Kliring Berjangka Indonesia Mulai Terapkan Teknologi Blockchain di Aplikasi Resi Gudang

PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau dikenal juga sebagai KBI melakukan telah melakukan soft-launching aplikasi IS-Ware NextGen, pengembangan dari Aplikasi Resi Gudang yang sudah ada sejak tahun 2010 silam. Ada beberapa elemen pembaruan, salah satunya adalah penerapan teknologi blockchain dan smart contract di dalamnya.

Melalui aplikasi tersebut pemilik komoditas yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia bisa mendaftarkan dagangannya ke dalam Sistem Resi Gudang untuk dapat diterbitkan dokumen Resi Gudang secara real-time. Dengan demikian pemilik komoditas dapat segera melakukan kegiatan penjaminan atau perdagangan agar nilai dari komoditas tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.

“Pengembangan aplikasi ini, tentu dalam upaya kami menghadapi industri 4.0. Selain itu, pengembangan aplikasi ini juga merupakan upaya kami sebagai pusat registrasi Resi Gudang untuk meningkatkan ekosistem Resi Gudang Nasional. Dengan perkembangan teknologi yang ada, mau tidak mau juga harus kita terapkan dalam hal registrasi Resi Gudang,” terang Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi.

Kolaborasi KBI dengan teknologi blockchain sebelumnya pernah tercermin pada kerja sama dengan Indodax akhir September silam. Saat itu Indodax menerapkan pilot project pembayaran via kliring agar transaksi aset kripto di platformnya lebih aman.

Co-Founder & CEO Indodax Oscar Damawan waktu itu menjelaskan bahwa KBI sebagai gateway semua aktivitas pembayaran atau transaksi seperti deposit dan withdraw di mana uang para member Indodax dalam project prototype ini akan disimpan di bank kustodian.

“Dengan teknologi blockchain yang digunakan, ke depan sangat memungkinkan ekosistem resi gudang dapat menggunakan Resi Gudang tanpa warkat (scriptless). Itu akan sangat membantu para pelaku Resi Gudang. Hal ini dikarenakan dari sisi biaya akan menjadi lebih ekonomis, aman karena tidak dapat dipalsukan, memiliki ketahanan karena tidak mudah rusak. Selain itu, proses registrasinya akan lebih cepat karena dilakukan secara online dan instan,” tambah Fajar.

Terkait Resi Gudang di Indonesia, KBI menyampaikan bahwa sampai dengan kuartal tiga tahun 2020 menunjukkan pertumbuhan nilai pembiayaan sebesar 36% dibandingkan dengan kuartal tiga tahun sebelumnya. Hingga akhir September 2020 tercatat penerbitan di Resi Gudang sebanyak 259, dengan nilai total sebesar Rp56,8 miliar.

“Kita tahu, dengan memanfaatkan Resi Gudang, masyarakat pemilik komoditas akan mampu menjaga kestabilan harga, yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf ekonominya,” tutup Fajar.

Introducing Rupiah Token as a Stablecoin to Represent Rupiah

Rupiah Token (IDRT) is an Ethereum blockchain-based token with a value reflecting Rupiah. It is classified stable, which is a crypto asset with stable value – in this case, 1 to 1 value with the Rupiah. The value of 1 IDRT equal to Rp1, – both in purchases and sales.

In terms of each IDRT issued and circulating, PT Rupiah Token Indonesia (Rupiah Token) as the manager is required to add deposits in Rupiah to the custodian bank account. According to the audit report issued as of May 1, 2020, the total Rupiah Token in circulation has reached 72.7 billion with guarantees of the same value in Rupiah.

“Although there are lots of stablecoin circulating the crypto world, there is not a single Rupiah stablecoin on the blockchain […] We aim to provide Indonesia with a safe and easy way for crypto trading using Rupiah in the blockchain on global exchanges,” Rupiah Token’s Anthony Thio explained.

The practice of StableCoin has actually been applied by many developers. For example in Singapore, there are Digix coins (DGC) supported by gold reserves, so 1 DGX is always equal to 1 gram of gold.

To date, IDRT has been channeled to dozens of exchange and crypto-wallet platforms; including the Binance, UPbit, PundiX, Zipmex, and TrustWallet portals.

In terms of IDRT, Zipmex’s Co-founder & CEO, Marcus Lim said, “We are starting to see changes in the Asian economy related to the acceptance of digital and stable currencies. As China is preparing to launch its central bank’s digital currency (e-RMB), we will see this trend spreading in Southeast Asia […] Placing coins in Rupiah and bringing to all our markets a new foreign exchange service for the public. ”

RupiahToken

 

Highly Confident with cryptocurrency

Jeth Soetoyo is the Founder & CEO of RupiahToken, he is also the founder of a mobile application called Pintu which is designed for users in Indonesia in conducting cryptocurrency transactions.

In his discussion with the DailySocial team, Jeth expressed his opinion on the current trends in crypto assets. As for him, timing is important in market penetration. Moreover, people are getting interested in Bitcoin, when all expect a significant increase in its value.

He said, crypto-assets basically have proven to function well as alternative assets. He saw the resilience of Bitcoin several times recently as a value storage asset. Exemplified when several countries in South America which currencies have experienced massive inflation in recent years, the adoption of Bitcoin is very high there.

