Chipset MediaTek Dimensity 820 Berpotensi Menjadikan Layar 120 Hz Kian Mainstream

Guna menyambut tren 5G, MediaTek memperkenalkan keluarga chipset baru bernama Dimensity. Lineup-nya sejauh ini meliputi tiga model: Dimensity 1000, Dimensity 800, dan yang paling baru, Dimensity 820.

Dimensity 820 menjanjikan peningkatan performa CPU sekaligus GPU meski arsitekturnya tidak berubah dibanding Dimensity 800. Posisinya kurang lebih sama seperti Snapdragon 768G yang diumumkan baru-baru ini, yang sendirinya merupakan upgrade minor terhadap Snapdragon 765G.

Dongkrakan kinerja ini diwujudkan lewat empat inti Cortex-A76 yang semakin ngebut; 2,0 GHz pada Dimensity 800, 2,6 GHz pada Dimensity 820. Yang tidak berubah adalah empat inti Cortex-A55 yang amat efisien, yang tetap menawarkan clock speed 2,0 GHz. Untuk GPU, Dimensity 820 mengemas varian 5-core dari GPU Mali G57, alias satu inti lebih banyak ketimbang yang terdapat pada Dimensity 820.

Selain peningkatan kinerja CPU dan GPU, Dimensity 820 turut mengemas ISP (image signal processor) baru yang mampu mengakomodasi sensor dengan resolusi maksimum 80 megapixel (naik dari 64 megapixel pada Dimensity 800), serta mendukung pemakaian empat kamera sekaligus.

ISP ini juga menjanjikan sistem EIS (electronic image stabilization) yang lebih baik – sekelas action cam kalau kata MediaTek sendiri – perekaman video 4K dalam format HDR, real-time video bokeh, serta fitur noise reduction yang lebih unggul.

Di atas kertas, Dimensity 820 juga berpotensi membuat layar 120 Hz jadi semakin mainstream, setidaknya di kelas menengah ke atas. Sebelum ini, Dimensity 800 hanya mampu menenagai layar FHD+ (1080p) dengan refresh rate 90 Hz. Dimensity 820 di sisi lain dirancang untuk mengatasi layar FHD+ 120 Hz, dan ia pun siap memutar konten HDR10+ andai layar perangkatnya memang mumpuni.

MediaTek belum bilang kapan Dimensity 820 bakal tersedia. Namun bisa dipastikan salah satu smartphone pertama yang mengusungnya bakal datang dari kubu Xiaomi.

Sumber: XDA Developers.

Qualcomm Umumkan Snapdragon 768G, Upgrade Minor Terhadap 765G

Qualcomm mengumumkan Snapdragon 765G bersamaan dengan chipset unggulannya, Snapdragon 865, menjelang pergantian tahun kemarin. Sejumlah smartphone yang ditenagai Snapdragon 765G baru bermunculan belum lama ini. Namun yang menyebalkan, Qualcomm malah sudah mengumumkan penerusnya.

Secara teknis, SoC bernama Snapdragon 768G ini tak ubahnya 765G yang sudah di-overclock. Hampir semua komponennya sama persis, termasuk modem 5G yang terintegrasi, dan yang berbeda hanyalah CPU dan GPU clock speed. Pada 768G, satu inti Cortex-A76 terkuatnya mampu mencapai clock speed 2,8 GHz, disusul oleh inti Cortex-A76 kedua pada 2,4 GHz – 6 inti Cortex-A55 sisanya tidak berubah.

Dibandingkan dengan 765G, 768G diklaim menawarkan kinerja CPU 15% lebih cepat. Hal yang sama juga berlaku untuk GPU Adreno 620 yang diusungnya, yang turut menawarkan peningkatan performa sebesar 15% meski model chip-nya sama persis. Buat sebagian orang, relasi antara Snapdragon 768G dan 765G ini mungkin mengingatkan mereka terhadap Snapdragon 821 dan 820.

