Kotakode Diluncurkan sebagai Kanal Komunitas dan Tanya Jawab Seputar Pemrograman

Berangkat dari pengamatannya memberikan inspirasi kepada Peter Tanugraha mendirikan platform yang berguna untuk para programmer di Indonesia. Bersama rekannya Michael Englo, Kotakode resmi diluncurkan pertengahan tahun 2020 ini.

“Ketika saya sedang bekerja di Kanada, saya sering berpartisipasi di Stack Overflow. Suatu hari ketika saya sedang browsing, saya menemukan sebuah pertanyaan oleh orang Indonesia. Karena Stack Overflow adalah platform yang strict untuk menggunakan bahasa Inggris, pertanyaan susah dipahami oleh beliau, mungkin karena kemampuan bahasa Inggris yang kurang mahir,” kata Peter.

Saat melakukan riset, Peter menemukan bahwa kebanyakan bagi mereka yang kesulitan untuk mengerti kemudian diarahkan ke beberapa platform seperti Facebook Group, Telegram Chat, Discord Chat, hingga Whatsapp Chat yang telah menjadi alternatif lain untuk media tanya/jawab tentang coding. Ditemukan jumlah total pengguna dari semua grup itu bisa mencapai lebih dari 4 juta orang. Melihat fakta tersebut Peter kemudian terpancing untuk meluncurkan sebuah platform menyeluruh untuk para programmer dalam bahasa Indonesia.

“Dari situlah inspirasinya untuk membangun sebuah platform online Kotakode, di mana kita ingin membuat sebuah komunitas inklusif untuk programmer di seluruh Indonesia. Saya pikir dengan Indonesia diprediksikan menjadi leader in digital economy pada tahun 2025, jumlah programmer di seluruh Indonesia juga akan meningkat,” kata Peter.

Di Indonesia, memang belum ada platform yang secara khusus menjadi kanal tanya jawab dan diskusi para programmer. Platform yang telah ada dari startup umumnya menawarkan kegiatan coding bootcamp dan kelas seperti Hacktiv8, Dicoding, dan Progate.

Model bisnis Kotakode

Saat ini Kotakode telah memiliki sekitar 2 ribu lebih pengguna terdaftar. Per harinya Kotakode bisa mendapatkan sekitar 500 – 3000 pageviews. Di bulan November dan Desember ini, Kotakode baru mulai meluncurkan community partnership dengan sejumlah Universitas dan SMK di Indonesia; programnnya akan dijalankan pada awal semester (Januari 2021). Langkah strategis ini diproyeksikan akan membawa ribuan pengguna baru.

“Pada dasarnya kita memiliki dua jenis mitra, yang pertama adalah Community Partner dan yang kedua adalah Supporting Partner. Community partnership adalah bentuk kerja sama yang lebih erat dibandingkan supporting partner di mana murid/peserta dari pihak kedua akan diarahkan ke Kotakode apabila ada pertanyaan apapun mengenai pemrograman. Sementara Supporting Partner lebih kepada kolaborasi acara, social media sounding dan juga soft-selling Kotakode,” kata peter.

Disinggung seperti apa model bisnis dan strategi monetisasi yang diterapkan, Peter menegaskan Kotakode memiliki beberapa strategi monetisasi yang bakal diterapkan ke depannya. Di antaranya adalah Targeted Advertisement, Job Hiring Platform, dan Kotakode Pro Version. Masing-masing nantinya akan menerapkan payment per ad posting, revenue per impressions, payment per job posting, subscription per month dan subscription per month.

“Tapi untuk saat ini kita masih menjalankan bisnis secara bootstrapping, karena fokus Kotakode saat ini adalah untuk mendapatkan pengguna dalam jumlah besar terlebih dulu,” kata Peter.

Pandemi dan rencana Kotakode

Saat pandemi Kotakode tidak mengalami kendala yang berarti. Dengan mengedepankan online, semua proses tetap bisa berjalan menyesuaikan kegiatan pengguna mereka yaitu para programmer. Hal tersebut yang menjadi keunggulan bagi Kotakode sebagai platform. Salah satu produk yang kemudian menjadi pilihan pengguna adalah, forum tanya/jawab dan juga forum blogging.

