Platform Jasa Penitipan Triplogic Ingin Berekspansi Secara Regional

Triplogic, startup yang mempermudah proses jasa penitipan barang (mulai lazim dikenal dengan istilah “jastip”), didirikan karena pengalaman pribadi pendirinya tentang penitipan yang biasa dilakukan keluarga atau teman. Kepada DailySocial, CEO Triplogic Oki Earlivan Sampurna mengungkapkan, besarnya potensi bisnis tersebut menjadi dasar pemikiran pengembangan startup ini.

“Saat saya yang sering berpergian keluar kota dan mancanegara untuk traveling, saya sering mendapatkan titipan untuk sanak famili yang berada di kota atau negara yang sama dengan tujuan berpergian saya. Saat itu saya mulai berpikir bahwa bisnis ini bukan hanya sekedar ‘jastip’, tapi bisa juga menjadi ekspedisi super cepat karena akan sampai di hari yang sama dengan traveler tiba.”

Secara umum Triplogic memberikan kesempatan kepada pengguna untuk membeli barang dari luar negeri dengan memanfaatkan ruang bagasi traveler. Barang kemudian dikirimkan melalui feeder yang merupakan mitra pengemudi Triplogic.

“Cara kerjanya terbilang cukup mudah dan praktis. Pengguna bisa memilih apakah akan menjadi pemesan barang atau traveler. Jika menjadi pemesan barang, akan muncul pilihan jasa kecepatan pengiriman dengan harga termurah dan juga sangat cepat,” kata Oki.

Nantinya pemesan akan mendapat notifikasi bahwa barang akan siap diberangkatkan dan Triplogic menjamin 100% ketersediaan traveler. Di sisi lain, jika ingin menjadi traveler, mereka bisa memilih jenis transportasi apa yang akan dipilih dan berapa kilogram bagasi yang akan dijual.

“Nantinya traveler akan mendapat notifikasi berapa kilogram yang akan bisa digunakan dan juga jenis barang yang akan Triplogic kirim melalui bagasi traveler tersebut,” ujarnya.

Strategi monetisasi dan fokus akuisisi pengguna Triplogic

Saat ini Triplogic sudah bisa diakses di platform iOS dan Android. Berdiri sejak tahun 2017, jumlah pengguna Triplogic sudah mencapai 7 ribu orang. Untuk strategi monetisasi yang dilancarkan, Triplogic mendapatkan profit langsung dari pengirim barang dan merchant yang menjalin kerja sama.

“Kami mendapatkan keuntungan sebesar 20-25% dari total profit. Sisanya akan kami bagi kepada traveler dan pengantar barang (feeder). Kami juga mendapat 10% keuntungan dari merchant yang bekerja sama dengan kami,” kata Oki.

Telah mendapatkan pendanaan sebesar $250 ribu (sekitar Rp3,4 miliar) pada tahun 2017 dari angel investor yang tidak disebutkan namanya, fokus Triplogic saat ini adalah menambah jumlah pengguna menjadi 100 ribu hingga akhir tahun 2018.

“Target lain yang ingin kami capai adalah membuka [layanan] e-commerce untuk layanan jasa titip (jastip) akan berekspansi di Asia Tenggara,” kata Oki.

Saat ini Triplogic termasuk startup yang mengikuti program inkubasi Bank Bukopin dan Kibar, BNVLabs, bersama Eragano dan Karapan.

Application Information Will Show Up Here

Program Inkubasi BNVLabs Gandeng Tiga Startup untuk Kemitraan Berikutnya

Setelah sebelumnya mengumumkan delapan startup mitra yang mengikuti mentoring selama tiga bulan, program inkubasi Bank Bukopin dan Kibar, BNVLabs, kembali mengumumkan kerja sama dengan tiga startup yang nantinya akan mendapatkan kesempatan networking hingga mentoring dari Bank Bukopin.

Startup yang pertama adalah Triplogic yang menyediakan layanan penghubung pengirim barang dan traveler yang memiliki tujuan sama dengan pengiriman barang. Berikutnya adalah Karapan yang menyediakan software  dan aplikasi untuk membantu peternak dalam mengelola peternakan dan menghubungkan para peternak dengan calon pembeli daging sapi dan para investor. Terakhir adalah Eragano yang fokus pada pengambangan area pertanian di Pulau Jawa dan sebagian Nusa Tenggara.

