Spotify Dikabarkan Sedang Bersiap Meluncurkan Device Perdananya: Pemutar Musik untuk Mobil

Banyak kejutan dari Spotify dalam seminggu terakhir ini. Pada tanggal 3 April 2018, Spotify secara resmi memasuki pasar saham melalui New York Stock Exchange. Menurut data yang didapat Reuters, valuasi perusahaan Spotify kini mencapai angka $26,5 miliar.

Kemudian di tanggal 6 April, Spotify mulai menyebar undangan ke media, mengajak mereka untuk datang event yang bakal mereka helat di New York pada tanggal 24 April nanti. Spotify bilang bahwa mereka akan mengumumkan sesuatu di sana. Apakah yang dimaksud produk baru? Hardware mungkin? Bisa jadi, kalau menurut bocoran terbaru yang beredar.

Rumor mengenai hardware Spotify sebenarnya sudah berhembus di Reddit sejak Februari lalu. Pemicunya adalah notifikasi yang diterima beberapa pelanggan Spotify, yang menawarkan paket baru seharga $13 per bulan, sudah termasuk suatu device. Di atasnya, tampak gambar device ber-display yang menggantung di dashboard mobil.

Notifikasi penawaran yang diterima sejumlah pelanggan di bulan Februari lalu / Reddit
Notifikasi penawaran yang diterima sejumlah pelanggan di bulan Februari lalu / Reddit

Di tempat lain, ada pelanggan yang melaporkan bahwa tarifnya $15 per bulan, dan device tersebut bakal mengemas konektivitas 4G serta integrasi Alexa. Ini semakin memperkuat indikasi bahwa Spotify memang sedang menggarap hardware-nya sendiri, dan hardware tersebut berupa pemutar musik untuk mobil.

Masih perlu bukti lain? Baru beberapa hari yang lalu, Spotify mengumumkan hasil kolaborasinya dengan Cadillac, di mana para pemilik mobil Cadillac yang didukung dapat mengunduh aplikasi Spotify langsung di sistem infotainment bawaannya. Yang absen dari aplikasi itu adalah dukungan perintah suara, dan Spotify rupanya melihat fitur ini sebagai elemen penting, berdasarkan pernyataannya kepada The Verge.

Jadi yang masih tanda tanya besar sekarang adalah jadwal perilisan dari hardware Spotify itu. Maka dari itu, wajar apabila banyak yang beranggapan bahwa device tersebut bakal diumumkan pada tanggal 24 April mendatang. Namun tetap saja tidak ada yang berani menjamin kepastiannya.

Sumber: The Verge.

Oppo Resmi Berhenti dan Tinggalkan Bisnis Audio-Video

Tahukah Anda kalau Oppo mempunyai anak perusahaan bernama Oppo Digital yang beroperasi secara mandiri di Amerika Serikat? Tidak seperti induknya, Oppo Digital secara khusus memproduksi dan memasarkan perangkat audio dan video kelas atas, macam headphone, headphone amplifier, dan Blu-ray player.

Salah satu produk Oppo Digital yang populer adalah headphone over-ear bernama PM-3, yang mengandalkan teknologi planar magnetic dan terbukti menuai respon positif dari banyak kritikus. Di sektor video, ada Blu-ray player UDP-205, yang mendukung resolusi 4K serta dilengkapi DAC (digital-to-analog converter) kelas wahid.

Namun yang agak mengejutkan, Oppo Digital memutuskan untuk berhenti memproduksi semua produknya (baca: tutup) meski telah beroperasi selama 14 tahun lamanya. Alasannya tidak dijelaskan, tapi bisa jadi dikarenakan semakin sedikit konsumen yang tertarik membeli Blu-ray player di era kejayaan layanan streaming ini.

Oppo UDP-205 / Oppo Digital
Oppo UDP-205 / Oppo Digital

Perlu dicatat, berhentinya tidak langsung seketika, melainkan secara perlahan, dimulai dari tanggal 2 April kemarin. Kendati demikian, Oppo menegaskan bahwa mereka masih akan memberikan dukungan atas semua produk yang sudah terlanjur dibeli konsumen, termasuk merilis firmware update ketika ada fitur baru atau perbaikan yang diperlukan.

