Consumer Goods: Pengertian, Jenis, dan Daftar Perusahannya

Apa itu consumer goods? consumer goods atau barang konsumen adalah produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan yang ditujukan untuk konsumen akhir. Ini berarti bahwa produk tersebut tidak digunakan untuk diproduksi kembali. Barang yang termasuk dalam kategori barang konsumsi biasanya cepat laku, dan harga jualnya relatif murah.

Namun perlu kamu ketahui bahwa barang konsumsi tidak selalu berupa makanan. Tapi bisa juga produk lain seperti kosmetik, produk perawatan tubuh dan masih banyak lagi lainnya. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang consumer goods, langsung saja simak ulasannya di bawah ini!

Pengertian Customer Goods

Consumer goods adalah barang konsumen atau barang yang diproduksi secara komersial yang digunakan oleh konsumen tanpa proses komersial sebelumnya sebagai tujuan akhirnya atau yang dapat disebut sebagai produk jadi.

Contoh barang consumer goods adalah pakaian, makanan dan perhiasan karena sudah siap pakai. Bahan baku atau bahan dasar seperti tembaga tidak dianggap sebagai barang konsumsi karena memerlukan pengolahan lebih lanjut.

Proses pembuatan barang consumer goods adalah transformasi bahan mentah menjadi produk setengah jadi, setelah itu produk tersebut siap untuk dimakan atau digunakan.

Dari sudut pandang ekonomi, ada klasifikasi barang konsumsi yang dibagi menjadi barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa. Barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang konsumsi biasanya dibeli untuk penggunaan rumah atau profesional, serta untuk penggunaan santai atau pribadi. 

Jenis Produk Consumer Goods

Empat jenis produk berdasarkan perilaku pembelian consumer goods adalah:

  1. Convenience Goods

Salah satu jenis barang convenience adalah kebutuhan atau barang yang digunakan konsumen yang biasa dijual oleh pengecer. Misalnya rokok, roti, produk susu, sabun dan pasta gigi.

  1. Shopping Goods

Shopping goods adalah barang konsumsi dengan harga satuan lebih tinggi yang jarang dibeli konsumen, seperti furnitur dan pakaian. Membeli barang-barang ini biasanya membutuhkan lebih banyak pemikiran dan perencanaan daripada membeli bahan makanan. Harga barang yang dibeli biasanya lebih tinggi, dan masa pakai lebih lama.

  1. Special Goods

Special goods atau produk khusus adalah barang yang memiliki nilai dan harga yang tinggi. Konsumen dapat dengan mudah mengenali mereka karena merek dan reputasi mereka dan umumnya cenderung membelinya. Produsen tentu memberikan perhatian khusus pada pemasaran produk-produk tersebut. Misalnya, produsen lebih memilih pasar sasaran bernilai tinggi daripada pasar umum. Misalnya menjual perhiasan dan mobil mewah.

  1. Unsought Goods

Unsought goods adalah barang yang dibeli konsumen tetapi tidak dipikirkan sebelumnya. Pembelian barang-barang tersebut didasarkan pada harapan akan hal-hal buruk, seperti kecelakaan atau kehilangan barang.

Barang yang tidak diinginkan biasanya tidak dibeli berulang kali dan hanya digunakan untuk kebutuhan tertentu, seperti asuransi kesehatan. 

Fast-Moving Consumer Goods (FMCG)

Salah satu kelompok terbesar atau klasifikasi barang konsumsi yang paling terkenal adalah barang yang termasuk dalam barang konsumsi cepat (fast moving consumer goods). Klasifikasi ini mencakup produk dengan masa konsumsi pendek, seperti makanan dan minuman, yang selalu bergerak cepat melalui rantai dari produsen ke konsumen.

Barang-barang yang termasuk dalam klasifikasi ini sangat populer di kalangan konsumen, oleh karena itu, pada produk FMCG, pergerakan barang sangat cepat dan memberikan peluang penjualan rak yang tinggi. Karena pergerakan yang besar ini, banyak perusahaan besar yang terlibat dalam industri fast moving consumer goods (FMCG) ini. 

Daftar Perusahaan Consumer Goods

Laju pertumbuhan consumer goods yang sedang berkembang diperkirakan baik. Ada beberapa perusahaan barang konsumen yang terkenal dan signifikan di Indonesia. Berikut adalah beberapa perusahaan barang konsumen Indonesia:

  • Wings Group
  • Indofood
  • Unilever Indonesia
  • Nestle Indonesia
  • Kapal Api Group
  • Ultrajaya
  • Frisian Flag
  • Mayora
  • Protect and Gamble Indonesia (P&G)
  • KAO Indonesia, dan masih banyak lainnya.