“I cannot predict the future of our own currency, but when the government issues debt at interest rates close to 0 it provides a strong potential scenario for high inflation. Usually, during this time (eg in the 1930s and 1970s) there is a tendency for interest shifting towards ‘hard currencies’ such as gold,” Jeth said.

Jeth continued, “This year, Bitcoin is the best performing asset compared to other asset classes (including gold, equity, bonds, etc.). I believe that macro conditions now guarantee to see more of Bitcoin. I believe this did not happen in 2017 and there is no real reason for people to see Bitcoin with a more critical eye until now. ”

Is it capable to increase crypto penetration?

Indonesian Blockchain Association’s Supervisory Board, Steven Suhadi told DailySocial on his views. Personally, he is unsure about stablecoin, such as IDRT will increase people’s enthusiasm for crypto investment. However, it might be useful to get people accustomed to the workings of cryptocurrencies, on how they are easily transferred, etc.

“Stable coins can provide a glimpse of view to the public, business, and government on blockchain-based digital currencies (also known as central bank digital currencies – CBDC),” he said.

He also emphasized that every bank entering the Indonesian market must comply with relevant government regulations, especially from BI and OJK.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Rupiah Token Hadir sebagai “Stablecoin” yang Merepresentasikan Nilai Rupiah

Rupiah Token (IDRT) adalah token berbasis blockchain Ethereum yang memiliki harga merefleksikan nilai Rupiah. Tergolong dalam stablecoin, yakni aset kripto yang memiliki nilai stabil – dalam hal ini dipatok 1 banding 1 dengan Rupiah yang disetorkan. Harga 1 IDRT akan selalu setara dengan Rp1,- baik dalam pembelian maupun penjualan.

Pada setiap IDRT yang diterbitkan dan beredar, PT Rupiah Token Indonesia (RupiahToken) sebagai pengelola wajib menambah deposit Rupiah di rekening bank kustodian. Menurut laporan audit yang diterbitkan per 1 Mei 2020, total Rupiah Token yang beredar telah mencapai 72,7 miliar dengan jaminan dalam Rupiah dengan nilai yang sama.

“Meskipun ada banyak stablecoin yang beredar di dunia kripto, namun belum ada satupun stablecoin Rupiah di blockchain […] Kami bertujuan untuk memberikan kepada Indonesia cara yang aman dan mudah menggunakan Rupiah di blockchain, seperti untuk perdagangan kripto di bursa global,” terang CPO RupiahToken Anthony Thio.

Praktik stablecoin sebenarnya sudah diaplikasikan oleh banyak pengembang. Misalnya di Singapura, ada koin Digix (DGC) yang didukung dengan cadangan emas, sehingga 1 DGX selalu disetarakan dengan 1 gram emas.

Saat ini IDRT didistribusikan ke belasan platform exchange dan crypto-wallet; termasuk di portal Binance, UPbit, PundiX, Zipmex, hingga TrustWallet.

Mengomentari IDRT, Co-founder & CEO Zipmex Marcus Lim menyampaikan, “Kami mulai melihat perubahan dalam perekonomian di Asia dalam kaitannya dengan penerimaan mata uang digital serta stablecoin. Saat Tiongkok tengah bersiap untuk meluncurkan mata uang digital bank sentral mereka (e-RMB), kami akan melihat tren tersebut menyebar di Asia Tenggara […] Menempatkan koin ke Rupiah dan membawa ke semua pasar yang kami miliki membuka layanan penukaran mata uang asing baru untuk masyarakat.”

RupiahToken

Masih cukup percaya diri dengan cryptocurrency

Jeth Soetoyo adalah Founder & CEO RupiahToken, ia juga merupakan founder aplikasi mobile bernama Pintu yang didesain untuk pengguna di Indonesia melakukan transaksi cryptocurrency.

Dalam diskusinya dengan tim DailySocial, Jeth menyampaikan pendapatnya tentang tren aset kripto saat ini. Baginya timing menjadi penting dalam penetrasi pasar. Karena seperti diketahui, Bitcoin sempat menjadi produk yang diidamkan banyak orang, saat semua berspekulasi mengharapkan kenaikan signifikan dari nilainya.

Ia bercerita, aset kripto pada dasarnya telah membuktikan bisa berfungsi baik sebagai aset alternatif. Beberapa kali ia melihat ketahanan Bitcoin dalam beberapa waktu terakhir sebagai aset penyimpanan nilai. Dicontohkan saat beberapa negara di Amerika Selatan yang mata uangnya mengalami inflasi besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir, adopsi Bitcoin di sana sangat tinggi.

“Saya tidak dapat memprediksi masa depan mata uang kita sendiri, tetapi saat pemerintah menerbitkan utang pada tingkat suku bunga mendekati 0 memberikan skenario potensial yang kuat untuk inflasi yang tinggi. Biasanya selama masa ini (mis. pada 1930-an dan 1970-an) ada kecenderungan untuk peralihan minat menuju ‘mata uang keras’ seperti emas,” ujar Jeth.

