Mengenal PayLater, “Kartu Kredit Virtual” Tanpa Bunga dari Go-Jek

Go-Jek meluncurkan PayLater, fitur pembayaran terbaru memungkinkan pengguna untuk berutang dengan limit tertentu. PayLater merupakan produk fintech lending dari Findaya (PT Mapan Global Reksa) yang dikembangkan oleh PT Mapan Global Reksa (Findaya), tergabung sebagai bagian dari Mapan. Mapan sendiri adalah satu dari tiga startup fintech yang diakusisi Go-Jek akhir tahun lalu.

Findaya telah memperoleh surat tanda terdaftar sebagai penyelenggara lending dari OJK. Dalam bisnisnya, Findaya telah melayani mitra Go-Jek, Go-Food, Go-Clean, Go-Massage, dan Mapan dengan fasilitas cicilan laptop, smartphone beserta aksesorisnya, dan kebutuhan lainnya.

Dalam keterangannya, Chief Commercial Expansion Go-Jek Catherine Hindra mengatakan, untuk sementara ini PayLater baru bisa dinikmati secara terbatas untuk pengguna Go-Food. Mereka yang terpilih sudah disaring terlebih dahulu berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan Go-Jek dan Findaya, namun Catherine tidak menjelaskan detailnya.

Dia mengibaratkan mekanisme PayLater yang mirip dengan berlangganan paket telekomunikasi pascabayar. Pengguna memiliki batas pemakaian hingga Rp500 ribu dan akan dikenai biaya berlangganan sebesar Rp12.500 per bulannya.

“Fokus kami bersama Findaya adalah memberikan pengalaman terbaik kepada pengguna Go-Food terpilih terlebih dahulu. Pelajaran yang kami petik tentunya akan dimanfaatkan untuk pengembangan fitur berlangganan di masa mendatang,” tuturnya kepada DailySocial.

Terkait biaya berlangganan, sambung Catherine, hanya akan ditagih sekali setiap bulan apabila menggunakan PayLater. Apabila fitur ini tidak dipakai, maka biaya administrasi juga tidak akan dikenakan. Untuk bulan pertama, biaya berlangganan akan digratiskan sebagai promosinya.

Catherine juga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut kapan fitur ini akan digulirkan ke semua pengguna Go-Jek.

Menjajal PayLater

Bila ditelusuri lebih dalam, PayLater memperbolehkan pengguna untuk berutang sampai limit maksimal Rp500 ribu. Tagihan harus dibayarkan setiap akhir bulan lewat Go-Pay.

Apabila menunggak, tidak ada penjelasan dari Go-Jek apakah ada bunga yang dibebankan. Pihak Go-Jek hanya akan terus memberikan notifikasi mulai dari tanggal 25 setiap bulannya dan juga setiap tanggal jatuh temponya sampai akhirnya utang terlunasi.

DailySocial berkesempatan menjajal fitur tersebut untuk pertama kalinya. Alurnya sama seperti saat memesan Go-Food pada umumnya, namun akan muncul pilihan PayLater dalam opsi pembayaran.

Ketika memilih PayLater, secara otomatis akan tertera biaya pesanan makanan yang harus dibayar, sama halnya bila memilih opsi pembayaran dengan Go-Pay atau tunai. Setelah pesanan diterima, secara otomatis akan muncul notifikasi limit PayLater telah berkurang. Kita bisa memilih membayar tagihan tersebut kapan saja, sejak limit berkurang, sampai akhir bulan.

Application Information Will Show Up Here

Gelontorkan KUR Senilai 1,5 Triliun Rupiah untuk Merchant Go-Food, BNI Resmikan Kemitraan Strategis dengan Go-Pay

Kolaborasi strategis antara BNI dan dua entitas Go-Jek (Go-Pay dan Go-Food) hari ini diresmikan. Kepada media CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo mengungkapkan, langkah awal kerja sama strategis ini akan fokus ke merchant Go-Food, kemudian merambah ke merchant di ekosistem Go-Jek lainnya.

