Capcom Bakal Buat Turnamen Teppen Tokyo Game Show Cup

Kebanyakan game yang dipertandingkan di turnamen esports adalah game MOBA atau FPS, seperti Dota 2, Mobile Legends, CS:GO, dan PUBG.

Sementara itu, card game dan fighting game tetap kurang populer di esports. Meskipun begitu, ini tidak menghentikan Capcom untuk mengadakan kompetisi esports untuk card game mereka, Teppen. Turnamen Teppen Tokyo Game Show Cup diumumkan dalam acara Asia Japan Premiere Event.

Total hadiah yang ditawarkan dalam kompetisi ini adalah JP¥50 juta (sekitar Rp6,7 miliar). Sponsor utama dari turnamen tersebut adalah Amazon. Namun, Capcom menyebutkan bahwa mereka masih akan membuka kesempatan bagi perusahaan lain yang ingin menjadi sponsor. Karena itu, tidak tertutup kemungkinan total hadiah yang ditawarkan akan naik.

teppen Capcom GungHo Online Entertainment jpeg
Sumber: Capcom/GungHo Online Entertainment

Teppen diluncurkan pada Juli lalu. Sejauh ini game tersebut telah diunduh sebanyak lebih dari satu juta kali, menurut Event Hubs. Namun, Teppen belum tersedia di semua negara. Karena itu, peserta yang bisa mengikuti Teppen Tokyo Game Show Cup pun dibatasi.

Capcom membuka babak kualifikasi dari turnamen card game buatannya ke dalam empat kawasan, yaitu Amerika Utara, Asia Pasifik, Eropa, dan Jepang, yang dianggap sebagai negara tuan rumah. Alasannya, karena hanya empat kawasan itu yang sudah dapat mengunduh Teppen di App Store dan Play Store.

Menurut Dot Esports, ada kemungkinan Capcom akan meluncurkan Teppen di kawasan lain menjelang turnamen yang akan diadakan pada Oktober. Namun, kecil kemungkinan kawasan itu akan berpartisipasi dalam turnamen.

Bisnis Esports Capcom

Belum lama ini, Capcom merilis laporan keuangan mereka. Ini memunculkan pertanyaan tentang kontribusi bisnis esports mereka ke keuangan perusahaan secara keseluruhan. Capcom menyebutkan bahwa bisnis esports memberikan kontribusi dalam “jumlah yang signifikan”, menurut laporan Event Hubs.

“Dalam beberapa tahun ke depan, fokus kami adalah pada jumlah penonton, jumlah pemain, dan viewership dan bukannya monetisasi, karena kami masih akan memprioritaskan pertumbuhan ekosistem esports,” kata Capcom. “Itulah mengapa kami belum bisa memberitahukan tentang target pendapatan saat ini.”

Capcom dikenal dengan game rilisan mereka di genre fighting, seperti Street Fighter. Memang, turnamen game fighting telah berjalan dengan cukup sukses dan berkelanjutan. Misalnya, babak akhir EVO 2019 ditonton oleh lebih dari 200 ribu orang.

Ini adalah rekor tersendiri. Sayangnya, jika dibandingkan dengan game genre lain, seperti Fortnite, angka itu masih jauh lebih rendah. Sebagai perbandingan, pada babak solo final Fortnite World Cup, jumlah penonton mencapai lebih dari 2,3 juta orang.

“Kami akan fokus pada rencana jangka panjang terkait esports, dan kami akan berusaha untuk dapat bekerja sama dengan pemerintah dan bisnis lokal dalam tingkat regional,” kata Capcom.

“Kami tidak hanya fokus pada kegiatan jangka pendek, dua-tiga tahun, tapi juga jangka panjang dengan durasi panjang, lima, sepuluh, dan bahkan dua puluh tahun ke depan untuk mempromosikan esports.”

Sumber: Dot Esports, Events Hub

Street Fighter V dan Konten Season 3 Bisa Dinikmati Gratis di Bulan Agustus 2019

Saat Street Fighter V meluncur di awal 2016, banyak orang mengeluhkan minimnya konten dan pilihan karakter, serta sejumlah kendala teknis yang mengurangi kualitas pengalaman bermain. Akibat masalah-masalah itu, penjualan Street Fighter V gagal mencapai target yang Capcom tetapkan. Menariknya, hal ini punya dampak positif: developer terpanggil untuk meluncurkan permainan secara lebih lengkap lewat Arcade Edition.

Kini, Street Fighter V merupakan salah satu judul esport fighting terfavorit. Dan ada kabar gembira jika Anda, seperti saya, ingin mencobanya namun masih ragu buat membelinya atau Anda bermaksud buat lebih dulu mencari tahu seberapa bersahabat komunitasnya. Lewat akun Twitter resmi Street Fighter, Capcom mengumumkan agenda untuk menggratiskan game selama kurang lebih 10 hari.

Gerbang akses gratis bermain Street Fighter V akan dibuka pada tanggal 1 Agustus dan berakhir di 11 Agustus 2019. Menariknya, Capcom tak hanya mempersilkan kita menikmati konten dasar saja, tapi juga menyertainya bersama seluruh karakter Season 3. Itu artinya, kita disuguhkan lebih dari 20 pilihan petarung – beberapa adalah nama-nama familier dan ada pula tokoh-tokoh baru. Ini dia daftar lengkapnya:

  • Birdie
  • Cammy
  • Chun-Li
  • Dhalsim
  • F.A.N.G.
  • Karin
  • Ken
  • Laura
  • M. Bison
  • Nash
  • Necalli
  • R. Mika
  • Rashid
  • Ryu
  • Vega
  • Zangief

Karakter di DLC Season 3:

  • Blanka
  • Cody
  • Falke
  • G
  • Sagat
  • Sakura

Di versi cuma-cuma ini, kita tidak bisa memilih tokoh-tokoh Season 1 dan 2 semisal Alex, Guile, Abigail serta Akuma. Jika kebetulan sudah mempunyai permainan, Anda bisa memainkan petarung-petarung Season 3 hingga periode free trial usai. Selain itu, kita juga dipersilakan menikmati mode story serta mengumpulkan kredit in-game. Semua progres tersebut akan tersimpan dan bisa dilanjutkan begitu Anda memutuskan untuk membeli game.

