Beberapa Alasan Mengapa UMKM di Indonesia Perlu Mengadopsi Cloud Computing

Cloud computing atau komputasi awan saat ini memang sudah bukan hal yang baru lagi. Berbagai varian produknya sudah banyak digunakan dan dipasarkan. Namun bagi banyak bisnis, terutama di level bisnis mikro, kecil dan menengah, masih banyak yang masih di tahap awal dalam implementasi teknologi ke dalam bisnisnya. Dalam artikel ini akan dijelaskan apa saja yang membuat cloud computing menjadi solusi yang cocok diterapkan untuk bisnis dengan kultur yang masih dinamis.

Salah satu karakteristik umum dari layanan cloud computing adalah terkait dengan skalabilitas dan aksesibilitas. Skalabilitas merujuk pada penentuan volume layanan yang lebih fleksibel. Hal ini menjawab tantangan bisnis yang sebelumnya ada, yakni dalam penggunaan teknologi bisnis harus dituntut untuk memiliki layanan yang fixed, sementara kebutuhannya masih bergejolak. Seperti contohnya pada grafik di bawah ini.

Kebutuhan bisnis yang dinamis, namun teknologi yang digunakan tetap / Microsoft
Kebutuhan bisnis yang dinamis, namun teknologi yang digunakan tetap / Microsoft

Garis putih menunjukkan bagaimana kebutuhan bisnis akan suatu layanan berubah-ubah, sedangkan garis lurus putus-putus menunjukkan kapabilitas layanan. Untuk bisnis pemula, tak jarang apa yang mereka gunakan masih sangat jauh di bawah dari kapabilitas sistem yang dibutuhkan, akhirnya banyak sumber daya yang tidak terpakai. Sementara itu terkadang (karena suatu tren berkala, sering ditemui di kultur Indonesia) suatu layanan bisa mendadak melonjak, dan kala itu sistem tiba-tiba tidak siap, sehingga menjadikan layanan down.

Pendekatan cloud computing mencoba mengantisipasi dengan fleksibilitas tinggi. Pemenuhan sumber daya akan disesuaikan dengan kebutuhan, seperti tersaji pada gambar berikut ini.

Cloud computing memberikan alur yang berimbang dengan kebutuhan bisnis / Microsoft
Cloud computing memberikan alur yang berimbang dengan kebutuhan bisnis / Microsoft

Garis putih menunjukkan kebutuhan dan garis kuning menunjukkan sumber daya yang fleksibel mengikuti besar kecilnya kebutuhan bisnis. Tentu akan berdampak pada investasi awal dan juga biaya pengelolaan yang harus dikeluarkan, menyesuaikan kebutuhan bisnis.

Bisnis yang dijalankan UMKM pada umumnya sulit untuk diprediksi

Dengan investasi yang minim, UMKM harus pandai menyiasati anggaran belanja teknologi, agar operasional bisnis tetap berjalan, namun teknologi yang digunakan tetap optimal. Lonjakan atau penurunan traksi secara signifikan adalah hal yang cukup biasa dalam UMKM, dan efisiensi teknologi terbaik adalah menggunakan sumber daya sesuai dengan kebutuhan. Ambil contoh bisnis jualan baju muslim, di Indonesia pembelian baju muslim akan sangat ramai menjelang Ramadan atau Hari Raya. Namun di luar itu transaksi sangat kecil.

Bayangkan jika penjualan tersebut ditopang oleh sebuah layanan e-commerce yang dikembangkan secara mandiri. Saat kebutuhan melonjak tiba-tiba tim TI harus sigap melakukan peningkatan sumber daya. Storage harus ditambah, bandwidth juga harus disediakan lebih dan sebagainya, untuk memastikan layanan tetap bisa diakses normal. Cloud computing pada umumnya memiliki menu untuk melakukan upgrade dan downgrade secara cepat untuk hal seperti itu. Dengan demikian UMKM tidak harus selalu menginvestasikan besar di muka untuk memenuhi kebutuhan teknologi yang besar, akan tetapi bisa dinamis menyesuaikan kebutuhan yang berjalan.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Mengoptimalkan Penggunaan Layanan Cloud untuk UMKM

Banyak yang mengatakan bahwa layanan cloud computing lebih efisien digunakan untuk bisnis ketimbang model konvensional. Ambil contoh dalam kebutuhannya untuk hosting sebuah website, dikatakan fleksibilitas cloud computing lebih optimal ketimbang dedicated hosting. Apakah benar demikian? Ternyata kuncinya tertelak di bagaimana server cloud tersebut dikelola, sehingga dapat memberikan penghematan dan performa yang maksimal.

