B2C: Pengertian Contoh, Karakteristik dan Jenisnya

B2C merupakan salah satu model penjualan yang paling umum digunakan oleh perusahaan. B2C memungkinkan perusahaan untuk menawarkan produk maupun layanannya secara langsung kepada konsumen.

B2C memiliki fokus pada konsumen. Dengan B2C, perusahaan dapat memberikan pelayanan terbaik pada konsumen.

Lantas, apa yang dimaksud dengan B2C dan bagaimana karakteristik dan jenisnya? Simak jawabannya dalam artikel berikut.

Pengertian B2C

B2C merupakan kepanjangan dari Business-to-Consumer. Mengutip dari investopedia, B2C merupakan proses penjualan produk dan layanan secara langsung antara perusahaan dan konsumen, sebagai pengguna produk.

Model penjualan jenis ini tidak melibatkan grosir maupun perantara lainnya sebagai pihak yang memasarkan produk. Kamu bisa dengan mudah menemukan model penjualan ini saat berbelanja di pasar, makan di restoran, membeli pakaian di mall, dan kegiatan lain yang serupa.

Selain digunakan dalam transaksi offline, B2C juga dapat digunakan dalam transaksi online. Beberapa contoh penjualan B2C, misalnya berbelanja di online shop dengan menggunakan e-commerce.

Karakteristik B2C

Jika diperhatikan lebih lanjut, B2C memiliki beberapa karakteristik tertentu. Adapun beberapa karakteristik B2C, antara lain:

Bersifat Terbuka

Model penjualan B2C bersifat terbuka dan tidak terbatas. Maksudnya, setiap informasi mengenai produk baik barang maupun jasa yang ditawarkan dapat tersebar luas di tengah masyarakat. Keterbukaan ini membuat produk yang ditawarkan dapat menjangkau seluruh konsumen.

Transaksi Dilakukan Sederhana

Transaksi yang dilakukan pada model penjualan B2C juga bersifat sederhana. Sama seperti transaksi jual beli pada umumnya, dalam model penjualan B2B, perusahaan berperan sebagai penyedia barang maupun jasa yang dibutuhkan, sementara konsumen hanya tinggal membayar untuk mendapatkannya.

Dalam model ini tidak terdapat transaksi yang rumit karena perusahaan berfokus pada relasi antara bisnis dan konsumen. Namun, tidak semua transaksi terjadi berdasarkan relasi antara bisnis dan konsumen.

Sesuai Permintaan atau On Demand

Permintaan atau demand merupakan keinginan atau kemampuan konsumen membeli produk dengan harga tertentu pada waktu tertentu. Model penjualan B2C tentunya juga selalu menyesuaikan dengan permintaan konsumen.

Memiliki Persaingan yang Ketat

Model penjualan B2C biasanya digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan produk baik barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Karena angka permintaan yang tinggi, tentunya persaingan antar perusahaan akan semakin ketat. Sebab, bisnis jenis ini mendorong banyak perusahaan untuk menawarkan produk maupun layanan serupa.

Jenis-Jenis B2C

B2C terbagi atas beberapa jenis yang biasa diterapkan oleh perusahaan. Adapun jenis-jenis B2C yang paling umum diterapkan adalah sebagai berikut:

Penjual Langsung

Penjual langsung atau direct seller merupakan jenis B2C yang paling banyak digunakan. Jenis ini tidak hanya digunakan oleh perusahaan besar saja, melainkan juga digunakan oleh berbagai bisnis rumahan.

Direct seller biasanya memproduksi produknya sendiri dan menjualnya tanpa perantara pihak ketiga. Biasanya, direct seller juga memanfaatkan berbagai platform online untuk menjual produknya secara online.

Perantara Online

Jenis B2C ini biasanya tidak menghasilkan produk sendiri, melainkan hanya menyediakan platform yang mempertemukan pemilik produk dan pembeli. Umumnya, perantara bersifat online untuk memudahkan pembeli dalam memilih produk yang diinginkan.

Setelah terjadi kesepakatan antara pihak perantara dengan pembeli, pemilik produk akan menyiapkan produk dan mengirimkannya ke pembeli. Salah satu contoh perantara onine adalah dropshipper.

Berbasis Periklanan

Salah satu jenis B2C yang lainnya adalah bisnis yang menjual produk kepada konsumen berbasis periklanan. Biasanya, perusahaan jenis ini bertugas untuk membuat berbagai konten menarik untuk meningkatkan minat pengunjung atau website traffic.

Traffic web yang tinggi dapat dimanfaatkan perusahaan untuk menjual slot iklan yang dapat diisi dengan informasi produk, baik barang maupun jasa dari penjual yang beriklan. Semakin tinggi traffic, maka semakin mahal pula biaya iklan yang ditetapkan.

Berbasis Komunitas

B2C berbasis komunitas biasanya memungkinkan perusahaan untuk menjual produk kepada komunitas yang memiliki kesamaan minat dan ketertarikan yang sama. Komunitas sendiri merupakan wadah bagi para anggotanya untuk berbagi informasi.

Berbasis Biaya

Terakhir, jenis B2C berbasis biaya biasa digunakan pada layanan yang mensyaratkan konsumen berlangganan untuk menikmati produk maupun layanan yang diberikan. Salah satu contoh model transaksi ini adalah subscription pada platform streaming seperti Netflix, Disney Hotstar, Spotify, dan lain sebagainya.

Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai B2C yang telah DailySocial.id rangkumkan untukmu. B2C memang populer digunakan saat ini karena menawarkan berbagai keuntungan karena memiliki potensi pasar yang cukup besar.