Perbedaan kecil lain yang saya temukan setelah membaca spec sheet Snapdragon 768G adalah perihal konektivitas Bluetooth. 768G mendukung Bluetooth 5.2, yang sendirinya merupakan upgrade dari Bluetooth 5.0 pada 765G.

Yang belum terjawab sampai detik ini adalah apakah 768G punya efisiensi daya yang identik seperti 765G, atau justru sedikit lebih boros karena lebih kencang. Semoga saja konsumsi dayanya tidak berubah dan tidak berdampak pada daya tahan baterai perangkat.

Smartphone pertama yang ditenagai oleh Snapdragon 768G adalah Redmi K30 5G Racing Edition yang juga baru diluncurkan di pasar Tiongkok. Beruntung konsumen tanah air tidak perlu ikut kesal karena memang belum ada ponsel Snapdragon 765G yang dipasarkan di sini.

Sumber: AnandTech.

MediaTek Umumkan Chipset Helio G85, Fokus Pada Performa Gaming

Bila dibandingkan dengan Qualcomm, dulu penggunaan chipset MediaTek kerap dianggap remeh. Tetapi itu cerita lama, karena MediaTek berhasil menunjukkan bahwa chipset buatannya sanggup menyuguhkan performa yang powerful dan sangat mengunggulkan kekuatan AI.

Belum lama ini, Xiaomi telah meluncurkan Redmi Note 9 yang didalamnya terdapat chipset MediaTek terbaru bernama Helio G85. Kini MediaTek secara resmi mengungkap lebih banyak mengenai keunggulan SoC tersebut.

MediaTek Helio G85 sendiri merupakan penerus dari Helio G80, SoC ini berfokus pada kemampuan mobile gaming, AI camera, dan konektivitas lebih baik. Konfigurasi CPU yang digunakan memang masih sama, yaitu terdiri dari dua inti Cortex-A75 yang berjalan pada 2.0GHz dan enam inti Cortex-A55 pada 1.8GHz.

MediaTek Helio G85

Salah satu peningkatannya ada pada kemampuan olah grafisnya, di mana GPU Mali-G52 kini berjalan pada 1GHz meningkat dari sebelumnya di 950MHz. Serta, membawa peningkatan pada teknologi HyperEngine untuk meningkatkan performa bermain game di smartphone dengan mengoptimasi hardware dan software.

SoC ini juga memiliki semua fitur dari Helio G80 seperti VoW (voice on wakeup) untuk meminimalkan penggunaan daya. Serta, menjanjikan fitur prediksi intelligent untuk WiFi dan LTE yang dapat beralih antar jaringan hanya dalam waktu 13 ms yang minim lag.

MediaTek telah mengirimkan SoC ini ke pabrikan smartphone. Kemungkinan akan ada lebih banyak smartphone yang dirilis dengan Helio G85 dengan harga sekitar 2-3 jutaan.

Sumber: GSMArena

Petinggi Meizu Sebut Tak Ada Snapdragon 865+ Tahun Ini

Tahun lalu, kategori smartphone flagship sejatinya bisa dibagi menjadi dua: yang dirilis sebelum 15 Juli 2019, dan yang dirilis setelah 15 Juli 2019. Mengapa demikian? Karena di tanggal tersebut, Qualcomm mengumumkan chipset Snapdragon 855+ yang sedikit lebih superior ketimbang Snapdragon 855.

Itu berarti ponsel yang dirilis setelah 15 Juli 2019 jelas memiliki performa yang lebih unggul meski statusnya sama-sama flagship. Pertanyaannya, apakah tahun ini tren serupa bakal terulang? Apakah tahun ini Qualcomm juga bakal merilis Snapdragon 865+?

Spekulasi itu dibantah oleh petinggi Meizu, Wan Zhigiang yang menjabat sebagai CMO. Dalam sebuah diskusi di media sosial Weibo, Wan berkomentar bahwa tahun ini tidak akan ada Snapdragon 865+. Entah apa alasannya, namun bisa jadi terkait pandemi yang tentunya menghambat proses manufaktur.