“Karena adanya kesamaan visi dan misi dengan BNI, setelah melakukan pembicaraan sekitar 3 bulan yang lalu, kerja sama ini kami resmikan.”

Implementasi kerja sama strategis ini adalah pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga yang ditetapkan BNI sebesar 7%. Nantinya melalui proses penyaringan dan pemilihan, merchant Go-Food terpilih akan mendapatkan kesempatan meningkatkan usaha mereka dari BNI.

“Saat ini ada sekitar 125 ribu merchant Go-Food yang kebanyakan adalah pelaku UKM dengan bisnis makanan skala kecil menengah. Melalui kerja sama ini kami berharap bisa meningkatkan level mereka sebagai bisnis UKM,” kata Chief Commecial Expansion Go-Jek Catherine Hindra Sutjahyo.

Disinggung mengapa menggunakan entitas Go-Pay, Aldi menegaskan fungsi Go-Pay adalah sebagai jembatan untuk melancarkan konsolidasi antar semua layanan yang ada d Go-Jek dengan sektor perbankan.

“Kerja sama dengan BNI melalui Go-Pay adalah langkah awal kami dari Go-Jek. [Langkah] selanjutnya sesuai dengan komitmen kami untuk mendukung UKM di Indonesia,” kata Aldi.

Di tahap pertama Go-Pay, Go-Food, dan BNI akan fokus ke empat kota, yaitu Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Malang.

“Selama ini hampir 80% merchant Go-Food adalah mereka yang memiliki tempat makan kaki lima, warung, hingga restoran kecil. Melalui pemberian modal dengan skema KUR ini, kami harapkan bisa mempercepat pertumbuhan bisnis mereka,” kata Catherine.

Target BNI

Menurut SEVP Teknologi Informasi BNI Dadang Setiabudi, penawaran KUR mikro BNI berupa plafon kredit maksimal Rp 25 juta. BNI sendiri telah menyiapkan dana sekitar Rp1,5 triliun untuk pemberian KUR merchant Go-Food.

“Tentunya kami akan melakukan penyeleksian yang ketat serta menerapkan credit scoring kepada merchant Go-Food yang tertarik untuk mendapatkan modal tambahan untuk meningkatkan bisnis mereka,” kata Dadang.

Dadang menambahkan, selama ini BNI masih kesulitan menemukan bisnis UKM yang ideal untuk didanai melalui plafon KUR miliknya. Penyeleksian awal yang dilakukan Go-Food ke merchant mereka diharapkan bisa meminimalkan risiko kredit macet ke depannya.

“Untuk UKM yang ingin mendapatkan modal dari BNI, mereka harus memiliki usaha yang produktif, visible namun masih unbankable yang artinya tidak memiliki jaminan. Jika UKM tersebut telah memenuhi kriteria yang ditentukan bisa dengan mudah mendapatkan modal,” tutup Dadang.

Application Information Will Show Up Here

Ubah Model Bisnis, Alfacart Kembali Jadi Unit Digital Alfamart (UPDATED)

Setelah Indosat Ooredoo menutup Cipika dan XL Axiata mempertimbangkan keikutsertaannya di Elevenia, satu layanan e-commerce lagi harus merestrukturisasi model bisnis dan kembali fokus ke layanan intinya. Alfacart, layanan e-commerce Alfamart, tidak lagi mengembangkan layanan marketplace dan fokus di bisnis grocery online (barang sehari-hari) dan toko virtual Alfamind.

Menurut informasi yang kami peroleh, sekitar 50% karyawan Alfacart bakal di-layoff.

Sekitar 3 bulan lalu, CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan pihaknya sedang menyiapkan Alfacart 2.0 yang akan menggandeng warung, toko tradisional dan ritel offline lainnya sebagai jaringan O2O (online-to-offline).

Sebelumnya COO dan CMO Alfacart Haryo Suryo Putro sempat menyebutkan pihaknya masih kesulitan mengintegrasikan Alfacart dengan berbagai gerai Alfamart di seluruh Indonesia, karena kebanyakan gerai berbentuk franchise yang dimiliki perseorangan.

