IDN Media Resmi Umumkan Akuisisinya Terhadap Saweria

Fokus bisnis IDN Media untuk menyasar konten kreator dan influencer kembali ditegaskan  dengan melakukan akuisisi kepada platform livestreaming monetization Saweria.

Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo mengungkapkan, proses pengenalan kepada tim Saweria hingga akhirnya akuisisi dilakukan sejak 6 bulan lalu. Akuisisi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat ekosistem IDN Media di bidang livestreaming, sekaligus mendukung perkembangan ekonomi kreator di Indonesia.

“Kami melihat adanya visi antara Saweria dan IDN Media yang sejalan. Jadi kita memutuskan untuk bertumbuh bersama,” kata Winston.

Sejak meluncurkan IDN Creator Network, IDN Media mulai menyasar kreator ekonomi dan ekosistemnya. IDN Creator Network menjadi sebuah agensi pemasaran yang bertujuan untuk menghubungkan kreator dan brand agar bisa menjalankan kampanye secara lebih efektif. Banyaknya permintaan mengenai pemasaran dengan teknik storytelling menjadi ide awal peluncuran platform tersebut, untuk memaksimalkan strategi dan penyampaian brand message dengan cara yang tepat.

Sinergi antara IDN Media dan Saweria nantinya diharapkan dapat mengembangkan potensi ekonomi kreator di Indonesia menjadi lebih luas lagi, utamanya untuk memperkuat prioritas IDN Media di industri livestreaming. Selain meningkatkan pertumbuhan pengguna, sinergi ini pun diharapkan dapat secara signifikan mendukung teknologi terkini yang ada di IDN Media serta mempererat kerja sama antar tim dalam berkolaborasi ke depannya.

“Dengan bergabungnya Saweria di IDN Media, kami berkomitmen untuk terus memperkuat industri livestreaming di Indonesia dengan cara mendorong konten kreator berkarya, sekaligus memiliki penghasilan dari karyanya dengan platform livestreaming monetization Saweria,” imbuh Winston.

Secara operasional, tim Saweria akan tetap berjalan seperti biasa. Pengalaman para livestreamer dalam menggunakan platform Saweria pun akan tetap sama. Prioritas utama dari Saweria dan IDN Media adalah memastikan kepuasan dari livestreamers dan pengguna Saweria.

Selama hampir 10 tahun berkarya, IDN Media kini memiliki beragam lini bisnis di bawah naungannya yang bergerak di bidang digital media, livestreaming, ekonomi kreator, komersial dan juga hiburan. Perusahaan saat ini telah memiliki pengguna dari kalangan generasi muda dengan lebih dari 80 juta Monthly Active Users.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Wafa Taftazani Mengembangkan Bisnis di Tiga Startup

Saat ini kehadiran usaha kreatif menjadi penting untuk mendorong inovasi, membentuk budaya, dan memajukan pertumbuhan ekonomi. Namun, tantangan yang masih mereka hadapi terkait dengan akses pembiayaan kerap menghambat upaya mereka untuk berkarya.

Ekonomi kreatif ini sering kali menghadapi tantangan unik dalam mendapatkan dukungan keuangan, sehingga penting untuk memahami secara mendalam kesulitan keuangan yang mereka hadapi dan mengeksplorasi solusi potensial.

Berangkat dari latar belakang yang dimiliki, Wafa Taftazani kemudian meluncurkan Upbanx, platform yang relevan untuk usaha kreatif mendapatkan akses pembiayaan bersama Co-founder lainnya yaitu Hendri Wijaya, dan Alif Jafar Fatkhurrohman.

Dalam diskusinya bersama Co-Founder & CEO KeTitik Bipin Mishra, Wafa mengungkapkan strategi membangun bisnis. Berikut rekaman diskusi tersebut selengkapnya:

 

Dukung konten kreator

Usaha kreatif dibangun berdasarkan aset yang tidak berwujud (intangible assets) seperti kekayaan intelektual, ekuitas merek, dan bakat kreatif. Menilai aset-aset yang tidak berwujud ini menjadi sangat sulit dilakukan, karena nilai tersebut kerap melebihi nilai pasar.

Institusi keuangan tradisional seperti bank akan kesulitan memahami atau menguantifikasi aset-aset yang tidak berwujud dari usaha kreatif, yang mengakibatkan penilaian potensi kesuksesan mereka yang rendah.

Upbanx hadir membantu usaha kreatif di Indonesia untuk mendapatkan akses pembiayaan. Saat ini platform tersebut sudah bekerja dengan berbagai konten kreator, mulai dari musisi, penerbit, hingga influencer yang memiliki akun media sosial di YouTube, Instagram, juga TikTok.

Memanfaatkan data dari akun media sosial konten kreator tersebut,  Upbanx mampu mengambil data untuk membuat credit profiling yang kemudian digabungkan dengan credit model yang sudah ada di mitra finansial Upbanx, seperti perbankan hingga multifinace.

Saat ini Upbank telah memiliki ratusan pegawai dengan 2 ribu pelanggan yang terdiri dari 60% brand adalah korporasi dan 40% adalah kreator.

“Karena secara tradisional usaha kreatif di Indonesia tidak dapat memperoleh akses ke pembiayaan, karena sifat bisnis ini kebanyakan adalah didorong oleh kepribadian secara individu atau personal dibandingkan dengan produk dan model bisnis,” kata Wafa.

Awal tahun 2022 lalu Upbanx telah mendapatkan pendanaan pra-pendanaan awal dengan nilai $5,2 juta atau sekitar 74 miliar Rupiah dengan klaim valuasi $120 juta (centaur) hanya dalam 6 bulan beroperasi atau 1 bulan berdiri resmi.

