Memahami Urgensi Penggalangan Dana

Di artikel sebelumnya, DailySocial memberikan tips melakukan penggalangan dana untuk startup pemula. Penggalangan dana adalah hal yang krusial dalam proses pengembangan bisnis startup, meskipun bukan menjadi satu-satunya cara agar bisnis terus berjalan.

Salah satu cara konvensional yang bisa digunakan adalah memanfaatkan profit perusahaan untuk menutup biaya operasional dan biaya lain yang diperlukan. Hal ini tidak mudah, mengingat biasanya fokus startup adalah mengembangkan produk dan bisnis. Namun demikian kebanyakan startup memutuskan untuk melakukan penggalangan dana dengan tujuan yang beragam.

Satu hal yang pasti, fundraising bisa membantu startup bergerak lebih cepat, apapun model bisnis atau segmen yang disasar startup tersebut.

CEO Sribulancer Ryan Gondokusumo berpendapat:

“Akan menjadi sulit bagi startup untuk tidak melakukan penggalangan dana karena adanya kebutuhan capital itu sendiri untuk mempercepat pertumbuhan startup. Untuk itu pastikan fokus awal startup terlebih dahulu sejak awal, apakah mengejar growth atau sustainability.”

Fokus ke tujuan awal

Meskipun saat ini makin sulit menarik perhatian venture capital (VC) untuk berinvestasi di startup baru, hal ini tidak menyurutkan kegiatan penggalangan dana oleh berbagai startup.

Banyak startup yang mendapatkan pendanaan dengan jumlah yang besar. Meskipun demikian, perolehan funding bukan berarti otomatis startup tersebut akan mampu bertahan lama. Padahal aspek ini menjadi kunci utama agar startup bisa terus menjalankan bisnis.

Sangat penting bahwa founder tidak membiarkan proses penggalangan dana mengalihkan perhatian perusahaan menemukan product market fit yang diperlukan untuk menciptakan bisnis yang nyata.

“Menurut saya sebenarnya pada akhirnya orang membangun startup agar bisa menghasilkan uang. Jadi pasti memang harusnya profit dan sustain untuk bisnis yang baik. Pada akhirnya ada dua pilihan: apakah startup ingin bergerak secara organik atau kemudian mulai fokus kepada pertumbuhan bisnis dengan memanfaatkan fundraising,” kata CEO Sirclo Brian Marshal.

Brian menambahkan, agar bisa terus eksis dan relevan ke pengguna, stakeholder, dan investor, proses penggalangan dana memang sebaiknya dilakukan. Meskipun tidak terlalu sering, paling tidak bisa menjadi benchmark untuk startup itu sendiri.

Selain VC, Ryan melihat penggalangan dana dengan melakukan pendekatan kepada perusahaan bisa menjadi alternatif yang ideal. Selain mendapatkan modal, startup juga bisa menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan itu sendiri.

“Pada akhirnya startup dibangun agar bisa menjadi bisnis yang menguntungkan. Jika tidak menguntungkan tentunya akan menjadi percuma. Untuk itu fundraising perlu dilakukan, menyesuaikan dengan prioritas dan target dari startup yang ingin dicapai,” ujar Ryan.

Profit dan skalabilitas

Mulai banyak startup yang kembali fokus memperoleh pendapatan demi menjalankan bisnis, terutama yang menyasar segmen bisnis atau B2B. Sifat B2B yang tergolong lebih rasional dibandingkan B2C atau C2C (yang biasanya lebih emosional), menjadikan segmen B2B makin banyak dilirik startup, seperti misalnya Sirclo, Ralali, Akseleran, atau Telunjuk untuk menjalankan bisnis.

“Kami memilih untuk tidak melakukan fundraising saat ini dan hanya fokus memanfaatkan profit dari perusahaan. Meskipun tidak terlalu besar namun paling tidak kami tidak tergantung dengan investasi dan ekuitas yang kerap diminta oleh venture capital,” kata CEO Telunjuk Hanindia Narendrata.

Penggalangan dana terakhir yang didapatkan Telunjuk adalah pada pertengahan tahun 2015 lalu. Telunjuk memperoleh pendanaan Seri A dari Venturra (sebelumnya Lippo Digital Ventures).