Lagipula, Qualcomm tidak selalu merilis dua chipset smartphone flagship setiap tahunnya. Snapdragon 835 dan 845 misalnya, tidak mempunyai varian “+”, meski di tahun 2016 Qualcomm sempat merilis Snapdragon 821 yang sedikit lebih unggul daripada Snapdragon 820 – beda cara penamaan saja.

Seandainya benar tidak ada Snapdragon 865+, pabrikan seperti OnePlus – yang getol merilis dua flagship di tahun yang sama – belum tentu hanya merilis satu flagship saja tahun ini. Sebelumnya, OnePlus pernah meluncurkan dua flagship yang berbeda – OnePlus 6 dan 6T – yang ditenagai oleh chipset yang sama persis, yaitu Snapdragon 845.

Sumber: GizmoChina.

Google Kabarnya Siap Memproduksi Prosesor Smartphone-nya Sendiri Tahun Depan

Di luar Apple, cuma ada dua pabrikan smartphone yang memproduksi chipset-nya sendiri, yakni Samsung (Exynos) dan Huawei (Kirin). Sisanya kebanyakan menggunakan chipset bikinan Qualcomm atau MediaTek.

Tahun depan, kemungkinan besar bakal ada satu lagi pabrikan smartphone yang mengambil jalur yang sama seperti Samsung, Huawei, maupun Apple. Berdasarkan laporan Axios, Google sudah semakin siap untuk memproduksi chipset smartphone-nya sendiri.

Chipset ini kabarnya dikembangkan dengan bantuan dari Samsung, serta akan diproduksi menggunakan teknologi fabrikasi 5 Nm racikan Samsung. Belum lama ini, Google kabarnya sudah menerima versi fungsional pertama dari prosesor ARM 8-core rancangannya. Kendati demikian, produksi massalnya baru akan dijalankan tahun depan.

Berhubung tidak ada konfirmasi langsung dari Google, cukup mudah menganggap kabar ini sebagai isu belaka. Namun indikasi bahwa Google tertarik menciptakan prosesor smartphone-nya sendiri sebenarnya sudah tercium sejak 2017, tepatnya ketika Pixel 2 dan Pixel 2 XL dirilis.

Secara teknis, kedua smartphone tersebut memang mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 835, akan tetapi Google rupanya turut menanamkan sebuah co-processor bernama Pixel Visual Core. Pixel Visual Core berfungsi untuk mendongkrak kinerja sekaligus kualitas kamera perangkat, dan itulah mengapa hasil foto seri Pixel selalu merupakan salah satu yang terbaik.

Tahun ini, Pixel 5 tampaknya masih akan memakai chipset Snapdragon 865 / Qualcomm
Tahun ini, Pixel 5 tampaknya masih akan memakai chipset Snapdragon 865 / Qualcomm

Apakah ini berarti Google sudah siap memutus kerja samanya dengan Qualcomm? Ya, tapi tidak sepenuhnya. Pasalnya, meskipun Pixel nantinya tak lagi ditenagai chipset Snapdragon, Google semestinya masih perlu memakai modem 5G garapan Qualcomm.

Skenario yang sama juga sudah dijalani Apple selama beberapa tahun. Sudah sejak lama iPhone selalu memakai prosesor bikinan Apple sendiri, akan tetapi modem-nya masih disuplai oleh Qualcomm.

Lebih lanjut, meski Apple sudah membeli bisnis modem smartphone Intel sejak tahun lalu, mereka dilaporkan masih harus bergantung pada modem buatan Qualcomm, setidaknya untuk tahun ini.

Terlepas dari itu, seri Pixel semestinya bakal mempunyai nilai jual tambahan andai kabar ini benar-benar terealisasi. Kontrol penuh atas hardware yang tertanam berarti Google bisa lebih leluasa berinovasi, semisal terkait kapabilitas machine learning di perangkat. Saya tidak akan terkejut seandainya Pixel 6 nanti menawarkan lonjakan kinerja Google Assistant yang cukup dramatis.