Berikut ini adalah beberapa tips dari DailySocial tentang bagaimana mengelola sebuah layanan cloud sehingga memberikan keuntungan penghematan dan juga kinerja yang dahsyat.

Pahami dan definisikan kebutuhan secara jelas

Proses ini merupakan sesuatu hal yang sangat mendasar, bahwasanya bisnis harus benar-benar tahu apa yang mereka butuhkan dan ditaruh di sebuah layanan cloud. Katakanlah bisnis tersebut akan membuat sebuah company profile dan sistem layanan pelanggan, maka harus bisa diperkirakan juga, apakah akan menimbulkan trafik data yang tinggi atau sedang.

Penentuan kebutuhan ini penting untuk memastikan layanan cloud yang dilanggan memiliki kapabilitas yang cukup, tidak berlebihan. Karena akan berdampak langsung pada berapa uang yang harus dibayarkan untuk berlangganan. Tipe layanan cloud juga wajib dipahami sebelumnya.

Pada umumnya saat ini penyedia jasa cloud computing menawarkan berbagai skema, misalnya cloud hosting, virtual machine atau layanan lain yang lebih spesifik. Masing-masing tentu memiliki tujuan yang berbeda, pastikan bisnis mampu memilih jenis layanan secara tepat untuk memberikan hasil optimal.

Mulailah dari yang kecil, karena cloud menawarkan skalabilitas

Setelah menemukan jenis layanan yang tepat untuk dilanggan, maka mulailah dari plan yang paling minimum untuk layanan bisnis. Terlebih untuk UMKM biasanya tak langsung mendapatkan traksi pengunjung yang besar, namun secara bertahap.

Hal ini sangat didukung oleh layanan cloud yang memiliki kemudahan untuk melakukan skalabilitas. Kapan pun dengan mudah pelanggan dapat memperbesar (upgrade) atau memperkecil (downgrade) skala layanan yang dimiliki. Terlebih yang disewa adalah server, maka besar kecilnya sumber daya, seperti memori, prosesor, RAM dan sebagainya dapat disesuaikan secara gesit.

Manfaatkan sistem monitoring yang tersedia untuk melakukan estimasi dan antisipasi

Setelah layanan cloud berjalan, tugas selanjutnya untuk menghasilkan efisiensi dan efektivitas adalah dengan melakukan pemantauan. Sistem cloud monitoring akan sangat membantu pengguna dalam memberikan informasi seputar trafik dan traksi layanan yang digunakan. Beberapa penyedia layanan cloud besar seperti Alibaba Cloud dan lainnya menyediakan opsi tersebut dalam layanannya.

Melakukan analisis dari hasil monitoring ini cukup efektif untuk melakukan estimasi dan antisipasi dari penggunaan layanan oleh bisnis. Pola-pola terstruktur dapat dipetakan dengan baik, misal kapan layanan tersebut ramai sehingga membutuhkan backup sumber daya yang besar, kapan saatnya bisnis memperbesar ukuran layanan dan sebagainya.

Itulah beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan UMKM atau bisnis pemula saat hendak mulai memanfaatkan layanan cloud computing untuk menopang layanan bisnisnya. Efisiensi penggunaan layanan cloud akan terealisasi saat penggunanya benar-benar mengerti bagaimana memanfaatkan layanan cloud tersebut secara optimal, tidak serta-merta.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Topik Menarik tentang Komputasi Awan untuk Tingkatkan Performa Teknis Hadir di Echelon Indonesia 2016

Salah satu stage dari tiga yang disediakan oleh acara Echelon Indonesia 2016 akan menghadirkan bahasan menarik tentang komputasi awan. Pembicaranya adalah engineer dari layanan cloud milik Alibaba.