Untuk meraih profit, ada beberapa langkah yang wajib dilalui. Salah satunya adalah mengelola dan menekan biaya pengeluaran perusahaan. Perusahaan juga harus bisa mendapatkan repeat order dan memperoleh klien baru secara rutin.

Hal tersebut yang juga dilakukan Sribulancer, Mereka mencoba menggunakan funding dengan cara yang paling tepat dan menekan pengeluaran yang tidak diperlukan setelah tahu siapa target pasar yang ingin dicapai.

“Untuk startup yang menyasar bisnis B2B seperti Akseleran tentunya lebih menguntungkan karena kita berhubungan dengan pasar yang sudah mature. Namun tidak bisa dipungkiri penggalangan dana tetap kita butuhkan meskipun waktunya tidak harus terlalu sering,” kata Ivan.

Saham dan kontrol pendiri

Banyak alasan mengapa startup memutuskan untuk melakukan penggalangan dana, mulai dari mengakuisisi pengguna, melancarkan kegiatan pemasaran, hingga menambah jumlah tim.

Sabagai “imbalan” terhadap penggalangan dana, investor mendapatkan saham perusahaan. Menurut Hanindia, pembagian saham yang ideal tergantung dari kebutuhan masing-masing startup itu sendiri. Jumlah dan persentase saham bisa dinegosiasikan antara VC dan pendiri startup.

“Tergantung seberapa besar ekspektasi founder terhadap calon investor. Tergantung juga bagaimana ekspektasi investor terhadap founder. Apapun yang diinginkan founder dan investor, pastikan disepakati bersama secara tertulis dalam akta perusahaan.”

Hal senada disampaikan CEO Akseleran Ivan Tambunan. Ivan menambahkan, valuasi startup juga menjadi faktor pertimbangan.

“Kalau menurut saya, biasanya angel investor sampai 15%, kemudian tahapan seed dan Seri A investor masing-masing [mendapat] sekitar 20%-25%. Semakin advance pendanaan, dilusi biasanya juga makin besar.”

Setelah jumlah saham ditentukan antara founder dan VC, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memastikan startup memiliki kontrol usai penggalangan dana dilakukan. Yang Ryan lakukan di Sribulancer adalah membuat cap table dan simulasi. Jika ada investor baru yang ingin masuk dengan memberikan sekitar X%, maka startup bisa mendapatkan sisanya–apakah kurang dari 51%.

“Jika pada akhirnya jumlah tersebut kurang dari 51% yang kemudian sisanya didapatkan oleh startup, bisa jadi startup sudah tidak lagi mendapatkan kontrol pada startup mereka,” kata Ryan.

Sementara menurut Ivan, ada dua cara yang bisa dilakukan agar startup masih bisa memiliki kontrol usai penggalangan dana dilakukan. Cara pertama adalah memastikan founders memegang tidak kurang dari 50,1% saham. Cara lainnya, dalam shareholders agreement diatur bahwa manajemen (direksi) diisi oleh orang-orang yang didominasi oleh founders sekalipun saham founders tidak sampai 50,1%.

Founders perlu berdiskusi dengan lawyer yang biasa memegang transaksi fundraising startup atau Mergers dan Acquisitions (M&A), agar tidak salah langkah dan mendapat perlindungan yang tepat,” kata Ivan.

Sirclo Siap Galang Dana Baru Pertengahan Tahun Ini

Jumat lalu DealStreetAsia mempublikasi tentang perolehan pendanaan hingga $5 juta (lebih dari 70 miliar Rupiah) untuk platform SaaS pendukung solusi e-commerce Sirclo yang dipimpin oleh Sinar Mas Land, East Ventures, dan sejumlah investor lain. Kami mendapatkan konfirmasi bahwa pendanaan tersebut telah diselesaikan pertengahan tahun lalu sebagai bagian pendanaan Seri B tahap pertama (mereka menyebutnya sebagai Seri B1).

Sirclo sendiri menyebutkan pihaknya bersiap untuk menggalang dana berikutnya, dalam tahapan Seri B berikutnya atau Seri C, tergantung kesepakatan dengan pihak investor, yang diharapkan bisa difinalisasi tahun ini.

