Headset Razer Electra V2 Sajikan Virtual Surround 7.1 dalam Harga yang Terjangkau

Selain meluncurkan webcam dan mikrofon untuk streamer, Razer juga memperkenalkan headset gaming baru bernama Electra V2. Misi yang ingin dituju Razer lewat Electra V2 adalah menghadirkan fitur-fitur yang biasa dijumpai pada headset premium ke lebih banyak kalangan, alias dalam harga yang terjangkau.

Utamanya adalah fitur virtual surround 7.1 guna menambah sensasi immersive. Anda tentu tidak boleh membandingkan kinerja surround-nya ini dengan Razer Tiamat 7.1 V2, sebab selain harganya berkali lipat lebih mahal, headset tersebut juga mengemas total 10 driver – Electra V2 cuma punya sepasang driver Neodymium berdiameter 40 mm.

Razer Electra V2

Fitur lain yang juga dipinjam dari headset premium adalah mikrofon yang dapat dilepas-pasang dengan mudah, sehingga Electra V2 bisa juga dijadikan headphone standar untuk menikmati musik.

Dibandingkan pendahulunya, Razer bilang kalau Electra V2 mengusung material yang lebih kokoh dan nyaman. Rangkanya terbuat dari bahan aluminium, sehingga perangkat secara keseluruhan masih terasa ringan di angka 278 gram.

Razer Electra V2

Headband-nya mengadopsi tipe suspender yang serupa seperti Tiamat 7.1 V2, yang terinspirasi oleh SteelSeries Siberia V2. Model seperti ini sejatinya memungkinkan headset untuk tetap terasa nyaman di beragam ukuran kepala, dan dalam durasi yang cukup lama.

Namun yang paling penting, semua ini bisa dinikmati hanya dengan bermodalkan $60 saja. Pemasaran Razer Electra V2 sudah dimulai sekarang, dan Razer rupanya turut menawarkan varian lain yang menggunakan sambungan USB (dioptimalkan untuk PC) seharga $70.

Sumber: Razer.

Ultimate Ears Luncurkan Sepasang Smart Speaker Tahan Air

Perkembangan tren smart speaker berlangsung cepat. Satu per satu pabrikan memperkenalkan speaker bertenaga asisten virtual besutannya. Yang terbaru adalah Ultimate Ears, yang dikenal sebagai produsen speaker Bluetooth tahan banting dan tahan air.

Tidak tanggung-tanggung, Ultimate Ears langsung mengungkap dua smart speaker sekaligus: Blast dan Megablast. Keduanya datang bersama integrasi Amazon Alexa, yang sejauh ini sudah menawarkan lebih dari 25.000 skill guna menjalankan berbagai macam tugas yang diinstruksikan konsumen.

Ultimate Ears Blast dan Megablast

Pada dasarnya, UE Blast dan Megablast ini merupakan versi pintar dari UE Boom dan Megaboom. Fisiknya hampir identik, dan perbedaannya tidak kelihatan secara kasat mata: Blast dan Megablast mengemas konektivitas Wi-Fi di samping Bluetooth, dan di balik grille-nya tertanam sejumlah mikrofon untuk menangkap instruksi pengguna.

Selebihnya, Blast dan Megablast mempertahankan segala kebaikan Boom dan Megaboom. Mereka siap Anda perlakukan secara kasar, dan akan tetap beroperasi meski Anda ceburkan ke dalam kolam renang (IP67).

Ultimate Ears Blast

Sebagai speaker portable, Blast menawarkan daya tahan baterai sampai 12 jam, sedangkan Megablast sampai 16 jam. Khusus Megablast, Ultimate Ears mengklaim volumenya 40 persen lebih keras ketimbang Megaboom – yang sudah termasuk sangat keras.

Apa yang Ultimate Ears lakukan sejatinya mirip seperti yang Sonos terapkan, mengambil salah satu speaker terlarisnya, lalu menyematkan integrasi asisten virtual – meski pada kasus Sonos, asisten virtual-nya ada dua sekaligus.

