Ini Dia Startup dan Investor di Ekosistem Healthtech Indonesia

Sektor kesehatan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari disparitas pemenuhan dokter, sebaran fasilitas kesehatan yang kurang merata, hingga inovasi di bidang medis yang masih relatif lambat — sehingga menciptakan gap yang cukup kentara di banyak wilayah.

Misalnya terkait dokter spesialis, menurut Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes rasionya masih sangat kecil, pemerintah menargetkan bisa mencapai target rasio 0,28: 1.000 sehingga saat ini masih dibutuhkan 30 ribu dokter spesialis.

Terlepas dari upaya yang dilakukan di hulu, kini pendekatan berbasis teknologi mulai digencarkan untuk bisa memicu adopsi layanan kesehatan yang lebih baik ke semua kalangan masyarakat, termasuk melalui aplikasi digital. Bahkan untuk menciptakan iklim inovasi yang lebih kondusif, Kemenkes telah membangun unit khusus (DTO/Digital Transformation Office) dan roadmap yang cukup jelas mengenai inovasi layanan kesehatan di Indonesia.

DTO mendorong hadirnya regulasi yang lebih bersahabat untuk ekosistem healthtech di Indonesia, implikasinya inovasi-inovasi teknologi kesehatan kini menjadi lebih mudah diuji, diaplikasikan, dan dikomersialisasikan. Di samping itu ada misi untuk menata ulang pencatatan dan digitalisasi data untuk kepentingan jangka panjang.

Tentu ini menjadi peluang besar untuk para inventor healthtech di Indonesia yang diproyeksikan mencapai $1,7 miliar pada 2023 dan akan tumbuh dengan CAGR 10,35% sampai 2028 mendatang senilai $2,9 miliar.

Pemain healthtech terbesar

Startup healthtech sudah mulai bermunculan sejak era perkembangan awal startup. Dimulai dari portal informasi kesehatan, layanan telemedis, e-pharmacy, layanan kesehatan O2O, hingga kini menuju ke inovasi babak selanjutnya: biotech.

Didasarkan pada data pendanaan yang diumumkan publik, tiga startup saat ini diproyeksikan telah menjadi centaur (sejauh ini belum ada unicorn lokal dari vertikal healhtech).

Startup Pendanaan Estimasi Valuasi (Venture Cap)
Halodoc · Seri D: $100 juta (Astra Digital, Openspace, Novo Holdings, dll).

· Seri C: $80 juta (Astra, Temasek, Telkomsel MItra Inovasi, Novo Holdings, Bangkok Bank dll).

· Seri B: $65 juta (UOB Venture, Singtel Innov8, KIP, Melinda Gates Foundation, Prudential, Allianz X, dll).

· Seri A: $13 juta (Clermont Group, Go-Jek, Blibli, NSI Ventures).

· Seed: Undisclosed.

± $600 juta
Alodokter · Venture Round: Undisclosed (Marubeni Corp, MDI Ventures, Samsung Ventures).

· Seri C+: Undisclosed (MDI Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Heritas, Hera Capital).

· Seri C: $33 juta (Sequis Life, Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners dll).

· Seri B: Undisclosed (Softbank, Golden Gate Ventures dll)

· Seri A: $2,5 juta (Golden Gate Venture, angel investor)

· Seed: Undisclosed (Fenox, 500 Startups, Golden Gate Ventures)

± $130 juta
Good Doctor Indonesia · Seri A: $10 juta (MDI Ventures, Grab, Softbank)

· Seed: Undisclosed (Grab, Ping An)

mendekati $100 juta

Investor di vertikal healthtech

Dalam satu tahun terakhir, sektor healthtech dan turunannya memiliki momentum pertumbuhan yang sangat pesat. Ini mendorong para investor untuk mempertajam hipotesis mereka untuk turut andil di dalam vertikal industri ini. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah pemodal ventura juga telah mengalokasikan dana kelolaan khusus yang difokuskan untuk  berinvestasi ke startup healthtech.