“Salah satu alasan kenapa orang berkontribusi di Kotakode (menjawab pertanyaan/menulis blog) adalah untuk menambah portofolio mereka. Karena pandemi ini orang kebanyakan tinggal di rumah saja, mereka memiliki waktu luang untuk mencoba menambahkan portofolio mereka agar bisa lebih competitive di job market,” kata Peter.

Tahun depan ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh Kotakode, di antaranya adalah masuk ke revenue-generating stage melewati targeted Advertising di platform. Kotakode juga ingin menciptakan fitur job hiring di platform.

“Untuk saat ini kami sedang dalam fase research di mana kita sudah melakukan wawancara kepada 20 lebih dari technical recruiters dan ingin mengetahui lebih tentang tech-hiring landscape agar Kotakode bisa membantu. Setelah kita melakukan revenue-generating, rencananya kegiatan fundraising untuk ekspansi tim dari sisi engineering, product, marketing dan business development juga akan dilakukan,” kata Peter.

Tribelio Hadir sebagai Platform Pemasaran Berbasis Komunitas

Menyederhanakan kanal pemasaran dan menjangkau pelanggan yang kemungkinan besar menyukai suatu produk jadi ide utama Founder & CEO Tribelio Denny Santoso. Baginya kedua pertanyaan di atas dapat terjawab dengan membangun komunitas yang mana dia wujudkan melalui Tribelio.

Denny meluncurkan Tribelio sejak September tahun ini. Platform ini ia buat dengan tujuan mempermudah pengusaha membangun komunitas yang dapat dimanfaatkan untuk mendongkrak penjualan produk mereka.

“Indonesia memasuki era di mana semua semakin mudah mendapatkan dan menjual produk, bahkan yang tak punya produk bisa berjualan. Lalu bagaimana caranya di era produk ini untuk naik level? Dengan membangun komunitas,” tutur Denny kepada Dailysocial.

Secara sederhana, Tribelio ini merupakan platform yang memungkinkan pemilik produk (atau dalam istilah di Tribelio adalah “Chief”) berinteraksi dengan anggota  yang pernah membeli produk itu atau sekiranya tertarik dengan produk tersebut.

Cara kerja Tribelio seperti gabungan Facebook Group atau aplikasi messaging dengan email marketing, serta landing page. Denny meyakini penggabungan fungsi itu ke dalam satu aplikasi dapat memudahkan interaksi dari Chief ke anggotanya sehingga dapat mengukir rasa percaya dan kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dimiliki.

Mindset-nya sederhana bahwa jualan itu butuh komunitas. Anggaplah ada orang yang belanja di marketplace kita, tapi kita tidak bisa follow up, tidak ada data mereka ketika kita ingin memberitahu produk baru kita ke mereka. Jadi ngapain bikin iklan baru ketika orang yang sudah kenal produk kita akan beli,” imbuh Denny.

Untuk mengaksesnya, Tribelio memasang biaya berlangganan sebesar Rp855.000 per bulan. Chief bisa membayar lebih hingga Rp2,6 juta untuk paket berlangganan selama empat bulan dan seminar online & offline bersama Denny. Sebagai informasi, Denny yang memang sudah dikenal sebagai praktisi pemasaran memasang biaya sekitar Rp13 juta hingga Rp80 juta untuk kelas seminarnya.

Dua bulan lebih beroperasi, Tribelio memperkenalkan diri ke publik pada awal November ini. Selama dua bulan itu, Denny mengklaim Tribelio sudah memiliki lebih dari 24.000 anggota dengan 600 Chief. Ia menargetkan platform ini bisa meraih 1 juta pengguna hingga akhir tahun depan.

Sebagai tambahan, Tribelio memberikan iming-iming dua level sebesar 30% dan 5% dari biaya berlangganan apabila seorang Chief berhasil mengajak orang lain bergabung menjadi Chief.