Ke depannya, Oppo Digital tidak akan lagi mengembangkan dan memproduksi produk baru. Ini berarti nasib konsumen setianya hanya bergantung pada stok yang tersisa di pasaran, dan mungkin ini waktu beserta alasan yang tepat bagi saya untuk membeli headphone Oppo PM-3 yang sudah lama saya incar itu (tapi tidak dibeli-beli karena harganya agak membuat meringis).

Sumber: Oppo Digital.

Marshall Rilis Headphone Noise Cancelling Pertamanya, Marshall Mid ANC

Sedikit terlambat dibanding pabrikan lainnya, Marshall akhirnya mengungkap headphone noise cancelling perdananya. Dijuluki Marshall Mid ANC, headphone ini pada dasarnya merupakan iterasi lebih lanjut dari Marshall Mid Bluetooth yang dirilis di akhir tahun 2016.

Masih dibuat oleh perusahaan bernama Zound Industries (yang mendapatkan lisensi brand dari Marshall), Mid ANC mengusung gaya desain yang nyaris identik dengan Mid Bluetooth. Perbedaan yang paling mencolok hanyalah kehadiran sebuah tuas baru di earcup sebelah kanan untuk menyala-matikan fitur noise cancelling-nya.

Di samping itu, Marshall bilang bahwa engselnya telah dibenahi agar headphone bisa sedikit lebih nyaman dikenakan. Kendati demikian, perubahan ini sejatinya tidak bisa berdampak besar mengingat Mid ANC masih merupakan headphone bertipe on-ear – buat saya, headphone over-ear masih jauh lebih nyaman untuk dipakai berlama-lama.

Marshall Mid ANC

Noise cancelling-nya sendiri dipastikan jauh lebih efektif ketimbang Mid Bluetooth yang hanya menawarkan isolasi suara secara pasif. Di sini Mid ANC mengandalkan total empat mikrofon untuk memblokir suara dari luar secara aktif, menjadikannya lebih ideal digunakan di dalam kabin pesawat maupun kereta.

Menariknya, meski fitur noise cancelling ini kita nyalakan terus, Mid ANC diyakini masih bisa beroperasi sampai sekitar 20 jam penggunaan – 30 jam tanpa noise cancelling, sama seperti Mid Bluetooth. Kualitas suaranya sendiri semestinya sama seperti Mid Bluetooth, yang dibekali sepasang driver berdiameter 40 mm.

Marshall Mid ANC sekarang sudah dipasarkan seharga $269. Sepertinya kita hanya tinggal menunggu waktu sebelum Marshall merilis penerus Monitor Bluetooth yang juga dibekali fitur active noise cancelling (ANC).

Sumber: The Verge.

Nomadic Audio, Speaker Bluetooth yang Bisa Bersinergi dengan Tas Koper Demi Kualitas Suara Lebih Baik

Tidak setiap hari Anda menjumpai speaker Bluetooth seperti ini. Namanya Nomadic Audio, dan wujudnya sepintas memang tergolong tipikal. Kendati demikian, keistimewaannya terletak pada kemampuannya ‘bertransformasi’ menjadi speaker yang lebih besar dan bertenaga.

Sebelum Anda kecele, saya pastikan ada tanda kutip yang mengapit kata “transformasi” di atas. Perubahannya jelas bukan seperti di film Transformers, melainkan dengan bantuan sebuah aksesori pelengkap berupa tas koper. Ya, tas koper besar untuk membawa barang selama bepergian.

Koper bernama Speakase tersebut menyimpan kompartemen khusus untuk sang speaker. Tinggal selipkan speaker-nya, seketika itu juga suara yang dihasilkannya jadi lebih keras, dan dentuman bass-nya jadi lebih bertenaga. Yang menarik sekaligus mengejutkan, di dalam koper berbahan polikarbonat + aluminium itu sebenarnya sama sekali tidak ada komponen elektronik.