Berikut ini daftar investor aktif di Indonesia yang memiliki fokus mendanai startup di bidang teknologi kesehatan:

Healthcare Fund dari East Ventures

Bulan lalu pemodal ventura yang dinakhodai Willson Cuaca ini baru mengumumkan inisiatif Healthcare Fund senilai $30 juta. Dana ini akan disalurkan ke startup healthtech dan turunannya di kawasan ini. Sejauh ini mereka juga sudah banyak berinvestasi ke startup healthtech (dan turunannya). Disampaikan sekurangnya ada 30 startup di Indonesia dan wilayah regional.

Di vertikal bisnis ini, East Ventures juga tampak lebih serius memperdalam keterlibatannya di area genomik – terutama di lini biotech dan deeptech. Berikut ini sejumlah daftar investasi terbarunya:

Startup Solusi Tahap Investasi
Moosa Genetics Pengembangan teknologi genetik untuk meningkatkan sektor peternakan Seed
Mesh Bio Layanan manajemen penyakit kronis dan analisis prediktif Seed
Etana Startup biofarmasi yang menghadirkan bahan baku obat biologis untuk kanker dan penyakit kronis lainnya Seed
AMILI Pengembang solusi pengobatan mikrobioma usus pertama di Asia Tenggara Seed
Aevice Health Alat monitoring kesehatan untuk solusi pernapasan kronis Seed

Dana Kelolaan CVC BUMN

MDI Ventures dan Bio Farma telah membentuk dana kelolaan bertajuk “Bio Health Fund” dengan komitmen investasi awal $20 juta. Mereka akan menginvestasikan dana tersebut ke startup tahap awal dan berkembang yang fokus di bidang biotech dan inovasi layanan kesehatan di Indonesia. CVC BUMN lainnya, yakni Mandiri Capital Indonesia, juga mengatakan bahwa mereka merilis thematic fund dengan salah satu fokusnya di bidang biotech.

MCI sendiri memang sedang fokus memperdalam hipotesis impact investment mereka melalui sejumlah co-investment, salah satunya bersama UNDP. Mereka mengeksplorasi startup yang berpotensi mendisrupsi sektor riil berdampak dengan inovasi teknologi.

MDI sendiri saat ini adalah investor dari sejumlah startup healthtech seperti Alodokter, Good Doctor, SwipeRx, CXAGroup, Pixa, dan Heals. Melalui unit lainnya, Telkomsel Mitra Inovasi yang juga merupakan anak perusahaan Telkom Group, mereka juga berinvestasi ke Halodoc dan Zi.Care.

Daftar VC yang berinvestasi ke healthtech

Kendati tidak memiliki dana kelolaan khusus, selain pemodal ventura yang sudah disebutkan namanya di atas, sejumlah pemodal ventura juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi ke startup healthtech lokal dalam dua tahun terakhir. Berikut daftar selengkapnya:

  1. AC Ventures
  2. Astra Digital
  3. GK-Plug and Play
  4. Golden Gate Ventures
  5. Iterative
  6. Jungle Ventures
  7. Kenangan Fund (Kopital Ventures)
  8. Openspace Ventures
  9. Skystar Capital
  10. Softbank
  11. Teja Ventures
  12. Venturra
  13. Wavemaker Partners

Selain itu sejumlah angel investor juga mulai turut andil dalam berinvestasi ke startup healthtech, terutama dalam putaran pre-seed atau seed.

Kementerian BUMN Meluncurkan Tiga Dana Kelolaan untuk Investasi di Sektor Biotech, Energi, dan Agrikultur

Kementerian BUMN meresmikan peluncuran tiga dana kelolaan terdiri dari Bio Health Fund, Energy Fund, dan Agri Fund yang akan menjadi kendaraan investasi pada startup tahap early hingga growth di vertikal terkait. Tidak disebutkan berapa total komitmen investasi awal dari dana kelolaan ini.

Ketiga dana kelolaan tersebut akan disuntik dari PT Bio Farma, PT Pertamina, dan PT Pupuk Indonesia yang masing-masing akan membidik pendanaan di sektor biotech, energi, dan agrikultur di Indonesia. Sebelumnya, Bio Health Fund sudah lebih dulu diluncurkan pada Mei 2022 senilai $20 juta atau Rp292 miliar.