Jadi ini adalah penjelasan lengkap tentang consumer goods. Ingatlah bahwa sebagai konsumen kamu juga harus memperhatikan kebutuhan lain. Sehingga kamu dapat selalu menjadi konsumen yang cerdas dan mengelola keuangan dengan baik. 

Creative Gorilla Capital Fokus Investasi di Sektor “Consumer Goods”

Pemasaran berperan penting dalam kesuksesan startup. Namun, banyak startup mengabaikan upaya pemasaran karena keterbatasan sumber daya, waktu, atau pemahaman akan pentingnya kegiatan pemasaran. Padahal, kampanye pemasaran yang dijalankan dengan baik dapat membantu startup menjangkau target audiens, membangun kesadaran merek, dan mendorong penjualan.

Creative Gorilla Capital (CGC) merupakan salah satu perusahaan modal ventura yang fokus membantu startup melancarkan kegiatan pemasarannya. CGC didukung oleh para pendiri yang memiliki pemahaman dan pengalaman luas di bidang pemasaran. Misinya adalah membantu perusahaan di sektor consumer untuk menerapkan startegi pemasaran yang akurat dan relevan.

Kepada DailySocial.id, Founding dan Managing Partner CGC Benz Julio Budiman, mengungkap rencana investasi ke startup Indonesia, dan upayanya membantu portofolio dalam mengembangkan bisnis melalui pemasaran.

Strategi pemasaran startup

Kampanye pemasaran yang dibuat dengan baik dapat menentukan pertumbuhan positif startup. Sementara, startup sering kali terhambat kendala dalam menampilkan produk atau layanan kepada calon pelanggan. Untuk itu, CGC fokus membantu startup untuk memahami secara jelas kegiatan pemasaran yang ideal untuk bisnis mereka mengingat consumer goods banyak bersinggungan langsung dengan konsumen.

CGC didukung oleh Future Creative Network (FCN) yang selama ini telah berpengalaman membantu perusahaan FMCG hingga perusahaan consumer goods lokal hingga global melancarkan kegiatan pemasaran mereka. Sejauh ini, CGC telah berinvestasi di sejumlah startup di antaranya Offmeat, Ringkas, Kynd, dan Allura.

“Kami terinspirasi oleh beberapa platform luar yang melakukan pendekatan seperti ini. CGC ingin menjadi mitra bisnis yang ingin melancarkan kegiatan pemasaran. Dilihat dari ekosistem yang dimiliki, yaitu FCN, kami bisa memberikan advise yang relevan untuk bisnis. Didukung Vynn Capital, kami memahami benar struktur dan cara kerja VC secara umum,” kata Benz.

Kampanye pemasaran yang dibuat dengan baik dapat membantu bisnis menjangkau audiens target, membangun brand awareness, dan mendorong penjualan. Dilihat dari portofolio CGC saat ini, tidak harus berbasis teknologi.

“Teknologi tetap mereka manfaatkan, tetapi kebanyakan di belakang layar. Misalnya, Offmeat salah satu portofolio CGC memanfaatkan teknologi untuk membantu perusahaan melakukan efisensi produksi daging,” jelasnya.

Untuk berinvestasi sesuai dengan kriteria CGC, kebanyakan pihaknya mendapatkan rekomendasi atau referral. Dalam hal ini due diligence pada latar belakang calon investee menjadi penting bagi CGC, terutama di consumer goods.

“Kebanyakan [portofolio] startup berasal dari referral. Kami juga menerima melalui pitching, tetapi lewat referral lebih spot on karena kami benar-benar melakukan pengecekan saat berinvestasi. Hal itu dilakukan karena sulit untuk membangun consumer product, mereka harus memiliki strategi untuk bisa memenangkan pasar,” tuturnya.

Dalam berinvestasi, CGC didukung oleh Limited Partner (LP) dari luar negeri dan dana kelolaan Gorilla Silverback Fund sebesar Rp300 miliar Rupiah. Pihaknya menargetkan 5-10 portofolio investasi di bidang consumer goods tahun ini.

“Target bergantung pada supply di pasar. Kami tidak mau terlalu terburu-buru. Saat ini kondisinya sudah semakin baik jika melihat nilai valuasi [startup] yang lebih realistis. Kami targetkan investasi di 5-10 perusahaan. Kami akan handle pemasaran mereka. Kalau terlalu banyak brand juga tidak terlalu bagus untuk kami handle,” kata Benz.

Consumer goods di Indonesia

Indonesia adalah salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Dengan populasi lebih dari 270 juta orang dan kelas menengah yang berkembang, Indonesia menawarkan peluang yang signifikan bagi perusahaan barang konsumsi.