Sumber: Axios.

Mediatek Rambah 5G, Perkenalkan Keluarga Dimensity

Para vendor smartphone saat ini selalu berusaha menekan harga jual perangkat mereka. Hal tersebut tentu saja harus mencari kombinasi peripheral yang digunakan. Salah satunya adalah pemilihan system on chip. Mediatek sering hadir pada perangkat murah yang disajikan oleh para vendor.

Mediatek sendiri mengeluarkan SoC buatan mereka dengan kinerja yang cukup baik. Apalagi, Mediatek Helio saat ini sudah dapat menyaingi para pembuat cip lainnya, seperti Snapdragon, Exynos, dan Kirin. Dan saat ini, sudah waktunya para pembuat cip untuk menghadirkan fasilitas 5G pada SoC mereka.

Dimensity 1000

Mediatek pun memperkenalkan Dimensity, sebuah cip yang dihadirkan untuk perangkat flagship dengan kemampuan 5G. Cip ini menawarkan performa yang tinggi, konektivitas nirkabel yang kencang, AI Camera, serta kenyamanan untuk bermain game. Satu hal yang hadir pada Dimensity adalah HyperEngine 2.0 yang merupakan sebuah kepintaran buatan untuk meningkatkan kinerja dari cip tersebut.

AI yang ada pada cip Dimensity pun juga memiliki kinerja yang tinggi. Hal tersebut diuji oleh Mediatek melalui Zurich ai-benchmark. Hasilnya, Dimensity 1000 mampu mengungguli semua cip flaghsip yang ada dipasaran, termasuk Kirin 990 dan Snapdragon 865. Cip ini juga pertama kali hadir lewat OPPO Reno 3.

Mediatek P90 vs P95

Selain Dimensity, Mediatek juga masih mengeluarkan sebuah cip Helio, yaitu P95. P95 sendiri merupakan cip P90 yang memiliki HyperEngine 1.0. Dengan begitu, kinerjanya mampu terdongkrak hingga 10% dari P90. Mediatek sendiri sepertinya menyasar Snapdragon 675 sebagai pesaing dari P95 tersebut.

Cip P95 juga sudah memiliki sebuah kecerdasan buatan untuk kamera dengan nama AI NR atau Noise Reduction. Dengan AI yang satu ini, gambar yang dihasilkan pada saat kondisi cahaya yang kurang terang akan lebih baik dari cip lainnya. Cip ini sendiri juga akan diluncurkan dalam waktu dekat.

Helio masih akan diproduksi?

Cip Dimensity yang ditawarkan oleh Mediatek memang memiliki kinerja yang tinggi, serta menawarkan konektivitas lengkap hingga 5G. Namun, seiring dengan waktu, pengguna akan melakukan perpindahan dari perangkat yang hanya bisa terhubung dengan 4G ke perangkat yang memiliki kemampuan 5G. Apakah Helio nantinya masih akan diproduksi setelah P95?

Mediatek P70 - Talk

Pang Sui Yen, Senior Manager Mediatek, mengatakan bahwa hal tersebut masih memungkinkan. Sebab, mereka belum tahu bagaimana permintaan pasar di masa depan. Jika nantinya masih ada permintaan pada pasar yang membutuhkan konektivitas sampai tingkat 4G saja, bisa jadi akan keluar cip Helio baru setelah P95.

Mediatek Dimensity sendiri memang ditujukan untuk mereka yang membutuhkan kinerja tinggi serta konektivitas 5G. Sedangkan Helio merupakan cip dengan kemampuan 4G yang ditujukan untuk kinerja tinggi secara keseluruhan.