Nomadic Audio

Speakase murni bertindak sebagai ruang akustik bagi speaker, ‘mengamplifikasi’ soundstage sekaligus frekuensi rendah yang dihasilkan sang speaker, dan ini berlaku bahkan ketika koper sedang terisi penuh. Bukan cuma bass-nya yang terdengar lebih mantap, treble-nya pun juga diklaim jadi lebih menawan ketika speaker bersinergi dengan Speakase.

Tanpa kopernya, Nomadic sebenarnya tetap bisa berfungsi secara mandiri. Dirinya dibekali sepasang woofer berukuran 6 x 4 inci, plus sepasang tweeter berdiameter 0,9 inci. Semuanya disuplai tenaga oleh amplifier Class D berdaya 60 watt, plus baterai 2.200 mAh yang diperkirakan bisa bertahan sampai 20 jam penggunaan.

Nomadic Audio

Terkait kualitas suaranya, latar belakang pengembangnya sebenarnya sudah bisa menjadi jaminan. Nomadic digarap oleh Morel, perusahaan yang sudah punya nama dan berpengalaman panjang dalam bidang sistem audio untuk mobil. Pastinya mereka tidak mau Nomadic merusak reputasi yang selama ini mereka bangun akibat kualitas suaranya yang tidak memuaskan.

Saat ini Morel tengah memasarkan Nomadic Audio melalui Kickstarter dengan harga paling murah $199 untuk speaker-nya saja (harga retail-nya diperkirakan berkisar $299). Kombo speaker + kopernya harus ditebus seharga $399 (retail $699). Adanya dua pilihan ini merupakan keputusan yang tepat mengingat tidak semua konsumen bakal tertarik membeli koper dari brand yang bukan kepercayaannya.

Beocreate Merupakan Solusi DIY untuk Menyulap Speaker Antik Menjadi Wireless

Dalam industri perangkat audio, kinerja suatu produk tidak bisa ditakar dari tahun pembuatannya: speaker yang dirilis baru minggu lalu pun belum tentu suaranya seenak speaker keluaran tahun 90-an. Lain halnya dengan smartphone, di mana yang terbaru pasti mengemas layar dan performa yang terbaik.

Itulah mengapa menyimpan koleksi speaker atau headphone zaman lawas merupakan hal yang sangat wajar. Yang dilewatkan hanyalah fitur-fitur modern seperti konektivitas wireless, tapi itu pun ternyata bisa didapat dengan bantuan perangkat seperti Chromecast Audio. Atau, kalau Anda lebih suka mengutak-atik sendiri, perangkat bernama Beocreate berikut bisa menjadi opsi alternatif.

Beocreate merupakan buah kolaborasi antara Bang & Olufsen dan HiFiBerry. Ia merupakan sebuah amplifier digital yang dirancang untuk speaker pasif (yang semestinya membutuhkan amplifier eksternal), sekaligus bertugas membubuhkan konektivitas wireless dengan bantuan Raspberry Pi (opsional).

Beocreate

Melihat wujudnya yang hanya sebatas papan sirkuit biasa, pengguna memang diharuskan untuk membongkar speaker sendiri untuk memasangnya. HiFiBerry sejauh ini sudah menyiapkan panduan langkah demi langkah untuk memasang Beocreate di speaker Beovox CX100 dan CX50 – speaker lain sebenarnya juga bisa kalau Anda paham struktur jeroannya.

Beocreate mengemas amplifier 4-channel (2 x 30W dan 2 x 60W). Satu papan sirkuit ini sanggup menenagai hingga empat speaker dengan impedansi 4 – 8 ohm dan sample rate 192 kHz. HiFiBerry turut menyertakan software open-source yang akan mengaktifkan kapabilitas wireless-nya, sehingga speaker bisa memutar musik via Bluetooth, AirPlay atau Spotify.

Dibanderol $189, Beocreate pada dasarnya bisa menjadi salah satu alasan untuk mengeluarkan speaker antik dari gudang. Daripada speaker tersebut duduk menganggur selagi diselimuti debu, lebih baik dibedah dan disulap menjadi speaker wireless.

Sumber: The Verge.