Alfacart adalah hasil transformasi Alfaonline yang resmi beroperasi mulai bulan Mei 2016. Premis awal Alfacart adalah menjadi marketplace terlengkap dengan jaringan luas di seluruh Indonesia yang memanfaatkan gerai Alfamart yang berjumlah lebih dari 10 ribu buah.

Bisa dipastikan masa depan Alfacart kini tidak sesuai dengan harapan awal.

Update (23/6): Haryo dan Catherine dalam pertanyaan resminya mengungkapkan:

“Adanya perbedaan visi ini mendasari keputusan para eksekutif pimpinan untuk mengundurkan diri dari sisi operasional bisnis perusahaan.”

Disebutkan tidak ada layoff terhadap jajaran manajemen Alfacart. Mereka tidak lagi terlibat untuk kegiatan operasional, tapi akan terus membantu beberapa proyek strategis grup Alfamart, meskipun tidak dijelaskan dalam kapasitas apa.

 

Application Information Will Show Up Here

Alfacart Versi 2.0 Akan Sinergikan Konsep O2O untuk Warung dan Toko Tradisional

Setelah menjalankan usaha selama 10 bulan, layanan e-commerce Alfacart berencana untuk melancarkan strategi baru. Masih mengandalkan skema online-to-offline (O2O), jelang HUT Alfacart yang pertama, kerja sama dengan merchant akan diperluas ke jaringan external.

Jika sebelumnya mengedepankan kerja sama dengan 90% gerai Alfamart di Indonesia, kini layanan e-commerce besutan PT Sumber Alfaria Trijaya ini akan menggandeng warung, toko tradisional dan ritel offline lainnya sebagai jaringan O2O. Inisiatif akan dihadirkan bersama pembaruan versi 2.0 dari sistem Alfacart.

“Alfacart versi 2.0 ini kami usung setelah melihat perkembangan perusahaan kami yang begitu pesat melalui strategi O2O yang telah kami pilih ketika masuk saat itu serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat modern di Indonesia. Selama 10 bulan ini kami melihat, konsep O2O telah menjadi kunci keberhasilan Alfacart.com menjadi e-commerce terbesar di Indonesia untuk barang kebutuhan sehari-hari,” kata CEO Alfacart Catherine Sutjahyo.

Strategi ini diambil oleh Alfacart dengan harapan dapat menambah lebih banyak lagi jumlah jaringan O2O di luar grup Alfamart yang selama ini menjadi andalan dari Alfacart. Nantinya komunitas tersebut akan dikumpulkan menjadi Kios AKU (Alfacart Komunitas Usaha).

Hingga kini tercatat 7 mitra (diluar Alfamart) telah bergabung dengan komunitas AKU. selain menambah jumlah mitra, Alfacart juga sudah mulai melakukan uji coba (Beta test) untuk penggunaan barcode untuk mitra baru tersebut selama 1 bulan terakhir. Nantinya penggunaan barcode bukan hanya untuk gerai Alfamart saja tapi semua warung hingga toko tradisional yang telah bergabung dalam AKU.

“Tidak dapat dipungkiri O2O sudah menjadi kebutuhan semua layanan e-commerce jika ingin bertahan di bisnis ini. Berdasarkan pengalaman kami ditahun 2016 lalu sekitar 80% konsumen masih memilih untuk membayar transaksinya secara tunai di payment point kami, tidak hanya itu 70% konsumen juga menginginkan fleksibilitas dalam mengambil barang belanjaannya di Pick Up Point kami ” ujar Catherine.

Perluas kemitraan dengan UKM dan brand ternama

Fokus baru Alfacart yang berupaya untuk menggandeng lebih banyak jaringan luar dari kalangan UKM juga akan didukung dengan kegiatan pemasaran yang akan dilakukan. Terutama untuk membantu membesarkan UKM Indonesia dan juga bekerja sama dengan brand besar seperti Samsung, Unilever, Danone, L’oreal, hingga Nutricia.

“Manajemen melihat perubahan ini sangat baik dan harus dilakukan. Maka sesegera mungkin versi 2.0 akan kami rampungkan. Dari sekarang kami sudah memulai membangun infrastrukturnya. Harapan kami dengan versi 2.0, Alfacart.com dapat lebih melesat di tahun ini serta mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia” tutup Catherine.