Dengan target besar 1 juta pengguna di akhir tahun depan, Tribelio membutuhkan dana untuk scale up. Mengklaim sudah profit miliaran Rupiah, Denny tetap siap menyambut investor yang ingin melakukan pendanaan. Ia pun mengaku saat ini sudah ada sejumlah pihak yang sudah tertarik memberi pendanaan meski masih jauh dari kata sepakat.

“Kita terbuka untuk pendanaan tapi saat ini masih bootstrap,” pungkas Denny.

Entering the Fifth Year, Dicoding Is Set to Accommodate Indonesian Developers

In early March 2019, a startup iin education and programming community, Dicoding has celebrated its early fifth year. In an ocassion at Asian Insight Coonference 2019, Dicoding’s Co-Founder & CEO, Narenda Wicaksono shared some of the achievements. They’ve acquired more than 140 thousand developers, 800 local startups, and produce 5200 digital content. Dicoding community members come from various area, of 454 cities and regencies in Indonesia.

“Dicoding vision is to be the best network for Indonesian developers. Therefore, they have two main objectives. First is to help developer becoming entrepreneur that capable to develop world-class products. Second is to deliver as much digital talents available. In its fifth year, it becomes an important milestone in achieving Dicoding’s vision and mission, also supporting digital-based creative economy development program,” he said.

Since the beginning, Dicoding use the web-platform to reach developer and potential ones in Indonesia. There are some activities to follow through Dicoding, from developer competition, events, and learning channel in programming. Recently, they also launch job marketplace feature that allows partners to connect with the alumni.

“We’re focus to produce more relevant digital talents with market’s demand. We’ll keep working with world-class tech principals to develop the most updated technical curriculum. Their target is to produce new product every month. In the next few months, we’ll create subscription model for more access to the high-quality class at affordable price,” Dicoding’s Co-Founder & COO, Kevin Kurniawan said to DailySocial.

Kevin also said, although their members are in all over Indonesia, Dicoding has no plan to build new branches in other areas. Their headquarter is located in Bandung.

Tim di balik layar Dicoding / Dicoding
Tim di balik layar Dicoding / Dicoding

Connecting developer and industry

Dicoding partners with industry players, the government, and tech enthusiasts for its activities and learning materials. Bekraf, Microsoft, Google, and Samsung is some of Dicoding’s strategic partners.

Currently, there’s an online class to be an Android, Kotlin, Game, Azure Cloud, AWS Associate, and Progressive Web Apps developer. If the participants can pass the final test, they will get graduation certificate approved by IT industry players and will be considered in the recruitment.

In its fifth year, Dicoding plans to add some online classes with the latest topic to support the active classes verified by industry players, such as Google and Indonesian Game Association.

“Speaking of Indonesian public interest on programming, coding can be mastered by anyone, even though those without any IT background. For example, Junia Firdaus, a Gojek’s driver who made it into an Android Developer in one of the company in Jakarta. The competency standard for developer in Indonesia is merely low. Due to digital competency that is not very updated in formal academic institution,” Kevin added.

However, Dicoding team is optimistic that Indonesian resources can compete with overseas players in the future. As long as they have high fighting spirit and learn using the right curriculum.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Masuki Tahun Kelima, Dicoding Berkomitmen Terus Jadi Wadah Developer di Indonesia

Awal Maret 2019 ini, startup di bidang edukasi dan komunitas pemrograman Dicoding merayakan awal tahun kelimanya. Dalam sebuah kesempatan pada pagelaran Asian Insights Conference 2019, Co-Founder & CEO Dicoding Narenda Wicaksono menyampaikan berbagai capaian yang telah diraih. Mereka telah merangkul lebih dari 140 ribu developer, 800 startup lokal, dan menghasilkan 5200 karya digital. Anggota komunitas Dicoding berasal dari berbagai daerah, dari 454 kota dan kabupaten di Indonesia.