Brambang Tutup, Tandai Sulitnya Bisnis “Online Grocery”

Startup online grocery Brambang resmi menutup operasional sejak 27 Mei 2022 jam 9 malam WIB. Dalam akun Instagram perusahaan, tertanda 28 Mei 2022, Brambang pivot menjadi marketplace smartphone dan elektronik dinamai Brambang Elektronik.

“Kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti pada Jumat (27/5) pukul 19.00. Perusahaan akan memproses pesanan dan keluhan hingga Sabtu (28/5). Pada 28 Mei, layanan Brambang beralih menjadi marketplace smartphone dan elektronik,” jelas Brambang melalui akun media sosialnya.

Pivot tersebut tentunya jauh dengan model bisnis yang selama ini dijalankan Brambang sejak pertama kali beroperasi di 2017. Saat ini Brambang Elektronik belum memiliki platform sendiri, masih mengandalkan akun atas nama Brambang yang di platform secondhand marketplace, yakni Carousell dan OLX, yang sudah dibuat sejak Maret 2022.

Baik aplikasi dan situs Brambang.com sendiri saat ini tidak bisa diakses. Belum ada kemungkinan bahwa nantinya bisnis barunya akan dipindahkan ke platform yang lebih layak dan profesional. Hingga berita ini diturunkan, manajemen Brambang menolak untuk memberikan komentarnya terkait langkah strategis perusahaan ke depannya akan seperti apa.

Sulit bersaing di ranah B2C

Tutupnya Brambang menjadi indikator jelas bahwa ranah online grocery B2C bukanlah perkara mudah. Sudah harus bersaing dengan quick commerce yang didukung oleh kapital yang besar, seperti yang tengah digarap oleh Astro, AlloFresh, Tokopedia Now, Blibli, dan lainnya. Alhasil, Brambang diharuskan punya dukungan kapital yang kuat untuk membangun infrastrukturnya.

Brambang memperoleh suntikan dana sebesar $2 juta pada Januari 2017 (sekitar 27 miliar Rupiah), kurs Rp13.500 rata-rata di 2017) dari investor yang dirahasiakan. Dengan besaran kapital ini, sudah bisa dipastikan keleluasaan mereka tentunya tidak selebar dibandingkan startup dengan dukungan kapital jumbo.

Terlebih lagi, Brambang dihantam dengan ketidakmampuannya memberikan diferensiasi yang mencolok sebagai nilai jualnya. Dengan kata lain, solusi mereka sebenarnya juga bisa didapatkan oleh konsumen saat berbelanja di platform serupa, termasuk berbagai gimmick pemasaran yang ditawarkan. Belanja di Sayurbox atau HappyFresh, bisa jadi sourcing produknya sama saja, toh yang terpenting barang cepat sampai di hadapan konsumen.

Persaingan perang harga ini tidak akan berakhir dan mirisnya akan terus berlanjut selama yang dikejar oleh industri adalah pertumbuhan revenue, bukan menghasilkan profit. Prinsip ini tidak hanya berlaku di online grocery saja, tapi industri startup digital pada umumnya.

Cerita serupa juga sudah dialami oleh Tanihub yang menutup lini B2C-nya pada Februari 2022, ditandai dengan penghentian operasional dua gudang di Bandung dan Bali, serta Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan.

Managing Partner Upturn Ivan A. Sustiawan berkomentar, berdasarkan pengalamannya selama lima tahun, ia memercayai bahwa dua model bisnis berikut ini sulit untuk mencetak keuntungan jika para founder selalu berusaha untuk menjadi yang termurah dan tercepat di pasar secara bersamaan. Mereka ialah, 1) farm to the table atau online grocery dengan segmen B2C, kecuali bergabung sebagai merchant atau penjual di platform marketplace terkemuka.

Berikutnya, 2) pengiriman last mile dengan pengiriman hari yang sama atau berikutnya untuk pelanggan retail. “Jika Anda bisa membuatnya menguntungkan dengan kondisi di atas, maka saya harus belajar dari Anda,” tulis Ivan seperti dikutip dalam unggahannya di LinkedIn.

Awal mula berdirinya Brambang

Brambang didirikan pada Mei 2017 oleh Dustin Haliman. Awalnya Brambang memosisikan diri sebagai marketplace untuk jual-beli bawang merah secara online yang bersifat B2B. Bawang merah yang dijual oleh Brambang diambil langsung dari Brebes. Kota ini dipilih lantaran terkenal dengan bawang merahnya yang garing dan aroma yang khas.

Brebes juga menjadi salah salah pemasok bawang merah terbesar di Indonesia. Dalam wawancara, Dustin bilang bawang merah dipilih sebagai produk andalan karena merupakan salah satu rempah yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Pada 2016, produksi bawang merah mencapai 1,4 juta ton dengan asumsi harga Rp20 ribu per kilogram, maka nilainya mencapai Rp28 triliun per tahun.

Meskipun menjadi komoditas utama, perdagangan bawang merah tidak efisien. Sama seperti isu di agrikultur lainnya, yang mana harga komoditi yang terus bergejolak, rantai distribusi yang tidak efisien, hingga minimnya informasi harga bawa merah bagi petani ataupun pembeli.

Hal inilah yang menginspirasi Dustin untuk merintis Brambang. Dalam perjalanannya, Brambang tidak hanya menyediakan produk bawang merah saja, tapi juga kebutuhan sehari-hari lainnya, seperti bahan pokok, camilan, buah, sayur, dan daging segar.

Pengertian B2C, Ini Karakteristik hingga Bentuk Layanannya

Istilah B2C adalah akronim dari Business to Consumer. Berbeda dengan b2b, b2C merupakan salah satu model bisnis  e-commerce yang paling umum dan populer. Ada pun beberapa model bisnis lain, selain B2C, antara lain yakni B2B, C2B, C2C.