Mengenal Keunggulan Chipset Terbaru Qualcomm untuk Tahun Depan, Snapdragon 865 dan Snapdragon 765

Kita sudah tahu chipset apa yang bakal menjadi otak ponsel-ponsel flagship yang akan dirilis tahun depan: Snapdragon 865. Namun yang menjadi pertanyaan, sesignifikan apa peningkatan performa yang dihadirkannya, terutama jika dibandingkan dengan Snapdragon 855?

Berbekal CPU Kryo 585 dan GPU Adreno 650, Snapdragon 865 disebut mampu menghadirkan peningkatan kinerja dan grafis secara keseluruhan hingga 25%. Untuk kinerja machine learning, AI engine generasi kelima yang diusung diklaim mampu menyuguhkan performa dua kali lebih cepat selagi menghemat konsumsi energi sampai 35%.

Untuk keperluan gaming, Snapdragon 865 telah dirancang agar mampu mengakomodasi layar dengan refresh rate 144 Hz. Ya, angka itu sudah merambah kategori PC gaming, dan ini bisa menjadi indikasi bahwa tahun depan jumlah smartphone flagship dengan layar yang memiliki refresh rate tinggi bakal semakin banyak.

Beralih ke performa kamera, Snapdragon 865 hadir membawa ISP (image signal processor) Spectra 480, yang diklaim mampu mengolah data hingga sebesar 2 gigapixel per detik, dan ini pada dasarnya memungkinkan perangkat untuk merekam video 8K maupun 4K HDR. Resolusi foto maksimum yang didukung juga mencapai 200 megapixel, krusial mengingat belakangan fotografi smartphone sudah mulai menembus resolusi 100 megapixel.

Dari segi konektivitas, Snapdragon 865 telah mendukung Wi-Fi 6 secara default, dan ia diklaim sebagai chipset mobile pertama yang mendukung Super Wide Band via Bluetooth, menjanjikan audio yang lebih jernih saat digunakan bersama headphone atau earphone nirkabel. Proses pairing-nya pun juga diyakini lebih cepat, lengkap dengan dukungan terhadap codec aptX Adaptive.

Qualcomm Snapdragon 765

Seperti yang sudah disinggung di artikel sebelumnya, sambungan 5G-nya masih mengandalkan modem terpisah Snapdragon X55, akan tetapi kapabilitasnya cukup mengesankan, dengan dukungan kecepatan maksimum hingga 7,5 Gbps. Untuk solusi yang lebih terintegrasi, ada Snapdragon 765 dan 765G yang ditujukan untuk perangkat dalam kategori mid-range, macam OPPO Reno3 Pro 5G.

Soal dukungan kecepatan mengunduh, Snapdragon 765 dan 765G yang mengemas modem 5G terintegrasi memang kalah cepat, akan tetapi efisiensi dayanya sudah pasti lebih baik mengingat hanya ada satu komponen yang menyedot energi di sini. Perbedaan antara Snapdragon 765 dan 765G sendiri terletak pada fitur Snapdragon Elite Gaming, yang hanya tersedia pada 765G saja.

Secara garis besar, Snapdragon 765 yang berbekal CPU Kryo 475 dan GPU Adreno 620 menjanjikan peningkatan performa hingga 20% dibanding generasi sebelumnya. Varian 765G sedikit lebih unggul dalam hal rendering grafis, dan itu berkat optimasi yang disediakan oleh Snapdragon Elite Gaming itu tadi.

Duo Snapdragon 765 ini pun juga mewarisi sejumlah keunggulan kakaknya yang duduk di kasta flagship. Utamanya adalah AI engine generasi kelima itu tadi, serta dukungan penuh terhadap codec aptX Adaptive, yang dapat menyesuaikan antara mode high definition atau mode low latency dengan sendirinya.

Qualcomm Snapdragon 865 Resmi Diumumkan, Nyaris Semua Ponsel Flagship Tahun Depan Bakal Mendukung 5G

Tahun belum berganti, namun kita sudah tahu chipset apa yang bakal menenagai deretan smartphone flagship tahun depan. Apalagi kalau bukan Qualcomm Snapdragon 865, yang baru saja diumumkan pada acara tahunan Snapdragon Tech Summit, yang mengangkat 5G sebagai tema utamanya tahun ini.