Application Information Will Show Up Here

Alfacart Klaim Adanya Peningkatan Bisnis dari Strategi Online-to-offline

Strategi Alfacart untuk melancarkan skema online-to-offline diklaim terus mengalami peningkatan. Sejak 5 bulan menjalankan bisnisnya, Alfacart telah memiliki 7000 gerai Alfamart yang terintegrasi di seluruh Indonesia hingga kuartal ketiga tahun 2016. Saat ini Alfacart masih memiliki beberapa rencana terkait dengan  pertumbuhan bisnis, di antaranya payment point, pick up point, delivery point, drop off point, purchase point dan return point.

“Kami di Alfacart mencatat sekitar 79% pelanggan Alfacart lebih menyukai pilihan pembayaran langsung di gerai Alfamart terdekat, dan untuk produk yang dibeli kebanyakan adalah kebutuhan rumah tangga sehari-hari,” kata CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo saat acara temu media hari ini di Jakarta.

Saat ini berdasarkan peringkat Alexa situs Alfacart telah menempati posisi ke-tujuh untuk situs e-commerce yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia. Peringkat tersebut di bawah Tokopedia yang menempati posisi pertama disusul Bukalapak, Lazada, elevenia, OLX, Blibli dan Alfacart.

“Meskipun terbilang masih sangat muda usia dari Alfacart namun kami mampu masuk dalam 10 besar e-commerce favorit di Indonesia. Diharapkan hingga tahun 2017 nanti peringkat bisa semakin baik,” kata Catherine.

Fitur Drop Off dan Barcode

Sebagai layanan e-commerce yang mengedepankan teknologi untuk memudahkan pengalaman berbelanja pelanggan, Alfacart senantiasa menghadirkan inovasi terbaru. Yang saat ini tengah gencar dipromosikan adalah belanja dengan memanfaatkan barcode. Proses belanja yang terbilang mudah, cepat dan praktis.

“Dengan hanya melakukan scanning barcode di aplikasi Alfacart semua barang yang diinginkan sudah langsung masuk ke keranjang belanja, lebih cepat tanpa harus mencari merek produk yang diinginkan di aplikasi,” kata Catherine.

Fitur lain yang menjadi andalan Alfacart adalah Drop Off. Selain pelanggan yang ingin memanfaatkan fitur ini, kini marketplace yang tergabung dalam Alfacart juga bisa memanfaatkan fitur Drop Off ini di semua gerai Alfamart terdekat.

“Kami ingin membantu marketplace mempermudah proses pengiriman kepada pelanggan, dengan memanfaatkan fitur Drop Off ini selanjutnya proses pengiriman akan dilakukan oleh tim Alfacart,” kata Catherine.

Gandeng Samsung hadirkan promosi Shopping Festival 11.11

Menjelang Shopping Festival 11.11 mendatang Alfacart menggandeng Samsung menghadirkan promo gratis barang home appliance Samsung dengan berbelanja produk groceries atau kebutuhan sehari-hari rumah tangga di Alfacart. Dengan paket-paket yang disediakan pada tanggal 11 November mendatang pengguna bisa menikmati promo secara langsung dengan sistem pembelanjaan cicilan dengan pembayaran kartu kredit berupa voucher dari Alfacart dan Samsung.

“Kegiatan ini kami lakukan setelah melihat survei yang dilakukan oleh APJII yang menyebutkan 29,4 juta masyarakat Indonesia gemar melakukan pembelian kebutuhan rumah tangga secara online, dengan alasan itulah kami melancarkan kegiatan promosi ini,” kata Catherine.