“Visi Dicoding menjadi jaringan terbaik untuk developer di Indonesia. Untuk itu, Dicoding memiliki dua misi utama. Pertama adalah membantu developer menjadi entrepreneur yang mampu mengembangkan produk kelas dunia. Kedua adalah melahirkan sebanyak mungkin talenta digital siap kerja. Di tahun kelima, pencapaian ini menjadi tonggak penting dalam mewujudkan visi misi Dicoding, serta untuk mendukung program peningkatan ekonomi kreatif berbasis digital,” ujar Narenda.

Sejak awal, Dicoding memanfaatkan platform website yang dimiliki untuk menjangkau pengembang dan calon pengembang di Indonesia. Ada beberapa kegiatan yang bisa diikuti melalui web Dicoding, mulai dari kompetisi developer, acara developer, hingga kanal pembelajaran dengan topik pemrograman. Baru-baru ini Dicoding juga meluncurkan fitur job marketplace, memungkinkan rekanan untuk terhubung dengan para lulusan.

“Kami fokus untuk memproduksi lebih banyak talenta digital yang relevan dengan kebutuhan pasar. Kami akan terus bekerja sama dengan principal teknologi dunia untuk mengembangkan kurikulum teknis yang paling update. Setiap bulan ditargetkan akan ada produk baru yang dirilis. Dalam beberapa bulan ke depan, kami pun akan membuka model subscription yang akan memberikan akses ke lebih banyak kelas berkualitas dan harga yang bersahabat,” terang Co-Founder & COO Dicoding Kevin Kurniawan kepada DailySocial.

Kevin turut menyampaikan, kendati jangkauan anggota sudah menyebar di berbagai wilayah di Indonesia, namun Dicoding belum ada rencana untuk membangun markas baru di daerah lain. Saat ini kantor utama Dicoding berada di Bandung.

Dicoding
Tim di balik layar Dicoding / Dicoding

Menghubungkan developer dengan industri

Dicoding bekerja sama langsung dengan pelaku industri, badan pemerintahan, dan penggiat teknologi dalam melakukan aktivitas dan menyediakan materi pembelajaran. Bekraf, Microsoft, Google, dan Samsung adalah nama-nama besar yang kini telah menjadi mitra strategis Dicoding.

Saat ini tersedia kelas pembelajaran online untuk menjadi developer Android, Kotlin, Game, Azure Cloud, AWS Associate, dan Progressive Web Apps. Jika berhasil lulus ujian dan tugas akhir, peserta akan mendapatkan sertifikat kelulusan yang diakui oleh pelaku industri IT dan menjadi salah satu pertimbangan dalam perekrutan tenaga kerja.

Di tahun kelimanya, Dicoding berencana untuk menambah beberapa kelas online dengan topik materi coding terbaru untuk mendukung kelas aktif yang terverifikasi oleh pelaku industri seperti Google dan Asosiasi Game Indonesia.

“Bicara soal ketertarikan masyarakat Indonesia dengan dunia pemrograman, saat ini coding dapat dikuasai oleh siapa pun, bahkan yang bukan berlatar belakang IT. Salah satu contoh adalah Junia Firdaus, seorang driver Gojek yang berhasil menjadi Android Developer di salah satu perusahaan di Jakarta. Standar kompetensi developer di Indonesia sangat rendah. Karena kompetensi digital tidak diajarkan secara update di institusi pendidikan formal,” lanjut Kevin.

Kendati demikian tim Dicoding cukup optimis, bahwa ke depan SDM Indonesia dapat berkompetisi dengan SDM dari luar. Selama memiliki fighting spirit yang tinggi dan belajar dengan kurikulum yang tepat.

Mengangkat Nostalgia Multiply Indonesia

Situs Multiply Indonesia “hadir lagi”. Menggunakan domain .co.id yang serupa dan berkomunikasi dengan publik melalui Twitter, layanan ini mencoba mengangkat nostalgia ketika Multiply pernah berjaya sebagai platform komunitas yang mengakomodasi blogging dan berjualan pra-marketplace seperti sekarang. Menurut informasi dari beberapa sumber, pengelola Multiply Indonesia saat ini tidak terkait dengan pengelola terdahulu.