Ultimate Ears Blast

Dalam kesempatan yang sama, Ultimate Ears juga mengumumkan aksesori bernama Power Up untuk Blast dan Megablast. Power Up sejatinya merupakan charging dock untuk kedua smart speaker ini. Kehadirannya cukup masuk akal mengingat Blast dan Megablast dimaksudkan untuk lebih sering ditempatkan di satu titik ketimbang dibawa ke mana saja seperti Boom dan Megaboom.

Ultimate Ears Blast dan Megablast dijadwalkan masuk ke pasaran mulai akhir Oktober ini seharga masing-masing $230 dan $300. Pilihan warnanya ada enam: hitam, putih, biru, merah, hijau dan kuning. Power Up bakal dijual terpisah seharga $40.

Sumber: Logitech.

Sennheiser IE 800 S Adalah Earphone Super-Premium Seharga $1.000

Beberapa hari yang lalu, Sennheiser meluncurkan HD 660 S, suksesor salah satu headphone yang paling dicintai oleh kaum audiophile. Namun pabrikan asal Jerman itu rupanya belum mau berhenti membuat gebrakan. Kali ini giliran earphone termahalnya, IE 800, yang menerima upgrade.

Dijuluki Sennheiser IE 800 S, desainnya secara keseluruhan masih sangat mirip, lengkap dengan ujung belakang masing-masing earpiece yang menyerupai sepasang knalpot. Konstruksinya masih menggunakan bahan keramik, tapi kini dibalut warna abu-abu gelap bertekstur matte ketimbang hitam glossy seperti pendahulunya.

Perubahan terbesarnya justru tersembunyi di dalam, meliputi driver Extra Wide Band (XWB) yang telah disempurnakan, serta transducer 7 mm hasil rancangan Sennheiser sendiri. Dipadukan semuanya, IE 800 S menjanjikan kualitas suara yang mendetail, dengan treble yang jernih dan bass yang lebih presisi.

Sennheiser IE 800 S

Sennheiser tidak lupa menyematkan sistem Dual-Chamber Absorber (D2CA), yang berfungsi mengeliminasi problem “masking effect” – suara berfrekuensi tinggi tidak dapat terdengar ketika ada suara lain berfrekuensi rendah yang memiliki volume lebih besar. Sederhananya, sistem peredam ini memastikan bahkan detail yang terkecil pun bisa didengar dengan baik.

Perihal ergonomi, IE 800 S mencoba meningkatkannya dengan ear tip berbahan memory foam buatan Comply. Sennheiser turut menyediakan sejumlah pilihan konektor: 3,5 mm standar, 2,5 mm balanced atau 4,4 mm Pentaconn. Melengkapi itu semua adalah leather case premium untuk menyimpan earphone saat sedang tidak digunakan.

Seperti yang saya bilang di awal, IE 800 S merupakan upgrade untuk earphone termahal Sennheiser. Konsumen yang tertarik saat ini sudah bisa membelinya seharga $1.000.

Sumber: The Verge.

Sennheiser Luncurkan HD 660 S, Penerus HD 650 yang Lebih Superior dan Lebih Fleksibel

Selama 14 tahun Sennheiser HD 650 sudah dan masih menjadi salah satu headphone kesayangan komunitas audiophile. Meski bukan model yang paling diunggulkan oleh Sennheiser, HD 650 tetap menjadi idaman banyak orang berkat kualitas suara dan kenyamanannya yang superior.

Kiprah panjang HD 650 akhirnya terhenti di tahun 2017 ini, sebab Sennheiser sudah menyiapkan penggantinya yang lebih istimewa lagi, yaitu HD 660 S. HD 660 S mempertahankan segala kebaikan pendahulunya, termasuk desain open-backed yang menjanjikan soundstage luar biasa selagi mengorbankan aspek isolasi suara.

Sennheiser HD 660 S

Desain HD 660 S secara keseluruhan tampak mirip dengan HD 650, lengkap dengan earcup berwujud elips yang berukuran lebih besar ketimbang milik headphone pada umumnya. Anda dapat melihat jeroan HD 660 S dari luar, dan ini pertanda bahwa suara yang dihasilkannya akan bocor ke mana-mana, sehingga disarankan Anda menggunakannya selagi berada di dalam ruangan sendirian.

