Bandung, dan Bali. Selain itu Gradana juga telah bekerja sama dengan beberapa rekanan vendor renovasi, fitting out, dan interior designer seperti Velospace, Renovasik, dan Interiordesign.id, sehingga untuk calon peminjam yang saat ini belum menentukan ventor untuk renovasi dan atau fitting out mereka dapat menghubungi vendor-vendor rekanan tersebut yang dapat langsung menwarkan opsi cicilan bulanan,” terang Co-Founder Gradana William Susilo.

Sebagai startup dan penyedia layanan teknologi finansial, proses pengajuan yang dilakukan ke sistem Gradana dilakukan secara online. Hal ini memudahkan akses pengguna karena tidak memerlukan pengiriman dokumen cetak atau hardcopy.

Co-founder Gradana Angela Oetama menyebutkan bahwa saat ini Gradana juga menyediakan inovasi lain. Selain GraRenov, Gradana juga menyediakan bundling dengan produk talangan sewa properti tahunan bernama GraSewa sehingga bisa memudahkan calon penyewa karena bisa mendapatkan sekaligus menyewa dan merenovasi dengan cicilan per bulan hingga 12 kali.

Menjembatani Masalah “Backlog” Properti dengan Fintech

Populasi yang terus tumbuh di Indonesia berdampak pada meningkatnya kebutuhan memiliki properti sebagai kebutuhan primer. Namun demikian, Indonesia masih memiliki masalah backlog (kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan). Dari sebuah survei, terjadi backlog 13,5 juta unit rumah, namun yang mampu membelinya kurang dari 25% dari total populasi.

Ketidakmampuan ini terjadi karena kurangnya kapasitas finansial yang memadai. Terlebih hampir 60% populasi bekerja di sektor informal. Padahal tiap tahunnya kebutuhan membeli rumah terus tumbuh hingga 800 ribu unit. Solusi yang diberikan pemerintah dinilai belum menyeluruh, karena hanya mampu “menambal” dengan 400-500 unit rumah saja.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial menghadirkan Co-Founder Gradana, Angela Oetama. Gradana adalah startup fintech p2p lending yang mempertemukan peminjam dan pendana untuk mencicil DP (down payment) pembelian rumah. Angela membicarakan lebih lanjut bagaimana teknologi finansial yang dihadirkan Gradana dapat menyelesaikan masalah backlog di Indonesia.

Menghubungkan ekosistem dalam satu platform

Dalam konsepnya, p2p lending menghubungkan peminjam dan pendana. Namun dalam Gradana ada perbedaan. Perusahaan menghubungkan pembeli properti, pemilik properti, pendana, pengembang properti, penyewa properti, vendor properti, hingga agen properti dalam satu platform.

Ekosistem yang dibentuk ini dihubungkan dengan masing-masing produk yang Gradana sediakan. Ada GraDP, GraSewa, dan GraKarya.

“Masing-masing stakeholder yang kami rangkul pada akhirnya akan diuntungkan dengan teknologi yang kami sediakan,” kata Angela.

Ambil contoh saja, untuk peminjam bisa mendapatkan rumah tanpa harus khawatir bagaimana membayar DP dengan GraDP. Kemudian dengan GraSewa peminjam yang ingin menyewa properti bisa mendapat unit yang mereka inginkan segera tanpa harus menabung untuk pembayaran tahunan di muka. GraKarya memungkinkan pengembang dan pemilik properti dapat lebih mudah menjual produk mereka dan mendapatkan cash inflow secara teratur.

“Gradana masuk ke segmen yang menyiapkan konsumen supaya bisa masuk sebagai nasabah KPR di bank. Lagi pula kami juga pakai escrow account dari bank untuk menampung dana. Oleh karena itu kami dengan bank tidak saling bersaing.”

Proses yang memudahkan

Karena fungsi teknologi adalah mempermudah proses, maka Gradana menyiapkan produk-produk yang dapat disesuaikan kebutuhan. Misalnya GraDP yang memudahkan peminjam dana untuk membayar DP secara bulanan sebelum melanjutkan pengajuan KPR ke bank. Masa tenornya berkisar antara 24-36 bulan dengan kupon flat mulai dari 11% per tahun.

Menurut Angela, skema ini diambil mirip seperti konsep syariah karena peminjam sudah diberitahu cicilan yang harus dibayarkan dari awal sampai akhir sampai jatuh tempo. Prosesnya lebih transparan dan peminjam tidak harus mengkhawatirkan adanya bunga float setelah beberapa periode waktu tertentu.

“Kita belum certified untuk syariah, tapi kita coba terapkan apa yang bagus buat konsumen. Mereka ingin tahu dari awal nominal yang harus dibayarkan.”

Buat pendana, mereka juga dimudahkan untuk mendapatkan alternatif investasi properti lewat platform p2p lending. Selama ini untuk berinvestasi di properti butuh dana besar untuk membeli satu unit properti, selain itu sangat spekulatif.

Apa ada pembeli saat mau jual atau menyewakan propertinya, belum lagi soal imbal hasil yang bisa didapat apakah sesuai ekspektasi atau tidak. Ditambah kondisi pasar properti saat itu apakah sedang bagus atau tidak. Spekulasi seperti ini yang akhirnya membuat sebagian orang memilih untuk mundur.

“Kita mau solve issue untuk orang yang mau mulai investasi ke properti dan membantu orang-orang yang sudah biasa berinvestasi ke sana.”

Tetap utamakan sisi keamanan

Gradana pertebal sisi keamanan agar seluruh ekosistem merasa aman saat mengakses platform. Di antaranya mensyaratkan agunan berbentuk properti, terutama untuk produk GraDP saat mengambil pinjaman. Hal ini berbeda dengan layanan p2p lending lainnya di Indonesia.

Dibutuhkan pula surat jaminan dari mitra pengembang jika terjadi gagal bayar sebagai bentuk perlindungan. Proses credit scoring saat pengajuan dilakukan dengan penuh hati-hati dan mengacu beberapa langkah yang biasa dipakai di bank, di antaranya BI Checking (sekarang disebut OJK Checking).

“Gradana menyiapkan kemitraan dengan asuransi untuk pertebal keamanan dari sisi pendana dan peminjam. Dari segi bisnis kami sudah terdaftar di Kominfo, surat izin dari OJK, serta restu dari BI.”