Model Business to Consumer disebut merupakan kebalikan dari B2B atau Business to Business. Keduanya memiliki konsep dan cara kerja yang sangat berbeda. Lantas, seperti apa konsep, karakteristik B2C hingga bentuk layanannya? Berikut penjelasannya.

Pengertian B2C (Business to Consumer)

Business to Consumer adalah model bisnis di mana transaksi bisnis atau kegiatan jual belinya terjadi secara langsung, dari perusahaan penyedia barang atau jasa ke konsumen akhir. Umumnya, perusahaan B2C menyediakan barang atau jasanya untuk keperluan pribadi konsumen.

Konsep Business to Consumer dapat dengan mudah dijumpai di pusat perbelanjaan seperti mall, pasar, hingga di restoran. Tak hanya pada perusahaan dengan metode penjualan tradisional, model bisnis ini juga dapat ditemui pada perusahaan dengan penjualan online.

Ada pun perusahaan dengan model Business to Consumer dapat ditemukan secara online melalui e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada dan lainnya. Tak hanya perusahaan besar, e-commerce juga memberi kesempatan bagi UMKM untuk terlibat dalam model bisnis B2C.

Karakteristik Model Bisnis B2C

Bisnis yang dianggap paling familiar di masyarakat ini memiliki karakteristik, antara lain sebagai berikut:

  • Terbuka untuk umum, di mana informasi terkait produk barang atau jasa yang disediakan perusahaan disebarkan kepada masyarakat luas.
  • Transaksi B2C dilakukan dengan prosedur yang sederhana, serta tidak melulu didasari atas hubungan atau relasi antara perusahaan dan kosumen.
  • Produk barang dan jasa yang disediakan berdasarkan permohonan (on demand) dan digunakan untuk keperluan pribadi konsumen akhir.
  • Persaingan tinggi antar sesama pemain, seiring dengan permintaan yang tinggi akibat produk B2C yang banyak dibutuhkan masyarakat secara perorangan.

Tipe Pelayanan Business to Consumer

Secara garis besar, ada beberapa tipe pelayanan B2C yang dapat dijalankan secara online melalui e-commerce. Antara lain:

  • Online Stores

Cara kerja layanan toko online ini adalah konsumen melakukan kegiatan jual beli barang secara digital. Dimulai dari memilih barang, memesan barang, hingga melakukan transaksi pembelian secara online tanpa bertatap muka.

  • Online Services

Cara kerja layanan jasa online ini adalah customer melakukan permintaan jasa kepada perusahaan penyedia jasa, yang transaksinya dilakukan secara online. Misalnya, pemesanan tiket perjalanan, pemesanan kamar hotel, pemesanan jasa pengantaran dan lainnya.

  • Subscription

Cara kerja layanan berlangganan berbayar ini adalah dengan perusahaan menyediakan konten atau fitur tertentu secara khusus yang hanya dapat diakses oleh konsumen yang telah membayar untuk menjadi pelanggan yang berlangganan. Misalnya, berlangganan film di Netflix atau berlangganan berita eksklusif di media online.

Pefindo Biro Kredit Luncurkan MyIdScore, Bantu Individu Bangun Reputasi Keuangan

Reputasi keuangan menjadi aspek penting yang menjadi indikator setiap lembaga keuangan untuk menyalurkan kredit bagi individu. Maka dari itu, penting bagi setiap individu untuk menjaga reputasi kredit agar tetap positif untuk bisa digunakan sewaktu-waktu ketika membutuhkan. Salah satu upaya menjaga reputasi kredit adalah dengan menjaga kepatuhan membayar angsuran atau cicilan tepat waktu.

Namun, ada kalanya ketika kita sudah patuh, masih ada kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian data. Maka dari itu, masyarakat dinilai perlu melakukan pengecekan secara berkala terkait informasi yang dilaporkan oleh lembaga jasa keuangan. Hal ini yang coba dimanfaatkan Pefindo Biro Kredit (PBK) dengan inovasi terbarunya MyIdScore. Platform yang menyajikan laporan kredit skoring untuk nasabah individu yang dapat diajukan dan diakses secara digital lengkap dengan laporan kredit historis.

Bertepatan dengan hari jadi PBK yang ke-7, Direktur Utama PEFINDO Biro Kredit Yohanes Abimanyu mengungkapkan, “Kehadiran produk ini bertujuan untuk membantu masyarakat mengetahui tingkat kelayakan kredit mereka baik sebelum melakukan pinjaman atau sebagai bahan evaluasi. Produk ini juga dapat digunakan untuk memeriksa keakuratan dan keterkinian data debitur.”

Solusi B2C

Sebelumnya, kredit skoring identik dengan BI Checking — sekarang menjadi SLIK di OJK. Individu harus mengaksesnya secara manual melalui regulator dengan proses yang cukup rumit dan memperoleh informasi laporan kredit historis standar, tanpa kredit skor. Melalui solusi terbaru ini, MyIdScore menawarkan laporan yang lebih lengkap dengan akses yang lebih mudah.

Laporan ini menyajikan profil debitur, daftar fasilitas kredit yang pernah dan masih dimiliki hingga saat ini, detail fasilitas yang dimiliki, riwayat fasilitas kredit, saldo terutang selama 24 bulan terakhir, dan status kredit (macet/lancar) hingga kemungkinan gagal bayar dan informasi lainnya.

Ada tiga paket yang disediakan untuk mengakses layanan MyIdScore, yaitu free report (gratis 1x / tahun pertama), Silver Report (Rp75.000 untuk 1x pengecekan), Gold Report (Rp125.000 untuk 3x pengecekan dalam tiga bulan), atau Platinum Report (Rp175.000 untuk 3x pengecekan dalam satu tahun).