Jeth melanjutkan, “Tahun ini saja, Bitcoin adalah aset dengan kinerja terbaik dibandingkan dengan kelas aset lainnya (termasuk emas, ekuitas, obligasi, dll). Saya percaya bahwa kondisi makro sekarang menjamin untuk alasan melihat Bitcoin lagi. Saya percaya ini tidak terjadi pada tahun 2017 dan tidak ada alasan nyata bagi orang untuk melihat Bitcoin dengan mata yang lebih kritis sampai sekarang.”

Apakah bisa gairahkan minat aset kripto?

Kepada DailySocial, Supervisory Board Asosiasi Blockchain Indonesia Steven Suhadi memberikan pandangannya. Secara personal ia kurang yakin stablecoin seperti IDRT bisa meningkatkan gairah masyarakat dalam investasi kripto. Namun mungkin akan bermanfaat membuat masyarakat terbiasa dengan cara kerja mata uang kripto, tentang bagaimana mereka mudah ditransfer dll.

“Koin yang stabil dapat memberikan pandangan sekilas kepada publik, bisnis, dan bahkan pemerintah tentang mata uang digital berbasis blockchain (juga dikenal sebagai mata uang digital bank sentral – CBDC),” ujarnya.

Ia pun menegaskan, setiap stablecoin yang memasuki pasar Indonesia harus mematuhi peraturan pemerintah terkait, terutama dari BI dan OJK.

Application Information Will Show Up Here

Tokocrypto Amankan Pendanaan dari Binance

Platform jual beli aset kripto Tokocrypto mengumumkan telah mendapatkan pendanaan dari Binance, sebuah perusahaan yang juga berkecimpung di industri blockchain. Tidak ada nominal yang disebutkan untuk pendanaan kali ini. Hanya saja Tokocrypto menjelaskan akan memanfaatkan pendanaan kali ini untuk menggenjot pertumbuhan bisnis.

Beberapa hal yang direncanakan adalah mengembangkan produk dan layanan baru, pengembangan teknologi, menghadirkan inisiatif baru dalam hal edukasi blockchain di Indonesia, dan juga melakukan ekspansi secara nasional, meliputi Surabaya, Bali, Medan, Makassar, Balikpapan, dan lainnya.

“Investasi di Tokocrypto ini menjadi penegasan akan kepercayaan dari pemimpin pasar aset kripto secara global terhadap potensi blockchain ekosistem di Indonesia yang sangat menjanjikan. Investasi dari Binance ini akan digunakan untuk menghadirkan dan meningkatkan layanan terbaik dari Tokocrypto di pasar Indonesia, serta mempercepat visi kami dalam menghadirkan ekosistem keuangan terbuka melalui teknologi blockchain,” kata Co-Founder dan CEO Tokocrypto Pang Xue Kai.

Dimulai pada tahun 2018, Tokocrypto sebelumnya juga berhasil mendapatkan pendanaan dari QCP Capital, perusahaan perdagangan aset digital dan investasi yang berbasis di Singapura. Seiring berjalannya waktu, pada thaun 2019 Tokocrypto meluncurkan Toko Launchpad, sebuah platform yang berfungsi untuk menjembatani proyek blockchain dengan mekanisme Initial Exchange Offering (IEO). Kemudian di tahun yang sama, mereka berhasil terdaftar di BAPPEBTI.

Pihak Tokocrypto sendiri saat ini cukup optimis dengan apa yang telah mereka lakukan dan capai selama ini. Termasuk rencana-rencana besar yang mereka siapkan untuk melaju selepas pendanaan ini.

“Saat ini bisnis Tokocrypto terus berkembang secara positif, baik dari sisi pengguna maupun transaksi harian. Saat ini, trading volume harian Tokocrypto telah berhasil mencapai $700,000. Selanjutnya, kami tentu akan terus berinovasi dengan menghadirkan fitur atau produk menarik lainnya, serta juga akan menghadirkan berbagai promo menarik,” ujar Kai.

Perkembangan industri aset kripto di Indonesia mungkin belum semasif industri e-commerce maupun teknologi finansial yang dikenal baik masyarakat umum. Masalah edukasi pengguna ini tampaknya masih jadi salah satu hambatan yang menjadi tantangan bersama para pemain di dalamnya.

Untuk saat ini industri perdagangan aset kripto di Indonesia sendiri sudah cukup ramai. Beberapa nama pemain lokal bermunculan dan beberapa pemain luar mulai masuk ke pasar Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Luno, Indodax, Coinone, Pintu, dan Tokenomy.

Application Information Will Show Up Here

Pintu is Confident to Encourage User Interest into Crypto Assets

The lack of Indonesian public knowledge on blockchain and cryptocurrency concept becomes the main reason for PT Pintu Kemana Saja to launch Pintu. It’s a platform designed specifically for crypto assets transactions through the smartphone in a practical and efficient way, expected to acquire more users.

Pintu’s Marketing Manager, Kyrie Canille told DailySocial that the current platforms are using a complicated user interface and many technical terms not available for daily use. As the challenge arose, Pintu intends to solve the problem.

“Pintu intends to solve this problem by providing the easiest way (such as a portal) to access crypto and blockchain technology with UI / UX that is easy to make the experience seamless and supported with a high level of security.”

One thing that distinguishes Pintu from its competitors is a feature that focuses on mobile applications. Pintu provides an infrastructure that allows users to trade, send and store crypto assets via smartphones.