Walaupun usianya sudah menginjak tiga tahun lebih, Street Fighter V ialah salah satu permainan esports genre fighting terpopuler saat ini. Ambil contohnya di turnamen EVO 2019. Street Fighter V menempati urutan kedua dengan peserta terbanyak (di belakang Super Smash Bros. Ultimate), melampaui Tekken 7, Mortal Kombat 11, Dragon Ball FighterZ serta Soulcalibur 6.

Street Fighter V versi gratis tersaji di dua platform, yaitu PC via Steam serta PlayStation 4. Jika tertarik membelinya, Capcom menawarkan permainan dalam beberapa pilihan edisi: standar, Arcade Edition (plus konten Season 1 dan Season 2), serta Arcade Edition Deluxe (semua konten yang ada sejauh ini). Tersedia pula DLC berisi bundel kostum dan stage musim 2016.

Via DualShockers.

Lewat Game Mobile Teppen, Capcom Resmi Berkecimpung di Ranah Card Battle

Di tengah industri yang sepertinya dimabuk battle royale, genre kompetitif lain pelan-pelan mengumpulkan penggemar setianya sendiri. Salah satu dari mereka ialah permainan card battle. Kita tahu bahwa kepopuleran Hearthstone buatan Blizzard mendorong publisher raksasa lain untuk menggarap game mereka sendiri: Valve lewat Artifact serta CD Projekt Red lewat Gwent: The Witcher Card Game.

Dan di bulan Juli ini, Capcom selaku pemegang franchise Street Fighter dan Mega Man resmi berkecimpung di ranah card battle lewat peluncuran Teppen. Permainan punya banyak kesamaan dengan Hearthstone, namun tentu saja Capcom turut mengimplementasikan sejumlah twist dan modifikasi. Developer juga tampaknya menyiapkan Teppen sebagai permainan casual, diprioritaskan untuk perangkat bergerak sehingga gampang diakses.

Seperti Hearthstone, kartu-kartu di sana merepresentasikan unit Anda di medan tempur. Namun ketika di permainan card battle lain kita harus menunggu giliran untuk melakukan sesuatu, di Teppen kita bisa memengaruhi pertandingan secara real-time. Saat Anda meletakkan kartu, indikator berupa anak panah mengindikasikan bahwa serangan tersebut mengenai sasaran. Di saat yang sama, Anda dapat menurunkan ‘kartu aktif’, misalnya buat memperkuat unit sendiri atau menyerang lawan.

Kartu aktif membuat Teppen terasa seperti permainan strategi turn-based. Kartu jenis ini segera ‘menghentikan’ sesi real-time dan juga memberikan lawan Anda kesempatan untuk merespons dengan kartu mereka sendiri. Fase turn-based akan terus berlangsung hingga pemain selesai menurunkan kartu-kartu aktifnya, sementara itu aksi real-time terus berjalan. Satu pertandingan Teppen tersaji selama lima menit, jadi idenya permainan ini cocok buat mengisi waktu senggang.

Lagi-lagi mirip Hearthstone, Teppen dimeriahkan oleh karakter-karakter lintas franchise (punya Capcom), di antaranya game Monster Hunter, Devil May Cry, Mega Man, Darkstalkers, Resident Evil, serta Street Fighter. Di versi awal ini, Anda dapat memilih Ryu, Chun-Li, Rathalos, Nergigante, Dante, X (Mega Man), Morrigan Aensland serta Albert Wesker. Masing-masing tokoh ini mempunyai kemampuan khusus, namun buat menggunakannya, kita harus menunggu sampai action point mencukupi.

Teppen digarap secara kolaboratif oleh tim Capcom dan GungHo Online Entertainment. Game card battle ini sudah tersedia untuk perangkat Android via Google Play dan iOS lewat Apple App Store. Di waktu ke depan, developer punya rencana buat memperbanyak opsi karakter, dihadirkan melalui update yang diimplementasikan secara berkala.

Via Eurogamer.

[Review] Resident Evil 2, Hidangkan Sensasi Horor Klasik Dengan Penyajian Baru, Siap Rebut Gelar Game Terbaik di 2019

Saat itu tahun 1998. Mayat hidup memang sudah lama meneror pemirsa layar kaca, tapi kehadirannya di video game terbilang cukup jarang. Dua tahun sebelumnya, Resident Evil laris terjual di Amerika serta Inggris, menyemangati Capcom buat membangunnya jadi franchise raksasa. Setelah proses pengembangan yang panjang serta revisi besar-besaran, Resident Evil 2 lebih sukses lagi dari pendahulunya.

Di E3 2015, Capcom mengungkap rencana untuk membangun ulang Resident Evil 2 buat platform game current-gen berbekal teknologi engine dan grafis terbaru, namun baru tiga tahun setelahnya sang developer berkesempatan menyingkap apa yang sudah mereka kerjakan. Pengumumannya di E3 2018 disambut gamer dengan begitu antusias, dan ia menjadi salah satu permainan yang perilisannya paling ditunggu di 2019.

Meski demikian, banyak orang juga cemas mengenai nasibnya. Sejak Resident Evil 4, arahan franchise ini lebih condong mengedepankan action ketimbang horor. Pada akhirnya, Resident Evil 6 dikritisi akibat kualitas campaign single-player yang tidak rata serta melenceng jauhnya arahan game dari tema survival horror. Demi mengembalikan Resident Evil ke akarnya, Capcom nekat bereksperimen di permainan ketujuhnya, buat pertama kalinya menyajikan petualangan mendebarkan dalam perspektif orang pertama.