Skoring yang digunakan berkisar antara 250 hingga 900, yang berbanding lurus dengan reputasi keuangan/tingkat kelayakan kredit dan berbanding terbalik dengan profil risiko kredit. Makin tinggi skor, maka makin rendah risiko kredit dan makin besar kemungkinan kredit disetujui. Saat ini, MyIdScore juga sudah terintegrasi dengan SLIK OJK, sehingga informasi yang disajikan akan lebih akurat dan relevan.

Informasi yang dikeluarkan oleh MyIdScore ini bisa digunakan terhadap berbagai lembaga keuangan. Namun, dengan skor kredit yang positif sekalipun, pada dasarnya setiap lembaga keuangan mempunyai risk apetite masing-masing. Terkait hal ini, pihaknya menyampaikan bahwa informasi yang disediakan hanya bertujuan untuk mempermudah lembaga keuangan dalam analisis credit scoring.

Salah satu segmen yang disinyalir akan sangat terbantu dengan solusi ini adalah pekerja kreatif/informal. Salah satu aktris ternama yang hadir dalam peluncuran MyIdScore, Dian Sastrowardoyo membagikan pengalaman di masa awal karirnya sebagai pekerja seni yang permohonan kreditnya ditolak karena tidak bisa melengkapi syarat dokumen seperti slip gaji serta penghasilan yang tidak tetap. “Dengan adanya kredit skor yang praktis, kita jadi tahu apa yang harus kita perbaiki supaya nggak berkali-kali ditolak pinjamannya oleh bank”, ujarnya.

“Dengan memeriksa credit score, calon peminjam bisa mengukur tingkat kelayakan kreditnya dan seberapa besar peluang pengajuan pinjaman disetujui. Angka score dan track record seseorang merupakan rujukan dalam proses analisa kredit. Kalau credit score bagus, persetujuan kredit akan semakin mudah diperoleh,” ujar Abimanyu.

Direktur PBK Wahyu Trenggono turut menambahkan bahwa informasi ini merupakan tahap pertama. Ke depannya, perusahaan melihat potensi pengembangan lebih lanjut untuk angle lain. Tidak hanya berdasarkan riwayat perbankan namun juga melalui informasi seluler. Sebelumnya, Pefindo sudah lebih dulu merilis IdTelcoScore untuk analisis skoring kredit dari nomor seluler.

Proyeksi pertumbuhan kredit di Indonesia

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2021 sebesar 4%-6% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6%-8%. Prakiraan kinerja penyaluran kredit tahun 2021 ini didukung oleh optimisme terhadap kondisi moneter dan ekonomi, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit.

Berkaca pada tahun 2021, Yohanes menanggapi dengan adanya relaksasi atau pembukaan ekonomi, otomatis mendorong pertumbuhan aktivitas ekonomi dan kredit di Indonesia. Berdasarkan data dari OJK dan Bank Indonesia, proyeksi pertumbuhan kredit akan meningkat di angka 4%-7% di tahun 2022. “Melihat proyeksi pertumbuhan kredit yang semakin baik, kami berharap bisa membantu masyarakat menjaga reputasi keuangannya,” tambahnya.

Business Super Ecosystem, Inovasi Bhinneka dalam Mempercepat Transformasi Ekonomi Digital

Industri perekonomian digital sejatinya merangkul seluruh sektor usaha dan bisnis di masyarakat. Tak terkecuali bagi sektor ekonomi perdagangan. Sejak digitalisasi bergulir di Indonesia, tidak butuh waktu lama bagi sektor ini untuk segera bertransformasi menjadi e-commerce, baik dalam model bisnis B2C maupun B2B.

Hampir tiga dekade lalu, atau tepatnya pada 1993, salah satu entitas teknologi yang bergerak di industri e-commerce yakni Bhinneka berdiri hingga saat ini menjadi pionir industri e-commerce di Indonesia. Perusahaan yang terkenal sebagai penyedia produk 3C (Computer, Communications, Consumer Electronics) terus menjelma menjadi market leader B2B e-commerce di Indonesia dengan menggarap berbagai layanan.

Tidak berhenti mengembangkan bisnisnya, saat ini Bhinneka sudah mempunyai 6 sektor bisnis, yaitu produk Teknologi Informasi (TI) dan Maintenance, Repair & Operational (MRO), digital printing solution, offline store dan service center, business solution, B2B2B platform marketplace, hingga digital products.

Business Super Ecosystem Bhinneka hadirkan layanan marketplace dan e-Procurement

28 tahun telah melayani Indonesia, Bhinneka terus perkokoh layanan B2B nya dengan menghadirkan inovasi baru, Business Super Ecosystem. Strategi Bhinneka menjadi pemain e-commerce B2B terdepan di Indonesia.

Ekosistem bisnis yang dibangun Bhinneka sejak akhir tahun 2019 ini membantu percepatan transformasi ekonomi digital melalui penyediaan teknologi untuk semua pelaku bisnis di segala sektor dan skala.

Konsep Business Super Ecosystem  Bhinneka adalah menghadirkan solusi bisnis dari hulu (bahan baku, barang setengah jadi) hingga ke hilir (end-products). Yakni menghubungkan para pelaku bisnis enabler mulai dari para penghasil barang, penyedia jasa, fintech dan logistik, dengan para pelanggan yang terdiri dari usaha mikro, UKM, dan enterprise. Menjadikannya ekosistem yang lebih luas dan tidak terbatas.

Business Super Ecosystem ini menghadirkan dua layanan solusi digital yakni marketplace dan e-Procurement marketplace . Kedua transformasi digital ini menyasar berbagai segmen mulai dari pemerintah daerah, swasta, akademisi/universitas hingga organisasi profesi.

