Lewat Shadow, Tim Blade Berambisi Untuk Mengganti Console dan PC Dengan Solusi Cloud Gaming

Jauh sebelum Sony memperkenalkan PlayStation Now dan Nvidia meluncurkan program GeForce Now, OnLive telah lebih dulu mempionirkan layanan gaming berbasis cloud. Saat itu, premisnya terdengar sangat menjanjikan. Bayangkan, meski performa hardware PC Anda terbatas, Anda bisa menikmati game kapan dan di mana saja asalkan ada koneksi internet memadai.

Sayangnya, waktu itu konsep OnLive yang begitu inovatif belum dibarengi kesiapan infrastruktur internet. Akibatnya, banyak dari konsumen mengeluhkan masalah keterlambatan respons saat mereka tengah mengakses game. Baik analis serta konsumen juga berpendapat bahwa OnLive masih belum bisa menggantikan pengalaman bermain di home console atau PC.

Blade Shadow

Namun dengan kian canggihnya infrastruktur internet, semakin banyak perusahaan – baik para raksasa teknologi hingga startup – melirik cloud sebagai alternatif dari platform hiburan konvensional. Baru-baru ini, satu tim asal Perancis yang menamai dirinya Blade memutuskan untuk mengadopsi konsep tersebut dan memperkenalkan solusi cloud gaming new-gen: Shadow.

Blade Shadow 1

Dasar gagasan Shadow hampir menyerupai OnLive, tetapi Blade punya ambisi buat mengganti perangkat gaming ‘standar’ dengan cloud. Melaluinya, Anda tetap bisa bermain via Steam, Origin, serta berbelanja game di Humble Bundle. Permainan-permainan yang dibeli di sana tetap jadi milik Anda. Namun berbeda dari PC atau console, Shadow juga memungkinkan kita mengakses platform berbeda seperti macOS, iOS dan Android.

Blade Shadow 3

Dengan berlangganan Shadow, Anda diberikan sebuah mesin virtual berperforma tinggi, setara PC bersenjata kartu grafis Nvidia GeForce GeForce ‘high-end‘, memori RAM sebesar 12GB, dan penyimpanan internal berbasis SSD seluas 256GB. Spesifikasi ini memungkinkan sistem menjalankan game di resolusi 4K di 60fps, atau menyajikan 144-frame per detik di 1080p. Blade juga berjanji untuk tidak ‘membagi’ hardware itu dengan user lain, sehingga performa game tidak berkurang walaupun saat itu ada banyak orang mengaksesnya.

Blade Shadow 2

Jika kebetulan Anda tidak mempunyai perangkat untuk disambungkan ke monitor atau TV, Blade juga menyediakan Shadow Box, yaitu unit mini PC dengan chip AMD APU yang bertugas menjadi penghubung antara layanan Shadow dan layar, sekaligus befungsi sebagai pusat konektivitas. Di sana dua port USB 2.0, dua USB 3.0, dua DisplayPort, port Ethernet, serta audio.

Blade Shadow

Rencananya, layanan Shadow akan meluncur perdana di wilayah Kalifornia pada tanggal 15 Februari 2018 besok. Biaya langganannya memang cukup mahal: US$ 50/bulan, US$ 40/bulan dengan kontrak selama tiga bulan, atau US$ 35/bulan jika bersedia berlangganan selama setahun penuh. Meski begitu, angka ini jauh lebih rendah dibanding harus membeli gaming PC seharga US$ 2.000.

Sumber: Shadow.tech.

Penyajian Laptop 2-in-1 ‘Konsep’ Lenovo Blade Menyerupai Cover iPad dan Microsoft Surface

Ide notebook convertible telah dirangkul oleh Lenovo sejak pengenalan IdeaPad Yoga 13 di tahun 2012 sebagai bentuk respons dari melonjaknya perhatian khalayak terhadap Asus Transformer. Kepopularitasan perangkat komputasi berkonsep 2-in-1 terus bertambah, terbantu berkat hadirnya hardware yang semakin canggih serta hemat dalam penggunaan daya.

Untuk sekarang, penyajian laptop convertible terdiri atas dua metode: struktur detachable atau notebook dengan engsel putar 360 derajat. Umumnya, perangkat 2-in-1 juga mempunyai display jenis layar sentuh sehingga memungkinkannya digunakan ala tablet. Mungkin termotivasi untuk menyuguhkan sebuah terobosan berbeda, Lenovo memperkenalkan laptop 2-in-1 unik bernama Blade.

Lenovo Blade boleh dikatakan sebagai campuran antara Microsoft Surface dengan cover iPad. Seperti Surface, bagian keyboard Blade terlepas dari periferal input. Namun berbeda dari perangkat Microsoft itu, ia tidak memiliki kickstand. Blade malah menggunakan komponen cover untuk menopang layar – mirip cover iPad. Bedanya, cover tersebut bukan aksesori tambahan, melainkan tertanam di tablet.

Penggunaannya seperti ini: ketika tidak dipakai, cover berfungsi untuk melindungi device. Kemudian saat Anda ingin menggunakannya, cukup lipat penutup tersebut ke belakang. Anda ingin mengetik? Buka lalu tekuk bagian belakang cover dan posisikan ujung tablet di depan keyboard. Elemen yang membuat perangkat ini tak sama seperti laptop 2-in-1 biasa ialah integrasi teknologi Miracast.

Lenovo Blade Concept 1

Dengan adanya teknologi ini, keyboard dan display (tersambung via connector magnet) bisa terus bekerja meskipun mereka dipisahkan, membuatnya jauh lebih fleksibel dari laptop convertible standar. Dan kabarnya, Blade juga dapat tersambung ke perangkat Miracast lain sehingga fungsinya bisa lebih luas lagi. Tapi buat sekarang, Lenovo belum menjelaskan bagaimana sistem tersebut bekerja.