Detail merinci terkait performanya masih belum dibeberkan, namun yang agak aneh, Snapdragon 865 rupanya tidak dibekali modem 5G terintegrasi seperti dugaan banyak orang. Agar bisa terhubung ke jaringan 5G, chipset ini masih membutuhkan dampingan modem 5G terpisah. Tentu saja Qualcomm sudah menyiapkan partner yang pas buatnya, yakni Snapdragon X55.

Pada kenyataannya, Snapdragon 865 dan Snapdragon X55 merupakan pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Qualcomm mewajibkan pabrikan smartphone untuk menggunakan Snapdragon 865 dan X55 sekaligus. Pasalnya, Snapdragon 865 tidak dilengkapi satu pun modem, dan pabrikan tidak bisa menyematkan modem lain begitu saja, baik modem 5G ataupun 4G.

Qualcomm Snapdragon 865

Kalau boleh saya simpulkan, ini berarti nyaris semua ponsel Android flagship yang dirilis tahun depan bakal mendukung 5G secara default, dengan pengecualian yang berlaku untuk perangkat yang tidak memakai Snapdragon 865. Ketergantungan akan modem terpisah juga berarti efisiensi daya perangkat belum bisa benar-benar dimaksimalkan, sebab yang mengemas modem terintegrasi sudah pasti lebih irit daya.

Bersamaan dengan Snapdragon 865, Qualcomm turut mengumumkan Snapdragon 765. Lucunya, chipset yang ditujukan untuk perangkat kelas menengah ini justru datang membawa modem 5G terintegrasi. Akankah 2020 tercatat sebagai tahunnya 5G menjadi mainstream? Mungkin saja, mengingat jumlah smartphone mid-range yang mendukung 5G sudah pasti bakal meningkat cukup drastis tahun depan.

Sumber: The Verge dan Qualcomm.

MediaTek Luncurkan Seri Chipset Gaming Perdananya, Helio G90

Smartphone gaming mungkin masih terkesan gimmicky bagi sebagian besar orang. Namun perkembangan terkini di industri smartphone menunjukkan bahwa kategori ini tidak akan ke mana-mana, apalagi berkat kemunculan ponsel-ponsel gaming baru macam Asus ROG Phone II dan Xiaomi Black Shark 2 Pro.

Untuk bisa menjadi lebih mainstream, smartphone gaming harus bisa merambah lebih banyak kalangan. Dua contoh tadi merupakan opsi yang tersedia di kelas high-end, yang masing-masing mengemas chipset tercanggih Qualcomm untuk saat ini. Di kelas menengah, pilihannya memang masih sangat terbatas, akan tetapi penawaran terbaru dari MediaTek berpotensi membalik keadaan tersebut.

Pabrikan semikonduktor asal Taiwan tersebut baru saja memperkenalkan seri chipset gaming perdananya, diawali dengan dua model, yaitu Helio G90 dan Helio G90T. Keduanya sama-sama merupakan chip octa-core dengan susunan yang mencakup sepasang core ARM Cortex-A76 dan enam core Cortex-A55, tidak ketinggalan juga GPU Mali-G76 dengan kecepatan hingga 800 MHz.

Dukungan atas RAM LPDDR4x hingga yang berkapasitas 10 GB juga merupakan salah satu keunggulan seri Helio G90. Kedua chipset ini juga siap mengolah gambar yang ditangkap oleh sensor kamera beresolusi 64 megapixel, atau hasil perpaduan sensor 24 dan 16 megapixel.

MediaTek Helio G90T

Namun yang sebenarnya menjadi nilai jual utama dari seri Helio G90 adalah teknologi yang MediaTek sebut dengan istilah HyperEngine, yang dirancang untuk menyempurnakan pengalaman gaming dari banyak aspek sekaligus, bukan sebatas dari aspek visual maupun manajemen resource saja.