Xianglong Huang, Head of Elastic Computing Services di Aliyun akan berbicara tentang ‘Elastic Computing Techniques For Enterprise Users’ di ajang Echelon Indonesia 2016. Aliyun adalah layanan cloud yang berada di balik ekosistem online dan mobile commerce Alibaba yang juga menyediakan layanan cloud untuk perusahaan umum.

Komputasi awan atau cloud kini menjadi bagian penting dalam perkembangan teknologi, baik untuk perusahaan madium – mapan maupun startup. Peran penting cloud yang bisa diandalkan tidak akan bisa dihindari dalam ekosistem digital.

Aliyun yang merupakan bagian dari Alibaba Group adalah salah satu sponsor acara Echelon Indonesia 2016. Aliyun sendiri merupakan layanan cloud nomor pertama di Tiongkok dan telah melayani lebih dari 1.800.000 konsumen di seluruh dunia untuk keperluan networking serta TI mereka.

ECID2016

Sebagai ajang konferensi internasional, Echelon Indonesia 2016 dapat menjadi platform bagi startup, SME, dan perusahaan berbasis teknologi untuk membawa bisnis ke level selanjutnya. Innovate – Developer – Empower adalah tiga kata kunci yang diterjemahkan dalam gelaran acara dua hari ini.

Echelon Indonesia 2016 akan digelar pada tanggal 5-6 April 2016 di Balai Kartini, Jakarta. Penjualan tiket saat ini telah dibuka dan tersedia diskon 20 persen dalam waktu terbatas dengan menggunakan kode “EMPOWER20”.

Telkomtelstra Luncurkan Produk Private Cloud

Perusahaan patungan antara Telkom Indonesia dan Telstra Corporation Limited, Telkomtelstra hari ini resmi meluncurkan layanan infrastruktur data center terbaru yang diberi nama Private Cloud. Produk terbaru ini akan melengkapi produk Managed Cloud Service yang sudah dimiliki Telkomtelstra sebelumnya.

Private Cloud yang akan ditawarkan Telkomtelstra ini didesain untuk membantu perusahaan atau organisasi di Indonesia untuk mengakomodir dari segi teknologi, sehingga mereka [perusahaan dan organisasi] bisa lebih fokus pada meningkatkan produktivitas, efisiensi dan inovasi bisnis.

Menanggapi peluncuran produk barunya Presiden Direktur Telkomtelstra Erik Meijer menyampaikan kebanggaannya karena Telkomtelstra telah berhasil menyediakan layanan Private Cloud. Telkomtelstra akan memanfaatkan kapabilitas jaringan yang luas dari Telkom termasuk infrastrukturnya dan juga keahlian teknologi Telstra untuk melayani organisasi atau perusahaan lokal dengan menawarkan Managed Clod.

“Telkomtelstra akan menggunakan kapabilitas network yang sangat luas milik Telkom termasuk dengan infrastruktur domestiknya dan keahlian teknologi Telstra, untuk melayani organisasi lokal dengan penawaran Managed Cloud, yang bertujuan untuk membantu mereka lebih fokus pada bisnis mereka sendiri dan melakukan apa yang mereka harus lakukan dengan lebih baik,” terang Erik.

Strategi Telkomtelstra meluncurkan produk Private Cloud juga didasarkan pada perkembangan permintaan perusahaan lokal akan teknologi cloud. Erik menerangkan organisasi dan perusahaan di Indonesia perlu mengetahui bagaimana teknologi private cloud tidak hanya bisa membantu mereka mengamankan aplikasi dan data bisnis penting mereka namun juga bisa menurunkan biaya layanan dari managed service.

“Kami menyediakan layanan cloud dengan infrastruktur pusat data di dalam negeri, yang bertujuan untuk memenuhi regulasi pemerintah tentang penyimpanan dan integritas data di Indonesia,” lanjut Erik.

Produk baru ini diklaim bisa menjadi salah satu solusi yang bisa meminimalkan risiko di dalam operasi IT organisasi yang tentunya membutuhkan pengamanan khusus, tata kelola, manajemen dan alat untuk memastikan visibilitas dan kontrol pada setiap tingkat layanan.