Belum ada detail mengenai hardware dari Blade dan di mana Lenovo memposisikan unit pengolah data utama: apakah di layar seperti pada notebook convertible detachable normal, atau bisa juga ditaruh di keyboard kemudian layarnya dapat bekerja sebagai tablet Android standalone – akan masuk ke mode Windows saat keduanya tersambung (ide ini pernah Lenovo tuangkan di IdeaPad U1 Hybrid).

Berkat konsep uniknya, Blade memperoleh perhatian dari IF World Design Guide, juga memenangkan IF Design Award 2017 di kategori produk. Lenovo baru akan meluncurkan Blade setelah tahun 2017 berakhir – akan dilepas di kawasan Afrika, Asia, Australia, Eropa, Amerika Utara dan Selatan.

Via Liliputing.

Tencent Coba Saingi Xbox dan PlayStation Dengan Console Buatan Mereka?

Nintendo, Sony dan Microsoft adalah tiga nama yang selalu kita ingat begitu mendengar kata console. Hal itu memang tidak mengherankan. Tanpa menyertakan microconsole Android, belum ada produsen yang mencoba menggarap platform permainan sekelas mereka. Tapi satu raksasa gaming Tiongkok mencoba mengubah tren ini dengan upaya pengembangan sistem game baru.

Dilaporkan oleh AllChinaTech, Tencent selaku perusahaan induk dari kreator League of Legends serta pemegang hampir separuh saham Epic Games menyingkap ‘Tencent Games Platform Box’ di acara CES Asia Shanghai, yaitu sebuah console bernama Blade. Mereka tidak melakukannya sendirian. Untuk mengerjakan proyek ini, Tencent menggandeng nama-nama besar di industri teknologi seperti Intel dan Haier.

Intel bertanggung jawab menyediakan platform komputasi beserta teknologi-teknologi pendukung, contohnya sistem smart home dan kapabilitas sensing; sedangkan Haier bertugas pada proses produksi. Tencent sendiri berperan sebagai pengembang konten, menyiapkan wadah inkubasi dan membantu proses import konten game. Namun ketika digali lebih dalam, Blade malah lebih menyerupai Steam Machines dibanding PlayStation 4 atau Xbox One.

Dari sebuah foto, Balde mempunyai bentuk tajam, seperti mobil sport. Wujudnya mengingatkan saya pada penampilan gaming PC, bertubuh hitam ditambah LED merah. Kesamaannya dengan komputer tidak berhenti sampai di sana. Console ditenagai oleh prosesor Intel generasi keenam, dan tampaknya konsumen bisa memilih antara versi i3, i5 atau i7. Kemudian Blade juga berjalan di atas sistem operasi Windows 10.

Lalu apa bedanya Blade dengan PC ataupun console tradisional? Tencent bermaksud mengubah cara kita berinteraksi ke sistem permainan. Sang perusahaan asal Shenzhen itu melengkapi Blade bersama ‘mode TGP Box’ di mana Anda dapat mengunduh dan meng-update konten dari store, serta juga menikmati game secara lokal atau via live stream.

Sejauh ini, Tencent telah menghadirkan beberapa judul permainan mereka di Blade, misalnya League of Legends, FIFA Online 3, NBA 2K Online, Monster Hunter Online, Need for Speed: Hot Pursuit Tournament, dan lain-lain. Tencent juga mempunyai agenda untuk menambah koleksi game, terutama dari developer third party.

Untuk sekarang, belum diketahui informasi lebih rinci mengenai spesifikasi dan teknologi di belakang Tencent Games Platform Box, serta kapan Blade akan tersedia di luar wilayah China.

Via Neowin.

Divergent Microfactories Pamerkan Blade, Supercar Modular Yang Ramah Lingkungan

Supercar atau mobil eksotis mengacu pada tipe kendaraan elit serta edisi terbatas. Karena level ini sangat bergengsi, perusahaan otomotif biasanya mencurahkan segala sumber daya mereka demi memastikan produknya lebih unggul dibanding kompetitor. Di sana, bisa jadi faktor terakhir yang baru mereka pikirkan ialah penghematan material dan pemakaian sumber daya. Continue reading Divergent Microfactories Pamerkan Blade, Supercar Modular Yang Ramah Lingkungan

Seperti Transformers, Drone SkyProwler Bisa Berubah Bentuk di Udara

Seperti apa drone tercanggih buatan manusia? Model dengan kecerdasan buatan super-pintar, ataukah tipe dengan opsi kustomisasi luas dan jarak tempuh sangat jauh? Masing-masing memang punya spesialisasi. Namun jika dibandingkan drone lain, hasil karya Krossblade mungkin boleh dibilang sebagai varian paling unik, mengusung fitur penerbangan revolusioner. Continue reading Seperti Transformers, Drone SkyProwler Bisa Berubah Bentuk di Udara

Layar 3200×1800-Pixel Razer Blade Kini Didukung Chip Grafis Baru Nvidia

Terkenal akan periferal gaming berkualitas dan eksperimen tiada henti, Razer melakukan debutnya di pasar notebook gaming melalui seri Blade. Saat diungkap, banyak orang mengaguminya karena Razer Blade sangat tipis dan anggun. Tentu saja Razer tidak mau ketinggalan setelah para kompetitor merilis beragam update dan produk-produk terbaru. Continue reading Layar 3200×1800-Pixel Razer Blade Kini Didukung Chip Grafis Baru Nvidia