Adapun, peluncuran ini ditandai oleh penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada pembukaan BUMN Startup Day, Senin (26/9), oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, dan Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman, serta CEO MDI Ventures Donald Wihardja.

Erick Thohir menuturkan ada dua jenis kendaraan investasi yang didirikan BUMN. Pertama, dana kelolaan Merah Putih Fund dengan komitmen investasi sebesar $300 juta untuk startup soonicorn/centaur atau valuasi mendekati $1 miliar. Merah Putih Fund didukung lima BUMN meliputi Telkom, Telkomsel, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Negara Indonesia. Kedua, dana kelolaan yang bersifat vertical-focused dengan inisiasi tahap awal dari Bio Health Fund, Energy Fund, dan Agri Fund.

(Ki-ka) CEO DailySocial.id Rama Mamuaya dan Menteri BUMN Erick Thohir pada pembukaan BUMN Startup Day, Senin (26/9) / DailySocial

Menurut Erick, Merah Putih Fund hadir untuk mengisi kekosongan pendanaan pada startup growth stage. Sementara, tiga dana kelolaan baru ini merupakan upaya transformasi BUMN dalam mencapai ketahanan di bidang pangan, kesehatan, dan energi untuk mendorong kekuatan ekonomi Indonesia.

Di samping itu, perusahaan yang terlibat masing-masing menawarkan kekuatan pada sinergi dan ekosistem, bukan hanya investasi. Bio Farma memiliki go-to market yang kuat, sedangkan Pertamina Power & New Renewable Energy (NRE) fokus terhadap pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Adapun, Pupuk Indonesia dapat mendorong ekspansi bisnis pangan di Indonesia.

“Indonesia merupakan negara penghasil pangan, tapi sinergi agrikultur masih cukup rendah dibandingkan sektor lain. Makanya kami coba bangun masyarakat digital, baru masuk ke pendanaan. Kami melihat pertumbuhan ekonomi harus didasari oleh pertumbuhan ekonomi baru. Sudah seyogyanya kita bersama-sama membangun ekosistem yang dirajut oleh sektor swasta, UMKM, dan BUMN. Ini baru langkah awal,” jelasnya.

Berdasarkan laporan CB Insights, ada lima alasan teratas startup mengalami kegagalan di antaranya salah membaca kebutuhan pasar (42%), kehabisan dana (29%), susunan tim tidak sesuai (23%), kalah berkompetisi (19%), dan harga atau biaya tanggungan (18%).

Membuka akses inovasi

Ditemui usai acara, CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengaku belum dapat mengungkap alokasi dari dana kelolaan tersebut. Untuk saat ini, baik Bio Farma, Pertamina, dan Pupuk Indonesia masih bertindak sebagai Limited Partner (LP) utama. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk membuka akses terhadap LP lain di luar.

“Bagi kami yang penting bukan capital gain, tetapi apakah mereka dapat membawa sinergi, produk baru, ke induk usaha. Contohnya, Bio Health Fund itu untuk pharmaceutical product, sudah terlihat produk apa yang dipasarkan. Ini semua upaya Bio Farma untuk mencari inovasi produk baru,” terangnya.

“Investasi [tiga dana kelolaan] ini menyasar tahap seed sampai seri B dan C, tetapi ini vertical-focused ya. Berbeda dengan Merah Putih Fund yang fokus pada startup soonicorn. Saat ini belum dapat saya share, tetapi ada satu deal yang ingin ditandatangani dengan Bio Farma,” ungkap Donald.

Mengutip Bisnis.com, Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menilai startup biotech belum dapat tumbuh optimal di Indonesia karena sejumlah faktor, seperti aturan yang kompleks dan kurangnya kompetitor.

Rata-rata pemain biotech dipegang oleh perusahaan besar dan konglomerasi. Sementara startup-startup berbasis riset membutuhkan waktu lebih lama untuk go-to market karena kurangnya pendanaan dan tidak punya kepastian pendapatan.

MDI Ventures dan Bio Farma Bentuk Dana Kelolaan 292 Miliar Rupiah untuk Startup Biotech

MDI Ventures dan Bio Farma membentuk dana kelolaan baru “Bio Health Fund” sebesar $20 juta atau sekitar 292 miliar Rupiah. Melalui dana kelolaan ini, keduanya membidik investasi startup early dan growth stage yang berfokus pada bidang biotech dan layanan kesehatan di Indonesia.