Salah satu alasan keberhasilan Resident Evil 7: Biohazard adalah, game ini berperan sebagai sekuel sekaligus gerbang masuk bagi mereka yang sama sekali belum pernah bermain Resident Evil. Anda tidak perlu menyelesaikan permainan-permainan sebelumnya agar bisa menikmatinya, melalui pengenalan tokoh-tokoh serta formula gameplay baru. Tapi bagaimana dengan remake Resident Evil 2?

RE2 3

 

Tradisi klasik dengan penyajian baru

Situasi sulit yang dihadapi Capcom dalam penggarapan remake Resident Evil 2 adalah tingginya ekspektasi gamer serta aspek cerita yang bukan lagi rahasia di kalangan gamer veteran. Itu artinya, tim developer  Jepang ini harus menemukan titik keseimbangan antara penyuguhan konten baru, sembari memastikan kengerian khas Resident Evil 2 tetap terjaga. Mereka juga tidak berniat untuk menawarkan formula yang pernah dipakai sebelumnya.

RE2 14

Aspek yang membuat Resident Evil 2 ‘lawas’ jadi tambah menegangkan adalah kurang bersahabatnya sistem kendali. Seperti game pertama dan ketiga, Resident Evil 2 mengusung metode kontrol ala tank dengan kamera fixed. Itu artinya, menghindar dan membidik musuh sangatlah sulit. Dari sisi presentasi, RE2 remake sendiri lebih menyerupai Resident Evil 4, tetapi ada banyak keputusan jenius dari Capcom yang membuat game baru ini se-mengerikan pendahulunya.

RE2 17

Resident Evil 2 remake memanfaatkan sudut pandang kamera orang ketiga over-the-shoulder. Bertolak belakang dari Resident Evil 7, pengendalian karakter terasa lebih intuitif dan kita bisa lebih mudah mengetahui keadaaan di sekitar – apalagi dukungan keyboard dan mouse di versi PC yang saya mainkan membuat kontrolnya lebih luwes lagi. Bahkan sebelum game dimulai, saya bisa merasakan bagaimana Capcom betul-betul memperhatikan hal ini.

RE2 18

Di PC, segala macam fungsi kendali karakter berada di jangkauan jari Anda. Selain untuk menggunakan persenjataan, tombol kiri dan kanan mouse berguna buat berinteraksi dengan objek. Lalu lewat kombinasi Tab dan tombol WASD, kita bisa mudah mengakses menu pause serta membuka dokumen, sangat berguna saat kita mencoba mencari petunjuk puzzle. Developer juga menyediakan fitur quick turn 180 derajat, tapi berkat ringkasnya mouse, fungsi ini jarang sekali saya gunakan.

 

Zombie jadi kembali menyeramkan

Seri Resident Evil 2 lahir sebelum ‘zombie berlari’ jadi tren di layar lebar dan video game. Di edisi remake ini, Capcom tidak mencoba mengubah cara mereka menyajikan teror pada pemain – malah terus berpegang pada tradisi lawas Resident Evil. Namun ada sejumlah hal yang Capcom utak-atik agar mayat hidup tetap mengerikan; pertama adalah lewat penempatan strategis serta efek suara, dan kedua ialah dengan mengubah karakteristik mereka.

RE2 2

Saat berjumpa pertama kali dengan mayat hidup di RE2 remake, insting yang terbentuk dari pengalaman menikmati puluhan game shooter mendorong saya untuk segera menembak mereka di kepala. Langkah ini ternyata keliru. Butuh sekitar tujuh tembakan di kepala buat merobohkan satu zombie. Dan itu artinya ada banyak peluru berharga yang harus dihabiskan jika Anda ingin mengalahkan mereka satu per satu.

RE2 12

Situasi ini membuat saya berpikir ulang tentang apa yang harus dikerjakan. Untungnya solusi muncul sebelum terlambat: tembak zombie di kaki untuk memutuskan bagian tersebut demi menghambat gerakan mereka. Lebih baik hindari lawan dari pada konfrontasi langsung, kecuali jika tak ada pilihan lain. Dengan cara itu, kita bisa lebih menghemat amunisi. Metode ini mengingatkan saya pada bagaimana cara menangani Necromorph di Dead Space.

RE2 13

Pola pikir ‘hidari ketimbang konfrontasi’  tersebut penting karena di satu titik dalam permainan, pemain akan berhadapan dengan lawan yang tak bisa dikalahkan. Kita hanya bisa melarikan diri atau membuatnya roboh secara sementara, namun ia baru benar-benar bisa tumbang ketika pemain mendapatkan senjata berukuran besar. Tyrant ber-codename Mr. X ini akan terus memburu Anda. Ia akan mengejar saat melihat Anda dan berpatroli tanpa lelah. Itu berarti, pengetahuan terhadap lokasi serta kesadaran lingkungan sangatlah esensial.

RE2 20

Berkaitan dengan faktor awareness tadi, saya sangat mengapresiasi desain audio edisi remake ini. Suara derakan nafas dan rintihan zombie terdengar sangat menyeramkan, apalagi jika muncul dari lokasi yang tidak disangka. Suara juga bisa sangat membantu, apalagi ketika Anda sudah mulai dikejar oleh sang tyrant. Bunyi derap langkah bisa terdengar ketika ia berada di dekat kita, dan itulah alasannya saya sangat menyarankan penggunaan headset berfitur surround 7.1.

RE2 15

Namun seperti mayoritas game survival horror sejenis, Resident Evil 2 (2019) masih mengandalkan elemen jump scare. Kejutan bisa saja bersembunyi di tiap lorong dan tikungan, atau di tempat-tempat yang Anda kira aman. Sejujurnya, pendekatan ini mulai terasa membosankan, terutama jika Anda punya pengalaman dalam menangani permainan-permainan semisal Bloodborne, Amnesia atau Alien: Isolation.