Tercatat saat ini sudah mulai banyak perusahaan consumer goods lokal dari skala menengah hingga besar yang berhasil menarik perhatian konsumen. Tidak hanya meraup keuntungan di pasar lokal, tetapi di antara mereka mulai bisa bersaing secara global. Mulai dari Kopi Kenangan hingga Lemonilo dan produk kecantikan lokal yang mulai banyak dicari oleh konsumen lokal.

“Hal menarik yang kami lihat ada demand besar, tetapi akan terus mengalami perubahan. Bahkan perushaaan sebesar Unilever harus terus melakukan inovasi. Permintaan dari konsumen selalu beruah dan perusahaan consumer goods harus berinovasi,” ucapnya.

Saat ini, bisnis consumer goods menghadapi tantangan yang signifikan dengan perubahan industri ritel yang cepat saat ini. Dengan munculnya layanan e-commerce dan pergeseran perilaku konsumen, perusahaan harus menyesuaikan strategi mereka agar tetap kompetitif.

Salah satu pendekatan efektif adalah menerapkan strategi omnichannel, yang memungkinkan bisnis memberikan pengalaman pelanggan yang mulus di berbagai channel. Di Indonesia sendiri channel penjualan melalui gerai offline seperti Alfamart dan Indomaret, masih menjadi channel paling efektif untuk mendorong penjualan.

Lemonilo Snags 516.2 Billion Rupiah Series C Funding

Lemonilo healthy food startup received a series C funding of $36 million or around 516.2 billion Rupiah led by Sofina Ventures SA, Sequoia Capital India also participated in this round. Lemonilo will use this funding to strengthen its distribution network in Indonesia and expand its products overseas.

In the official statement, Lemonilo‘s Co-Founder & Co-CEO, Shinta Nurfauzia said that the company has proven its business model to work effectively in Indonesia. Therefore, Lemonilo plans to duplicate this business concept to other countries, starting with the neighbors, Malaysia and Singapore.

“With Sofina’s best practive with established FMCG companies, we believe Lemonilo can build the new image of FMCG companies in Indonesia and its surroundings,” Shinta said.

Sofina Ventures’ Member of the Executive Committee, Maxence Tombeur said that this strategic investment is in line with Sofina’s values. “Lemonilo is the pioneer of Indonesia’s healthy living movement aiming to become the world’s leading FMCG brand. We are delighted to partner with Lemonilo’s ambitious and mission-motivated founders, and aligned with its long-run strategy of offering affordable access to healthy food and products throughout Indonesia,” Tombeur said.

On a general note, Sequoia Capital India previously led Lemonilo’s series B funding with an undisclosed amount in the second half of 2021. From our observation, this funding has brought Lemonilo’s valuation to $300 million, or around Rp.4.3 trillion and strengthening its position in the ranks of startup centaur.

Thus, Lemonilo’s investor list includes Alpha JWC Ventures, Unifam Capital, Sequoia Capital India, and Sofina Ventures SA. Before exited, East Ventures was involved in Lemonilo’s seed funding.

Global expansion

Lemonilo is known as a new economy startup that produces healthy food alternatives. Founded in 2016 by Shinta Nurfauzia, Ronald Wijaya, and Johannes Ardiant, Lemonilo use self-developed platforms, both websites and applications, to distribute and promote its products.

To date, Lemonilo has launched more than 40 types of products, such as instant noodles, snacks, and spices sold on its own platform at more than 200 thousand Point of Sales (POS) in Indonesia, including resellers.

Lemonilo’s Co-CEO, Ronald Wijaya revealed that the compnay will continue focuusing on its main market while innovating new products. His team will strengthen Lemonilo’s distribution network to strengthen its position on a national scale. This is in line with Lemonilo’s mission to provide Indonesian people with access to a healthier lifestyle.

“We believe there are many people want to live healthier, especially since Covid-19. We expect more Indonesians will adopt a better lifestyle through practical, delicious and affordable products,” Ronald said.

In a previous interview with DailySocial.id, Shinta revealed that she is currently focusing on strengthening the product distribution network, increasing the number of teams, and launching various new products.

Shinta said, Lemonilo wants to fill the market gap between the demand for high-priced imported healthy products and the number of existing FMCG companies. Lemonilo ensures that its production is free from more than 100 potentially harmful ingredients, such as preservatives, flavor enhancers, and various synthetic ingredients, which are often found in many consumer goods products.