Bulan Mei 2022 lalu, Upbanx juga mulai membuka diri ke publik, setelah melewati stealth mode selama hampir satu tahun beroperasi. Perusahaan memanfaatkan lisensi p2p lending milik Modal Rakyat untuk mengembangkan platform perbankan digital buat kreator dan brand.

Fokus mengembangkan bisnis

Selain Upbanx, Wafa Taftazani juga memimpin beberapa perusahaan lainnya. Di antaranya adalah posisi dirinya sebagai Board Member di Modal Rakyat dan Co-founder VCGamers. Disinggung seperti apa rencana Wafa terkait dengan perusahaan yang ia pimpin saat ini, ditegaskan olehnya, fokus dirinya bersama dengan para pendiri lainnya adalah meningkatkan sustainability dan unit ekonomi di seluruh perusahaan.

Untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan, kegiatan penggalangan dana juga akan terus dilakukan. Kondisi saat ini menurut Wafa tidak menjadi alasan untuk menunda kegiatan tersebut. Langkah yang tepat saat ini adalah memastikan semua perusahaan bisa terus tumbuh walaupun tanpa kegiatan penggalangan dana.

Secara keseluruhan saat ini Wafa sudah memiliki sekitar 250 pegawai yang berasal dari gabungan perusahaan yangg ia pimpin. Tentunya didukung oleh pendiri yang saat ini berjumlah 12 orang di masing-masing perusahaan. Menurut Wafa kesuksesan seorang entrepreneur tidak bisa berjalan secara sendiri, harus didukung oleh mitra yang tepat dan tentunya pegawai.

“Saya percaya tidak ada entrepreneur yang sukses sendiri, dilihat dari para co-founder yang mendukung semua bisnis. Saya tidak percaya seorang Elon Musk bisa sukses sendiri, dia mungkin memiliki tim pendukung yang melakukan oprasional setiap harinya. Namun Elon Musk adalah figur yang menghubungkan semua,” kata Wafa.

Disclosure: DailySocial.id merupakan print partner dari program “Startups Simplified, a Ketitik Podcast”

UpBanx Luncurkan UpThinx, Platform AI untuk Copywriting

PT UpBanx Global Indonesia meluncurkan UpThinx, platform berbasis AI untuk mempermudah proses copywriting dan ideation untuk para kreator, influencer, brand, agensi, freelancer, dan para profesional di industri kreatif.

Platform ini diluncurkan karena di era sekarang kehadiran digital sangat penting untuk brand dalam memasarkan produk mereka. Agensi kreatif dan media sosial juga semakin marak, ditambah kreator individual di platform-platform seperti Instagram, YouTube, LinkedIn, dan TikTok yang jumlahnya terus meningkat.

Setiap pekerja kreatif ini memiliki identitas sendiri-sendiri yang dapat membedakan mereka dari kompetitornya. Melihat kesempatan tersebut, UpBanx meluncurkan tools untuk membantu mereka membuat berbagai konten caption Instagram, judul video YouTube, ide topik LinkedIn, outline blog, dan teks iklan Facebook.

“Selama satu tahun terakhir, UpBanx telah menggunakan AI untuk meningkatkan kelayakan kredit dalam ekonomi kreatif menggunakan data non-tradisional, seperti pendapatan iklan dan metrik-metrik engagement, yang memungkinkan akses ke pendanaan untuk ribuan individu dan bisnis yang sebelumnya dianggap unbankable,” terang Founder dan CEO UpBanx Wafa Taftazani dalam keterangan resmi, kemarin (15/5).

Ia melanjutkan, “Dengan UpThinx, UpBanx membawa misi ini selangkah lebih maju dengan menggunakan AI untuk meningkatkan produktivitas dan aksesibilitas dalam ekonomi kreatif, yang kami percaya akan menciptakan sebuah positive feedback loop yang akan memberdayakan sektor ini secara keseluruhan.”

Dijelaskan lebih lanjut, UpThinx menggunakan AI untuk menghasilkan berbagai macam konten berkualitas tinggi dalam hitungan detik, dengan optimasi SEO yang sudah terintegrasi. Kreator cukup memasukkan informasi untuk brief, seperti topik, detail produk, dan target audiens.

Setelah itu, UpThinx akan memberikan konten yang sudah teroptimalisasi dan terpersonalisasi. Platform ini juga akan memberikan rekomendasi agar konten yang dihasilkan mudah dibaca, jelas, dan sesuai dengan tone dan style dari kreator.

UpThinx hadir dengan beragam template siap pakai untuk memenuhi keperluan konten, mulai dari media sosial, blog, hingga email perusahaan. Kelebihan lainnya: meningkatkan efisiensi pekerjaan dan hemat waktu dengan menyediakan solusi yang hemat biaya bagi pekerja kreatif, serta secara signifikan meningkatkan daya output produksi para pelaku kreatif untuk mempermudah proses pencarian ide dan memulainya pembuatan konten.

Menurut Wafa, ke depannya produk ini akan terus mengembangkan jenis konten yang bisa di produksi dan meningkatkan kualitasnya. Rencananya, perusahaan akan menambahkan tambahan pembaruan, seperti integrasi dengan analitik tren real-time agar konten yang diproduksi lewat UpThinx relevan dan tepat waktu. Juga, penggunaan insight produktivitas dan efisiensi dari UpThinx untuk mempermudah akses pendanaan dari UpBanx.

Dalam menawarkan platform tersebut, UpThinx memberikan dua pilihan paket berlangganan: Personal dan Productive, masing-masing memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan kreator individu atau tim.

Perkembangan UpBanx

UpBanx sendiri baru dirilis ke publik tepat satu tahun yang lalu, menawarkan konsep sebagai platform fintech untuk kreator, mulai dari transfer dana, earning (deposito dan funding), dan pembiayaan untuk kreator. Perusahaan bekerja sama dengan Modal Rakyat dan KoinWorks dalam menyediakan solusi-solusi tersebut.