Alfacart berharap konsumen di Indonesia semakin mengenal nilai lebih yang ditawarkan oleh e-commerce dalam hal ini Alfacart, untuk membantu dan mempermudah kegiatan rutin masyarakat Indonesia dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Alfacart Temukan Potensi Pasar di Luar Jabodetabek

Salah satu layanan e-commerce Indonesia Alfacart mengungkapkan potensi besar yang hadir di daerah-daerah Jawa Timur, khususnya Malang dan Sidoarjo. Kota Malang dan Sidoarjo merupakan kota dengan sumbangsih transaksi terbesar bagi Alfacart setelah DKI Jakarta. Malang di posisi kedua dengan 12,06% dan Sidoarjo di posisi ketiga dengan 6,06%, di bawah DKI Jakarta dengan angka persentase mencapai 14,21%. Pendekatan Online-to-Offline (O2O) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka transaksi di daerah-daerah.

Munculnya dua kota di luar Jabodetabek ini meyakinkan Alfacart bahwa euforia dan potensi e-commerce tidak hanya hadir di wilayah Jabodetabek, tetapi juga wilayah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, bahkan hingga ke Makassar. Chief Executive Officer Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo menyebutkan bahwa dengan data-data yang diperoleh timnya pihaknya akan mulai mencermati pasar-pasar lain di luar Jabodetabek dan harus menyesuaikan sesuai dengan karakteristik kebutuhan mereka.

“Data transaksi terbaru Alfacart.com di tiga bulan pasca peluncuran sangat menggembirakan bagi kami karena selain kehadiran Alfacart.com disambut baik oleh pasar, kami juga menemukan fakta baru bahwa pasar e-Dagang tidak lagi hanya terkonsentrasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Wilayah di luar Jakarta, seperti Malang dan Sidoarjo, serta kota-kota lain seperti Rembang dan Klaten Jawa Tengah, Pontianak, serta Makassar pun menjadi pasar yang harus semakin kami cermati agar kami kian tepat dalam menghadirkan layanan yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan mereka yang tentunya sangat beragam,” ujar Catherine.

Catherine juga menambahkan bahwa ditemukannya banyak transaksi yang berasal dari luar wilayah Jakarta mengindikasikan keinginan konsumen terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah untuk bisa mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh barang atau produk terkini dengan kualitas dan periode waktu yang sama, termasuk dengan harga yang tidak terlalu jauh berbeda atau bahkan sama.

Dari segi kategori pembeli-pembeli dari luar Jabodetabek ini memiliki keunikan preferensi belanja tersendiri. Kategori-kategori yang paling banyak diminati selain fashion dan gadget adalah kategori yang selama ini banyak dipilih untuk belanja langsung, seperti makanan dan minuman, keperluan rumah dan dapur, dan perlengkapan kantor. Bahkan untuk kategori makanan dan minuman menempati posisi teratas di beberapa kota, termasuk Malang dan Sidoarjo.

Salah satu temuan lain dari data-data yang didapat oleh pihak Alfacart adalah O2O ternyata menarik bagi pelanggan. Dari laporan triwulan Alfacart disebutkan pendekatan O2O khususnya layanan Pick Up di gerai Alfamart mendapatkan respon yang cukup tinggi. Sebanyak 84% pelanggan di wilayah Jakarta dan 90,73% pelanggan di luar Jakarta melakukan pengambilan barang di toko Alfamart yang berfungsi sebagai pick up point.

Catherine menjelaskan bahwa kecenderungan hal tersebut merupakan konfirmasi efektivitas kolaborasi Alfacart dengan lebih dari 7000 gerai Alfamart yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

“Layanan O2O juga membantu para konsumen yang belum memiliki kartu debit atau kartu kredit untuk tetap dapat menikmati belanja kebutuhannya di Alfacart.com. Dukungan jaringan Alfamart juga membantu optimalisasi distribusi produk-produk yang dipesan dari Alfacart.com ke tangan pelanggan,” ungkap Catherine.

Application Information Will Show Up Here

DScussion #61: Alfacart dan Penerapan Skema O2O di Indonesia

Pasca bertransformasi menjadi Alfacart, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan layanan online besutan Grup Alfamart. Hal yang menjadi perhatian khusus adalah bagaimana menambah jumlah konsumen aktif untuk berbelanja online. Faktanya meskipun saat ini startup e-commerce sudah banyak bermunculan di Indonesia, hanya sekitar 0,7% konsumen Indonesia yang secara aktif berbelanja online.