Perubahan paling mencolok yang dibawa HD 660 S, selain warna hitam matte-nya, adalah unit transducer baru yang diyakini memiliki distorsi lebih rendah dan dapat menghasilkan suara yang lebih alami lagi ketimbang pendahulunya. Sennheiser tidak lupa menguji dan menyesuaikan masing-masing earcup milik HD 660 S agar dapat menghasilkan suara yang nyaris identik satu dengan yang lainnya.

Sennheiser HD 660 S

Juga baru untuk HD 660 S adalah impedansi yang turun drastis, dari 300 ohm menjadi 150 ohm. Ini berarti HD 660 S jauh lebih fleksibel dibanding pendahulunya yang harus digunakan bersama amplifier terpisah hanya supaya suara yang dihasilkan tidak terdengar lirih.

Memang potensi HD 660 S sebenarnya baru bisa dirasakan ketika Anda menyandingkannya dengan perlengkapan high-end, akan tetapi Sennheiser cukup yakin bahwa smartphone saja semestinya sudah cukup untuk bisa menenagai HD 660 S.

Sennheiser HD 660 S rencananya akan dipasarkan seharga $500, banderol yang sama persis yang selama ini diusung HD 650.

Sumber: Sennheiser dan The Verge.

Libratone Luncurkan Headphone dan Earphone dengan Sertifikasi Made for Google

Apple punya “Made for iPhone”, Google punya “Made for Google”. Keduanya pada dasarnya merupakan semacam program sertifikasi buat pabrikan aksesori. Dalam kasus Google, program tersebut resmi dimulai bersamaan dengan diperkenalkannya duo Pixel 2 beberapa pekan lalu.

Libratone adalah produsen perangkat audio yang dengan cepat memanfaatkan momentum program Made for Google ini. Brand asal Denmark itu mengumumkan headphone dan earphone baru yang keduanya sama-sama dirancang secara spesifik untuk mendampingi Pixel 2 dan Pixel 2 XL.

Libratone Q Adapt On-Ear

Yang pertama adalah Libratone Q Adapt On-Ear. Keunggulannya adalah fitur fast pairing macam yang dimiliki Pixel Buds. Fitur ini sederhananya memungkinkan headphone untuk tersambung secara otomatis ke Pixel 2 ketika berada di dekatnya, mirip seperti cara kerja AirPods dan iPhone.

Tidak kalah menarik adalah fitur pause otomatis yang akan aktif ketika pengguna melepas headphone dari kepalanya. Di samping itu, Q Adapt On-Ear juga menawarkan fitur noise cancelling adaptif yang dapat disesuaikan intensitasnya berdasarkan kebutuhan pengguna, plus daya tahan baterai sampai 20 jam nonstop.

Libratone Q Adapt In-Ear

Yang kedua adalah Libratone Q Adapt In-Ear. Model ini tidak dilengkapi fitur fast pairing karena ia memang bukanlah headphone wireless. Pun demikian, konektor USB-C mengindikasikan perannya sebagai solusi atas hilangnya jack headphone pada Pixel 2 dan Pixel 2 XL.

Mengusung bodi yang tahan keringat, Q Adapt In-Ear rupanya turut menawarkan fitur noise cancelling adaptif yang serupa dengan milik kakaknya. Keduanya bakal dipasarkan dalam waktu dekat seharga masing-masing $249 untuk Q Adapt On-Ear dan $149 untuk Q Adapt In-Ear.

Sumber: Android Authority.

Bionik Mantis Adalah Headphone yang Dirancang Khusus untuk PlayStation VR

Tidak seperti Oculus Rift, PlayStation VR tidak dibekali headphone terintegrasi. Versi keduanya mencoba mengatasi masalah tersebut dengan earphone terintegrasi, akan tetapi solusi ini terkesan agak menjijikkan kalau Anda merupakan tipe konsumen yang memakainya secara bergantian dengan pengguna lain.