Sebelum dirilis ke publik, startup ini melewati fase stealth selama setahun. Dalam pengembangannya, UpBanx telah didukung oleh jajaran investor dan angel investor. Nama-namanya adalah Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

Kemudian, jaringan kreator Collab Asia dan DRM (Digital Rantai Maya), dan sejumlah angel investor ternama. Termasuk di jajaran angel investor ini adalah Melvin Hade (Partner GFC), Hendra Kwik (CEO Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO Shipper), dan Arya Setiadharma (CEO Prasetia Dwidharma).

Application Information Will Show Up Here

Startup Media “Bingkai Karya” Umumkan Pendanaan Pra-Awal

Startup kreatif dan media berbasis digital “Bingkai Karya” mengumumkan perolehan pendanaan pra-awal dengan nominal hingga ratusan juta Rupiah. Investor yang berpartisipasi dalam putaran tersebut dirahasiakan identitasnya, hanya disebutkan dari sebuah perusahaan lokal dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Keduanya tertarik dengan pergerakan progresif yang berhasil dicapai perusahaan.

Dana tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk mengembangkan produk media property (MP) dan intellectual property (IP) Bingkai Karya secara keseluruhan sebelum menuju web3. Selanjutnya, mengembangkan sumber daya manusia dengan merekrut talenta terbaik.

“Sesuai dengan target kami di tahun 2022, yaitu bisa eksponensial dan bisa bekerja sama di luar Indonesia. Kemungkinan besar yang terdekat adalah bekerja sama dengan Eropa untuk strategi pengembangan IP dan MP digital kami. Karenanya, saat ini kami berupaya maksimal memperkuat kualitas konten kami, terutama yang berbahasa Inggris,” ucap CEO Bingkai Karya Rizal Rosyadi dalam keterangan resmi, Senin (2/1).

Perjalanan Bingkai Karya

Startup ini dirintis pada 2018 dengan model bisnis awalnya sebagai jasa desain grafis dan ilustrasi untuk manajemen media sosial UMKM di Malang. Kemudian pada akhir 2018 mulai bergerak untuk memproduksi podcast. Seiring bertambahnya podcaster, lambat laun bertransformasi menjadi podcast network dan portal berita online yang ditujukan untuk generasi muda.

Terhitung, perusahaan telah mengembangkan enam kanal podcast, di antaranya Bingkai Suara (2018), Enpacking Podcast (2019), Chromatica Podcast (2020), Before and at 30’s (2020), Bingkai Gadis (2020), dan Bingkai Sains (2021). Visi dari jaringan podcast Bingkai Karya adalah menjadi media podcast yang mengedukasi, menghibur, dan dekat dengan pendengar.

Alhasil kini jaringan podcast Bingkai Karya telah dipercaya oleh beberapa brand, artis lokal, nasional, hingga internasional untuk melakukan promosi. “Pada saat itu, kami sudah berkeinginan untuk fokus ke market southeast Asia. Jadi dari segi branding, treatment komersil, dan kurasi sudah kami ubah sesuai standar target market media internasional.”

Menginjak tahun keempat, Bingkai Karya menyajikan berita dalam dwi bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di situs dan media sosialnya. Berita yang dibawakan ialah seputar perubahan iklim, lingkungan, dan hal yang terjadi di Asia. Berita tersebut kemudian dipublikasikan di Instagram Bingkai Karya.

Di samping itu, perusahaan melebarkan sayap ke dunia edtech dengan merilis aplikasi belajar berbasis audio bernama Pernahdengar. Pernahdengar menjadi salah satu media edukasi yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan di berbagai perusahaan di Indonesia, khususnya di masa pandemi. Diklaim perusahaan mampu mengembangkan diri dengan growth hingga lebih dari delapan kali lipat dalam berbagai aspek.

[Video] Fokus TipTip Jadi Platform Kreator Konten Terkemuka Asia Tenggara

DailySocial dan Group CEO & Founder TipTip Albert Lucius membahas tren creator economy yang belakangan semakin populer di Indonesia.

Memiliki tagline “home for creators“, TipTip adalah wadah yang memberikan peluang bisnis bagi kreator konten yang memiliki kreativitas dalam membuat video.

TipTip berperan sebagai jembatan antara kreator konten dan penggemarnya agar saling menguntungkan satu sama lain.

Seperti apa fitur-fitur TipTip dalam mendukung kreator konten video di Indonesia? Apa yang membedakan TipTip dengan platform serupa yang lain?

Simak pembahasannya di video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV dalam sesi DScussion.

Dapat Investasi 108 Miliar Rupiah, Partipost Perkuat Inovasi Platform Pemasaran “Influencer”

Pengaruh kehadiran influencer dalam kegiatan pemasaran terus menunjukkan tajinya seiring digitalisasi yang kian masif. Tren tersebut menimbulkan kebutuhan platform untuk menjembatani para influencer dengan brand yang ingin melancarkan kegiatan pemasaran. Semangat tersebut yang akhirnya melandasi Partipost mengejar posisi sebagai pemain yang dominan di regional, terutama pasca-mengantongi pendanaan lebih dari $7 juta (lebih dari 108 miliar Rupiah).

Putaran investasi tersebut dipimpin oleh iGlobe Partners, dengan partisipasi dari Pavilion Capital Temasek, Taiwan Mobile, Cathay Venture, dan Quest Ventures. Partner iGlobe Partners Joyce Ng akan bergabung di jajaran manajemen Partipost sebagai direktur.