Selain mengumumkan peluncuran produk baru, Telkomtelstra juga mengumumkan akan menghadirkan layanan baru dengan mengkombinasikan aplikasi Private dan Public Cloud berupa solusi Hybrid Cloud yang memungkinkan fleksibilitas lebih besar dari operasi bisnis, pengelolaan infrastruktur dan pengendalian biaya.

Telkomteltra juga akan bermitra dengan provider terkemuka dunia, seperti VCE, untuk menyediakan platform pengelolaan end-to-end.

“Saat ini adalah waktu yang tepat bagi bisnis di Indonesia untuk mentransformasi diri mereka secara digital dan makin memudahkan mereka untuk bersaing di pasar global,” tutup Erik.

Delapan Perusahaan Nasional Jalin Kemitraan Strategis Suguhkan Layanan Komputasi Awan

Teknologi komputasi awan semakin marak setelah kemampuan kolaborasinya dengan beberapa teknologi seperti big data menyajikan beberapa manfaat bagi perusahaan. Adopsinya diperkirakan akan semakin tinggi, termasuk di Indonesia. Tampaknya kesempatan ini tak disia-siakan beberapa perusahaan Indonesia. Baru-baru ini delapan perusahaan dikabarkan telah menjalin sinergi untuk menyediakan layanan komputasi awan.

Delapan perusahaan tersebut adalah Multipolar Technology, Sisindokom Lintasbuana, Mastersystem Infotama, Logicalis Metrodata Indonesia, Expert Data Voice Solution, Kayreach System, Sinergy Informasi Pratama, dan Revo Solusindo. Delapan perusahaan tersebut telah sepakat menjalin kemitraan strategis untuk menyediakan solusi layanan komputasi awan secara end to end sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Kerja sama delapan perusahaan tersebut mendapat dukungan dari Cisco System Indonesia dan Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta) selaku penyedia layanan komputasi awan. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan kerja sama di Hotel Pullman, MH Thamrin, Jakarta Kamis (25/2) kemarin.

Sebagai salah satu pihak yang turut dalam kerja sama ini Direktur Utama Sisindokom Lintasbuana Tikno Ongkoadi mengatakan kerja sama strategis ini bisa memberikan dampak positif bagi Sisindokom dalam meningkatkan penetrasi penjualan dengan memberikan penawaran solusi komputasi awan secara end to end kepada pelanggan mereka.

Menurut Tikno, kerja sama ini juga membuka sumber pendapatan baru dan memberikan fokus baru bisnis Sisindokom ke sektor virtualisasi dan pasar komputasi awan.

Salah satu kelebihan layanan komputasi awan adalah fleksibilitas dalam mengatur kebutuhan kapasitas virtual server yang dapat disesuaikan dengan kondisi bisnis perusahaan. Dengan kata lain ketika load bisnis sedang meningkat perusahaan bisa dengan mudah melakukan scale up kapasitas server. Demikan pula ketika kondisi bisnis sedang normal, kapasitas virtual server bisa disesuaikan.

Jurnal Klaim Pendanaan Seri A Dari East Ventures, Fenox Capital, dan Seorang Angel Investor

Platform akuntansi berbasis cloud Jurnal mengantongi pendanaan Seri A dalam jumlah yang tidak disebutkan dari East Ventures, Fenox, dan seorang Angel Investor Budi Setiadharma. Pendanaan ini akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk dan penyempurnaan infrastruktur yang merupakan fokusnya pada tahun ini.

“Kami sangat senang atas pendanaan ini. Ke depannya, Jurnal akan bertumbuh lebih cepat lagi dengan tim yang lebih besar. […] Pendanaan ini akan kami gunakan untuk pengembangan produk dan scaling infrastruktur. Lebih lanjut, pengembangan bisnis akan kami lakukan melalui partnership/kerjasama dengan perusahaan lain dan juga pemerintah. Jurnal juga dalam proses standarisasi internasional perusahaan untuk integritas pengelolaan keamanan dan kerahasiaan data. Tahun ini akan sangat menarik bagi Jurnal,” sambut co-founder Jurnal Anthony Kosasih dalam pernyataan resminya hari ini (22/2).

