Skullcandy Push Ikut Ramaikan Tren True Wireless Earphone

2018 belum berakhir, demikian pula tren true wireless earphone. Salah satu brand ternama yang baru memulai debutnya di segmen ini adalah Skullcandy. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2003 itu baru saja memperkenalkan pesaing AirPods bernama Skullcandy Push.

Bentuknya cukup standar, seperti kapsul pipih, tapi dengan sebuah tombol yang berukuran cukup besar di sisi luar masing-masing earpiece. Fungsi tombol ini beragam; mulai dari mengontrol volume, menerima dan menolak panggilan telepon, sampai memanggil voice assistant di ponsel. Buat saya, tombol jelas lebih mudah dioperasikan ketimbang panel sentuh.

Masih seputar desain, eartip-nya dibarengi oleh semacam sirip berbahan gel yang berfungsi untuk ‘mengunci’ posisi perangkat selagi terpasang pada telinga. Spesifikasinya sendiri mencakup driver berdiameter 9,2 mm, tapi sayang konektivitasnya masih Bluetooth 4.2, belum Bluetooth 5.0.

Skullcandy Push

Terkait baterai, Push diklaim dapat beroperasi selama 6 jam nonstop dalam satu kali pengisian. Tentu saja ia datang bersama sebuah charging case, dan ini siap menyuplai 6 jam daya baterai ekstra, memberikan total waktu penggunaan selama 12 jam. Sayang sekali charging case-nya masih mengandalkan micro USB, bukan USB-C.

Skullcandy Push saat ini sudah resmi dipasarkan seharga $130. Pilihan warna yang tersedia hanya satu, tapi tetap unik khas produk besutan Skullcandy.

Sumber: SlashGear.

V-MODA Luncurkan Kabel Lightning untuk Pengguna iPhone yang Benci Adaptor Headphone

April lalu, Master & Dynamic meluncurkan kabel Lightning dan USB-C untuk pengguna headphone yang ponselnya tak lagi dilengkapi jack 3,5 mm. Kabel tersebut jauh dari kata murah, apalagi jika dibandingkan dengan adaptor 3,5 mm yang banyak beredar di pasaran. Kendati demikian, menggunakannya masih jauh lebih praktis ketimbang harus mengandalkan adaptor alias dongle.

Namun $69 belum seberapa jika dibandingkan dengan kabel serupa keluaran V-MODA. Kabel dengan konektor Lightning dan 3,5 mm di ujung satunya ini dibanderol $101, setara dengan kabel sejenis dari Shure. Bedanya, kabel milik V-MODA ini kompatibel dengan mayoritas headphone yang memang bisa dilepas-pasang kabelnya.

V-MODA SpeakEasy Lightning Cable

Mengapa harus sedemikian mahal? Selain karena fisiknya yang diklaim tangguh, kabel sepanjang 1,3 meter ini mengusung DAC (digital-to-analog converter) 24-bit beserta headphone amp berdaya 31 mW. Singkat cerita, kabel ini semestinya bisa lebih memaksimalkan kapabilitas headphone yang digunakan daripada adaptor 3,5 mm keluaran Apple sendiri.

Seperti keluaran Master & Dynamic, kabel milik V-MODA ini juga dilengkapi mikrofon dan remote tiga tombol yang bisa dipakai untuk mengontrol jalannya musik atau memanggil Siri. Sebagai pemanis, V-MODA menyertakan garansi setahun untuk kabel ini, dan setelahnya, konsumen akan diberi potongan harga 50% seandainya kabelnya rusak dan perlu diganti baru.

Sumber: The Verge.

Dolby Dimension Ibarat Sistem Audio Bioskop yang Dikemas dalam Headphone Wireless

Dolby adalah dedengkot di bidang audio yang cukup unik. Selama lebih dari 50 tahun, mereka membangun reputasinya tanpa memproduksi hardware sendiri untuk konsumen umum. Jadi ketika Dolby memutuskan untuk menggarap headphone-nya sendiri, kita patut menaruh perhatian ekstra.

Headphone tersebut bernama Dolby Dimension, dan seperti bioskop yang dilengkapi sistem audio bersertifikasi Dolby, ia diciptakan untuk menemani penggunanya menonton film. Suara surround menjadi fitur keunggulannya, dan ini dicapai berkat kombinasi sepasang driver 40 mm, chipset Qualcomm Snapdragon dengan prosesor quad-core, serta teknologi virtualization racikan Dolby sendiri.

Dolby Dimension

Hasilnya adalah efek suara tiga dimensi mirip seperti yang ditawarkan teknologi Dolby Atmos. Levelnya memang belum secanggih Atmos, tapi ini disebabkan oleh batasan konektivitas Bluetooth 4.2 yang ada pada Dimension.