Perusahaan akan menggunakan dana segar untuk mempercepat perkembangan produk baru dan memenuhi kebutuhan bisnis dari klien komersial dari berbagai pasar, seiring mulai dilonggarkannya regulasi wajib masker di Asia. Perusahaan juga akan ekspansi ke Thailand, Vietnam, dan Hong Kong dalam kurun waktu 18 bulan dari sekarang.

Dalam keterangan resmi, Partner iGlobe Joyce Ng menyampaikan, dengan meningkatnya laju penetrasi media sosial di Asia, pihaknya percaya bahwa ekonomi influencer akan bertahan lama. Hal itu mengakibatkan brand perlu mencoba berbagai tools marketing untuk tetap menonjol di tengah banyaknya konten di era digital.

“Partipost telah membawa inovasi di tengah marketing tradisional melalui ekosistem influencer yang kuat bagi influencer maupun brand. Sebagai investor utama di seri pendanaan ini, kami sangat terkesan dengan Jonathan dan tim, dan sangat bersemangat untuk bergabung dalam perjalanan ini dan membantu mereka mencapai lebih lagi,” ucap Ng.

Partner Quest Ventures Asia Fund Jeffreey Seah menambahkan, pihaknya terus mendukung bisnis Partiposts, ditandai dengan pendanaan ketiga yang diberikan perusahaan. Menurut dia, selain memperoleh hasil yang lebih besar dari anggaran periklanan dan marketing, Partipost terbukti dibutuhkan oleh klien marketing untuk mengembangkan sampling produk dan riset campaign di channel distribusi penjualan konvensional.

“Sejalan dengan perubahan pola pikir dan perilaku pelanggan, marketer brand kini mencari funnel baru untuk mencarik generasi pelanggan WFH dari era pandemi yang memiliki berbagai pilihan. Influencer dan creator di platform Partipost semakin dihargai secara komersial di pasaran. Tony, Ben, dan Jon adalah pemain ekonomi digital yang akan terus mendapat dukungan kami,” ujarnya.

Founder dan CEO Partipost Jonathan Eg turut menyampaikan, “Terlepas dari rintangan makroekonomi, kami berhasil meraih seri pendanaan ini, khususnya dengan bantuan semua anggota tim kami yang terus berdedikasi, berusaha, dan mempercayai masa depan Partipost. Kami ingin menjadi platform yang dapat digunakan semua brand maupun influencer. Saya yakin kami semakin dekat pada visi tersebut.”

Selain Partipost, saat ini ada sejumlah platform yang mencoba menjembatani kebutuhan brand untuk influencer marketing. Beberapa di antaranya Anymind, Allstars, Hiip, Verikool, Raena, termasuk IDN Media yang mulai kembangkan platform serupa bertajuk creator economy.

Tren influencer marketing

Partipost adalah influencer marketing & commerce platform yang menyediakan solusi untuk brand menjalankan kampanye pemasaran dalam skala dan kecepatan tinggi bersama influencer yang tepat. Dengan influencer dari berbagai kategori, mulai dari ratusan hingga jutaan follower, Partipost ingin mendorong word-of-mouth marketing autentik bagi brand.

Dengan data yang dikumpulkan melalui polling dalam aplikasi dan perilaku pengguna, sistem Partipost mengumpulkan influencer dengan jumlah follower dari ratusan hingga jutaan. Dengan meningkatnya minat konsumen akan influencer marketing dan commerce, Partipost memberi reward bagi influencer berdasarkan reach media dan engagement media sosial dengan follower.

Startup ini berdiri sejak 2016 dan telah hadir di Singapura, Indonesia, Taiwan, Malaysia, dan Filipina. Diklaim, pada tahun ini Partipost telah membantu brand dalam meningkatkan brand awareness, sales, dan scale, melalui pembuatan campaign yang melibatkan lebih dari 3,000 influencer.

Pendanaan yang mencakup beberapa wilayah ini sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri influencer marketing di Asia. Di regional ini diprediksikan akan mencapai $24 miliar pada 2024. Selain itu, laporan influencer marketing Asia Tenggara 2022 dari Partipost menemukan bahwa kapabilitas “On-Demand & Always-On” merupakan faktor pendorong utama bagi marketer brand untuk menginvestasikan hingga sepertiga (33%) dari anggaran marketing mereka untuk influencer marketing.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa brand yang telah mencoba influencer marketing sejak dini telah merasakan keuntungan dari membangun kehadiran media sosial mereka melalui influencer. Manfaat influencer marketing tak hanya meningkatkan brand awareness, tapi juga mendorong konversi sales 24/7 terlepas dari jam operasional toko. Marketer brand dan organisasi sales affiliate diprediksikan akan mengalokasikan budget yang lebih besar untuk bekerja sama dengan influencer.

Saat ini konsumen beralih ke media sosial untuk menemukan maupun mencari tahu tentang produk dan/atau jasa. Berdasarkan temuan laporan, 87% responden menghabiskan setidaknya 2 jam di media sosial per harinya, dan 46% menghabiskan lebih dari 5 jam per harinya. 30% responden juga menyatakan bahwa mereka menyukai konten ulasan.

“Dengan meningkatnya daya beli dari generasi pengguna teknologi, brand perlu memanfaatkan influencer marketing untuk mencapai target pelanggan. Selama pandemi Covid-19, brand mencoba membangun top of mind awareness dengan agresif. Kini setelah memasuki fase endemi, brand semakin siap meningkatkan konversi sales,” tulis survei yang disusun Partipost.

Lebih lanjut, survei Partipost menunjukkan bahwa nano influencer memiliki dampak terbesar terhadap keputusan pembelian konsumen yaitu 46%. Nano influencer adalah orang biasa yang berasal dari lingkup keluarga dan pertemanan konsumen, berbeda dengan selebriti (20.6%), macro influencer (17.7%), dan micro influencer (15.7%).