Layanan online to offline (O2O), dan teknologi yang dikembangkan Alfacart diharapkan bisa menarik perhatian lebih banyak konsumen untuk berbelanja online.

Simak wawancara lengkap DScussion dengan CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo berikut ini.

Alfacart Gandeng Grab Luncurkan Program Grab Sahur Bareng Alfacart

Hari ini (21/6) Alfacart mengumumkan telah menjalin kerja sama dengan Grab untuk meluncurkan program Grab Sahur Bareng Alfacart. Melalui program ini, konsumen yang memesan di Alfacart dapat melakukan pembayaran di tempat ketika barang pesanan yang dikirim lewat GrabExpress diterima. Program ini berjalan sejak 16 Juni hingga 5 Juli 2016 untuk wilayah Jakarta, Tanggerang, dan Depok saja. Alfacart juga berkolaborasi dengan jaringan Alfamidi dalam program ini.

CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo menyampaikan, “Bagi pelanggan yang […] tidak sempat pergi berbelanja keperluan sahur, sementara asisten rumah tangga sudah berada di kampung halaman, kini kami sediakan solusinya melalui layanan Grab Sahur Bareng Alfacart. Pelanggan cukup mengakses [halaman] grabsahur alfacart dan mengikuti panduan untuk mengikuti layanannya.”

“Pemesanan kami layani hingga jam 02.00 WIB dan layanan pengiriman terakhir kami lakukan di jam 03.00 WIB. Program ini kami hadirkan hingga tanggal 5 Juli 2016,” lanjut Catherine.

Catherine menjelaskan lebih jauh bahwa digandengnya Alfamidi dalam program ini karena jaringan toko Alfamidi dinilai menyediakan produk-produk bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan saat sahur. Sementara itu jasa GrabExpress dipilih sebagai layanan pengiriman untuk memberikan kecepatan dan keamanan dalam pengantaran pesanan pelanggan.

“Inovasi layanan demi terpenuhinya kebutuhan, gaya hidup serta kepuasan pelanggan telah menjadi komitmen kami, Alfacart. [Program] Grab Sahur Bareng Alfacart adalah salah satu wujud dari kesungguhan kami tersebut,” ujar Catherine.

Alfacart berjanji akan membebaskan biaya pengiriman untuk pembelanjaan yang nilainya di atas Rp 50 ribu. Sedangkan pelanggan yang berbelanja dengan nilai Rp 100 ke atas dijanjikan untuk mendapat tambahan diskon sebesar 10 persen dalam program ini lewat kode voucher yang diberikan.

Alfacart sendiri adalah pemain baru dalam industri e-commerce Indonesia yang merupakan bentuk transfromasi dari Alfaonline. Di tahun pertamanya ini Alfacart memiliki niat untuk lebih agreasif dalam meningkatkan brand awareness dan memiliki target untuk bisa terintegrasi secara online dengan setidaknya 90 persen gerai Alfamart.

Application Information Will Show Up Here

Alfacart Ingin 90 Persen Gerai Alfamart Sudah Terintegrasi Secara Online di Kuartal Ketiga 2016

Marketplace besutan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Alfacart, di kuartal ketiga 2016 ini akan bergerak lebih agresif. Target yang ingin dicapai adalah 90 persen gerai atau toko-toko Alfamart yang tersebar di seluruh Indonesia sudah terintegrasi dengan Alfacart. Di sisi lain, dalam rangka menyambut bulan Ramadhan dan lebaran, Alfacart juga menggelar kampanye “Beli di Kota, Ambil di Kampung Halaman” yang memberdayakan skema pembayaran online-to-offline dan jaringan pick up point mereka.

COO dan CMO Alfacart Haryo Suryo Putro mengungkapkan, “Bicara soal rencana, kami punya rencana yang cukup ambisius. Jadi, kami menargetkan di kuartal ketiga ini [tahun 2016] sudah mengintegrasikan 90 persen keseluruhan toko-toko Alfamart dengan Alfacart. Harapannya, semakin banyak lagi titik-titik yang bisa digunakan konsumen untuk mengambil barang belanjaannya dan mempermudah konsumen untuk berbelanja ke depannya.”