Efek ini akan terasa semakin realistis berkat dukungan head tracking yang ditawarkan Dimension. Jadi ketika Anda sedang menonton dan menoleh ke kiri, suara yang tadinya terdengar dari depan bakal jadi terdengar dari samping kanan.

Dolby Dimension

Selain virtualization, Dimension juga menawarkan fitur bernama LifeMix, yang kalau dari cara kerjanya, mirip seperti fitur noise cancelling adaptif yang ada pada sejumlah headphone wireless premium. Supaya kinerja fitur ini bisa maksimal, lima mikrofon omnidirectional telah Dolby sematkan ke Dimension.

Performa audio yang superior ini turut dibarengi oleh desain fisik yang manis sekaligus ergonomis. Bantalan telinganya yang gemuk kelihatan nyaman, tapi di saat yang sama bobotnya ternyata cuma 330 gram, sehingga semestinya tidak akan membuat gerah setelah dipakai menonton selama berjam-jam.

Dolby Dimension

Dimension mengandalkan kombinasi tombol fisik dan panel sentuh pada earcup sebelah kanan sebagai input kontrolnya. Soal baterai, Dimension diklaim dapat beroperasi sampai 10 jam dengan semua fitur aktif, atau sampai 15 jam dalam mode irit daya. Fast charging pun turut tersedia; charging selama 15 – 20 menit cukup untuk pemakaian selama 2 jam.

Sebagai produk debutan, Dolby Dimension terkesan sangat menarik. Kalau disuruh menyebutkan kekurangannya, saya akan bilang harganya: $599, setara soundbar yang mendukung Dolby Atmos. Pemasarannya sudah berlangsung di Amerika Serikat.

Sumber: Engadget dan Nasdaq.

V-MODA Luncurkan BassFit, Earphone Wireless untuk Penggila Olahraga

V-MODA bukanlah nama yang pertama kali muncul dalam benak sebagian besar konsumen ketika membicarakan tentang earphone wireless untuk menemani hobi berolahraga. Namun V-MODA sudah siap untuk mengubah anggapan tersebut lewat produk terbarunya yang bernama BassFit.

Dibandingkan Forza Metallo Wireless yang dirilis tahun lalu, kelihatan jelas bahwa BassFit lebih dioptimalkan untuk menjadi pendamping aktivitas fisik yang intensif. Di samping semacam sirip kecil di atas eartip, terdapat pula sebuah ear hook untuk memastikan earphone tidak akan terlepas seheboh apapun penggunanya bergerak.

Menariknya, BassFit tidak memaksakan kombinasi sirip dan ear hook ini untuk digunakan secara bersamaan. Pengguna bebas memilih untuk memasang siripnya saja, ear hook-nya saja, atau dua-duanya sekaligus untuk kestabilan yang paling maksimal.

V-MODA BassFit

BassFit juga tidak mengadopsi gaya neckband seperti Forza Metallo, sehingga semestinya ia bisa lebih nyaman digunakan. Ini juga berdampak pada minimnya bobot perangkat secara keseluruhan di angka 17 gram.

Kendati demikian, V-MODA mengklaim BassFit bisa beroperasi hingga 11 jam nonstop dalam satu kali pengisian. Fast charging pun turut menjadi fitur unggulan; 15 menit pengisian cukup untuk pemakaian selama sekitar 2,5 jam.

Terkait kualitas suara, fokus pada frekuensi rendah alias bass sudah pasti menjadi suguhan utama BassFit kalau melihat namanya, dengan bekal driver 10 mm dan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Headphone besutan V-MODA selama ini memang juga terkenal akan karakter suaranya yang begitu mantap dentuman bass-nya.

V-MODA BassFit

Secara fisik, BassFit turut mempertahankan tradisi V-MODA yang dikenal tahan banting. Teknologi nanocoating dipercaya mampu meningkatkan ketahanannya terhadap keringat, dan ketika sedang tidak digunakan, kedua eartip bisa ditempelkan secara magnetis.

V-MODA BassFit saat ini sudah dipasarkan seharga $130. Pilihan warnanya ada dua: kombinasi hitam-oranye dan putih-abu-abu.

Sumber: Digital Trends.

Shinola Bluetooth In-Ear Monitors Ramaikan Pasar Earphone Wireless

2017 merupakan tahun penting bagi Shinola, perusahaan asal Amerika Serikat yang memproduksi jam tangan, sepeda beserta produk lain yang masuk segmen luxury goods. Mereka memperkenalkan headphone dan earphone perdananya kala itu, setelah di tahun sebelumnya memulai dengan sebuah turntable.