Berkaitan dengan itu, secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, tren demografi influencer di Indonesia didominasi oleh nano influencer. Meski tidak dirinci spesifik ada berapa banyak, menurut Marketing Manager Partipost Clara Alverina, nano influencer yang punya follower sekitar 1.000-2.000 punya potensi yang menarik karena bisa menghasilkan engagement tertinggi.

“Itu kita sebut sebagai nano influencer. Namun, justru nano influencer dengan jumlah follower yang lebih sedikit inilah yang berpotensi menghasilkan engagement tinggi. Pasalnya, follower mereka sebagian besar adalah keluarga dan teman mereka sendiri, sehingga konten yang mereka buat akan lebih dipercaya dan diikuti,” ucap.

Clara melanjutkan, tren influencer marketing saat ini makin gencar dimanfaatkan oleh brand di era pasca pandemi, sebab saat pandemi mereka harus mengurangi pengeluaran dan menghemat budget. Kondisi yang makin membaik, memicu daya beli beli konsumen.

Brand pun semakin mengejar ketinggalan mereka selama pandemi melalui berbagai strategi, termasuk influencer marketing agar produk mereka semakin diketahui oleh pasar yang lebih luas. Ditambah lagi, influencer merupakan sumber rekomendasi dan informasi dengan tingkat kepercayaan tinggi dari konsumer, sehingga dampaknya terhadap awareness hingga pembelian pun lebih besar.”

Ia menuturkan, ke depannya perusahaan akan terus mengembangkan platfornya agar semakin mempermudah pengguna. Brand jadi lebih praktis menjalankan campaign, influencer pun semakin mudah mencari campaign dan mendapatkan penghasilan.

“Kami juga berharap bisa memperluas network influencer kami di daerah-daerah lain di Indonesia, dengan berbagai niche, supaya brand punya lebih banyak pilihan saat ingin membuat campaign dengan influencer yang spesifik,” pungkasnya.

TipTip Resmi Diluncurkan, Bercita-cita Bangun Ekosistem Konten Kreator Indonesia

Platform monetisasi untuk kreator konten, TipTip, meresmikan kehadiran mereka pada Rabu (13/7) setelah sebelumnya telah mengantongi pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures. Dalam acara peluncuran yang diadakan di Sheraton Gandaria City ini, turut diumumkan Triawan Munaf sebagai Presiden Komisaris TipTip.

TipTip sendiri memosisikan diri sebagai layanan yang mengisi kesenjangan akan beberapa fitur penting yang dihadapi oleh kreator konten di negara-negara berkembang di wilayah Asia Tenggara, seperti kurangnya peluang monetisasi, pembayaran lokal & integrasi KYC (know-your-customer) yang terbatas, serta tantangan terkait pembuatan & distribusi konten melalui perangkat smartphone.

Albert Lucius selaku Founder & CEO TipTip mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki berbagai talenta dan konten yang berkualitas, namun besarnya potensi dari ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia masih belum tersalurkan secara optimal karena sulitnya membangun target audiensi. Platform ini hadir dengan peluang monetisasi untuk para konten kreator tanpa memerlukan audiensi yang besar.

Meskipun platform ini mengedepankan monetisasi, konten yang tersedia bukan berarti tanpa kurasi. Perusahaan mengaku memiliki tim terpisah untuk kurasi para kreator dan memastikan bahwa kualitas konten yang disajikan tidak menyalahi aturan terlebih untuk setiap monetisasi yang berlangsung dalam platform. Hal ini menjadi salah satu proposisi nilai yang ditawarkan TipTip.

Triawan Munaf yang turut hadir dalam kesempatan tersebut juga mengungkapkan bahwa setelah hampir lima tahun ia mencoba membangun ekonomi kreatif bersama Bekraf, ia mengaku bahwa saat ini negara kita membutuhkan sebuah ekosistem lokal.  Menurutnya, TipTip memiliki semua dukungan yang terbaik untuk menciptakan ekosistem kreator yang kuat. “Dari Indonesia untuk Indonesia. Keep creating ideas, keep creating money,” tambahnya.

Selain dari sisi monetisasi, TipTip juga berperan sebagai jembatan untuk supply dan demand para kreator konten. Perusahaan juga sudah bekerja sama dengan beberapa korporasi. “Kuncinya, kita pemain lokal, kita identifikasi solusi lokal yang mengarah ke kominitas. Kita mengedepankan transparansi dari tipping para followers. Para kreator juga diharapkan untuk memperbaiki kualitas. Semakin banyak menyentuh komunitas, maka semakin banyak monetisasi,” tambahnya.

Willson Cuaca yang turut hadir dalam acara ini mengungkapkan bahwa krisis pandemi menimbulkan pergeseran kebiasaan, salah satunya konsumsi masyarakat akan media. Kini terjadi demokratisasi konten yang memungkinkan semua orang yang punya talenta bisa terfasilitasi.

“Namun kebanyakan platform yang hadir adalah dari luar negeri, TipTip bercita-cita ingin menciptakan ekosistem kreator ekonomi yang sudah terlokalisasi. Harapannya, perusahaan juga bisa membangun flywhee effect. Semakin banyak komponen yang dibangun, maka semakin banyak yang terjangkau dan berpartisipasi,” ungkapnya.

Untuk menikmati solusi TipTip, para pengguna baik konten kreator maupun masyarakat hanya perlu mengunjungi websitenya untuk melakukan registrasi. Aplikasi TipTip sendiri sudah tersedia dan bisa diunduh di platform Android, untuk para pengguna iOS bisa segera menikmati layanan ini di bulan Agustus 2022.