“Sebelumnya kita sudah mendapatkan pendanaan Seri B1 [senilai] sekitar jutaan dolar AS. Venture capital yang terlibat di antaranya adalah East Ventures, Skystar Capital dan Sinar Mas Land. Penggalangan dana tersebut sudah sejak lama final dan uang pun sudah kita gunakan,” jelas CEO Sirclo Brian Marshal kepada DailySocial.

Meskipun tidak menyebutkan secara detail, pihak Sirclo mengaku kerap melakukan penggalangan dana secara rutin dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Sirclo pertama kali menerima investasi tahap awal dari East Ventures di tahun 2014.

Sirclo saat ini mengklaim telah memiliki sekitar 1000 pelanggan berbayar dan 40 klien yang mewakili sekitar 150 brand. Pihaknya sudah mengklaim menjadi nomor satu di segmen ini dan berambisi menjadi pemain unggulan di pasar global.

“Tahun 2019 ini kita harapkan akan ada tambahan venture capital baru yang terlibat. Buat Sirclo sendiri it’s always nice untuk mendapatkan tambahan investor. Jika sudah final akan kita umumkan lebih lanjut,” kata Brian.

DStour #61: Menikmati Suasana “Homey” di Kantor Sirclo

Terletak di kawasan bisnis BSD, kantor Sirclo dikelilingi lingkungan yang asri sarat dengan pohon-pohon dan tanaman yang hijau. Konsep utama yang ditawarkan adalah unsur “homey” agar karyawan merasa nyaman. Di sore hari, kantor Sirclo juga memiliki pemandangan matahari terbenam. Dipandu CEO Sirclo Brian Marshal, berikut liputan #DStour selengkapnya.

Rencana Sirclo Luncurkan Produk Baru dan Tambah “Fulfilment Center”

Memasuki tahun 2019, perusahaan teknologi penyedia solusi e-commerce Sirclo berencana untuk meluncurkan produk terbarunya yang diklaim mampu menjembatani kebutuhan klien dari UKM dengan bisnis besar. Setelah sebelumnya merilis Sirclo Store dan Sirclo Commerce, diharapkan produk baru ini bisa meluncur sekitar kuartal kedua 2019.

Secara khusus CEO Sirclo Brian Marshal menyebutkan, saat ini banyak klien Sirclo dari kalangan UKM hanya terbatas menggunakan situs saja, sementara untuk klien yang berasal dari perusahaan besar sudah memanfaatkan layanan end-to-end terpadu dari Sirclo, di dalamnya memiliki teknologi yang mampu menghubungkan mereka dengan marketplace.

“Sebenarnya di dalam end-to-end service tersebut, kami memiliki teknologi yang mampu menghubungkan ke marketplace. Teknologi tersebut awalnya kami gunakan secara in-house. Targetnya dalam waktu dekat kita ingin meluncurkannya sebagai produk terpisah,” kata brian.

Masih dalam proses uji coba, Brian dan tim ingin memastikan produk tersebut sudah siap saat diluncurkan. Nantinya UKM pun bisa memanfaatkan teknologi tersebut dengan mengoperasikan secara independen dengan teknologi yang langsung menghubungkan ke marketplace.

Fokus ke lini bisnis baru

Sejak diluncurkan pertengahan tahun 2018 lalu, Sirclo Store yang merupakan layanan SaaS untuk pembuatan situs toko online yang menyasar bisnis lokal skala kecil dan menengah, telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Di tahun 2019 ini, Sirclo berencana untuk fokus untuk meningkatkan pengalaman pengguna dengan mempermudah tampilan UI/UX.

Selain itu Sirclo juga ingin fokus kepada penggunaan data dengan memaksimalkan penggunaan situs sendiri dari klien untuk bisa lebih mudah mempelajari dan mendapatkan data. Hal tersebut dinilai lebih memberikan manfaat dibandingkan jika memanfaatkan teknologi yang diberikan oleh marketplace yang kebanyakan data secara detail tidak bisa diperoleh oleh klien.