Akhir tahun lalu, Anthony merincikan rencananya tahun ini dengan memperkenalkan program sponsorship sebagai skema untuk mengadopsi penggunaan layanan Jurnal dan dukungan kewirausahaan tanah air.

“Jurnal sebagai salah satu startup pionir SaaS, berhasil melakukan validasi market di Indonesia. Dengan semakin bertambah pesatnya jumlah pengguna berbayar, dana baru ini akan digunakan untuk mempercepat pertumbuhan pengguna Jurnal. Sudah saatnya 57 juta UMKM Indonesia meningkatkan daya saing mereka di Masyarakat Ekonomi Asia melalui kontrol dan pengaturan keuangan yang baik, tentunya dengan difasilitasi oleh Jurnal.” papar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahi.

Validasi yang dimaksud Willson adalah bahwa masalah yang kerap muncul dari para pengusaha adalah bahwa mereka kesulitan mengatur dan mengakses laporan finansial kapanpun dan di manapun mereka inginkan. Pilihannya adalah akuntan dan konsultan pajak yang memiliki tarif cenderung tak terjangkau. Berdasarkan ini, Jurnal mencoba memposisikan dirinya sebagai penengah yang dapat menjawab hal tersebut.

Jurnal menjanjikan dokumen seperti invoice, PO (Purchase Order), dan kwitansi bisa dibuat secara otomatis dan disimpan dengan aman. Ditambah fitur seperti manajemen aset otomatis, inventory & multi-gudang, serta beragam fitur lainnya untuk menunjang kinerja pebisnis agar lebih profesional sehingga relasi dan kepercayaan dengan pelanggan dan juga pemasok dapat dengan mudah dijalin.

Klaim tujuh ribu pengguna, Jurnal akan menghadapi tahun ini dengan persiapan yang lebih matang. Menyasar segmen pasar yang kurang-lebih serupa, Jurnal akan berkompetisi dengan Zahir Accounting dalam pasar business-to-business.

Bidik Perbankan dan Retail, Datacomm Perkenalkan Dua Solusi Baru Berbasis Cloud

Datacomm Cloud Business, unit bisnis PT Datacomm Diangraha, kemarin (19/2) memperkenalkan dua solusi berbasis cloud barunya yaitu Cloudciti Backup-as-a-Services (BaaS) dan Cloudciti Enterprise Mobility Management-as-a-Services (CEMM) di Graha Datacomm, Jakarta. Langkah ini diambil sebagai upaya menghadapi tren cloud dan BringYour Own Device (BYOD) yang terus tumbuh. Potensi pasar yang dilirik adalah industri perbankan dan retail dengan migas dan healthcare yang ikut dipertimbangkan.

Kehadiran dua solusi baru berbasis cloud dari Datacomm yang diperkenalkan kemarin tak lepas dari kerja sama strategis yang terjalin dengan Citrix XenMobile (Citrix) dan Acronis Indonesia (Acronis). Citrix memberikan dukungan untuk solusi CEMM. Sedangkan Acronis memberikan dukungan untuk solusi BaaS dari Datacomm

Managing Director Datacomm Cloud Business Sutedjo Tjahjadi menyampaikan, “Apa yang kami lakukan bertiga ini (Datacomm, Acronis, dan Citrix) secara spesifik ada di ranah enterprise mobility yang menawarkan hal-hal baru pada pasar. Kami tahu bahwa enterprise mobility saat ini tidak bisa dihindari lagi, [terutama] seiring dengan perusahaan dan organisasi yang menerapkan kebijakan BYOD dan teknologi mobility.”

“Hari ini kami memperkenalkan solusi CEMM dan BaaS. Kedua solusi berbasis cloud ini akan memberikan manfaat kelincahan, kemudahan pengelolaan, keandalan, serta jaminan keamanan untuk pelanggan,” tambah Sutedjo.

Sutedjo juga menyebutkan bahwa kedua solusi baru dari Datacomm ini sangat berpotensi untuk digunakan dalam industri perbankan dan retail. Di sisi perbankan, solusi Datacomm ini dinilai dapat memberikan keamanan data yang dibutuhkan. Sedangkan di sisi retail, dinilai dapat membantu dalam pengelolaan inventori, meningkatkan pengalaman berbelanja, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Selain perbankan dan retail, industri migas (minyak bumi dan gas) dan healthcare juga menjadi pertimbangan pasar yang potensial.