Ikea Pamerkan Hasil Kolaborasinya dengan Teenage Engineering

Di tahun 2019 nanti, kita bakal melihat hasil kolaborasi antara Ikea dan Sonos. Nama besar Sonos mengindikasikan keseriusan Ikea di ranah audio, dan ini semakin didukung oleh kerja sama Ikea dengan pihak lain yang tak kalah tenar di bidang ini, yakni Teenage Engineering.

Sama-sama bermarkas di Swedia, Teenage Engineering selama ini dikenal akan produk-produknya yang inovatif sekaligus berdesain apik. Salah satu yang paling populer adalah Pocket Operator, yang pada dasarnya merupakan synthesizer seukuran dompet. Kemudian ada pula Raven H, sebuah smart speaker dengan desain amat eksentrik.

Setahun yang lalu, Ikea dan Teenage Engineering memutuskan untuk bekerja sama. Keduanya bakal melahirkan lini produk baru bernama Ikea FREKVENS (berarti “frekuensi”), yang terdiri dari sederet perangkat yang dibutuhkan untuk memeriahkan pesta. Bukan cuma speaker, perangkat yang dimaksud juga mencakup lampu LED maupun turntable.

Prototipe awal Ikea FREKVENS, tampak sebuah turntable dan beberapa Pocket Operator / Ikea
Prototipe awal Ikea FREKVENS, tampak sebuah turntable dan beberapa Pocket Operator / Ikea

Ikea tidak sekadar membual. Baru-baru ini, mereka memamerkan prototipe final hasil kerja samanya dengan Teenage Engineering melalui Instagram. Di foto tersebut, kita bisa melihat speaker dalam sejumlah bentuk dan warna, LED box, serta lampu sorot portable yang bagian depannya bisa dipasangi semacam filter untuk menghasilkan efek pencahayaan yang bervariasi.

Ikea memang belum memberikan rincian yang mendetail soal produk-produk apa saja yang tergabung dalam lini FREKVENS, tapi mereka secara eksplisit bilang bahwa ini merupakan prototipe finalnya. Produk lainnya yang dijanjikan, seperti turntable, masih belum kelihatan, dan tampaknya kita masih harus menunggu sampai jadwal rilis resminya di bulan Februari 2019 tiba.

Sumber: Engadget.

Bukan Sembarang USB Dock, HP Thunderbolt Dock G2 Mengemas Speaker Modular Bang & Olufsen

HP hari ini memperkenalkan dua seri laptop baru untuk kalangan pebisnis. Bersamaan dengan itu, HP juga menyingkap sebuah USB dock yang sangat unik bernama HP Thunderbolt Dock G2. Unik karena aksesori ini juga dapat difungsikan sebagai speakerphone untuk keperluan video conferencing.

Namun sebelumnya, mari membahas perannya sebagai pelengkap konektivitas. Wujudnya yang seperti kubus kecil ternyata menyimpan kelengkapan port di atas rata-rata. Secara total, perangkat ini mengemas sebuah port Thunderbolt 3, USB-C DisplayPort, dua DisplayPort standar, dua port USB 3.0, port VGA dan Ethernet. Di bagian sampingnya, masih ada lagi sebuah port USB 3.0 dan jack audio 3,5 mm.

HP bilang bahwa Thunderbolt Dock G2 dapat menyuplai tenaga yang cukup untuk dua monitor 4K sekaligus, atau malah empat untuk yang beresolusi lebih rendah. Perannya sangatlah ideal dalam ruang rapat, mengingat pengguna dapat menyambungkan berbagai macam perangkat ke laptop atau PC hanya dengan perantara satu kabel saja.

HP Thunderbolt Dock G2

Oke, saatnya membahas keistimewaan perangkat ini. Panel atasnya rupanya menyimpan sebuah konektor khusus untuk ditancapi modul tambahan. Modul tambahan tersebut adalah modul audio besutan Bang & Olufsen, lengkap dengan sederet tombol pengoperasian untuk video conferencing.

Kalaupun tidak sedang rapat bersama tim, pengguna tetap bisa memanfaatkannya sebagai speaker biasa jika mau. Namun perlu dicatat, modul audio ini akan dijual secara terpisah. Harganya masih belum diumumkan, begitu juga untuk Thunderbolt Dock G2 sendiri. HP rencananya baru akan memasarkan aksesori unik ini pada bulan Mei mendatang.