RE2 19

Bagi saya, bagian terbaik dari Resident Evil 2 remake adalah kehadiran Mr. X serta ketidakpastian dan kepanikan yang ia timbulkan. Sensasinya mirip ketika menghadapi Xenomorph di Alien: Isolation. Bedanya, sang tyrant tidak bergerak secepat alien sehigga lebih gampang dihindari. Dan bahkan di situasi terpojok sekali pun, kematian dini dapat dielakkan jika Anda bisa berpikir serta beraksi cepat atau kebetulan membawa peralatan yang tepat.

 

Nostalgia dengan wajah-wajah lama

Remake Resident Evil 2 kembali mempersilakan Anda bermain sebagai dua tokoh favorit di franchise ini, Leon S. Kennedy dan Claire Redfield. Penampilan keduanya disesuaikan dengan standar desain karakter modern, berbasis pada gaya tahun 90-an (rambut belah pinggir Leon tidak direvisi, sukurlah). Kedua tokoh ini tampaknya pernah menjalani pelatihan bela diri dan senjata api, tapi sama sekali belum berpengalaman dalam menghadapi mayat hidup. Claire ialah seorang mahasiswi, sedangkan Leon adalah polisi pemula.

RE2 11

Claire dan Leon akan menjalani pengalaman berbeda di Kota Raccoon, namun narasi yang mereka lalui kurang lebih sama. Kedua tokoh beberapa kali bertemu, mengunjungi lokasi serupa, serta menyelesaikan teka-teki yang sama. Walaupun demikian, cerita Leon menyuguhkan sensasi ala investigasi polisi, sedangkan kisah Claire berhubungan dengan tema keluarga. Perbedaan di sisi narasi terletak pada NPC yang mereka temui, lalu beberapa area cuma bisa diakses oleh karakter tertentu.

RE2 5

Game memang dirancang untuk diselesaikan minimal dua kali, dan Capcom sudah menyiapkan banyak hal untuk memotivasi kita melakukannya – misalnya lewat kostum baru, karakter rahasia, dan sistem achievement. Alternatifnya, menamatkan permainan secepat mungkin di tingkat kesulitan tertentu akan membuka bonus amunisi tak terbatas yang dapat digunakan di petualangan Anda berikutnya.

RE2 7

Selain menghadapi mayat hidup dan senjata biologis, puzzle merupakan elemen esensial dari Resident Evil 2. Mereka yang familier dengan seri ini akan segera menyadari bahwa segala sesuatu di game tidaklah sederhana. Contohnya sewaktu Claire mencoba membuka gerbang area parkir mobil. Ia harus mendapatkan kunci, buat memperoleh kunci berbeda, demi mendapatkan sirkuit listrik pengganti agar pintu bisa terbuka, untuk memperoleh keycard di dalamnya.

RE2 4

Penyelesaian teka-teki dipersulit dengan sistem inventory yang sangat terbatas. Bahkan tanpa item-item quest, kita akan terus mengadapi dilema soal barang-barang apa saja sebaiknya dibawa: apakah pisau, amunisi untuk senjata sekunder, atau obat? Sejumlah senjata berukuran besar memakan lebih dari satu slot penyimpanan. Bersediakah Anda meninggalkannya demi ruang penyimpanan yang lebih lega?

RE2 5

Satu hal yang sangat saya sukai ialah, banyak hal tak dijelaskan secara gamblang dan pemain sering kali harus mencari jawabannya sendiri – misalnya ‘mencuci film’ buat mencari petunjuk, melacak kode loker yang tersembunyi di lokasi berbeda, dan menyadari bahwa papan kayu berguna untuk menutup jendela untuk menghalangi zombie masuk. Dan di sejumlah skenario, beberapa item penting disembunyikan di benda lain (kunci atau batu permata), mendorong kita buat memeriksa objek secara teliti.

RE2 9

 

Konklusi

Bagi saya, edisi PC Resident Evil 2 remake ialah versi terbaik. Di sistem berprosesor Intel Core i7-6700HQ dan berkartu grafis GeForce GTX 1070, permainan berjalan sangat mulus di setting visual tertinggi dengan resolusi 1080p, rata-rata di atas 100-frame per detik. Di tingkat ini, detail wajah, lipatan di jaket, hingga efek basah pada pakaian terlihat jelas. Lalu, game juga bisa dibeli di harga lebih ekonomis.  Ketika Resident Evil 2 di PlayStation 4 dibanderol di atas Rp 700 ribu, edisi Steam dapat dimiliki cukup dengan mengeluarkan uang kurang dari Rp 500 ribu.

RE2 1

Remake Resident Evil 2 merupakan salah satu game yang dibahan-bakari konsep nostalgia. Namun berbeda dari upaya remake/remaster judul lain, Capcom tidak mengambil jalan pintas. Seluruh aset permainan dibangun dari nol, berbekal engine RE yang digunakan dalam penggarapan Resident Evil 7: Biohazard, dan upaya developer tidak sia-sia. Game ini menawarkan keseimbangan antara aspek-aspek baru dan lawas, membuat petualangan horor di sana terasa menyegarkan, dan siap merebut gelar permainan terbaik di 2019.

RE2 8

Resident Evil 2 mengingatkan kembali mengenai hal yang membuat saya jatuh hati pada franchise ini. Saya akan segera merekomendasikannya pada siapa saja yang mengaku fans berat Resident Evil atau penggemar permainan horor pada umumnya. Capcom berhasil menetapkan sebuah standar baru mengenai bagaimana sebuah remake video game seharusnya dikerjakan. Tapi sebelum membelinya, perlu diketahui bahwa permainan ini kental dengan tema kekerasan, sangat tak disarankan bagi Anda yang sensitif dengan kejutan dan darah.

RE2 6

Jika boleh diberi kesempatan untuk memberi masukan, saya pribadi sebetulnya berharap agar Capcom menghidangkan dunia game secara lebih luas dan ekspansif. Seperti edisi tahun 1998-nya, struktur level Resident Evil 2 remake terdiri dari lorong-lorong saling menyambung yang berujung pada area hub. Seandainya permainan menyuguhkan ruang lebih terbuka, akan ada banyak peluang buat membenamkan elemen gameplay lain. Lalu, bayangkan serunya bermain bersama kawan jika game juga dibekali mode multiplayer kooperatif.