CEMM dan BaaS

CEMM yang didukung oleh teknologi Citrix XenMobile didefinisikan oleh Datacomm sebagai solusi cloud Enterprise Mobility Management (EMM) multi-platform (Android, iOS, Windows phone) yang akan memberikan bisnis mobile device management (MDM), mobile application management (MAM), standar keamanan, dan kemampuan self-service bagi pengguna.

Secara sederhana, CEMM akan menjadi wadah dari aplikasi yang digunakan oleh perusahaan secara internal. Datacomm menjamin bahwa segala transaksi data dalam CEMM tidak dapat dibawa keluar oleh pengguna akhir. Selain itu pihak perusahaan juga diberikan keluasaan untuk mengatur policy. CEMM sendiri sudah tersedia dalam dua layanan, yakni by Feature dan by Delivery Model.

Country Manager Citrix System Inc. Indonesia Hans Utomo menyampaikan, “Bersama Datacomm, Citrix menyediakan sebuah solusi sehingga bisnis dapat memanfaatkan kekuatan cloud untuk mengelola dan melindungi perangkat mobile, aplikasi dan data, serta memberikan kebebasan untuk merasakan bekerja. […] Pengguna akan menikmati akses-tunggal kepada seluruh perangkat mobile, web, dan aplikasi mereka [lewan CEMM].”

Lain CEMM lain lagi BaaS yang didukung oleh teknologi Acronis. BaaS didefinisikan Datacomm sebagai solusi pemulihan bencana untuk semua data, setiap saat, dan dimana saja. Solusi ini memberdayakan solusi Cloudciti Infrastucture-as-a-Service yang dimiliki Datacomm dan bekerja menggunakan Cloudciti secure software-defined storage dengan desain tier-3 yang diklaim telah memenuhi standar SSAE 16.

Datacomm menjanjikan solusi BaaS ini akan dapat melakukan backup dan pemulihan disk, partisi, server, dan data ke dalam Cloudciti storage. Fitur smart backup yang tersedia juga diklaim dapat mengurangi konsumsi network dan biaya storage.

Terkait dengan harga, Datacomm membuka harga mulai dari Rp 500 ribu per bulan untuk layanan BaaS dengan kuota kapasitas penyimpanan 100 GB. Biaya tambahan akan dikenakan sebesar Rp 5000 per GB yang dibutuhkan.

Country Manager Acronis Indonesia Rudi Rangkuti mengatakan, “ Keberhasilan kerja sama antara Acronis dan Datacomm memperlihatkan […] komitmen kami untuk memimpin industri di wilayah ini. Kami bangga dapat bekerja sama dengan Datacomm dan mendukung mereka dalam membangun bisnis backup datanya dan produk keamanan data lainnya yang didukung oleh teknologi yang dikembangkan oleh Acronis.”

Sebelumnya, Datacomm juga telah terlibat sebagai inisiator Gerakan Indonesia Smart Nation bersama Indosat dan Citiasia Inc. untuk bersama-sama bersinergi membangun daerah percontohan Smart Region (Smart City) di Indonesia.

Menyikapi Penggunaan Teknologi Komputasi Awan untuk Jaminan Keamanan

Sama seperti teknologi lainnya, komputasi awan di balik segala kelebihan yang ditawarkan menyimpan potensi ancaman keamanan yang cukup besar. Kehilangan atau kebocoran data yang disimpan dalam infrastruktur komputasi awan bisa menjadi risiko yang dapat berimbas fatal bagi bisnis. Terlebih data bisa bocor dari dalam, bukan dari luar.

Komputasi awan dan semua layanan-layanan yang melengkapinya dewasa ini menjadi perbincangan serius di forum-forum teknologi, termasuk di dalamnya tentang sektor keamanan. Seiring mulai naik daunnya layanan komputasi awan kebutuhan perusahaan atau organisasi terhadap penyedia layanan keamanan terus meningkat.