Seperti contohnya Bhinneka dipercaya mengadakan marketplace di beberapa universitas dan pemerintah kota di Indonesia. Hingga saat ini, Bhinneka telah bekerja sama dengan tiga universitas dan tiga pemerintah kota. Dalam pendiriannya, dikenakan investasi 0% untuk pembuatan mini marketplace ini. Sehingga memungkinkan banyak komunitas, organisasi, lembaga, dan pemerintah menciptakan aliran pendapatan (revenue stream) baru dalam payung transformasi digital.

Beberapa hasil dari kerja sama Bhinneka dengan universitas pada bagian marketplace, akhirnya menghadirkan “SetSail BizAccel” yaitu campus marketplace President University, “Biemersshop” milik Universitas Bunda Mulia, dan “UII Gerai” milik UII Yogyakarta.

Bhinneka-Pelatihan-UMKM-Campus-Marketplace-scaled
Bhinneka bersama tim inkubator bisnis President University kepada para pelaku UMKM dari Desa Karangraharja, Cikarang, pertengahan November lalu dalam upaya pembinaan dan percepatan transformasi digital UMKM Tanah Air. (Sumber : Bhinneka.com)

Konsep pembangunan campus marketplace ini adalah menyediakan fasilitas yang dapat diakses oleh seluruh civitas akademika hingga alumni civitas akademika melakukan jual-beli. Semua juga berkesempatan menjadi merchant. Sebuah inovasi menarik yang bisa menjadi ruang belajar dan praktek langsung berbisnis karena secara tidak langsung Bhinneka menyediakan pangsa pasar untuk pelaku usaha di ranah kampus. Bahkan, sesuai komitmennya, merchant kampus pun juga masuk dalam kurasi Bhinneka untuk melayani pengadaan di program Bela Pengadaan pemerintah yang bernilai hingga Rp50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) per transaksi.

Di lain sisi, pemerintah kota juga menjalin kerjasama dengan e-marketplace Bhinneka yang diwujudkan dalam digitalisasi pelaku UMKM lokal guna memaksimalkan pelayanan publik dan menggenjot kebutuhan belanja daerah.

Sebab, berdasarkan catatan LKPP dalam transaksi pengadaan barang/jasa tertinggi melalui e-Katalog periode Januari 2020-Mei 2021, penyerapan anggaran belanja untuk barang/jasa dari produk impor tampak lebih tinggi, yaitu Rp31,3 triliun.

Beberapa pemerintah kota yang telah bekerja sama dengan Bhinneka guna menjawab permasalahan ini yaitu, Pemerintah Kota Mojokerto, Pemerintah Kota Ternate, dan Pemerintah Kota Surakarta.

Dalam pengembangan bisnisnya, seperti dikatakan di awal, Bhinneka juga melebarkan sayapnya dengan menawarkan layanan e-Procurement Marketplace. Layanan ini dirancang untuk memusatkan interaksi antara organisasi, pelanggan, dan vendor untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses procurement bagi segmen korporat, UKM, dan instansi pemerintah.

Dilansir dari Kontan.co.id, untuk layanan e-Procurement, Bhinneka menawarkan efisiensi biaya hingga 25% per tahun melalui platform Bhinneka Bisnis (business-to-business/B2B), dan bekerja sama dengan LKPP untuk pengadaan pemerintah dengan menawarkan 150.000 SKU dari 9.000 suppliers. Penetapan ini berlandaskan pada data Kinerja Pengadaan LKPP Per 17 Mei 2021, tentang anggaran belanja pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP) pemerintah daerah TA 2021 adalah sebesar Rp 606,6 triliun.

Business Super Ecosystem seperti milik Bhinneka akan jadi “The Next Big Thing”?

Melihat berbagai praktik yang telah dibangun oleh Bhinneka di atas, rasanya membuka lebar peluang bisnis yang dapat dipersonalisasi dengan mudah.

Ditambah lagi pada tahun 2020, Indonesia menjadi negara dengan skor Global Entrepreneurship Monitor’s National Entrepreneurship Context Index (GEM NECI) tertinggi. Ini berarti Indonesia merupakan negara yang sangat konduktif bagi pertumbuhan semua jenis entrepreneur. Sehingga, hal ini bisa menjadi peluang Bhinneka untuk mengembangkan bisnis nya dengan lancar.

Model B2B e-commerce seperti Bhinneka diperkirakan akan terus tumbuh besar. Menteri Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lipat, dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun. Dalam hal ini, e-commerce turut andil dan memiliki peran yang sangat besar, yaitu 34% atau setara dengan Rp1.900 triliun. Diperkirakan, sektor B2B atau business-to-business juga akan tumbuh dengan besaran 13% atau setara dengan Rp763 triliun di tahun 2030.

Tingginya pengguna e-commerce di Indonesia dapat diarahkan untuk melakukan transaksi offline. Konsep Online-to-Offline (O2O) diharapkan dapat diterapkan dengan baik, sebab Online-to-offline (O2O) commerce merupakan strategi bisnis yang dapat menarik pelanggan potensial dari saluran online untuk melakukan pembelian di toko fisik. O2O dapat mengidentifikasi pelanggan di ruang online, seperti melalui email dan iklan Internet, dan kemudian menggunakan berbagai alat dan pendekatan untuk menarik pelanggan meninggalkan ruang online dan dapat melakukan transaksi offline.

Jauh sebelum bermunculan e-commerce baru yang mengimplementasi konsep O2O (online-to-offline), Bhinneka menjadi e-commerce pertama yang menawarkan konsep omnichannel dengan kanal penjualan yang terintegrasi (platform & physical store) yang diperkuat dengan 10.000+ vendors & merchants, 2.500.000 SKUs, dan total 1.500.000+ MSMEs, corporate customers, instansi pemerintah.