Strategi hyperlocal

Ketika disinggung mengenai platform global yang saat ini lebih banyak digunakan, Albert menjelaskan bahwa pihaknya mengedepankan strategi hyperlocal dan menjangkau komunitas. Suatu hal yang sulit untuk bisa dieksekusi oleh para pemain global. Strategi ini diharapkan bisa menjangkau komunitas serta kreator konten yang lebih luas lagi.

Albert mengambil contoh Amazon dengan layanan e-commerce global, namun tetap di tanah air yang merajai adalah platform lokal seperti Tokopedia. “Hal ini bisa terjadi karena mereka eksekusinya lokal. Kita di TipTip tidak hanya terintegrasi dengan sistem KYC dan Dukcapil, dari sisi pembayaran juga terintegrasi dengan bank lokal dan e-wallet. Kita juga menggunakan strategi dari komunitas ke komunitas,” ungkapnya.

Dalam diskusi singkat di sela-sela acara, Albert mengaku bahwa TipTip bukan hanya sekedar layanan live streaming. Lebih dari itu, platform ini menawarkan solusi yang sangat menyeluruh dan spesifik untuk setiap pasar para kreator kontennya. Perusahaan juga terlibat dalam penyediaan supply kreator dan konten untuk korporasi yang membutuhkan jasa (demand).

Menurut data TipTip, hingga saat ini sudah ada lebih dari 500 kreator yang tergabung. Masing-masing kreator disinyalir bisa membawa sekitar 20 pengikut yang menghasilkan sekitar 10 ribu pengguna. “Kita memproyeksikan pertumbuhan tiga kali lipan di tahun ini. Harapannya beberapa tahun ke depan bisa mencapai puluhan ribu pengguna,” ungkap Albert.

Industri kreator konten di Indonesia

Pertumbuhan konten kreator di Indonesia disebut mengalami pertumbuhan yang cukup besar, pasar industri ini di Indonesia diprediksi mencapai 4 triliun hingga 7 triliun Rupiah pada waktu mendatang. Berdasarkan Opus Creative Economy Outlook 20201, sektor ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 1,1 triliun rupiah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap 17 juta tenaga kerja.

Selain TipTip, sudah ada beberapa platform yang menyediakan wadah untuk content creator, influencer, dan brand untuk memanfaatkan kegiatan pemasaran dengan konsep tersebut. Mulai dari platform seperti PartipostAnyMind GroupHiip, hingga Lynk.id yang bertujuan memberikan tools terpadu kepada kreator.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Dukungan BintanGO di Era “Creator Economy”

Di wawancara bersama DailySocial, Co-Founder & SVP Commercial BintanGO Oktorika Mandasari membahas bagaimana perkembangan industri kreator digital di Indonesia.

Menurut perempuan yang akrab disapa Rika ini, pertumbuhan tersebut tak lepas dari kontribusi para kreator digital yang memanfaatkan media sosial sebagai alat pemasaran.

Kehadiran BintanGO, sebagai salah satu platform pendukung, membantu para kreator digital ini terhubung dengan brand atau perusahaan yang memerlukan jasa mereka.

Simak pembahasan tentang BintanGO yang terangkum dalam video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Solos Kembangkan Platform E-commerce Jasa untuk Freelancer

Praktik kerja lepas atau freelancing bukanlah hal yang baru, terlebih di tengah masa sulit pasca-pandemi melanda negeri ini. Banyak orang yang mencari saluran pekerjaan lain untuk bisa bertahan hidup atau menambah pemasukan. Bahkan, tidak sedikit yang menjadikan pekerjaan lepas ini sebagai sumber mata pencaharian utama mereka.

Ide untuk membuat sebuah platform marketplace pekerja lepas sudah lahir sejak Ricky Willianto pertama kali membangun Ravenry yang fokus menyasar penulis dan peneliti. Ia melihat masih banyak isu yang belum terselesaikan ketika seorang pekerja lepas ingin menawarkan jasanya, baik dari sisi proses yang belum efisien hingga pembayaran yang dipersulit.

Berawal dari sini, ia mengembangkan “Solos” dengan visi untuk memberdayakan setiap orang untuk melakukan pekerjaan yang mereka sukai dengan cara yang berkelanjutan secara finansial. Selain itu, untuk membantu para freelancer atau solopreneur mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menyepakati transaksi, yang pada akhirnya menghasilkan lebih banyak pendapatan.

Solusi yang ditawarkan

Solos menghadirkan tiga solusi utama yaitu sebagai portfolio builder, online shop for service, dan payment solutions for service sellers. Platform ini dilengkapi dengan teknologi yang memudahkan freelancer untuk membangun situs web
dan toko online dengan tampilan depan yang menarik dan memungkinkan mereka untuk memamerkan karya dan jasa mereka secara kredibel.

Selain itu, platform ini juga didukung dengan teknologi di belakang layar yang membantu pengaturan proyek freelance dengan lebih mudah dan teratur, mulai dari manajemen proyek, chat, tagihan, hingga sistem pembayaran. Solos memberi kebebasan dan keleluasaan bagi freelancer untuk menentukan cara bekerja, komunikasi, serta cara pembayaran dengan klien.

“Berbeda dengan platform pencarian layanan freelance lainnya yang membatasi cara komunikasi dan skema pembayaran antara klien dengan freelancer, Solos memberi kebebasan bagi freelancer dan solopreneur untuk menawarkan layanan jasa mereka secara langsung kepada klien dengan platform komunikasi dan skema pembayaran yang bisa mereka tentukan sendiri,” tambah Ricky.

Tantangan besar yang masih sering muncul dalam industri ini adalah cross-border transaction. Salah satu solusi dari Solos telah memungkinkan proses yang sederhana, cepat dan aman dalam menerima pembayaran. Saat ini Solos juga sudah bekerja sama dengan beberapa channel pembayaran global dan lokal sehingga bisa mempermudah pembayaran cross-border. Salah satunya juga dengan aplikasi dompet digital, para freelancer yang ada di platform Solos akan segera bisa menerima gaji via Gopay.