Perusahaan mulai mengantisipasi kemungkinan serangan-serangan yang mengganggu kinerja sistem atau infrastruktur komputasi awan yang mereka bangun. Namun tak bisa dipungkiri satu yang cukup menjadi ancaman serius adalah ancaman kebocoran data yang justru terjadi dari dalam sistem, dari para pengguna sistem. Tak hanya faktor teknis, tetapi juga non teknis.

Permasalahan teknis pada keamanan komputasi awan tidak terbatas pada apakah layanan yang digunakan itu privat maupun publik. Keduanya menyimpan potensi meski dalam kadar yang berbeda. Inisiatif pengamanan sistem harus terus berkembang mengingat jenis serangan yang juga terus berkembang.

Selain faktor teknis yang sudah pasti menjadi tanggung jawab divisi IT, faktor non-teknis juga menyimpan potensi untuk celah dalam kebocoran data dalam sistem komputasi awan. Hal ini terkait dengan pengalaman pengguna.

Dari sekian banyak karyawan di perusahaan tentu tidak semua memiliki kecermatan dan ketelitian yang sama dalam menggunakan perangkat teknologi. Kemungkinan infrastruktur komputasi awan bisa diakses di mana saja membuat kemungkinan mereka yang tidak begitu aware dengan permasalahan keamanan, seenaknya saja meninggalkan hal-hal krusial seperti informasi akun sistem, kata sandi atau hal krusial lainnya di ranah publik. Belum lagi kemungkinan pembajakan informasi ketika mereka berada di jaringan publik.

Untuk kasus seperti ini divisi IT harus bekerja sama dengan seluruh elemen dalam perusahaan untuk merumuskan kebijakan yang bisa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan tersebut. Misalnya dengan membatasi akses dari jaringan tertentu dan lain sebagainya.

Belum lagi antisipasi akses terhadap para karyawan yang bermasalah. Selain dibatasi dengan hal-hal teknis, harus ada aturan dan kebijakan non-teknis. Misalnya dengan perjanjian yang sah di mata hukum untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan di kemudian hari.

Disclosure : DailySocial bekerja sama dengan Big Data-Madesimple dalam penulisan artikel ini.

Bagaimana Big Data dan Komputasi Awan Mengubah Dunia Medis

Dewasa ini dunia medis didorong untuk melakukan pembaruan di teknologi mereka terutama untuk teknologi big data dan komputasi awan. Kedua teknologi tersebut dirasa mampu menjadi ujung tombak untuk ekspansi layanan medis. Selain jangkauan yang lebih luas dari teknologi komputasi awan, teknologi big data juga diharapkan memberikan solusi yang lebih baik bagi industri medis.

Salah satu yang menjadi pembahasan utamanya adalah big data. Selama ini kita kenal dokter sebagai satu-satunya sumber pengetahuan medis. Namun hal ini bergeser hari demi hari berkat hadirnya teknologi. Menggunakan big data dalam sektor medis dapat membantu kinerja dokter. Teknologi big data mampu menyuguhkan data-data konkret untuk mendukung opini seorang dokter. Para dokter mungkin bisa beropini, berspekulasi bahkan menyimpulkan tentang kondisi pasien, sedang big data berperan memproduksi datanya.

Mungkin banyak yang berpendapat bahwa hal tersebut mulai menggantikan peran dokter dengan mesin, tapi sebetulnya tidak. Repositori big data medis berbasis komputasi awan hanya membantu memudahkan dokter, bukan menggantikannya. Salah satu alasannya adalah dokter setiap harinya menghasilkan banyak data, terutama data-data penting. Teknologi big data mampu membantu mereka mengelola dan memberikan efisiensi data yang mereka kumpulkan. Tentu dengan penghematan waktu yang lebih singkat.

Dalam penerapan big data dalam dunia medis, salah satu hal positifnya adalah prediksi. Big data membantu untuk menemukan diagnosa penyakit dengan cara yang sebelumnya belum ada di industri medis. Dengan teknologi ini dokter juga terbantu dalam menemukan korelasi dalam agregasi data yang biasanya mereka abaikan.