Melirik startup dari empat segmen yang berbeda

Seperti delapan startup sebelumnya, tiga startup ini tidak memiliki latar belakang hingga produk terkait fintech, ranah yang relevan dengan bisnis Bank Bukopin. Menurut Digital Product dan Partnership Manager BNVLabs Mohamad Irfan, pemilihan tersebut sengaja dilakukan oleh BNVLabs, menyesuaikan dengan empat segmen startup yang diincar oleh BNVLabs.

“BNVLabs tidak hanya fokus kepada startup fintech. Selain pembayaran startup social dan health, agri dan aqua culture hingga logistik menjadi incaran kami dari BNVLabs.”

Selain akses terbuka untuk informasi teknologi perbankan dan mentoring dengan pihak terkait, BNVLabs juga memberikan kesempatan kepada startup yang masuk dalam program ini untuk memanfatkan network Bank Bukopin.

“Dengan demikian dari hasil networking tersebut startup bisa belajar kemudian menjalin kerja sama dengan pihak yang tepat, [dalam hal ini] memanfaatkan nasabah dari Bank Bukopin,” kata Irfan.

Sebagai startup yang menjalin kerja sama dengan BNVLabs, Triplogic menyambut baik dukungan Bank Bukopin, terutama dalam hal pengembangan pembayaran. Menurut CEO Triplogic Oki Earlivan, kerja sama ini diharapkan bisa membuahkan hasil yang positif untuk pengembangan fitur di Triplogic, sekaligus mendapatkan dukungan hingga mentoring yang dibutuhkan.

“Berbeda dengan UKM, bisnis dari startup lebih mengutamakan traksi dibandingkan aset. Dengan demikian dukungan yang diberikan oleh BNVLabs sangat kami butuhkan untuk mengembangkan bisnis.”

Tabungan Wokee, layanan berbasis digital bank Bukopin

Dalam kesempatan tersebut Direktur Pengembangan Bisnis dan TI Bank Bukopin Adhi Brahmantya juga menjelaskan perkembangan terbaru soal Tabungan Wokee, layanan berbasis digital yang menyasar nasabah generasi milenial. Kepada media disebutkan saat ini Wokee sudah diunduh tiga ribu pengguna.

Tabungan yang juga berfungsi sebagai alat pembayaran tersebut, diklaim memiliki layanan unggulan yang tidak dimiliki oleh layanan lain, seperti Jenius dan Digibank. Tabungan Wokee disebut bisa memisahkan pokok dengan bunga dalam tabungan sejak registrasi awal.

Tabungan Wokee tidak mengenakan setoran awal untuk memiliki rekening, tidak ada biaya administrasi, dan tidak menggunakan buku tabungan dan ATM karena nasabah bisa melakukan tarik tunai tanpa menggunakan kartu ATM dan belanja di merchant-merchant dengan media Pay by QR Code.

Selain itu, semua data terhubung langsung dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, hingga open API Service yang memungkinkan pengembang untuk berinovasi.

“Berfungsi lebih dari sekedar e-money, Tabungan Wokee dilengkapi dengan fitur dan fasilitas pembayaran untuk pengguna yang “melek” dengan teknologi saat ini,” kata Brahmantya.

Application Information Will Show Up Here

Peran Fintech dalam Pertumbuhan Ekonomi di Industri Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang memiliki perkembangan signifikan, khususnya dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini. Riset itu dikemukakan oleh Kementerian Pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), mulai tahun 2010 tercatat sebesar 261,05 triliun naik menjadi 461,36 triliun tahun 2015. Untuk itu penting memaksimalkan dukungan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat ini.

Melalui acara yang diusung oleh Lab Kinetic dan BNVLabs dengan platform diskusi Fintech Connect, mencoba melihat fenomena industri pariwisata di era digital saat ini. Diskusi tersebut juga fokus membahas industri pariwisata yang sedang menjadi daya tarik turis mancanegara.

Pelayanan fintech memudahkan transaksi wisatawan

Dengan adanya teknologi finansial dinilai akan menjadi garda terdepan pihak pengembang pariwisata di Indonesia dalam meningkatkan produktivitas jual beli atau transaksi. Sektor inilah yang menjadi penentu meningkatnya pertumbuhan industri pariwisata saat ini.