Komitmen Shinola terhadap barang berkualitas premium membuatnya langsung cukup terpandang di ranah audio. Namun lagi-lagi mereka rupanya masih belum puas. Sekarang, giliran kategori earphone wireless yang mereka cicipi lewat Shinola Bluetooth In-Ear Monitors, yang merupakan hasil kolaborasinya dengan Campfire Audio.

Pemilihan material premium sudah menjadi tradisi Shinola, dan itu terus dipertahankan di sini. Sasis earpiece-nya terbuat dari bahan stainless steel, dengan finish glossy baik pada warna silver maupun hitam. Di dalamnya, bernaung driver berdiameter 8,5 mm yang terbuat dari beryllium.

Shinola Bluetooth In-Ear Monitors

Shinola bilang respon frekuensinya berkisar antara 10 – 20.000 Hz, dengan tingkat distorsi di bawah 1%. Konektivitasnya memang masih Bluetooth 4.2, tapi setidaknya ada dukungan codec aptX HD untuk mengolah file audio beresolusi tinggi (24-bit).

Dalam satu kali pengisian, baterainya diklaim bisa bertahan sampai 12 jam. Charging-nya sudah mengandalkan USB-C, dan fast charging pun turut melengkapi modernitas yang ditawarkannya.

Harganya masih cukup terjangkau untuk standar Shinola: $250, dan sudah dipasarkan sekarang juga. Paket penjualannya mencakup sederet eartip cadangan berbahan silikon dan memory foam, kabel USB-C, serta travel case berbahan fabric.

Sumber: Sound & Vision.

Xiaomi Luncurkan AirDots, True Wireless Earphone Berharga Terjangkau

Dengan begitu banyaknya jumlah pengguna iPhone, tidak heran apabila AirPods disebut sebagai true wireless earphone terlaris sejagat raya. Padahal, banderol $159 terbilang mahal untuk earphone yang kualitas suaranya tergolong biasa-biasa saja.

Alternatif yang lebih terjangkau jelas ada, akan tetapi saya rasa sulit mencari yang lebih ekonomis ketimbang true wireless earphone besutan Xiaomi berikut ini. Namanya AirDots, dan ia dihargai 199 yuan saja (± Rp 425 ribu).

Meski namanya jelas terinspirasi AirPods, desainnya ternyata tidak demikian. Wujudnya seperti kapsul, dengan earpiece berbalut silikon yang diposisikan agak miring sehingga lebih pas dengan bentuk telinga. Sisi luar masing-masing unitnya dapat disentuh untuk mengontrol jalannya musik, menerima panggilan telepon, atau memanggil voice assistant di ponsel.

Xiaomi AirDots

Bobot tiap unitnya cuma 4,2 gram, dan masing-masing dibekali driver berdiameter 7,2 mm. AirDots mengemas konektivitas Bluetooth 5.0, cukup mengejutkan mengingat masih banyak true wireless earphone lain yang lebih mahal yang masih berkutat dengan Bluetooth 4.0 – 4.2.

Dalam satu kali pengisian, baterai AirDots bisa bertahan selama 4 jam penggunaan. Charging case-nya sendiri bisa menyuplai daya ekstra selama 8 jam, sehingga total daya tahan baterainya menembus angka 12 jam.

Tentu saja harus ada kompromi di balik harganya yang begitu murah. Yang paling utama adalah absennya fitur noise cancelling dan bodi tahan air, meski ini mungkin tidak begitu esensial buat sebagian besar konsumen. Satu-satunya kekurangan terbesar AirDots menurut saya adalah, ia baru tersedia di Tiongkok saja.

Sumber: Engadget dan GSM Arena.

Earphone Wireless Jaybird Tarah Pro Ringkas Namun Usung Daya Tahan Baterai 14 Jam

September lalu, Jaybird merilis Tarah, earphone wireless termurahnya yang menawarkan fitur cukup lengkap. Belum ada dua bulan, Jaybird sudah memperkenalkan produk yang lebih baru lagi. Namanya Jaybird Tarah Pro, dan ia merupakan anggota pertama dalam lini baru Jaybird Pro Series.

Secara estetika, desain Tarah Pro sangat mirip seperti Tarah standar. Ketangguhannya pun sama persis, dengan sertifikasi IPX7 yang berarti ia boleh direndam sampai kedalaman 1 meter selama 30 menit.