Pentingnya membangun komunitas

Solos memosisikan diri sebagai facilitator untuk penjualan dan pembayaran. Dari segi jasa yang ditawarkan, pihaknya mengaku tidak terlibat secara langsung. Namun, bukan berarti timnya lepas tangan dengan setiap kesepakatan yang terjadi dalam platformnya. Perusahaan memastikan segala sesuatu yang terjadi dalam ekosistemnya sejalan dengan regulasi serta hukum yang berlaku.

Saat ini Solos berfokus pada penyediaan konten yang membantu freelancer menavigasi persyaratan keuangan dan persyaratan hukum terkait freelancing. Baru-baru ini timnya sempat membawa praktisi SDM (Sumber Daya Manusia) dan ahli hukum ketenagakerjaan untuk membantu pekerja lepas kami mengatur bisnis mereka dengan benar untuk mematuhi hukum setempat di Indonesia.

Untuk jumlah tim saat ini ada 8 orang, terdiri dari teknisi, produk, marketing dan yang belum lama ini direkrut adalah tim community & customer success. Ricky menilai bahwa menjadi freelancer dan solo entrepreneur itu terkadang bisa menjadi “a lonely journey”, maka dari itu timnya fokus mengedukasi dan membangun jaringan dengan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sejalan.

Saat ini komunitas Solos terbentuk melalui beberapa media sosial, seperti Discord, Telegram dan Facebook. Totalnya saat ini ada lebih dari 300 orang. Ricky mengaku cukup selektif dalam pemilihan member, timnya percaya bahwa sebuah komunitas yang baik harus dimulai dengan orang-orang yang serius dan memiliki objektif yang jelas dan tepat.

Terkait target pasarnya fokus yang paling besar ada pada content creator, seperti designer, videographer, dan writer, tetapi banyak juga yang menawarkan jasa professional seperti konsultan PR dan market researcher. Selain itu, jasa yang lebih personal seperti make-up artist, guru privat, atau personal trainer juga bisa ditawarkan melalui platform ini.

Menurut pengamatan Solos, lima kota dengan jumlah freelancers terbanyak di Indonesia termasuk Bandung, Jakarta, Surabaya, Bekasi, dan Bali. Solos sendiri menetapkan markas mereka di Pulau Dewata alias Bali karena timnya percaya Bali adalah pusat bisnis yang tepat dengan banyaknya para freelancers, solopreneur dan digital nomads.

Ricky juga secara aktif membangun komunikasi dengan para freelancer dan solopreneur di Bali, platform ini pertama di-launch untuk memastikan bahwa produknya benar-benar dapat membantu meningkatkan skala bisnis.

“Kami ingin dekat dengan pengguna dan itulah sebabnya kami pindah ke Canggu, Bali. Selain itu, kami mengadakan berbagai acara untuk komunitas solopreneur di sini untuk membantu mereka belajar satu sama lain, berkolaborasi lebih baik, dan semoga memenangkan lebih banyak bisnis dan klien bersama,” sebutnya.

Masa depan industri freelance di Indonesia

Dewasa ini, tren freelancing sedang meningkat secara global. Menurut hasil pengamatan Solos, saat ini terdapat sekitar 70 juta freelancers dan solo entrepreneur yang siap untuk menawarkan jasa atau bisnisnya di Asia Tenggara. Nilai pemasukan tahunan freelancers di Asia Tenggara tersebut terhitung mencapai $730 miliar.

Tren yang sama terjadi di Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat 33,34 juta orang bekerja sebagai freelancer dan small business owners hingga Agustus 2020. Angka ini naik 4,32 juta orang atau 26 persen dari tahun sebelumnya. World Bank juga mencatat pertumbuhan pelaku freelancing mencapai 30% setiap tahunnya dengan dominasi segmentasi usia 18-44 tahun. Hal ini didukung oleh fakta bahwa 97 persen pekerja lepas lebih bahagia daripada pekerja kantoran, menurut penelitian School of Business University of Brighton.

Deretan fakta di atas semakin menguatkan ambisi Solos untuk bisa memberdayakan para pekerja lepas di Indonesia. Timnya juga percaya bahwa terjadi transisi besar pada angkatan kerja masa kini. Generasi baru lebih menyukai kebebasan, fleksibilitas, dan pekerjaan yang berdampak dan didorong oleh hasrat. Hasilnya, orang-orang yang dulu bergantung pada pekerjaan kantoran kini memulai bisnis mereka sendiri yang dimungkinkan oleh teknologi dan kerja jarak jauh.

Terlebih, Indonesia ternyata telah memiliki payung hukum yang melindungi hak para freelancers yaitu Undang-Undang No 13 Tahun 2003. Hak pekerja setiap hari lepas serta jangka waktu atau masa kerja diatur dalam Keputusan Menteri dan Tenaga Kerja No 104 Tahun 2004 mengenai perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) atau waktu tidak tertentu (PKWTT).

Perusahaan disebut mengalami pertumbuhan eksponensial dalam jumlah pengguna sejak pertama kali dioperasikan. Selain itu, platform ini juga memiliki daya tarik global dan telah menarik minat dari freelancers dan solopreneurs dari Filipina, Australia, India, AS, dan pasar lain secara global. Solos saat ini tengah mengumpulkan seed round dari investor di Asia Tenggara dan Eropa. Sejauh ini, beberapa angel investor dari perusahaan seperti Microsoft, HSBC, JP Morgan, dan Blackberry sudah terlibat.