“Itulah yang kemudian menjadi tugas kami sebagai platform untuk bisa memfasilitasi banyak fitur yang bisa mengelola data tersebut untuk klien Sirclo,” kata Brian.

Terkait dengan Sirclo Commerce, di tahun 2019 ini Sirclo masih terus fokus kepada core strength mereka yaitu FMCG. Namun demikian untuk memperluas bisnis, Sirclo berencana untuk menambah lini baru yaitu fesyen. Saat ini Sirclo mengklaim telah memiliki brand fesyen besar seperti Eiger hingga Levi’s.

“Kami juga akan terus mengembangkan teknologi automation. Sesuai dengan latar belakang kami sebagai e-commerce enabler yang mulai dari teknologi bukan logistik seperti yang banyak dilakukan oleh e-commerce hingga e-commerce enabler lainnya,” kata Brian.

Secara keseluruhan Sirclo saat ini telah memiliki sekitar 1000 pelanggan berbayar dan 40 klien yang mewakili sekitar 150 brand. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat. Sirclo juga memiliki ambisi untuk menjadi pemain unggulan di pasar global. Di pasar lokal sendiri Sirclo mengklaim sudah menjadi nomor satu mengalahkan pesaing lainnya di Indonesia.

Melakukan ekspansi fulfilment center

Rencana lain yang juga tengah dijajaki oleh Sirclo adalah menambah jumlah fulfilment center di Indonesia. Saat ini selain di BSD, Sirclo juga telah memiliki gudang di Jakarta Pusat, Yogyakarta hingga Bandung. Selanjutnya Sirclo juga memiliki rencana untuk menambah fulfilment center di kota-kota besar lainnya.

Salah satu alasan mengapa Sirclo fokus untuk menambah jumlah gudang adalah demi memudahkan klien memberikan layanan dan pengiriman barang yang cepat dan tertata dengan baik prosesnya.

“Ke depannya saya melihat tren pengiriman bukan lagi lebih dari 1-2 hari delivery, namun sudah same day delivery memanfaatkan layanan on-demand seperti Go-Jek dan Grab. Di situlah Sirclo bisa membantu proses tersebut menjadi lebih lancar dengan memanfaatkan fulfilment center yang lebih tersebar. Bukan hanya di satu titik, namun titik lainnya yang dinilai memiliki potensi sebagai fulfilment center,” kata Brian.

Disinggung apakah Sirclo berencana untuk kembali melakukan penggalangan dana, Brian mengungkapkan memiliki rencana untuk melakukan fundraising tahun ini. Meskipun enggan untuk menyebutkan siapa investor yang nantinya akan terlibat dalam penggalangan dana tersebut, namun Brian menegaskan saat ini masih dalam proses penjajakan dengan beberapa investor. Sebelumnya Sirclo telah mendapatkan pendanaan Seri B.

“Kami selalu berupaya untuk membina hubungan yang long term dengan investor kami, di antaranya adalah dengan East Ventures dan juga Sinar Mas, mereka selalu mendukung kami di semua tahapan penggalangan dana Sirclo,” kata Brian.

Sirclo Pacu Kontribusi Bisnis Lewat Dua Produk Andalan

Perusahaan teknologi penyedia solusi e-commerce Sirclo mengandalkan dua produk andalannya untuk memacu kinerja bisnis, yakni Sirclo Store dan Sirclo Commerce. Kedua produk ini tercatat telah memfasilitasi transaksi senilai lebih dari Rp120 miliar pada paruh pertama di 2018, rinciannya sekitar Rp100 miliar (US$7 juta) dari Sirclo Store dan sisanya dari Sirclo Commerce.

“Rata-rata transaksi per hari yang direkam dari seluruh pengguna berbayar Sirclo Store mencapai Rp550 juta selama Januari hingga Juni 2018. Angka tersebut naik dua kali jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya,” terang Founder dan CEO Sirclo Brian Marshal, Senin (9/7).

Dia memprediksi, nilai transaksi dari Sirclo Store saja akan meningkat minimal dua kali lipat pada tahun ini jadi $14 juta, lantaran semakin pesatnya pertumbuhan e-commerce dan melihat perkembangan dari berbagai brand yang telah mempercayai layanan Sirclo. Bila dihitung dari lima tahun lalu hingga kini, transaksi yang telah difasilitasi secara akumulatif sebanyak US$25 juta.