Claire Redfield, Resident Evil 2 remake.

 

Sparks

  • Standar tinggi dalam penggarapan remake
  • Gameplay baru dengan sensasi horor khas Resident Evil klasik
  • Konten melimpah walaupun campaign-nya linier
  • Tingkat kesulitan teka-teki yang pas, tidak terlalu susah ataupun mudah
  • Desain audio jempolan
  • Berjalan mulus di PC

 

Slacks

  • Dunia permainan yang kurang terbuka
  • Jump scare jadi cara utama buat mengagetkan Anda
  • Absennya mode multiplayer

Capcom Terpilih Jadi Publisher Game Terbaik di 2018 Versi Metacritic

Gamer pintar tak akan lupa membaca review sebelum membeli game, tapi mereka yang bijaksana sudah pasti menyimak ulasan dari sumber berbeda. Inilah fungsi dari situs agregat seperti Metacritic: mengumpulkan seluruh ulasan dari media berbeda serta mengkalkulasi rata-rata dari skor reviewer. Berkat data tersebut, Metacritic bisa mencari tahu siapa saja publisher yang merilis judul-judul favorit.

Sejak 2011, Metacritic memulai sebuah tradisi berupa pengungkapan daftar publisher game terbaik selama setahun. Istilah terbaik di sini bukan ditakar dari kesuksesan mereka menjual permainan sebanyak-banyaknya, namun dihitung lewat penilaian kritikus profesional terhadap karya-karya digital yang mereka lepas. Dan di tahun 2018, Capcom keluar sebagai publisher nomor satu, mengalahkan nama-nama seperti Sega, EA dan Sony.

Metacritic membagi para publisher dalam dua kategori, yaitu ‘besar’ dan ‘menengah’. Publisher besar maksudnya ialah perusahaan yang merilis 12 game atau lebih dalam kurun waktu setahun, sedangkan publisher kelas menengah hanya melepas 5 sampai 11 judul selama 12 bulan. Sekali lagi, parameternya bukan dilihat dari aset ataupun modal pengembangan game.

Ini dia daftarnya:

 

1. Capcom

Game terbaik: Monster Hunter: World (Xbox One – 90)
IP baru terbaik: –
Game terburuk: Mega Man X Legacy Collection 2 (Switch – 60)
Skor user tertinggi: Okami HD (Switch – 8,7)
Rata-rata Metascore: 79,3
Urutan tahun lalu: 5

 

2. Sega

Game terbaik: Sonic Mania Plus (Switch – 91)
IP baru terbaik: Two Point Hospital (PC – 83)
Game terburuk: Shining Resonance Refrain (PlayStation 4 – 67)
Skor user tertinggi: Sonic Mania Plus (Switch – 8,9)
Rata-rata Metascore: 78,5
Urutan tahun lalu: 3

 

3. Electronic Arts

Game terbaik: FIFA 19 (PlayStation 4 – 83)
IP baru terbaik: A Way Out (Xbox One – 79)
Game terburuk: Fe (Xbox One – 70)
Skor user tertinggi: A Way Out (PlayStation 4 – 8,0)
Rata-rata Metascore: 77,5
Urutan tahun lalu: –

 

4. Nintendo

Game terbaik: Super Smash Bros. Ultimate (Switch – 93)
IP baru terbaik: Octopath Traveler (Switch – 83)
Game terburuk: Kirby Battle Royale (3DS – 57)
Skor user tertinggi: Bayonetta + Bayonetta 2, Donkey Kong Country: Tropical Freeze, Octopath Traveler (Switch – 8,7)
Rata-rata Metascore: 76,4
Urutan tahun lalu: 2

 

5. Ubisoft

Game terbaik: Assassin’s Creed Odyssey (Xbox One – 87)
IP baru terbaik: Transference (PC – 78)
Game terburuk: Far Cry 5: Hours of Darkness (PlayStation 4 – 55)
Skor user tertinggi: Child of Light (Switch – 8,5)
Rata-rata Metascore: 73,7
Urutan tahun lalu: 6

 

6. Sony

Game terbaik: God of War (PlayStation 4 – 94)
IP baru terbaik: Astro Bot: Rescue Mission (PlayStation 4 – 90)
Game terburuk: Bravo Team (PlayStation 4 – 45)
Skor user tertinggi: God of War (PS4 – 9,1)
Rata-rata Metascore: 71,8
Urutan tahun lalu: 7

 

7. Square Enix

Game terbaik: NieR: Automata – Become as Gods Edition (Xbox One – 90)
IP baru terbaik: Octahedron (PC – 85)
Game terburuk: The Quiet Man (PlayStation 4 – 29)
Skor user tertinggi: NieR: Automata – Become as Gods Edition (Xbox One – 9,1)
Rata-rata Metascore: 71
Urutan tahun lalu: 8

 

8. Bandai Namco Entertainment

Game terbaik: Dragon Ball FighterZ (Switch – 88)
IP baru terbaik: 11-11: Memories Retold (PlayStation 4 – 77)
Game terburuk: Tennis (Switch – 28)
Skor user tertinggi: Dragon Ball FighterZ (Switch – 8,5)
Rata-rata Metascore: 71,8
Urutan tahun lalu: 9

 

9. Digerati Distribution

Game terbaik: Omega Strike (Xbox One – 80)
IP baru terbaik: Omega Strike (Xbox One – 80)
Game terburuk: Fall of Light: Darkest Edition (Xbox One – 56)
Skor user tertinggi: –
Rata-rata Metascore: 69,9
Urutan tahun lalu: –

 

10. NIS America

Game terbaik: Disgaea 1 Complete (PlayStation 4 – 83)
IP baru terbaik: The Longest Five Minutes (Switch – 67)
Game terburuk: SNK Heroines: Tag Team Frenzy (PlayStation 4 – 60)
Skor user tertinggi: Ys VIII: Lacrimosa of DANA (Switch – 8,7)
Rata-rata Metascore: 69,5
Urutan tahun lalu: 11