Seperti sebelumnya yang sukses menjadi pelopor perdagangan online, dua program pembangunan marketplace dan e-Procurement marketplace tadi menjadi upaya Bhinneka mengokohkan posisinya untuk selalu jadi yang terdepan dengan membangun Business Super Ecosystem (Ekosistem B2B2B) yang akan menjadi masa depan industri e-commerce B2B.

Dengan ini diharapkan inovasi yang dilakukan oleh Bhinneka benar dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, serta dapat mengarahkan para pelaku UMKM melakukan digitalisasi. Pada era masyarakat digital ini sepatutnya kita memanfaatkan teknologi digital dengan maksimal.

Zilingo Announces Series D Funding of 3 Trillion Rupiah

Today (2/12), Zilingo fashion commerce closes Series D Funding worth of $226 million (around 3,1 trillion rupiah). It was from Seqouia Capital, Temasek, Burda Principal Investments, Sofina, EDBI, and some previous investors. In this round, the Singapore-based startup has obtained $308 million in total.

Zilingo will use the current funding to invest in necessary infrastructure and technology for integration and digitization of beauty and fashion industry. They also plan to expand further in major market, such as Philippines, Indonesia, and Australia this year.

Zilingo introduces its platform in Indonesia in early 2017 post Series A funding the previous year. In terms of fashion, Indonesia is considered potential. In its early stage, Zilingo creates a local team and acquire more than 2,700 sellers with 100 fashion brands – of course, with intensive publication in the mainstream media.

Aside from increasing traction for B2B and B2C, Zilingo always explore possibility in different business model. As said by Zilingo’s CEO, Ankiti Bose earlier this year, the team plans to reach offline segment for broader networks.

In addition, he also said Zilingo plans to build in-house fintech for credit loan and payment system to all merchants.

Not just a fashion marketplace

Ankiti Bose and Dhruv Kapoor / Zilingo
Ankiti Bose and Dhruv Kapoor / Zilingo

The e-commerce platform was founded by Ankiti Bose and Dhruv Kapoor in 2015. It was then, they found out the fact that small sellers have not enough space to supply fabric as cheap as the giant company. Then, Zilingo went to broader business, not only a marketplace, but also develop system to connect sellers with various companies supporting the fashion industry.

“Technology role is to create inclusive growth. In the fashion industry, inefficiency core supply has prevented SMEs to reach full potential compared to the big brands. We create a place with the best product and service in its class for all sellers – regardless of its value. We think this approach can make a big impact to Southeast Asia’s suppliers,” he added.

In B2B segment, to improve supply chain, they present Zilingo AsiaMall and Z-Seller. Zilingo has a commitment to fasten growth through partnership using the developed technology. Also, the company strives for global potential to market the beauty and fashion products.

Global fashion industry value is predicted to reach $3 trillion, $1.4 trillion is from Asia. It’s the potential Zilingo wants to understand better.

“Sequoia’s investment in Zilingo has existed before the company incorporated and the name Zilingo is finalized. Bose and his team changes the original idea of Zilingo as a platform to serve consumers, sellers, retailers, brands, and the fashion designers overall representing the million dollars market,” Sequoia Capital Singapore’s Managing Director, Shailendra Singh said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Zilingo Umumkan Perolehan Pendanaan Seri D Senilai 3 Triliun Rupiah

Hari ini (12/2) layanan fashion commerce Zilingo mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri D senilai $226 juta (setara dengan 3,1 triliun Rupiah). Pendanaan ini didapat dari sejumlah investor termasuk Seqouia Capital, Temasek, Burda Principal Investments, Sofina, EDBI dan sejumlah investor sebelumnya. Dengan putaran tersebut, total keseluruhan dana modal yang didapat startup asal Singapura ini berkisar $308 juta.

Zilingo akan menggunakan dana yang ada untuk berinvestasi dalam infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan dan mendigitalkan rantai pasokan industri busana dan kecantikan. Mereka juga berencana untuk menguatkan ekspansi di beberapa pasar utama seperti Filipina, Indonesia serta Australia pada tahun ini.

Zilingo meresmikan kehadirannya di Indonesia sejak awal tahun 2017 lalu pasca perolehan pendanaan seri A di tahun sebelumnya. Untuk produk busana, Indonesia dinilai sebagai pangsa pasar potensial. Di awal kehadirannya Zilingo langsung membentuk tim lokal, dan menghimpun lebih dari 2700 penjual dengan 100 merek busana — tentu dibumbui publikasi iklan di media mainstream secara gencar.

Selain meningkatkan traksi untuk segmen B2B dan B2C, Zilingo juga terus mengeksplorasi kemungkinan model bisnis lain. Salah satunya disampaikan awal tahun ini oleh Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose. Pihaknya berencana untuk merambah segmen offline demi menyentuh kalangan konsumen yang lebih luas.

Selain itu turut diungkapkan Ankiti soal rencana Zilingo untuk membangun layanan in-house fintech yang ditujukan buat bantuan pinjaman kredit dan sistem pembayaran kepada para merchant.

Bukan sekadar marketplace busana

Founder Zilingo
Ankiti Bose dan Dhruv Kapoor / Zilingo

Platform e-commerce ini didirikan oleh dua orang founder, yakni Ankiti Bose dan Dhruv Kapoor, pada tahun 2015. Kala itu founder menemukan fakta bahwa penjual kecil tidak memiliki volume yang cukup untuk memasok bahan baku semurah pengusaha besar. Dari situ Zilingo mulai memperluas bisnis, tidak hanya sekadar marketplace, tapi juga mengembangkan sistem yang menghubungkan penjual dengan berbagai perusahaan pendukung industri busana itu sendiri.