Solusi yang lebih elegan datang dari produsen peripheral Bionik Gaming. Mereka menciptakan headphone on-ear bernama Mantis yang dirancang secara spesifik untuk PSVR, dimaksudkan untuk dipasang di bagian headband seperti kasusnya pada Oculus Rift.

Bionik Mantis

Karena hanya melibatkan mekanisme penjepit biasa, posisinya dapat diatur sedemikian rupa agar terasa benar-benar pas di telinga pengguna. Namun bagian paling menarik dari Mantis adalah kemampuannya untuk dilipat ke atas ketika pengguna ingin mendengar orang-orang di sekitarnya.

Jadi tanpa harus melepas headset, pengguna pada dasarnya masih bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Selagi Mantis dalam posisi terlipat ke atas, audio dalam game sebenarnya masih akan terdengar meski lirih.

Bionik Mantis

Solusi ini jelas lebih praktis dan nyaman ketimbang menggunakan headphone biasa di atas PSVR. Kekurangannya mungkin hanya dari segi kualitas suara, apalagi kalau headphone yang Anda bandingkan adalah headphone kelas premium.

Terlepas dari itu, Bionik Mantis yang saat ini sudah dipasarkan seharga $50 tetap merupakan alternatif yang menarik bagi pengguna PSVR, terutama mereka yang keberatan untuk meminang versi barunya yang dilengkapi earphone terintegrasi.

Sumber: VentureBeat.

Bowers & Wilkins PX Andalkan Noise-Cancelling dan Pengoperasian Serba Otomatis

Semakin ke sini, noise cancelling semakin menjadi fitur standar yang wajib ada pada suatu headphone di samping konektivitas wireless. Hampir semua pabrikan audio kini menawarkan headphone Bluetooth dengan teknologi pemblokir suara tersebut. Namun rupanya masih ada nama besar yang belum menempuh jalur tersebut.

Brand yang saya maksud adalah dedengkot audio asal Inggris, Bowers & Wilkins. Setelah lama dinantikan oleh penggemar setianya, B&W akhirnya memperkenalkan headphone noise-cancelling pertamanya, yaitu Bowers & Wilkins PX.

Bowers & Wilkins PX

Desainnya sangat menunjukkan ciri khas B&W seri P yang sudah ada selama ini, dengan tambahan permukaan nilon bertekstur di masing-masing earcup berwujud elipsnya untuk menambah kesan elegan. Bantalan memory foam berukuran besar (over-ear) beserta headband-nya dibalut lapisan kulit yang kian memantapkan posisinya di segmen premium.

Yang unik dari PX adalah pengoperasiannya yang serba otomatis berkat integrasi sejumlah sensor. Begitu tersambung ke ponsel via Bluetooth dan dipasangkan di telinga, ia akan menyala dan lagu terakhir yang dimainkan akan diputar dengan sendirinya. Lepas dan gantungkan di leher, maka musik akan di-pause secara otomatis.

Lebih lanjut, saat pengguna mengangkat salah satu earcup-nya, musik juga akan berhenti dengan sendirinya. Ini jelas sangat efektif ketika pengguna sedang berada di kantor dan hendak berbicara dengan seseorang misalnya.

Bowers & Wilkins PX

Fitur noise cancelling-nya terdiri dari tiga mode: Flight, City dan Office, yang dapat dipilih melalui aplikasi pendampingnya di smartphone. Masing-masing mode menawarkan karakteristik tersendiri, disesuaikan dengan di mana pengguna berada.

PX mendukung codec aptX HD guna mengakomodasi audio berformat lossless. Baterainya dapat bertahan selama 22 jam meski noise cancelling terus aktif, dan charging dapat dilakukan via USB-C. Saat sedang tidak digunakan, kedua earcup PX dapat diputar sehingga perangkat dapat diletakkan mendatar.

Bowers & Wilkins PX saat ini sudah dipasarkan seharga $399. Pilihan warna yang tersedia ada dua: serba hitam atau biru gelap dengan aksen emas.