Multiply merupakan sebuah platform online yang populer di Indonesia antara tahun 2008 – 2013. Saking populernya, pasca diakuisisinya Multiply oleh grup Naspers, kantor pusat Multiply dipindah dari Amerika Serikat ke Indonesia.

Di tahun 2013, Multiply yang mencoba bertransformasi menjadi platform e-commerce mengalami jalan buntu. Layanan pun ditutup dan Naspers mengalihkan fokus bisnisnya di Indonesia ke Tokobagus (yang akhirnya menjadi OLX Indonesia).

Menurut laman barunya, Multiply Indonesia kini dikelola PT Indonesia Cipta Mediacom. Perusahaan tersebut juga mengelola sejumlah media online, termasuk KabarLingkungan.com dan Kabar.id. Yang terakhir ini iseng ditawarkan senilai 500 juta Rupiah di Multiply Indonesia.

Kami belum memperoleh pernyataan dari PT Indonesia Cipta Mediacom tentang rencana menghidupkan kembali brand ini dan apakah mereka memiliki izin legal menggunakan nama Multiply Indonesia. Berdasarkan penelusuran di situs Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kemenkumham, nama merk dagang Multiply di Indonesia masih terdaftar atas nama Multiply Singapore Pte Ltd hingga November 2020.

Bukan kali ini saja usaha menghidupkan brand online lama dilakukan. Sebelumnya Astaga.com juga kembali hadir di tahun 2014 dan bertansformasi menjadi portal gaya hidup. Meskipun masih bertahan hingga sekarang, kepopuleran Astaga.com di masa lalu tidak mendongkrak layanan ini untuk kembali tenar.

Kaskus to Acquire Four New Subsidiaries for Content Development

Kaskus will invest in four startups to support its effort on content production as it wants to stay relevant. The investment process is currently on due diligence stage and to be announced soon.

“We’re not a new startup founded only 2-3 years ago. We’ve sustained and will be standing still. The strategy is to invest in ourselves and subsidiaries. I can’t mention any name yet, but it’s in progress. There are four startups we want to invest in, they are companies with [business] alignment in Kaskus,” Edi Taslim, Kaskus’ new CEO, said (4/9).

The fresh investment will increase Kaskus’ subsidiaries portfolio. Garasi.id is one of the spin-off, engaged in automotive marketplace and launched in August 2017. It provides a comprehensive solution for online secondhand car sales and closely integrated with Kaskus Forum.

Taslim expects the strategy can work along the ambition to produce original and curated content, whether in a text, photo, or video. Although, the main focus remains to produce UGC (User Generated Content).

“Some new program to be launched, such as video-based program. Furthermore, there will be more live streaming, talk show, and others. Previously, all contents are fully user-generated, now we’re going to make original one.”

He said the biggest challenge for Kaskus is not to change the business model. The company focus to enhance its services as a community platform and should be able to attract people with similar interests.

Andrew Darwis, Kaskus’ Founder added, the users are getting less interested to produce content. Currently, Kaskus Kreator has 11,000 registered users.

“Therefore, we create Kaskus Kreator last year to ‘incentivize’ creators to write articles and get rewarded by the views they get. Per 1 view is Rp1. Last month, Rp30 million was redeemed to all creators,” Darwis explained.

Reducing hoax with AI

Content policies will be improved along with UGC. There will be no space for hate speech, pornography, and other contents violating the law. AI technology will be used by the moderator to filter content.

Darwis continued, in practical, AI machine will cross-check every content Kaskus received by referring it to the trusted media, whether it’s a fake news or duplicate. Moderator will process after the result came out.

“The AI is available only for internals, not users. We’ve been using it since last year, under Mr. On Lee leadership [Kaskus’ previous CEO].”

Taslim added, the content policy affirmation is Kaskus’ form of anticipation entering this political year. The company wants to moderate conversation to be more positive.