The simple and practical user interface allows users to purchase and sell their crypto assets instantly, easily and without obstacles. For the user convenience, transactions of sending crypto assets between fellow Pintu users will not be charged.

In addition, Pintu also supports unlimited conversion between rupiah and stablecoin which is called Rupiah Token (IDRT). By using IDRT, it is easy for users to send rupiah on blockchain forms such as Ethereum and Binance Chain. Users can also use IDRT to trade on global crypto exchanges such as Liquid.com, Binance, Uniswap, and others.

“Pintu is basically a crypto wallet and crypto exchange that allows users to safely store and carry out transactions. Pintu also supports BTC, ETH, USDT, BNB, and IDRT. All crypto prices displayed on Pintu are final prices, there are no additional costs associated with buying or selling crypto in the Doors application,” Kyrie said.

In Indonesia, there are several well-known platforms for buying and selling crypto assets. Two of them are Indodax and Tokocrypto. Indodax as one of the pioneers of related platforms has acquired around 1.8 million users with dozens of types of traded crypto assets.

Pintu launches amid the fading trend of the crypto market. According to the presentation of Indodax’s CEO Oscar Darmawan, there was a significant decline throughout 2019, especially compared to the peak popularity in 2017. Nevertheless, the valuation is still considered to have the highest performance compared to other investment assets.

Officially registered in BAPPEBTI

PINTU

Pintu has been officially registered and supervised by the Commodity Futures Trading Regulatory Agency (BAPPEBTI). Officially launched late last March 2020, the company claims to have 100 active users. Pintu has also established partnerships with communities and media partners to the blockchain ecosystem in Indonesia.

Furthermore, the company expects to expand partnerships, starting with payment gateway providers and remittances that make it possible to add payment options on the platform.

“Our main goal is to provide everyone with reliable and easy access to an open financial system. For monetization strategies, Pintu collects small fees from rupiah and crypto withdrawals. We also focus on providing safe and easy ways for users to buy, sell, and save their crypto assets,” Kyrie added.

In 2020 the company has achieved several targets, including developing the Pintu application as a platform to introduce more massive blockchain technology to the public by offering an educational interface, so users can become more familiar with the technology.

Pintu also wants to overcome obstacles related to remittances for Indonesian workers abroad. Through the platform, the user can later buy BTC, IDRT, USDT, BNB, or ETH through crypto ATMs, Point-of-Sales (POS), or OTC crypto abroad and then can exchange it for rupiah before sending their money to families in Indonesia.

“Our target in 2020 is to become the best crypto application in Indonesia. We have secured the seed funding stages whose details we cannot disclose. We are still opening opportunities for investors who are interested in investing in our platform,” Kyrie said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Pintu” Optimis Dongkrak Minat Masyarakat pada Aset Kripto

Masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat Indonesia dengan konsep blockchain dan cryptocurrency menjadi alasan utama bagi PT Pintu Kemana Saja meluncurkan aplikasi Pintu. Yakni platform yang didesain untuk transaksi jual-beli aset kripto melalui smartphone secara praktis dan efisien, diharapkan diminati banyak pengguna.

Kepada DailySocial Marketing Manager Pintu Kyrie Canille mengungkapkan, saat ini masih banyak platform serupa yang menawarkan user interface yang rumit dan menggunakan banyak istilah teknis yang sulit dipahami orang awam. Melihat tantangan tersebut, aplikasi Pintu mencoba menyiasatinya.

“Pintu mencoba menyelesaikan masalah ini dengan memberikan cara termudah (seperti portal) untuk mengakses kripto dan teknologi blockchain dengan UI/UX yang mudah untuk membuat pengalaman yang seamless dan didukung dengan tingkat keamanan yang tinggi.”

Satu hal yang membedakan dari kompetitornya adalah fitur yang berfokus kepada aplikasi mobile. Pintu menyediakan infrastruktur yang memungkinkan pengguna untuk melakukan trading, mengirim, dan menyimpan aset kripto melalui smartphone.

Tampilan user interface yang simpel dan praktis membuat pengguna dapat melakukan transaksi jual beli aset kripto dengan instan, mudah dan dan tanpa kendala. Untuk kenyamanan pengguna, transaksi pengiriman aset kripto antara sesama pengguna Pintu tidak akan dikenakan biaya.

Selain itu, Pintu juga mendukung konversi tanpa batas antara rupiah dan stablecoin yang disebut Rupiah Token (IDRT). Dengan menggunakan IDRT, memudahkan pengguna untuk mengirim rupiah di atas blockchain seperti Ethereum dan Binance Chain. Pengguna juga dapat menggunakan IDRT untuk berdagang di crypto exchange global seperti Liquid.com, Binance, Uniswap dan lainnya.

“Pintu pada dasarnya adalah dompet kripto dan pertukaran kripto yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan dan melakukan transkasi jual-beli dengan aman. Pintu saat ini mendukung BTC, ETH, USDT, BNB, dan IDRT. Semua harga kripto ditampilkan di Pintu adalah harga akhir, tidak ada biaya tambahan yang dikenakan terkait dengan pembelian atau penjualan kripto di aplikasi Pintu,” kata Kyrie.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa platform jual-beli aset kripto yang sudah dikenal masyarakat. Dua di antaranya Indodax dan Tokocrypto. Indodax sendiri sebagai salah satu pionir platform terkait, kini telah memiliki sekitar 1,8 juta pengguna dengan puluhan jenis aset kripto yang diperjualbelikan.