Sumber: The Verge.

iFrogz Luncurkan Lima Earphone dan Headphone Bluetooth Tahan Banting yang Amat Terjangkau

Merawat earphone atau headphone, terutama yang harganya terjangkau, adalah hal yang seringkali kita lupakan. Prinsip “kalau rusak tinggal beli lagi, kan murah” adalah salah satu alasannya. Namun bukankah lebih baik lagi seandainya earphone atau headphone murah itu bisa bertahan lebih lama?

Pendapat ini diamini oleh iFrogz. Produsen perangkat audio dan aksesori yang diakuisisi oleh Zagg pada tahun 2011 itu baru saja memperkenalkan lima earphone dan headphone Bluetooth tahan banting yang semuanya dibanderol tidak lebih dari $35.

Resound Wireless / iFrogz
Resound Wireless / iFrogz

Dua model yang diunggulkan adalah Resound Wireless dan Resound Wireless Headphones, yang sama-sama dibanderol $35. Terlepas dari harganya yang terjangkau, Resound Wireless mengemas konstruksi aluminium yang kokoh sekaligus premium, dengan dukungan driver 5,5 mm dan daya tahan baterai 10 jam.

Flex Force Wireless / iFrogz
Flex Force Wireless / iFrogz

Resound Wireless Headphones di sisi lain mengusung material fleksibel berpermukaan halus pada sekujur tubuhnya. Headphone berjenis on-ear ini memang tidak bisa dilipat, tapi iFrogz sengaja merancangnya untuk dilempar begitu saja ke dalam tas, sedangkan baterainya diperkirakan mampu bertahan hingga 20 jam nonstop.

Toxix Wireless Headphones / iFrogz
Toxix Wireless Headphones / iFrogz

$35 masih terlalu mahal? Ada Flex Force Wireless yang mengadopsi gaya neckband. Dihargai $30, model ini mengemas driver 8 mm dan daya tahan baterai 8 jam. Di bawahnya, ada Toxix Wireless Headphones seharga $25. Seperti Resound Wireless Headphones, ia juga mengemas headband yang fleksibel, namun dengan driver lebih kecil dan daya tahan baterai 10 jam saja.

Free Rein Wireless / iFrogz
Free Rein Wireless / iFrogz

Terakhir ada Free Rein Wireless. Earphone seharga $20 ini datang bersama sepasang wing tip agar ia tak mudah terlepas selagi pengguna beraktivitas, plus dukungan driver 10 mm dan baterai berkapasitas 5 jam.

Sumber: The Verge dan GlobeNewswire.

Shure Luncurkan Dua Earphone Bluetooth Perdana Mereka

Dedengkot audio asal AS, Shure, baru saja meluncurkan earphone Bluetooth perdana mereka. Entah apa yang membuat Shure harus menunggu selama ini sebelum akhirnya mereka ikut bermain di segmen wireless, namun setidaknya nama besar mereka bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi yang sedang mengincar earphone Bluetooth.

Shure menjalani debutnya dengan dua model sekaligus: SE215 dan SE112 Wireless. Keduanya diyakini sama-sama menawarkan reproduksi suara yang mendetail serta kemampuan mengisolasi suara luar secara alami hingga 37 desibel. Baterainya dapat bertahan sampai 8 jam nonstop, sedangkan jarak koneksi Bluetooth maksimumnya mencapai 10 meter.

SE215 Wireless sejatinya merupakan varian berkonektivitas Bluetooth dari salah satu earphone Shure terpopuler yang bernama sama. Sama seperti varian standarnya yang berkabel, kabelnya dapat dilepas dari masing-masing earpiece-nya, dan yang lebih menarik, Shure ternyata juga menawarkan kabel khusus berkonektivitas Bluetooth.

Shure Bluetooth Accessory Cable / Shure
Shure Bluetooth Accessory Cable / Shure

Namanya Bluetooth Accessory Cable, dan aksesori ini dimaksudkan untuk menyulap earphone Shure apapun yang kabelnya dapat dilepas-pasang – termasuk model flagship SE535 – menjadi earphone Bluetooth. Semua komponen esensial, mulai dari mikrofon terintegrasi, remote control tiga tombol, baterai berkapasitas 8 jam sampai tentu saja, chip Bluetooth 4.1, tersimpan dengan rapi dalam kabel ini.