“Peran teknologi seharusnya untuk menciptakan pertumbuhan yang inklusif. Dalam industri busana, ketidakefisienan rantai pasokan inti menghalangi para penjual skala kecil dan menengah untuk membuka potensi penuh mereka dibandingkan dengan brand besar. Kami menciptakan sebuah wadah dengan layanan dan produk terbaik di kelasnya untuk semua penjual – terlepas dari besarannya. Kami rasa pendekatan ini dapat mendukung pertumbuhan besar bagi para pemasok di Asia Tenggara,” ujar Ankiti.

Di segmen B2B, untuk meningkatkan kemampuan rantai pasokan, mereka menghadirkan platform Zilingo AsiaMall dan Z-Seller. Zilingo berkomitmen untuk mempercepat pertumbuhan melalui kerja sama dengan para mitra memanfaatkan teknologi yang dikembangkan. Selain itu perusahaan juga masih terus berupaya membuka potensi global untuk memasarkan produk busana dan kecantikan.

Nilai industri busana global ditaksirkan akan mencapai $3 triliun, sementara $1,4 triliunnya berasal dari Asia. Peluang ini yang coba ingin ditangkap baik-baik oleh Zilingo.

“Investasi Sequoia di Zilingo sudah ada bahkan sebelum perusahaan terinkorporasi dan nama perusahaan Zilingo difinalisasi. Ankiti beserta timnya mengubah ide orisinal mereka tentang Zilingo menjadi sebuah platform yang melayani para konsumen, penjual, retailer, brand, dan produsen di bidang busana secara menyeluruh yang mewakili pasar bernilai ratusan miliar dolar,” ujar Managing Director Sequoia Capital Singapura Shailendra Singh.

Application Information Will Show Up Here

FixcoMart Hadirkan Layanan E-commerce untuk Peralatan Perkakas Teknik dan Industri

Pesatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia dan kemajuan di bidang otomotif menyebabkan kebutuhan akan peralatan perkakas teknik dan industri yang sangat tinggi setiap tahunnya. Selain itu, banyaknya kebutuhan dari sisi perusahaan, yakni sistem pembelian oleh purchasing, approval dari atasan, riwayat pembelian, dan harga yang transparan, menjadikan alasan yang kuat FixcoMart, layanan e-commerce khusus untuk produk-produk MRO/perkakas seperti handtools, powertools, lubricant, mesin, otomotif, safety, bangunan didirikan.

“Diharapkan kehadiran FixcoMart sebagai layanan lengkap untuk perusahaan dan kalangan individual, bisa menjawab kebutuhan akan pasar yang sangat luas terutama dalam bisnis online serta transparansi purchasing di perusahaan,” kata Managing Director FixcoMart Iwan Kesuma Kepada DailySocial.

Dalam kesempatan ini, FixcoMart mengumumkan perolehan pendanaan Seri A yang diklaim senilai 7 digit (dalam US$). Tidak disebutkan siapa investor yang terlibat dalam pendanaan kali ini, namun dana segar yang diperoleh akan digunakan untuk mengembangkan bisnis, memperluas jaringan mitra ke seluruh pelosok Indonesia, menambah pegawai dan memperkuat sistem di situs perusahaan.

“Kami juga berencana akan membuat aplikasi mobile, serta penggunaan gedung baru yang lebih luas. Selain itu, tidak menutup kemungkinan Fixcomart akan memperluas kategori barang selain bidang yang ada saat ini,” kata Iwan.

Saat ini FixcoMart telah memiliki ribuan pengguna aktif yang diklaim jumlah tersebut terus bertambah. Terkait dengan mitra, FixcoMart telah menjangkau mitra di seluruh Indonesia serta memiliki kerjasama telah dijalin sebelumnya.

Cara mudah pembelian produk di FixcoMart

Pengguna bisa langsung melakukan pembelian melalui FixcoMart jika barang memang ready stock. Jika barang belum tersedia, pengguna dapat membuat quotation pada fitur request for quotation. Jika pengguna merupakan konsumen korporasi, mereka dapat memanfaatkan fitur-fitur seperti approval oleh atasan, deposit uang dan riwayat pembelian (transaction history) saat bertransaksi di FixcoMart.

“Setelah pembayaran dilakukan, produk-produk yang dipesan akan dikirimkan melalui jaringan ekspedisi yang ada ke seluruh Indonesia bahkan keluar negeri dengan packaging yang rapi serta aman,” kata Iwan.

Untuk proses pengiriman barang dengan kelengkapan, Fixcomart didukung oleh ekspedisi dari JNE, TIKI, J&T, Wahana, Pos Indonesia, Deliveree, Ninja Express, Go-Send, Grab Express, REX, RPX, Fedex, dan DHL.

“Dalam hal pembayaran FixcoMart juga menawarkan pilihan pembayaran seperti, transfer bank, cicilan 0%, cicilan tanpa kartu kredit, kartu kredit. Kedepannya pengguna juga dapat melakukan pembayaran melalui minimarket, GO-PAY, OVO, dan lainnya.

Iwan melanjutkan, FixcoMart juga tersedia di berbagai marketplace di Indonesia untuk memudahkan pembeli terutama end users. Di antaranya adalah Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Lazada, Elevenia, Blanja. Sementara itu strategi monetisasi yang dilakukan berupa penjualan produk, kemitraan yang saling menguntungkan, dan juga beriklan di situs serta media sosial.

Target FixcoMart

Sebagai layanan e-commerce spesialis produk perkakas dan teknik untuk industri hingga individu, FixcoMart masih memiliki target yang ingin dicapai. Di antaranya adalah, menghadirkan varian kategori produk lainnya dan memperluas jangkauan kebutuhan akan pasar di Indonesia.