HP Thunderbolt Dock G2

Terlepas dari itu, ide yang ditawarkan HP ini terdengar begitu menarik. Bukan tidak mungkin ke depannya HP menawarkan modul-modul lain untuk Thunderbolt Dock G2, semisal modul wireless charging, atau modul smart speaker dengan integrasi Alexa atau Google Assistant.

Andai seperti itu, target pasarnya semestinya bisa meluas hingga merambah kalangan non-pebisnis. Namun untuk sekarang HP sepertinya masih ingin berfokus ke segmen enterprise.

Sumber: The Verge dan AnandTech.

Apple Siap Pasarkan Smart Speaker-nya, HomePod, Mulai 9 Februari

Salah satu smart speaker yang paling dinanti-nanti, khususnya oleh pengguna produk-produk Apple, adalah HomePod. Diperkenalkan di event WWDC pada pertengahan tahun kemarin, HomePod sebenarnya dijadwalkan masuk ke pasaran pada bulan Desember lalu. Namun karena merasa produknya belum benar-benar matang, Apple memutuskan untuk menunda perilisannya.

Kini, melalui sebuah siaran pers resmi, Apple mengumumkan bahwa mereka bakal mulai menjual HomePod pada tanggal 9 Februari mendatang. Harganya tetap $349 seperti saat diumumkan pertama kali, dan negara-negara yang menjadi tujuan awalnya adalah Amerika Serikat, Inggris Raya dan Australia.

Seperti halnya produk Apple lain, HomePod bakal terdengar sangat menarik apabila Anda sudah ‘terjerumus’ ke dalam ekosistem milik Apple. Siri yang mengotaki HomePod dirancang untuk menjadi semacam ‘DJ’ (disc jockey) ahli atas koleksi musik yang ada di layanan streaming Apple Music.

Apple HomePod

Ya, potensi HomePod tidak akan bisa maksimal apabila Anda bukan pelanggan Apple Music. Namun bagi yang sudah berlangganan, mereka bisa melakukan pencarian yang cukup kompleks dari katalog Apple Music di HomePod, atau sekadar menanyakan informasi-informasi seperti tahun dirilisnya suatu lagu kepada Siri.

Kombinasi HomePod dan Siri juga dimaksudkan untuk menjadi semacam asisten pribadi di kediaman pengguna. Yang cukup menarik, selain terintegrasi dengan platform smart home Apple HomeKit, HomePod juga mendukung sejumlah aplikasi pihak ketiga, sehingga pengguna bisa meminta tolong Siri untuk, misalnya, mengirim pesan melalui WhatsApp atau membuat reminder di Evernote.

Apple HomePod

Spesifikasi HomePod sendiri bisa Anda baca pada artikel pengumumannya, namun yang pasti Apple menjanjikan kualitas suara premium lewat sejumlah komponen hasil rancangannya sendiri. Tidak hanya itu, proses setup awalnya juga diklaim semudah dan sepraktis AirPods.

Ke depannya, Apple juga berencana menghadirkan kapabilitas multi-room pada HomePod melalui software update gratisan. Namun semua itu bakal sia-sia apabila pertanyaan berikut tidak terjawab: apakah HomePod nantinya juga akan masuk ke Indonesia?

Menurut perbincangan saya dengan seorang teman yang bekerja di Erafone – yang saat ini merupakan distributor tunggal atas beragam produk Apple di Indonesia – HomePod dipastikan masuk ke tanah air, hanya saja belum bisa dipastikan kapan. Di Perancis dan Jerman, HomePod baru akan tersedia mulai musim semi, jadi ini mungkin bisa menjadi indikasi bagi konsumen untuk sedikit bersabar.

Sumber: Apple.

Bang & Olufsen Ramaikan CES 2018 dengan Dua Headphone Bluetooth Baru

Sudah cukup lama sejak Bang & Olufsen terakhir meluncurkan headphone Bluetooth. September lalu, mereka malah ikut meramaikan tren truly wireless earphone. Namun B&O tentunya belum lupa dengan segmen headphone premium berkonektivitas wireless. Pada kenyataannya, mereka merilis dua headphone Bluetooth sekaligus di CES 2018.