 

11. Plug In Digital

Game terbaik: Knights of Pen and Paper +1 Deluxier Edition (Switch – 80)
IP baru terbaik: Impulsion (PC – 79)
Game terburuk: Hover (Switch – 53)
Skor user tertinggi: –
Rata-rata Metascore: 69,4
Urutan tahun lalu: –

 

12. Focus Home Interactive

Game terbaik: The Council – Episode 1: The Mad Ones (Xbox One – 79)
IP baru terbaik: The Council – Episode 1: The Mad Ones (Xbox One – 79)
Game terburuk: Space Hulk: Deathwing (PlayStation – 55)
Skor user tertinggi: Insurgency: Sandstorm (PC – 9,1)
Rata-rata Metascore: 69,8
Urutan tahun lalu: –

 

13. THQ Nordic

Game terbaik: Wreckfest (PC – 81)
IP baru terbaik: Wreckfest (PC – 81)
Game terburuk: Agony (Xbox One – 34)
Skor user tertinggi: Kingdom Come: Deliverance (PC – 8,1)
Rata-rata Metascore: 64,4
Urutan tahun lalu: –

Dan ini adalah ranking publisher ‘kelas menengah’ terbaik di 2018 versi Metacritic:

  1. Activision Blizzard
  2. Paradox Interactive
  3. 505 Games
  4. Take-Two Interactive
  5. Aksys Games
  6. Bethesda Softworks
  7. Microsoft
  8. Devolver Digital
  9. Team17
  10. Arc System Works
  11. Warner Bros. Interactive
  12. Zen Studios
  13. Curve Digital
  14. Koei Tecmo Games
  15. Adult Swim
  16. Konami
  17. Microïds
  18. Milestone S.r.l
  19. 1C Entertainment
  20. Headup Games

Sensasi Assassin’s Creed Hadir di Monster Hunter: World

Developer kadang suka bermain-main dengan memasukan elemen satu game ke permainan buatannya sebagai cara mengapresiasi karya rekan mereka di studio lain atau sekadar untuk memberi kejutan pada fans. Satu contoh teruniknya ialah potongan Final Fantasy yang dapat ditemukan di Assassin’s Creed Origins. Namun ‘event crossover‘ belakangan menjadi tren dan semakin berani.

Ambil contohnya tokoh Geralt of Rivia dari seri The Witcher. Ia menjadi karakter primadona di game Soulcalibur VI dan rencananya juga akan mengunjungi dunia Monster Hunter di waktu dekat. Ternyata agenda crossover Capcom tak berhenti sampai di sana. Minggu lalu, studio Jepang ini meluncurkan hasil kolaborasi bersama Ubisoft melalui misi bertema Assassin’s Creed di Monster Hunter: World.

Sebagaimana para assassin menyerang, event tersebut datang secara tiba-tiba lewat quest bernama SDF: Silent, Deadly, and Fierce. Di sana, Anda ditugaskan untuk memburu sejumlah monster level tinggi. Jika berhasil menyelesaikannya, Anda akan dihadiahkan Senu Feather (bulu elang milik Bayek di Origins). Dua helai Senu Feather dapat ditukarkan dengan Bayek Layered Armor – bisa melapisi set baju yang Anda kenakan – atau Assassin’s Hood mirip punya Ezio.

Aksesori Assassin’s Hood memberi manfaat dalam permainan. Saat mengenakannya, serangan sembunyi-sembunyi yang Anda lakukan bisa memberikan tingkat kerusakan lebih tinggi. Selain itu, Assassin’s Hood juga mendongkrak kecepatan gerak serta mempersilakan Anda bersembunyi lebih cepat.

Namun mendapatkan Senu Feather tidaklah mudah. Anda harus berpartisipasi di pertempuran arena melawan tiga spesies monster terbesar di Monster Hunter: World, yaitu Odogaron, Deviljho, serta Lunastra. Dan Anda harus menumbangkan mereka dalam satu sesi match. Pertama-tama, Anda akan berhadapan dengan Odogaron dan Deviljho sekaligus, kemudian setelah keduanya berhasil ditundukkan, datanglah Lunastra.

Idealnya, quest SDF: Silent, Deadly, and Fierce perlu diselesaikan sebanyak empat kali buat mendapatkan empat helai Senu Feather. Dua untuk ditukarkan dengan Bayek Leather Armor dan dua lagi buat Assassin’s Hood. Begitu berhasil memperolehnya, item-item ini akan menjadi milik Anda secara permanen.

Event crossover Assassin’s Creed di Monster Hunter: World sudah bisa Anda akses sekarang. Tapi ingat, ini adalah event dengan waktu terbatas, akan ditutup pada tanggal 10 Januari 2018 nanti. Buat sekarang, SDF: Silent, Deadly, and Fierce baru dapat dinikmati oleh gamer PlayStation 4 dan Xbox One. Add on akan tiba di versi PC Monster Hunter: World di ‘lain waktu’.

Via PC Gamer.

Digelar Minggu Ini, Simak Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui Mengenai Capcom Cup 2018

Capcom Cup ialah turnamen game fighting tahunan yang diselenggarakan oleh Capcom sejak 2013. Di ajang esports tersebut, sang publisher/developer Jepang itu mempersilakan para jawara Street Fighter untuk saling menguji kemampuan satu sama lain. Acara tahun ini rencananya akan dilangsungkan di HyperX Esports Arena Las Vegas selama tiga hari, dari tanggal 14 sampai 16 Desember 2018.

Mendekati digelarnya event puncak dari Capcom Pro Tour 2018 tersebut, Capcom menyingkap sejumlah detail yang perlu diketahui mengenai Capcom Cup 2018. Di sana, para peserta akan memperebutkan porsi terbesar dari total hadiah sebesar US$ 400 ribu. Penyelenggara masih mempersilakan penonton dan komunitas untuk berkontribusi menambah total prize pool dengan membeli DLC CPT 2018 buat permainan Street Fighter V: Arcade Edition.