“Proporsinya [Sirclo Store] tahun ini bakal [memfasilitasi transaksi] US$14 juta. Artinya dari tahun ke tahun pertumbuhan e-commerce makin cepat. Dari sisi brand lokal, mereka benar-benar merasakan hasilnya dari apa yang kami lakukan.”

Sirclo Store adalah layanan SaaS Sirclo untuk pembuatan situs toko online yang menyasar bisnis lokal skala kecil dan menengah. Produk ini didukung teknologi untuk membangun toko online secara instan berbasis template siap pakai dengan sistem berlangganan. Harga yang ditawarkan mulai dari gratis hingga yang termahal memakan biaya hampir Rp2 juta per bulannya.

Produk ini sekaligus produk perdana yang dirintis Sirclo sejak pertama kali berdiri di 2013 lalu. Awalnya produk ini bernama Sirclo Subscription, lalu berganti jadi Sirclo Premium.

Hingga kini, Sirclo memperoleh hampir 1.000 pengguna berbayar dan lebih dari 50 ribu pengguna starter (gratis). Lokasinya masih terpusat di Jabodetabek (67,8%), Jawa Barat (14,1%), Jawa Timur (5,7%), Yogyakarta (4,3%), dan lainnya (5,3%).

Beberapa brand lokal yang menggunakan solusi Sirclo Store di antaranya Luna Habit milik selebrita Luna Maya dan This Is April yang telah memiliki 40 toko fisik di Indonesia. Ada juga brand lokal seperti Ittaheri dan Wearing Klamby yang berjualan dengan metode webhunt, atau hunting produk secara online untuk periode tertentu.

Produk lainnya yang makin diseriusi Sirclo adalah Sirclo Commerce, solusi channel management solution bagi brand besar yang ingin mengembangkan jangkauannya ke ranah online. Produk ini menggunakan teknologi yang dapat mensinkronisasi penjualan di berbagai marketplace, seperti Lazada, Tokopedia, Blibli, Bukalapak, dan Shopee.

Sirclo Commerce sebenarnya sudah dirintis perusahaan sejak dua tahun lalu, saat itu namanya masih Connexi. Akhirnya fitur ini diseriusi perusahaan sejak setahun terakhir dengan mengoperasikan gudang di Taman Tekno, BSD City seluas 5 ribu meter persegi. Perusahaan telah dipercaya lebih dari 20 klien, yang mencakup 80 brand ternama seperti KAO, Kellogg’s, Minimal, Quaker Oats, Reckitt Benckiser, Stanley Black & Decker.

Rencana berikutnya

Brian menuturkan saat ini status pendanaan perusahaan telah menerima pendanaan Seri B. Tiap tahun perusahaan rutin menerima pendanaan segar dari para investornya, namun memilih untuk tidak mempublikasikannya. Pertama kali Sirclo menerima investasi tahap awal dari East Ventures dengan nilai yang tidak disebutkan pada 2014.

“Tiap tahunnya kami selalu mendapat investasi segar. Sekarang kami sudah di Seri B. East Ventures selalu berpartisipasi setiap pendanaan yang kami gelar.”

Menurutnya tiap tahun perusahaan memiliki fokus tersendiri setiap saat menerima pendanaan. Misalnya tahun lalu pendanaan difokuskan untuk menambah kapasitas gudang jadi lebih besar.

Untuk setahun ke depan, pihaknya sedang mempertimbangkan ekspansi gudang ke lokasi baru atau membesarkan yang sudah ada. Kemudian eksplorasi beberapa inisiasi baru yang bertujuan untuk mendorong brand lokal yang masih berskala kecil menjadi brand yang bisa dikenal di seluruh Indonesia.

“Dua produk kami masih akan kami genjot kinerjanya pada tahun ini. Namun yang pasti tahun ini kami tidak ada produk baru,” pungkasnya.

Saat ini tim Sirclo telah mencapai lebih 100 orang. Kantor pun sudah resmi pindah dari Cideng, Jakarta Pusat ke BSD Green Office Park 6, BSD City.