Yang paling menarik menurut saya adalah dari segi optimasi jaringan. Seri Helio G90 memungkinkan perangkat untuk bertukar koneksi antara Wi-Fi dan LTE secara seamless, dengan proses yang memakan waktu dalam hitungan milidetik saja. Kalau disederhanakan, kedua chipset ini pada dasarnya mampu mengombinasikan koneksi Wi-Fi dan LTE demi memastikan semuanya tetap stabil.

Juga tak kalah menarik adalah fitur yang memungkinkan agar koneksi data tidak terputus ketika ada panggilan telpon yang masuk selagi pengguna asyik bermain. Terakhir, ada fitur yang memungkinkan perangkat untuk terhubung ke dua Wi-Fi band sekaligus (2,4 GHz dan 5 GHz) demi memastikan koneksi selalu lancar sekaligus memangkas latency.

Kapan kita bisa berjumpa dengan ponsel yang ditenagai oleh MediaTek Helio G90 atau G90T? Segera, dan salah satu yang pertama bakal datang dari Xiaomi, setidak untuk pasar India terlebih dulu.

Sumber: The Next Web dan MediaTek.

Qualcomm Umumkan Snapdragon 855 Plus, Janjikan Peningkatan Performa untuk Gaming, AR dan VR

Nyaris semua smartphone Android kelas flagship mengandalkan chipset Snapdragon seri 8 bikinan Qualcomm. Tahun lalu, Snapdragon 845 yang menjadi pilihan, baik untuk smartphone flagship yang dirilis di awal atau yang sudah mendekati akhir tahun seperti Google Pixel 3.

Tahun ini, kita sudah melihat deretan ponsel yang memercayakan Snapdragon 855 sebagai otaknya. Namun ternyata 855 tidak menduduki takhtanya terlalu lama, sebab Qualcomm baru saja mengumumkan Snapdragon 855 Plus. Mengapa bukan 865? Sebab peningkatan performa yang diusungnya tidak begitu signifikan.

Seperti halnya 855, 855 Plus mengemas prosesor 8-core Kryo 485, tapi yang clock speed-nya sudah digenjot dari 2,84 GHz menjadi 2,96 GHz. Bukan cuma itu, GPU Adreno 640 milik 855 Plus juga diklaim sanggup menyuguhkan peningkatan performa hingga 15%.

Upgrade performa ini diyakini bakal cukup berpengaruh untuk keperluan gaming, augmented reality maupun virtual reality. Pada kenyataannya, salah satu smartphone pertama yang bakal menggunakan Snapdragon 855 Plus adalah Asus ROG Phone II berdasarkan konfirmasi langsung dari Asus.

ROG Phone, seperti yang kita tahu, dikategorikan sebagai smartphone gaming, dan smartphone gaming sendiri banyak dianggap menawarkan performa yang lebih superior – walaupun mungkin selisihnya tidak banyak. Jadi memilih Snapdragon 855 Plus untuk mengotaki generasi baru ROG Phone merupakan langkah yang rasional bagi Asus.

Di samping peningkatan performa yang marginal, faktor lain yang membuat chipset ini belum pantas menyandang nama “Snapdragon 865” adalah terkait kapabilitas jaringannya. 855 Plus masih mengusung modem 4G LTE Snapdragon X24, sedangkan konektivitas 5G baru bisa diakomodasi apabila dibantu oleh modem terpisah Snapdragon X50.

Terlepas dari itu, saya kira cukup wajar apabila banyak dari kita yang berasumsi bahwa smartphone Android kelas flagship yang dirilis di paruh waktu kedua tahun 2019 ini bakal mengandalkan Snapdragon 855 Plus ketimbang 855 standar. Salah satu kandidat kuatnya tentu saja adalah Google Pixel 4.

Sumber: Qualcomm.