Pintu hadir di tengah pasar kripto yang mulai lesu. Menurut pemaparan CEO Indodax Oscar Darmawan, ada penurunan signifikan sepanjang tahun 2019, terlebih jika dibandingkan dengan puncak popularitas di tahun 2017. Kendati demikian, nilai kapitalisasinya dinilai masih memiliki performa yang tertinggi dibanding dengan aset investasi lainnya.

Resmi terdaftar di BAPPEBTI

Saat ini Pintu telah resmi terdaftar dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Resmi meluncur akhir bulan Maret 2020 lalu, perusahaan mengklaim telah memiliki 100 pengguna aktif. Pintu juga telah menjalin kemitraan dengan komunitas dan mitra media hingga ekosistem blockchain di Indonesia.

Ke depannya perusahaan berharap untuk memperluas kemitraan lebih banyak, mulai dari dengan penyedia payment gateway dan remitansi yang memungkinkan untuk menambah pilihan pembayaran di platform.

“Tujuan utama kami adalah untuk memberikan akses yang bisa diandalkan dan mudah bagi semua orang ke sistem keuangan terbuka. Untuk strategi monetisasi, Pintu mengumpulkan biaya kecil dari rupiah dan penarikan kripto. Kami juga fokus untuk memberikan cara aman dan kemudahan bagi pengguna untuk membeli, menjual, dan menyimpan aset kripto mereka,” kata Kyrie.

Tahun 2020 ada beberapa target yang dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah mengembangkan aplikasi Pintu sebagai sebagai platform untuk mengenalkan teknologi blockchain lebih masif lagi kepada publik dengan menawarkan antarmuka pendidikan, sehingga pengguna dapat lebih terbiasa dengan teknologi tersebut.

Pintu juga ingin mengatasi kendala terkait dengan remitansi untuk para tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Melalui platform pengguna nantinya bisa membeli BTC, IDRT, USDT, BNB, atau ETH melalui ATM crypto, Point-of-Sales (POS), atau crypto OTC di luar negeri dan kemudian bisa menukarnya dengan rupiah sebelum mengirimkan uang mereka ke keluarga di Indonesia.

“Target 2020 kami adalah menjadi aplikasi kripto terbaik di Indonesia. Kami sudah mengantongi pendanaan tahap awal yang detailnya tidak bisa kami ungkapkan. Kami masih membuka kesempatan kepada investor yang tertarik untuk berinvestasi di platform kami,” kata Kyrie.

Application Information Will Show Up Here

Singapore Based Startup WhatsHalal to Arrive in Indonesia with Halal Certification System

The halal business prospect in Indonesia is getting promising. It’s not only for the local business but also captures other global players.

WhatsHalal is one of the global players with interest in this sector. Based in Singapore, WhatsHalal is to enter the Indonesian market with services focus on halal certification system for food and beverages.

The government action to require halal-certified products in October 2019 under Law Number 33 of 2014 concerning Halal Product Guarantee is a great opportunity for WhatsHalal to focus on its services in Indonesia.

Blockchain technology

WhatsHalal has a platform that simplifies the end-to-end process of halal certification through blockchain technology. With this platform, WhatsHalal claims to be able to shorten the time needed for merchants to certify products and cut costs needed during the process.

Simply put, the blockchain technology on WhatsHalal platform allows a product to be tracked and recorded its halal level from farmers’ harvests, manufacturing processes, restaurants, and retailers, to consumers. In other words, the energy, cost, and time to test the halal content of a product can be saved because everything has been aggregated into the blockchain.

“The current halal certification process is very time consuming and requires a lot of paperwork. Starting from halal certification registration, testing, inspection and auditing of products and processes, to the approval and granting of halal certificates,” WhatsHalal’s Founder and CEO Azman Ivan Tan said.

The use of blockchain for halal certification is based on the amount of data collected, stored and processed in the certification process. In addition, the use of the blockchain aims to encourage aspects of transparency and security of their services.

“We believe the use and implementation of the blockchain technology still in its early stages. As there are many applications of this technology in other industries in the future, the use of the blockchain will become the main standard in terms of security and supply chain that requires trust,” Azman added.

Arrival in Indonesia

In fact, Indonesia is the largest halal food consuming country in the world. Stated as the largest Muslim population, the velocity of money for halal food in Indonesia annually reaches US$ 173 billion.

The obligation to hold halal certificates for all producers, including SMEs, is one of the ways the government boosts the growth of halal products in the country. No wonder WhatsHalal, which currently only operates in Singapore, immediately peddled its services in Indonesia after the second quarter of 2020.

“Our platform can also help merchants measure the halal content of their products for export, thereby helping business decision making and adding value in terms of production and sales of halal products,” Azman wrote to DailySocial.

Before officially launched in Indonesia, WhatsHalal made its first steps by joining the acceleration program of Plug and Play Indonesia. In addition, they also just announced their success in obtaining initial funding with an undisclosed value.

Furthermore, Azman said that his team is looking for collaboration to work with the authorities in Indonesia such as the Indonesian Ulema Council, the Halal Product Guarantee Agency (BPJH), and several stakeholders to pave their way.