Capcom Cup 2018 dimulai pada hari Jumat besok melalui penyisihan ‘Last Chance Qualifier’. Babak ini akan menjadi sesi yang paling ketat kompetitif karena Capcom membuka kesempatan bagi 200 pemain untuk memperebutkan kursi ke-32. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, sangat sulit memprediksi siapa yang akan keluar jadi delapan besar, dan Last Chance Qualifier membuat perhitungannya bertambah rumit lagi.

Ambil contohnya Capcom Cup 2017. Saat itu, Liquid Nemo berhasil memenangkan sesi LCQ dan ternyata pro gamer asal Jepang ini juga keluar sebagai juara ketiga.

Selanjutnya, pertarungan ronde pertama akan dilaksanakan hari Sabtu 15 Desember, pukul 10:00 pagi waktu Pasifik. Babak ini akan mempertandingkan 32 pemain – termasuk pemenang Last Chance Qualifier 2018. Daftar peserta lengkapnya bisa Anda simak di bawah, tapi penyelenggara juga mengingatkan bahwa susunan bracket sewaktu-waktu dapat berubah.

Capcom Cup 2018 2

Hari minggu tanggal 16 Desember akan menjadi momen puncaknya. Tapi sebelum babak perempat final berlangsung, Capcom terlebih dulu menggelar pertandingan ekshibisi Street Fighter 30th Anniversary Collection: Champions Collide yang memperlombakan game Super Street Fighter II Turbo dan diikuti oleh Alex Valle, John Choi, Afrolegends, serta Damdai.

Capcom Cup 2018 1

Lalu tepat jam 13:00, barulah pertarungan memperebutkan Top 8 dimulai. Dengan total hadiah mendekati US$ 400 ribu, pemenang pertama berkesempatan membawa pulang sebesar US$ 250 ribu – atau lebih dari Rp 3,6 miliar.

Capcom Cup 2018 3

Capcom Cup 2018 di HyperX Esports Arena Las Vegas baru akan terbuka untuk publik pada hari Sabtu dan Minggu. Selain menonton pertandingan dan pertunjukan dari Super Cr3w serta DJ Qbert, Capcom mempersilakan para pengunjung buat mencicipi demo game yang tengah developer garap, yaitu remake dari Resident Evil 2 serta Devil May Cry 5.

Sumber: CapcomProTour.com.

Monster Hunter: World Akan Kedatangan Expansion Pack Raksasa dan Geralt of Rivia

Hanya ada sedikit pilihan game bisa menyajikan aksi perburuan monster sedetail dan se-seru Monster Hunter. Melalui permainan terbarunya, Capcom tak cuma mampu memuaskan pemain setia, tapi juga berhasil merangkul banyak penggemar baru. Monster Hunter: World mendapat pujian dari gamer dan berhasil memenangkan penghargaan bergengsi di tahun ini, tapi ternyata Capcom masih belum selesai dengannya.

Setelah sempat men-tease eksistensinya di acara The Game Awards 2018, minggu ini Capcom resmi mengumumkan expansion pack pertama untuk Monster Hunter: World yang mereka beri judul Iceborne. Add-on tersebut memiliki konten masif, berisi cerita, quest, wilayah, monster-monster serta perlengkapan baru. Skalanya bisa dibilang setara dengan expansion pack standalone, namun kita tetap membutuhkan World agar dapat memainkannya.

Lewat trailer, developer mengungkap sedikit plot dari Iceborne: sekelompok pemburu mencoba menaklukkan Rathalos, tapi mereka gagal. Wyvern berbahaya itu terbang melarikan diri dari pulau, menuju tempat yang tertutup salju. Expanion pack ini dirancang sebagai kelanjutan kisah petualangan di Monster Hunter: World, setelah karakter Anda selesai berurusan dengan Elder Dragon di New World.

Menariknya, Monster Hunter: World – Iceborne bukanlah satu-satunya kejutan yang diungkap Capcom pada fans-nya. Developer juga menyingkap agenda kolaborasi bersama CD Projekt Red buat menghadirkan sang Witcher Geralt of Rivia di jagat Monster Hunter. Geralt tiba di sana setelelah dirinya dipindahkan melalui portal sihir, dan Anda dipersilakan untuk bermain sebagai pemburu monster berpedang perak itu serta menggunakan gerakan-gerakan bertarung khas Witcher.

Capcom belum menjelaskan detail lebih jauh terkait kerja sama mereka dengan CD Projekt Red, dan berjanji buat menginformasikannya di lain waktu.  Geralt of Rivia kabarnya dapat dimainkan di Monster Hunter: World versi PlayStation 4 dan Xbox One sebagai update gratis, dan akan menyusul di PC. Satu hal yang bisa dipastikan, Geralt kembali diperankan oleh pengisi suara asli di trilogi The Witcher, Doug Cockle.

Sementara itu, waktu perilisan expansion pack Monster Hunter: World – Iceborne masih cukup lama, rencananya akan dilepas pada musim gugur 2019 (kira-kira di minggu kempat bulan September). Add-on disediakan lebih dulu buat PlayStation 4 dan Xbox One, kemudian mendarat di PC beberapa waktu setelahnya. Saya harap gamer PC tak harus menunggu sampai tahun 2020.

Bagi yang belum membeli Monster Hunter: World, Capcom memperkenankan Anda untuk mencicipi versi trial yang tersedia di tanggal 12 sampai 17 Desember. Di sana, kita bisa menikmati quest-quest maksimal rating 3 bintang dan berpartisipasi dalam mode multiplayer online sampai Hunter Rank 4.

Via GameSpot.