Kehadiran Bluetooth Accessory Cable ini pada dasarnya menunjukkan komitmen Shure terhadap para konsumen setianya. Ketimbang harus membeli earphone baru demi menikmati kenyamanan wireless, mereka tinggal membeli kabel ini dan memasangkannya pada earphone kesayangannya yang kompatibel (SE215, SE315, SE425, SE535 dan SE846).

Shure SE112 Wireless / Shure
Shure SE112 Wireless / Shure

Buat yang belum terjerumus dalam ekosistem Shure, mereka punya dua alternatif yang baru Shure luncurkan ini, termasuk SE112 Wireless yang berharga terjangkau. Dibandingkan SE215, kualitas suaranya pasti sedikit lebih inferior, dan kabelnya sendiri tidak dapat dilepas-pasang.

Shure SE215 Wireless saat ini telah dipasarkan seharga $149, sedangkan SE112 Wireless dan Bluetooth Accessory Cable seharga $99.

Sumber: Shure.

Jaybird Run Adalah Pesaing AirPods yang Dirancang Secara Khusus untuk Para Pelari

Jaybird boleh memelopori kategori sport earphone, namun kali ini giliran mereka yang latah menanggapi tren truly wireless earbud. Dijuluki Jaybird Run, ia mengadopsi premis desain yang sama seperti AirPods, Bragi Dash, dan lainnya, yang melibatkan dua unit earpiece yang tidak tersambung kabel sama sekali.

Melihat namanya, jelas sekali Jaybird merancang Run untuk mereka yang gemar berlari. Oleh karena itu, faktor kenyamanan haruslah menjadi prioritas, dan mengingat perangkat ini sama sekali tidak memiliki kabel, masing-masing unitnya harus bisa terus menancap di telinga dalam situasi apapun kalau ia ingin merebut hati para pelari.

Untuk itu, Jaybird telah menyertakan sederet eartip dan ‘sirip’ cadangan dalam beragam bentuk dan ukuran guna menyesuaikan dengan bentuk telinga masing-masing pengguna. Perpaduan ini diyakini mampu memberikan fit yang sangat pas di telinga sehingga pengguna tak perlu khawatir salah satu atau bahkan kedua unitnya terlepas ketika mereka sedang mengebut dengan kakinya.

Jaybird Run

Sama seperti produk Jaybird lainnya, Run dirancang agar tahan air maupun keringat. Karakter suaranya dapat diatur sesuai selera melalui aplikasi pendamping di smartphone, dan baterainya diyakini mampu bertahan selama 4 jam nonstop.

Charging case-nya di sisi lain siap menyuplai daya ekstra sebesar 8 jam, dan suplai daya ini bisa dilakukan dengan sangat cepat; 5 menit charging saja bisa memberikan 1 jam waktu penggunaan. Masing-masing unit Run dilengkapi sebuah tombol, satu untuk pause/play, dan satu lagi untuk mengaktifkan Siri atau Google Assistant.

Jaybird Freedom 2 / Jaybird
Jaybird Freedom 2 / Jaybird

Selain Run, Jaybird juga memperkenalkan suksesor dari salah satu earphone terlarisnya, Freedom. Freedom 2 mengusung desain baru yang diyakini lebih nyaman dikenakan ketimbang pendahulunya, salah satunya berkat mekanisme unik untuk mengatur panjang kabel yang menyambungkan kedua earpiece-nya.

Freedom 2 turut dibekali sederet eartip dan fin cadangan seperti Run, dan tentu saja ia juga tahan air sekaligus keringat. Baterainya bisa bertahan selama 4 jam, tapi pengguna tinggal memasangkan sebuah charging clip mungil remote control-nya untuk mendapatkan 4 jam ekstra.

Baik Run dan Freedom 2 bakal Jaybird pasarkan mulai bulan Oktober, masing-masing seharga $179 dan $149.

Sumber: 1, 2, 3.