“We’ve been easy all this time. We want to assure that we won’t turn a blind eye for content violation. We’re gathering with moderators to direct the conversation to be more positive,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Konten, Kaskus Siap Tambah Empat Anak Usaha Baru

Kaskus mengumumkan akan berinvestasi ke empat startup sebagai anak usaha baru guna perkuat produksi konten agar tetap relevan dan memenuhi kebutuhan forum diskusi dan komunitas. Adapun proses investasi tersebut sudah mencapai tahap due diligence dan bakal diumumkan dalam waktu dekat.

“Kita ini bukan startup yang baru berdiri 2-3 tahun, jadi sudah sustained dan harus tetap sustained. Jadi sekarang strateginya kita investasi ke diri sendiri dan buat anak usaha. Saya belum bisa bilang namanya, masih dalam proses. Ada empat startup yang mau kita invest, mereka itu perusahaan yang kita lihat ada alignment-nya dengan Kaskus,” terang CEO baru Kaskus Edi Taslim, Senin (9/4).

Investasi segar ini akan menambah portofolio anak usaha Kaskus. Kaskus telah memiliki Garasi.id yang telah di spin-off, bergerak di marketplace otomatif dan telah diluncurkan pada Agustus 2017. Terintegrasi erat dengan Kaskus Forum, Garasi,id menghadirkan solusi komprehensif untuk kemudahan jual beli mobil bekas secara online.

Edi menuturkan strategi tersebut diharapkan dapat sejalan dengan ambisi ingin mulai memproduksi konten original dan terkurasi, baik dalam format teks/foto dan video. Meskipun demikian, fokus utama Kaskus tetap mendorong pengguna menghasilkan konten berbasis UGC (User Generated Content).

“Beberapa program baru yang akan dihadirkan seperti video based program. Ke depannya akan ada banyak video live streaming, talkshow, dan lainnya. Kalau dulu kan konten di Kaskus benar-benar dari pengguna. Nah sekarang ini kita juga mau buat sendiri kontennya.”

Menurut Edi, tantangan terbesar yang dihadapi Kaskus bukan mengubah model bisnis untuk bersaing dengan yang lainnya. Fokus perusahaan adalah mempertajam layanan sebagai platform komunitas tempat berdiskusi. Kaskus harus bisa menarik orang-orang dengan kesamaan peminatan berkumpul di satu tempat.

Founder Kaskus Andrew Darwis menambahkan, saat ini pengguna Kaskus mengalami penurunan minat dalam memproduksi konten. Hal tersebut adalah dampak maraknya aplikasi media sosial yang memudahkan orang memproduksi konten dalam waktu singkat. Terhitung saat ini Kaskus Kreator telah memiliki 11 ribu anggota terdaftar.

“Makanya kami buat Kaskus Kreator pada tahun lalu untuk mendorong penulis menghasilkan artikel dan mendapatkan reward berdasarkan jumlah view yang mereka dapatkan. Per 1 view kita hargai Rp1. Bulan lalu kita redeem sekitar Rp30 juta untuk semua penulis,” terang Andrew.

Memanfaatkan AI kurangi berita bohong

Selain mendorong konten UGC, kebijakan konten juga akan diperbaiki. Tidak ada ruang untuk konten terkait SARA, pornografi, dan lainnya yang melanggar undang-undang. Salah satu teknologi yang dipakai membantu moderator dalam memfilter konten adalah AI.

Untuk praktiknya, sambung Andrew, setiap konten yang diterima Kaskus akan dicek kembali oleh mesin AI dengan mereferensikannya ke situs media terpercaya, apakah berita bohong, copy paste, atau bukan. Setelah mendapatkan hasil, moderator baru bisa memprosesnya.

“AI ini baru untuk internal, belum untuk pengguna. Kita sudah pakai ini sejak tahun lalu, saat kepemimpinan Pak On Lee [CEO Kaskus sebelumnya].”

Edi menambahkan, penegasan kebijakan konten juga merupakan bentuk antisipasi Kaskus karena tahun ini mulai memasuki tahun politik. Pihaknya ingin memoderasi percakapan ke arah yang lebih positif.