Dengan pertumbuhan bisnis yang diharapkan seiring dengan industri yang semakin matang, Solos memiliki rencana untuk membangun fitur baru yang membantu pekerja lepas dalam hal otomatisasi persyaratan kepatuhan untuk memastikan fokus mereka bisa tertuju pada bisnis alih-alih menghabiskan waktu dengan proses administrasi yang tidak efisien.

Selain Solos, sudah ada beberapa pemain lain di Indonesia yang menyediakan solusi sejenis. Salah satunya adalah Sribu yang baru saja diakuisisi perusahaan SDM asal Jepang, Mynavi Corporation Japan. Selain itu juga ada Fastwork dan Briefer, sebuah unit strategis dari IGICO Advisory yang khusus mewadahi pekerja di bidang komunikasi.

UpBanx Mulai Debut, Manfaatkan Lisensi “P2P Lending” Modal Rakyat

Platform fintech UpBanx mulai membuka diri ke publik, setelah melewati stealth mode selama hampir setahun beroperasi. Perusahaan memanfaatkan lisensi p2p lending milik Modal Rakyat untuk mengembangkan platform perbankan digital buat kreator dan brand.

Kepada DailySocial.id, CEO UpBanx Wafa Taftazani menjelaskan rencana memanfaatkan lisensi Modal Rakyat ini tentunya ada nilai lebih dan kurangnya. Nilai lebih yang ditawarkan adalah saat penyaluran dana ke peminjam sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan OJK. Dari segi risiko pun, sudah lebih minim dikarenakan mitra P2P di Modal Rakyat punya kualifikasi yang sangat baik saat melakukan analisa kelayakan peminjam.

“Minusnya, karena UpBanx tidak menyalurkan pembiayaan langsung, maka approval juga tidak ada di kami meskipun menurut tim kami itu potential leads. UpBanx harus tetap ikuti approval dari P2P,” ujarnya.

Hal lainnya yang turut menjadi perhatian dari kekurangan memanfaatkan lisensi P2P lending ini adalah nominal pinjaman dana yang ditentukan maksimal Rp2 miliar, menurut ketentuan OJK. Kendati begitu, menurut Wafa, UpBanx akan selalu berusaha mencari cara, misalnya dengan menjalin kerja sama dengan P2P lainnya agar peminjam yang membutuhkan dana lebih dari itu tetap bisa terakomodasi.

Sebelumnya, sempat tersiar kabar bahwa UpBanx akan memanfaatkan lisensi BPR Sentral Mandiri dan didukung ekosistem fintech milik Fazz Financial. Wafa pun menampik bahwa rencana menggunakan lisensi Modal Rakyat sudah ada dari awal. “Tidak ada pergeseran fokus, rencana kerja sama dengan Modal Rakyat sudah ada dari awal.”

UpBanx sendiri terlahir dari diskusi Wafa bersama Hendra Kwik (CEO Fazz Financial) yang menyarankan dirinya untuk menggabungkan seluruh pengalaman dalam mengelola brand [dari Shopee], kreator [dari YouTube], dan fintech [dari Modal Rakyat] menjadi satu.

UpBanx diluncurkan dengan harapan dapat menyelesaikan pain point terkait financing yang kerap dihadapi para kreator. Selain itu, ingin memberikan wadah kepada ekosistem ini sudah bisa saling berkolaborasi, sampai dengan mengoptimalkan aset kripto dan NFT untuk monetisasinya. UpBanx bergabung dalam Y Combinator batch Winter 2022.

“Awalnya tidak ada niat serius-serius banget di sini. Iseng daftar YC [Y Combinator], ternyata masuk. Begitu masuk sudah tidak bisa main-main lain karena diwajibkan menandatangani sejumlah dokumen legal, termasuk salah satunya harus resign dari kantor lama untuk full time di startup baru ini. Bersyukur banget banyak atensi dari investor hingga akhirnya menutup pendanaan yang kemarin,” imbuh Wafa secara terpisah dalam wawancara bersama DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Diterangkan lebih jauh, pengalaman pengguna baik brand dan kreator akan sepenuhnya dipenuhi dalam satu aplikasi. Mereka akan dipertemukan dengan pihak lainnya, seperti transaksi jual beli ataupun dalam hal financing. Ketika pengguna registrasi dan melakukan pengajuan pembiayaan, tim UpBanx akan segera menindaklanjuti dengan menggali kebutuhan dari brand/kreator itu sendiri agar solusi UpBanx berikan dapat lebih tepat sasaran.

“Jadi brand dan kreator seperti punya advisor sendiri, terkait kebutuhan pembiayaan dan produk lain yang ada di UpBanx. Harapannya akan lebih tepat untuk mendapatkan solusi pembiayaan dan creator side. Lalu kami sempat dapat info dari beberapa calon debitur yang kesulitan mengajukan langsung ke P2P kemudian tidak ter-follow up.”

Selain menyediakan solusi keuangan, UpBanx juga akan memfasilitasi kolaborasi yang lancar antara kreator dan brand. Dalam waktu dekat, perusahaan akan bertindak sebagai platform peluncuran Web3 untuk kreator dan brand, untuk meningkatkan interaksi dengan penggemar lewat cara baru yang inovatif.

Dalam pengembangannya, UpBanx telah didukung oleh jajaran investor dan angel investor. Nama-namanya adalah Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, jaringan kreator Collab Asia dan DRM (Digital Rantai Maya), dan sejumlah angel investor ternama. Termasuk di jajaran angel investor ini adalah Melvin Hade (Partner GFC), Hendra Kwik (CEO Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO Shipper), dan Arya Setiadharma (CEO Prasetia Dwidharma).

Saat ini aplikasi UpBanx dapat diunduh di Play Store dan sedang tahap testing untuk App Store. Daftar tunggu untuk pengguna sudah dibuka sebelum akhirnya resmi diluncurkan untuk publik.

Application Information Will Show Up Here