“FixcoMart akan menjadi layanan e-commerce spesialis teknik terdepan dan terbesar di Indonesia dengan market B2C (individu) dan B2B (korporasi) yang terus dipercaya banyak end users maupun perusahaan-perusahaan untuk berbelanja kebutuhan mereka,” tutup Iwan.

DScussion #87: Agate dan Strateginya Mengembangkan Game Berkualitas di Indonesia

Menurunnya marketshare pengembang game lokal saat ini menjadi perhatian dari para pengembang di Indonesia. Sebagai salah satu Game Studio lokal, Agate melihat peluang pengembang game di tanah air masih sangat menjanjikan, dengan menyasar berbagai segmentasi pasar, bukan hanya B2C tapi juga B2B.

Dalam edisi DScussion terakhir di tahun 2017 ini, CEO dan Co-founder Agate Arief Widhiyasa, mengungkapkan beberapa alasan, mengapa industri game di Indonesia masih mengalami pertumbuhan yang sangat lambat, dibandingkan dengan negara lainnya.

Strategi dan Rencana aCommerce Pasca Pendanaan Seri B

Dalam kesempatan temu media hari ini, Co-Founder & Group CEO aCommerce Paul Srivorakul mengungkapkan beberapa tren yang bakal terjadi dalam dunia e-commerce tahun 2018 mendatang. Sebagai e-commerce enabler yang secara agresif hadir di Asia Tenggara, aCommerce mengklaim Indonesia merupakan negara dengan potensi terbesar, setelah Filipina, Thailand, Singapura.

“Kami dari aCommerce ingin menunjukkan fokus kami di Indonesia dengan mendirikan dua kantor, empat gudang, dan 20 hub. Kami percaya tahun 2018 mendatang akan lebih besar lagi potensi yang bisa digali di Indonesia.”

Setelah mendapatkan pendanaan Seri B beberapa waktu lalu, fokus dari aCommerce selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke Vietnam dan Malaysia. Sementara untuk teknologi, aCommerce akan terus menambah kemitraan serta membuka API kepada partner terkait, untuk memperluas channel aCommerce secara global.

“Dengan menerapkan cara tersebut merupakan pilihan terbaik bagi aCommerce, yaitu menambah kemitraan dengan partner lokal hingga global,” kata Paul.

Ditambahkan oleh Paul, platform teknologi yang tersentralisasi untuk brand memungkinkan klien terhubung dan mendistribusikan produk mereka melalui jaringan terintegrasi Business-to-Consumer (B2C) dan kanal Business-to-Business (B2B) dengan analisis data yang real time.

Strategi ritel multi-channel, distribusi dan marketing

Makin cepatnya pertumbuhan layanan e-commerce saat ini diprediksi pada tahun 2018 mendatang akan bertambah hingga 20%. Melihat besarnya peluang tersebut, Paul menegaskan layanan e-commerce pada umumnya dan aCommerce pada khususnya, harus sudah bisa mencermati tiga poin penting, yaitu omni-channel, retail direct to consumer, hingga merubah distributor dan wholeseller.

“Tiga hal tersebut yang saya prediksi akan memainkan peranan penting dalam layanan e-commerce di Indonesia dan secara global ke depannya. Platform aCommerce pun mencakup keseluruhan perjalanan online pelanggan, dari distribusi produk, pengumpulan data pelanggan hingga pembelian di semua kanal,” kata Paul.

Bukan hanya fokus kepada proses penjualan, namun aCommerce dengan platformnya bisa mendampingi klien untuk mendapatkan secara langsung consumer-behaviour melalui pengolahan big data. Sejak satu tahun terakhir aCommerce mengalami pertumbuhan klien sebesar 62%, membuktikan bahwa layanan menyeluruh yang dimiliki oleh aCommerce digemari oleh kalangan bisnis.

“Ke depannya kami juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada semua klien aCommerce di berbagai negara, bisa menjual produk mereka secara global di negara aCommerce beroperasi,” kata Paul.

Disinggung tentang berapa profit dari aCommerce saat ini, Paul menegaskan ditargetkan pada kuartal pertama tahun 2019 mendatang, aCommerce akan mendapatkan profit secara global.

Pemanfaatan jalur offline bisnis

Dalam kesempatan tersebut turut hadir salah satu klien aCommerce dari Eiger Indonesia yang mengungkapkan kepuasannya selama menjadi klien dari aCommerce. Hal menarik yang disampaikan oleh Head of Ecommerce Eiger Andreant Tendo adalah perubahan mindset yang sudah harus dimiliki oleh kalangan bisnis, tidak lagi hanya mengandalkan jalur offline namun sepenuhnya kepada online. Namun demikian ketika jalur online sudah disempurnakan, harus senantiasa memperhatikan kebutuhan dari pelanggan.

“Orang Indonesia itu masih butuh kejelasan dan percakapan langsung terkait dengan rekam jejak produk yang mereka beli secara online. Jika bisnis bisa menerapkan cara yang benar dalam hal layanan pelanggan, pasti bisa berjalan dengan baik,” kata Andreant.

Dilanjutkan oleh Andreant, meskipun saat ini sebagian besar penjualan produknya dilakukan secara online, namun jalur offline masih memiliki peranan penting untuk membina komunitas, menerima feedback dan insight sekaligus sebagai customer experience saat belanja secara offline.

“Saya juga mengharapkan aCommerce bisa memperluas wilayah layanan hingga ke pelosok daerah di Indonesia. Sehingga bisa memecahkan permasalahan logistik yang masih menjadi kendala utama di Indonesia,’ kata Andreant.