“Selama ini kita agak longgar. Sekarang mau ditegasin lagi karena kita enggak mau menutup mata bahwa ada konten yang melanggar aturan. Kita sekarang banyak berkumpul dengan para moderator untuk memoderasi percakapan ke arah positif,” pungkas Edi.

Application Information Will Show Up Here

Targetkan Komunitas, Zeemi Meluncurkan Layanan Live Video Streaming

Hadir sebagai platform live streaming, Zeemi yang telah berdiri sejak tahun 2014 meluncurkan layanan live video streaming berbasis komunitas yang diklaim sebagai yang pertama di Indonesia.

Layanan ini dikembangkan oleh Zeemi setelah melihat tren dari masyarakat Indonesia yang gemar berbagi informasi, kegiatan serta aktivitas yang dilakukan secara live melalui media sosial. Zeemi sendiri selama ini telah menwarkan fitur video live streaming kepada penggunanya, dan saat ini secara khusus menawarkan komunitas yang ada, untuk memanfaatkan Zeemi sebagai platform terkini untuk memperluas jaringan serta membawa percakapan offline-to-online.

“Kami memahami bahwa orang Indonesia masih banyak yang melakukan aktivitas komunikasi secara offline, namun hal yang menarik di sini adalah mereka memanfaatkan sosial media untuk berinteraksi lebih lanjut. Menyadari hal ini, kami ingin menyediakan suatu wadah interaksi yang interaktif dan dapat digunakan kapan saja, di mana saja, tanpa harus berada di tempat yang sama,” kata Founder Zeemi Tom Damek.

Dengan menggunakan smartphone, pengguna bisa melihat secara langsung live streaming di mana pun mereka berada. Hal inilah yang kemudian ditawarkan oleh Zeemi kepada semua komunitas yang ada di Indonesia untuk saling berinteraksi secara luas.

Saat ini Zeemi mengklaim telah memiliki ribuan pengguna yang menggunakan Zeemi setiap harinya dan berinteraksi menembus lintas negara dalam platform ini. Selain melalui situs, Zeemi juga bisa diakses melalui aplikasi mobile di platform Android dan iOS.

“Kami sudah cukup lama menekuni industri ini. Kami melihat terjadinya pertumbuhan adopsi live streaming di Indonesia. Pembenahan dan pembaruan yang kami lakukan pada Zeemi merupakan hasil pembelajaran dari apa yang diinginkan oleh komunitas dan bagaimana perilaku mereka dalam menggunakan layanan video social media. Kami ingin agar setiap orang bisa menjadi bagian dari komunitas tersebut melalui interaksi online secara langsung,” kata Tom.

Komunitas yang selama ini secara aktif telah menggunakan Zeemi di antaranya adalah komunitas hijab, musik indie, dan Je­jepang­an. Selebriti tanah air juga telah menggunakan Zeemi sebagai sarana untuk berinteraksi langsung dengan penggemar.

Inovasi dan fitur terbaru

Selain memfokuskan layanan kepada komunitas, saat ini Zeemi juga telah mengembangkan inovasi terbaru. Salah satu fitur yang ditawarkan adalah kemampuan Zeemi dalam menyesuaikan resolusi video yang ditampilkan dengan kecepatan jaringan serta perangkat yang digunakan oleh pengguna, hal ini dilakukan untuk memastikan kelancaran akses bagi para penggunanya.

Zeemi juga memberikan pulsa sebagai bentuk apresiasi kepada pengguna setia Zeemi. Caranya adalah dengan menukarkan poin melalui virtual gift (hadiah virtual) yang berhasil pengguna dapatkan di platfrom ini.

“Fokus kami saat ini adalah mengajak para komunitas besar di Indonesia untuk live. Kami tidak mendikte apa yang harus mereka lakukan pada saat live, namun kami telah melihat banyak komunitas kreatif yang kami dukung telah berkembang bersama kami,” tuntas Tom.