“We have some good partners and contacts of companies and local organizations in the halal product network. This will help the implementation of our platform for big players and SMEs in Indonesia,” he added.

SMEs as significant target

It’s not surprising when Azman mentioned SMEs due to its large number in Indonesia. The JPH Law indeed obliges SMEs, as well as corporations, to comply with the implementation of this halal certification. This actually raises another problem for SMEs due to the time-consuming and high-costing process.

WhatsHalal took this as an opportunity. Due to a large number of SMEs in Indonesia at almost 60 million and only 8 percent go online. With the all-digital WhatsHalal platform and the government’s push to require halal certification, Azman is confident that he will succeed in Indonesia.

“Indonesia’s halal industry has great potential that local and domestic players are yet to realize. Therefore, we thought the rise of halal certification implementation and obligation is to drive the Indonesian market needed to become a global giant of halal products and support the development of the entire industry,” Azman said.

WhatsHalal’s arrival will enrich the digital ecosystem which focuses on the Islamic economy and halal products in Indonesia. In addition to Islamic financial products, halal food and beverages and the Umrah marketplace are the most potential sectors to be worked on in the country. With the increasing business based on sharia economics and halal products, WhatsHalal has at least succeeded to have the right momentum.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Andalkan Sistem Sertifikasi Halal, Startup Singapura WhatsHalal Siap Masuk Indonesia

Prospek bisnis produk halal di Indonesia kian bersinar. Bisnis ini tak hanya menjanjikan para pelaku dalam negeri, tapi juga mengundang minat pemain dari luar negeri.

WhatsHalal adalah salah satu peminat bisnis produk halal dari luar negeri. Berasal dari Singapura, WhatsHalal segera masuk ke Indonesia dengan layanan yang berfokus pada layanan sertifikasi halal untuk produk makanan dan minuman.

Keputusan pemerintah untuk mewajibkan semua produk bersertifikasi halal pada Oktober 2019 berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal merupakan peluang besar WhatsHalal untuk memfokuskan layanannya di Indonesia.

Mengandalkan blockchain

WhatsHalal memiliki platform yang mempermudah proses sertifikasi halal dari hulu ke hilir melalui teknologi blockchain. Dengan platform tersebut, WhatsHalal mengklaim dapat mempersingkat waktu yang diperlukan merchant untuk sertifikasi produk dan memotong biaya yang dibutuhkan selama proses terjadi.

Sederhananya, blockchain di platform WhatsHalal memungkinkan sebuah produk dilacak dan dicatat kadar kehalalannya mulai dari hasil panen petani, proses manufaktur, restoran dan peritel, hingga di tangan konsumen. Dengan kata lain, tenaga, biaya, dan waktu untuk menguji kadar halal suatu produk bisa dipangkas karena semua sudah diagregasi ke dalam blockchain.

“Proses sertifikasi halal yang ada saat ini sangat menyedot tenaga dan waktu juga membutuhkan banyak sekali dokumen. Dimulai dari mendaftar untuk sertifikasi halal, pengujian, inspeksi dan audit terhadap produk dan prosesnya, sampai persetujuan dan pemberian sertifikat halal tersebut,” ujar Founder dan CEO WhatsHalal Azman Ivan Tan.

Penggunaan blockchain untuk sertifikasi halal ini didasari banyaknya data yang dikumpulkan, disimpan, dan diolah dalam proses sertifikasi. Selain itu pemanfaatan blockchain ini bertujuan mendorong aspek transparansi dan kemanan layanan mereka.

“Kami percaya penggunaan dan penerapan blockchain masih di tahap awal. Seiring banyaknya penerapan teknologi ini di industri lain di masa depan, penggunaan blockchain akan jadi standar utama dalam hal keamanan dan rantai suplai yang mana kepercayaan sangat penting di dalamnya,” imbuh Azman.

Menuju Indonesia

Perlu diingat bahwa Indonesia merupakan negara pengonsumsi makanan halal terbesar di dunia. Dengan status populasi muslim terbanyak, perputaran uang untuk makanan halal di Indonesia per tahun mencapai US$173 miliar.

Kewajiban memegang sertifikat halal untuk semua produsen, termasuk UKM, menjadi salah satu cara pemerintah menggenjot pertumbuhan produk halal di dalam negeri. Tak heran WhatsHalal, yang saat ini hanya beroperasi di Singapura, segera menjajakan layanannya di Indonesia setelah kuartal kedua 2020.

“Platform kami juga dapat membantu merchant mengukur kadar halal produk mereka untuk kebutuhan ekspor, sehingga membantu pengambilan keputusan bisnis dan memberi nilai tambah dalam hal produksi serta penjualan produk halal,” tulis Azman kepada DailySocial.

Sebelum resmi mengudara di Indonesia, WhatsHalal menyusun langkah pertamanya dengan bergabung ke program akselerasi milik Plug and Play Indonesia. Selain itu mereka juga baru mengumumkan keberhasilan mereka meraih pendanaan awal dengan nominal yang dirahasiakan.

Lebih jauh, Azman mengaku pihaknya sedang berusaha membuka komunikasi untuk bekerja sama dengan otoritas berwenang di Indonesia seperti Majelis Ulama Indonesia, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJH), dan beberapa pemangku kepentingan lain untuk memuluskan jalan mereka.