Dalam keterangan resminya, Bio-Health Fund ditargetkan dapat memberikan sinergi kepada Bio Farma sebagai salah satu LP utama. Sekaligus membuka peluang untuk meningkatkan kapabilitas Bio Farma dalam bidang penelitian biotech dan layanan kesehatan secara end-to-end.

“Saat ini industri kesehatan di Indonesia memiliki berbagai tantangan, termasuk bagaimana mengembangkan teknologi baru terkait bio science, farmasi, dan healthtech. Ini menjadi alasan Kementerian BUMN melalui Bio Farma, Kimia Farma, dan Indofarma, untuk berinvestasi teknologi dengan MDI Ventures,” tutur Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury.

Sementara, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkap, Bio Farma memiliki nilai kuat dengan posisinya sebagai produsen farmasi dan penyedia layanan kesehatan. Hal ini akan memberi nilai tambah bagi startup biotech untuk melakukan go-to-market.

“Bio-Health Fund tidak membatasi fokus geografi investasinya, terbuka untuk produk dan solusi yang dapat berkontribusi dan memberikan nilai tambah bagi sektor penyedia kesehatan di Indonesia,” tambah Honesti.

Sebagai informasi, Bio Farma merupakan anak usaha BUMN Farmasi yang bergerak di bidang kesehatan secara end-to-end di antaranya R&D, manufaktur, distribusi, hingga retail apotek, klinik, dan lab klinik. Bio Farma menyebut sebagai satu-satunya produsen vaksin manusia di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara.

Sementara MDI Ventures merupakan perpanjangan tangan untuk investasi Telkom Group. Total portofolionya mencapai 64 di mana tiga di antaranya merupakan startup healthtech, yakni Alodokter, mClinica. dan Heals.

Transformasi berbagai sektor

Selain vaksin dan serum, Bio Farma akan menambah portofolio produk dengan berinovasi bersama startup untuk memproduksi kit diagnostik berupa mBio-Cov dan Biosaliva. “Ini menjadi bagian dari inovasi untuk produk life science dan healthtech sebagai ultimate goal kami membentuk ekosistem kesehatan nasional,” tambah Honesti.

Sementara itu, COO & Risk Management MDI Ventures Sandhy Widyasthan mengatakan biotech punya potensi untuk mentransformasi, tak hanya sektor kesehatan, tetapi juga pertanian dan manufaktur di Indonesia.

“Selama dua tahun terakhir, MDI telah berinvestasi di sektor kesehatan dan investasi biotech dengan saran dari Bio Farma. Kami melihat biotech dapat menjadi the next frontier di teknologi yang sudah matang untuk ekspansi lebih cepat,” ucapnya.

Biotech atau biotechnology didefinisikan sebagai proses pemanfaatan bagian dari makhluk hidup untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang bermanfaat bagi manusia. Bioteknologi dapat diterapkan dapat pembuatan pangan, pengolahan limbah, hingga menghasilkan bibit dan produksi tanaman.

Biotech di Indonesia

Mengutip Bisnis.com, Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menilai startup biotech belum dapat tumbuh optimal di Indonesia karena sejumlah faktor, seperti aturan yang kompleks dan kurangnya kompetitor.

Rata-rata pemain biotech dipegang oleh perusahaan besar dan konglomerasi. Sementara startup-startup berbasis riset membutuhkan waktu lebih lama untuk go-to market karena kurangnya pendanaan dan tidak punya kepastian pendapatan.

Menurut Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang, potensi pertumbuhan startup biotech cukup besar selama diimbangi dengan dukungan pemerintah untuk membangun ekosistem yang dibutuhkan, termasuk kesiapan SDM.

“Startup bioteknologi adalah perusahaan yang membutuhkan SDM yang andal tidak hanya secara digital, tetapi juga secara multiteknologi, kedokteran, kimia, biologi, nanoteknologi, dan lainnya. Selama ini fokus di Indonesia masih lebih banyak pada talenta digital untuk kebutuhan jasa saja,” katanya.