Keduanya adalah Beoplay H9i dan Beoplay H8i, masing-masing merupakan suksesor dari Beoplay H9 yang bertipe over-ear dan Beoplay H8 yang bertipe on-ear. Meski sepintas penampilannya tidak berubah, B&O sebenarnya sudah menerapkan sejumlah pembaruan yang pengaruhnya cukup signifikan.

Beoplay H9i

Sama seperti sebelumnya, noise cancelling aktif tetap menjadi sajian utama pada H9i dan H8i, akan tetapi B&O mengklaim bahwa kinerjanya kini bakal lebih efektif dalam memblokir celotehan orang-orang di sekitar pengguna. Saat diperlukan, pengguna bisa langsung menyetop jalannya musik dan mematikan noise cancelling dengan satu gesture saja.

Tidak kalah menarik adalah fitur bernama Proximity Mode. Berkat fitur ini, musik akan otomatis dihentikan ketika pengguna melepas headphone dari kepalanya, demikian pula sebaliknya.

Beoplay H8i / Bang & Olufsen
Beoplay H8i / Bang & Olufsen

Untuk Beoplay H9i, B&O memutuskan untuk sedikit menciutkan ukuran bantalan telinganya, serta menambahkan bass port untuk menyempurnakan kualitas suaranya, terutama di frekuensi rendah. Daya tahan baterainya juga ikut ditingkatkan, kini bisa bertahan selama 18 jam penggunaan.

Beoplay H8i di sisi lain tak lagi mengandalkan pengoperasian berbasis panel sentuh, melainkan deretan tombol fisik pada kedua earcup-nya. Daya tahan baterainya malah lebih dewa lagi, sampai 30 jam meski noise cancelling terus aktif.

Keduanya bakal dipasarkan mulai tanggal 25 Januari mendatang. Beoplay H9i dihargai $499, sedangkan H8i $399. Pilihan warnanya hanya ada dua: hitam atau cokelat muda.

Sumber: Trusted Reviews.

Dihargai $300, Sony MDR-1AM2 Warisi Fitur Headphone Seharga Rp 25 Juta

Satu per satu pabrikan smartphone boleh melupakan eksistensi jack headphone, akan tetapi hal itu tidak mencegah produsen perangkat audio untuk menciptakan headphone berkualitas yang masih mengandalkan sambungan kabel. Ambil contoh Sony, yang baru-baru ini meluncurkan suksesor dari salah satu headphone andalannya yang dirilis di tahun 2014, MDR-1A.

Sony MDR-1AM2, demikian nama resmi penerusnya, tidak mencoba memberikan sebanyak mungkin fitur yang absen pada generasi sebelumnya. Yang ingin ditonjolkan justru adalah kapabilitas headphone dalam memutar audio berkualitas hi-res, sekaligus membahagikan hati kalangan audiophile.

Untuk itu Sony telah mengembangkan unit driver berdiameter 40 mm baru, yang mencakup komponen diafragma yang terbuat dari bahan liquid crystal polymer berlapis aluminium. Hasilnya? Rentang frekuensi headphone ini bisa mencapai angka 100 kHz, meski ini bukan berarti apa-apa mengingat telinga manusia hanya bisa mendengar sampai 20 kHz – tapi setidaknya ada yang bisa dipamerkan.

Untuk menyeimbangi performanya, Sony tidak lupa membekalinya dengan konektor Pentaconn 4,4 mm yang banyak terdapat pada pemutar musik maupun amplifier high-end. Namun jangan khawatir, masih ada kabel dengan konektor 3,5 mm standar untuk Anda pakai bersama smartphone – kalau memang ada colokannya.

Sony bilang bahwa desainnya secara keseluruhan banyak mewarisi Sony MDR-Z1R, headphone kelas sultan yang dihargai Rp 25 juta. Dibandingkan pendahulunya, MDR-1AM2 diyakini berbobot lebih ringan sekaligus lebih nyaman dikenakan berkat bantalan yang dibalut kulit sintetis. Anda tertarik? Siapkan dana $300 dan bersabarlah sampai musim semi tiba.

Sumber: Sony.