“Kami punya sejumlah mitra baik dan kontak yang terdiri dari perusahaan maupun organisasi lokal dalam jejaring produk halal. Ini akan membantu implementasi platform kami ke pemain besar serta UKM di Indonesia,” imbuhnya.

Signifikansi UKM

Penyebutan UKM oleh Azman tak mengejutkan lantaran jumlahnya yang begitu besar di Indonesia. UU JPH memang turut mewajibkan pelaku UMKM, juga korporasi, patuh terhadap pelaksanaan sertifikasi halal ini. Hal ini sejatinya memunculkan masalah tersendiri bagi pelaku UMKM karena prosesnya yang memakan waktu dan biaya.

WhatsHalal melihat ini sebagai peluang. Pasalnya jumlah UMKM di Indonesia hampir mencapai 60 juta dan hanya 8 persen yang sudah go online. Dengan platform WhatsHalal yang serba digital dan dorongan pemerintah mewajibkan sertifikasi halal ini, Azman yakin dapat sukses di Indonesia.

“Industri halal Indonesia punya potensi besar yang belum tersentuh untuk pemain lokal dan domestik. dan kami rasa meningkatnya implementasi dan kewajiban sertifikasi halal akan jadi pendorong yang dibutuhkan INdonesia menjadi raksasa global produk halal dan mendukung pengembangan seluruh industri ini,” pungkas Azman.

Kedatangan WhatsHalal ini akan memperkaya ekosistem digital yang berfokus di ekonomi syariah dan produk halal di Indonesia. Selain produk keuangan syariah, makanan dan minuman halal dan marketplace umrah merupakan sektor yang paling potensial untuk digarap di Tanah Air. Dengan meningkatnya intensitas bisnis berbasis ekonomi syariah dan produk halal ini, maka kehadiran WhatsHalal setidaknya berhasil mengantongi momentum yang tepat.

Application Information Will Show Up Here

CEO Indodax Oscar Darmawan Optimis Popularitas Aset Kripto Kembali Meningkat

Pada bulan Desember 2017, harga aset kripto Bitcoin mencapai angka tertinggi, US$17.549 per koinnya. Fluktuasi tersebut membuat mata uang kripto (cryptocurrency) menjadi perbincangan hangat di berbagai forum. Seiring perkembangannya, berbagai kalangan masyarakat turut menjadikannya sebagai opsi berinvestasi.

Melihat minat pasar yang terus meningkat, berbagai koin baru pun terus diperkenalkan ke publik, termasuk melalui inisiatif penggalangan dana ICO (Initial Coin Offering) untuk sebuah proyek. Di Indonesia ada beberapa startup yang turut meramaikan, seperti Playgame (dengan koin PXG).

Pada akhir tahun 2018, nilai Bitcoin turun tajam di angka US$3.625, dan terus bergejolak hingga pada 13 Januari 2020 nilainya tercatat US$8.740. Diskusi di kalangan masyarakat tentang aset kripto pun cenderung menurut — di tengah perkembangan platform investasi lain seperti reksa dana, saham, hingga emas.

Untuk mendalami tentang perkembangan aset kripto di Indonesia, DailySocial berbincang dengan Founder & CEO Indodax Oscar Darmawan. Perusahaan rintisan yang sebelumnya bernama Bitcoin.co.id ini merupakan salah satu pionir platform perdagangan aset kripto. Saat ini mereka sudah memiliki sekitar 1,8 juta pengguna dengan puluhan jenis aset kripto yang diperjualbelikan.

Akui penurunan minat

Mengawali perbincangan, Oscar memaparkan data volume perdagangan aset kripto dunia dari tahun ke tahun. Ada penurunan signifikan sepanjang tahun 2019, terlebih jika dibandingkan dengan puncak popularitas di tahun 2017. Kendati demikian, nilai kapitalisasinya dinilai masih memiliki performa yang tertinggi dibanding dengan aset investasi lainnya.

Oscar masih sangat optimis kalau aset kripto akan kembali menanjak popularitasnya. Ada beberapa alasan, salah satunya dampak dari dinamika global yang mulai terjadi di tahun 2020. Bitcoin sebagai aset investasi yang tergolong “safe haven” (cenderung lebih aman untuk dimiliki) dinilai akan diminati lebih banyak orang, karena secara komoditas tidak terhubung langsung dengan ekonomi global, fluktuasinya lebih terkontrol di tengah konflik.

“Dengan tidak terhubungnya Bitcoin dengan sistem ekonomi dunia, membuatnya jadi aset yang aman dan mampu untuk terus mengalami peningkatan meskipun krisis terjadi. Misalnya di tengah konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan Iran, justru mengalami efek yang positif untuk nilai Bitcoin. Saat ini harga Bitcoin di Iran naik hingga $25.000. Hal ini serupa dengan perseturuan Amerika Serikat dan Korea Utara tahun lalu yang juga ikut mendorong harga Bitcoin,” terang Oscar.

Cryptocurrency dari sudut pandang investasi / DailySocial

Di samping itu, faktor lain, menurut Oscar, adalah hadirnya kebijakan pelonggaran moneter oleh sebagian bank sentral dalam upaya pengentasan perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat serta berkurangnya persediaan Bitcoin akibat “Halving Day 2020” akan membuat permintaan meningkat.