Sebagai informasi, Alfacart adalah bentuk transformasi baru dari toko online Alfamart yang sebelumnya bernama Alfaonline. Layanan ini resmi melenggang meramaikan pasar e-commerce Indonesia pada akhir Mei 2016 silam dalam versi beta.

Chief Commercial Officer Alfacart Ernest Tjahjana mengungkapkan bahwa salah satu keputusan pihak Alfa mengubah Alfaonline menjadi Alfacart adalah untuk merubah persepsi konsumen. Dalam riset internal yang dilakukan, rata-rata konsumen cenderung mengkaitkan produk-produk di Alfaonline dengan produk Alfamart. Padahal yang diinginkan oleh pihak grup adalah membangun sebuah layanan e-commerce murni yang mencakup kategori luas.

CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo juga menyampaikan bahwa salah satu misi besar Alfacart sebagai pemain baru adalah secara agresif menambah jumlah SKU (Stock Keeping Unit) dan meningkatkan brand awareness.

Ernest mengatakan, “Kami harus lebih agresif [mulai di kuartal tiga] karena mengincar momen Harbolnas. Jadi di kuartal ketiga kami harus sudah siap. […] Persiapannya, itu mulai dari terintegrasi dengan Alfamart, program-program yang mendukung UKM, dan masih banyak lagi.”

Di tahap awal ini, Alfacart sendiri sudah terintegrasi dengan 7000 toko Alfamart yang merupakan toko reguler. Sedangkan toko-toko Alfamart sendiri yang tersebar di Indonesia saat ini jumlahnya mencapai 11.750 toko. Di kuartal ketiga, pihak Alfcart berharap sudah dapat terintegrasi dengan 90 persen toko-toko Alfamart tersebut, baik itu reguler maupun yang franchise.

Haryo mengatakan, “Secara prioritas, kami memang lebih mudah ekspansi [untuk integrasi] ke toko-toko reguler kami dahulu. Setelah itu baru ke toko-toko franchise kami. “

Kampanye “Beli di Kota, Ambil di Kampung Halaman”

Di sisi lain, dalam menyambut bulan Ramadhan dan lebaran ini, Alfacart juga menggelar kampanye “Beli di Kota, Ambil di Kampung Halaman”. Kampanye ini memberdayakan skema online-to-offline dan pick up point di gerai Alfamart. Mekanismenya sederhana, konsumen memesan barang di situs Alfacart, kemudian ia bisa mengambilnya di toko Alfamart kampung halamannya.

“Kami berharap bisa membantu pengguna dalam mobilisasi saat mudik agar tetap aman dan praktis melalui kampanye ini. […] Konsumen yang telah memesan barang-barang dari manapun dapat mengambilnya di toko-toko Alfamart terdekat dengan rumah keluaga di kampung halaman. Pembayaran juga bisa bisa dilakukan melalui toko-toko tersebut pada saat pengambilan barang,” jelas Haryo.

Pun begitu, ada beberapa syarat dan ketentuan yang berlaku dalam kampanye ini. Salah satunya adalah berat dimensi barang tidak boleh lebih dari lima kilogram.

“Selain sebagai tempat pick up point atau pembayaran, toko offline Alfamart juga akan digunakan sebagai sarana marketing bagi Alfacart,” tandas Haryo.

Application Information Will Show Up Herea

Alfaonline Bertransformasi Menjadi Alfacart, Toko Online dengan Jaringan Terluas di Indonesia

Kemarin (31/5) secara resmi Alfaonline bertransformasi menjadi Alfacart, toko belanja online dengan produk pilihan seperti kebutuhan sehari-hari (groceries), fashion, perangkat elektronik, peralatan rumah tangga, handphone, hingga komputer dan laptop. Dengan perubahan nama dan produk tambahan yang bisa dibeli secara onlineAlfacart mengklaim menjadi marketplace terlengkap dengan jaringan luas di seluruh Indonesia.