In fact, the Covid-19 pandemic has encouraged changes in people’s food consumption in Indonesia. Quoting Alinea, Femina’s survey in early 2021 recorded 82% of 300 respondents changed their diet during the pandemic. Meanwhile, 62% of them change their diet to maintain their health.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Lemonilo Dapat Pendanaan Seri C Senilai 516,2 Miliar Rupiah

Startup pengembang makanan sehat Lemonilo mendapatkan pendanaan seri C senilai $36 juta atau sekitar 516,2 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sofina Ventures SA, serta partisipasi kembali dari Sequoia Capital India. Melalui pendanaan ini, Lemonilo akan memperkuat jaringan distribusi di Indonesia dan ekspansi produk ke luar negeri.

Dalam keterangan resminya, Co-Founder & Co-CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia mengatakan bahwa perusahaan telah membuktikan model bisnisnya bekerja efektif di Indonesia. Maka itu, Lemonilo berencana untuk menduplikasi konsep bisnis ini ke negeri lain, dimulai dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

“Dengan keahlian Sofina bekerja sama dengan perusahaan FMCG yang sudah mapan, kami yakin Lemonilo dapat menjadi salah satu wajah baru perusahaan FMCG di Indonesia dan sekitarnya,” ungkap Shinta.

Member of the Executive Committee Sofina Ventures Maxence Tombeur mengatakan bahwa ini merupakan investasi strategis yang sesuai dengan nilai-nilai Sofina. “Lemonilo adalah pelopor gerakan hidup sehat di Indonesia dengan tujuan menjadi merek FMCG terkemuka di dunia. Kami senang bermitra dengan para pendiri Lemonilo yang ambisius dan termotivasi dengan misi, dan selaras dengan strategi panjang untuk menawarkan akses terjangkau ke makanan dan produk sehat di Indonesia dan sekitarnya,” papar Tombeur.

Sebagai informasi, Sequoia Capital India sebelumnya memimpin pendanaan seri B di Lemonilo dengan nominal yang dirahasiakan pada paruh 2021 ini. Dari informasi yang kami himpun, pendanaan ini mendongkrak valuasi Lemonilo sebesar $300 juta atau sekitar Rp4,3 triliun, sekaligus mengukuhkan posisinya ke dalam jajaran startup centaur.

Dengan demikian, jajaran investor Lemonilo kini terdiri dari Alpha JWC Ventures, Unifam Capital, Sequoia Capital India, dan Sofina Ventures SA. Sebelumnya, East Ventures sempat terlibat pada pendanaan awal Lemonilo, tapi kini sudah exit.

Ekspansi luar negeri

Lemonilo dikenal sebagai startup new economy yang memproduksi produk makanan sehat alternatif. Didirikan di 2016 oleh Shinta Nurfauzia, Ronald Wijaya, dan Johannes Ardiant, Lemonilo memanfaatkan platform yang dikembangkan sendiri, baik situs web maupun aplikasi, untuk mendistribusikan dan mempromosikan produknya.

Hingga kini, Lemonilo kini telah meluncurkan lebih dari 40 jenis produk, seperti mie instan, camilan, dan bumbu dapur, yang dijual platform sendiri di lebih dari 200 ribu Point of Sales (POS) di Indonesia, termasuk melalui reseller.

Co-CEO Lemonilo Ronald Wijaya mengungkap bahwa Lemonilo akan tetap fokus menggarap pasar utamanya sambil melakukan inovasi produk-produk baru. Pihaknya akan memperkuat jaringan distribusi Lemonilo untuk mengokohkan posisinya di skala nasional. Hal ini sejalan dengan misi Lemonilo untuk memberikan akses gaya hidup yang lebih sehat kepada masyarakat Indonesia.

“Kami yakini semakin banyak orang ingin hidup lebih sehat, terutama sejak Covid-19 melanda negara kita. Kami harap semakin banyak masyarakat Indonesia yang menerapkan gaya hidup lebih baik melalui produk-produk yang praktis, lezat, dan terjangkau,” tutur Ronald.

Dalam wawancaranya kepada DailySocial.id beberapa waktu lalu, Shinta mengungkap tengah fokus memperkuat jaringan distribusi produk, menambah jumlah tim, dan meluncurkan berbagai produk baru.

Menurut Shinta, Lemonilo ingin mengisi gap pasar antara permintaan produk sehat impor berharga tinggi dengan jumlah perusahaan FMCG yang ada. Lemonilo memastikan produksinya bebas dari lebih dari 100 bahan berpotensi bahaya, seperti pengawet, penguat rasa, dan aneka bahan sintetis, yang kerap ditemukan di banyak produk consumer goods.

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 mendorong perubahan konsumsi makanan masyarakat di Indonesia. Mengutip Alinea, survei Femina di awal 2021 mencatat sebanyak 82% dari 300 responden mengubah pola makan selama pandemi. Sementara, 62% di antaranya mengubah pola makan demi menjaga kesehatan.

Application Information Will Show Up Here