Seperti diketahui, jumlah peredaran aset kripto seperti Bitcoin memiliki batasan sampai titik nilai tertentu. Tidak seperti mata uang konvensional yang bisa ditambah-cetak setiap tahun.

Perkembangannya di Indonesia

Presiden Joko Widodo dalam sebuah kesempatan menyampaikan, anak muda didorong untuk mengetahui tren teknologi global, tak terkecuali mengenai aset kripto seperti Bitcoin. Pernyataan tersebut disambut optimis oleh pemain industri terkait seperti Indodax.

Melalui asosiasi, komunikasi dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia (Bappebti) terus digalakkan. Salah satunya menelurkan peraturan No. 5 Tahun 2019 tentang ketentuan teknis penyelenggaraan pasar fisik aset kripto di bursa berjangka. Aturan ini ditandatangani pada 8 Februari 2019.

Adanya beleid yang mengatur, baik dari sisi komoditas dan industri, membuat masa depan perdagangan aset kripto semakin cerah. Payung hukum memberikan dampak keyakinan kepada masyarakat, sembari mengurangi risiko kecurangan bisnis yang mungkin bisa terjadi di tengah proses edukasi pasar.

“Kami sendiri di Indodax akan terus bekerja dengan Bappebti untuk menciptakan ekosistem dan industri yang positif di Indonesia. Awal tahun ini kami berharap bisa mengantongi izin resmi dari Bappebti (sebagai penyelenggara platform),” ujar Oscar.

Proyek blockchain dan eliminasi industri

Blokchain sebagai teknologi fundamental yang menghasilkan produk mata uang kripto makin banyak dieksplorasi oleh perusahaan untuk mendukung sistem yang lebih transparan. Bahkan banyak lembaga pemerintah di dunia yang mulai mendalami riset implementasi blockchain di sektor publik.

Menurut Oscar, sepanjang tahun 2016 hingga 2017 belum banyak perusahaan yang membutuhkan blockchain. Kebanyakan baru dimanfaatkan untuk keperluan ICO. Namun memasuki tahun 2018 hingga awal tahun 2020, mulai banyak proyek blockchain yang memiliki kredibilitas baik dan relevan. Di sisi lain, ia juga melihat kalangan investor saat ini sudah lebih dewasa sehingga mereka lebih skeptis terhadap rumor atau berita miring yang beredar tanpa dasar.

Hingga saat ini token yang paling populer masih sedikit jumlahnya. Merek seperti Ethereum dan Bitcoin masih menjadi pilihan utama. Namun dalam dua tahun terakhir banyak pemain seperti startup yang merilis token milik mereka sendiri.

Faktanya tidak mudah untuk mengelola sebuah token, sehingga selama dua tahun terakhir banyak token-token yang terbilang tidak jelas fungsinya mulai tereliminasi. Efek dari eliminasi tersebut akhirnya menjadikan beberapa di antara pemain token untuk kemudian melakukan merger dan mendirikan sebuah entitas yang baru.

Menurut Oscar, langkah seperti sah-sah saja untuk diambil, karena pada akhirnya untuk bisa memperbesar industri ini, ekosistem harus diciptakan dan semua pemain yang terlibat tidak bisa menjalankan bisnis secara independen.

Tokocrypto Resmi Terdaftar di BAPPEBTI

Tokocrypto resmi terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), sekaligus menjadi platform jual beli aset kripto pertama yang terdaftar.

BAPPEBTI merupakan badan pengawas yang mengatur perdagangan komoditas berjangka, termasuk emas dan kripto. Untuk platform aset kripto, otoritas miliki dua aturan yang harus dipenuhi, yakni tersaji pada Peraturan BAPPEBTI No. 5 tahun 2019 dan No. 9 tahun 2019.

“Ini merupakan pencapaian yang luar biasa bagi Tokocrypto, sekaligus membuat kami menjadi selangkah lebih dekat untuk mendapatkan izin penuh. Diharapkan memberikan kepercayaan bagi publik dan nasabah dalam melakukan transaksi jual beli aset kripto,” terang Kai.

Sementara itu kepada DailySocial COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda menjelaskan, semua platform yang terdaftar wajib memberikan laporan rutin kepada BAPPEBTI.

“Dengan adanya regulasi pemerintah, ini semakin menimbulkan kepercayaan publik dan terasa pada pertumbuhan jumlah nasabah di Tokocrypto. Tren akan terus meningkat dengan bertambahnya kesadaran dan peran aktif dari pemerintah sebagai publik sektor, private sektor, pengembang blockchain proyek, dan juga pihak lain yang ada di dalam ekosistem aset kripto,” imbuh Teguh.

Di tahun 2019 ini Tokocrypto tercatat memperkenalkan beberapa inovasi, salah satunya adalah “Toko Launchpad“, sebuah platform yang disiapkan untuk menjembatani proyek blockchain dengan meknisme Initial Exchange Offering (IEO).

Tokocyrpto memulai debutnya di Indonesia pada tahun 2018 . Saat ini mereka berada di industri yang sama dengan beberapa pemain lokal dan internasional, sepeti Indodax, Luno, Coinone, dan lain sebagainya.