Saya juga tidak melihat ada perubahan di sektor spesifikasi. Namun yang membuatnya layak mengusung label “Pro” adalah daya tahan baterainya. Dalam satu kali pengisian, Tarah Pro bisa digunakan sampai 14 jam nonstop. Bandingkan dengan Tarah standar yang cuma 6 jam.

Jaybird Tarah Pro

Bukan cuma itu, teknologi fast charging yang Jaybird sematkan juga lebih efektif pada Tarah Pro. Lima menit charging diklaim sanggup memberikan daya yang cukup untuk digunakan selama 2 jam. Sekali lagi bandingkan dengan Tarah biasa yang cuma bisa memberikan daya penggunaan 1 jam setelah di-charge selama 10 menit.

Selebihnya, Tarah Pro identik dengan Tarah. Jaybird tidak lupa memperbarui aplikasi pendampingnya, yang sekarang akan menyuguhkan semacam pengujian sederhana supaya pengguna bisa mendapatkan pengaturan equalizer yang paling pas dengan seleranya masing-masing.

Lalu apakah mereka yang sudah terlanjur membeli Tarah harus menyesal atau malah marah? Tidak juga, sebab Tarah Pro dibanderol lebih mahal di angka $160. Apakah selisih $60 pantas untuk sebatas daya tahan baterai dua kali lebih awet? Menurut saya semuanya tergantung kebiasaan penggunaan tiap-tiap konsumen.

Sumber: Logitech.

Audio-Technica Luncurkan Versi Wireless dari Headphone Terlarisnya, ATH-M50xBT

Nama Audio-Technica sudah pasti tidak asing lagi di telinga para audiophile, apalagi kalau yang dibicarakan adalah headphone ATH-M50 yang legendaris. Bersama suksesornya, ATH-M50x, headphone ini kerap nongol di daftar headphone terbaik dari berbagai publikasi, serta banyak dianggap sebagai pilihan awal yang tepat untuk memulai ‘petualangan’ seorang audiophile.

Tidak terasa sudah 11 tahun lewat sejak ATH-M50 pertama diluncurkan. Zaman jelas sudah berubah, dan eksistensinya mulai terasa kurang relevan seiring bertambah banyaknya smartphone yang tak dibekali jack headphone. Singkat cerita, sudah waktunya ATH-M50 dipermak sesuai standar 2018.

Audio-Technica ATH-M50xBT

Standar yang saya maksud mengacu pada konektivitas wireless. Hasilnya adalah ATH-M50xBT, dengan embel-embel “BT” sebagai indikasi konektivitas Bluetooth 5.0 yang diusungnya. Sebuah kabel masih disertakan dalam paket penjualannya, tapi itu sepertinya bakal jarang digunakan mengingat baterai headphone ini bisa tahan sampai 40 jam nonstop.

Audio-Technica sengaja tidak mengutik desain pendahulunya yang ikonis kecuali menambahkan sejumlah tombol kontrol di earcup sebelah kiri. Earcup kirinya ini juga bisa disentuh selama dua detik untuk memanggil Siri atau Google Assistant pada smartphone yang tersambung.

Audio-Technica ATH-M50xBT

Dimensi earcup-nya tidak berubah, tetap besar dan bisa membungkus telinga dengan baik. Saat sedang tidak dipakai, earcup-nya bisa ditekuk ke arah dalam headband seperti ATH-M50x agar mudah dibawa-bawa, apalagi mengingat bobotnya hanya berkisar 310 gram saja.

Selain mengusung desain yang sama, performanya pun juga diklaim identik, dengan bekal driver 45 mm pada masing-masing earcup-nya. Demi memaksimalkan kualitas suara selama bekerja secara wireless, ATH-M50xBT turut dilengkapi dukungan codec aptX maupun AAC – sayang tidak ada aptX HD.

Audio-Technica ATH-M50xBT

Secara keseluruhan, Audio-Technica ATH-M50xBT tidak lebih dari sebatas ATH-M50x yang dipotong kabelnya dan dijejali baterai beserta chip Bluetooth. Di Amerika Serikat, ia sudah dipasarkan seharga $199.

Sumber: Audio-Technica via Digital Trends.

Headphone Wireless JLab Flex Sport Didedikasikan untuk Penggemar Olahraga Sejati

Beberapa bulan lalu, JLab Audio meluncurkan headphone wireless berdesain retro ala headphone orisinal pendamping Walkman. Sekarang, JLab kembali ke akar bisnisnya, yakni menyajikan solusi audio portabel bagi para penggemar olahraga.

Menariknya, yang mereka luncurkan bukanlah earphone, melainkan headphone wireless tipe over-ear dengan earcup berukuran besar yang membungkus telinga. Headphone tipe ini pada umumnya kurang cocok dipakai sembari berolahraga, akan tetapi JLab sudah membubuhkan ‘sihirnya’ demi mematahkan anggapan tersebut.