“Kami sadar selama ini Alfa sudah dikenal dengan produk groceries oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Namun dengan transformasi menjadi Alfacart, kami juga ingin memberikan produk lain yang bisa dibeli dengan proses mudah untuk seluruh konsumen di Indonesia,” kata CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo saat acara temu media di Jakarta.

Terintegrasi dengan lebih dari tujuh ribu toko Alfamart yang tersebar di seluruh Indonesia adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Alfacart. Dalam hal ini sebagai situs marketplace yang berkomitmen hanya menjual produk buatan lokal untuk kategori tambahan.

“Meskipun serupa dengan konsep marketplace yang ada, namun Alfacart memiliki komitmen untuk hanya menjual produk lokal. Proses kurasi juga dilakukan secara ketat untuk penjual yang ingin bergabung dengan Alfacart,” kata CMO Alfacart Ernest Tjahjana.

Pembayaran Cash on Delivery serta Pick Up Point

(Kiri) CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo dalam acara peluncuran Alfacart / DailySocial
(Kiri) CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo dalam acara peluncuran Alfacart / DailySocial

Dukungan jaringan yang luas dari Alfamart sebagai induk perusahaan menjadikan Alfacart mampu memfasilitasi masyarakat Indonesia yang saat ini masih kesulitan dalam hal logistik. Selain menerapkan pembayaran yang umumnya telah banyak dilakukan seperti transfer bank dan internet banking, Alfacart juga memberikan penawaran Cash on Delivery (COD) dan membayar langsung di gerai Alfamart terdekat.

“Fasilitas belanja online-to-offline (O2O) yang tersedia di Alfacart menjadi alternatif terbaik yang ditawarkan kepada masyarakat yang saat ini masih belum memiliki akun perbankan, tabungan, maupun kartu kredit,” kata COO dan CMO Alfacart Haryo Suryo Putro.

Kemudahan lain yang ditawarkan adalah pengambilan barang langsung di gerai-gerai terdekat Alfamart (Pick Up Point). Usai proses pembelian di Alfacart, nantinya konsumen akan diarahkan kepada gerai Alfamart terdekat untuk mengambil dan membayar langsung barang yang dibeli.

Saat ini Alfamart sendiri mengklaim telah memiliki 32 pusat distribusi dan 11.750 toko di seluruh Indonesia. Sedangkan yang terintegrasi dengan Alfacart baru ada sekitar tujuh ribu toko.

Alfacart juga telah memiliki tenaga logistik yang berfungsi untuk mengantarkan semua pesanan yang dibeli konsumen langsung ke rumah. Namun, pengantaran barang saat ini hanya berlaku untuk kebutuhan sehari-hari dan belum tersedia untuk kategori lainnya.

Mengedepankan inovasi terkini

Selain di desktop, Alfacart juga tersedia dalam aplikasi mobile untuk Android dan  segera tersedia untuk platform iOS. Aplikasi tersebut diklaim telah mengadopsi teknologi terkini, memiliki user-experience yang baik, dan pilihan yang beragam.

“Kami akan terus memberikan inovasi terkini kepada pengguna yang diharapkan bisa memudahkan proses belanja. Saat ini kami telah menyediakan sistem bar scan yang bisa langsung digunakan untuk membeli barang secara otomatis,” kata Catherine.

Sekilas, inovasi tersebut nampak serupa dengan fitur dash button yang dihadirkan oleh Amazon. Ke depannya Alfacart juga mengklaim akan terus memperbarui teknologi, menambah produk, dan juga kemitraan.

Saat ini ada layanan yang masih dalam proses finalisasi yaitu layanan Return atau pengembalian barang oleh pelanggan. Nantinya bila sudah selesai fitur ini diklaim Alfacart bisa digunakan dengan mudah dan cepat oleh konsumen.

“Sebagai perusahaan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari Alfacart juga akan menambah lebih banyak produk kebutuhan sehari-hari untuk konsumen. Selain itu Alfacart juga akan senantiasa memberikan pilihan produk tambahan lainnya,” tuntas Catherine.

Application Information Will Show Up Here