Apalagi melihat budaya dan tempat wisata di Indonesia yang sangat beragam, memberikan suguhan layanan dengan fintech melalui aplikasi di smartphone bukan hal sulit lagi. Dampaknya pun akan meningkatkan dominasi turis untuk berkunjung. Tren ini sebenarnya sudah dimulai dengan pergeseran yang ada di masyarakat saat ini, misalnya saat memesan tiket pesawat dan kamar hotel melalui OTA (Online Travel Agency).

Fintech sangat berpotensi untuk mendorong pertumbuhan sektor wisata dengan memberi kemudahan bertransaksi. Dengan fintech dapat dilakukan berbagai inovasi dalam metode pembayaran untuk segala urusan perjalanan pariwisata, sehingga turis makin mudah dan nyaman dalam melakukan wisata. Hal inilah yang dapat meningkatkan daya tarik pariwisata di Indonesia,” ujar Direktur Pengembangan Bisnis dan TI Bank Bukopin Adhi Brahmantya.

Program Inkubasi BNVLabs Gandeng 8 Startup Mitra (UPDATED)

Program inkubasi Bank Bukopin dan Kibar, BNVLabs, mengumumkan delapan startup mitra yang beberapa di antaranya akan mengikuti mentoring selama tiga bulan. Mereka berpeluang menjadi mitra bisnis bank dalam jangka panjang. Delapan startup tersebut adalah eFishery, 8Villages, Iwak, Riliv, Jojonomic, Reblood, Olride, dan Pasienia.

Selama masa inkubasi, peserta dapat bekerja di coworking space BNVLabs dan menerima berbagai bentuk dukungan dari Bank Bukopin. Bentuk dukungan berupa bantuan jaringan dari mitra-mitra bank.

Dalam sesi mentoring, peserta akan dibantu Agent of Change untuk memperkenalkan kepada mereka mengenai regulasi seputar perbankan yang kemungkinan besar bakal bersentuhan dengan model bisnis mereka. Agent of Change adalah tim khusus yang dipilih dari berbagai divisi Bank Bukopin, bertugas menjembatani dunia perbankan dengan startup mitra agar tetap sinkron.

Sebelum pemilihan startup, tim BNVLabs melakukan roadshow ke beberapa kota di antaranya Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya selama dua bulan.

Bila diperhatikan, startup mitra ini belum terfokus di segmen fintech, menyesuaikan bisnis Bank Bukopin itu sendiri. Mereka bergerak di segmen pertanian, pariwisata, kesehatan dan pendidikan, serta sistem pembayaran.

“Keempat segmen startup ini untuk sementara akan jadi fokus BNVLabs. Kami menilai seluruh startup ini memiliki potensi besar untuk dorong bisnis Bukopin dengan memberikan nilai lebih kepada nasabah kami,” terang Direktur Pengembangan Bisnis dan TI Bank Bukopin Adhi Brahmantya, Kamis (20/7).

CEO Pasienia Fadli Wilihandarwo mengatakan bergabungnya Pasienia sebagai mitra BNVLabs menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk menjaring mitra bisnis yang kuat, sekaligus upaya Pasienia dalam menjalankan startup yang berkesinambungan.

“Mencari mitra adalah hal yang penting untuk dilakukan saat ingin berbisnis startup. Bermitra dengan Bukopin adalah nilai lebih yang bisa kami dapatkan karena banyak peluang yang bisa dilakukan. Tentunya ini juga bernilai dibandingkan hanya memberi suntikan dana saja,” ucapnya.

Pasienia adalah aplikasi yang menghubungkan antar pasien yang tengah menjalankan proses pengobatan. Mereka dapat berbagi informasi terkait penyakit yang diderita berdasarkan pengalaman masing-masing dan menghubungi dokter untuk berkonsultasi. Diklaim saat ini Pasienia sudah menjaring 8 ribu pengguna.

Menurut Fadli, salah satu bentuk kolaborasi dengan Bank Bukopin yang kemungkinan terjadi adalah menghadirkan layanan dompet elektronik. Fitur tersebut selama ini belum ada di dalam aplikasi dan diharapkan akan membantu bisnis Pasienia ke depannya.