Trilogi Phoenix Wright Akan Hadir di Windows dan Console Awal Tahun Depan

Apapun platform yang Anda miliki, visual novel ialah salah satu genre game dengan pilihan paling melimpah. Tapi hingga kini, ada satu seri VN Capcom yang masih belum tersedia di console modern, meski sudah sempat dihadirkan buat Nintendo DS, 3DS, perangkat Android dan iOS; setelah melakukan debutnya di Game Boy Advance. Ia adalah Phoenix Wright: Ace Attorney.

Di Tokyo Game Show 2018, Capcom resmi mengumumkan agenda untuk meluncurkan Phoenix Wright: Ace Attorney Trilogy di platform game current-gen. Versi ini merupakan bundel dari tiga permainan pertama yang sebelumnya disediakan buat perangkat bergerak. Sang publisher memang belum menentukan waktu pelepasannya secara rinci, hanya bilang akan merilisnya di awal 2019.

Sejak memulai kiprahnya, Phoenix Wright telah memperoleh update visual sehingga penampilannya tidak setua edisi Game Boy Advance. Ada indikasi kuat Capcom akan menyuguhkan grafis versi high-definition, tapi saya berharap game tersebut bukan sekadar port. Di tahun ini, seri Phoenix Wright menginjak usia 17 tahun. Akan sangat menyenangkan jika developer juga menyiapkan bonus ataupun konten tambahan buat gamer console current-gen.

Phoenix Wright 4

Pengumuman Phoenix Wright: Ace Attorney Trilogy untuk platform current-gen dibarengi oleh penyingkapan trailer. Di sana, Capcom menyampaikan: ‘petualangan ruang sidang telah kembali, kali ini lebih besar dan lebih berani dari sebelumnya’. Bundel trilogi ini menghidangkan Ace Attorney, Justice for All serta Trials and Tribulations. Dan sejauh ini, Capcom sudah melahirkan enam permainan Phoenix Wright dan lima spin-off.

Meskipun tidak memecahkan rekor atau jadi fenomena global, game di seri Phoenix Wright hampir selalu memperoleh respons positif. Media memuji konsep permainan ini, karakter-karakternya, serta aspek penulisan. Phoenix Wright juga sukses secara komersial baik di kawasan Jepang maupun internasional. Hal tersebut menyemangati publisher untuk mengadaptasi Phoenix Wright ke komik hingga layar lebar.

Phoenix Wright 2

Dalam game visual novel ini, Anda bermain sebagai pengacara Phoenix Wright yang ditugaskan untuk membela klien-kliennya. Permainan terbagi dalam dua porsi, yakni investigasi dan ruang sidang. Di bagian investigasi, biasanya dilakukan sebelum atau sesudah sidang, Anda dipersilakan mengumpulkan informasi dan barang bukti dengan berdialog bersama klien, saksi mata atau polisi.

Phoenix Wright: Ace Attorney Trilogy rencananya akan meluncur di PlayStation 4, Xbox One, Nintendo Switch, dan Windows via Steam. Capcom berjanji untuk mengungkap info lebih detail mengenainya dalam waktu dekat.

Via PCGamesN.

Sambut Halloween di Street Fighter V dengan Sejumlah Kostum Baru Berikut

Presensi fighting game di dunia esports memang tak sebesar genre MOBA atau RTS, namun tetap mengalami perkembangan yang cukup signifikan selama beberapa tahun terakhir. Capcom yang merupakan developer seri Street Fighter berperan besar dalam hal ini. Merekalah yang menaikkan level kompetisi fighting game di seluruh dunia dengan seri kompetisi Capcom Pro Tour sejak tahun 2013.

Ramainya iklim esports juga membuat fighting game mengalami peningkatan popularitas. Street Fighter V yang menjadi judul andalan Capcom pun sampai sekarang terus mendapat update, baik berupa karakter, kostum, atau mode permainan baru. Street Fighter V sudah memasuki usia tahun ketiga, namun belum ada tanda-tanda Capcom akan menggantinya dengan game lain, Street Fighter VI misalnya.

Menyambut Halloween yang akan datang sebulan lagi, Capcom tak ketinggalan meramaikan dengan konten bertema horor. Kali ini mereka merilis tujuh kostum baru untuk karakter Guile, Falke, Kolin, Abigail, Chun-Li, Ed, dan Menat. Seperti yang sudah-sudah, kostum-kostum premium tersebut dijual dengan harga masing-masing US$3,99.

Street Fighter V | Urien
Urien dengan kostum Donovan | Sumber: Shoryuken

Dari ketujuh kostum tersebut, empat kostum pertama adalah kostum Halloween dengan desain orisinal. Sedangkan tiga sisanya merupakan cross-over dari seri Darkstalkers. Chun-Li mendapat kostum Morrigan, Ed berdandan sebagai Demitri, sementara Menat akan cosplay menjadi Felicia.

Sebelumnya, Capcom juga pernah merilis kostum Darkstalkers pada bulan April 2018 lalu. Saat itu tiga karakter yang kebagian jatah adalah Juri (kostum Lilith), Urien (kostum Donovan), dan Menat (kostum Khaibit). Ya, Menat memiliki dua kostum dari Darkstalkers. Bila Anda belum memiliki semuanya, Capcom menawarkan paket berisi keenam kostum Darkstalkers tersebut dalam Darkstalkers Bundle seharga US$14,99.

Street Fighter V | Halloween Bundle
Street Fighter V Halloween Bundle | Sumber: Shoryuken

Capcom juga menawarkan bundel Halloween bila Anda belum memiliki kostum dari Halloween tahun 2016 dan 2017. Bundel Halloween 2016 dijual seharga US$9,99 dengan isi tujuh kostum orisinal untuk Ryu, Cammy, Vega, Nash, Necalli, Alex, Juri, serta satu stage baru yaitu Spooky Arena. Bundel Halloween 2017 sedikit lebih murah, yaitu US$6,99, tapi hanya berisi kostum lima kostum untuk Dhalsim, M. Bison, F.A.N.G., Urien, dan Birdie.

Sumber: Shoryuken.