JLab Flex Sport

Dijuluki JLab Flex Sport, ia memiliki headband yang begitu lentur sampai-sampai bisa dipelintir 180 derajat. Desain semacam ini tentu bakal membantu membebaskan pergerakan kepala pengguna selagi aktif menguras keringat, namun JLab rupanya belum selesai.

Flex Sport juga datang bersama dua tension headband yang dapat dilepas-pasang sehingga pengguna bebas memilih antara pemakaian yang ketat, normal, atau longgar (tanpa tension headband). Masih belum selesai, Flex Sport turut dibekali headband padding ekstra yang dapat dipasangkan ketika penggunanya memerlukan kenyamanan lebih.

JLab Flex Sport

Lalu kalau Anda melihat bantalan telinganya, tampak bahwa material yang digunakan bukanlah material fabric yang umum. Bantalan ini diklaim bisa menyerap cairan (dalam kasus ini keringat), sehingga pengguna akan tetap merasa nyaman sepanjang sesi latihan.

Keringat yang menumpuk tentu terdengar menjijikkan. Solusinya? Copot bantalan tersebut, lalu cuci dengan tangan atau menggunakan mesin cuci. Simpel nan cerdas.

JLab Flex Sport

Terkait fitur, Flex Sport yang dibekali sepasang driver 40 mm dan konektivitas Bluetooth 4.2 ini juga tidak malu-malu. Utamanya berkat fitur Be Aware yang ketika aktif, memungkinkan suara dari luar untuk masuk sehingga pengguna bisa lebih awas terhadap sekitarnya.

Dalam satu kali pengisian, baterai Flex Sport bisa tahan sampai 20 jam pemakaian. Charging-nya mengandalkan sambungan USB-C, sedangkan pengoperasiannya mengandalkan deretan tombol di sisi earcup.

Konsumen yang tertarik sudah bisa memesan JLab Flex Sport seharga $100.

Sumber: PR Newswire via SlashGear.

Mighty Vibe Adalah iPod Shuffle-nya Para Pelanggan Spotify

Dua tahun lalu, sebuah startup bernama Mighty Audio memperkenalkan kembaran iPod Shuffle yang ditujukan bagi para pelanggan Spotify. Perangkat bernama Mighty itu sukses terealisasi via Kickstarter, dan sekarang pengembangnya sudah menyiapkan suksesornya yang membenahi banyak hal.

Dijuluki Mighty Vibe, penampilannya sepintas kelihatan mirip, masih dengan layout tombol ala iPod Shuffle dan satu tombol ekstra untuk mengganti playlist. Deretan icon-nya disederhanakan, dan pilihan warna yang ditawarkan kini mencakup hitam, biru dan merah.

Mighty Vibe

Namun desain bukanlah kelemahan utama Mighty, melainkan stabilitas koneksi Bluetooth-nya. Menurut Engadget, generasi pertamanya kesulitan mempertahankan koneksi dengan headphone Bluetooth seandainya perangkat tidak dijepitkan ke baju, alias tidak benar-benar dekat dengan headphone.

Mighty Vibe dipastikan telah mengatasi kendala ini berkat penggunaan antena baru. Perangkat bisa disimpan di kantong celana, dan koneksinya dengan headphone Bluetooth akan tetap terjaga dengan baik. Bukan cuma itu, Mighty Vibe tidak pilih-pilih perangkat Bluetooth yang kompatibel seperti pendahulunya.

Penyempurnaan lainnya diterapkan pada sektor efisiensi daya. Meski Mighty orisinal diklaim memiliki baterai yang tahan hingga lima jam, kenyataannya sejumlah konsumen melaporkan kurang dari itu. Untuk Mighty Vibe, daya tahannya dipastikan lebih bisa mendekati angka 5 jam.

Mighty Vibe

Selebihnya, Mighty Vibe masih mirip perihal fungsionalitasnya. Asalkan Anda sudah berlangganan Spotify Premium, Anda bisa menjejalkan lebih dari 1.000 lagu ke dalam storage-nya yang berkapasitas 8 GB untuk dinikmati secara offline sembari berolahraga.

Penyempurnaan pada aplikasi pendampingnya pun tidak dilupakan oleh pengembangnya. Alhasil, proses syncing dan pairing perangkat Bluetooth pada Mighty Vibe diklaim jauh lebih mudah dari sebelumnya.

Tertarik? Mighty Vibe saat ini sudah bisa dibeli seharga $86.

Sumber: Engadget.