Dokter yang menolak bergerak maju, dengan memanfaatkan teknologi untuk kebutuhan analisis seperti big data dan layanan komputasi awan, akan tertinggal adopsi teknologi. Padahal sudah seharusnya mereka melakukan pembaruan teknologi untuk memudahkan pencatatan EMR (electronic medical report) dan meningkatkan efisiensi dari praktik medis.

Untuk saat ini, hadirnya perangkat lunak manajemen dalam dunia medis hanya akan berfungsi membantu dokter dalam mengatasi permasalahan digitalisasi dan kemudahan bagi pasien mereka. Di sisi lain, masyarakat, dan mungkin juga termasuk para pasien, sudah menjadi seorang tech-savvy yang sudah sangat akrab dengan teknologi. Sudah saatnya dunia medis semakin mendekat kepada pasien dan terhubung dengan mereka dengan teknologi yang lebih maju.

Teknologi selama ini telah dikenal sebagai sesuatu yang bisa meningkat kinerja dan efisiensi, termasuk dalam dunia medis. Big data dan layanan komputasi awan akan menawarkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi para profesional medis dalam mengurangi beban keseharian mereka.

Dengan analisis data yang lebih baik, dokter akan lebih optimal dalam menegakkan diagnosis pasien. Bagi pasien, ini berarti pencegahan dan pengobatan yang lebih baik. Dengan konektivitas yang disediakan layanan komputasi awan para profesional medis akan lebih dekat dengan para pasien. Terlebih jika sudah menyentuh solusi mobile.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk penulisan artikel ini

Oracle Indonesia Perkenalkan Erwin Sukiato Sebagai Country Managing Director Baru

Sejak November 2015 silam, Erwin Sukiato telah didapuk sebagai Country Managing Director untuk Oracle Indonesia. Di posisinya yang baru ini, Erwin akan bertanggung jawab untuk memimpin operasional Oracle di Indonesia, termasuk dalam pengembangan bisnis jangka panjang secara lokal. Salah satu rencananya adalah turut berkontribusi dalam transformasi digital perusahaan-perusahaan Indonesia ke cloud melalui solusi-solusi yang dimiliki Oracle.

Erwin bukanlah orang baru di industri digital yang bermain untuk pasar korporasi. Sebelum berkarir bersama Oracle Indonesia, Erwin sempat bergabung dengan IBM sebagai ASEAN Business Unit Executive untuk Channel Business, Country Manager di SAS Indonesia, dan terakhir mencicipi karier di VeriFone Indonesia sebagai General Manager.

Dengan posisi sebagai Country Managing Director Oracle Indonesia, Erwin akan memimpin visi Oracle untuk transformasi digital ke arah cloud bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.

“Data saat ini dibutuhkan [oleh perusahaan-perusahaan] untuk mendukung transformasi digital yang lebih mengarah pada pendekatan ke pelanggan. […] Untuk menunjang itu, Oracle memiliki platform teknologi-teknologi untuk mendukung [transformasi] digital ini. […] Salah satunya yang sedang kita lakukan adalah [melalui] platform cloud,” ujar Erwin dalam acara Oracle Media Roundtable di Jakarta (27/1).

Sebelumnya, Oracle sendiri telah mengumumkan peluncuran beberapa layanan baru yang fokus pada komputasi awan di acara Oracle Open World 2015. Beberapa di antaranya adalah Oracle Customer Experience Cloud, Oracle Commerce Cloud, dan lain sebagainya. Menurut Erwin, secara bertahap solusi-solusi cloud tersebut akan mulai dibawa untuk dipasarkan dan dimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Erwin sendiri optimis terhadap peran Oracle Indonesia untuk berkontribusi dalam transformasi digitial ke arah cloud bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Ini tak lepas dari keyakinan Erwin terhadap layanan yang disediakan Oracle dari hulu ke hilir, mulai dari Data as a Service, Insfrastructure as a Service, Platform as a Service, dan Software as a Service.

Erwin juga tak memungkiri dengan target pasar yang dibidik oleh Oracle saat ini lebih ke arah perusahaan besar. Namun, diungkap juga bahwa tak menutup kemungkinan Oracle akan membidik segmentasi pasar perusahaan yang kecil bila ekosistem cloud di Indonesia sudah jauh lebih matang dari saat ini.